Anda di halaman 1dari 54

MBINAAN KURIKULUM MATA PELAJARAN

MATEMATIKA DI MAN 3-G'AR T OLEH


SUPERVISOR PENDIb.KAN ELALUI
APLIKATIF PEMBELAJ RAN-D ERGENSI
TAKTIS TAHUN PELAJ~N 20192020

a. Hj. Ida Pa da
LEMBARPENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLABIMADRASAH

Judul Penelitian Pembinaan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika


di MAN 3 Garut Oleh Supervisor Pendidikan
Melalui Aplikatif Pembelajaran Divergensi Taktis
Tahun Pelajaran 2019/2020

~ Mei2019
Mengetahui,
Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Peneliti,
Kantor Kementerian Agama Kab. Garut

Indra awan S.Ag, MM. D~~~~~


NIP. 197 0412200710 1 001 NIP. 19~~2rI99103 2 001
ABSTRAK

PEMBlNAAN KURJKULUM MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI


MAN 3 GARUT OLEB SUPERVISOR PENDIDIKAN MELALUT
APLIKATIF PEMBELAJARAN DlVERGENSI TAKTIS

Oleh:
Ora. Hj. Ida Parida

Dari analisis yang telah dilalrukan diperoJeh, Kemampuan guru yang


mengajar matematika di MAN 3 Garut Kearn""'n Pameungpeuk Kabupaten
Garut di daJarn menerapkan model pembelajaran "divergensi takns ' dengan
dilandasi usaha yang maksimal untuk memperoleh nilai yang bagus, serta
Tanggapan I respon para guru dan siswa terhadap pengembangan model
pembelajaran "divergensi taktis • cukup antusias dan merasa terbantu di dalam
menyelesaikan soaJ-soaJ matematika,
Pengembangan model pembelajaran dapat membantu meningkatkan
kemampuan siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya Hal itu tampak pada
perubahan nilai hasil tes secara bertahap dan signifikan, apabila dibandingkan
antara nilai basil tes pada tiodakan pertama, tindakan kedua dan tindakan ketiga

Kala kunci : Pembinaan, Kurikulum Pembelajaran Matematika

II
KATA PENGATAR

Berka! kerja keras dan bantuan beberapa pihak, malta penelitian tindakan

kepengawasan ini dapat terwujud waJaupun belum sempuma sekali. Untuk itu,

pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada ;

I. Kepala Seksi Penelidikan Madrnsah Kab. Garut

2. Pengawas Pembina MAN 3 Garut

2 Bapak dan Ibu guru eli MAN 3 Garut

Untuk semua itu penulis doakan semoga Tuhan Yang Maha Esa memeberikan

imbalan yang setinggi-tingginya dan melimpahkan berkah yang menyertai semua

orang yang telah membantu penulis daIam menyelesaikan penelitian ini. Mudah-

mudahan penelitian ini bermanfaat bagi kita semua

Garut, Mei 2019

Penulis

III
DAFTAR lSI

JIaIaman
LEMBAR PENGESAHAN II
ABSTRAK....................................................................................................... ii
KATA PENGATAR........................................................................................ III
DAFfAR ISI.................................................................................................... iv

BAR I PENDAHULUAN
A. Latar BeJakang Masalah 1
B. Rumusan Masa1ab PTS 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
E. Definiisi Oprasional 7

BAR U LANDASAN TEOR!


A. Kompeteosi Guru 9
B. Pengertian Belajar dan Prestai Belajar 12
C. Model Pembelajaran Divergensi Taktis......................................... 19

BAD m METODE PENELITIAN TlNDAKAN


A. Jenis Penelitian Kolaboratif 24
B. l..okasi dan Jadwal Penelitian 26
C. Rencana Penelitian 26
O. Instrumen Penelitian 29
E. Metode Pengumpulan Data 33
F. Teknik Analis; Data 33

BAB IV HASn. PENELITlAN DAN PEMBAHASAN


A. Pengolahan Data dan Hasil Tindalan , 34
B. Pembahasan Atas Hasil Tindalcan 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN - SARAN


A. Kesimpulan 43
B. Saran - S818n.................................................................................. 43

OAFf AR PUST AKA 45

IV
BABI

PENDABULUAN

A. Latar BelJlkang Masalab PTS

Mala peJajaran matematika di madmsah mempunyai fungsi

sebagaimana tercantum dalam kurikulwn pendidikan dasar adalah sebagai

salah satu unsur masukan instrumental. yang memiliki obyek dasar abstrak

dan berlandaskan kebenaran konsistensi dalam sistem proses belajar mengajar

untuk mencapai tujuan pendidikan.

Tujuan Ummn dan Tujuan Khusus Pengajaran Matemarika di Sekolah yang

tcrcantum daJam suplcmcn kurikulum pendidikan dasar tahun 200 I adaJah

sebagai beri kut :

Tujuan umum pengajaran Matematika di Sekolah adalah untuk :

L Mempcrsiapkan siswa agar sanggup menghadiri perubahan keadaan di

dalam kehidupan dan di dunia yang selaJu berkembang, melalui latihan

bertindak atas dasar pcmikiran yang legis, rasional, kritis, cermat, jujur

dan efcktif.

2. Mempcrsiapkan siswa agar dapet menggunakan matcmatika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempclajari

berbagai ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, tujuan umum pendidikan matemanka adalah memberi

tekanan pada penataan nalar, dan pembentukan sikap siswa, serta memberi

tekanan pada keterampilan daJam penerapan matematika (Suplcmen

Kurikulwn SO Kelas V. 2001 :%).

1
Tojuan khusus pengajaran matematika di Sekolah adalah untuk :

I. Menumbuhkan dan mengembangkan kctrampilan berhitung

(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari,

2. Menwnbuhkan kemampuan siswa, yang dapat diaJihgunakan. mclalui

kegiatan matematika.

3. Mcnambahkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekaJ belajar lebih

lanjot di Perguruan Tinggi

4 Membentok sikap logis, kritis, eermat, k:reatif dan disiplin.

Ruang lingkup materi I bahan-bahan kajian matematika yang paling

sederhana mencakup aritmctika (berhinmg), pengantar aljabar, geomctri,

pengukuran, dan kajian data (pengantar statistika).

DaJam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru yang mcngjar

matematika bendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan

siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial Oalam

mengaktifkan siswa, guru dapat memberikan bentok soaJ yang mengarah

pada jawaban yang lebih dari satu ,dan penyelidikan, selain yang

jawabannya hanya ada satu .

DaJarn pembelajaran matcmatika hendalmya ada kesesuaian antara

kekhasan konsep I pokok bahasan I sub pokok bahasan dengan taraf

perkembangan berfikir siswa, Dengan demikian dibarapkan akan tercapai

keserasian antara pengajaran yang menebnkan pada pemahaman konsep dan

pengajaran yang menekankan keternmpilan menyelesaikan soal dan

pemecahan masaJah (Suplcmen Kurikulum SO. 2(0): 97).

2
Pelajaran matematib berbeda dengan mata pelajaran lain. Pelajaran

lain lebib banyak bersifat kognitif, sedangkan pelajaran matcmatika lebih

banyak bersifat reoritik yang memerlukan pembuktian-pembuktian.

Deogan pengembangan model mengajar divergensi taktis , guru akan

mengajarkan metode ilmiah secara langsung terbadap muridnya. Siswa

terlibat aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan scndiri, mencari seodiri

dan replektif. Dengan peogembangan model pembelajaran latIhan divergensi

taktis • siswa akan aktif belajar, tidak menjenuhkao, sebingga siswa menjadi

pusat belajar (Studenl Cenleretf).

Melalui peneliuan ini penulis selaku Kepala Madrasah di MAN 3

Garut, rnencoba memfolruskan masalah peoelitian pada salah satu pembinaan

konseptual berupa pengaraban model pembelajaran yang diterapkan dalam

peogajaran matematika, dengan memanfaatkan karakterisrik model

pembelajaran divergensi taktis yang dipadukao dengan keingintahuan yang

tinggi, yang disesuaikan dengan pokok bahasan yang sekiranya cocok dengan

model pembelajaran iru. Hal ini diharapkan guru yang mengajar matematika

dapat menerapk:an di depan kclas sehingga abo menimbuhkan antusiasme

baik gru maupun siswa daJam proses belajar mengajar di kelas.

