Anda di halaman 1dari 120

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER


TEACHING (TUTOR SEBAYA)
PADA MATA PELAJARAN PRODUK KREATIF DAN
KEWIRAUSAHAAN KELAS XI AKUNTANSI 4 SMK HKTI 1
PURWAREJA KLAMPOK

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

OLEH:
DYAH EKA PUSPITA
203142774449

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
PPG BISNIS DARING DAN PEMASARAN ANGKATAN 3 UM
OKTOBER 2020
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1 Judul Penelitian PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA


DENGAN PENERAPAN METODE
PEMBELAJARAN PEER TEACHING (TUTOR
SEBAYA)
PADA MATA PELAJARAN PRODUK KREATIF
DAN KEWIRAUSAHAAN KELAS XI
AKUNTANSI 4 SMK HKTI 1 PURWAREJA
KLAMPOK

2 a. Mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan


b. Bidang Kajian Memahami Hak Atas Kekayaan Intelektual
3 Peneliti :
a. Nama Lengkap dan Gelar DYAH EKA PUSPITA, SE, S.Pd.Ek
b. Jenis Kelamin Perempuan
c. NIM 203142774449
d. Program studi/ Jurusan Pendidikan Tata Niaga /BDP
e. Fakultas PPS
f. Universitas Universitas Negeri Malang
g. Alamat rumah Desa Kertayasa RT 02 RW04, Mandiraja,
Banjarnegara, Jawa Tengah 53473
h. No HP 081327471212
4 Nama Anggota peneliti Erwin Dwi Prasetyo W, SE
5 Lama penelitian 2 bulan dari bulan Oktober sampai bulan November
2020
6 Biaya yang diperlukan
a. Sumber dari DItjen Dikti 0
b. Sumber lain Rp.1.000.000+
c. Jumlah Rp 1.000.000
( Satu juta rupiah )

2
Purwareja Klampok, ….November 2020
Guru mapel PKK Peneliti

Erwin Dwi Prasetyo W, SE Dyah Eka Puspita, SE, S.Pd.Ek

Mengetahui
Kepala Sekolah SMK HKTI 1

Nanang Kosim, S.Pd,.M.M.

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….ii
DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 6
B. Identifikasi Masalah 10
C. Batasan Masalah 10
D. Rumusan Masalah 10
E. Tujuan Penelitian ……10
F. Hipotesis Tindakan……………………………………………............ 10
G. Manfaat Penelitaian……………………………………………………10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 14
B. Penelitian yang Relevan 36
C. Kerangka Berpikir 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian 34
a. Pra siklus…………………………………………………………..36
b. Siklus I…………………………………………………………….36
c. Siklus II……………………………………………………………37
d. Siklus III…………………………………………………………..39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 40
C. Subjek Penelitian 40
D. Prosedur Tindakan……………………………………………………41
E. Definisi Operasional Variabel………………………………….. ……43
F. Teknik dan Instrumen Penelitian………………………………...........44
G. Teknik Analisin Data………………………………………………….48
H. Indikator Keberhasilan tindakan……………………………………....50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Penelitian…………………………………………………….52
B. Hasil Penelitian…………………………………………………………52
C. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………………..74

4
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan……………………………………………………………………77
B. Implikasi…………………………………………………………………….79
C. Keterbatasan Penelitian…………………………………………………….79
D. Saran…………………………………………………………………………80

DAFTAR PUSTAKA ….81


LAMPIRAN – LAMPIRAN

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan mempunyai peranan penting sebagai ujung tombak dalam menentukan

masa depan bangsa. Bangsa tanpa pendidikan tidak akan ada penerus cita-cita luhur untuk

mencapai kesejahteraan. Melalui pendidikan yang berkualitas maka masyarakat

mempunyai peranan dalam melakukan perubahan dan pembangunan bangsa. Pendidikan

yang berkualitas dapat ditempuh melalui Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,

Sekolah Menengah Atas sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan berguna untuk mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penerapan teknologi hanya bisa dilakukan

oleh mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang baik dan memadai.

Faktor penentu dalam pendidikan adalah guru dan siswa. Guru sebagai komponen

penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses

pembelajaran, dan siswa merupakan salah satu objek dari pembelajaran tersebut. Menurut

PP No. 19 Tahun 2005 pada pasal 19 disebutkan bahwa pada proses pembelajaran pada

satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

bagi prakasa, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan pengembangan fisik

serta psikologis peserta didik. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan,

pelaksanaan, penilaian, pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses

pembelajaran yang efektif dan efisien.

Sistematika dalam melakukan proses pengajaran perlu dikuasai oleh setiap

pendidik, sehingga diharapkan siswa mampu memahami dan mengerti dalam setiap materi

yang diajarkan. Suatu materi perlu memiliki pola pembelajaran dan metode pengajaran

6
yang baik agar materi dapat tersampaikan secara keseluruhan. Keterbatasan memperoleh

informasi dan pengetahuan dari media lain, karena kurangnya pemanfaatan fasilitas yang

telah disediakan. Penggunaan fasilitas perpustakaan dan media internet masih terbatas dan

kurang digunakan secara optimal. Hal ini menyebabkan minimnya pengetahuan yang

dimiliki siswa, sehingga pengetahuan siswa tidak berkembang secara optimal dengan

wawasan yang luas di bidangnya.

Perlunya pemantapan kreativitas guru dalam penggunaan metode pembelajaran

dapat menyebabkan sistem pengajaran lebih baik dan tidak bersifat monoton. Variasi

dalam cara mengajar dengan metode pembelajaran yang berbeda-beda, dapat mengubah

proses belajar yang biasanya menggunakan metode ceramah (berjalan satu arah). Metode

ceramah membuat kreativitas seorang siswa menjadi kurang, karena siswa terbiasa dengan

pengetahuan atau informasi yang diberikan oleh guru, sehingga siswa tidak terlatih untuk

mengembangkan pola pikirnya dalam merespon suatu materi, demikian pula selama proses

pembelajaran guru tidak hanya memberikan materi dari kompetensi yang telah ditetapkan.

Namun, guru diharapkan mampu menumbuhkan, meningkatkan dan mempertahankan

motivasi belajar siswa. Tanpa adanya motivasi belajar dan metode pembelajaran yang

menarik, kiranya sulit bagi guru untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh

karena itu, guru harus mempersiapkan metode pembelajaran yang tepat.

Perlu adanya pendekatan khusus dalam memahami karakteristik siswa agar metode

pembelajaran yang digunakan guru sesuai dan dapat direspon baik oleh siswa. Kecocokan

siswa terhadap metode yang dipakai oleh seorang guru, maka akan meningkatkan

keingintahuan dan ketertarikan siswa terhadap materi yang disampaikan, sehingga siswa

dapat menikmati dalam kegiatan belajar. Pengalaman dan pengetahuan guru dalam hal

materi maupun metode-metode penyampaian materi yang sangat luas dapat menambah

daya tarik siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang mendalam karena

banyaknya variasi materi yang disampaikan.

7
SMK HKTI 1 Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara adalah sekolah

menengah kejuruan yang terletak di Jl. Purwareja Klampok No. 82A Kabupaten

Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia. Sekolah ini mempunyai 3 program keahlian yaitu

Akuntansi dan Keuangan Lembaga, Farmasi dan Teknik Mekanik Industri. Sejalan dengan

tujuan SMK, maka siswa SMK HKTI 1 Purwareja Klampok dibekali pengetahuan sesuai

dengan jurusan masing-masing yang terangkum dalam standar kompetensi tertentu. Salah

satu standar kompetensi yang harus dikuasai di program jurusan Akuntansi SMK HKTI 1

Purwareja Klampok adalah standar kompetensi Hak Atas Kekayaan Intelektual pada mata

pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan.

Hasil observasi yang dilaksanakan di kelas XI Akuntansi 4 SMK HKTI 1

Purwareja Klampok pada saat melaksanakan observasi kelas diperoleh gambaran kondisi

peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung. Seorang peserta didik hanya

akan menjawab pertanyaan guru jika ditunjuk oleh guru untuk menjawab, sedangkan

sebagian siswa lainnya berbicara dengan temannya. Dalam proses pembelajaran peserta

didik kurang terlibat dalam proses pembelajaran sehingga cenderung pasif dan kurang

aktif dalam mengajukan pertanyaan kritis kepada guru, kurang bersemangat serta kurang

tertarik terhadap materi pembelajaran. Peserta didik kurang memahami materi pelajaran

yang disampaikan, karena dengan metode konvensional yaitu metode ceramah, peserta

didik hanya menghafal saja. Hal ini juga mengakibatkan kurangnya kerjasama di kalangan

peserta didik karena tidak ada interaksi langsung antar peserta didik. Hasil belajar dari

proses produk kreatif dan kewirausahaan juga kurang maksimal dan belum seluruhnya

memenuhi KKM. Prestasi belajar siswa berdasarkan hasil dokumentasi ulangan harian

menunjukkan bahwa dari 32 siswa yang masuk kategori tuntas belajar dengan KKM 75

hanya 20 siswa atau 63% dengan nilai tertinggi 85, terendah 56 dan rata-rata kelas 78 di

kelas XI Akuntansi 4, sedangkan untuk kelas XI Akuntansi 1,2 dan 3 tidak menunjukkan

8
adanya remidi. Nilai KKM untuk mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan

adalah 75.

Proses pembelajaran pada standar kompetensi Produk kreatif dan Kewirausahaan

masih terfokus pada guru. Metode pembelajaran yang digunakan saat ini masih

menggunakan metode ceramah sehingga siswa hanya menerima materi dari guru, bagi

siswa yang kurang aktif dan tidak berani bertanya pada guru mereka akan mengalami

kesulitan dalam mengidentifikasikan hak atas kekayaan intelektual, hal ini menyebabkan

siswa menjadi kurang aktif dalam proses belajar. Pembelajaran yang seperti ini dinilai

kurang efektif. Maka dari itu salah satu alternatif cara yang dapat digunakan sebagai usaha

meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan metode pembelajaran peer

teaching.

Metode pembelajaran Peer Teaching dikenal dengan istilah tutor sebaya. Menurut

Jarvis (2001) dalam Endang Mulyatiningsih (2011 : 235), peer teaching is learner-

centered activity because members of educational communities plan and facilitate learning

opportunities for each other. There is the expectation of reciprocity, e.g., peers will plan

and facilitate courses of study and be able to learn from the planning and facilitation of

other members of community. Artinya, peer teaching merupakan kegiatan belajar yang

berpusat pada peserta didik sebab anggota komunitas merencanakan dan memfasilitasi

kesempatan belajar untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi

timbal balik antara teman sebaya yang akan bertugas merencanakan dan memfasilitasi

kegiatan belajar dan dapat belajar dari perencanaan dan fasilitas anggota kelompok

lainnya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan suatu penelitian tindakan kelas

(PTK) guna meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran produk kreatif dan

kewirausahaan kelas XI Akuntansi 4 di SMK HKTI 1 Purwareja Klampok dengan

menerapkan metode pembelajaran peer teaching. Penggunaan metode pembelajaran peer

9
teaching (tutor sebaya) ini diharapkan mampu mengembangkan keaktifan dan kerjasama

antara siswa satu dengan yang lainnya maupun dengan guru. Metode pembelajaran peer

teaching (tutor sebaya) ini mengharuskan siswa untuk aktif berbicara pada saat berdiskusi,

sehingga diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang masalah di atas dapat

diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut :

1. Siswa kurang memiliki keberanian untuk bertanya dan berpendapat, siswa hanya

menjawab jika ditanya oleh guru.

2. Kurangnya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran pada mata

pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan

3. Hasil belajar yang kurang maksimal dan belum semua peserta didik mencapai nilai

KKM yaitu 75 pada mata pelajaran Produk kreatif dan Kewirausahaan.

4. Metode pembelajaran yang digunakan masih berjalan satu arah dan bersifat

monoton sehingga keaktifan belajar siswa masih rendah.

C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas,

penelitian ini difokuskan pada penerapan metode pembelajaran peer teaching untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi 4 pada mata pelajaran Produk Kreatif

dan Kewirausahaan di SMK HKTI 1 Purwareja Klampok tentang kompetensi dasar hak

atas kekayaan intelektual

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya)

kelas XI Akuntansi 4 di SMK HKTI 1 Purwareja Klampok?

10
2. Bagaimanakah peningkatan keaktifan siswa kelas XI Akuntansi 4 di SMK HKTI 1

Purwareja Klampok dengan penerapan metode pembelajaran peer teaching (tutor

sebaya)?

3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi 4 di SMK

HKTI 1 Purwareja Klampok dengan penerapan metode pembelajaran peer teaching

(tutor sebaya)?

E. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan perumusan masalah penelitian yang dikemukakan, penelitian ini

bertujuan:

1. Mengetahui pelaksanaan metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) kelas

XI Akuntansi 4 di SMK HKTI 1 Purwareja Klampok.

2. Mengetahui peningkatan keaktifan siswa kelas XI Akuntansi 4 di SMK HKTI 1

Purwareja Klampok dengan penerapan metode pembelajaran peer teaching (tutor

sebaya).

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi 4 di SMK HKTI 1

Purwareja Klampok dengan penerapan metode pembelajaran peer teaching (tutor

sebaya).

F. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Jika model pembelajaran Peer Teaching ( tutor sebaya) diterapkan dalam pembelajaran

produk kreatif dan kewirausahaan pada siswa kelas XI Akuntansi 4 SMK HKTI 1

Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara, maka prestasi belajar siswa akan

meningkat.

G. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Peserta Didik

11
Membantu agar dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, kreatif dan dapat

meningkatkan kompetensi kerjasama di kalangan peserta didik dengan metode

pembelajaran peer teaching (tutor sebaya).

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memotivasi guru untuk selalu melakukan perbaikan terhadap

permasalahan pembelajaran yang ditemui. Memberi gambaran dengan metode

pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) sebagai suatu alternatif pembelajaran

yang menarik, serta menciptakan peserta didik yang berkualitas.

3. Bagi Sekolah

Bagi Sekolah, dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul dalam

kegiatan belajar mengajar sekaligus menemukan solusinya dan dapat dijadikan

referensi dalam melakukan penelitian dalam bidang yang sama.

12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

Pembelajaran artinya pengembangan belajar yang kondusif dan mengenai sasaran

secara efektif dan efisien. Menurut Wina Sanjaya (2008: 203) pembelajaran merupakan

kegiatan proses belajar pada diri seseorang manakala terjadi perubahan dari input menjadi

output. Sebagai sebuah sistem pembelajaran meliputi suatu komponen antara lain: tujuan,

materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi.

1. Konsep Dasar Belajar

a) Pengertian Belajar

Belajar dilakukan siswa dan merupakan kegiatan yang penting untuk meraih
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Dengan adanya suatu kegiatan belajar

yang baik, terjadi perubahan pada diri siswa kearah yang lebih baik.

Oemar Hamalik (2011: 21) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu bentuk

pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah

laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Belajar menurut Slameto (2010:2)

dapat diartikan sebagai berikut:

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Sedangkan Sugihartono (2007: 74-76) mengidentifikasi ciri-ciri perilaku belajar

yaitu:

1) Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar

2) Perubahan bersifat kontinu dan fungsional

3) Perubahan bersifat positif dan aktif

13
4) Perubahan bersifat permanen

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan yang disebut belajar

merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud

perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau

menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

b) Jenis-Jenis Belajar

Menurut Slameto (2010: 5-8), jenis-jenis belajar terbagi menjadi 11 macam.

Umumnya jenis-jenis belajar ini digunakan untuk cara-cara seseorang dapat

menangkap materi yang dipelajari sesuai dengan kebutuhannya. Jenis-jenis belajar

tersebut akan diuraikan dibawah ini:

1) Belajar bagian (part learning, fractioned learning)

Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila dihadapkan pada

materi belajar yang bersifat luas, misalnya mempelajari sajak atau gerakan-

gerakan motoris seperti silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi

pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai

lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar

global.

2) Belajar dengan wawasan (learning by insight)

Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah satu seorang tokoh Psikologi

Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu konsep, wawasan (insight)

ini berorientasi pada data yang bersifat tingkah laku (perkembangan yang

lembut dalam menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian secara tiba-tiba

terjadi reorganisasi tingkah laku). Teori wawasan merupakan proses

14
mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk dengan suatu

persoalan.

3) Belajar deskriminatif (discriminatif learning)

Belajar deskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa

sifat siatuasi/ stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam

bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subyek

diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan.

4) Belajar global/ keseluruhan (global whole learning)

Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan dan berulang sampai seorang

pelajar mampu menguasainya. Belajar global ini merupakan lawan dari belajar

bagian.

5) Belajar insidental (incidental learning)

Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu berarah-tujuan

(intensional), sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada kehendak

untuk belajar. Dari salah satu penelitian ditemukan bahwa dalam belajar

insidental (dibandingkan dengan belajar intensional), jumlah frekuensi materi

belajar yang diperlihatkan tidak memegang peranan penting, prestasi individu

menurun dengan meningkatnya motivasi.

6) Belajar instrumental (instrumental learning)

Dalam konsep ini, reaksi siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda

yang mengarah pada siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil

atau gagal. Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur

dengan memberikan penguat (reinforcement) atas dasar tingkat-tingkat

kebutuhan. Dalam hal ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang

khusus adalah “pembentukan tingkah laku”.

7) Belajar intensional (intentional learning)

15
Belajar dengan arah tujuan merupakan lawan dari belajar insidental. Konsep

ini memiliki arah tujuan belajar.

8) Belajar laten (latent learning)

Perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara cepat, dan oleh karena

itu disebut laten.

9) Belajar mental (mental learning)

Perubahan tingkah laku yang terjadi tidak terlihat secara nyata, melainkan

berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada

tidaknya belajar mental ini terlihat pada tugas-tugas yang bersifat motoris.

10) Belajar produktif (productive learning)

Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku

dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif apabila individu

mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam situasi satu

ke situasi lainnya.

11) Belajar verbal (verbal learning)

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan

dan ingatan.

c) Prinsip Dasar Belajar

Seorang guru/ pembimbing harus dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip

belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi

yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Prinsip belajar menurut

Slameto (2010: 27-28) antara lain:

1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

a) Setiap siswa diusahakan berpatisipasi aktif dalam kegiatan belajar,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional.

16
b) Dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa guna.

c) Belajar di lingkungan yang menantang guna mengembangkan kemampuan

belajar yang efektif.

2) Sesuai hakikat belajar

a) Belajar melalui tahap demi tahap sesuai perkembangannya.

b) Belajar merupakan proses organisasi dan adaptasi.

c) Belajar adalah hubungan antara pengertian satu dengan lainnya sehingga

mendapat pengertian yang diharapkan.

3) Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari

a) Belajar bersifat keseluruhan dan terstruktur.

b) Belajar harus mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan.

4) Syarat keberhasilan belajar

a) Belajar memerlukan sarana yang cukup.

b) Dalam proses belajar perlu adanya pengayakan berkali-kali.

2. Konsep Dasar Mengajar

a) Pengertian Mengajar

Mengajar adalah proses penyampaian informasi atau pengetahuan. Setiap guru

harus dapat mengajar di depan kelas. Bahkan mengajar dapat dilakukan pada

sekelompok siswa di luar kelas. Mengajar adalah salah satu komponen dari

kompetensi-kompetensi guru. Setiap guru harus menguasainya serta melaksanakan

proses mengajar.

Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar guru

berhadapan dengan sekelompok siswa, mereka adalah makhluk hidup yang

memerlukan bimbingan, dan pembinaan untuk menuju dewasa. Siswa setelah

mengalami proses pendidikan dan pengajaran diharapkan telah menjadi manusia

17
dewasa yang sadar tanggung jawab terhadap diri sendiri, berpribadi dan bermoral.

