Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK)

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN


KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK KELAS VII DI MTS
SYAFA’ATURRASUL PADA MATERI VISKOSITAS, SUHU DAN KALOR

Oleh:

DONA RIGOLIA, ST

MADRASAH ALIYAH SWASTA SYAFAATURRASUL

TELUK KUANTAN

2019

i
LEMBAR PENGESAHAN
HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Judul : Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Untuk


Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Peserta
Didik Kelas VII di MTS Syafa’aturasul pada Materi
Viskositas, Suhu dan Kalor
2. Bahan Kajian : Percobaan Viskositas, Suhu & Kalor
3. Peneliti :
a. Nama Lengkap : Dona Rigolia, St
b. Jenis Kelamim : Perempuan
c. NIP :-
d. Gol/Pangkat :-
e. Jabatan : Guru Fisika
f. Instansi/Sekolah : MTS Syafa’aturasul
4. Lokasi Penelitian : MTS Syafa’aturasul
5. Lama Penelitian : 1 bulan
6. Biaya dikeluarkan : Rp. 300.000
a. Sumber dana : Mandiri

Teluk Kuantan, 2019

Mengetahui
Kepala MTS Syafa’aturasul Guru Fisika

LENDA ERTIKA, S,PdI. DONA RIGOLIA, ST

ii
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini dengan baik. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan
penyusunan laporan ini terlaksana dengan baik dan lancar berkat bantuan dari
berbagai pihak.

Laporan ini bukanlah laporan yang sempurna dan masih terdapat banyak
kekurangan. Saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di
masa mendatang.

Teluk Kuantan, 2019

Peneliti

iii
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan Keterampilan Proses


Sains (KPS) peserta didik MTS dalam kegiatan percobaan materi elastisitas yang
dinilai menggunakan penilaian kinerja. Metode yang digunakan pada penelitian
ini adalah metode deskriptif dan menggunakan desain penelitian yang
dikembangkan oleh Kemmis & Mc. Taggart. Instrumen yang digunakan berupa
task dalam bentuk LKPD dan rubrik. Proses pengumpulan data menggunakan
LKPD, rubrik, format penilaian dan angket. Pengolahan data dilakukan dengan
menghitung perolehan persentase skor tiap peserta didik pada setiap aspek KPS
yang dinilai serta menghitung persentase respon peserta didik terhadap pernyataan
dalam angket. Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai peningkatan
aspek KPS setiap pertemuan atau siklusnya. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentase aspek KPS peserta
didik secara keseluruhan mengalami perkembangan dari kategori baik pada
percobaan pertama hingga menjadi kategori sangat baik pada percobaan kedua
dan ketiga. Berdasarkan data angket yang telah disebar, bagi sebagian peserta
didik mengetahui asal usul rumus fisika melalui kegiatan percobaan merupakan
sesuatu yang menantang dan menarik. Selain itu kegiatan percobaan membuat
peserta didik menjadi pribadi yang disiplin, jujur, dan bertanggungjawab.

Kata kunci : Inkuiri Terbimbing, Kegiatan Percobaan Viskositas, Suhu dan


Kalor, Penilaian Kinerja, Keterampilan Proses Sains.

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
ABSTRAK.......................................................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................vii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
KAJIAN PUSTAKA........................................................................................................6
A. Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing..........................................................6
B. Keterampilan Proses Sains..................................................................................8
C. Penilaian Kinerja (Performance Assessment)..................................................10
D. Hubungan Model Inkuiri Terbimbing dan Keterampilan Proses Sains........11
BAB III...........................................................................................................................14
A. Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu..........14
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran......................................................15
C. Teknik Pengumpulan Data................................................................................19
D. Teknik Analisis Data..........................................................................................20
E. Indikator Kinerja ( Kriteria Keberhasilan).....................................................22
BAB IV............................................................................................................................23
A. Hasil penelitian...................................................................................................23
B. Pembahasan........................................................................................................28

v
BAB V.............................................................................................................................34
A. Kesimpulan.........................................................................................................34
B. Saran...................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................37