3
B. Perumusan Mualab PTS

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang berfokus pada

pengarahan dan aplikasi model pembelajaran dtvergensi takus dalam

pengajaran matematika oleh guru di kelas. Model yang dikembangkan dalam

penelitian ini meliputi (1) Pengenalan konsep model pembelajaran divergensi

taktis ; (2) Penerapan model pembelajaran divergensi taktis dalam pokok

bahasan yang disesuaikan dengan model yang digunakan.

PeneLitian ini dJlakukan di MAN 3 Garut, tahun pelajaran

201812019

Pelaksanaan penelitian ini mencalcup beberapa metode, yaitu :

(I) Metode Survey, yaitu untuk mengidentifikasi masalah dan isu-isu di

lapangan berkaitan dengan pennasaIahan pembelajaran matematika,

(2) Metode diskusi, yaitu untuk mengadakan pendalaman tentang model

yang akan diterapkan, dengan mengadakan diskusi antara peneliti

selaku supervisor pendidikan dengan guru yang mengajar matematika .

(3) Metode eksperimen, yaitu untuk mengetahui tingkat keberhasilan

monitoring tcrhadap penerapan model pembelajaran divergensi taktis

dalam pokok bahasan yang disajikan.

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan ruang lingkup

penelitian, dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana sikap guru yang

mengajar matemati1ca menerapka pengajaran matematika yang

menggunakan model pembelajaran divergensi taktis .

Dari rumusan masalah di alas, dapat diuraikan dalam beberapa

pertanyaan penelitian, sebagai berilrut :

4
Bagaimanakah pemahaman guru yang mengajar matematika selama ini

sebelum menggunakan pembelajaran divergensi taktis 1

2. Bagaimanakab respon guru yang mengajar matematika setelah

mendaoatkan pengarahan dan pembinaan model pembelajaran inovatif

yakni dengan menggunakan model pembelajaran divergensi taktis di

MAN 3 Garut tahun pelajaran 2018120 19?

3. Bagaimanakab basil kineJja guru selama mengajar dan basil prestasi

belajar siswa pada mala pelajaran matematib. di di MAN 3 Garut tahun

pelajaran 201812019 dengan menggunakan model pembelajaran

divergensi taktis ?

c. Tujuan PeneJitian Tindakan Sekolab

Tujuan utama penelitian ini adalah unruk menerapkan model

pembelajaran divergensi taktis daIam pembelajaran matematik. Secara rinci

rujuan peneJitian dijabarkan sebagai berikut :

I. Mencatat informasi awal profil pembelajaran matematika di MAN 3

Garut tahun pelajaran 201812019

2. Menerapkan suaru model mengajar dengan memanfaatkan karakteristik

model pembelajaran divergensi taktis

3. Mendeskripsikan (memaparbn. menguraikan), dan menganahsis

(menyelidiki dengan menguraikan bagian-bagiannya) kualitas proses

belajar mengajar mala pclajaran rnatematisa dengan menggunakan model

pembelajaran divergensi taktis .

5
4. Mendesknpsikan dan menpnallSls observasi akti~ltas guru dan siswa dI

di MAN 3 Garut tahun pellJaran 201812019 dalam pembetejaran

matematika dengan menggunakan model pembelajaran divergeosl takns .

D. MaDraat Peoeiitiaa TiDdakaD Sekolah

DaIam meningltatkan pembelajaran matematika, diharapkan

pcnelinan ini abn membenkan manful bailt JDktts maupun teonus lerhadap

pembelajanm matematikL Manfaat yang dibarapkan tersebut adalah

I. Untuk mengetahw SItuasJ dan kondlsi proses pembelajaran matemauka

yang ndak menggunakan model pembelajaran divergensi taktis

2 Agar dapat mcngnplikasikan model pembelajamn divcrgcnsi taktis

sebagai salah satu pendelcatan pembelajaran matema1lka )Bng mchbatkan

guru dan siswa daJam belajar, balk secara mental maupun sosial.

3. Agar dapat menguraikan dan menyelidiki kualitas proses belljar

mengajar matematika, kctika ditcrapbn model pembelajll'lll di\ergensi

taktis .

4. Untuk dapat mengetahui hasiJ belajar siswa dalam mala pelajaran

matematika yang menggunakan model pembelajaran divergensi taktis

5 Agar dapsl diambd 1ll1dakan prefcntif penyebab I..e<iuhtan daJam

penera.pan model pembelajarID dJvergensi taktis . Sehmgga penerapan

model pembelajaran dwcrgeDSJ taktis daIam pembelajaran malemanka dJ

di MAN 3 Gann tahun pellJaran 201812019 bisa dilaksanakan

6
E. Definisi Operasional

Untuk memperoleh persamaan persepsi (tanggapan) mengenai

konsep dan istilah dalam penelitian ini, perlu dijabarkan sebagai berikut :

I. Model Pembelajaran Divergensi Taktis

Model Pembelajaran yang memiliki lebih dari dua earn atau

teknik daJam peogajaran sa\uatu bidang studi dan mementiogkan

pengajaran perseorangan, manipuJasi objelc dan lain-lain percobaan,

sebelum sampai kepada generalisasi. Model pembeJajaran divergensi

taktis mengajarkan keterampilan menyclidiki dan memecahkan masalah

sebagai alai bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya, guru

memperkcnankan siswa-siswanya mcnemukan sendiri informasi yang

secara tradisional biasa diberitahukan &tau diceramahkan saja

2. Pembelajaran (proses Belajar Mengajar)

"Pembelajaran merupakan sanma untuk mernungkinkan

terjadinya proses belajar daJam arti perubahan perilaku individu melalui

proses mengalami sesuatu yang diciptakan daJam rancangan proses

pembelajaran" (Udin S. Winataputra dan Tita Rosita. 1994:4).

3. Proses BcJajar Mengajar

Proses Belajar MengaJar merupak.an rangkaian kegiatan

komunikasi antara man usia yaitu orang yang belajar (siswa) dan orang

yang mengajar (guru). (Karso, dkk., 2003:216).

7
4. Kinerja Guru Selama KBM

Adalah basil proses atau aktivitas guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar di kelas yang dimonitor oleb pengawas sekolah

atau kepala sekolah.

5. Hasil Belajar

Yang dimaksud dengan basil belajar daIam penelirian ini adalah

"segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dan kegiatan

belajar yang dilakukannys" dan pelajaran matematika yang diambil dan

basil tes yang diperoleh siswa sebagai tolak ukur keberbasilan tentang

hasil tes. (Winataputm dan Rosita, 2001:197).

8
BABll

LANDASANnOR!

A. Kompetensi Guru

Kompetensi merupakan spesifikasi dari kemampuan, keteramptJan

dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan,

sesuai dengan standar lcinelja yang d1butuhkan oleh lapangan (Ditjen

Dikdasmen, 2004:4). Berdasarkan pendapal tersebut seorang yang bekerja

sebagai guru, yang pekerjaan itu menmut Undang-Undang Guru tahun 2006

merupakan pekeljaan profesional maka guru harus memenuhi standar-standar

minimal yang dibutuhkan oleb Depdiknas.

Guru yang setiap hari selalu berhadapan dengan anak tentu

mengbadapi berbagai problema, balk yang berkaitan dengan anak tersebut

maupun dengan Iingkungan pendidikan, yang ootabcne mempunyai berbagai

karaktcr, berbagai kemampuan dan morivasi, yang semuanya perlu strategi-

strategi khusus yang harus dipersiapkan oleh guru maka guru tersebut harus

mempersiapkan din baik yang berkaitan dengan materi yang akan dikuasai

siswa., sikap siswa, strategi yang dapat memudahkan siswa dalam memabarni

materi tersebut. Berdasarkan itu Depdiknas menentukan bagian-bagian yang

harus dikuasai oleh guru dalam rangb memenuhi Standar Kompetensi Guru.

Komponen-komponen stantar kompetensi guru antara lain: (I) Komponen

Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran dan Wawasan Kependidikan, (2)

Komponen Kompetensi AkademikIVokasional sesuai materi pembelajaran.

(3) Pengembangan profesi. Selain ketiga komponen tersebut, seorang guru

harus memiliki sikap dan kepribadian yang positif, di mana sikap dan

9
kepnbadian tersebut senantiasa melekat pada setiap komponen yang

menunjang profesi guru.

