Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN

KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI KEGIATAN MENGENAL


BILANGAN DENGAN MEDIA KARTU ANGKA DI TK DHARMA
WANITA 2 SUKORAME KECAMATAN GANDUSARI - KABUPATEN
TRENGGALEK

Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kegiatan
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD 4504) Program
S1 PG-PAUD FKIP Universitas Terbuka

DISUSUN OLEH
NAMA : NADHIFATUR ROHMAH
NIM : 837661838
POKJAR : TRENGGALEK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
UNIVERSITAS TERBUKA
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun untuk diajukan memenuhi tugas mata kuliah Analisis
Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini pada program Strata 1
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Terbuka.
Nama : Nadhifatur Rohmah
NIM : 837661838
Tempat Penelitian : TK Dharma Wanita 2 Sukorame
Waktu Pelaksanaan :
Kelas Penelitian : TK usia 5 tahun – 6 tahun

Telah diterima dan disahkan sebagai syarat untuk memenuhi Tugas mata kuliah
Analisis Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD 4504)
Program S1 PGPAUD FKIP Universitas Terbuka.

Gandusari, .....................2022
Dosen Pembimbing Peneliti

Romaida, S.Pd, M.Pd Nadhifatur Rohmah


NIM : 837661838

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur, Alhamdulillah kehadirat Alloh SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya. Sholawat dan salam beriring salam semoga senantiasa terlimpah
curah kepada Nabi Muhammad SAW atas perkenan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Analisis Penelitian Pengembangan Kegiatan Anak Usia
Dini di TK Dharma Wanita 2 SukorameKecamatan Gandusari Kabupaten
Trenggalek.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam
menyelesaikan laporan analisis ini.
2. Pengelola Pokjar Trenggalek
3. Pengelola dan Para Pengasuh TK Dharma Wanita 2 Sukorame Kecamatan
Gandusari Kabupaten Trenggalek
4. Kedua orang tua,suami dan seluruh keluarga yang tiada henti selalu memberi
do’a dan dukungannya.
5. Rekan-rekan guru maupun mahasiswa yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
peningkatan mutu pendidikan.

Gandusari, .....................2022
Penulis

NADHIFATUR ROHMAH
NIM : 837661838

iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................................i
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
Kata Pengantar iii
Daftar isi iv
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang

1
Fokus Penelitian 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian......................................................................................3
BAB II. LANDASAN TEORI
Perkembangan kemampuan mengenal bilangan.........................................4
Pengertian kognitif 8
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Subjek Penelitian 13
Metode Penelitian 13

BAB IV. ANALISIS DATA


Tabulasi Data 14
Analisis Kritis 18
BAB V. PENUTUP
Simpulan....................................................................................................21
Saran...........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Usia dini merupakan masa emas perkembangan. Pada masa itu
terjadi lonjakan luar biasa pada perkembanagan anak yang tidak terjadi pada
periode berikutnya. Para ahli menyebutnya sebagai usia emas perkembangan
(golden age). Utuk melanjutkan potensi perkembangan tersebut, setiap anak
membutuhkan asupan gizi seimbang, dan rangsangan pendidikan harus
dilakukan sejak lahir, bahkan sejak anak masih dalam
kandungan.Rangsangan pendidikan ini hendaknya dilakukan secara bertahap,
berulang, konsisten, dan tuntas, sehingga memiliki daya ubah (manfaat) bagi
anak.1 Usia dini merupakan periode awal paling penting dan mendasar yang
fundamen dalam kehidupan awal sampai periode akhir perkembanganya.
Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini, dimana semua
potensi anak berkembang paling cepat. Periode ini pula yang disebut sebut
sebagai periode emas, atau yang lebih dikenal sebagai The Golden
Ages.2Oleh karena itu perlu mengali potensi yang dimiliki anak dengan
berbagai cara termasuk melalui kemampuan kognitif yaitu berhitung.
Pengembangan kognitif bertujuan mengembangkan kemampuan
berfikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan
bermacammacam alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk
mengembangkan kemampuan logika mamematis dan pengetahuan akan
ruang waktu, serta mempunyai kemampuan untuk memilah-milah,
mengelompokkan, serta mempersiapkan kemampuan berfikir teliti.4
Karakteristik perkembangan koqnitif menurut kurikulum adalah anak dapat
memahami konsep makna yang berlawanaan seperti kosong-penuh, berat-
ringan, atas-bawah, dan sebagainya. Dapat memadankan bentuk geometri
(lingkaran, persegi panjang, dan segi tiga) dengan obyek nyata atau melalui
visualisasi gambar.Dapat menumpuk balok atau gelang-gelang sesuai
ukurannya secara berurutan. Dapat mengelompokkan benda yang memiliki

1
persamaan warna bentuk, dan ukuran.Dapat menyebutkan pasangan benda,
mampu memahami sebab akibat.Dapat merangkai kegiatan sehari-haari dan
menunjukkan kapan setiap kegiatan kegiatan yang dilakukan.Menceritakan
kembali tiga gagasan utama darisuatu cerita.Mengenali dan membaca tulisan
melalui gambar yang sering dilihat dirumah atau disekolah. Mengenali dan
menyebutkan angka 1-20.
Universitas Terbuka melalui Program Studi PG PAUD
mengharapkan lulusan yang kompeten dibidangnya khususnya untuk dapat
memahami tugas dan fungsinya sebagai pendidik PAUD, yaitu
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi setiap kegiatan pengembangan
anak usia dini salah satunya Melalui mata kuliah analisis kegiatan
pengembangan AUD. Dalam rangka memenuhi tugas-tugas dalam mata
kuliah analisis kegiatan pengembangan Anak Usia Dini Program S1 PAUD,
maka telah dilakukan penelitian di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita 2
Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek yang bertujuan
untuk mengumpulkan data mengenai kegiatan anak yang di anggap perlu di
teliti lebih lanjut untuk selanjutnya di analisis secara kritis.
Dari penjelasan di atas, pengembangan potensi anak didik mestinya
sedini mungkin. Ditingkat Taman Kanak- Kanak, salah satu materi yang
digunakan untuk mengembangkan potensi anak didik adalah bidang
pengembangan Kognitig. Karena luasnya bidang Kognitif penulis
menfokuskan pada bidang kognitif berhitung materi/ indikator yaitu
pengembangan kognitif yaitu berhitung dengan “mengenal bilangan melalui
kartu angka” pada kelompok B Taman Kanak- Kanak Dharma Wanita 2
Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Harapan peneliti
pendidik dalam memberikan bimbingan lebih optimal.