Menurut Wina Sanjaya (2008: 207), konsep dasar mengajar antara lain:

a. Mengajar sebagai Proses Menyampaikan Materi Pelajaran

Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian materi dari

seorang guru kepada murid, hal ini tidak lain adalah proses mentranfer ilmu.

Sebagai proses penyampaian ilmu pengetahuan, maka mengajar memiliki

beberapa karakteristik sebagai berikut:

1) Proses pengajaran berorientasi pada guru (teacher centered)

Dalam hal ini proses pengajaran hanya akan terjadi apabila ada guru, dan

tidak mungkin terjadi tanpa adanya kehadiran seorang guru. Oleh karena itu,

maka minimal ada tiga peran utama yang harus dilakukan oleh seorang guru

yaitu sebagai perencana guna menyiapkan berbagai hal yang diperlukan,

misalnya materi dan media pembelajaran; sebagai penyampai informasi guna

metode belajar apa yang paling cocok untuk pengajaran, sering kali seorang

guru menggunakan metode ceramah atau satu arah; dan sebagai evaluator

guna menentukan alat evaluasi keberhasilan pengajaran.

2) Siswa sebagai obyek belajar

Dalam hal ini siswa dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum

memahami apa yang harus dipahami sehingga melalui proses pengajaran

siswa dituntut memahami apa yang ditransfer oleh guru. Sebagai obyek

belajar, siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan

sesuai bakat dan minatnya.

3) Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu

Dalam hal ini proses pengajaran sudah ditentukan didalam kelas dengan

penjadwalan yang ketat sehingga siswa hanya belajar apabila didalam kelas

saja. Dengan demikian proses pengajaran terjadi dengan sangat formal.

18
4) Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran

Keberhasilan diukur dari kemampuan siswa menguasai materi yang

disampaikan oleh guru. Materi tersebut adalah pengetahuan yang bersumber

dari mata pelajaran yang diberikan oleh sekolah. Oleh karena itu, maka alat

evaluasi yang digunakan adalah tes hasil belajar tertulis yang dilaksanakan

secara periodik.

b. Mengajar sebagai Proses Mengatur Lingkungan

Dalam istilah pembelajaran yang dipengaruhi oleh teknologi untuk kebutuhan

belajar, siswa diposisikan sebagai subyek belajar yang memegang peran utama,

sehingga siswa dituntut untuk aktif bahkan secara individual untuk mempelajari

bahan materi pembelajaran. Dengan demikian maka guru lebih banyak

berperan sebgai fasilitator, mengatur berbagai sumber dan fasilitas untuk

dipelajari oleh siswa. Dalam konsep mengajar sebagai proses mengatur

lingkungan terdapat beberapa konsep sebagai berikut:

1) Mengajar berpusat pada siswa (student centered)

Dalam hal ini siswa memiliki kesempatan untuk belajar sesuai kemauan

gaya belajarnya sendiri. Dengan demikian peran seorang guru berubah dari

sumber belajar menjadi fasilitator untuk membimbing dan memfasilitasi

agar siswa mau dan mampu belajar.

2) Siswa sebagai subyek belajar

Dalam hal ini siswa dipandang seebagi organisme yang aktif, yang

memiliki potensi untuk berkembang. Mereka adalah individu yang

memiliki potensi dan kemampuan.

3) Proses pembelajaran berlangsung dimana saja

19
Dalam hal ini, kelas bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar siswa.

Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan

kebutuhan dan sifat materi yang dipelajari.

4) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan

Dalam hal ini, penguasaan materi bukanlah tujuan dari pembelajaran tetapi

proses mengubah tingkah laku sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Untuk itu metode yang digunakan bukan hanya ceramah tetapi

menggunakan berbagai metode misalnya dengan diskusi, penugasan,

kunjungan dan lain-lain.

b) Prinsip Dasar Mengajar

Seorang guru yang mengajar di kelas harus mempunyai prinsip-prinsip

mengajar dan dilaksanakan secara efektif. Hal ini untuk mengetahui gejala-gejala

perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik. Menurut Slameto (2010:

35-39) prinsip dasar mengajar antara lain:

a) Perhatian

Guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang

diberikan selama proses mengajar. Perhatian akan lebih besar apabila pada

siswa ada minat dan bakat. Bakat telah dibawa sejak lahir, namun dapat

berkembang karena pengaruh pendidikan dan lingkungan.

b) Aktivitas

Guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat

selama proses mengajar. Penerimaan pelajaran apabila dengan aktivitas siwa

sendiri tidak maksimal karena perlu dipikirkan dan diolah kemudian dikeluarkan

dengan bentuk yang berbeda, atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat,

menimbulkan diskusi dengan guru.

c) Appersepsi

20
Guru perlu menghubungkan pelajaran yang diberikan dengan pengetahuan yang

telah dimiliki siswa atau pengalamannya. Dengan demikian siswa akan

memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah menjadi miliknya dengan

pelajaran yang akan diterimanya sehingga akan melancarkan jalannya

prosesmengajar dan membantu siswa lebih memperhatikan pelajaran.

d) Peragaan

Guru harus menunjukkan benda-benda yang asli dalam proses mengajar di

kelas. Bila mengalami kesukaran bisa dengan menunjukkan model, gambar,

benda tiruan, atau menggunakan media lain seperti televisi dan radio.

e) Repetisi

Guru harus mengulang penjelasan suatu unit pelajaran. Ingatan siswa itu

tidak setia sehingga perlu dibantu dengan mengulang pelajaran yang sudah

dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas dan

tidak mudah dilupakan.

f) Korelasi

Guru wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antara setiap mata

pelajaran karena dalam hidup semua ilmu/ pengetahuan itu saling

berkaitan.Namun hubungan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada

sebab-akibat.Ada hubungan secara korelasi, hubungan itu dapat diterima akal,

dapat dimengerti sehingga memperluas pengetahuan siswa.

g) Konsentrasi

Hubungan antar mata pelajaran dapat dipusatkan pada satu minat sehingga

memperoleh pengetahuan secara luas. Dlaam konsentrasi pelajaran banyak

mengandung situasi yang problematik, sehingga siswa terlatih memecahkan

soal sendiri.

h) Sosialisasi

21
Siswa perlu bergaul dengan teman lainnya selain segi sosial yang perlu

dikembangkan. Di dalam kelas, menerima pelajaran bersama, dikelompokkan

dalam melaksanakan tugas bersama. Bekerja dalam kelompok dapat

meningkatkan cara berpikir sehingga dapat memecahkan masalah dengan baik.

i) Individualisasi

Guru harus mendalami perbedaan siswa (secara individu) agar dapat melayani

pendidikan yang sesuai dengan perbedaan masing-masing siswa.

j) Evaluasi

Evaluasi dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa, mereka akan lebih

rajin belajar dan meningkatkan proses berpikirnya. Guru harus memliki

pengertian ini, mendalami tujuan, kegunaan dan macam-macam bentuk

evaluasi.

3. Keaktifan Siswa

a) Pengertian Keaktifan
Proses pembelajaran sangat memerlukan keaktifan siswa, tanpa adanya

keaktifan siswa maka pembelajaran terkesan membosankan. Keaktifan siswa

sebagai unsur terpenting dalam pembelajaran, karena keaktifan akan berpengaruh

besar pada keberhasilan proses pembelajaran. Semakin tinggi keaktifan siswa,

maka keberhasilan proses belajarpun harus semakin tinggi. Menurut Sardiman

(2011: 100) keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu

berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Menurut

Dimyati dan Mudjiyono (2009: 45) keaktifan

beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai

kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,

mendengar, menulis, berlatih ketrampilan-ketrampilan, dan sebagainya.

22
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah

kegiatan berbuat dan berfikir yang meliputi fisik maupun mental sebagai suatu

rangkaian yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.

b) Klasifikasi Keaktifan
Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan

siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Klasifikasi keaktifan menurut

Paul. D. Diedrich (Oemar Hamalik, 2011: 172-173) keaktifan belajar dapat di

klasifikasikan menjadi 8 kelompok:

1) Kegiatan-kegiatan visual (visual activities): membaca, melihat gambar-

gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang

lain bekerja atau bermain.

2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), seperti: mengemukakan suatu fakta

yang ada atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu

pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi,

dan interupsi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), seperti:

mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi

kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), seperti: menulis cerita,

menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan materi, membuat

rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), seperti: menggambar,

membuat suatu grafik, chart, diagram, peta, dan pola.

6) Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), seperti: melakukan percobaan-

percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari, dan berkebun.

23
7) Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), seperti: merenungkan,

mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat

hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), seperti: menaruh minat,

membedakan, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, dan

gugup

Klasifikasi aktifitas belajar di atas menunjukkan bahwa aktifitas dalam

pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Aktifitas disini tidak hanya terbatas

pada aktifitas jasmani saja yang didapat secara langsung diamati tetapi juga

meliputi aktifitas rohani. Keadaan dimana siswa melaksanakan aktifitas belajar

inilah yang disebut keaktifan belajar. Perbedaan belajar aktif dan pasif menurut

Bobby de Potter dan Mike Hernacki seperti dikutip oleh Heni Purwanti (2006: 25)

dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Perbedaan Belajar Aktif dan Belajar Pasif

BELAJAR AKTIF BELAJAR PASIF


Belajar apa saja dari setiap situasi Tidak dapat melihat adanya potensi
belajar
Menggunakan apa yang dipelajari Mengabaikan kesempatan untuk
untuk mendapatkan manfaat atau berkembang dari suatu pengalaman
keuntungan belajar
Mengupayakan agar segalanya Membiarkan segalanya terjadi
terlaksana
Bersandar pada kehidupan Menarik diri dari kehidupan

(Sumber: Heni Purwanti (2006: 25))


Berdasarkan pada perbedaan tersebut, seorang siswa aktif dalam belajar jika siswa

tersebut dapat belajar dari situasi apapun, siswa dapat menggunakan apa yang

dipelajari sehingga apa yang dipelajari tidak sia-sia. Selain itu siswa yang aktif

24
dalam belajar akan melakukan berbagai usaha untuk mencapai tujuannya. Siswa

yang aktif tidak akan menarik diri dari kehidupan tersebut, melainkan siswa dapat

belajar banyak hal.

Berdasarkan uraian di atas, maka keaktifan siswa adalah keterlibatan siswa dalam

suatu kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mengkonstruksi sendiri

pengetahuannya. Dari sekian banyak keaktifan (aktifitas) siswa yang

dikemukakan, dalam penelitian ini keaktifan siswa yang diamati adalah 1)

kegiatan visual: membaca; 2) kegiatan lisan: mengajukan suatu pertanyaan,

memberi saran, mengemukakan pendapat, diskusi; 3) kegiatan mendengarkan:

mendengarkan penyajian materi, mendengarkan percakapan dalam diskusi

kelompok; 4) kegiatan menulis: menulis bahan materi, merangkum bahan

materi, mengerjakan tes; 5) kegiatan emosional : bekerjasama, menaruh minat,

merasa bosan, gembira, bersemangat, dan berani; 6) kegiatan mental:

memecahkan masalah, membuat keputusan.

4. Hasil Belajar

a) Pengertian Hasil Belajar


Dalam proses belajar-mengajar terdapat beberapa unsur yakni tujuan-bahan-

metode dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah dari proses belajar-mengajar

pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh

siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah

seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk

disampaikan atau dibahas dalam proses belajar-mengajar agar sampai kepada

tujuan yang telah ditetapkan. Metode atau alat adalah cara atau teknik yang

digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau

tindakan untuk mengatahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai

25
atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengatahui

keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan

pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Hamalik (2003) dalam

Asep Jihad (2008: 15) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Sedangkan

Juliah (2004) mengatakan bahwa hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi

milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar-

mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Berhasil atau tidaknya proses belajar seseorang individu juga dipengaruhi

oleh beberapa faktor baik itu faktor yang berasal dari dalam (intern), maupun

faktor yang berasal dari luar dirinya (ekstern). Hasil belajar siswa pada hakekatnya

merupakan interaksi dari beberapa faktor.

Menurut Ngalim Purwanto (2006: 112), faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar adalah:

1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual

(intern)

2) Faktor dari luar individu yang kita sebut faktor sosial (ektern)

Yang termasuk dalam faktor individu antara lain: faktor kematangan/

pertumbuhan, kecerdasan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang

dimaksud faktor sosial antara lain faktor keluarga/ keadaan rumah, guru dan

26
cara mengajarnya, lingkungan dalam belajar-mengajarnya, lingkungan dan

kesempatan yang tersedia

c) Penilaian Hasil Belajar


Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak

dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. Di

Indonesia, kegiatan menilai hasil belajar bidang akademik di sekolah dicatat

dalam buku laporan yang disebut rapor.

Menurut Muhibbin Syah (2005: 150) pengungkapan hasil belajar ideal

meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan

proses belajar siswa.

Menurut Muhibbin Syah ranah/ jenis prestasi terbagi tiga:

1) Ranah cipta/ kognitif

a) Pengamatan

b) Ingatan

c) Pemahaman

d) Penerapan

e) Analisis

f) Sintesis

2) Ranah rasa/ afektif

a) Penerimaan

b) Sambutan

c) Apresiasi

d) Internalisasi

e) Karakterisasi

3) Ranah karsa/ psikomotor

a) Ketrampilan bergerak dan bertindak

27
b) Kecakapan ekpresi verbal dan nonverbal

5. Metode Pembelajaran Peer Teaching (Tutor Sebaya)

a) Pengertian Metode Peer Teaching (Tutor Sebaya)

Salah satu sumber belajar di sekolah selain guru adalah siswa. Siswa memiliki

potensi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Menurut Suherman

dalam Anggorowati (2011) sumber belajar tidak harus selalu dari guru. Sumber

belajar dapat diperoleh dari teman satu kelas yang lebih pandai atau dari keluarga.

Sumber belajar bukan guru dan berasal dari orang lain yang lebih pandai disebut

Tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya

adalah teman sebaya yang lebih pandai.

Dengan demikian, pemanfaatan siswa yang mempunyai kemampuan akademis

tinggi atau pandai sebagai tutor sebaya diharapkan dapat membantu teman-

temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar sehingga hasil belajar siswa

lebih meningkat. Metode pembelajaran Peer Teaching dikenal dengan istilah tutor

sebaya. Menurut para ahli Boud, D., Cohen, dan J. Sampson (Keppell, 2006), peer

teaching is one method to encourage meaningful learning which involves students

teaching and learning from each other. Artinya tutor teman sebaya merupakan salah

satu metode untuk mendorong pembelajaran yang bermakna yang melibatkan siswa

melakukan pengajaran dan belajar dari satu sama lain

Metode pembelajaran Peer Teaching dikenal dengan istilah tutor sebaya.

Menurut para ahli Boud, D., Cohen, dan J. Sampson (Keppell, 2006), peer teaching

is one method to encourage meaningful learning which involves students teaching

and learning from each other. Artinya tutor teman sebaya merupakan salah satu

metode untuk mendorong pembelajaran yang bermakna yang melibatkan siswa

melakukan pengajaran dan belajar dari satu sama lain

b)Model Pembelajaran Peer Teaching (Tutor Sebaya)

28
Menurut Branley (1974: 53) ada dua model dasar dalam menyelenggarakan

proses belajar dengan tutor, yaitu:

1) Student to student

2) Group to tutor

Dalam menyelenggarakan proses belajar dengan tutor, maka sebaiknya

dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang agar

berjalan lebih efektif dan fokus pada masing-masing anggota.

Model dasar penyelenggaraan peer teaching (tutor sebaya) dengan student to

student adalah siswa yang berperan sebagai tutor. Dengan satu tutor memberi

pemahaman terhadap temannya yang memerlukan bimbingan secara bergantian.

Sedangkan group to tutor adalah satu tutor memberikan bimbingan

pelajaran kepada kelompok kecil teman sekelasnya yang memerlukan

bimbingannnn belajar.

c) Kriteria Metode Peer Teaching (Tutor Sebaya)

Peer Teaching atau tutor sebaya harus dipilih dari siswa atau sekelompok

siswa yang lebih pandai dibandingkan teman-temannya, sehingga dalam proses

pembelajaran seorang tutor dapat memberikan pengayaan atau membimbing

teman-temannya dan sudah menguasai bahan yang akan disampaikan teman lainnya.

Guru dapat menunjuk dan menugaskan siswa yang pandai untuk

memberikan penjelasan juga berbagi pengetahuan kepada temannya. Karena

hanya gurulah yang mengetahui jenis kelemahan siswa, sedangkan tutor hanya

membantu melaksanakan perbaikan bukan mendiagnosis. Demikian juga siswa

yang merasa kurang dalam pelajaran dianjurkan untuk bertanya kepada teman

sebayanya yang lebih pandai. Peer teaching (tutor sebaya) melibatkan siswa

belajar satu sama lain dengan cara berbagi pengetahuan, ide dan pengalaman

antara peserta didik. Hal ini menanamkan bahwa belajar tidak harus dengan

29
guru di sekolah yang mengakibatkan siswa menjadi tergantung kepada guru.

Sejalan dengan itu Arikunto (Nurhayati, 2008) mengemukakan dalam

memilih tutor perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Tutor dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan

sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya

kepadanya.

2) Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang

menerima program perbaikan.

3) Tutor tidak tinggi hati, kejam, atau keras hati terhadap sesama kawan.

4) Tutor mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan,

yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada temannya.

d) Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Peer Teaching

Menurut Hamalik (Nurhayati, 2008) tahap-tahap kegiatan pembelajaran di kelas

dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya adalah sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

(a) Guru merancang setiap pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang

dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan

satu pertemuan yang didalamnya mencakup judul penggalan, tujuan

pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas yang harus

diselesaikan.

(b) Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor

sebaya. Jumlah tutor sebaya yang ditunjuk disesuaikan dengan jumlah

kelompok yang dibentuk.

(c) Mengadakan latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutor atau

bimbingan ini, siswa yang menjadi tutor bertindak sebagai guru. Sehingga

latihan yang diadakan oleh guru merupakan semacam

30
2) Tahap Pelaksanaan

(a) Setiap pertemuan pada pembelajaran peer teaching ini guru memberikan

penjelasan terlebih dahulu tentang materi yang akan diajarkan.

(b) Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Siswa yang telah ditunjuk

menjadi tutor menanyai anggota kelompoknya secara bergantian akan

hal-hal yang belum dimengerti, demikian halnya dengan menyelesaikan

tugas. Jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh tutor barulah

meminta bantuan kepada guru.

(a) Guru mengawasi jalannya proses pembelajaran peer teaching ini, guru

berpindah-pindah dari satu keompok ke kelompok lainnya untuk

memberikan bantuan jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan

dalam kelompokknya

4) Tahap Evaluasi

(a) Sebelum kegiatan pembelajaran dengan metode peer teaching ini diakhiri,

guru memberikan soal-soal latihan kepada anggota kelompok (selain

tutor) untuk mengetahui sejauh mana tutor menjelaskan materi.

(b) Mengingatkan siswa untuk mempelajari sub bahasan sebelumnya.

Peran guru dalam pembelajaran peer teaching ini adalah hanya ssebagai fasilitator

dan pembimbing terbatas. Artinya guru hanya melakukan intervensi ketika betul-

betul diperlukan oleh siswa. Serta mengawasi kelancaran pelaksanaan

pembelajaran peer teaching ini dengan memberikan pengarahan dan bantuan jika

siswa mengalami kesulitan dalam belajar.