Seorang guru yang profesional akan kelihatan sikap dan kioeIjanya

dalam kehidupan sehan-hari. Semua basil keIjanya harus dapat diukur oleh

mdikator. Oleh sebab ito, Ditjen Dikdasmen (2004:10) merumuskan

indikator kompetensi, yang masing-masing komponen tersebut, di antaranya

adalah;

I. Komponen Kompetenst Pengeloloan Pembelajaran

Kompetcnsi ini merupakan komponen awal yang horus dilakukan

oleh guru karena bagian inilah seorang yang profesional da1am melaksanakan

tugasnya harus berdasarkan program-program yang disiapkan, Dengan adanya

program itu semuanya akan dapat diniJai, diukur, dan dievaluasi, Dalam duma

pendidikan penentuan keberhasilan dapat dilihat dari indikatornya. Oleh

sebab itu, Indikator dalam kompetensi ini menurut Oitjen Dik:menum sebagai

berikut.

a. Kompetensi menyusun rencana pembelajaran, dengau indikator:

Mendeskripsikan tujuan pembelajaran

Menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan

Mengorganisasikan mateo berdasarkan urutan dan kelompok

Mengalokasikan waktu

Menentukan metode pembelajaran yang sesuai

Meraneang prosedur pembelajaran

10
Meoentukan media pembelajaranlperalatan praktikum (dan baban)

yang akan digunakan

Mcnentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku, modul, program

komputer dan sejenisoya)

Menentukan teknik perulaian

Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan oleh Ditjen Dikmenum

tersebut maka scorang guru harus mampu membuat Persiapan

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang pada dasamya sarna dengan

indikator di atas, Guru tidak akan marnpu membuat RPP tersebut jika

guru tidak banyalc belajar tentang mareri, metode., stTategi, media. dan

penilalan pembelajaran. Oleh sehab itu, guru hams banyak membaca atau

belajar.

b. Kompetensi melakS8Mkan pembelajaran, dengan indikator:

Membuka pelajaran dengan metode yang sesuai

Menyajikan materi pelajaran secara otornatis

Menerapkan metode dan prosedur pembeiajaran yang telah ditentukan

Mengatur kegiatan siswa di kelas

Mcnggunakan media pembelajaranlperalatan praktikwn (dan bahan)

yang telah ditentukan

Menggunakan sumber belajar yang telah dipilih (bcrupa buku, modul,

program komputer dan sejenisnya)

Memouvasi siswa dengan berbagai cara yang positif

Melakukan interaksi dengan siswa menggunakan bahasa yang

komunikatif

11
Memberikan pertanyaan dan umpan balik, untuk mengetahui dan

memperkuat penerimaan siswa dalam proses belajar

Menyimpulkan pembelajaran

Menggunakan waktu secara efektif dan efisien

8erdasarkan indikator di etas, guru harus mampu mendidik, mengajar,

membimbmg, mengarahkan. melarih, menilai siswa dalarn belajar.

lndikator-indikator di atas berkaitan dengan tindakan guru dalarn

melaksanakan pembeJajaran (KBM). Oleh sebab nu, guru yang mampu

melaksankan indikator d.i atas akan dapat menghasilkan pendidikan yang

bermutu.

B. Pengertian Belajar dan Preswi Belajar

I. Pengertian Bebjar

Beberapa ahli mengemukaJcan pendapatnya tentang pengertian

belajar. Good dan Brophy (dainm Ngalim Purwanto, 2000:85)

mengemukakan arti belajar. yaitu "learning is the development of New

assosiations as a result of experience". Beranjak dari definisi yang

dikemukakannya itu selanjutnya ia meojelaskan bahwa bclajar itu suatu

proses yang benar-beoar bersifat internal (a purely internal event).

S. Nasution ( 2001: 38) mengemukaJcan pendapatnya sebagai

berikut :

a. 8elajar adalab perubahan-perubahan dalam sistem ural


syaraf. Belajar adalah pembentukan "S-R bons" atau
hubungan-hubungan tertentu dalnm hubungan ural syaraf
sebagai basil respoo-respon terbadap stimulus. Belajar
adalah meogurangi "recictensee" atau "hambatan" pada

12
"synaptic gap". Belajar adalah pembentukan saluran-saluran
yang lancar daIam sistem ural syaraf.
b. Belajar adalah penambahan pengetahuan.
c. Belajar sebagai perubahan IreJalman berIc.at pengalaman,

Sedangkan menurut Fontana (dalam Winataputra dan Rosita.

20oo:2).

Belajar adaIah proses perubaban yang relatif tetap dalam


penJaku individu sebagai basil dari pengalaman yang terpusat
pada tiga hal.
1. Bahwa belajar barus memungkinkan terjadinya perubahan
tingkah laku individu.
2. Bahwa perubahan itu terjadi hams merupakan buab dari
pengalaman, dan
3. Bahwa perubaban uu le1jadi pada pcrilaku individu yang
memungkinkan.

Dan menurut Moh. Uzer lJsman ( 2003:2) "Belajar adaJah sebagai

pcrubahan tingkah laku pada din individu berkat adanya interaksi antara

individu dengan individu dengan lingkungannya".

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:13) yang

dimaksud beJajar adalab "Berusaha memperoJch kepandaian atau ilmu;

berlatih; berubah tingkah laku atau tanggapan atau yang disebabkan oleh

pengaJaman"

Dari uraian di atas dapal disimpulknn bahwa belajar adalah

perubaban-perubahan daJam sistem ural syaraf, yang relatif tetap dalam

perilaku individu sebagai basil dati pengalaman, yaitu berkat adanya

interaksi antam individu dengan individu, individu dcngan Jingkungan

yang berusaha memperoJeb kependa.ian atau ilmu pengetahuan yang

berlangsung seumur hidup.

13
Belajar sangat ditentukan oleh kondisi pertumbuhan dan

lingkungan, namun yang paling besar ditentukan oleb lingkungan

individu sendiri yang mencakup lingkungan rumah, letak geografis dan

fisik sekolah scrta berbagai lingkungan sosial lainnya. Selain itu proses

belajar ditandai dengan pembahan tingkah laku secara keseluruhan, dan

yang paling sederhana yang bersikap retlektif sampai ke hal yang paling

kompleks yang bersifat pemecaban masalah.

Prestasi Belajar

Menurut Syamsu Mappa (dalarn Endang Nurhayati, 1995: 14)

"Prestasi belajar adalah basil yang dicapai murid dalam bidang


studi tertentu dengan menggunalcan test standars sebagai alat
pengukuran keberhasilan belajar seorang murid".

Prestasi belajar menurut Anton M Moeliono dalarn Kamus

Besar Bahasa Indonesia (1989:700) "Prestasi adalah basil yang telah

dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan)".

Dengan demikian yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam

penelitian ini adalah tingkat kemarnpuan atau penguasaan bahan yang

diajarkan oleh guru yang diukur dengan tes yang dihasilkan, dan

ditunjukkan dengan skor berupa basil bclajar siswa di di MAN 3 Garut

tabun pelajaran 201812019 dinyatakan berupa nilai indeks prestasi.

2. Evaluas!

1./ Pengertilln Evalllasi

Evaluasi atan penilaian menurut Mehrens dan Lehman

(dalam Winataputra dan Rosita, 1994: 167) adalah 'perbuatan

14
keputusan'. Sedangkan pengertian wvaJuasi menurut Charter V.

Good (dalam I. Djumhur dan Moh. Surya., 1975:154) adalah proses

menentukan atau mempertimbengkan nilai atau jumlah sesuatu

melaJui penilaian yang dilakukan dengan seksama.

Dari uraian di atas dapat penulis simpullcan bahwa evaluasi

adaIah proses pembuatan keputusan untuk menentukan atau

mempertimbangkan ni1ai atau jumlah sesuatu melalui penilaian

yang dilalrukan dengan seksama.

21 Tujutur dJIJr Frll.gsi EVG/Juui

Tujuan EvaJuasi adaIah untuk 'membuat keputusan' (Tyler,

Popham, Stufflebeam, Merhen dan Lehman da1am Winataputra dan

Rosita, 1994:169) 'ada dua fungsi evaJuasi yaitu fungsi formatif

dan fungsi sumatif",

Fungsi fonnatif evaluasi berkenaan dengan keputusan

mengenai perba.ikan, baik perbailcan mengenai basil belajar

maupun perbaikan mengenai aspek kurikulum lainnya. Karena itu

fungsi ini tidak berusaha untuk menentukan keputusan mengenai

kelayakan seseorang untuk naik kelas, untuk ditempatkan di suatu

jurusan tcrtentu. Apabila fungsi formatif kita terapkan kepada

evaJuasi basil belarar, maka yang ingin kita ketahui ialah bagian

mana dari hasiJ belajar tersebut yang masih lemah sehingga

memperlukan usaha-usaha perbaibn tertentu, Waktu pelaksanaan

15
fungs! formatif seboah evaluasi yang paling ideal adaIah setelah

selesai suatu bahasan (Winataputra dan Rosita, 1999: 169-170).