2. Fokus Penelitian
Setelah diadakan observasi di salah satu ruang kelas tingkat B di
TK Dharma Wanita 2 Sukorame, maka penelitian ini terfokus pada salah satu
kegiatan anak yaitu kegiatan “mengenal bilangan dengan menggunakan kartu
angka”

2
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengumpulkan data mengenai :
a. Alasan pendidik melakukan kegiatan mengenal bilangan dengan
menggunakan kartu angka.
b. Tujuan pendidika melakukan kegiatan mengenal bilangan dengan
menggunakan kartu angka
c. Kebijakan yang mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut.
2. Membuat analisis kritis (critical analysis ) mengenai kegitanan tersebut.

4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi :
a. Mahasiswa :melatih mengembangkan kemampuan mahasiswa
dalam menganilisis suatu kegiatan anak di lembaga TK,sebagai
saran masukan dalam menganilisis suatu kegiatan yang akan
dilakukan anak dan melatih mahasiswa melakukan penelitian kelas
b. Lembaga :memberi masukan terhadap kegiatan
perkembangan kognitif anak di TK Dharma Wanita 2 Sukorame
c. Pendidik:sebagai masukan dalam kegiatan pengembangan Kognitif
anak dengan pembelajaran pengenalan bilangan pada anak
d. Orang tua :bagi orang tua penelitian ini bermanfaat untuk
menambah wawasan orang tua tentang cara mendidik anak dan
mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan usia anak.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Perkembangan mengenal bilangan pada anak usia dini


Setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, kemampuan
yang dimiliki anak sangat penting untuk distimulasi agar kemampuan pada anak
meningkat dengan baik dan membekali anak untuk masa depannya kelak.
Kemampuan adalah kesanggupan yang ada didalam diri seseorang yang mana bisa
dihasilkan dari gen atau bawaan dan dapat dilakukan dengan latihan-latihan yang
dapat mendukung seseorang tersebut dalam menyelesaikan tugasnya (Susanto,
2011: 97). Usia dini merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai
potensi yang dimiliki oleh anak. Pengembangan dapat dilakukan dengan salah
satu cara yaitu melalui berhitung. Berhitung di TK tidak hanya terkait dengan
kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional,
karena dalam pelaksanaanya harus dilakukan dengan kegiatan yang
menyenangkan untuk anak.

Kemampuan berhitung merupakan bagian dari matematika yang dapat


menumbuh kembangkan kemampuan kognitif anak. Kemampuan berhitung pada
anak sangat penting dikembangkan, karena berhitung dapat digunakan dalam
kehidupan sehar-hari anak. Hal ini didukung oleh pendapat Rijt et al,. (2003: 158).
Kemampuan berhitung juga yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
agar mampu menyiapkan mental untuk masa depan. Sejalan dengan pendapat
Frank (1989: 14) menyatakan bahwa mengembangkan kemampuan berhitung
anak merupakan bagian yang sangat penting dari program pembelajaran
matematika dan prasyarat keterampilan matematika, karena matematika
diperlukan dan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari terutama dalam
memecahkan permasalahan. Seiring dengan perkembangan anak-anak dari mulai
Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar awal tahap kemampuan berhitung anak
lebih cepat berkembang karena mereka sudah mampu menghitung, mencocokkan
bilangan dengan angka, serta mereka mampu menghitung lebih dari 10 (Jordan et
al., 2006: 154).

4
Selain itu, kemampuan berhitung pada anak usia dini sangat diperlukan,
agar anak memiliki kesiapan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya (Depdiknas,
2007:1; Aunio et al., 2008: 203). Lingkungan sangat berpengaruh pada
kemampuan berhitung anak usia dini. Lingkungan yang mendukung stimulasi
anak dapat mengembangkan kemampuan anak salah satunya kemampuan
berhitung. Hal ini sejalan dengan pendapat Suryana (2017: 107) lingkungan
terdekat mampu mengembangkan kemampuan berhitung dengan cara memberikan
stilumasi yang tepat yang dapat menarik perhatian anak seperti dengan media
yang menarik, bernyanyi, dan lain-lain (Suryana, 2017: 107). Kemampuan
tersebut dapat distimulasi sesuai dengan tahap kemampuan berhitung anak.
Perkembangan kemampuan anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai
jumlah, yaitu berhubung dengan jumlah dan pengurangan (Susanto, 2011:98).
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak mulai mengembangkan indera
angka pada masa bayi awal dan anak usia dini mulai memahami tentang angka
sesuai dengan pemahaman dan penguasan berhitungnya.