Tutor sebaya merupakan salah satu pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan

peserta didik. Ketika mereka belajar dengan tutor sebaya, peserta didik juga

mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkosentrasi

dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Siswa yang

31
ditunjuk sebagai tutor juga akan bangga atas perannya dan dapat belajar dari

pengalaman. Dengan diterapkannya pembelajaran peer teaching, siswa yang

kurang aktif menjadi aktif karena tidak perlu merasa canggung dan malu lagi

untuk bertanya dan mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Juga rasa saling

menghargai dan mengerti dibina antar peserta didik yang bekerjasama.

e) Kelebihan Metode Pembelajaran Peer Teaching (Tutor Sebaya)

Pendekatan peer teaching atau tutor sebaya lebih memungkinkan berhasil

dibandingkan guru. Dikarenakan peserta didik melihat masalah dengan cara yang

berbeda dibandingkan orang dewasa dan menggunakan bahasa yang lebih

akrab dan santai. Metode pembelajaran tutor sebaya memiliki

kelebihan menurut Arikunto (1986: 64-65),adapun kelebihan metode

tutorial adalah sebagai berikut:

1) Adakala hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan

takut atau enggan kepada gurunya.

2) Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep

yang akan dibahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-

olah tutor menelaah serta menghafalkannya kembali.

3) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung

jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran.

4) Mempererat hubungan antar sesama siswa sehingga mempertebal perasaan


sosial.
Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa peer
teaching terdapat tutor yang berfungsi sebagai pengganti guru saat proses
pembelajaran. Tutor yang ditunjuk oleh guru nantinya akan diberikan materi
belajar saat itu, kemudian tutor tersebut dibimbing oleh guru dalam memahami
materi tersebut, kemudian tutor tersebut akan diberikan kewenangan untuk
mengajarkan materi kepada teman sebayanya. Fungsi lain dari tutor sebaya

32
adalah membangun kreativitas siswa yang kurang aktif menjadi lebih aktif.
Karena dengan tutor sebaya siswa tidak malu lagi untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat secara
6. Kajian Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arikunto (2012: 2-3), penelitian tindakan kelas yaitu sebuah kegiatan

penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang

membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan,

yaitu: (1) Penelitian-menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek

dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data

atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang

menarik minat dan penting bagi peneliti; (2) Tindakan-menunjuk pada sesuatu

gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian

berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa; (3) Kelas-dalam hal ini tidak

terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik.

Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang

dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang

sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Sedangkan

menurut Wiriaatmadja (2005: 13), penelitian tindakan kelas adalah bagaimana

sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka

dan belajar dari pengalaman mereka sendiri dengan mencoba suatu gagasan

perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari

upaya itu.

a. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan mempunyai karakteristik yang sedikit berbeda dibanding

jenis penelitian lainnya. Beberapa karakteristik penting menurut Sukardi

(2003: 211-212), penelitian tindakan memiliki karakteristik sebagai berikut.

33
 Masalah yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi

peneliti dalam pekerjaan sehari-hari.

 Peneliti memberikan treatment (perlakuan) yang berupa tindakan yang

terencana untuk memecahkan permasalahan sekaligus meningkatkan

kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subyek yang diteliti.


a.
 Langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus,

tingkatan atau daur ulang yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok

maupun kerja mandiri secara intensif.


b.
 Adanya langkah berfikir reflektif (reflective thinking) dari peneliti, baik

sebelum maupun sesudah tindakan, yang sangat penting perannya dalam

mengkaji ulang tindakan yang telah diberikan dan implikasi yang muncul

pada subyek yang diteliti akibat adanya tindakan

b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Sukardi (2003: 212), Secara umum penelitian tindakan mempunyai

tujuan sebagai berikut.

 .Sebagai cara strategis guna memperbaiki layanan maupun hasil kerja

dalam suatu lembaga.

 Mengembangkan rencana tindakan guna meningkatkan apa yang telah

dilakukan sekarang.

 Mewujudkan proses penelitian yang mempunyai manfaat bagi peneliti

yaitu memperoleh informasi yang berkaitan dengan permasalahan, maupun

subyek yang diteliti dalam mendapatkan manfaat langsung dari adanya

tindakan nyata.

 Mendorong tercapainya konteks pembelajaran dari pihak yang terlibat,

yaitu peneliti dan subyek yang diteliti.

34
c. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Sukardi (2003: 212-214), mengemukakan bahwa penelitian tindakan

secara garis besar mengenal adanya 4 langkah penting, yaitu: plan

(perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect

(perenungan) atau disingkat PAOR yang dilakukan secara intensif dan

sistematis atas seseorang yang mengerjakan pekerjaan sehari-harinya.

Keempat langkah penting tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai

berikut.

1. Rencana

Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan

apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana tidak harus

berorientasi ke depan. Di samping itu perencana harus menyadari sejak

awal bahwa tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksi

dan mempunyai resiko. Oleh karena itu, perencanaan yang dikembangkan

harus fleksibel untuk mengadopsi pengaruh yang tidak dapat dilihat dan

rintangan yang tersembunyi.

2. Tindakan

Tindakan dalam action research merupakan suatu kegiatan praktis yang

terencana dan mengacu pada rencana yang rasional dan terukur. Tindakan

yang baik adalah tindakan yang mengandung 3 unsur penting, yaitu: the

improvement of practice, the improvement of understanding individually

and collaboratively, and improvement of the situation in which the action

takes place. Artinya peningkatan praktek, peningkatan pemahaman secara

individual dan bersama-sama, dan perbaikan situasi di mana tindakan

berlangsung.

3. Pengamatan

Pengamatan berfungsi untuk mendokumentasikan implikasi tindakan yang

35
diberikan kepada subyek. Oleh karena itu, pengamatan harus mempunyai

beberapa macam keunggulan, yaitu: memiliki orientasi reflektif, memiliki

dasar-dasar reflektif waktu sekarang dan waktu yang akan datang. Seperti

dalam perencanaan, pengamatan yang baik adalah pengamatan yangan

fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul, baik yang

diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

4. Perenungan

Langkah reflektif merupakan sarana untuk mengkaji ulang tindakan yang

telah dilakukan terhadap subyek penelitian dan telah dicatat dalam

pengamatan. Langkah ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis

dalam kerangka kerja proses, problem, isu, dan hambatan yang muncul

dalam perencanaan tindakan strategik. Langkah reflektif juga dapat

digunakan untuk menjawab variasi situasi sosial dan isu sekitar yang

muncul sebagai konsekuensi adanya tindakan terencana. Langkah reflektif

dalam praktiknya direalisasikan melalui diskusi sesama partisipan, maupun

antara peneliti dengan partisipan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan penelitian bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pembelajaran di dalam kelas, serta untuk memecahkan permasalahan dengan

tindakan nyata, kemudian melakukan refleksi terhadap hasil tindakan tersebut.

Hasil refleksi tindakan tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk

tindakan berikutnya sesuai permasalahan yang dihadapi hingga permasalahan

yang ada dapat dipecahkan dan terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran.

7. Pembelajaran Produk Kreatif dan kewirausahaan di SMK

36
Pendidikan di sekolah merupakan pendidikan yang bersifat formal melalui susunan

perencanaan yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu dan pelaksanaannya

mengacu kepada kurikulum. Menurut undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 19, bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu”.

Kurikulum dibuat untuk setiap jenjang pendidikan.

Proses pembelajaran memiliki tujuan agar siswa mencapai kompetensi yang telah

dirancang sebelumnya. Keberhasilan suatu pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa

elemen pembelajaran, antara lain performansi guru dan siswa. Performansi guru dalam

pembelajaran akan mempengaruhi mutu pendidikan. Semakin baik performansi guru

dalam pembelajaran, maka akan semakin baik pula mutu pendidikan. Kemampuan guru

dalam mengelola pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Guru yang

melaksanakan kegiatan pembelajaran belum dapat dikatakan berhasil apabila tidak

membawa perubahan pada diri siswa. Pembelajaran seharusnya dapat mengarahkan

siswa pada proses belajar. Mengingat setiap proses pembelajaran perlu dipersiapkan

maka setiap tujuan pembelajaran perlu dirumuskan sedemikian rupa agar dapat diukur

tingkat keberhasilannya. Materi disampaikan guru berdasarkan perencanaan sebelumnya.

Guru perlu memperhatikan bahwa model pembelajaran yang digunakan juga sesuai

dengan materi yang akan disajikan kepada siswa karena tidak semua model

pembelajaran dapat diterapkan dan sesuai dengan karakter materi.

B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah:

1. Penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Peer Teaching Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X MB Pada Standar Kompetensi

Mengukur Dengan Alat Ukur Mekanik Di SMKN 2 Wonosari” yang dilakukan

37
oleh Budi Kristina tahun 2013, menyimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa

mengalami peningkatan dari pra siklus ke siklus I sebesar 4,99%, ke siklus II

sebesar 33,26%, dan ke siklus III sebesar 34,43%. Selain itu dengan menggunakan

metode pembelajaran peer teaching juga meningkatkan prestasi belajar dengan

adanya peningkatan rata-rata kelas dari pra siklus ke siklus I sebesar 3,9%, ke

siklus II sebesar 6,5% dan ke siklus III sebesar 7,8%. Pada pra siklus nilai rata-rata

siswa 77, pada siklus I meningkat menjadi 80, siklus II menjadi 82 dan siklus III

menjadi 83.

2. Penelitian yang berjudul “Peningkatan Pencapaian Kompetensi Pembuatan

3. Pola Rok Celana Melalui Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Pada Mata Pelajaran

Mulok PKK di SMP Negeri 2 Depok” yang dilakukan oleh Nove Adekayanti tahun

2011, menyimpulkan adanya peningkatan pencapaian kompetensi yang

ditunjukkan dengan nilai rata-rata siswa 74,28 dan setelah dilakukan tindakan

pertama nilai rata-rata meningkat 4,8 (6,516%) menjadi 79,08. Kemudian pada

siklus ke II nilai rata-rata siswa meningkat 87,56 (17,924%)

C. KERANGKA BERPIKIR

Proses pembelajaran pada mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan

memerlukan suatu pengembangan metode pembelajaran agar keaktifan siswa dan

prestasi belajar siswa dapat meningkat. Untuk itu dilakukan upaya perbaikan pada

proses pembelajaran mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan di jurusan

Akuntansi kelas XI khususnya XI Akuntansi 4 di SMK HKTI 1 Purwareja Klampok,

terutama untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan juga

hasil belajar siswa dengan menggunakan metode peer teaching (tutor sebaya).

Proses pembelajaran dengan menggunakan metode peer teaching (tutor sebaya)

diduga dapat meningkatkan peran serta siswa, sebab dalam pelaksanaannya siswa

dilibatkan secara langsung di dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran ini

38
memberi tanggung jawab bagi siswa yang ditunjuk sebagai tutor peer teaching untuk

mengajari peserta peer teaching. Dengan demikian siswa yang ditunjuk sebagai tutor

peer teaching dituntut untuk selalu aktif dan mengajari siswa yang lain dalam

mempelajari materi yang diberikan oleh guru. Siswa yang ditunjuk sebagai tutor peer

teaching adalah siswa yang memiliki nilai yang bagus dan mampu menguasai materi

sedangkan siswa lain adalah siswa yang kurang aktif dan lambat dalam menerima

pelajaran dari guru. Penerapan metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) ini

diharapkan akan menciptakan proses belajar yang bermakna bagi siswa dan siswa

termotivasi untuk belajar sehingga akan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi

belajar siswa. Peran guru dalam proses penerapan metode pembelajaran peer teaching

(tutor sebaya) yaitu mengawasi jalannya proses belajar mengajar dan membimbing

siswa yang kurang paham atau mengalami kesulitan dari penjelasan tutor peer teachin

Adapun kerangka berpikir yang lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1 dibawa ini:

39
INDENTIFIKASI MASALAH
1. Siswa kurang memiliki keberanian untuk

bertanya dan berpendapat

2. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses KBM


3. Metode pembelajaran masih berjalan satu arah
4. Hasil belajar belum mencapai nilai KKM yaitu 75

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan

menggunakan metode pembelajaran peer teaching

(tutor sebaya) pada mata pelajaran produk kreatif dan kewiirausahaan

Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa


pada mata pelajaran Produk kreatif dan
Kewirausahaan kelas XI Ak 4 di SMK HKTI 1
Purwareja Klampok

Gambar 1. Kerangka Berpikir

40
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK)

atau classroom action research, penelitian tindakan kelas bersifat partisipatori dan

kolaboratif. Kolaboratif artinya peneliti berkolaborasi atau bekerjasama dengan

guru mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan yaitu Bapak Erwin Dwi

Prasetyo Widodo dan Bapak Sarwanto, yang tergabung dalam satu tim untuk

melakukan penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan

dalam proses pembelajaran. Partisipasif artinya peneliti dibantu guru mata

pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan terlibat secara langsung dalam

penelitian.

Penelitian tindakan kelas dilakukan karena ada kepedulian bersama terhadap

situasi pembelajaran kelas yang perlu ditingkatkan. Secara singkat dalam PTK,

secara bersama harus melaksanakan empat aspek penting yaitu menyusun rencana

tindakan bersama-sama, bertindak, mengamati secara individual bersama-sama,

dan melakukan refleksi bersama-sama pula.

b. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian

tindakan adalah model Kemmis dan Taggart , yang membagi prosedur penelitian

tindakan dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu: perencanaan

– tindakan dan observasi – refleksi. Model penelitian tindakan

34
tersebut sering diacu oleh para peneliti tindakan. Model Kemmis dan Taggart

dapat dilihat dalam gambar berikut:

RENCANA

REFLEKSI TINDKA
SIKLUS I N

OBSERVASI

RENCANA

REFLEKSI SIKLUS II TINDAKAN

OBSERVASI

RENCANA

REFLEKSI SIKLUS III TINDAKAN

OBSERVASI

35
Gambar 2. Tahapan Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Taggart

(Sumber: Mulyasa, 2011: 73)

Tahapan penelitian tindakan ini terdiri dari 4 komponen, yaitu: rencana

(planning), tindakan (action), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) yang

terangkum dalam setiap siklus. Adapun penjelasan tentang keempat komponen

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pra Siklus (Studi Pendahuluan)

Studi pendahuluan dilaksanakan untuk mengetahui kondisi lapangan

sebenarnya, mengumpulkan informasi mengenai keadaan dalam kelas, mencari

permasalahan selama proses belajar-mengajar berlangsung. Pra siklus ini

guru pengampu mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan menentukan

kompetensi dasar yang akan digunakan pada saat penelitian yaitu Kompetensi

Dasar memahami hak atas kekayaan intelektual. Selain itu, dalam pra siklus ini

juga sudah menentukan kelas yang akan diberikan tindakan yaitu kelas XI

Akuntansi 4 di SMK HKTI 1 Purwareja Klampok.

b. Siklus I

1. Rencana

Pada pembelajaran siklus I ini menggunakan metode pembelajaran peer

teaching. Proses yang dilakukan pada pembelajaran siklus I adalah proses

putaran 2. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam tahap rencana ini adalah

sebagai berikut:

 Menyusun dan menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

serta menemukan kompetensi dasar yang diajarkan dengan metode

peer teaching, handout dan format work preparation (WP) tentang

kompetensi dasar memahami Hak Atas Kekayaan Intelektual materi

36
pengertian, sejarah, prinsip dan manfaat HAKI pada mata pelajaran

Produk Kreatif dan Kewirausahaan.

 Menyusun dan menyiapkan lembar observasi keaktifan belajar siswa.

 Membentuk kelompok belajar. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.

 Menyiapkan alat peraga, alat bantu atau media pembelajaran yang

menunjang proses pembelajaran.

 Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan

selama proses pembelajaran berlangsung, seperti kamera.

2. Tindakan

Pada tahap tindakan ini kegiatan pembelajaran siklus I menggunakan

metode pembelajaran peer teaching. Tindakan dilakukan oleh peneliti

dibantu oleh guru dan peer teaching. Guru melakukan kegiatan

pembelajaran teori dan peer teaching mengajari dan mendampingi anggota

kelompoknya masing-masing.

3. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti dan guru terhadap proses pembelajaran

siklus I. Observasi dilakukan terhadap dua aspek yaitu keaktifan belajar

siswa dan hasil belajar siswa.

4. Refleksi

Pada tahap ini refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru. Refleksi dilakukan

terhadap hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus I, yaitu

menganalisis hasil belajar siswa dan keaktifan belajar siswa dalam proses

pembelajaran. Hasil refleksi ini digunakan guru untuk merumuskan

tindakan perbaikan pada siklus II.

c. Siklus II

1. Rencana

37
Pada pembelajaran siklus II ini menggunakan metode pembelajaran peer

teaching. Proses yang dilakukan pada pembelajaran siklus II adalah proses

putaran 3. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam tahap rencana ini adalah

sebagai berikut:

 Menyusun dan menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

serta menemukan kompetensi dasar yang diajarkan dengan metode

peer teaching, handout dan format work preparation (WP) tentang

kompetensi dasar memahami Hak Atas Kekayaan Intelektual materi

macam-macam HAKI dan Dasar Hukum HAKI pada mata pelajaran

Produk Kreatif dan Kewirausahaan

 Menyusun dan menyiapkan lembar observasi keaktifan belajar siswa.

 Membentuk kelompok belajar. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.

 Menyiapkan alat peraga, alat bantu atau media pembelajaran yang

menunjang proses pembelajaran.

 Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan

selama proses pembelajaran berlangsung, seperti kamera.

2. Tindakan
Pada tahap tindakan ini kegiatan pembelajaran siklus II menggunakan

metode pembelajaran peer teaching. Tindakan dilakukan oleh peneliti, guru

dan peer teaching. Guru melakukan kegiatan pembelajaran teori dan peer

teaching mengajari dan mendampingi anggota kelompoknya masing-

masing.

3. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti dan guru terhadap proses pembelajaran

siklus II. Observasi dilakukan terhadap dua aspek yaitu keaktifan belajar

siswa dan hasil belajar siswa.

38
4. Refleksi
Pada tahap ini refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru pengampu.

Refleksi dilakukan terhadap hasil pengamatan keaktifan belajar siswa dan

hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. yaitu menganalisis hasil

belajar praktik siswa dan keaktifan belajar siswa dalam proses

pembelajaran. Hasil refleksi ini digunakan peneliti dan guru untuk

merumuskan tindakan perbaikan pada siklus III.

d. Siklus III

1. Rencana

Perencanaan dibuat oleh peneliti berkolaborasi dengan guru standar

kompetensi mengukur dengan alat ukur mekanik presisi. Pada pembelajaran

siklusIII menggunakan metode pembelajaran peer teaching. Praktik yang

dilakukan pada pembelajaran sikus III adalah praktik putaran praktik 4.

Adapun hal-hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai

berikut.

a) . Menyusun dan menyiapkan RPP serta menentukan materi pokok yang

diajarkan dengan metode pembelajaran peer teaching, job sheet dan

format WP.

b). Menyusun dan menyiapkan lembar observasi keaktifan belajar siswa.

c). Membentuk kelas menjadi 4 kelompok praktik. Tiap kelompok terdiri dari

6-7 siswa.

d). Menyiapkan peralatan-peralatan praktik yang akan digunakan dalam

pebelajaran praktik pengukuran.

e). Menyiapakan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan

selama proses pembelajaran berlangsung seperti kamera.

2. Tindakan

39
Pada tahap tindakan ini kegiatan pembelajaran siklus III menggunakan

metode pembelajaran peer teaching. Tindakan dilakukan oleh guru dan peer

teaching, guru melakukan kegiatan pembelajaran praktik dan peer teaching

mengajari dan mendampingi anggota kelompoknya masing-masing melakukan

praktik pengukuran.

3. Observasi

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru terhadap proses

pembelajaran siklus III. Pengamatan dilakukan terhadap 2 aspek yaitu

tentang keaktifan belajar siswa dan hasil belajar praktik siswa.