Fungsi sumatif sebuah evaluasi untuk mcngambil keputusan

mengenai keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan (Winataputra

dan Rosita, 1999: 170).

2.3 ProsedurEvaJllasi

Prosedur Evaluasi hams meoempuh langkah-langkah

sebagai berikut yaitu :

L Langkah persiapan pertama langkah persiapan umum yang

hams dilakukan pada lahap awal penyelenggaman penilaian,

misaJnya guru harus menetapkan Icbih dahulu alai yang

digunakan dan kriteria yang dijadikan pedoman penilaian,

Kedua langkah persiapan khusus yang harus dilaksanakan pada

saat akan dilakukan langkah perulaian tertentu misaJnya

membuat alat peniJaian dan menetapkan eara peneatatannya.

2. Langkah verifikasi program I rencana yang telah dibual

Pads langkoh ini guru mengkJasifikasikan reneana yang

disusun menjadi dua kategori yaitu rencana baik I memadai

dan rencana yang kurang baik.

3. Langkah pelaksanaan, yaitu langkah menerapkan reneana ,

program yang dibuat pada langkah persiapan. Pada langkah ini

yang barus diperhatikan ialah baI-bal yang berkaitan dengan

16
jenis informasi I data yang dikumpulkan, cara pengumpulan

dan alat yang digunakan untuk memperoleh infonnasi.

4. Langkah penafsiran, yaitu langkah memberi makna atau arti

terhadap infonnasi yang diperoleh. (Winataputra dan Rosita,

1999:171).

2.4 Pengerthzn PemI1dfljlUtlll

Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses

komunikasi transaksiona! yang bersifat timbal balik antara guru

deogan siswa, siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan (R. Ibrahim, dkk., 2002:48).

25 PembelJIJartllI MtllmIl1Iiluz

Para ahIi barat mengemnkakan pendapatoya tentang

peogertian matem.atika diantatanya KIine (dalam Karso, dkk.,

1993:3) meogatakan bahwa:

"matematika itu bukao peogetahuao yang mandiri yang


dapat sempuma kareoa dirinya seodiri, tetapi
keberadaannya itu membantu maousia dalam memahami
dan menguasai pennasalahan sosial, ekonomi dan alam."

James dan James (dalam Karso, dkk., 1993:2) mengatakan

bahwa:

"Matematika adalah ilmu tentang logika mengerw bentuk


susunan, besarao dan konsep-konsep yang berhubuogan
laiooya dengan jumlah yang banyak, Matcmatika timbul
kareoa pikiran manusia yang berhubuogan dengan ide,
proses dan peoalaran. Materoatika terdiri dari empat
wawasan yang luas ialah aritmetika, aljabar, geometri dan
aoalisis."

17
Kemudian menwut Johnson dan Rising, (daJam Karso,

dkk., 1993:3) mengatakan bahwa:

Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan


pembuktian yang logik; matematika itu adalah bahasa,
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan
dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan
simboJ mengenai ide daripada mengenai bunyi; matematika
adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan, sifat-
sifat atau teori-teori itu dianut secara deduktif berdasarkan
kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak, aksioma-
aksioma, sifat-sifat atau teori-teori yang telah dibuktikan
kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola,
keteraturan pola atau ide; dan matematika adaIah suatu seni,
keindahannya terdapat pada keturutan dan
kebarmonisannya. Jadi jelas bahwa matematika itu adalah
ilmu deduktif.
" matematika itu disebut ratunya ilmu (matematics is the
queen of the science)." (Karso, dkk., 1993:13)

berdasarkan uraian di alas dapat penulis simpulkan bahwa

matematika adalah ilmu tentang pola mengorganisasikan

pembuktian yang Jogik, yang timbul karena pikiran rnanusia yang

berbubungan dengan ide, proses dan penalaran. Maternatika adalah

ilmu deduktif yang terdiri atas empar wawasan yang luas yaitu

aritmetika, a1jabar, geometri dan analisis, Matematika bukan

pengetahuan yang menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya

sendiri, tetapi keberadaannya itu membantu manusia dalam

memaharni dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alamo

Hubungan antara pembeJajaran dengan matematika

dimaknai bahwa pembelajaran matematika sangat bergantung pada

tujuan pembelajaran masing-masing pembelajaran itu sendiri,

18
Tujuan pembelajaran matematika seperti yang tercantum pada

kurikulum 1994 sesuai teori yang dide.sk:ripsikan di atas.

Perubahan yang diharapkan terjadl pada siswa dalam

pembelajaran matematika diantaranya penataan naJar, keterampilan

dalam penerapan matematika di masyarakat

C ModJ!l PmrbelJIjtll'tDl Divergt!1lSi TtlkIis

1.5.1 Pellgerlitlll

Model pembelajaran divergensi taktis menurut

Suryosubroto diartikan sebagai suatu prosedur mengajar

yang memiliki lebih dan satu pola atau teknik atau cam

melaku.kan pengajaran dalan suatu bidang studi dan

mementingkan pengajaran perseorangan. manipuJasi objek

dan lain-lain pcroobaan, sebelum sampai kcpada

geoeralisasi. Sebelwn siswa sadar akan pengertian, guru

tidak mcnjelaskan dengan kata-kata Metode divergensi

taktis merupakan komponen praktek pendidikan yang

mehpuu metode mengajar yang memajukan cara belajar

aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri,

mencari sendiri dan reflektif

Menurut Encyclopedia of Educational Research

(dalam Suryosubroto, 1997:192) penemuan merupakan

strategi yang unik yang diberi bentuk oleb guru dalam

berbagai cara, tennasuk mengajarlcan keterampilan

19
menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi

siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Sund (1975) dalam Suryosubroto (1997:193)

berpendapat bahwa divergensi taktis adalah proses mental

dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau suatu

prinsip. Proses mental tersebut meliputi : mengamati,

menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,

mengukur, membuat kesimpuJan, dan sebagainya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode

divergensi taktis adalab suatu metode dimana guru

memperkenankan kepada siswa-siswanya menemukan

sendiri informasi yang secara tradisional dapat

diberitahukan atau diceramahkan saja.

2.5.2 LangfUlh-langkah Pelaksanaan Metode divergensi taktis

Menurut Gilstrap (1975) dalam Suryosubroto (1997:197)


langkab-langkab yang harus ditempuh dalam melaksanakan
metode divergensi taktis adalab sebagai berik.ut :
I) Menilai kebutuhan siswa sebagai dasar untuk
menentukan tujuan.
2) Seleksi pendahuluan, atas dasar kebutuhan dan minat
siswa, prinsip-prinsip, generaiisasi, pengertian dalam
hubungannya dengan apa yang akao dipelajari.
3) Mengatur susuoan kelas agar memudahkan terlibatnya
arus bebas pikiran siswa.
4) Bereakap-cakap dengan siswa untuk membantu
menjelaskan peranan.
5) Aspek yang mengandung masalab yang Minta
dipecahkan.
6) Mengecek pengertian siswa tentang masaJah yang
digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan
(divergensi taktis ).
7) Menambah berbagai a1at peraga