Menurut National Research Counci oof The National Academies (2008: 114)
Study menunjukkan bahwa terdapat tiga keterampilan dasar utama yang
diperlukan dalam kemampuan berhitung awal yaitu mengetahui urutan angka,
korespondensi satu-ke-satu, kardinalitas, anak mulai memperolah pemahaman
tentang operasi angka seperti penambahan dan pengurangan. Kemampuan
berhitung anak dapat berkembang lebih baik jika diberikan pembelajaran yang
tepat.
Kemampuan berhitung merupakan landasan bagi banyak kehidupan
keterampilan anak nantinya dan berhitung pada anak usia dini bisa dimulai
dengan menghitung urutan angka dari mulai satu, menghitung berapa jumlah
benda yang ada disekitar anak, dan anak dapat menjumlahkan benda (Klinken &
Juleff, 2015: 9).

Menurut Peraturan Kemendikbud Nomor 137 Tahun 2014


tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini pada standar tingkatan
pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun pada lingkup berpikir simbolik
yaitu, (1) anak mampu menyebutkan lambang bilangan 1-5, (2) Menggunakan

5
lambang bilangan untuk menghitung, (3) Mencocokkan bilangan dengan lambang
bilangan.
Khadijah (2016: 143) kemampuan berhitung adalah kemampuan yang
dimiliki oleh setiap anak dalam matematika, kegiatan yang dilakukan dalam
berhitung pada anak dengan cara mengurutkan bilangan atau membilang serta
mengenai jumlah untuk menumbuh kembangkan keterampilan yang sangat
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari anak. kemampuan berhitung merupakan
dasar dalam pengembangkan kemampuan matematika untuk kesiapan mengikuti
pendidikan dasar bagi anak. Berikut ini yang dapat dikembangkan dalam
kemampuan berhitung yaitu: (1) Mengenali atau membilang angka, (2)
Menyebutkan urutan bilangan, (3) Menghitung benda, (4) Mengenali himpunan
dengan nilai bilangan berbeda, (5) memberi nilai bilangan pada suatu himpunan
benda, (6) Mengerjakan atau menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurangan
dengan menggunakan konsep dari konkrit keabstrak, (7) Menghubungkan konsep
bilangan dengan lambang bilangan, (8) Menciptakan bentuk benda sesuai dengan
konsep bilangan.

Krogh & Slentz (2001: 93) menyatakan bahwa kemampan berhitung pada
anak usia dini adalah dengan cara penghitungan hafalan. Penghitungan hafalan
pada anak usia dini yaitu dengan melafalkan tanpa mengaitkan dengan objek, atau
dengan kata lain anak dapat membilang. Anak-anak prasekolah harus
mengembangkan gagasan mendasar bahwa angka berikutnya dari yang mereka
sebutkan adalah urutan angka. Setelah anak dapat mengurutkan angka, anak-anak
akan memliki pengalaman dalam mencocokkan bilangan dengan angka dan anak
mulai mengklasifikasikan benda sesuai dengan jumlah yang diminta. Jika anak
sudah memahami bilangan serta angka, maka anak akan memahami perhitungan
penjumlahan dan pengurangan.

Senada dengan Jackman (2009: 159) kemampuan berhitung merupakan


keterampilan yang sering digunakan anak-anak dalam kehidupan dan kegiatan
sehari-hari mereka. Kemampuan berhitung berkembang dari waktu kewaktu
ketika anak terlibat dengan kegiatan yang mendorong mereka untuk berpikir,
mengeksplorasi, dan mendiskusikan ide-ide. Kemamapuan berhitung anak dapat

6
berkembang ketika guru dan lingkungan kelas dapat menciptakan suasana yang
kondusif dalam pengenalan berhitung.

Berhitung pada anak usia dini hendaknya


dimulai dengan menghitung dengan benda. Kemampuan berhitung anak dapat
dikembangkan mulai dari perhitungan hafalan, melafalkan urutan angka,
mencocokan bilangan dengan angka, dan operasi bilangan sederhana.
Kemampuan berhitung anak sangatlah penting untuk distimulasi, karena
kemampuan berhitung dapat menjadikan pengalaman baru dalam kehidupan
sehari-hari anak. Kemampuan berhitung merupakan kemampuan yang mencakup
bilangan, angka, memanipulasi jumlah seperti penjumlahan dan pengurangan
(Raghubar & Barnes, 2016: 3).

Senada dengan Suryana (2016: 108) dan Suyanto


(2008: 48) bahwa kemampuan berhitung sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari dan masa depan anak nantinya yang dapat mengembangkan
pengetahuan tentang bilangan, angka, penjumlahan dan pengurangan. Sedangkan
Reid (2016:1) berpendapat bahwa kemampuan berhitung pada anak usia dini
adalah anak belajar tentang membandingkan atau membedakan lambang bilangan,
dapat memperkirakan dan anak dapat menghitung jumlah yang berbeda. Pada usia
5 tahun ke atas anak-anak sudah mengenali angka termasuk berhitung 1-20 hingga
lebih, pengetahuan tentang bentuk angka dan urutan angka, serta mengetahui
transformasi angka seperti penambahan dan pengurangan (Meggit, 2013: 69;
Morrison, 2016: 247; Papalia & Feldman, 2015: 247).