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sintaks pembelajaran inkuiri ................................................. 7

Tabel 2.2. Aspek dan Karakteristik Keterampilan Proses Sains............. 9

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian.................................................................... 14

Tabel 3.2. Aspek Keterampilan Proses Sains dan Langkah Inkuiri


Terbimbing beserta Indikator yang Diteliti............................ 16
Tabel 3.3. Deskripsi Tahap Pelaksanaan Penelitian................................ 19

Tabel 3.4. Tafsiran Harga Persentase Keterampilan Kerja..................... 23

Tabel 3.5. Tafsiran Harga Persentase Angket......................................... 23

Tabel 4.1. Kategori Aspek KPS peserta didik......................................... 28

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model PTK menurut Kemmis & Mc. Taggart.................... 15

Gambar 3.2 Model Penelitian Tindakan Kelas....................................... 17

Gambar 4.1 Profil KPS Peserta Didik pada Percobaan Pertama............. 24

Gambar 4.2 Profil KPS Peserta didik pada Percobaan Kedua................ 25

Gambar 4.3 Profil KPS Peserta didik pada Percobaan Ketiga................ 26

Gambar 4.4 Profil KPS Peserta didik pada Ketiga Percobaan................ 27

Gambar 4.4. Respon peserta didik terhadap kegiatan inkuiri / percobaan 28

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hakikat fisika sebagai cabang ilmu sains menekankan pada tiga


komponen yaitu produk, proses dan sikap ilmiah. Produk dalam sains adalah
konsep-konsep, azas, prinsip, teori, dan hukum. Carin (dalam Rustaman,
2005:3) menyatakan bahwa sains sebagai produk merupakan ilmu
pengetahuan yang terstruktur diperoleh melalui proses aktif, dinamis, dan
eksploratif dari kegiatan induktif. Proses-proses tersebut dapat diperoleh
melalui kegiatan atau kerja ilmiah yaitu peserta didik menyadari adanya suatu
masalah, mengembangkan hipotesis atau dugaan sementara berupa
pertanyaan-pertanyaan, melakukan pengamatan atau penyelidikan untuk
menjawab pertanyaan, mengkomunikasikan hasil penyelidikannya, kemudian
menyimpulkannya.

Kegiatan atau kerja ilmiah yang dilakukan melalui proses-proses


ilmiah akan melatih keterampilan proses sains peserta didik. Keterampilan
proses sains merupakan salah satu acuan bagi guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Keterampilan proses sains atau KPS dapat melatih
keterampilan peserta didik memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikannya. Keterampilan dapat diartikan sebagai kemampuan
peserta didik menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien,
efektif, kreatif, dan inovatif untuk mencapai suatu hasil tertentu.
Keterampilan yang dilatihkan dalam keterampilan proses sains
diantaranya : mengamati (observasi), mengelompokkan (mengklasifikasi),
menafsirkan (interpretasi), memprediksi, berhipotesis dan
mengkomunikasikan (Rustaman, 2005: 78). Keterampilan yang dilatihkan
akan membuat peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan
peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
motivasi peserta didik untuk belajar. Sehingga kesan mata pelajaran fisika
yang dianggap sulit dan membosankan perlahan akan menjadi mudah dan
menyenangkan.