20
8) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat
mengumpulkan dan bekcrja dengan data.
9) Mempcrsi1ahkan siswa mengumpulkan dan mengatur
data sesuai dengan keccl*tannya sendiri
10) Memberi kesempatan kepada SISWB melanjutkan
pengalaman belajamya
II) Memberi jawaban deogan tepat dan cepa1 dengan data
dan Informasl kalau dtperlukan.
12) Memimpio anaJisisnya sendiri melalui percakapan dan
eksplorasinya sendm dengan pertanyaan yang
mengamhkan dan mengidentifikasi proses.
13) Mengetjakan ketcramptlan untuk belajar dengan
penemuan (divergensl taktis ) yang dudennfikasi oleh
kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan
14) Merangsang tnterakst siswa, mlsalnya merundtngbn
stnltegi penemuan (dlvergensi takns ), mendtskusikan
hrpotesis dan data yang terkumpul
IS) Mengajukan pertanyaao IIngkat bnggi maupun
pertanyaan nngkat yang sederbana
(6) Bemkap membantu SISwa, Ide SISWB, pandangao dan
tafsrran yang berbeda Bukan meniJai secara loins
tetapi membantu menank kes1mpulan yang benar.
17) Membesarkan sisw. untuk memperkuat pernyataannya
dengan aJasan dan fUta.
18) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses
penemuan
19) MembaDtu SlSwa menulis atau merumusbn prinsrp.
aturan, ide, generalisasi atau pengertian yang menjad:
pusal dan masalah semula yang telah ditemukan
melalui stnUegJ penemua.
20) Mengeeek apakah SISwa menggunakan apa yaog telah
duemukannya,

a. Kebaikan l\1etode ioi

1) Dianggap membaDtu srswa mengembangkan atau


memperbanyak persediaan dan penguasaan
keterampilan dan proses kognuif sisw... andaikata
siswa uu dtlibolLab Ien6 da1am penemlllJl
terpimpm. Kekuatan dari proses penemuan
(divergensi taktis ) datang dari usaha untuk
menemukao; jedi seseorang belajar blgaimana
belajar IIU.
2) Pengetahuan diperoleh dan srrategi mi sanga;
pribadi dan munglcin merupokan suatu pengetahuan

21
yang sangat Irukuh. dalam arti pendalaman dan
pengeruan; retensi dan transfer.
J) StratcgJ pencmuan membangkllkan gairah kepada
sis-, misaloy. 515_ mera.sabn jenh pay.h
penyehdikannya, menemukan keberhasilan dan
kadang-kedang kegaplan.
4) MetOde ini memben kesempatan pada srswa untuk
bergerak maju sesuai dengan kemampuannya
sendln
S) Melode im mcnyebabkan siswa mengarahl..an sendiri
cara belajamya.. sehmgga ia lebrh merasa terhbat dan
bennoUvast sendiri untuIc bela Jar. paling sedikit pada
suatu proses penemuan khusus
6) MetOdc ini membonlU mempcrlruat pnbadi siswa
dengan be1tarnbalmya kepercayaan pada diri send,"
melalw proses-proses penemuan Dapat
memungkinkan SISwa sanggup mengatasi kondisi
yang mengcoewUan
7) StralegJ in! berpusa1 peda anak. misalny. mernberi
kesempatan kepada mereka dan guru berparusipass
sebagai sesarna dalam mengecek ide. Guru menjadi
ternan belaJM, tennma situasi penemuan yang
"Jawaban"-nya belurn diketahw sebelumnya.

8) Membantu petkembangan sls",a menuju skeptisisme


yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan
mutlak. (SuryosubrOlo, 2001 :200(201)

b. Keltraahan Metode ioi

I)
Dipersyaralkan keharusan adanya persiapen mental
untuk cara bdajar 101 Misalnya siswa yang lamban
mungklO bmgung dalam usahanya
mengembangkan pikirannya jika berhadapan
dengan hal-hal yang abstrak. atau menemukan
saling kc:u:rgantungan antara pengertian dalam
suatu subJck, atau dalam usahanya menyusun suatu
basil penemuan dalam bentuk tertulis, Siswa yang
Icbili pandai mungkm abo memonopoh penemuan
dan akan menimbulkan frustasi pada siswa lam.
2) Metode IOJ kurang berlJasil untuk mengajar kelas
besar Misalnya scbagian besar waktu daPSI hilang
karena membantu seorang SIS\\'I mcnemul..an teon-
leon.
atau mencmukan bagaimana eJaan dan
bentuk kata-kata tertentu.

22
3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini
mungkin mengecewakan guru dan siswa yang
sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
secara tradisional
4) Mengajar dengan penemuan mungkin akan
dipandang sebagai terlaJu mementingkan
memperoleb pengertian dan kurang diperhatikan
diperolehnya sikap dan keterampilan, Sedangkan
sikap dan keterampilan diperlukan untuk
memperoleh pengenian atau sebagai perkembangan
emosionaJ sosial secara keseluruhan,
5) Dalam beberapa i1mu (misalnya IPA) fasilitas yang
dibutuhkan untnk mencoba ide-ide mungkin tidak
ada.
6) Strategi ini mungkin tidak akan memberi
kesempatan untuk berpikir kreatif, kaJau
pengenian-pengertian yang akan ditemukan telah
diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula
proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak
semua pemecahan masalah menjarnin penemuan
yang penuh arti. Pemecahan masalah dapat bersifat
membosankan mekanisasi, formalitas dan pasif
seperti bentnk terburuk dari metode ekspositories
verbal. (Suryosubroto, 2001:201-201).

23
Bum
METOOOLOGI PENELlTIAN TINDAKAN SEKOI.AH

A. Jenis Penelitiao Tiodaluln Kolabonltif

Penelitian yang akan penulis lakukan berfokus pads masalab tindakan

guru maten pelaJanun matematika dengan metlCIlIpkan k.onseps. tara belaJar

aktif model pembel3J81'811 Divergensi Taktis

Jcnis penclitian yang akan digunakan tergolong pada pcnclitian kelas

(classroom n::aserch) yang berkolabcns. dcogan tindak.an sekolab, dimana

penulis selak penchtJ hanya melalrukan obscrvasi di lelas dan guru maten

pelajaran matemanka melakukan tindakan kelas, penelitian ini biasa lazim

disebut penchtian tmdaw kolabaranf',

Penelitian tJndalan kelas dan penelitian tindabn sekolah mampu

menawarkan pendckatan dan prosedur baru yang lebih rncnjanjikan dampak

langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru

dalam mengelola proses belajar di k.elas.tau impiemenlaS' bcrbagaJ program

d. sekoJah dengan mengbji beJbagat IIldikator keberhasilan proses dan has.1

pembelajaran yang lef)adi pada s,swa Hal tersebut sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Stenhause di Hopkin 1993 daIam bsbollah bahwa .

"Penelitian TIlIdakan membuat guru dapal rncneliri dan mcngkaJ'

pembelajaran yang ia lakukan di kelas sclungga permasalahan yang

drhadapi adaIah pennasalahan akllal. Dengan dermkian guru <lapel

langsung berbuat sesuatu untuk rnemperbailci praknk-pral,.k pengaJ81'811

yang kmang berhasil agar mcnJadi lebih baik dan Ichlh efcl.lJf Dalam hal

24
ini guru diIatill untuk dapal mcn,endalikan kehidupan profesmYll serta

tertlbat dalam pengambllan keputusaD seca:ra profesional."

Selain itu Ebbuf( 1285) dalam Kasbollah meogemukakan bahwa :

'Penehtian undabn kelas roc:rupikan studi yang sisumaus yang dilakukan

dolam upsya mempcrbaiki pnkUk-pral.~k daJam pcndidikan dengan

rnelakukan tmdakan-tindakan praklls serta refleksi don tindakon tersebut

yang berupe suatu rangluuan siklus yang berlelanJutan dan diantara slklus-

siklus rtu ada tnformasl yang merupakan bahkan,"

Bentuk penelitian kelas yang penuhs gunakan adalah peneliuan

tindabn kelas yang bcmfat kolaboratJf dan partiSJpatoris. Seswu dengan

yang diungkapkan Kasbolah (1999: 14), bahwa sebagai dasar pcmikiron,

LeWIn (orang yang mempopulerkan penelitian undakan) menekAnkan

pennngnya t.:olaborauf dan partisipatoris Kolaboratif dnerapkan untuk

mcnciptakan adanya hubungan kesejawatan kerja sedangkan panisipatons

merupabn penelitian tmdWm kelas yang pada pelaksanaannya melibatkan

guru kelas.

Penuhs DlClnllih metode mi dcllgan pertimbangan bahwa guru kelas

merupakan plhak yang langsung mengalami dan menemukan berbaglll

masalah pembelajaran

Dengan pcnelJUan tindak:an kelas diharapb.n dapat meningkatkan

kmerja dan I;emampuan guru daJam rangka meningkatkan mutu pembellJaraD

serta terclpllUlya hubungan antar guru SO dalam mencari jaJan pemecahan

permasalahan yang tC1Jadl dalam pembellJaran..

25
B. Lokasi, Jadwal dan Subyek Penelman

I. Lokasi Penelitian

Penults mengambil lokasi dalam penelitian tindakan ini sebagai

langkah konkrit melakukan penelitian tindakan sekolah di di MAN 3 Garut

tabun pelajaran 201812019.

2. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

April sampai Mei pada semester Genap tabun pelajaran 201812019

3. Subyek Penelitian

PenuJis menentukan subyek penelitian adalah beberapa guru yang

sedang dan pernah mengajar materi pelajaran matematika dan siswa

pilihan secara random di di MAN 3 Gamt tabun pelajaran 201812019

c. Rencana Penelitian

Penelitian ini menggunakan PeneJitian Tindakan Kolaboratif antara

PTK deogan PTS, dimana penulis hanya sebagai observer dalam peoelitian ini

semeotara guru yang melaksanakan tindakan oamun peouJis menganalis dan

membaha atas basil tindakan, Menurut Tim Pelatib Proyek PGSM. PTK

adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang

dilalrukan untuk meningkatkan kemantapao rasional dari tindakan mereka

dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-

26
tindakan yang dJlakukan itu, serta memperba:iki kondrsi dJmana pral.tcl

pembela}aran tcrscbut dJlakubn (dalam Mukhhs. 2000: 3).

Sedangkah menutut MukhJls (2000. 5) PTK adalah suatu bentuk

kaJlan yang bers,rat sistematis reflektif oleh pelnku tindakan untuk

memperbaiki kondisi pembelaJIlI'Ill yang dilakukan

Adapun lujuan utama dan PTK adalah untuk

memperbaihmerungbtk.an pratek pembeIajamn secara berkesmambungan,

sedangkan tUJuan per1}'e11lIann)" adalah menumbuhkan bllda}.. menelin di

kalangan guru (Mukhhs, 2000: S)

Sesuai dengan jems penclitian yang dJpilih, yaitu penelitian lindakan.

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (daJam Sugiam, 1997 6). yaitu berbentek spiral dan sklus yang saru

ke srklus yang berikutnya Seuap siklus meliputi plannmg (rencana). ocuon

(tmdakan). ob<enYIhon (penpmatan). dan refleaion (refleksi). langkah pads

Sillus berikutnya adaJah pemcanaan yang sudab direvisi, tindakan,

pengamaran, dan refleksi Sebehun masuk pada siklus I dilakukan tmdakan

pendahuluan yang berupo ldentifikasi pennasalaban. SikJus sprral dari tahap-

tahap penelitian tindakan kelns dapei dllihat pada gambar berikut.

27
Rencana
ObsefVasi Awel
Tindakan
s:klus I

_____. Reflet(ai

ObsefvaS,t
t Pelaksanaan
"--- TindaXan--

Ref'lcsna
Tindakan
siklusll
"------'Reftet\.si -
Observasi
~ Palak5anaan
"--- TIndakan ----

Rencana
selanJUtnya

Gambar cltawadaJah Alur PeneJitian TlI1dakan

Rencana pennulaan, sebeJum mengadakaD penelinan penehti men}usun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan. termasuk di

dalamnva Instrumcn penelinan dan pcnII1gkat pembelajaran

2. Aktivitas observesi, mehpeu tindakan yllllg drlakukan oleh pencliti

sebagai upl)'a membangun pemahaman konsep SISwa !.eT1lI mengamati

hasil ainu dampak dari ditcrapbnnya metode pembelajaran drvergensi

taktis

28
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

4. Rencana yang direvisi, berdasarkan basil refleksi dari pengamat membuat

rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalarn tiga putaran, yaitu putaran 1,2 dan 3,

dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sarna (alur kegiatan yang

sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan soal

ujian di akhir masing putaran. Dibuat dalarn tiga putaran dimaksudkan

untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

D. Instrumen Penelitian Tindakan

Penulis dalarn melakukan penelitian menggunakan Instrumen sebagai

berikut ::

I. Silabus Kepengawasan

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengeJoJahan kelas, serta penilaian Kinerja Guru.

2. Rencana PembeJajaran

Rencana pembeJajaran biasanya digunakan sebagai pedoman

guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran, Masing-masing RP

berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian Kinerja Guru, tujuan

pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

29
3. FOTTTl LKS

Lembar kegaian ini yang dipergu.nakan siswa untuk membantu

proses pengumpuJan data hasil eksperimen,

4. Tes formatif

Tes ini disusun bcrdasarkao tujuan pembeJajaran yang akan

dicapai, digunakan untuk me.ngukur kemampuan pemahaman konsep

matematika poda yang telah dipelajari seJama ini, Tes fonnatif rni

diberikan setiap akhrr putanm. Bentuk soal yang diberikao adalah pilihan

ganda (objektif). Scbelumnya soal-soal ini beljumlah 46 soal yang lelah

diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah

diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk

memilih 5081 yang baik dan meme.nuhi syarat digunakan untuk mengambil

data. Langkah-Jangkab analisi butir soal adaJah sebagai berikut:

a. Validitas Tes

VaJiditas boor soal atau validitas item digunakan untuk

mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal, Sehingga

dapat ditentukan butir 5081 yang gagal dan yang diterima. Tingkat

kevalidan ini dapal dihitung dengan korelasi Product Moment:

(Suharsimr Arikunto,

: Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah peserta tes

30
ry : Jumlah skor total

IJ( . Jumlah skor butir soaI

IJ(2 : Jumlah kuadrat skor butir soaI

IJ(Y : Jumlah hasil kali skor butir soal

b. Reliabilitas

Reliabilitas butir soaI daJam penelit:iau ini menggunakan rumus

belah dua sebagai benlcUl

2r1111'1
rll ::
(I + rllllll) (Suharsimi Ankunto, 20001: 93)

Deugau: ru : Koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan


rl12112 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga rll dari perhitungan lebrh besar dari

harga r pada label product moment maIca tes tersebut reliable.

c. TarafKesukaran

Bilangan yang mcnunjukkan sulcar dan mudahnya suatu soal

adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk mencntukan

taraf kesukaran adaJab:

P=~
Js (Subarsimi Arikunto, 200 I: 208)
Dengan: P . lndeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab 5081dengan benar

Js : J umlah seluruh siswa peserta tes

31
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai

berikut:

Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

Soal deogan P = 0,30 I sampai 0,700 adalah sedang

Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soaJ adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tioggi dengan siswa

yang berkemaropuan reodah. Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimaoa:

D : lndeks diskriminasi

BA: Banyak peserta k.elompok alas yang menjawab dengan benar

Ba : Banyak peserta keJompok bawah yang menjawab deogan benar

h :JumJah peserta keJompok alas

JII : Jurnlah peserta kelompok bawah

PA = BA =
JA Proporsi peserta kelompok alas yang menjawab benar.
B
P8 -- __!!.--
J B Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

32
Kriteria yang digunakao untuk menentukan daya pembeda

butir soaI sebagai berikut:

- SoaI dengan 0 ~ 0,000 sampai 0,200 adaIah jelek

SoaI dengan 0 = 0,201 sampai 0,400 adaIah cukup

SoaI dengan 0 = 0,401 sampai 0,700 adaIah baik

_ SoaI dengan D= 0,701 sampai 1,000 adaIah sangat baik

E. Metode PengumpDlaD Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan metode pembelajaran aktif mdel pembelajaran

divergensi taktis pada materi pclajaran, dan soal ujian .

F_ Teknik Analisis Data

Untuk mengetahni keefeIaivan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pads penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleb

dengan tujuan untuk mengetahui Kinerja Guru yang dicapai siswa juga untuk

memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas

siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberbasilan

siswa setelab proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan

cara memben b.n eval uasi berupa soaI tes tertuJis pads setiap akhi r putaran

33
BAR IV

nASIL PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMBAllASAN

01 bab IV im, penulis mengurai'kan tcrtladap basil penelitian tindakan

sejauh mana basil obrsevasi penelitJ yang seUJigus Kepaia Madrasab dl dJ MAN

3 Garut tahun pelaJaran 201 &12019akan dijelaskan di bawah in! sebagai berikut :

\. PengolahaD DIm dati Hasil T .. claku

I. Siklus I

II Tahap Planning

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pernbelajaran

yang terdm dan n:ncana pelajaran I, soal UJIIID I dan alat-allll

pengajaran yang mendukung.

b Tahap Action

Pel.aksanaan kegiaian belojar mengaJaf untuk siklus J

dilalsanakDn peda tanggaJ I April 2019, dJ KellIS X dcngan jumlah

siswa 35 siswa. Dalam bal ini peneliti bertindak sebagai guru Adapun

proses belajar meogajar mengacu peda rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan beJaJar mengaJar.