4. Refleksi

Pada tahap ini refleksi dilakukan oleh peneliti berkolaborasi dengan guru

pengampu. Refleksi dilakukan terhadap hasil pengamatan keaktifan belajar

siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I, II dan III.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Akuntansi 4 SMK HKTI 1 Purwareja

Klampok,

yang beralamat di Jl. Raya purwareja Klampok No 82A,Banjarnegara, Jawa Tengah,

Indonesia.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 sampai bulan Desember

2020. Adapun tahapan yang dilakukan adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan

tahap pelaporan.

C. SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi 4 SMK HKTI 1 Purwareja

Klampok dan objek penelitian yaitu keaktifan dan hasil belajar Produk Kreatif dan

40
kewirausahaan siswa kelas XI Akuntansi 4 melalui penerapan metode pembelajaran Peer

teaching. Subjek penelitian ini ditentukan berdasarkan hasil observasi terhadap keempat

kelas XI Ak 1, XI Ak 2 dan XI Ak 3. Hasil observasi menunjukkan bahwa dari keempat

kelas, XI Akuntansi 4 masih terdapat remidi untuk mata pelajaran Produk Kreatif dan

Kewirausahaan dibandingkan dengan XI AK 1, XI Ak 2 dan XI Ak 3. Selain itu dilihat

dari perbedaaan ciri dan karakteristik, guru pengampu mata pelajaran Produk Kreatif dan

Kewirausahaan memilih XI Akuntansi 4 sebagai subjek penelitian ini.

D. PROSEDUR TINDAKAN

Penelitian tindakan kelas ini dirancang meliputi kegiatan persiapan atau pra tindakan dan

kegiatan tindakan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan

Teggart yang terdiri dari beberapa siklus dan masing-masing siklus mempunyai 4

komponen tindakan yang sama, yaitu Tahap Perencanaan(Planning), Pelaksanaan

Tindakan (Acting), Pengamatan (Observing) dan Refleksi (Reflecting). Adapun prosedur

pelaksanaan tindakan setiap siklusnya dapat dijabarkan sebagai berikut:

Siklus I
1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan tindakan dilakukan oleh guru. Berdasarkan hasil dari pra siklus,

rencana tindakan pada siklus pertama adalah:

a. Peneliti menyusun perencanaan mengenai pelaksanaan pembelajaran Produk

kreatif dan kewirausahaan pada siswa kelas XI Akuntansi 4 SMK HKTI 1

Purwareja Klampok.

b. Menggunakan metode pembelajaran Peer teaching sebagai solusi pemecahan

masalah pembelajaran.

c. Membuat skenario pembelajaran yang meliputi: membuat RPP dan Handout

materi produk kreatif dan kewirausahaan kompetensi dasar memahami hak atas

kekayaan intelektual, alat evaluasi (soal pre-test dan post-test), dan lembar

observasi dengan menggunakan skala likert.

41
d. Membuat kelompok-kelompok belajar, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5

siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Setelah tahap perencanaan tindakan sudah matang, maka langkah


selanjutnya yaitu melaksanakan rencana tersebut di kelas dengan berpedoman pada

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap ini,

peneliti melaksanakan tindakan berdasarkan perencanaan yang sudah dibuat, serta

melakukan penelitian terhadap segala kegiatan yang dilakukan siswa selama proses

pembelajaran dengan menggunakan Metode Pembelajaran

Peer Teaching. Pelaksanaan tindakan ini bersifat fleksibel atau berubah-ubah, dapat

dimodifikasi sewaktu-waktu sesuai dengan situasi dan kondisi serta keperluan yang

terjadi di lapangan. Mengenai segala perubahan akan dicatat di catatan lapangan.

3. Pengamatan (Observing)

Tahap pengamatan/observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung,

sehingga pada tahap ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Jadi, pada

tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilakukan dalam waktu yang sama.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan pengamatan dan

mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan

berlangsung. Semua hal yang terjadi di kelas saat pembelajaran berlangsung dicatat

dalam kaitannya dengan proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran

Peer Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Produk

kreatif dan kewirausahaan.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang telah diperoleh selama

pelaksanaan observasi, kemudian dilakukan refleksi. Pelaksanaan refleksi berupa

diskusi antara peneliti dan guru mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan

yang bersangkutan. Tahap refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara

42
keseluruhan tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang sudah terkumpul,

kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Jika

terdapat masalah pada saat refleksi, maka akan dilakukan proses pengkajian ulang

melalui siklus berikutnya sehingga permasalahan dalam siklus I dapat

terselesaikan.

Siklus II
Kegiatan yang dilaksankan pada siklus II dimaksudkan sebagai perbaikan dari

siklus I. Pelaksanaan siklus II sama dengan siklus I yaitu dimulai dari tahap

perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi

(observing), dan refleksi (reflecting).

Siklus III
Kegiatan yang dilaksankan pada siklus III dimaksudkan sebagai perbaikan dari

siklus I dan II. Pelaksanaan siklus III sama dengan siklus I dan II yaitu dimulai dari

tahap perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi

(observing), dan refleksi (reflecting).

E. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

1. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dalam penelitian ini pada aspek kognitif dan diukur dengan test

tertulis (pre-test dan post-test).

2. Keaktifan Belajar Siswa

Keaktifan belajar siswa dalam penelitian ini mencakup enam aspek dan diukur

menggunakan skala likert.

3. Metode Pembelajaran Peer Teaching (Tutor Sebaya)

Metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) berfungsi sebagai sumber belajar

pengganti guru yang pemanfaatannya diharapkan dapat membantu teman-temannya

yang mengalami kesulitan dalam belajar.

43
F. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENELITIAN

1. Teknik Pengumpulan data


Teknik pengumpulan data adalah cara-cara untuk memperoleh dan

mengumpulkan data dalam penelitian. Pengumpulan data pada penelitian tindakan

ini menggunakan beberapa cara sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada guru pengampu mata pelajaran

Produk Kreatif dan kewirausahaan . Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:

32) wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dan

informasi yang dilakukan secara lisan. Proses wawancara dilakukan dengan

cara tatap muka langsung, melalui teleconference atau telepon. Selama proses

wawancara peneliti pengambil data penelitian mengajukan pertanyaan-

pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban kepada responden secara lisan.

Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal

kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi

atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. Wawancara dilakukan peneliti

sebelum melakukan penelitian tindakan. Wawancara dilakukan untuk

melakukan studi pendahuluan untuk menggali informasi tentang kondisi

lapangan sebelum diberi tindakan.

b. Tes

Tes digunakan untuk mengukur Hasil Belajar Produk kreatif dan

kewirausahaan pada aspek kognitif, yaitu mengetahui sejauh mana siswa

menguasai materi yang diajarkan. Peneliti akan menggunakan pre test dan

post test untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Keberhasilan hasil belajar dapat dilihat

44
dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) penguasaan kompetensi. Dalam

penelitian ini, tes yang akan digunakan adalah tes essay (subjektif).

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan oleh peneliti untuk mencatat berbagai aspek

pembelajaran di kelas, suasana kelas, kegiatan guru dan interaksi siswa

dengan siswa. Menurut Wiriatmaja (2006: 125) catatan lapangan adalah

sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian tindakan kelas yang

dibuat oleh peneliti dan mitra peneliti yang melakukan pengamatan

danobservasi. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mencatat

kegiatan guru dan siswa saat pembelajaran proses pra siklus, siklus I, siklus

II, dan siklus III

d. Observasi

Observasi yang digunakan adalah observasi terbuka dan observasi

terstruktur. Observasi terbuka dilakukan dengan melihat mengamati ,dan

mencatat perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan observasi

terstruktur dilakukan dengan membubuhkan tanda checklist (√) pada lembar

observasi keaktifan belajar siswa.

e. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang

digunakan pada saat penelitian tindakan berlangsung. Dokumentasi yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), lembar wawancara siswa, hasil pengamatan keaktifan

belajar siswa, hasil tes dan foto selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Instrumen Penelitian

a. Tes Prestasi

45
Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa khususnya aspek kognitif.

Peneliti menggunakan pre test dan post test untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa. Soal tes yang dibuat oleh peneliti terlebih

Tabel 3. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siswa

N Variabel Sub Variabel indikator Indicator soal Bentuk Nomo


o soal r soal
1 Memaham Hak atas Mengidentifikas Siswa dapat Essay 1
i hak atas kekayan mengidentifikasi 1
kekayan intelektual i pengertian Pengertian HAKI PG
intelektual HAKI
Menjelaskankan Siswa dapat Esay 2
sejarah HAKI di menjelaskan PG
Indonesai sejarah 4,5
perkembangan
HAKI
Mengidentifikas Disajikan gambar PG 2
i prinsip-prinsip suatu kasus, peserta Esay 3
HAKI didik dapat
mengidentifikasi
kasus tersebut
dengan salah satu
prinsip HAKI
Mengidentifikas Disajikan ilustrasi PG 3, 5
ikan manfaat tentang kasus Esay 4
HAKI penggandaan buku
tanpa ijin penerbit,
siswa diminta
menganalisi kasus
tersebut
dihubungkan
dengan
memaksimalkan
manfaat-manfaat
HAKI!
Mengkategorika Peserta didik dapat Essay 1,2
n dasar-dasar mengkategorikan PG 1,2
hukum HAKI dasar-dasar hukum
HAKI
Mengkelompok Peserta didik dapat Esay 3,4,5
kan macam- membuat kelompok
macam HAKI macam-macam PG 3,4,5
HAKI Keteram 1
pilan
Menyusun Peserta didik dapat Essay 1,2
prosedur menyusun prosedur 1,2
pendaftaran pendaftaran HAKI PG
HAKI
Memutuskan Peserta didik dapat Esay 3,4,5
solusi sengketa Memutuskan solusi
masalah HAKI sengketa masalah PG 3,4,5
HAKI Keteram 1
pilan

Penilaian tes hasil belajar yang digunakan menggunakan pendekatan 100

Penilaian ini diukur dengan menggunakan rubrik sesuai dengan soal essay.

b. Catatan Lapangan

46
Catatan lapangan berupa formulir yang digunakan sebagai catatan berbagai
aspek dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas

yang dilakukan guru, interaksi yang dilakukan guru dan siswa. Catatan ini juga

dilakukan untuk mengetahui keaktifan yang dilakukan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung serta mengetahui hal-hal yang tidak sesuai dengan

perencanaan.

c. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah alat yang digunakan dalam melakukan pengamatan

terhadap sasaran pengukuran. Lembar observasi keaktifan belajar siswa digunakan

untuk mengamati keaktifan belajar siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

Kegiatan pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru pada saat

proses pembelajaran pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III berlangsung.

Lembar observasi yang digunakan berbentuk daftar checklist (√) pada lembar

observasi keaktifan belajar siswa. Pedoman observasi dapat dilihat pada kisi-kisi

observasi keaktifan sisa di tabel 5 dibawah ini:

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa

Aspek yang Sumber


Variabel Sub variabel Diamati Data

Keaktifan Visual - Membaca materi Siswa


Belajar - Menandai hal-hal yang penting

Siswa Lisan - Menjawab pertanyaan Siswa


- mengemukan pendapat pada

saat diskusi
-
Mendengarkan Mendengarkan penjelasan tutor Siswa
sebaya saat berdiskusi

Menulis - Merangkum materi dari tutor saat Siswa


diskusi

Emosional - Bekerja sama dengan teman Siswa

47
sekelompok

Mental - Melaksanakan diskusi dengan Siswa


tutor sebaya

Peneliti memberikan skor kepada masing-masing indikator yang akan diamati

menggunakan skala likert empat jawaban alternatif yaitu sangat baik, baik, tidak

baik, dan sangat tidak baik (Endang Mulyatiningsih, 2011: 29). Rincian dari skala

tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Kriteria Jawaban Alternatif Skala Likert

Kriteria Nilai
Sangat Baik 4
Baik 3
Tidak Baik 2
Sangat Tidak Baik 1

d. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh selama

penelitian dilakukan. Dokumen yang digunakan berupa daftar nilai siswa,

pedoman observasi, dan dokumentasi berupa foto saat pembelajaran berlangsung

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif. Data


kuantitatif dari hasil observasi keaktifan dan hasil belajar siswa mata pelajaran produk

kreatif dan kewirausahaan akan dianalisis dan dipersentase. Teknik analisis data yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Teknik analisis persentase keaktifan siswa

%= ×100%

48
2. Teknik analisis data hasil belajar Dasar Kepariwisataan

a. Dihitung nilai rata-rata (baik nilai pre-test maupun nilai post-test)

Keterangan :

= Mean (rata-rata)

= Epsilon (baca jumlah)

= Nilai x ke i sampai n

N = Jumlah individu (Sugiyono, 2010: 49)

b. Dipresentasikan ketuntasan hasil belajar siswa

% ketuntasan = × 100%
3. Validitas Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 352) terdapat 3 cara pengujian validitas instrumen

yaitu pengujian validitas kontruk (contruct validity), pengujian validitas isi (contect

validity), dan pengujian validitas eksternal. Pada instrumen penelitian tindakan

kelas ini menggunakan pengujian validitas kontruk.

Validasi instrumen penelitian dalam melakukan penelitian ini dilakukan oleh 2

orang validator, yang terdiri dari 2 ahli dalam instrumen penelitian tindakan kelas.

Hasil dari validitas instrumen penelitian ini akan dijabarkan secara ringkas.

Menurut experts 1, instrumen penelitian ini sudah layak digunakan untuk

penelitian. Experts 2 bertanggapan bahwa instrumen sudah layak dipakai dalam

KBM Akuntansi. Oleh sebab itu, dari hasil validitas kepada kedua experts,

instrumen ini layak digunakan untuk penelitian tindakan kelas.

H. Indikator Keberhasilan Tindakan

49
Kriteria keberhasilan tindakan adalah apabila setelah penggunaan metode
Peer Teaching terjadi peningkatan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.
Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah:
1. Keaktifan belajar Produk Kreatif dan Kewirausahaan
Keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan

kelas XI Ak 4 SMK HKTI 1 Purwareja Klampok setelah diterapkan metode

pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) akan dikatakan meningkat apabila hasil

rata-rata prosentase seluruh aspek yang diamati lebih dari 75%. Aspek-aspek

keaktifan belajar siswa yang diamati adalah sebagai berikut:

a. Membaca materi dan menandai hal-hal yang penting

b. Menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat pada saat diskusi

c. Mendengarkan penjelasan tutor sebaya saat berdiskusi

d. Merangkum materi dari tutor saat diskusi

e. Bekerja sama dengan teman sekelompok

f. Melaksanakan diskusi dengan tutor sebaya dan kelompoknya

2.Hasil belajar Produk Kreatif dan kewirausahaan

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan kelas

XI Ak 4 SMK HKTI 1 Purwareja Klampok setelah diterapkan metode pembelajaran

peer teaching (tutor sebaya) akan dikatakan meningkat pada ranah kognitif apabila

hasil rata-rata nilai kelas mencapai 75% atau mencapai nilai KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimum). Nilai KKM mata pelajaran produk Kreatif dan

kewirausahaan di SMK HKTI 1 Purwareja Klampok adalah 75.

Hal ini dilihat dari hasil observasi perolehan skor rata-rata dari pra siklus, siklus

I, siklus II dan siklus III. Prestasi belajar pada siswa dikatakan meningkat apabila 85

% siswa mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini dapat dilihat

50
dari hasil obervasi nilai siswa saat melakukan praktik pengukuran pada pra siklus,

siklus I, siklus II dan siklus III.

51
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMK HKTI 1 Purwareja Klampok. Penelitian

bertujuan untuk mengetahui dampak metode pembelajaran peer teaching dalam

meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi 4 SMK HKTI 1 Purwareja

Klampok pada mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan dengan

kompetensi dasar Hak atas kekayaan intelektual tahun ajaran 2020/ 2021. Sumber

informasi atau responden adalah kelas XI Akuntansi 4 SMK HKTI 1 Purwareja

Klampok yang berjumlah 32 orang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sumber informasi bagi para guru untuk memilih dan menetapkan prosedur,

metode, dan teknik mengajar yang dipandang paling efektif, efisien dan

produktif. Hasil penelitian ini diharapkan mampu dikembangkan oleh pihak

sekolah sebagai upaya pengembangan sekolah utamanya untuk peningkatan

kualitas proses pembelajaran di sekolah.

B. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Pra Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatan pra penelitian tindakan kelas diawali dengan mengamati proses

pembelajaran produk kreatif dan kewirausahaan kompetensi hak atas kekayaan

intelektual di kelas XI Akuntansi 4. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan

peneliti, guru menggunakan metode belajar ceramah dan tanya jawab dalam

proses pembelajaran. Dan pada proses pembelajaran berlangsung cenderung

siswa hanya diam pada saat guru bertanya, siswa hanya berbisik dan berbicara

52
kepada teman disampingnya jika diberi kesempatan untuk bertanya ataupun

mengeluarkan pendapat tentang materi yang sedang dijelaskan.

Pada kelas XI Akuntansi 4 menurut peneliti berbeda dengan kelas XI

Akuntansi 1, XI Akuntansi 2 dan XI Akuntansi 3. Perbedaan terlihat ketika guru

mengintruksikan siswa untuk mengerjakan soal latihan, siswa kelas XI Akuntansi

4 masih banyak nilai di bawah KKM dibandingkan dengan kelas XI Akuntansi 1,

XI Akuntansi 2dan XI Akuntansi 3. Pada saat guru keluar kelas siswa kelas XI

Akuntansi 4 juga lebih ramai dan gaduh dibandingkan dengan kelas lainnya.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti menentukan kelas XI

Akuntansi 4 sebagai subjek dari penelitian tindakan kelas yang menerapkan

metode pembelarajan peer teaching pada mata pelajaran produk kreatif dan

kewirausahaan kompetensi dasar organisasi pariwisata karena hasil belajar dan

keaktifan belajar siswa kelas XI Akuntansi 4 masih kurang. Pemilihan kelas XI

Akuntansi 4 untuk penelitian karena kelas XI Akuntansi 4 memiliki tingkat umur

dan kelas yang sama, tetapi terdapat perbedaan ciri dan karakteristik antara siswa

yang ada.

Berdasarkan kesepakatan dengan guru pengampu mata pelajaran produk

kreatif dan kewirausahaan, pelaksanaan penelitian dimulai pada hari Senin

tanggal 19 Oktober 2020. Penelitian dilaksanakan sebanyak 3 siklus.

Adapun pelaksanaan penelitian disajikan pada tabel berikut:

53
Tabel 7. Waktu pelaksanaan penelitian

Pertemuan
Siklus ke- Hari, tanggal Kegiatan

Pra 1 Senin, 19 Oktober 2020 Observasi kegiatan belajar


Tindakan dan mengajar

I 2 Sabtu, 26 Oktober 2020 Penerapan metode


pembelajaran peer teaching

II 3 Senin,2 November 2020 Penerapan metode


pembelajaran peer teaching

III 4 Senin, 9 November 2020 Penerapan metode


pembelajaran peer teaching

2. Paparan Data Siklus I

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan yang telah dibuat, dikonsultasikan juga dengan

guru. Berdasarkan hasil diskusi antara guru dna peneliti, disepakati bahwa

untuk siklus I materi yang dipelajari tentang pengertian Hak atas kekayaan

intelektual, sejarah perkembangan HAKI, prisip-prinsip dan manfaat HAKI.

Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini sebagai berikut:

a). Peneliti menyusun perencanaan mengenai pelaksanaan pembelajaran

produk kreatif dan kewirausahaan pada siswa kelas XI Akuntansi 4

SMK HKTI 1 Purwareja Klampok.

b). Menggunakan metode pembelajaran Peer teaching sebagai solusi

pemecahan masalah pembelajaran.