1
Dewasa ini pelajaran fisika memang masih dianggap sulit dan
membosankan. Kebanyakan peserta didik masih beranggapan pelajaran fisika
sulit dikarenakan banyaknya rumus-rumus yang harus mereka ketahui dan
hapalkan. Selain sulit pelajaran fisika juga sering dianggap membosankan
dikarenakan penyampaian materi fisika yang bersifat transfer ilmu dari guru
ke peserta didik. Transfer ilmu seperti ini hanya menghasilkan peserta didik
yang pintar tetapi tidak terampil dalam bersikap dan melakukan proses sains.
Beberapa materi dalam pembelajaran fisika dapat dilakukan berbagai metode,
salah satunya melalui kegiatan percobaan. Kegiatan percobaan merupakan
salah satu cara untuk melatih keterampilan proses sains peserta didik. Hanya
saja kegiatan percobaan ini juga masih jarang dilakukan.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk
meningkatkan minat dan motivasi peserta didik dalam pembelajaran fisika.
Salah satunya adalah dengan melibatkan peserta didik memperoleh
pengetahuannya melalui proses-proses sains. Sehingga selain pengetahuan
yang mereka peroleh juga keterampilan dalam bersikap dan berbuat seperti
layaknya seorang ilmuwan. Peserta didik akan menemukan solusi dari
permasalahan yang mereka hadapi melalui proses sains.
Keterampilan proses sains ini dapat diimplementasikan melalui suatu
model pembelajaran berbasis inkuiri, salah satunya adalah model
pembelajaran inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan keterampilan
proses sains peserta didik. Schlenker dalam Joyce dan Weil (dalam Trianto,
2010:167), menunjukkan bahwa penelitian inkuiri dapat meningkatkan
pemahaman sains, produktif dalam berpikir, peserta didik menjadi terampil
dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Joyce (dalam Wiyanto,
2008:26) menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri dapat
meningkatkan keterampilan proses ilmiah dan strategi berinkuiri peserta
didik.Penerapan model pembelajaran inkuiri dapat dilakukan melalui kegiatan
diskusi kelompok atau percobaan.
Dari beberapa kegiatan percobaan yang pernah dilakukan di
laboratorium dan kelas, peneliti menemukan beberapa kendala pada saat
melakukan kegiatan percobaan yaitu masih banyak peserta didik yang
bertanya tentang langkah-langkah percobaan, cara menjawab pertanyaan,
menyajikan data pada tabel dan grafik, sampai pada tahap menyimpulkan dan
mengkomunikasikan hasil percobaan atau percobaan. Peneliti menyadari

2
dalam penyusunan LKPD masih banyak kekurangan, diantaranya tidak
adanya tahapan-tahapan atau sintaks yang jelas berupa model yang sesuai
dengan kegiatan pembelajaran atau kegiatan percobaan.Oleh karena itu perlu
langkah-langkah dan pertanyaan-pertanyaan yang bertahap dan terarah
sehingga peserta didik dapat melakukan proses sains melalui kegiatan
percobaan dengan benar dan tepat. Tahapan-tahapan dalam melakukan
percobaan dapat diperoleh dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri
yang dikembangkan melalui LKPD.
Masalah lain yang ditemukan di lapangan adalah peserta didik belum
terbiasa melakukan kegiatan percobaan secara mandiri, masih ada yang
belum terbiasa menggunakan alat-alat percobaan, tidak membaca dan
memahami LKPD terlebih dahulu sehingga waktu pelaksanaan percobaan
menjadi sangat lama. Sehingga perlu bimbingan dari guru agar kegiatan
pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien.
Dari permasalahan di atas, peneliti mencoba untuk menerapkan suatu
model inkuiri terbimbing pada pembelajaran fisika yang dikembangkan
melalui LKPD percobaan untuk meningkatkan keterampilan proses sains
peserta didik.

Dari hasil pengamatan di lapangan, ditemukan suatu permasalahan


yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu:
a) Pembelajaran fisika yang sulit dan membosankan,
b) Metode yang kurang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran, yang
seharusnya dapat dilakukan melalui kegiatan percobaan, tetapi
disampaikan melalui metode ceramah saja,
c) Pengembangan LKPD yang belum menggunakan model, sehingga
tahapan kegiatan pembelajaran belum terlaksana dan terarah dengan baik,
d) Peserta didik belum terbiasa melakukan kegiatan percobaan secara
mandiri.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas penelitiakan melakukan kegiatan
Penelitian Tindakan Kelas pada peserta didik kelas VII di MTS
Syafa’aturrasul yang menekankan pada peningkatan kemampuan proses
sains melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing.