Berikut ini uraian dari kemampuan berhitung yang telah dijelaskan dari
beberapa pendapat. Bilangan pada kemampuan berhitung anak yaitu digunakan
dalam menyatakan berapa banyak benda, menyebutkan urutan bilangan
(Clements, 2003: 16; Lestari, 2011: 9). Sedangkan angka pada kemampuan
berhitung anak yaitu mengenal angka, membedakan angka, dan menghubungkan
atau mencocokkan bilangan dengan angka (Lestari, 2011: 9; Morrison, 2012: 151;
Reid, 2016: 1). Pada penjumlahan dan pengurangan sebaiknya diperkenalkan
setelah anak memahami bilangan dan angka (Suyanto, 2008: 66). Hal ini yang

7
melandaskan bahwa penjumlahan dan pengurangan pada anak hendaknya diiringi
dengan adanya bilangan dan angka. Karena Penjumlahan dan pengurangan pada
anak usia dini tidak bisa diajarkan secara langsung bahwa 2+1=3 (Suryana, 2016:
110). Menurut Jackman (2009: 159) operasi bilangan pengurangan dan
penjumlahan sederhana dapat memberikan anak-anak dasaruntuk memahami
jumlah hingga 10.
Pentingnya mengembangkan kemampuan berhitung pada anak usia dini.
Kemampuan berhitung anak usia dini dapat ditingkatkan melalui permainan dan
menggunakan media yang tepat untuk anak, karena pada berhitung anak usia dini
masih berhitung dalam sedarhana dan mendasar. Untuk itu dalam mendukung
perkembangan anak usia dini khususnya dalam kemampuan berhitung, dengan
cara memberikan pembelajaran yang tepat ketika anak masuk sekolah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berhitung adalah kemampuan yang sangat penting untuk
dikembangkan, karena anak dapat memecahkan sebuah permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini, kemampuan berhitung anak usia 5-6
tahun dimulai dari bilangan, angka, penjumlahan dan pengurangan sederhana.
Bilangan pada anak usia dini diperkenalkan secara bertahap dimulai dari
membilang 1-5, 6-10, 11-15, 16-20 dengan mengenalkan urutan angka.
Sedangkan pada angka, anak terlebih dahulu mengenal bentuk angka, kemudian
anak dapat membedakan angka dan mencocokkan bilangan dengan angka. Setelah
anak memahami bilangan dan angka, anak belajar penjumlahan dan pengurangan.
Penjumlahan dan pengurangan pada penelitian ini tidak diperkenalkan 1+2=3 atau
3-1=2, tetapi penjumlahan dan pengurangan pada anak usia dini diiringi dengan
adanya bilangan dan angka. Hasil penjumlahan dan pengurangan pada penelitian
ini hanya sampai hasil 10.

2. Pengertian Tentang Kemampuan Berhitung


Berhitung merupakan suatu hal yang berkaitan dengan perhitungan
terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian serta
pembagian. Banyak orang mempelajari berhitung karena berhitung itu
diperlukan dalam pekerjaan serta kehidupan manusia, bahwa banyak orang
berpendapat bahwa taraf tertentu matematika wajib dikuasai oleh semua

8
pelajar pada semua jenis sekolah yang ada. Berhitung bukan hanya
menyuarakan bahasa tulis atau menirukan ucapan
guru dengan cepat dan tepat, akan tetapi berhitung merupakan perbuatan
yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan individu
dalam mengamati, menyebutkan, memahami dan menulis lambang
bilangan yang pasti dan sesuai dengan informasi.
Banyak orang mempelajari berhitung karena diperlukan dalam setiap
pekerjaan dan hidup mereka. Dan kini berhitung telah menjadi pelajaran
wajib disekolah-sekolah tentunya. Sehingga para peserta didik mampu
menguasai sebelum melanjutkan ke sekolah jenjang sekolah dasar.
Pengajaran berhitung hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep
atau pokok bahasan dalam perkembangan berfikir anak. Dengan demikian
diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Pengajaran
dimulai dari yang kongkrit dilanjutkan ke abstrak, dari yang mudah ke
yang sulit dan dari hal sederhana ke hal yang komplek.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada
setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu
menjadi tahu sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar adalah suatu
kegiatan yang interaktif dan edukatif antara peserta didik dan tenaga
pendidik. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses
belajar yang dijalani peserta didik, baik ketika ia berada di sekolah
maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. (Syah, 2007)

Berhitung merupakan suatu hal yang berkaitan dengan perhitungan


terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian. Berhitung bukan hanya menyuarakan bahasa tulisan atau
menirukan ucapan guru dengan cepat, akan tetapi berhitung merupakan
kerjasama beberapa keterampilan individu dalam mengamati,

9
menyebutkan, memahami, dan menulis lambang bilangan yang pasti dan
sesuai dengan informasi. (Naga, 1980).
Pembelajaran berhitung di kelas-kelas seperti di sekolah Taman Kanak-
kanak terutama diarahkan agar anak memiliki keterampilan dalam
berhitung
melalui kegiatan praktis yang dilakukan sendiri oleh anak, namun
pemahaman
tentang konsep tertentu juga diperlukan dan diharapkan terpupuk melalui
kegiatan tersebut. Untuk membantu pemahaman anak, pengajar juga
henadaknya memilih sarana yang seuai dengan bahan pengajaran dengan
menggunakan bahan sederhana atau mudah diterapkan.

Menurut Gagne (1977) belajar merupakan sejenis perubahan yang


diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda
dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan
tindakan yang serupa itu. Sedangkan menurut Winkel (1989) belajar
adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengelolaan pemahaman. Perubahan terjadi akibat adanya suatu
pengalaman atau latihan, bukan karena perubahan
karena reflek atau bersifat naluriah. Belajar juga merupakan suatu proses
perubahan dalam kepribadian sebagaimana dimanifestasikan dalam
perubahan penguasaan pola-pola respon tingkah laku yang baru nyata
dalam perubahan ketrampilan, kebiasaan, kesanggupan, dan sikap. Proses
belajar akan membawa perubahan baik yang
bersifat aktual maupun potensial. Perubahan ini memiliki arti individu
yang sedang dalam proses belajar memperoleh kecakapan baru karena
usahanya.

Menurut Biggs, belajar didefinisikan dalam tiga macam rumusan,


yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif.