54
c). Membuat skenario pembelajaran yang meliputi: membuat RPP dan

Handout materi Hak atas kekyaan Intelektual, alat evaluasi (pre-test),

dan lembar observasi.

d). Membuat kelompok-kelompok belajar, masing-masing kelompok

terdiri dari 4-5 siswa.

e). Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan-

kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung seperti kamera.

b. Tindakan (acting)

Sesuai dengan rencana yang telah dibuat, kegiatan pembelajaran

dilaksanakan dengan metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya).

Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang telah dibuat. Peneliti dibantu oleh seorang pengamat yaitu

guru selama proses pembelajaran. Pengamat membantu peneliti mengamati

keaktifan belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi

Pada siklus I pelaksanaan proses belajar dan mengajar mata pelajaran produk

kreatif dan kewirausahaan kompetensi Hak atas kekayaan intelektual di kelas

teori dilaksanakan pada tanggal 26 Okober 2020 dimulai pada pukul 11.45

WIB selama 60 menit (2 x 30 menit) karena sebelum pembelajaran dilakukan

pre-test selama 30 menit. Kegiatan pembelajaran diikuti oleh 32 orang

peserta didik dari keseluruhan siswa kelas XI Akuntansi 4 adalah 32 orang

Awal pembelajaran guru membuka pelajaran dengan berdoa, presensi dan

menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang terkait dengan materi ajar yang

akan disampaikan. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik secara

komunikatif dan kreatif mengenai kompetensi dasar yang harus dimiliki

siswa.

55
Pada kegiatan inti guru mulai mengadakan pre-test kepada peserta didik guna

mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai materi produk kreatfi dan

kewirausahaan kompetensi hak atas kekayaan Intelektual. Test dilaksanakan

pukul 13.05 - 13.35 WIB. Setelah 30 menit dari pengadaan pre-test, guru

menyampaikan metode pembelajaran yang digunakan pada proses belajar-

mengajar untuk pertemuan tersebut menggunakan metode pembelajaran peer

teaching (tutor sebaya).

Guru mengarahkan siswa untuk membentuk menjadi 7 kelompok kecil,

masing-masing beranggotakan 4-5 orang. Guru meminta siswa yang ditunjuk

sebagai tutor untuk menjadi ketua yang bertugas menyampaikan materi.

Bersamaan dengan pembentukan kelompok, guru meminta para tutor untuk

mendengarkan penjelasan materi yang akan disampaikan kepada siswa

lainnya

Proses KBM untuk 20 menit berikutnya posisi guru digantikan oleh ke-7

siswa yang terpilih untuk menyampaikan materi dengan panduan handout

yang sudah diberikan dari guru. Tutor terlihat bingung untuk memulai

penjelasan, kemudian guru mengarahkannya. Timbul banyak pertanyaan

yang menuntut kejelasan dari penjelasan yang disampaikan oleh tutor. Guru

mencatat pertanyaan yang muncul selama proses belajar-mengajar dengan

penerapan metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya).

Akhir proses belajar-mengajar, guru menjelaskan kembali dan menjawab

berbagai pertanyaan yang dilemparkan oleh siswa pada saat proses belajar-

mengajar sehingga semua materi yang belum dipahami siswa dapat

dijelaskan kembali oleh guru. Kegiatan setelah itu adalah guru menyimpulkan

hasil belajar yang disampaikan dengan menjawab beberapa pertanyaan yang

dilemparkan guru secara lisan tanpa melihat handout. Kegiatan terakhir guru

56
menyampaikan materi untuk pertemuan selanjutnya dan ditutup dengan

berdoa.

c. Observasi (observing)

Hasil pengamatan yang dilakukan observer dan guru pengampu mata

pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan memperoleh beberapa

kesimpulan, yaitu:

1). Keaktifan Siswa

Pada siklus I, siswa bingung dalam menerapkan metode pembelajaran

peer teaching (tutor sebaya) untuk yang pertama kalinya. Pada awal

pembelajaran banyak siswa yang diam dan memperhatikan handout

yang sudah diberikan oleh guru karena masih ada ketakutan ditunjuk

untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Setelah pre-

test dilakukan, siswa membentuk kelompok dengan diketuai oleh

seorang tutor yang sebelumnya sudah ditunjuk oleh guru. Data

keaktifan belajar siswa pada siklus I direkap pada tabel 8 dibawah ini:

Tabel 8. Keaktifan Belajar Siswa Siklus I

Siklus I

Indikator Keaktifan Teori

No.

Belajar Siswa Jumlah Mencapai

Persentase

(orang) >75%

1. Membaca materi dan

Masih kurang

menandai hal-hal yang 32 49,29%

25,71%

penting

2. Menjawab pertanyaan tutor 32 53,12% Masih kurang

57
sebaya saat berdiskusi 21,88%

3. Mendengarkanpenjelasan Masih kurang

32 49,29%

tutor sebaya saat berdiskusi 25,71%

4. Merangkum materi dari tutor Masih kurang

32 44,53%

sebaya saat berdiskusi 30,47%

5. Bekerjasama dengan tutor Masih kurang

32 72,66%

sebaya saat berdiskusi 2,34%

6 Melaksanakan diskusi dengan

Masih kurang

tutor sebaya dan 32 52,34%

22,66%

kelompoknya

Masih kurang

Prosentase keseluruhan indikator 53,56%


21,44%

Hasil di atas diperoleh dari perhitungan masing-masing indikator keaktifan

belajar siswa yang telah ditetapkan oleh peneliti. Keaktifan siswa pada siklus I

belum mencapai target akhir yaitu 75% dari keseluruhan peserta didik. Target

yang tercapai baru 53,56% dengan menggunakan metode pembelajaran peer

teaching (tutor sebaya). Siswa yang membaca materi yang diberikan oleh

observer hanya sebesar 49,29%, hanya sedikit siswa yang mau menandai hal-hal

penting pada saat berdiskusi. Siswa menjawab dan mengemukakan pendapat

sebesar 53,12%. Siswa mendengarkan penjelasan tutor sebesar 49,29% dan masih

banyak yang tidak berkonsentrasi pada saat berdiskusi. Siswa merangkum materi

dari tutor hanya sebesar 44,53%, banyak siswa yang berpendapat bahwa handout

58
yang diberikan sudah mewakili materi yang disampaikan. Siswa bekerjasama

dengan kelompoknya sebesar 72,66%. Siswa yang berdiskusi melakukan tanya

jawab hanya sebesar 52,34%.

Saat ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh tutor, maka peserta peer

teaching mencoba membantu menjelaskan sehingga keaktifan belajar di dalam

kelas benar-benar terjadi. Penjelasan yang masih canggung dan belum terarah dari

tutor membuat siswa yang lain menjadi kebingungan, namun pertanyaan yang

disampaikan oleh siswa lain menunjukkan adanya kerjasama pada proses belajar-

mengajar yang berlangsung.

2). Hasil Belajar Siswa

Siklus I diawali dengan melaksanakan pre-test sebelum melakukan proses

belajar-mengajar untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa sebelum

penerapan metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya). Data hasil belajar

pada pre-test Siklus I seperti pada tabel di bawah ini:

Data Siklus I (pre-test)

N (jumlah siswa) 32

Mean (rata-rata) 54,09

Median (nilai tengah) 62

Modus 50 dan 55

Minimum 45

Maximum 79

Nilai ≥ 75 12,5%

Nilai ≤ 75 75%

Pada pre-test siklus I nilai yang dicapai masih sangat rendah, hal itu dapat

dilihat dari nilai terendah adalah 45 sedangkan untuk nilai tertinggi adalah

79, dan hanya 12,5% atau 4 dari 32 siswa yang memenuhi kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan dan nilai rata-rata

59
sebesar 54,09, sehingga diterapkan metode pembelajaran peer teaching

(tutor sebaya).

d. Refleksi (reflection)

Berdasarkan pelaksanaan pada siklus I, proses belajar-mengajar dengan

penerapan metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) sudah sesuai

dengan prosedur yang telah direncanakan. Walaupun demikian masih

terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan supaya pada

siklus II dapat diperbaiki. Permasalahan tersebut antara lain:

1) Siswa masih enggan membaca sumber belajar yang telah diberikan

oleh observer, mereka lebih memilih bertanya langsung kepada teman

atau guru daripada mencari sendiri.

2) Siswa masih kurang aktif dalam merespon pertanyaan yang diajukan.

Hal ini terlihat dari beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh guru

secara lisan dan hanya beberapa siswa yang berani menjawab dan

mengemukakan pendapatnya.

3) Siswa masih kurang aktif di dalam kelompok, itu disebabkan karena

siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh tutor. Hanya

beberapa siswa yang aktif mencatat hal-hal penting yang disampaikan

oleh tutor.

4) Siswa masih enggan merangkum hal-hal penting yang disampaikan

oleh tutor, itu disebabkan karena siswa merasa handout yang

diberikan oleh observer sudah mewakili materi yang sedang

dijelaskan.

5) Tutor sebaya yang dipilih belum bisa berbicara dengan lugas,

sehinggapenjelasannya kurang bisa ditangkap oleh siswa lainnya dan

60
timbul banyak permintaan untuk mengulangi penjelasan yang

disampaikan.

Berdasarkan kesimpulan siklus I di atas, maka target yang diinginkan

belum tercapai karena masih ada beberapa indikator yang belum

memenuhi target akhir dari penelitian ini. Persentase keseluruhan indikator

dari keaktifan belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran

peer teaching baru tercapai 53,56%. Sedangkan untuk hasil belajar siswa

dengan menggunakan metode pembelajaran peer teaching baru mencapai

12,5% atau 4 dari 32 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal

(KKM). Tujuan akhir dalam kegiatan pembelajaran ini meningkatkan hasil

belajar dan keaktifan siswa mencapai 75% untuk masing-masing indikator,

sehingga kegiatan pembelajaran ini perlu dilanjutkan pada siklus

berikutnya dengan mengkaji ulang rancangan pembelajaran yang dibuat

oleh peneliti sesuai dengan permasalahan yang didapatkan pada siklus I.

3. Paparan Data Siklus II


Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I. Hasil

proses belajar-mengajar yang belum sempurna kemudian diperbaiki dalam siklus

II ini.

a. Perencanaan (planning)

Pada siklus ini akan dilakukan 1 kali tatap muka teori yaitu 2 x 45 menit.

Materi yang akan disampaikan pada siklus II ini adalah dasar hukum HAKI

dan macam-macam HAKI. Materi pokok yang diajarkan pada pertemuan ini

merupakan lanjutan materi dari pertemuan pada siklus I tentang pengertian

Hak atas kekayaan intelektual, sejarah perkembangan HAKI, prinsip-prinsip

dan manfaat HAKI.

61
Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus I, maka pada siklus II

dilakukan perbaikan yaitu:

1) Guru harus selalu memotivasi siswa agar aktif dalam berdiskusi dengan

teman sekelompoknya. Guru juga menekankan agar siswa lebih berani

bertanya dan mengungkapkan pendapatnya.

2) Guru menyampaikan dan mengingatkan kepada siswa bahwa dalam

mempelajari materi, siswa boleh menggunakan buku pendamping lain

yang mendukung pembelajaran di kelas. Hal ini dimaksudkan agar siswa

aktif mencari sumber belajar lain selain handout yang sudah diberikan

oleh observer.

3) Pada cara pemilihan tutor yang mampu berbicara lugas dan memiliki tata

bahasa yang baik, dilihat dari beberapa siswa yang mendapat nilai baik

pada siklus I dan memiliki keaktifan belajar yang baik.

Perencanaan kelengkapan pembelajaran yang dilakukan pada pelaksanaan

siklus II ini antara lain:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi pedoman guru

dalam melaksanakan pembelajaran dengan penerapan metode

pembelajaran peer teaching (tutor sebaya).

2) Membuat kelengkapan pembelajaran yang meliputi: Bahan ajar

(handout) materi Hak atas kekayaan inteleketual evaluasi (post-test),

catatan lapangan dan lembar observasi

3) Menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan-

kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung seperti kamera.

b. Tindakan (acting)

Selama pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan observasi dengan

mencatat berbagai proses yang terjadi pada saat proses belajar-mengajar

62
berlangsung sesuai dengan indikator-indikator yang termuat dalam lembar

observasi keaktifan belajar siswa.

Pada siklus II pelaksanaan proses belajar-mengajar mata pelajaran produk

kreatif dan kewirausahan kompetensi dasar memahami hak atas kekayaan

intelektual dilaksanakan pada hari Senin, 2 November 2020 dimulai pada pukul

11.45 WIB selama 60 menit (2 x 45 menit) karena setelah pembelajaran akan

dilakukan post-test selama 30 menit. Kegiatan pembelajaran diikuti oleh 31

siswa, terdapat 1 siswa yang tidak masuk.

Awal pembelajaran guru membuka dengan mengucap salam, presensi dan

menyampaikan tujuan pembelajaran yang terkait dengan materi ajar yang akan

disampaikan. Guru memberi motivasi kepada peserta didik dengan beberapa

pertanyaan mengenai kompetensi yang harus dimiliki siswa.

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan metode belajar yang akan diterapkan

pada proses belajar-mengajar yang akan berlangsung dengan menggunakan

metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) sebagai kelanjutan dari siklus

I. Selanjutnya guru langsung mengarahkan untuk membentuk kelompok seperti

pada siklus I.

Selama kurang lebih 20 menit, para tutor sudah mulai menjelaskan materi

tentang dasar-dasar hukum HAKI d an macam-macam HAKIkepada teman

sekelompoknya. Pada siklus II ini, para tutor sudah mulai lugas dalam

menjelaskan kepada temannya. Dalam berdiskusi para siswa sudah mulai aktif

mengemukakan pendapatnya dan saling mengajukan pertanyaan. Guru

mengawasi jalannya diskusi dengan mengisi lembar observasi tentang keaktifan

siswa.

63
Kegiatan terakhir pada pelaksanaan siklus II ini adalah post-test. Test ini

lakukan pada pukul 13.45 WIB selama 30 menit. Selanjutnya guru

menyimpulkan hasil pembelajaran dan menutupnya dengan berdoa.

c. Observasi (observing)

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru pengampu mata

pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan memperoleh beberapa kesimpulan

yaitu:

64
1). Keaktifan Belajar Siswa

Siswa sudah mampu menyesuaikan proses belajar-mengajar dengan

penerapan metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) yang

diterapkan. Muncul banyak pertanyaan dan pendapat apabila tutor salah atau

bingung dalam menjelaskan materi merupakan salah satu indikasi

peningkatan belajar siswa. Data keaktifan belajar siswa pada siklus II dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Siklus II

Indikator Keaktifan Teori

No.

Belajar Siswa Jumlah Mencapai

Persentase

(orang) >75%

1. Membaca materi dan

menandai hal-hal yang 32 78,91% Tercapai

penting

2. Menjawab pertanyaan tutor

32 76,56% Tercapai

sebaya saat berdiskusi

3. Mendengarkan penjelasan

32 79,69% Tercapai

tutor sebaya saat berdiskusi

4. Merangkum materi dari tutor

32 78,91% Tercapai

sebaya saat berdiskusi

5. Bekerjasama dengan tutor

32 82,81% Tercapai

sebaya saat berdiskusi

6 Melaksanakan diskusi dengan

65
tutor sebaya dan 32 77,34% Tercapai

kelompoknya

Prosentase keseluruhan indikator 79,03% Tercapai

Hasil di atas diperoleh dari perhitungan masing-masing indikator keaktifan

belajar siswa yang telah ditetapkan oleh peneliti. Keaktifan belajar siswa

menunjukkan peningkatan setelah mulai menerapkan metode pembelajaran

peer teaching (tutor sebaya). Siswa yang membaca materi sebesar 78,91%, siswa

yang menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat sebesar 76,56%, siswa

yang mendengarkan penjelasan dari tutor sebesar 79,69%, siswa yang

merangkum materi sebesar 78,91%, siswa yang bekerjasama dengan

kelompoknya sebesar 82,81% dan siswa yang berdiskusi dengan tanya jawab

sebesar 77,34%. Dari keseluruhan indikator yang ditetapkan seluruh siswa

mencapai ketuntasan minimal (≥75%).

Pada siklus II siswa lebih mudah mengungkapkan kesulitan belajarnya lewat

tanya jawab dengan tutor karena berada dalam kelompok kecil. Saat ada

pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh tutor, maka peserta peer teaching ada

yang mencoba menjelaskan sehingga keaktifan belajar di dalam kelas benar-

benar terjadi komunikasi dua arah yaitu tutor peer teaching dan peserta peer

teaching.

2) Hasil Belajar Siswa

Pada siklus II diakhiri dengan pelaksanaan post-test untuk mengetahui

perkembangan hasil belajar siswa dengan penerapan metode pembelajaran

peer teaching (tutor sebaya). Hasil post-test pada siklus II akan dipaparkan

pada tabel di bawah ini:

66
Tabel Hasil Belajar Siswa Siklus II

Data Siklus II (post-test)


N (jumlah siswa) 32
Mean (rata-rata) 86,56
Median (nilai tengah) 90
Modus 100
Minimum 76
Maximum 100
Nilai ≥ 75 100%
Nilai ≤ 75 0%

Pada post-test siklus II setelah penerapan metode pembelajaran peer teaching

mengalami peningkatan yang signifikan yaitu semua siswa 100% atau 31 dari 32

siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata

sebesar 89,35, nilai terendah 76 dan nilai tertinggi 100.

d. Refleksi (reflection)

Pada pembelajaran produk kreatif dan kewirausahaan kompetensi dasar hak

atas kekayaan intelektual dengan penerapan metode pembelajaran peer teaching

(tutor sebaya) ini dapat dikatakan berjalan sesuai rencana dan target akhir yang

diinginkan dapat tercapai oleh peneliti. Kenyataan ini dapat dilihat dari

prosentase rata-rata indikator yang telah ditetapkan oleh peneliti sebesar 75%

siswa aktif. Hasil belajar siswa pada siklus II sudah menunjukkan peningkatan

dibandingkan dengan siklus I.

Berdasarkan hasil observasi keaktifan belajar siswa dan hasil belajar dalam

proses belajar-mengajar mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan

kompetensi hak atas kekayaan intelektual dapat diambil kesimpulan dari

pelaksanaan siklus II yaitu:

67
1) Keaktifan belajar siswa meningkat yaitu keaktifan belajar siswa yang telah

ditetapkan dalam bentuk indikator-indikator oleh peneliti dalam lembar

observasi keaktifan belajar siswa. Indikator-indikator yang dimaksud adalah

membaca materi dan menandai hal-hal penting, menjawab pertanyaan dan

mengemukakan pendapat pada saat berdiskusi, mendengarkan penjelasan

tutor sebaya saat berdiskusi, merangkum materi dari tutor saat berdiskusi,

bekerjasama dengan teman sekelompok dan melaksanakan diskusi dengan

tutor sebaya dan kelompoknya. Peningkatan dapat dilihat dari prosentase

pada siklus I sebesar 53,56% dan pada siklus II sebesar 79,03%.

2) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari hasil pre-test yang dilakukan

di awal pertemuan dan hasil post-test di akhir pertemuan. Ini terlihat pada

prosentase siswa yang lulus pada saat post-test. Pada siklus I hanya 12,5%

yang mampu memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan pada siklus

semua siswa berhasil memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM

4. Paparan data Siklus III

a. Perencanaan
Perencanaan yang telah dibuat oleh peneliti, dikonsultasikan dengan guru.

Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dan guru dan refleksi dari siklus II,

disepakati bahwa untuk kegiatan pembelajaran siklus III materi prosedur tata cara

pendaftaran HAKI dan solusi sengketa HAKI menggunakan metode

pembelajaran peer teaching. Pada siklus III kegiatan pembelajaran yang

dilakukan adalah mengenai prosedur tata cara pendaftaran HAKI dan solusi

sengketa masalah HAKI. Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini

antara lain sebagai berikut.

1) Menyusun dan menyiapkan RPP dengan metode pembelajaran peer teaching, job

sheet dan format WP.

68
2) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi keaktifan belajar siswa.

3) Menyiapkan daftar kelompok untuk metode pembelajaran peer teaching.

Membentuk kelas menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 6-7 siswa

4) Menyiapkan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam pembelajaran siklus

III

5) Menyusun dan menyiapakan pedoman wawancara untuk siswa.

6) Menyiapakan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama

proses pembelajaran berlangsung seperti kamera.

b. Tindakan
Sesuai dengan rencana yang telah dibuat, kegiatan pembelajaran siklus III
dilaksanakan dengan metode pembelajaran peer teaching. Tindakan dilakukan oleh

guru dan peer teaching, guru membuka pelajaran, sebagai motivator, mengawasi

jalanya proses pembelajaran praktik dan menutup pelajaran. Peer teaching bertugas

membimbing anggota kelompoknya masing-masing. Adapun kegiatan

pembelajaran siklus III praktik yang dilakukan sebagai berikut.

1) Kegiatan awal

a) Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan salam pembuka, berdoa,

absensi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan metode belajar yang akan

diterapkan.

b) Motivasi, guru memberi motivasi kepada siswa agar serius dalam

mengikuti kegiatan belajar Hak Atas Kekayaan Intelektual.

c) Membentuk kelas menjadi 4 kelompok belajar siswa yang terdiri dari 6-7

siswa.

d) Menyebar peer teaching ke dalam masing-masing kelompoknya

2) Kegiatan inti

69
a) Menyampaikan materi pokok yaitu tentang prosedur tata cara pendaftaran

HAKIdan solusi sengketa masalah HAKI

b) .Guru menjelaskan tentang prosedur tata cara pendaftaran HAKI dan solusi

sengketa masalah HAKI.

c) Peer teaching 1 Alvian Enzillia, menjelaskan kembali tentang prosedur tata

cara pendaftara HAKI dan solusi sengketa masalah HAKI di kelompok 1.

d) Peer teaching 2 D.Wiiwt Narima, menjelaskan kembali tentang prosedur

tata cara pendaftara HAKI dan solusi sengketa masalah HAKI di

kelompok 2

e) Peer teaching 3 Emi Sefianingsih, menjelaskan kembali tentang prosedur

tata cara pendaftara HAKI dan solusi sengketa masalah HAKI di

kelompok 3

f) Peer teaching 4 Henti Sulastri, menjelaskan kembali tentang prosedur tata

cara pendaftara HAKI dan solusi sengketa masalah HAKI di kelompok 4

g) Peer teaching 5 Linda Kurnia Ningsih, menjelaskan kembali tentang

prosedur tata cara pendaftara HAKI dan solusi sengketa masalah HAKI di

kelompok 5.

h) Peer teaching 6 Nabilah Ramhma dani, menjelaskan kembali tentang

prosedur tata cara pendaftara HAKI dan solusi sengketa masalah HAKI di

kelompok 6.

i) Peer teaching 7 Rahma Dewi Adhayana, menjelaskan kembali tentang

prosedur tata cara pendaftara HAKI dan solusi sengketa masalah HAKI di

kelompok 7.

j) Setiap peer teaching mengajari anggota kelompoknya

k) Setiap peer teaching membimbing anggota kelompoknya yang mengalami

kesulitan dalam memahami materi.

70
l) Peneliti dan guru sesekali berkelilling kelas memantau jalanya

pembelajaran.

m) Peneliti dan guru memberi kesempatan kepada siswa yang kesulitan untuk

bertanya dan memberikan bimbingan jika peer teaching tidak bisa

mengatasinya.

71
3) Kegiatan akhir

a) Guru mengevaluasi hasil pembelajaran siswa sambil menarik kesimpulan

terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

b) Guru memberi pengarahan untuk materi yang akan dilakukan pada

pertemuan berikutnya.

c) Menutup pelajaran dan berdo’a.

Pada siklus III pembelajaran produk kreatif dan kewirausahaan untuk materi

prosedur tata cara pendaftaran HAKI dan solusi sengketa mengenai HAKI

dilaksanakan pada hari Senin, 9 November 2020 dimulai pukul 11.45-15.15

WIB. Kegiatan pembelajaran diikuti oleh 32 siswa, dari keseluruhan siswa

kelas XI Akuntansi 4 adalah 32 orang.

c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru pengampu mata pelajaran

produk kreatif dan kewirausahaan pada saat proses pembelajaran siklus III

berlangsung. Pengamatan dilakukan bertujuan untuk mengetahui keaktifan

belajar siswa dan hasil belajar siswa saat pembelajaran. Adapun hasil

pengamatan yang dilakukan sebagai berikut.

1) Keaktifan belajar siswa

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru pengampu. Lembar

observasi yang digunakan dalam pengamatan ini berbentuk daftar cek

checklist. Pengamatan ini bertujuan untuk mengukur keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa dinilai secara individu dalam

suatu kelompok belajar dengan cara memberi checklist (√). Hasil pengamatan

keaktifan belajar siswa siklus III dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Perolehan Persentase
No. Indikator
Skor (%)

72
1 Siswa aktif mengerjakan tugas, saling
bekerjasama terlibat diskusi, terlibat dalam 31 100.00
pemecahan mesalah

2 Siswa mengajukan solusi pemecahan masalah 29 93.55


3 Siswa turut serta memberikan pendapat
24 77.42
terhadap solusi yang ada
4 Siswa bertanya kepada siswa lain jika tidak
26 83.87
memahami persoalan yang dihadapinya
5 Siswa bertanya kepada peer teaching jika
26 83.87
tidak memahami persoalan yang dihadapinya
6 Siswa bertanya kepada guru jika tidak
30 96.77
amemahami persoalan yang dihadapinya
7 Siswa aktif mencari sumber informasi berupa
sumber belajar untuk memecahakan persoalan 30 96.77
yang dihadapinya
8 Siswa selalu berinteraksi/berdiskusi dengan
30 96.77
kelompoknya

9 Siswa melaksanakan tugas belajarnya 31 100.00


10 Siswa melatih dirinya dengan mengerjakan
30 96.77
tugas-tugas yang diberikan
11 Siswa melatih kemampuan dirinya dengan
mengerjakan tugas-tugas sejenis tanpa arahan 27 87.10
dari tutor
12 Siswa melatih kemampuan dirinya dengan
mengerjakan tugas-tugas sejenis tanpa arahan 30 96.77
dari guru

73
Jumlah Siswa yang Hadir 31

Skor Minimum 24

Skor Maksimum 31

Rata-Rata Perolehan Skor Pra Siklus 21 68,79 %

Rata-Rata Perolehan Skor Siklus I 22 72,22 %

Rata-Rata Perolehan Skor Siklus II 28 91,67 %

Rata-Rata Perolehan Skor Siklus III 29 92,47 %

Peningkatan dari Pra Siklus ke Siklus I 4,99 %

Peningkatan dari Pra Siklus ke Siklus II 33,26 %

Peningkatan dari Pra Siklus ke Siklus III 34,43 %

Rangkuman keaktifan belajar siswa siklus III pada Tabel diatas menunjukan

bahwa jumlah siswa yang hadir pada siklus III 32 siswa, skor minimum siklus III

24, skor maksimum siklus III 31, rata-rata

2) Prestasi belajar

Hasil belajar yang diamati oleh peneliti dalam proses pembelajaran siklus III

prosedur tata cara pendaftaran HAKI dan solusi sengketa masalah HAKI

adalah nilai pada saat posttes dan pretest.

d. Refleksi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada proses pem belajaran siklus

III Prosedur tata cara pendaftaran HAKI dan solusi sengketa masalah HAKI,

refleksi juga dilakukan terhadap dua aspek yaitu dari segi keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Adapun hasil a nalisis pada siklus III

adalah sebagai be rikut.

1) Keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajara pra siklus mengalami

peningkatan ke siklus I sebesar 4,99 %, ke siklus II sebesar 33,26 %, dan ke

siklus III sebesar 34,43 %. Pada pra siklus siswa yang aktif dalam kegiatan

74
pembelajaran pratik sekitar 21 siswa atau sebesar 68,79 %, pada siklus I

keaktifan belajar siswa meningkat menjadi sekitar 22 siswa atau sebesar 72 ,22

%, pada siklus II keaktifan belajar siswa me ningkat menjadi sekit ar 28 siswa

atau sebe sar 91,67 % dan pada sikl us III keak tifan belajar siswa meningkat

m enjadi sekitar 29 siswa atau sebesar 92 ,47 % siswa aktif dalam

pembelajaran.

2) Hasil belajar siswa pada materi HAKI pra siklus mengalami peningkatan ke

siklus I sebesar 3,9 %, ke siklus II sebesar 6,5 %, dan ke siklus III sebesar 7,8

%, pada pra siklus nilai rata-rata siswa 77, pada siklus I nilai rata-rata siswa

meningkat menjadi 80, pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi

82 dan pada siklus III nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 83.

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Penerapan Metode Pembelajaran Peer Teaching pada Standar Kompetensi


Hak Atas Kekayaan Intelektual

Penerapan metode pembelajaran peer teaching pada standar kompetensi produk

kreatif dan kewirausahaan pertama kali dilakukan di kelas XI Akuntansi 4 jurusan

Akuntansi SMK HKTI 1 Purwareja Klampok. Pemilihan peer teaching dilakukan

dengan cara memberi pretest siswa dan memilih siswa yang memperoleh nilai

pretest tinggi, pemilihan peer teaching juga dikuatkan oleh pendapat guru.

Penerapan metode pembelajaran peer teaching pada standar kompetensi produk

kreatif dan kewirausahaan yaitu: (a) Perencanaan dilakukan oleh peneliti dan

berkolaborasi dengan guru dengan menyusun dan menyiapkan RPP, instrumen

75
penelitian, daftar kelompok , media dan peralatan untuk dokumentasi; (b) Tindakan

dilakukan oleh guru dan peer teaching. Guru dan peneliti menjelaskan materi

praktik terlebih dahulu dan peer teaching bertugas mengajari kembali dan

membimbing anggota kelompoknya masing-masing; (c) Pengamatan dilakukan oleh

peneliti dan guru. Aspek yang diamati adalah tentang proses pembelajaran dan

prestasi belajar. Selama proses pembelajaran berlangsung menunjukan adanya

peningkatan kualitas dalam pembelajaran produk kreatif dan kewirausahan yang

ditunjukan oleh meningkatnya keaktifan belajar siswa. Keaktifan belajar siswa

mengalami peningkatan dari pra siklus ke siklus I, II maupun III. Peningkatan

keaktifan belajar siswa dilihat dari peningkatan beberapa indikator yang berada

dalam lembar observasi keaktifan belajar siswa. Keaktifan belajar siswa dalam

proses pembelajaran praktik dari pra siklus mengalami peningkatan sebesar 4,99 %

ke siklus I, 33,26 % ke siklus II, dan 34,43 % pada siklus III. Pada pra siklus siswa

yang aktif dalam kegiatan pembelajaran pratik sekitar 21 siswa atau sebesar 68,79

%, pada siklus I keaktifan belajar siswa meningkat menjadi sekitar 22 siswa atau

sebesar 72,22 %, pada siklus II keaktifan belajar siswa meningkat menjadi sekitar

28 siswa atau sebesar 91,67 % dan pada siklus III keaktifan belajar siswa meningkat

menjadi sekitar 29 siswa atau sebesar 92,47 % siswa aktif dalam pembelajaran.

Refleksi pada siklus I penerapan metode pembelajaran peer teaching dapat

meningkatkan prestasi belajar produk kreatif dan kewirausahaan dari pra siklus yang

belum diterapakannya metode pembelajaran peer teaching, maka dilanjutkan pada

siklus II untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan dilanjutkan pada siklus

III untuk memaksimalkan peningkatan prestasi belajar siswa pada standar

kompetensi Memahami Hak Atas kekayaan Intelektual.

2. Prestasi Belajar Siswa pada Standar Kompetensi Memahami Hak Atas


Kekayaan Intelektual

76
Selama melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran peer teaching, dilakukan pengamatan terhadap peningkatan prestasi

belajar siswa. Pengamatan dilakukan dengan mengamati peningkatan hasil belajar

para siswa pada pra siklus, siklus I, II dan III. Prestasi belajar siswa mengalami

peningkatan dari pra siklus ke siklus I, II dan III. Hasil belajar siswa mengalami

peningkatan. Peningkatan tersebut ditunjukan dari meningkatnya nilai rata-rata

kelas dari pra siklus ke siklus I, II dan III. Peningkatan dari pra siklus sebesar 3,9 %

ke siklus I, 6,5 % ke siklus dan 7,8 % ke siklus III. Pada pra siklus nilai rata-rata

siswa 77, pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 80, pada siklus II

nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 82 dan pada siklus III nilai rata-rata siswa

meningkat menjadi 83.

Dari uraian di atas me nerangkan bahwa metode peer teaching dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga cocok dan sesuai

diterapkan pada pembelajaran standar kompetensi memahami Hak Atas Kekayaan

Intelektual di SMK dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar

77
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah

dilakukan dengan penerapan metode pembelajaran peer teaching (tutor sebaya)

pada mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahann kompetensi dasar

memahami hak atas kekayaan intelektual, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Penerapan metode pembelajaran peer teaching pada standar

kompetensi memahami hak atas kekayaan intelektual di kelas XI

Akuntansi 4 SMK HKTI 1Purwareja Klampok dilakukan sebanyak 3

siklus. Pemilihan peer teaching dilakukan dengan cara memberi pretest

78
siswa dan memilih siswa yang memperoleh nilai pretest tinggi, pemilihan

peer teaching juga dikuatkan oleh pendapat guru. Urutan proses penerapan

metode pembelajaran peer teaching yang efektif pada standar kompetensi

memahami hak atas kekayaan intelektual yaitu: (a) Perencanaan dilakukan

oleh peneliti dan berkolaborasi dengan guru dengan menyusun dan

menyiapkan RPP, instrumen penelitian, daftar kelompok , media dan

peralatan untuk dokumentasi; (b) Tindakan dilakukan oleh guru dan peer

teaching. Guru dan peneliti menjelaskan materi terlebih dahulu dan peer

teaching bertugas mengajari kembali dan membimbing anggota

kelompoknya masing-masing (c) Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan

guru. Aspek yang diamati adalah tentang proses pembelajaran dan prestasi

belajar. Selama proses pembelajaran berlangsung menunjukan adanya

peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran memhami hak atas

kekayaan intelektual yang ditunjukan oleh meningkatnya keaktifan belajar

siswa. Keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan dari pra siklus ke

siklus I, II maupun III. Peningkatan keaktifan belajar siswa dilihat dari

peningkatan beberapa indikator yang berada dalam lembar observasi

keaktifan siswa. Keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran

mengalami peningkatan dari pra siklus ke siklus I sebesar 4,99 %, ke

siklus II sebesar 33,26 %, dan ke siklus III sebesar 34,43 %. Pada pra

siklus siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran sekitar 21 siswa

atau sebesar 68,79 %, pada siklus I keaktifan belajar siswa meningkat

menjadi sekitar 22 siswa atau sebesar 72,22 %, pada siklus II keaktifan

belajar siswa meningkat menjadi sekitar 28 siswa atau sebesar 91,67 %

dan pada siklus III keaktifan belajar siswa meningkat menjadi sekitar 29

siswa atau sebesar 92,47 % siswa aktif dalam pembelajaran; (d) Refleksi

79
pada siklus I penerapan metode pembelajaran peer teaching dapat

meningkatkan prestasi belajar memahami hak atas kekayaan inteletual

maka dilanjutkan pada siklus II untuk mengetahui peningkatan prestasi

belajar dan dilanjutkan pada siklus III untuk memaksimalkan peningkatan

prestasi belajar siswa pada standar kompetensi memahami ahak atas

kekayaan intelektual.

2. Prestasi belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan setiap

siklusnya. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari pra siklus ke

siklus I sebesar 3,9 %, ke siklus II sebesar 6,5 % dan ke siklus III sebesar

7,8 %. Pada pra siklus nilai rata-rata siswa 77, pada siklus I meningkat

menjadi 80, pada siklus II meningkat menjadi 82 dan pada siklus III

meningkat menjadi 83

3.

B. IMPLIKASI
Berdasarkan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan, bahwa

untuk memperoleh kualitas pembelajaran yang baik harus selalu diciptakan

interaksi langsung tiap individu maupun interaksi antar individu dengan

mengkondisikan proses belajar-mengajar yang melibatkan siswa dan

membangkitkan aktivitas belajar siswa. Penerapan metode pembelajaran peer

teaching (tutor sebaya) dibantu oleh tutor yang berasal dari teman sekelas

bertujuan untuk mengungkapkan kesulitan belajar yang dialami oleh peserta

didik sehingga guru mampu mencarikan jalan keluarnya. Konsep belajar peer

teaching (tutor sebaya) sangat membantu pembelajaran mata pelajaran produk

kreatif dan kewirausahaan karena siswa dapat belajar sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya dan berdiskusi dengan tutor teman sebayanya

tanpa ada rasa malu untuk mengungkapkan kesulitan belajar yang dialami

80
masing-masing siswa. Penerapan metode pembelajaran peer teaching (tutor

sebaya) ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran mata

pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan di lingkungan Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) karena dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil

belajar siswa.

C. KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini hanya mengamati kejadian yang terjadi

dalam proses pembelajaran, namun peneliti menyadari bahwa hasilnya masih

jauh dari yang diharapkan karena keterbatasan pengamatan peneliti dan

keterbatasan dalam mendeskripsikan informasi secara lengkap dan tidak menutup

kemungkinan adanya kejadian yang luput dari kontrol. Sasaran penelitian ini

hanya satu kelas yang situasi dan kondisinya belum tentu sama dengan kelas lain,

sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada kelas lain.

D. SARAN
1. Bagi guru

Guru hendaknya mampu mengembangkan strategi atau metode

pembelajaran untuk memperoleh prestasi siswa yang lebih optimal. Selain

itu, guru hendaknya meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan

berinovasi menggunakan metode yang sekiranya membuat siswa tidak

bosan dan lebih aktif saat pelajaran, salah satunya adalah dengan

menerapkan metode pembelajaran peer teaching.

2. Bagi sekolah

Sekolah hendaknya memberi fasilitas yang sekiranya dapat membantu

para pengajar saat memberikan pelajaran pada peserta didik, seperti

81
menambah alat praktik pengukuran, pengadaan media pembelajaran,

pengadaan sumber belajar siswa, dan sebagainya.

3. Bagi peneliti

Dengan hasil penelitian penerapan metode pembelajaran peer teaching

pada standar kompetensi memahami hak ataskekayaan intelektual dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa, maka dapat diupayakan untuk

penerapan metode pembelajaran peer teaching pada standar kompetensi

yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Anggorowati (2011). Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Pada Mata
Pelajaran Sosiologi. Jurnal Komunitas. (Nomor 3). Hlm. 105.
Asep Jihad & Abdul Haris. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Multi Press.
Boud, D,. Cohen, R,. & Sampson, J. (2001). Peer learning in higher education:

Learning from and with each other. London: Kogan Press.


Budi Kristina. (2013). Penerapan Metode Pembelajaran Peer Teaching Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X MB Pada Standar Kompetensi
Mengukur Dengan Alat Ukur Mekanik Di SMKN 2 Wonosari. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Dimyati & Mudjiyono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT.Rineka
Cipta.