3
1. Identifikasi Masalah
a) Apakah dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dapat meningkatkan kemampuan proses sains peserta didik kelas VII
MTS Syafa’aturrasul?
2. Analisis Masalah
Beberapa alasan peneliti menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dalam mengajarkan materi viskositas, suhu dan kalor
diantaranya :
a) Peserta didik menemukan sendiri solusi dari masalah yang diberikan
dalam suatu kelompok,
b) Peserta didik dalam menemukan solusi masih dibimbing oleh guru,
tetapi peran guru hanya sebagai mediator dan fasilitator saja,
c) Model inkuiri terbimbing dapat menemukan solusi bersama – sama
teman sekelompoknya, aspek afektif dan psikomotor pun bisa
dilatihkan.
d) Peserta didik dalam menemukan solusi harus melakukan proses-
proses sains sehingga dapat melatihkan keterampilan proses sains
mereka.
3. Alternatif dan Prioritas PemecahanMasalah
Dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan proses sains peserta didik kelas VII di
MTS Syafa’aturrasul.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat merumuskan
penelitian yaitu “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan kemampuan proses sains peserta didik kelas
VII di MTS Syafa’aturrasul pada materi suhu dan kalor?”

C. Tujuan Penelitian
 Tujuan Umum
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian tindakan
kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :model
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan proses
sains peserta didik kelas VII pada materi viskositas, suhu dan kalor. Penulis
4
juga berharap melalui model ini guru – guru dapat meningkatkan
keterampilan proses sains peserta didik.

 Tujuan Khusus
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian tindakan
kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan : model
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan proses
sains peserta didik kelas VII di MTS Syafa’aturrasul pada materi viskositas,
suhu dan kalor.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil
penelitian ini adalah :

1. Bagi Peserta didik


Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan proses sains peserta didik dalam hal melakukan demontrasi
dan kegiatan percobaan.
2. Bagi Guru
Dapat menambah pengetahuan dan kemampuan guru dalam meningkatkan
kualitas mengajar di kelas pada mata pelajaran fisika peserta didik kelas
VII
3. Bagi Sekolah
Diharapkan dapat meningkatkan hasil dan mutu pendidikan di MTS
Syafa’aturrasul.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk
mempersiapkan pembelajaran di kelas. Salah satu caranya dengan
menerapkan sebuah model pembelajaran agar dapat menyelesaikan suatu
pembelajaran dengan efektif. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas (Joyce dan Well, 1986).
Banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran
diantaranya model discovery learning,problem base learning, inquiry, guided
inquiry dan sebagainya. Setiap model memiliki tahapannya dan tujuannya
masing-masing. Jika tujuan pembelajaran yang diharapkan berorientasi pada
aktivitas peserta didik dalam menemukan sesuatu, guru dapat menerapkan
model pembelajaran inkuiri. Menurut Haury, D.L (jarret D, 1977), inkuiri
adalah sekumpulan perilaku manusia yang dikategorikan sebagai persaingan
dalam mengeksplanasi secara masuk akal fenomena-fenomena alam yang
terjadi di lingkungan. Fenomena ini menimbulkan kuriositas dan hal-hal yang
belum diketahui manusia. Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa
inkuiri merupakan sejumlah aktivitas dalam menemukan sesuatu di sekitarnya
yang belum diketahui oleh manusia.
Pendekatan inkuiri dibedakan menjadi dua bagian, yaitu inkuiri
terbimbing dan tidak terbimbing. Model inkuiri terbimbing merupakan
pendekatan instruksional, memberikan kerangka kerja, perencanaan dan
implementasi berpikir dengan mengembangkan keahlian peserta didik dan
mengakses sumber informasi secara efektif membangun pengetahuan. Model
ini terencana seksama, benar-benar terkontrol yang bersifat instruksional dari
guru memandu peserta didik melalui materi yang mendalam (Kuhithau dan
Carol, 2006). Topik, pertanyaan-pertanyaan dan materi pembelajaran dalam
model inkuiri terbimbing ditentukan oleh guru. Sedangkan desain dan
prosedur pembelajaran dirumuskan bersama-sama oleh guru dan peserta
didik, dan hasil atau analisis serta kesimpulan ditentukan oleh peserta didik.
Model pembelajaran inkuiri dalam aktivitas pembelajaran menuntut
partisipasi aktif peserta didik dalam melakukan penyelidikan atau inkuiri.