10
Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan
kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara
institusional, belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau
pengabsahan terhadap penguasaan peserta didik atas materi yang telah
dipelajari. Secara kualitatif, belajar adalah proses memperoleh arti-arti dan
pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di
sekeliling peserta didik. Peserta didik dilahirkan dengan struktur sel-sel
syaraf yang unik dalam otak mereka, yang membuat mereka memiliki
perbedaan dalam cara mengelola informasi dalam pikiran mereka. Peserta
didik juga memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Hal tersebut
menuntut tenaga pendidik untuk memperhatikan kebutuhan masing-
masing peserta didiknya yang unik. Tenaga pendidik dituntut
untuk meneliti cara mengajar yang paling dapat diterima oleh hampir
keseluruhan peserta didiknya. Anak usia dini adalah masa yang sangat
strategis untuk mengenalkan berhitung pada jalur matematika, karena usia
dini sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa
ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapatkan
stimulus/rangsangan yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Usia 4-
6 tahun merupakan masa peka perkembangan aspek social anak.
Kemampuan sosial yang dimiliki oleh anak, anak dapat melakukan sesuatu
dengan sangat mudah, sehingga dalam kegiatan permainan berhitung anak
akan dapat bermain dengan berbagai macam permainan yang dapat
mengasah otak/ berpikir yang lebih kongkrit (Sisdiknas, 2007: 4).

Adapun beberapa strategi pembelajaran dalam berhitung menurut


Russefendi (1979).

a. Dalam Pembelajaran berhitung, langkah pertama dimulai dengan


keadaan sehari-hari yang sebenarnya atau riil.

b. Anak akan lebih berhasil jika belajar berpartisipasi aktif secara


maksimal dengan melibatkan semua semua indera.

11
c. Membiasakan anak untuk menyelesaikan soal berkaitan dengan
pemecahan masalah.
d. Hafal fakta dasar penjumlahan dan pengurangan itu penting, tetapi
harus dilandasi dengan pengertian. Oleh karena itu, anak dibiasakan
dalam mencari dan mengembangkan strategi berfikirnya, mengenal
pola bilangan, mengenal sifat-sifat pengerjaan hitung untuk
menguasai fakta-fakta dasar.
e. Cara transisi seperti cara panjang, cara singkat dan penggunaan media
pembelajaran merupakan jembatan tetapi juga memperkaya
pengalaman anak, agar anak memahami dan mengerti cara singkat.
f. Untuk sampai kepada pembentukan abstraksi berhitung pada diri anak
diperlukan pengalaman yang bervariasi dan proses yang panjang.
Karena itu supaya anak melakukan kegiatan yang beraneka ragam,
pecahan soal ditinjau dari berbagai segi dan lain-lain ditinjau dari
berbagai segi dan lain-lain dalam waktu yang cukup lama.
g. Mengetahui berbagai macam teknik mengajar. Hal ini perlu bila
menggunakan teknik sebelumnya, anak juga belum mengerti apa yang
digunakan teknik sebelumnya, anak juga belum mengerti apa yang
digunakan

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak didik, pendidik, dan pimpinan TK
Dharma Wanita 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode imer pretative yaitu
menginterprestsikan data mengenai fenomena/ gejala yang diteliti di lapangan.
Penelitian menganalisis kegiatan pengembnagan bahasa di TK Dharma
Wanita 2 Sukorame secara detail, sehingga diharapkan informasi yang
diperoleh valid dan dapat dipetanggungjawabkan.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi, yaitu untuk melihat fenomena yang unik/menarik untuk
dijadikan fokus penelitian
b. Wawancara, yaitu untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai
fokus penelitian
c. Dokumentasi, yaitu untuk mengumpulkan bukti-bukti dan penjelasan
yang lebih luas mengenai fokus penelitian.

13
BAB IV
ANALISIS DATA
1. Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisis data, maka data hasil penelitian dibuat tabulasi
data sebagai berikut :
Observasi Wawancara dengan Wawancara dengan dokumentasi
guru pimpinan TK

Guru melatih anak Sebagai guru Di TK kami lebih


mengenal bilangan PAUD, dalam mengutamakan
melalui kartu angka, mengembangkan pembelajran
untuk membuat kemampuan dengan
kartu angka juga mengenal bilangan, menggunakan
bisa ditambahkan kami mencoba prinsip bermain
gambar dengan menggunakan sambil belajar atau
jumlah sesuai media kartu angka belajar seraya
bilangannya sebagai media bermain. Bermain
untuk anak merupakan
mengenal bilangan pendekatan dalam
agar mereka melaksanakan
merasa tertarik pembelajaran di
dengan berbagai TK. Melalui
macam kartu angka bermain anak
diajak untuk
bereksplorasi,
menemukan dan
memanfaaatkan
objek-objek yang
dekat dengan anak,
sehingga
pembelajaran
menjadi lebih
bermakna bagi

14
anak serta ketika
anak membangun
pengertian yang
berkaitan dnegan
pengalamannya
Penataan ruang itu Kami menempati Karena kelas kami
satu kelas bagian kelompok memang baru saja
digunakan untuk 2 A dengan jumlah direnovasi dan
kelompok belajar, siswa 8 anak. kebetulan semua
dikarenakan Ruangan kami hiasan yang kami
tempatnya yang memang belum ada buat sudah rusak.
sangat minim. Di tempelan atau Namun demikian
dinding belum ada hiasan yang dapat ada beberapa APE
tempelan untuk lebih mendukung yang masih dapat
bahan anak anak untuk digunakan anak
mengena bilangan. mengenal konsep untuk mengenal
Namun ada bilangan. apa yang mereka
beberapa APE yang inginkan
dapat mendukung
anak untuk belajar
mengenal bilangan