Pada akhir proses belajar mengsjar siswa dibcri 5001 ujian I

dengan tUJuan untuk mengetahw IIngkm keberhasilan siswa daIam

34
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil

penelrnan pada Slklus I adalah sc:bel!l'i benlrut:

Tabel . Nillll Ujian Pada SikJus I

'-~ POint Pont

t-~I
Nllai Nihu
Responden K~esponden I B KB
~ 60 19 80 -I 1 1
,___ 2 55 ~
. - 20 70_.J t
3
4
70
70
r" 1{
21
22
40
80 .. T -
~
--+

5 70
t
.J 23 60
~
..-
to
6 60
~
T +
.. +-
24 SO ~ ,T
v
.. 7 60 25 80
,___ 8 +
60 "
t { +- 26 60 ,
--r
1
9 60 't-{ 27 80 .J j

r-:~
+- + .r+-
10 50-r I 28 70 of
+-
.J
70--r- 29 80
I 60 ] .J 30 ".J
13
14
70
60
..J
~
31
32
1 8"0"1
80
70
.J
.J -.-
1
1

• 15 70 -I 33 40
16 got .J --+
34 80 ..r "
• ,
,
"
17
18

80
60
--~ " ---r ~
35
Jumlah
60 v

Dan tabel di atas dapel d1JeIaskan bahwa dengan mencrapkan

metode belajar aktif model pembelajaran diverganesl tak1IS pada

materi pelaJDraD diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 66,80 dan

kctuntasan belajar mencap81 67,1~. atau ada 17 siswa dan 35 Sls\~a

suda.h tumas belajar. Hasil tenebut menunjukkan bahwa peda siklus

pertama seeara ldasibJ sisv.'1I belum tuntas bel8Jar. Urena ~iS\\o'1l ) ang

memperoleb m.Jaj , 65 t.nya sebesar 66,51% lebih kecrl dan

persentase ketuntasan yang dJkehendalri yaitu sebesar 85·. Hal im

disebabkao karena siswa banyak yang lupa dengan materi pelajamn

yang telah diajarkan selama hampir satu semester ini

35
2 Sildus n
B. Tahap Planing

Pada lahap inipenehu mempcrsiapkan perangkat pcmbelajaran

yang terdiri dari rencana peJajaran 2, SOBI ujian II dan alar-alar

pengajarBll yang mcodukuog.

b. Tahap Action

Pelaksanaan kegratan belajar mengajar untuk siklus II

dJlaksanakan pada tanggal 8 April di Kelas X MAN 3 gann Tahun

Pell\JarBn 2018/2019 dengan jumlah siswa 35 siswa. Dalaro hal iru

penehu bertll'ldak sd»gat guru Adapun proses belajar mengajar

mengacu padn rencana pclajaran dengan memperhatikan revlsi pada

siklus 1, selungp kcsalahan atau kekurangan peds siklus I tidak

terulang lagi pada siklus H. Pengarnatan (observasi) dilnksanakan

bersarnaan denpn peJaksanaan bela;ar mengajat

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal ujian II

dengan IUjUBn untuk mengelllbw nngkat kcberl1asilan siswa daIatn

proses belajar mengajar yang telah diJaL.'t1kan. Instrumen yang

digunakan adaIah SOBI ujian U. Adapun data hasil penelman pada

siklus Il adaIah sebagaJ benlal.

1 able 4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

POlOt POint
Nilat Nilat
J!esponden B KB R~n B KI3
I ~95=:-_,__{T'" 19 70 r:
2 85 ~
-=-~"- 20 80 r-
36
3 70 .. r { 21 ~70 \" r -

4 60 ct~~
.[1 ;; ~ +~-r
\ ~,
5 70

I
,__
70
6
-~~ - ""~ ;}- ~ _ ~f
"1 ~J
7 I
70
.[ ~
8
9
to
~

~
70 r r: ,-;~±~~
t-- 28 80 {
n -09 ..[-- 29 90 "
12 60 .J ~30 80 -{ 1
13 ~ T -+-_31 70 "
14 80 r +
32 80 v
i

15 70 33 70 ,
"
+i
16 60 ..J + 34 50
l- +
I-
17 ~ 70 35 70
L 18 70

Dan label dl alas diperoleh nil:u rata-rata siswa adalah 72.7""

dan ketuntasan belojar mcncapai 78.4·/0 atau ada 27 siswo dari 35

siswa sudah nmtas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada 511.105II

mi keumtasan belaJaI' sccara Uasil.aJ telah menga1aml pcningkatan

sedikn Icbih bruk dan slld05 L Adanya pemngkatan Kmef)a Guru

srswa uu kan:na sls",-.siswa Idah mulai mengulang pelaJataD yang

sudah duerimanya selama ini sehingga para siswa sebagian sudah

mengmgat meten yang telah diajarkon oleb guru

3. Siklus III

a Tahap Perencaoun

Pada tahap im penelitl mempersiapican perangkat pembelaJataD

yang terdiri dari rencana pelajaran 3. soaJ soaI ujian 3 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

37
Pelaksanaan kegiatan belajar mengaJIU' untuk srklus III

drlaksanakan pada tanggaJ IS April dl Kelas X MAN 3 Ratul Tahun

PelaJaran 2018/2019 dengan jumlah SISwa 3S SlSwa Dalam hal 101

penehu bertlOdak sebeglli guru. Adapun proses belajar mengajar

mengacu pada rencana pelaJaraD dengan memperhatikan revisi pada

siklus ll, sehingga kesaJahan atau kekunmgan peda sikJus I( udak

terulang laig pada sikJus m Pengamalllll (observasi) dilaksanaken

bersamaan dengan pelaksana'n belajar mengaJar

Pada akhlr proses belajar mcngajar siswa diberi soal ujian m


dengan tujuan untuk mengetahui ungkat kebemasilan siswa dalam

proses belaJar mengajar yang telah dilakukan Instrumen yang

digunakan adalah soaJ uJian ill Adapun data hasll penchtian pads

siklus III adalah sebagai berikut.

fable 6. Nilal Ujian Pada Sillus ill


~
Point Point
Nilai B Nilai
Respo nd~ ,..,,-_._~ KB Responden
s ":
-- KB
B

I 2
I 90'
90!
4
~
19
20
SO
90
~
'\
.
I--
,__ 3 90-{" 21 90 r=
T ~
.$
S
90
80
'\
'I
22
23
10
80
'\
.[ ..
t-- 6 -r 70 -,J 24 80 Tt-
I--
7 90
---
2S 70 r
t-
8 80 =; 26 80
.;r+-
I--
9 90 .J 27 60 -7~
I--
L._ 10 90 ~ 28 80 T 4

~
II
12
13
90
90
90
"
C" 1
~

j
29
36-
31_1
80
90
SO
"
I-
I-
14
IS
16-~
90
70 "
-{
'J
32
33--
34
80
80
90
,
L 17 90 ; 'J 35 80 - .
38
=18-=-80_"-..rr = -=-: -=- _c 1

Berdasarkan label chatas diperoleb mJai rata-rata soaI ujian

sebesar 83,15 dan dari 3S srswa yang teloh tun1as sebanyak 32 siswa

dan 3 siswa bclum mencapal ketmllasan bclajar Make secara UasikaJ

ketuntasan belajar yang lelah tercapai sebesar 94.1°10 (termasuk

kategon tuotas) Hasit pede siktus ill mi mengalanu pemngkatan

lebih baik dan siklus n. Adanya peningkatan Kinerja Guru pada siklus

TIl IOJ dtpengaruhl oleb adanya usaha sis"'a untuk mempelajan

kernbali materi ajar yang telah disarnpaibn olch guru Disarnping ltu

siswa juga merasa bclaJar menguJang ini adalah juga sebagat

perslapan untuk menghadapi ujian kerwkan kelas yang sudah <lekat

waktunya,

c Rcflcksi

Pada tabap ini akah diltaJI ape yang telah teriaksana dengan

baik maupun yang masib kurang balk dalam proses belaiar mengajar

dcngan peuerapan metode bclajar aktifmodel pembelajaran divergens

tal-us pada mateo pelajaran. Dan dauHlata )'8J1gtelah diperoleb dapat

duraikan sebap berikut:

I) Selama proses bclajar 1TIe!IgIJ&r guru teJah melaksanakan semua

pembelajaran dcngan baik, Meskipuo ada beberapa aspek yang

belum sempuma. letaPI persentase pelalcsanaannya untuk masmg-

masrng aspck cukup besar.