6
Inkuiri terbimbing memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengeksplorasi semua kemampuannya dalam menemukan sesuatu. Peserta
didik dalam bereksplorasi dibimbing oleh guru agar pembelajaran menjadi
lebih terarah. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
peserta didik dalam melakukan aktivitas inkuiri, terutama bagi peserta didik
atau kelompok yang agak lambat atau kurang aktif dalam menyelesaikan
aktivitas inkuirinya dan bagi kelompok yang aktivitasnya tidak sesuai dengan
prosedur yang telah diberikan. Kuhithau dan Carol (2006) menjelaskan
bahwa inkuiri terbimbing memiliki 6 karakteristik, yaitu:
1. Peserta didik belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan
pengalaman,
2. Peserta didik belajar dengan aktif membangun apa yang telah
diketahuinya,
3. Peserta didik mengembangkan daya pikir yang lebih tinggi melalui
petunjuk atau bimbingan pada proses belajar,
4. Perkembagan peserta didik terjadi pada serangkaian tahapan,
5. Peserta didik memiliki cara belajar yang berbeda satu sama lainnya,
6. Peserta didik belajar berinteraksi sosial dengan lainnya.

Model inkuri terbimbing biasanya diterapkan bagi peserta didik yang


belum terbiasa dan berpengalaman melakukan aktivitas inkuiri secara
mandiri. Model inkuiri terbimbing dapat dikembangkan melalui pertanyaan-
pertanyaan pengarah agar peserta didik dengan mudah menemukan sendiri
solusi dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan ini
dapat dituangkan melalui lembar kegiatan peserta didik atau LKPD yang juga
berisi langkah-langkah aktivitas yang harus dilakukan oleh peserta didik.
Oleh sebab itu LKPD dibuat untuk membimbing peserta didik dalam
melakukan kegiatan inkuiri. Kegiatan inkuiri dalam pembelajaran fisika dapat
berupa kegiatan percobaan, atau kegiatan diskusi kelompok.

Dalam implementasinya pembelajaran inkuiri memiliki sintaks sebagai


berikut:
Tabel 2.1. Sintaks pembelajaran inkuiri

No Tahapan Proses inkuiri


.
1 Menyajikan Peserta didik mengidentifikasi masalah dan

7
pertanyaan merumuskannya dalam LKPD, peserta didik
atau masalah yang tidak mengerti diarahkan oleh guru
2 Membuat Peserta didik membuat hipotesis yang sesuai
hipotesis dengan permasalahan dan penyelidikan,
Peserta didik yang tidak bisa membuat
hipotesis dibimbing oleh guru,
3 Merancang Guru memberikan kesempatan kepada peserta
percobaan / didik untuk menentukan langkah-langkah
percobaan sesuai dengan penyelidikan yang akan mereka
lakukan untuk menemukan solusi dari
permasalahan yang telah mereka rumuskan.
4 Mengumpulkan Peserta didik mengumpulkan informasi berupa
dan menganalis data dalam menuliskannya ke dalam tabel atau
data grafik yang terdapat dalam LKPD dan
menganalisis kesesuaian data yang diinginkan.
5 Membuat Peserta didik dibimbing oleh guru dalam
kesimpulan menyimpulkan hasil penyelidikannya dan
menuliskannya dalam LKPD
Hasil akhir yang diharapkan dari peserta didik setelah melakukan
aktivitas inkuiri atau menemukan adalah peserta didik menjadi terampil
dalam semua aspek atau ranah baik aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Tujuan umum dari inkuiri terbimbing adalah membantu peserta
didik mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan-
keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan
(mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka (Agung, 2009).