Kegiatan yang Dalam kegiatannya Hal yang kami


dilakukan anak di awal, anak saya lakukan sebelum
yaitu menyebutkan ajak untuk melihat memberikan
dan menunjukkan kartu angka yang pembelajaran
bilangan yang saya pegang, kepada anak adalah
dipegang guru kemudian saya mengetahui terlebih
minta anak untuk dahulu sampai
menyebutkan mana kemampuan
berapa bilangan anak, dengan
tersebut, dari hal demikian kami bisa

15
ini saya bisa langsung
mengamati sejauh memberikan
mana anak stimulasi sesuai
mengenal bilangan dengan
perkembangan
kemampuan
mereka
Pembelajaran Pembelajaran Kami
menggunakan media mengenal bilangan menggunakan
kartu angka sebagai ini kamu gunakan berbagai media
bahan untuk anak media kartu angka tersebut untuk
mengenal bilangan , sebagai alat anak memberikan
kemudian kerikil, untuk mengenal pengalaman baru
serta lembar kerja bilangan, kepada anak.
anak kemudian kerikil Dengan media
untuk berhitung, tersebut anak akan
dan lembar kerja merasa tertaik
sebagai hasil sehingga mereka
belajar anak antusias saat
megikuti pelajaran
Posisi anak dibuat Untuk pengaturan Pengaturan di
duduk di kursi posisi anak kami lembaga kami
membentuk huruf U gunakan berbentuk memang
dan posisi kedua U agar kali ini sebenarnya
anak berbaris ke anak dapat lebih penataan secara
belakang bergantian jelas pandangan berkeleompok
maju ke depan langsung tertuju dengan metode
pada guru, dan pengaman, namun
kami mengajak kali ini kami
anak berbaris membuat berbentuk
karena nantinya demikian agar anak
anak akan secara lebih fokus dalam

16
giliran untuk menerima
menunjukkan penjelasan dari
kemampuannya guru
agar anak terlatih
untuk bersikap
antri
Dengan pengamatan Kegiatan tersebut Kegiatan Stimulasi
guru di atas, guru kami lakukan selalu kami
memebrikan sedemekian rupa lakukan sebagai
stimulasi kepada agar anak mampu upaya kamu untuk
anak melalui mengenal lambang membantu anak
berbagai kegiatan. bilangan secara mencapai
Diantaranya guru bertahap perkembangannya
menjelaskan
bilangan
menggunakan kartu
angka, mengajak
anak berhitung
menggunakan
kerikil,
menghubungkan
gambar dengan
angka
Kegiatan yang Untuk kegiatan Karena untuk
dilakukan tidak hari ini pembelajaran
sepenuhnya menggunakan merdeka kami
mengacu pada tema kombinasi rpp dari masih dalam tahap
atau topik K13 dan merdeka. mempelajarinya,
maka rpp yang
kami gunakan
adalah kombinasi
dari rpp lama dan

17
baru. Kami
bermaksud
menerapkan
kurikulum belajar
full di semester 2.
Visi misi dibuat Visi misi dibuat Kami membuat visi
sesuai dengan atas musyawarah misi sebagai
karakteristik bersama karakter dan tujuan
lembaga dari lembaga kami,
tentunya kami juga
telah melakukan
musyawarah
dengan pihak
teerkait

2. Analisi Kritis
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegitan kegiatan anak
mengenal bilangan atau berhitung dengan kartu angka merupakan suatu
kegiatan yang bermaksud mengembangkan kemampuan berhitung melalui
pengenalan konsep bilangan. Dasar pemikiran pendidik melakukan kegiatan
membaca adalah standar pencapaian perkembangan dalam bidang
perkembangan Kognitif. Yang tertuang dalam Peraturan Kemendikbud Nomor
137 Tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini pada standar tingkatan
pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun pada lingkup berpikir simbolik
diantaranya yaitu anak mampu menyebutkan lambang bilangan 1-10.
Penataan ruangan cukup menarik, anak-anak diajak duduk di kursi
membentuk huruf U. Tujuannnya adalah agar anak lebih terfokus dalam
mendengar penjelasan guru tentang kemampuan mengenal angka atau
berhitung ,sejalan dengan teori Susanto,2011:98, jadi kesimpulannya pendidik

18
memberi stimulasi kepada anak sesuai dengan tahap kemampuan mengenal
bilangan.
Anak-anak diajak berbaris ke belakang dan maju secara bergantian. hal ini
dimaksudkan agar anak dapat berlatih menunggu gilirang saat anak
menyebutkan atau menunjukkan bilangan atau angka. Strategi belajaranya
adalah metode stimulasi dan anak yang lain selagi menunggu giliran ikut
memperhatikan dan berpikir bilangan apa yang akan disebutkan nantinya.

Sehubungan dengan tahapan berhitung maka pendidik dan orang tua


perlu menstimulasi potensi-potensi anak yang sesuai dengan tahap
perkembangannya, sehingga dapat berkembang secara optimal.
Kegiatan yang dilakukan anak adalah :
1. Anak mendengarkan penjelasan dari guru
2. Anak menyebutkan angka yang dipegang guru dengan bimbingan guru
3. Anak-anak belajar menulis bilangan
4. Anak menghubungkan gambar dan bilangannya di papan tulis
Cara pendidik memimpin kegiatan :
1. Guru membimbing anak dalam kegiatan menyebutkan angka
2. Guru menunjukkan angka yang dipegangnya
3. Guru memberikan contoh cara menghitung dengan batu kerikil
4. Guru meminta anak-anak untuk menghubungkan gambar dengan lambang
bilangannya

Untuk mencapai tujuan tersebut maka program yang diterapkan adalah


menggunakan kurikkulum TK berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
 Berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak
 Berorientasi pada kebutuhan anak
 Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain
 Menggunkan pendekatan tematik
 Kreatif dan inofatif
 Lingkungan yang kondusif serta mengembangakan kecakapan hidup