2) Berdasanan data basil pengamatan diketahw bahwa SISW. al'tif

selama proses belajar bertangsung.

39
3) fCekurangan peda SlUus-siklus sebelwnnY8 sudab mengaJami

petbe.ibn dan peningkatan sehingga mc:njadi leblh baik

4) Kinerja Guru siswsa pada SIIcJUS m mencapai ketuntasan

d, Revisi Pclaksanaan

Pada Slklus IJI guru telah mcncrapkan metode bclajar okuf

model pembelajaran dJvergens! taktis pada mateo pclaJaran dengan

ball.. dan dJhha! dan aktiVlIas siswa serta Ktnetja Guru Sls\\-a

pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan bark,

Mal..a tidak diperlukan revlS! terlaJu banyak, letapt yang perlu

diperhati1can untuk bndakah selanjutnya adaIah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang tclah ada deogan tujuan agar pads

pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode

belajar alctif model model pcmbelajaran divergensr taktis pada

mateo pelajaran dapat merungkatkan proses belajar mengaJar sehingga

tUJuan pc:mbelajaran dapat ten:apai.

B. Pembahaun Alls Hasi! Tindalul.

Ketuntasan Kinerja Guru Siswa

Melalui basil pcneilitian mi rnenunjukkan bahwa metode belajar

aknf model pembelaJaran diverge:nsi taktis pada maten pelaJaran

memiliki dampalt posrtif dalam meTllllg)catkaD Kinerja Guru siswa Hal ini

dapa! dilihat dari scmaJun mantapnya pemahaman siswa terbadap mateo

yang disampaikan guru IDltuk menghadapi ujian kenailcan kelas

40
(ketuntasan belajar meningkat dari sklus l Il, dan Ill) dan ketuntasan

belajar siswa secara kJasikal telah ten:apal .

., Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan anaIiS1S data, diperoleb alctivitas siswa dalam proses

metode belajar aktlf model pernbelajaran divergensi taktis pada mated

pelajaran dalam setlap siklus mengalami peningkatan. Hal im berdampak

posinf terhadap Killel}l Guru Sls~a yaitu dapu ditwlJukkan dengan

meningkatnya nilaJ rata-rata siswa pada setiap siklus yang rerus

mengaJami pemngUtan.

3. Aktrvrtas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan anallsis data., diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran matematiko dengan metode belajar aktif model

pembelajaran di"ergctlSl taktis pada materi pelajarao yang paling domJnan

adaJah bekctja dengan menggunakan alat-medra,

mendengarb.n memperhankan penjelasan guru. dan diskUSI antar

SISW& antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas

isiwa dapat dikategonkan aktif

Sedangka.n untuk a.l:tivita5 guru selama pcmbelajaran telah

melaksanakan langkah-la.ngJcah metode belajar aIdIf model model

pembeJajaran di,,-ergetlS1taktJs pada materi peJajaran dengan baik

Hal ini terhhat dan aknvitas guru yang muncuJ <It antaranya akthitas

membimbing dan mengamali siswa daJam mengelJakan kegiatan

pembelajaran, memelaskan materi yang suJit, memben umpan

41
baltk,;evaJuasiltanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas dl atas cukup

besar.

42
BABV

KES~ULANDANSARAN

A. Krsi DI pU laD

Berdasarkan has.1 pengolahan data dan pembahasan hasil penehuan

yang telah dilakukan peda bab I. beb II. bab rIL dan bah IV. maka dapatJab

penulis menank kesimpulan sebaglu berikut

Kemampuan guru yang mengaJar matematil..a di MAN 3 Garut dJ

dalam menerapkan model pembelajaran •dtvergens) takus ' dengan

dilandas. usaha yang maJcsjmaJ untuJ,; mcmperoleh ml.. yang bsgus.

2 Tanggapan I respon para guru dan siswa terhadap pengembangan model

pembelljaran •dtvcrgenst takns • cukup antusias dan merasa tcJbantu dJ

dalam menyelesaikan seal-seal matemauka,

3. Pengembangan model pcmbelaJaran dapet membantu mcminglwkan

kemampuan siswa sesuai dengan po~ yang dllnilikinya. Ha.1 itu

tampak palla perubaban nil.. hasil tes secara bertahap dan signifikan,

apabiJa elibanelingkan antanl nilai hasil res pada tindaJum pertama,

undakan kedua clan tindakan ketiga.

B. Saran

Pengembangan model pembelajaran •dtvergenst takus • daIam

pembelajaran matematJka eli Sekolab Dasar akan berba.\l1 apabrla

Sanma dan prasarana yang dJperlukan UDtuk keglltan belajar mengajar

tereukups misalny. :

43
- Bahan pelajaran:

- Alat pelaJanIIl;

- Serta alat bantu pellJlII1UJlainnya

2. Pertauyaan dari SISWI tidak boleh banya dJjawab ole.b guru. Guru harus

lebih banyak meoerangkan pertanyaan dati mood.

3. Dalam penggunaao pendekatan •dtvergens« takus '. guru harus lebih

mempersllpbn din sebelum meng8Jll. diautaranya menyusun reocan.a

pembelajaran, lembar kegiatan SlSwa, alalperaga. sumber belajar, dan alai

evaluasi

44
DAFTAR PUSTAKA

Depchknas (2000). Kamu» Besar Bahasa Indonessa. Jakarta . Bala: Pustaka

. ( 2001). KIIT/hi/um Pmdulllcan Dasar Kelas /I' Sekolah Dasar


Jakarta: Depdiknas.

__ . ( 2003). Peluryl/k Pelaksanoan KegiuJun Be/aJOT MengaJOT. Jakarta :


Depdiknas,

Gulo, W (2002). A/e/(xlQ/(~1 Peneliuan, Jakarta: PT. Gramedie,

Hasan, HS.. dll. (2001) Pedoman Penuhsan Karya llmtah. Bandung


Universitas Pendidikan Indonesia.

Ibrahim, S dkk.. (2002) KlITlk:ulum dan PemheluJUTUn. Bandung : Universitas


Pend,dikan lodonesia.

Karso, dkk. ( 2001). Dasar-dasar Pendtdtkon MIPA. Jakarta: Universitas


Terbuka Depdikbud

Nasuuon, S (1982). Dulakla A.;a.f-(C(Lf MengUJOT Bandung: JClIWS-

Sumann, B ( 2(00) .\1clnde Dtvergens: Tabu Bagi Pengajaran Matemauka


untuk Sekolah Dasar. Jakarta : Eriangga

Surya, M. Dan Djumhur. I (1975) Blnlhmgan dan Penyuluhan dr Sekolah.


Bandung CV lImu

Uzer Usman, M. ( :!OOI), A1efIJadl Guru I'rofosional, Bandung PT RemaJa


Rosda Karya.

WmatapulTl, S. dan Rositam, T [Eds], ( 2001). Be/ajar dan Pembelajaran


Jakarta Universites TClbuka DepdJImas.

Lampttan

45
Alllr Pdah, .... Pettelitiu Ttrubun Sekolab

Pelaksanaan
Tindabn
Rencana
Tindalcan
Rcneksi
Observasi
Siklull
Pclaksanaan
Tindakan
Rcnel.si
Qbsen,esl
SikluJ 0
Rcnc:ana
Ttndakan
Rencana
Tindakan
Pelaksanaan
Tindakan
Refleksi
Observasi
Siklus m
Lampiran I
Daftar Presensi Keglalan PTS untuk 2 Responden dan
Daftar Preseosi Slswa befjulan 35 SISwa
Lampiran n
Foto Kegiatao
Lampiran m

Daftar Hadlr Siswa (Responden)


Selama PenelitiaD 8erlangsung

Aspek Kegi.ataD PTK : Aplikasi PelDbelajarao Divergensi Taktis

T aDUal KegialllJl Tapel_'_

Tempat KegiBtaD Kelas X MAN 3 Gilrut

T
No NamaSP lIraiaJI KegiataD TID
1
2
r t

3
...
...
f
1-
"
!I
---+-

6
...
..... +
7
8 ~-- t
+
~
1190~_

II
j +- -l

12 ~
"-
13
14
1 ~
~
+- ~
15
-I- __,
16
17 t
...I..
_j
47
[lB119
20
I ... -
I
I~
f23
I j
24
I •
25 I ~

..
26

t?l 28
J

29
I

,
f:t
31
32
-+-- F


-j

Peneliti

Lampiran IV
RPP

48

Anda mungkin juga menyukai