82
Dwi Siswoyo, Suryati Sidharto, T. Sulistyono, Achmad Dardiri, L.
Hendrowibowo, dan Arif Rohman. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
UNY Press.
Endang Mulyatiningsih. (2011). Riset Terapan. Yogyakarta: UNY Press.
Hamdani Hamid. (2013). Pengembangan Sistem Pendidikan Di Indonesia.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Muhibbin Syah. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.
Mulyasa. (2011). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nana Sudjana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajara Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Nove Adekayanti. (2011). Peningkatan Pencapaian Kompetensi Pembuatan Pola
Rok Celana Melalui Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Pada Mata
Pelajaran Mulok PKK di SMP Negeri 2 Depok. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Oemar Hamalik. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Retno Sapto Rini Sudiasih. (2012). Penerapan Metode Pembelajaran Tutor
Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menggambar Busana Di SMK
Ma’arif 2 Sleman. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: rajawali
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sugihartono, Kartika Nur Fathiyah, Farida Agus Setiawati, Farida Harahap, dan
Siti Rohmah Nurhayati. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.


Tim Tugas Akhir Skripsi. (2013). Pedoman Penyusunan Tugas Akhir Skripsi.

Yogyakarta: FT. Universitas Negeri Yogyakarta.

Wina Sanjaya. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana

83
84
Lampiran 1 RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMK HKTI 1 Purwareja Klampok

Mata Pelajaran : Produk Kreatif dan Kewirausahaan

Kompetensi Keahlian : Akuntansi dan Keuangan Lembaga

Kelas/Semester : XI/1

Materi Pokok : Konsep Hak Atas Kekayaan Intelektual ( HAKI )

Tahun Pelajaran : 2020/2021

Pertemuan ke :1

Alokasi waktu : 1 X 45 menit (1 Pertemuan)

1. TUJUAN PEMBELAJARAN

KD. Pengetahuan KD. Keterampilan


3.3 Memahami hak atas kekayaan intelektual 4.3 Mempresentasikan hak atas kekayaan
intelektual
Materi : Konsep Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)

Tujuan Pembelajaran :

Setelah melalui pengamatan video tentang HAKI, membaca materi tentang HAKI dengan menggunakan
model pembelajaran discovery learning peserta didik dapat menjelaskan pengertian HAKI, sejarah
perkembangan HAKI dan mengidentifikasi prinsip dan manfaat HAKI dengan mengedepankan perilaku
jujur, disiplin, dan bertanggung-jawab, responsif dan proaktif selama proses pembelajaran

Sumber Belajar :
1. Desi S, Martina. 2020. Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Surakarta: Mentari
2. PPT Materi Hak Atas Kekayaan Intelektual
3. You Tube dengan Link:
 https://www.youtube.com/watch?v=MkfCXv1tifc&t=184s
 https://www.youtube.com/watch?v=y_zV-_XUvCs&pbjreload=101
Alat dan Bahan :
1. Google classroom
2. Whatsapp
3. Telegram
4. HP android dan Laptop
5. Video
6. Handout dan Power Point

Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi, Pengamatan
Model Pembelajaran
Discovery Learning
Pendekatan
Saintifik

85
2. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pertemuan 1

Pendahuluan

Orientasi
1. Guru memastikan semua peserta didik sudah tergabung di telegram
2. Memulai pembelajaran dengan melakukan absensi melalui http://bit.ly/Absensi_XI_Akuntansi
Motivasi
3. Guru menyapa peserta didik dan mempersilakan salah seorang siswa memimpin doa sebelum memulai
pembelajaran .
4. Guru mengondisikan suasana kondusif untuk berlangsungnya pembelajaran dilanjutkan dengan
memberikan motivasi pentingnya memahami pengertian HAKI, sejarah HAKI, Prinsip-prinsip HAKI
serta mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Apersepsi
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta menginformasikan tentang proses
pembelajaran termasuk aspek penilaian yang akan dilakukan dengan sabar dan tekun

Sintak Kegiatan Inti (Model Discovery Learning)

1. Peserta didik membaca materi handout dan PPT Hak atas Kekayaan
Stimulation intelektual di google classroom.
( Pemberian Rangsangan) 2. Peserta didik mengamati tayangan video tentang materi HAKI pada
link:
 Video Pembelajaran 1 tentang HAKI melalui link
https://www.youtube.com/watch?v=MkfCXv1tifc&t=184s,
 Video pembelajaran 2 tentang HAKI melalui link
https://www.youtube.com/watch?v=y_zV-_XUvCs&pbjreload=101

Problem Statement 3. Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk


mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan
( Identifikasi Masalah) video yang disajikan
4. Peserta didik diarahkan guru untuk membentuk kelompok yang
beranggotakan 5orang dengan kemampuan heterogen.
5. Peserta didik melakukan diskusi tentang materi HAKI melalui telegram
kelas baik berkelompok atau bersama-sama dengan penuh rasa ingin
tahu, proaktif dan percaya diri dan mencatat fakta-fakta yang
ditemukan, serta menjawab pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan
yang ada pada video
6. Guru memfasilitasi masing-masing kelompok dengan menyiapkan
telegram kelas yang berisikan anggota kelompok dan guru agar guru
dapat memantau aktifitas diskusi dalam kelompok untuk menanyakan
hal-hal yang belum dipahami berdasarkan hasil pengamatan video yang
didiskusikan bersama kelompok

Data Collection 7. Peserta didik mengumpulkan informasi yang dapat mendukung


( Pengumpulan Data ) jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dari buku maupun
sumber lain.

Data processing 8. Guru mendorong agar peserta didik secara aktif terlibat dalam diskusi
( Pengolahan Data ) kelompok melalui aplikasi telegram kelas serta saling membantu untuk
menyelesaikan masalah selama peserta didik bekerja dalam kelompok
9. Peserta didik berdiskusi dalam kelompok denga Telegram kelas untuk
menentukan solusi dari masalah yang disajikan
10. Setelah berdiskusi dalam kelompok, peserta didik diminta menuliskan
86
hasil diskusi kelompoknya kemudian dikirimkan melalui telegram kelas
kepada guru tepat waktu

Verification 11. Peserta didik memaparkan dan mempresentasikan hasil diskusi


( pembuktian ) kelompok tentang Hak Atas kekayaan Intelektual yang benar sesuai
fakta dalam rangka pembuktian melalui telegram kelas dengan cara
difoto untuk mendapatkan tanggapan dari guru dan kelompok lain.

Generalization
( Menarik Kesimpulan ) 12. Peserta didik menyampaikan hasil diskusi berupa kesimpulan
berdasarkan hasil analisis melalui aplikasi telegram kelas untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis dan mengungkapkan pendapat dengan sopan
13. Guru memberi penguatan terhadap hasil diskusi oleh peserta didik
melalui Telegram kelas
14. Guru menyampaikan bahwa LKPD dapat diunduh di tautan link
https://forms.gle/Rk1az5RH7vb978nZ6
15. Menjadwalkan kegiatan remidial dan pengayaan

Penutup

Rangkuman dan refleksi


1. Peserta didik menanyakan hal-hal yang masih diragukan dan melaksanakan evaluasi dengan penuh rasa
ingin tahu melalui telegram Kelas
2. Guru menyimpulkan materi tentang HAKI.
3. Peserta didik mengunduh kesimpulan dari guru dengan sabar dan tekun
4. Guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan
Tindak lanjut
5. Peserta didik mengunduh soal penugasan individual melalui telegram kelas yang dibagikan guru kemudian
guru meminta peserta didik untuk mengirimkan jawaban dari penugasan individual dengan tepat waktu.
6. Guru memberikan motivasi agar peserta didik tetap semangat menjalankan pembelajaran secara daring
7. Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
8. Guru mempersilakan salah seorang peserta didik untuk memimpin doa kemudian menjawab salam dengan
penuh rasa syukur dan santun

3. EVALUASI

No Aspek Teknik Bentuk Instrumen


1. Sikap dicerminkan Observasi melalui telegram dan google Observasi sikap
melalui kehadiran dan classroom saat pembelajaran
keaktifan peserta didik
2. Pengetahuan  Penugasan melalui google classroom Pilihan ganda melalui google
 Tes tertulis melalui google form form
3. Keterampilan Kecepatan dan ketepatan dalam Foto atau video melalui google
penyelesaian Lembar Kerja Peserta classroom atau telegram kelas
didik melalui telegram kelas

Mengetahui, Purwareja Klampok, Oktober 2020

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Nanang Kosim,S.Pd,. M.M. Dyah Eka Puspita,SE, S.P

87
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMK HKTI 1 Purwareja Klampok

Mata Pelajaran : Produk Kreatif dan Kewirausahaan

Kompetensi Keahlian : Akuntansi dan Keuangan Lembaga

Kelas/Semester : XI/1

Materi Pokok : Konsep Hak Atas Kekayaan Intelektual ( HAKI )

Tahun Pelajaran : 2020/2021

Pertemuan ke :2

Alokasi waktu : 1X 30 menit (1 Pertemuan)

TUJUAN PEMBELAJARAN

KD. Pengetahuan KD. Keterampilan


3.3 Memahami hak atas kekayaan intelektual 4.3 Mempresentasikan hak atas kekayaan
intelektual
Materi : Konsep Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)

Tujuan Pembelajaran :

Setelah melalui pengamatan video tentang HAKI, membaca materi tentang HAKI dengan menggunakan
model pembelajaran discovery learning peserta didik dapat mengklasifikasi macam-macam HAKI dan
mengidentifikasi dasar-dasar hukum HAKI dengan mengedepankan perilaku jujur, disiplin, dan
bertanggung-jawab, responsif dan proaktif selama proses pembelajaran

Sumber Belajar :
1. Desi S, Martina. 2020. Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Surakarta: Mentari
2. PPT materi Hak Atas Kekayaan Intelektual
3. You Tube dengan Link:
 https://www.youtube.com/watch?v=9riG9Z1ae54

Alat dan Bahan :


1. Google classroom
2. Whatsapp
3. Telegram
4. HP android dan Laptop
5. Video
6. Handout dan Power Point

Metode Pembelajaran
Pengamatan, Tanya jawab, diskusi
Strategi Pembelajaran
Discovery Learning
Pendekatan
Saintifik

KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 2

Pendahuluan

88
Orientasi
1. Guru mengajak peserta didik bergabung di telegram
2. Memulai pembelajaran dengan melakukan absensi melalui http://bit.ly/Absensi_XI_Akuntansi
Motivasi
3. Guru menyapa peserta didik dan mempersilakan salah seorang siswa memimpin doa sebelum memulai
pembelajaran
4. Guru memberikan motivasi pentingnya memahami dasar-dasar hukum HAKI dan macam-macam
HAKI serta mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari
Apersepsi
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta menginformasikan tentang proses
pembelajaran termasuk aspek penilaian yang akan dilakukan dengan sabar dan tekun

Sintak Kegiatan Inti (Model Discovery Learning)

Stimulation 1. Peserta didik mengamati tayangan video tentang perbedaan Hak


cipta, Hak paten, merek dan
desain Industri
pada link:
https://www.youtube.com/watch?v=9riG9Z1ae54
2. Peserta didik membaca materi handout dan PPT Hak atas Kekayaan
intelektual di google classroom.

3. Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk


Problem statement mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan
dengan video yang disajikan
4. Peserta didik diarahkan guru untuk membentuk kelompok yang
beranggotakan 5orang.
5. Peserta didik diminta mendiskusikan hasil pengamatannya dan
mencatat fakta-fakta yang ditemukan , serta menjawab pertanyaan
berdasarkan hasil pengamatan yangada pada video tentang materi
HAKI melalui telegram kelas baik berkelompok atau bersama-sama
dengan penuh rasa ingin tahu, proaktif dan percaya diri
6. Guru memfasilitasi masing-masing kelompok dengan menyiapkan
telegram kelas yang berisikan anggota kelompok dan guru agar
guru dapat memantau aktifitas diskusi dalam kelompok untuk
menanyakan hal-hal yang belum dipahami berdasarkan hasil
pengamatan video yang didiskusikan bersama kelompok

Data collection 7. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi yang dapat


mendukung jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan baik
dari buku, internet maupun sumber lain
8. Peseta didik diminta untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi
mcam-macam HAKi dan dasar Hukum sesuai dengan informasi
yang didapat dari internet maupun sumber yang lain

Data Processing 9. Guru mendorong agar peserta didik secara aktif terlibat dalm
diskusi kelompok melalui aplikasi telegram kelas serta saling bantu
untuk menyelesaikan masalah selama peserta didik bekerja di dalam
kelompok
10. Peserta didik berdiskusi dalam kelompok denga Telegram kelas
untuk menentukan solusi dari masalah yang disajikan
11. Setelah berdiskusi dalam kelompok, peserta didik diminta
menuliskan hasil diskusi kelompoknya kemudian dikirimkan melalui
telegram kelas kepada guru tepat waktu

Verification 12. Peserta didik memaparkan dan mempresentasikan hasil diskusi


kelompok tentang macam-macam HAKI dan dasar hukum HAKI
yang benar sesuai fakta dalam rangka pembuktian dengan cara
difoto melalui telegram kelas untuk mendapatkan tanggapan dari
89
guru dan kelompok lain.

Generalization 13. Peserta didik menyampaikan hasil diskusi berupa kesimpulan


berdasarkan hasil analisis melalui telegram kelas untuk
mengambangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis dan mengungkapakn pendapat dengan sopan
14. Guru memberi penguatan terhadap hasil diskusi oleh peserta didik
melalui Telegram kelas
15. Pemberian kuis melalui google form pada link
https://forms.gle/ySaDZZak5RqWev5b6
16. Menjadwalkan kegiatan remidial dan pengayaan

Penutup

1. Guru menyimpulkan materi tentang HAKI.


2. Guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan
3. Guru memberikan motivasi agar peserta didik tetap semangat menjalankan pembelajaran secara daring
4. Guru menginformasikan rencan kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya
5. Mengakhiri pembelajaran dengan salam sebagai penutup.

3. EVALUASI

No Aspek Teknik Bentuk Instrumen


1. Sikap dicerminkan Observasi melalui telegram dan google Observasi sikap
melalui kehadiran dan classroom saat pembelajaran
keaktifan peserta didik
2. Pengetahuan  Penugasan melalui google classroom Pilihan ganda melalui google
 Tes tertulis melalui google form form
3. Keterampilan Kecepatan dan ketepatan dalam Foto atau video melalui google
penyelesaian Lembar Kerja Peserta classroom atau telegram kelas
didik melalui telegram kelas

Mengetahui, Purwareja Klampok, Oktober 2020

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Nanang Kosim,S.Pd,. M.M. Dyah Eka Puspita,SE, S.Pd.Ek

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMK HKTI 1 Purwareja Klampok

90
Mata Pelajaran : Produk Kreatif dan Kewirausahaan

Kompetensi Keahlian : Akuntansi dan Keuangan Lembaga

Kelas/Semester : XI/1

Materi Pokok : Konsep Hak Atas Kekayaan Intelektual ( HAKI )

Tahun Pelajaran : 2020/2021

Pertemuan ke :3

Alokasi waktu : 1 X 45 menit (1 Pertemuan)

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
KD. Pengetahuan KD. Keterampilan
3.3 Memahami hak atas kekayaan intelektual 4.3 Mempresentasikan hak atas kekayaan
intelektual
Materi : Konsep Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)

Tujuan Pembelajaran :

Setelah melalui pengamatan video tentang HAKI, membaca materi tentang HAKI dengan menggunakan
model pembelajaran Projec Based Learning peserta didik dapat memutuskan solusi sengketa masalah
HAKI dan menyusun langkah- langkah prosedur pendaftaran HAKI dengan mengedepankan sikap jujur,
disiplin, religius dan bertanggung-jawab, responsif dan proaktif selama proses pembelajaran

Sumber Belajar :
1. Desi S, Martina. 2020. Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Surakarta: Mentari
2. You Tube dengan Link:
 https://www.youtube.com/watch?v=URf-55OjP7w

Alat dan Bahan :


1. Google classrom
2. Whatsap
3. Telegram
4. HP android dan Laptop
5. Video
6. Handout dan Power Point

Metode Pembelajaran
Pengamatan, Tanya jawab, diskusi
Strategi Pembelajaran
Project Based Learning
Pendekatan
Saintifik

Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 3

Pendahuluan Kegiatan Inti (Projek Based Learning) Penutup

1. Guru mengajak peserta didik 1. Peserta didik secara mandiri melihat 1. Guru menyimpulkan materi
bergabung di telegram tayangan video tentang tata cara tentang HAKI.
2. Memulai pembelajaran dengan pendaftaran HAKI melalui link: 2. Guru melakukan refleksi
melakukan absensi melalui https://www.youtube.com/watch? terhadap pembelajaran
http://bit.ly/Absensi_XI_Akunt v=URf-55OjP7w yang telah dilakukan
ansi 2. Peserta didik bertanya jawab melalui 3. Guru memberikan motivasi
3. Memeriksa keadaan dan aplikasi telegram mengenai tata cara agar peserta didik tetap
kesiapan siswa di telegram pendaftaran HAKi yang kurang semangat menjalankan
4. Guru menyapa peserta didik dipahami dan diberikan penjelasan pembelajaran secara daring
dan mengajak peserta didik oleh guru 4. Guru menyampaikan
untuk berdoa sebelum memulai 3. Peserta didik di buat kelompok 5 materi yang akan di pelajari

91
pembelajaran. orang perkelompok untuk melakukan untuk pertemuan
5. Menyampaikan tentang diskusi melalui telegram berikutnya
kompetensi, materi, tujuan, 4. Setiap kelompok menganalisis 5. Mengakhiri pembelajaran
dan langkah pembelajaran informasi dari internet tentang tata dengan salam sebagai
serta metode yang akan cara pendaftaran HAKI dan manfaat penutup.
dilaksanakan melalui telegram pendaftaran HAKI
grup. 5. Setiap kelompok menganalisis
6. Melakukan apersepsi dengan mengenai kendala yang dihadapi
memberikan pertanyaan dalam pendaftaran HAKI
kepada siswa seputar tata cara 6. Setiap kelompok menerima sejumlah
pendaftaran HAKI melalui pertanyaan dari guru
aplikasi telegram kelas. 7. Kelompok yang sudah selesai
melakukan diskusi diminta
mempersentasikan hasilya melalui
rekaman pada aplikasi telegram
8. Guru menguplod hasil diskusi
masing-masing kelompok di aplikasi
telegram agar dikomentari oleh
peserta yang lain
9. Guru memberikan penghargaan
untuk kelompok yang paling baik
10.Pemberian kuis melalui google form
Padalink
https://forms.gle/dCp5sN3LbAYAjq
sM9
11.Menjadwalkan kegiatan remedial
dan pengayaan
12.Guru memberikan penghargaan
untuk kelompok yang paling baik

3. EVALUASI

No Aspek Teknik Bentuk Instrumen


1. Sikap dicerminkan Observasi melalui telegram dan google Observasi sikap
melalui kehadiran dan classroom saat pembelajaran
keaktifan peserta didik
2. Pengetahuan  Penugasan melalui google classroom Pilihan ganda melalui google
 Tes tertulis melalui google form form
3. Keterampilan Kecepatan dan ketepatan dalam Foto atau video melalui google
penyelesaian Lembar Kerja Peserta classroom atau telegram kelas
didik melalui telegram kelas
Mengetahui, Purwareja Klampok, Oktober 2020

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Nanang Kosim,S.Pd,. M.M. Dyah Eka Puspita,SE, S.Pd.Ek

92
Lembar Observasi Keaktifan Para Siswa dalam Kegiatan Belajar Memahami hak atas kekayaan Intelektual
dengan Metode Pembelajaran Peer Teaching

Siklus ( )

Nama observer

Jabatan

Standar kompetensi

Sub pokok bahasan

Hari/tanggal

Keterangan :

Ya : Diisi (√) jika criteria penilaian muncul pada proses belajar mengajar

Tidak : Diisi (√) jika criteria penilain tidak muncul pada proses belajar

Catatan : Disi pernyataan berupa perilaku siswa yang muncul tetapi tidaktermuat dalam pengamatan

NO Kriteria Pengamatan / Pernyataan Hasil


pengamatan
Ya Tidak
1 Siswa aktif mengerjakan tugas, saling bekerjasama terlibat diskusi, terlibat dalam
pemecahan mesalah

2 Siswa mengajukan solusi pemecahan masalah

3 Siswa turut serta memberikan pendapat terhadap solusi yang ada

4 Siswa bertanya kepada siswa lain jika tidak memahami persoalan yang dihadapinya

5 Siswa bertanya kepada tutor jika tidak memahami persoalan yang dihadapinya

6 Siswa bertanya kepada guru jika tidak amemahami persoalan yang dihadapinya

7 Siswa aktif mencari sumber informasi berupa sumber belajar untuk memecahakan
persoalan yang dihadapinya

8 Siswa selalu berinteraksi/berdiskusi dengan kelompoknya

9 Siswa melaksanakan tugas belajarnya

10 Siswa melatih dirinya dengan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan

11 Siswa melatih kemampuan dirinya dengan mengerjakan tugas-tugas


sejenis tanpa arahan dari tutor

93
Lampiran 2 Datar Nilai Ulangan Harian Kelas XI Akuntansi 4

No. Nama Siswa Nilai UH Ket.