19
Bermain merupakan pendekatan yang dilakukan di TK Dharma Wanita
2 Sukorame dalam melaksanakan pembelajar bermain sambil belajar karena
anak dapat berekplorsi, menemukan dan memanfaatkan objek yang ada
disekitarnya, sehingga pembelajaran jadi lebih bermakna dan dengan bermain
anak dapat membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya
Di TK Dharma Wanita 2 Sukorame dalam pengembangan
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Discovery Learning di
mana anak dapat memahami arti atau konsep berhitung. Kegiatan pembelajaran
hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan
strategi, metode/perubahan dengan media yang menarik serta mudah diikuti
oleh anak

20
BAB V
PENUTUP
1. SIMPULAN
Dari tabulasi dan analisis dapt disimpulkan beberapa hal yaitu:
a. TK Dharma Wanita 2 Sukorame dalam melaksanakan pembelajar bermain
sambil belajar karena anak dapat berekplorsi, menemukan dan
memanfaatkan objek yang ada disekitarnya, sehingga pembelajaran jadi
lebih bermakna dan dengan bermain anak dapat membangun pengertian
yang berkaitan dengan pengalamannya
b. Pengembangan kemampuan Kognitif anak salah satunya melalui kegiatan
mengenal bilangan melalui kartu angka yang dimaksudkan dari kegitan
tersebut adalah untuk mengembangkan kemampuan kognitif agar anak
dapat berhitung dan mengenal bilangan.
c. Tenaga pendidik di TK Dharma Wanita 2 Sukorame sesuai dengan
bidangnya
d. Lingkungan sekolah di TK Dharma Wanita 2 Sukorame juga disiapkan
sehingga dapat mendukung tercapainya kemampuan kognitif anak

2. SARAN
1. Dalam pengembangan kemampuan kognitif anak dilakukan dengan
media dan saran yang lebih berfariasi sehingga anak merasa senang dan
lebih termotifasi dalam mempelajarinya.
2. Pendidik dalam memberikan kegiatan bahasa bisa memberikan kegiatan
yang lebih bervariasi sehingga anak dapat berkembang lebih optimal.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arif S. Sadiman. dkk. (1990). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan


Pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali

IGAK Wardhani & Kuswaya Wihardit, 2014. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta :
Universitas Terbuka.
Nar Heryanto, dkk. Statistika Pendidikan Tangerang Selatan, Universitas Terbuka
2014.
Sri Tatminingsih, dkk. Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional ,
Tanggerang Selatan : Universitas Terbuka, 2014
Suparno, Paul. (2001). Teori Perkembangan Kognitif. Piaget. Yogyakarta
Kanisius.
Wijana, D. Widarmi, 2009. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta:
Universitas Terbuka.
Yuliani Nurani Sujiono, 2009. Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta:
Universitas Terbuka.
Zaman Badru dkk, 2010. Media dan Sumber Belajar. Jakarta. Universitas
Terbuka.

22
OBSERVASI KEGIATAN PENGEMBANGAN
DI TK DHARMA WANITA 2 SUKORAME

NAMA LEMBAGA : TK DHARMA WANITA 2 SUKORAME


TANGGAL :

No Hal-hal Unik/Menarik Yang Ada Keterangan/Uraian


Pertanyaan
Ditemukan Dalam Ya Tidak
1 Model Pengembangan Kegiatan  1. Guru melatih anak
mengenal bilangan
melalui kartu
angka
2. Guru mengajak
anak
mengembangkan
kemampuan
kognitifnya
2 Penataan ruangan  1. Kegiatan yang
pertama anak
duduk di kursi dan
di meja
membentuk huruf
U
2. Kegiatan yang
kedua anak
berbaris ke
belakang
bergantian maju ke
depan
3 Kegiatan yang dilakukan anak  1. Anak
mendengarkan
penjelasan dari
guru
2. Anak meyebutkan
angka yang
dipegang guru
3. Anak belajar
menulis bilangan
4. Anak
menghubungkan
gambar dengan
bilangannya di

23
papan tulis
4 APE yang digunakan  1. Kertas dengan
berbagai angka
2. Kartu huruf
3. Batu/kerikil
4. papan tulis

5 Pengaturan anak  1. Anak duduk di


kursi dan meja
diatur agar dapat
memperhatikan
guru
2. Anak diajak
berbaris ke
belakang
3. Anak duduk
setelah selesai
6 Cara guru mengelola kegiatan  1. Guru mengajak
menghitung
batu/kerikil
berjumlah 1-5
2. Guru mengajak
anak menyebutkan
atau menunjukkan
kartu angka
3. Guru mengajak
anak untuk
menghubungkan
gambar dengan
bilangannya

7. Cara pendidik menilai  Penilaian dengan cara


observasi dan pengamatan
8. Pengaturan waktu  Kegiatan pembelajaran
dimulai jam 07.30 – 10.00
9. Cara pengelolaan interaksi kelas  Bekerjasama dengan
saling menunjang agar
dapat berjalan dengan
maksimal
7. Peran orang tua  Tidak ada orangtua yang
berada di dalam kelas
hanya ada guru

24
Wawancara dengan Pendidik
TK DHARMA WANITA 2 SUKORAME GANDUSARI

1. Usia berapa saja anak-anak yang berada dalam Taman Kanak-kanak yang Ibu
asuh?
 Anak berusia 4-5 tahun

2. Apa perbedaan/keistimewaan program di Taman Kanak-kanak yang Ibu asuh


dibandingkan Taman Kanak-kanak lain?
 Secara umum hampir sama dengan TK yang lain, akan tetapi kami
lebih menekankan pembelajaran “ Belajar seraya bermain”, sehingga
anak-anak tidak tertekan pada saat belajar

3. Bagaimana cara penyusunan rencana kegiatan untuk anak di Taman Kanak-


kanak yang Ibu asuh?
 Rencana kegiatan yang kami susun adalah sesuai dengan standar
tingkat pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun dengan
menggunakan tema dan kegiatan di sekitar anak

4. Referensi apa yang Ibu pergunakan untuk menyusun rencana kegiatan anak?
 Kami menggunakan STPPA dan kurikulum sebagai bahan acuan. Dan
untuk pembelajarannya tidak jarang juga saya browsing tentang
pembelajaran yang menarik anak didik

5. Apa saja yang Ibu ambil/manfaatkan dari referensi tersebut ?


 Dengan referensi di atas, manfaat yang lebih utama saya dapat melihat
pencapaian perkembangan anak yang bagus sesuai dengan tahap
usianya

25
6. Tadi saya melihat kegiatan mengenal bilangan dengan menggunakan media
kartu angka, mengapa Ibu melakukan kegiatan tersebut?
 Dalam pembelajaran mengenal bilangan anak TK khususnya di TK A,
saya melakukan pengenalan bilangan kepada anak menggunakan kartu
angka terlebih dahulu, agar anak tertarik dengan media yang
digunakan sehingga anak dapat lebih fokus dalam melakukan
pembelajaran

7. Apa dasar pemikirannya sehingga Ibu melakukan kegiatan seperti itu ?


 Mengacu STPPA kelompok A, maka untuk menggali kemampuan
berhitung anak, saya menggunakan media kartu agar anak bisa belajar
sambil bermain

8. Bagaimana respon orang tua/wali, dengan kegiatan tersebut?


 Baik, dengan pembelajaran melalui kartu angka secara tidak langsung
anak dapat mengenal bilangan dan angka dengan kemampuan mereka
sendiri tanpa harus anak merasa tertekan

9. Upaya apa yang Ibu lakukan apabila dalam menjalankan kegiatan ada
hambatan-hambatan?
 Kami selalu melakukan evaluasi pembelajaran setelah diadakannya
kegiatan. Jika strategi yang digunakan belum tepat maka kami akan
bekerja sama untuk mengembangkan kemampuan mereka dengan
strategi yang bervariasi

10. Apa rencana ke depan mengenai kegiatan-kegiatan anak di Taman Kanak-


kanak yang Ibu bina? 
 Mencoba untuk lebih kreatif dalam memberikan kegiatan sehingga
anak-anak siap untuk menuju ke jenjang selanjutnya

26
Wawancara dengan Kepala
TK DHARMA WANITA 2 SUKORAME Gandusari

1. Apa visi/misi/tujuan dari Taman Kanak-kanak ini dalam konteks


pendidikan anak ?
Visi, Misi dan Tujuan sebagai berikut :
Visi :
Upaya mewujudkan insan kreatif, mandiri,sehat,beriman demi terciptanya
tujuan yang lahir
Misi :
1. Membiasakan do’a sebelum dan sesudah kegiatan
2. Menciptakan kreativitas dan daya cipta
3. Melatih anak untuk mandiri dan saling hormat menghormati
Tujuan :
1. Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan harapan
masyarakat.
2. Menanamkan sikap moral dan nilai sosial serta kedisiplinan.
3. Menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan tumbuh
kembang anak

2. Untuk mencapai visi/misi/tujuan tersebut, program apa yang diadakan di


Taman Kanak-kanak yang Ibu pimpin ?
Menggunakan kurikulum TK berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
 Berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak
 Berorientasi pada kebutuhan anak
 Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain
 Menggunakan pendekatan tematik
 Kreatif dan inovatif
 Lingkungan kondusif serta mengembangkan kecakapan hidup

3. Siapa yang merancang program tersebut ?

27
Kami berpedoman pada kurikulum dan melakukan musyawarah dengan
guru,komite sekolah, serta orangtua/walimurid

4. Ada berapa jumlah pendidik dan jumlah anak di Taman kanak-kanak ini ?
Jumlah pendidik ada 1 orang, 1 pimpinan serta 1 orang guru. Sedangkan
jumlah murid ada 19 anak

5. Model pengembangan kegiatan apa yang diterapkan di Kelompok Belajar


ini ?
Kami biasanya menggunakan Model pembelajaran kelompok dengan
kegiatan pengamanan. Namun tida jarang juga kami melakukan perubahan
penataan duduk anak dengan suatu tujuan dalam setiap kegiatan

6. Tadi saya telah berbicara dengan salah seorang Pendidik di Taman Kanak-
kanak ini, dan menurutnya Taman Kanak-kanak ini utamanya menerapkan
kegiatan pembelajaran menggunakan prinsip bermain sambil belajar atau
belajar seraya bermain. Alasan apa lembaga ini memprioritaskan hal
tersebut ?
Hal ini kami lakukan, karena kami sangat mengenal anak-anak usia TK di
mana usia mereka adalah usia yang sedang asyik-asyiknya bermain. Jadi
kami melakukan kegiatan ini agar anak dapat bermain sesuai dengan minat
mereka namun secara tidak langsung mereka juga belajar dari apa yang
mereka mainkan. Dengan demikian anak akan mampu mencapai
perkembangannya sesuai dengan tahapan dan usia mereka tanpa ada
paksaan sama sekali

7. Apa dasar pemikirannya sehingga Ibu melakukan kegiatan seperti itu ?


Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran di TK.
Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan
memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga
pembelajaran menjadi bermakna bagi anak, ketika bermain anak
membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya.

28

Anda mungkin juga menyukai