1 ALVIAN ENZILLIA 85 TUNTAS


2 AMELLIA YUNI SAFIRA 65 REMIDI
3 ANGGUN DWI ANGGRAENI N 84 TUNTAS
4 ATIKA SAFITRI 56 REMIDI
5 AYU RETNO SARI 57 REMIDI
6 D. WIIWT NARIMA 83 TUNTAS
7 DEA IFANA PUTRI TRIANI 85 TUNTAS
8 DESI ERNAWATI 59 REMIDI
9 DIAN CAHYA UTAMI 64 REMIDI
10 DISKA TRI RAHAYU 85 TUNTAS
11 EMI SEFIANINGSIH 81 TUNTAS
12 EMMA NUR FADILAH 70 REMIDI
13 FIRA RAMADANI 83 TUNTAS
14 HAMALIA SALSA PERMATA S 83 TUNTAS
15 HANI RAHMANITA 85 TUNTAS
16 HENTI SULASTRI 65 REMIDI
17 IFA WIDIANTI 85 TUNTAS
18 ISNA NUR ALIFAH 85 TUNTAS
19 KAMELIA LAILA 72 REMIDI
20 LINA MUFLIANTI 69 REMIDI
21 LINDA KURNIA NINGSIH 85 TUNTAS
22 LISA FADILA 85 TUNTAS
23 LISNA VADILA SARI 84 TUNTAS
24 META MAELITA 73 REMIDI
25 NABILAH RAMNAHDANI 68 REMIDI
26 NINDITA AZZAHRA 70 REMIDI
27 NUNIK SAPUTRI 84 TUNTAS
28 NUR HINDAYANTI 85 TUNTAS
29 RAHMA DEWI ADHAYANA 85 TUNTAS
30 REIZKA NUR VADYA ANNGRAENY 85 TUNTAS
31 RISKI NUR ASRIANTI 85 TUNTAS
32 SAFIATURL ASMA 81 TUNTAS

94
Lampiran 3 Lembar Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa

ASPEK YANG DIAMATI KRITERIA

JUMLAH

RENDAH
SEDANG
TINGGI
NO. NAMA SISWA 1 KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0

1 ALVIAN ENZILLIA
AMELLIA YUNI
2
SAFIRA
ANGGUN DWI
3
ANGGRAENI N
4 ATIKA SAFITRI
5 AYU RETNO SARI
6 D. WIIWT NARIMA
DEA IFANA PUTRI
7
TRIANI
8 DESI ERNAWATI
9 DIAN CAHYA UTAMI
10 DISKA TRI RAHAYU
11 EMI SEFIANINGSIH
12 EMMA NUR FADILAH
13 FIRA RAMADANI
HAMALIA SALSA
14
PERMATA S
15 HANI RAHMANITA
16 HENTI SULASTRI
17 IFA WIDIANTI
18 ISNA NUR ALIFAH
19 KAMELIA LAILA
20 LINA MUFLIANTI
LINDA KURNIA
21
NINGSIH
22 LISA FADILA
23 LISNA VADILA SARI
24 META MAELITA
NABILAH
25
RAMNAHDANI
26 NINDITA AZZAHRA
27 NUNIK SAPUTRI
28 NUR HINDAYANTI
RAHMA DEWI
29
ADHAYANA
REIZKA NUR VADYA
30
ANNGRAENY
31 RISKI NUR ASRIANTI

95
ASPEK YANG DIAMATI KRITERIA

JUMLAH

RENDAH
SEDANG
TINGGI
NO. NAMA SISWA 1 KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0

32 SAFIATUL ASMA
Jumlah Aspek
HASIL ANALISIS KEAKTIFAN SISWA

Purwareja Klampok, Oktober 2020

Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Nanang Kosim, S.Pd, M.M. Dyah Eka Puspita, SE, S.Pd.Ek

96
DAFTAR NAMA KELOMPOK
MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING

NO KELOMPOK NAMA

1 KELOMPOK 1 ALVIAN ENZILLIA

ANGGOTA : 1. AMELLIA YUNI SEFIRA

2.ANGGUN DWI ANGGRAENI N

3. ATIKA SAFITRI

4. AYU RETNO SARI

2 KELOMPOK 2 D.WIWIT NARIMA

ANGGOTA :1.DEA IFANA PUTRI

2.DESI ERNAWATI

3. DIAN CAHYA UTAMI

4. DISKA TRI RAHAYU

3 KELOMPOK 3 EMI SEFIANINGSIH

ANGGOTA : 1. EMMA NUR FADILAH

2.FIRA RAMDANI

3. HAMALIA SALSA PERMATA SAPUTRI

4. HANI RAHMANITA

4 KELOMPOK 4 HENTI SULASTRI

ANGGOTA : 1. IFA WIDIANTI

2.ISNA NUR ALIFAH

3. KAMELIA LAILA

4. LINA MUFLIANTI

5 KELOMPOK 5 LINDA KURNIA NINGSIH

97
ANGGOTA :1.LISA FADILAH

2.LISNA VADILA SARI

3. META MAELITA

6 KELOMPOK 6 NABILAH RAHMADANI

ANGGOTA : 1. NINDITA AZ ZAHRA

2.NUNIK SAPUTRI

3. NUR HINDAYANTI

7 KELOMPK 7 RAHMA DEWI ADHAYANA

ANGGOTA : 1. REIZKA NUR VADYA ANGGRAENY

2.RIZKI NUR ASRIATI

3. SAFIATUL ASMA

98
CATATAN LAPANGAN

SIKLUS : Satu (1)/ pertemuan ke-1

Hari : Sabtu

Tanggal : 14 Oktober 2020

Jam ke : 7 – 9 ( Pukul 11.45 – 15.15 WIB )

Materi : Pengertian Hak Atas Kekayaan Intelektual

Jumlah siswa : 32

Catatan :

Masuk pada pukul 11.45 WIB diawali dengan mengucap salam dan kemudian

dilanjutkan dengan presensi. Kemudian guru menyampaikan materi yang akan

disampaikan dan memberikan motivasi kepada peserta didik mengenai

kompetensi yang harus dikuasai. Setelah itu guru mengadakan pre-test selama

±30 menit pada pukul 11.45 – 12.15 WIB. Setelah itu guru menyampaikan

metode pembelajaran peer teaching.

Guru mengarahkan siswa untuk membentuk menjadi 7 kelompok kecil,

masing-masing beranggotakan 4-5 orang. Guru meminta siswa yang ditunjuk

sebagai tutor untuk menjadi ketua yang bertugas memimpin dan menyampaikan

materi. Bersamaan dengan pembentukan kelompok, guru meminta para tutor

untuk mengulang penjelasan materi yang akan disampaikan. Selanjutnya 20

menit berikutnya posisi guru digantikan oleh ke-7 tutor. Tutor dan peserta peer

teaching masih terlihat bingung untuk memulai, kemudian guru

mengarahkannya. Timbul banyak pertanyaan saat tanya-jawab (diskusi) dan

guru ikut mencatat selama proses belajar-mengajar.

99
Akhir dari proses belajar-mengajar, guru mengambil alih dan menjelaskan

kembali serta menjawab pertanyaan yang belum bisa dijawab oleh tutor.

Selanjutnya guru juga melempar pertanyaan spontan kepada siswa tanpa melihat

handout.

Kegiatan belajar-mengajar ditutup dengan menginformasikan materi yang

akan dipelajari untuk pertemuan selanjutnya, kemudian diakhiri dengan berdoa

bersama.

100
NAMA SISWA :
No. Absen :

Soal Pre Test dan Post Tes

Soal Pilihan Ganda

1. Istilah atau terminology HAKI digunakan untuk pertama kalinya pada tahun 1790 yaitu
oleh Fichte yang pada tahun 1793 mengatakan tentang hal milik dari si pencipta ada pada
bukunya, hak milik disini bukan buku sebagai benda, tetapi buku dalam pengertian
isinya.Berdasarkan pernyataan diatas maka yang dimaksud dengan pengertian Hak Atas
Kekayaan Intelektual adalah…
A. Hak yang berasal dari hasil kegiatan intelektual manusia yang memiliki manfaat
ekonomis
B. Seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan
suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran
C. Departemen Kehakiman sehingga dilindungi oleh undang-undang
D. HAKI telah menjadi isu yang sangat penting dan mendapat perhatian baik dalam
nasional maupun internasional
E. Hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan, memperbanyak
ciptaannya
2. Analisilah dari kasus ini

Kalian pasti tahu lagu KEKE BUKAN BONEKA yang dinyanyikan oleh Rahmawati
Kekeyi, lagu Kekeyi Bukan Boneka ini dianggap menjiplak lagu atau melanggar hak
cipta orang lain. Lagu yang mirip dengan lagu milik kekeyi adalah lagu AKU BUKAN

101
BONEKA yang dipopulerkan oleh Rini Wulandari, dari kasus diatas kalian dapat
menganalisis salah satu prinsip dari HAKI bahwa HAKI itu memberikan perlindungan
hukum yang adil . Yang terdapat pada prinsip….
A. Prinsip Ekonomi
B. Prinsip Keadilan
C. Prinsip Kebudayaan
D. Prinsip Sosial
E. Prinsip Agama
3. Bapak Anton merupakan penjual buku di kawasan pasar Johar Semarang. Beliau menjual
buku dengan harga murah, bahkan jauh di bawah harga buku pada umumnya. Hal ini
dikarenakan Bapak Anton menjual buku bajakan. Kertas yang digunakan mudah sobek,
merupakan cetakan sendiri dan tidak memiliki ijin menggandakan. Pada kenyataannya
masih banyak peminat buku ini dikarenakan harganya yang murah. Hal ini tentunya
merugikan pihak pemilik buku yang telah memiliki hak cipta dan dilindungi kekayaan
intelektualnya. Dari ilustrasi di atas dapat kalian simpulkan manfaat adanya HAKI
bagi…
A. Manfaat bagi investor
B. Manfaat bagi pemrintah
C. Manfaat di bidang dunia usaha
D. Manfaat bagi masyarakat
E. Manfaat bagi Agama
4. Peraturan perundang-undangan di bidang HAKI yang ada di Indonesia bukanlah suatu
peraturan yang baru ada karena Secara Historis, peraturan perundang-undangan di bidang
HAKI di Indonesia telah ada sejak tahun 1840 di bawa oleh salah satu Negara yang
menjajah Indonesia yaitu…
A. Jepang
B. Amerika
C. Inggris
D. Belanda
E. Uni Soviyet
5. Salah satu Dosen di IPB, Heri Ahmad Sukria di laporkan seorang profesor dari
Universitas Hassanudin Sulsel. Somasi untuk melaporkan itu di lakukan karena adanya
plagiarisme buku dengan judul Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di
Indonesia. Menurut penggugat, pak Heri Ahmad itu mengambil data dari artikel yang di
buat sang profesor. Walaupun buku yang di buat tidak 100% menjilak, ternyata hanya

102
dengan mencomot data tanpa memberikan sumbernya yang jelas juga termasuk dalam
plagiaris. Dari kasus di atas kalian bisa menyimpulkan bahwa HAKI itu memberikan
manfaat bagi siapa…
A. Pemerintah
B. Investor
C. Masyarakat
D. Lingkungan
E. Bidang usaha
6. Panggung dangdut koplo sempat memanas beberapa waktu yang lalu. Bukan karena aksi
goyangan yang seronok ataupun lirik berbau erotis. Melainkan, perselisihan pendapat
antara Via Vallen dengan personel Superman Is Dead (SID) I Gede Ari Astina alias
Jerinx. Pedangdut asal Surabaya, Jawa Timur, ini dinilai tidak meminta izin saat
membawakan lagu “Sunset di Tanah Anarki” di event off air 2017 lalu.Berdasarkan kasus
diatas dasar hukum yang melindungi hal itu adalah….
A. UU No 12/1997 tentang Hak Cipta
B. UU No 10/1995 tantang Kepabeanan
C. UU No 14/1997 tentanag Merek
D. UU No 13/1997 tentang Hak Paten
E. UU No 7/1994 tentang WTO
7. KOMPAS.com - Pemberitaan sepekan terakhir ramai diisi dengan sengketa merek ayam
geprek milik Ruben Onsu bernama Geprek Bensu, dengan I Am Geprek Bensu milik
Benny Sujono. Ruben yang sempat mengajukan tuntutan ke Mahkamah Agung untuk
bisa mendapatkan hak paten dari merek Geprek Bensu memang harus menelan pil pahit
setelah mendapat penolakan. Berdasarkan kasus diatas UU yang melindungi merek
adalah…
A. UU No 12/1997
B. UU No 14/1997
C. UU No 10/1995
D. UU No 13/1997

103
8. Perhatikan gambar di bawah ini

Kalian pasti tahu kedua gambar diatas. Desain apel krowak yang kece dan desain
mobil kuda jingkrak yang sangat mahal. Kedua desain diatas termasuk kedalam
kategori HAKI di bidang….
A. Hak Paten
B. Hak Cipta
C. Desain Industri
D. Desain tata letak sirkut terpadu
E. Rahasia dagang
9. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual mencoret Cap Kaki Tiga pascadikabulkannya
gugatan seorang Warga Negara Inggris Russel Vince atas seluruh sertifikat cap kaki tiga
terebut milik Wen Ken Drug oleh Mahkamah Agung.
"Sejak tanggal 2 September 2016 sudah dicoret," kata Direktur Merek dan Indikasi
Geografis Dirjen KI Kemenkumham, Fathlurachman kepada Antara di Jakarta.
Ia menegaskan keputusan mencoret Cap Kaki Tiga tersebut, tidak lain untuk mematuhi
perintah pengadilan atau MA. Artinya, kata dia, siapapun tidak berhak lagi menggunakan
merek itu. "Tidak berhak gunakan nama itu lagi," katanya tegas. Berdasarkan kasus di
atas sebenarnya apakah yang di coret oleh DJKI tentang minuman cap kaki tiga….
A. Hak Cipta Cap Kaki tiga
B. Hak Paten Cap Kaki Tiga
C. Merek Cap Kaki Tiga
D. Desain Industri Cap Kaki Tiga
E. Rahasia Dagang Cap Kaki Tiga
10. Industri musik Tanah Air sempat memanas akhir-akhir ini. Hal ini terjadi karena
dirilisnya video klip lagu Kekeyi berjudul 'Keke Bukan Boneka' pada 29 Mei 2020 lalu.
Lagu debut Kekeyi tersebut dinilai menjiplak lagu milik Rinni Wulandari yang berjudul

104
'Aku Bukan Boneka' yang rilis tahun 2007 silam. Dari kasus tersebut silahkan kalian
simpulkan Kekeyi telah melakukan pelanggaran berupa…
A. Merek
B. Hak Paten
C. Desain Industri
D. Rahasia Dagang
E. Hak Cipta

105
KUNCI JAWABAN

1. A 6. A

2. B 7. B

3. C 8. C

4. D 9. D

5. E 10. E

106
LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I
KEAKTIFAN BELAJAR PRODUK KREATIF DAN
KEWIRAUSHAAN
PESERTA DIDIK KELAS XI AKUNTANSI 4 SMK HKTI 1
PURWAREJA KLAMPOK
Siklus/ Pertemuan : Satu (1)/ 1 Tanggal : 14 Oktober 2020

Pokok bahasan : Pengertian HAKI

L/ Indikator
No Nama Jml
P A B C D E F

1 ALVIAN ENZILLIA P 2 3 3 2 3 2 15

2 AMELLIA YUNI P 0 0 0 0 0 0 0

3 ANGGUN DWI P 0 0 0 0 0 0

4 ATIKA SAFITRI P 2 3 2 3 4 3 17

5 AYU RETNO S P 3 3 2 2 3 2 15

6 D.WIWIT NARIMA P 3 2 3 2 3 2 15

7 DEA IFANA P P 1 2 1 1 3 2 10

8 DESI ERNAWATI P 1 2 1 1 3 2 10

9 DIAN CAHYA U P 2 2 2 2 3 2 13

10 DISKA TRI R P 1 2 2 1 3 2 11

EMI
11 SEFIANINGSIH P 2 2 2 2 3 2 13

12 EMMA NUR F P 2 3 2 2 3 3 15

13 FIRA RAMADANI P 3 2 3 2 3 2 15

14 HAMLIA S P 3 2 3 2 3 2 15

HANI
15 RAHMANITA P 2 2 2 1 3 2 12

16 HENTI S P 2 3 2 2 3 2 14

17 IFA WIDIANTI P 3 2 3 2 3 2 15

18 ISNA NUR ALIFAH P 2 3 2 3 4 3 17

19 KAMELIA L P 2 3 2 3 3 3 16

20 LINA M P 3 3 2 3 4 3 18

21 LINDA KURNIA P 2 3 3 1 3 2 14

22 LISDA K P KELUAR

23 LISA FADILA P 0 0 0 0 0 0 0

107
24 LISNA VADILA P 3 2 3 2 4 2 16

25 META M P 2 3 2 3 3 3 16

26 NABILAH R P 2 2 3 2 3 3 15

27 NINDITA AZ P 1 2 2 1 3 2 11

28 NUNIK S P 0 0 0 0 0 0 0

29 NUR HINDA P 3 2 3 2 3 3 16

30 RAHMA DEWI P 3 3 2 3 4 3 18

31 REIZKA NUR V P 3 3 2 3 4 3 18

32 RIZKI NUR A P 2 3 1 2 3 2 13

33 SAFIATUL SAMA P 3 3 3 2 3 3 17

Total Tiap Indikator 63 68 63 57 93 67 411

Prosentase Tiap Indikator 49,29% 53,12% 49,29% 44,53% 72,66% 52,34% 53,56%

Keterangan :

A = Membaca materi dan menandai hal-hal yang penting

B = Menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat pada saat diskusi

C = Mendengarkan penjelasan tutor sebaya saat berdiskusi

D = Merangkum materi dari tutor saat diskusi

E = Bekerja sama dengan teman sekelompok

F = Melaksanakan diskusi dengan tutor sebaya dan kelompoknya

108
109
110
111
112
113

Anda mungkin juga menyukai