B. Keterampilan Proses Sains


Dalam pembelajaran fisika peserta didik dalam melakukan kegiatan
menemukan sesuatu dapat melalui beberapa pendekatan diantaranya
pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah atau pendekatan
keterampilan proses sains yang bertujuan melatihkan keterampilan proses dan
sikap ilmiah peserta didik. Pendekatan keterampilan proses sains adalah
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan
keterampilan intelektual dan sikap ilmiah sendiri.

8
Dalam menerapkan keterampilan proses sains dalam kegiatan
pembelajaran, ada dua alasan yang melandasinya, yaitu:
a. Sains dipandang dari tiga komponen, diantaranya: produk, proses, dan
sikap ilmiah. Suatu produk dapat dihasilkan melalui suatu proses sains
yang mengedepankan sikap ilmiah dalam melatihkan beberapa
keterampilan peserta didik.
b. Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi maka setiap
orang harus dapat meningkatkan keahliannya masing-masing agar
terampil dalam menggunakan dan mengolah teknologi yang berkembang.
Keahlian peserta didik sudah dapat dilatihkan dari sejak dini melalui
keterampilan proses sains yang diterapkan dalam pembelajaran. Sehingga
peserta didik tidak akan merasa kaget atau takut ketika dihadapkan
dengan berbagai teknologi yang sudah berkembang.

Tabel 2.2. Aspek dan Karakteristik Keterampilan Proses Sains

No Aspek KPS Karakteristik


.
1 Mengamati Kemampuan mengumpulkan fakta,
mengklasifikasi, mencari kesamaan dan
perbedaan atau memilah-milah mana yang
penting, kurang atau tidak penting, dengan
menggunakan semua indera untuk
melihat, mendengar, merasa, mengecap dan
mencium
2 Merumuskan Kemampuan membuat perkiraan atau jawaban
sementara yang beralasan (logis) untuk
hipotesis
menerangkan suatu kejadian atau pengamatan
tertentu. Termasuk kemampuan mengajukan
pertanyaan apa, bagaimana dan mengapa,
bertanya untuk meminta penjelasan dan
mengajukan pertanyaan hipotesa. Kebenaran
hipotesa akan diuji melalui percobaan /
percobaan
3 Merencanakan Kemampuan menentukan obyek yang akan
diteliti, alat dan bahan yang akan digunakan,
penelitian/percob
variabel atau faktor faktor yang perlu
aan / percobaan diperhatikan,langkah- langkah percobaan /
percobaan yang akan ditempuh serta cara
mencatat dan mengolah data untuk menarik
kesimpulan
4 Melakukan Kemampuan yang merupakan rekapitulasi dari
seluruh keterampilan proses, dimulai dari
penelitian/percob
penentuan masalah sampai cara-cara melakukan
aan / percobaan penelitian dan keterampilan menggunakan alat /

9
bahan. Jenis keterampilan ini tidak
dapat diukur hanya dengan bentuk tes tertulis
tetapi juga dengan observasi dan lisan
5 Menginterpretasi/ Kemampuan mencatat hasil pengamatan dan
menyatakan pola hubungan atau kecenderungan
menafsirkan data
gejala tertentu yang ditunjukkan oleh sejumlah
data hasil pengamatan. Pernyataan ini hanya
merupakan kesimpulan sementara dari suatu
penelitian.
6 Meramal/ Kemampuan mengemukakan atau
memperkirakan apa yang mungkin terjadi pada
memprediksi
keadaan yang belum diamati
berdasarkanpenggunaan pola keteraturan atau
kecenderungan-kecenderungan gejala tertentu
yang telah diketahui sebelumnya
7 Merapkan konsep Kemampuan menerapkan konsep yang telah
dikuasai untuk memecahkan masalah tertentu,
atau menjelaskan suatu peristiwa baru dengan
menggunakan konsep yang telah dimiliki
8 Berkomunikasi Kemampuan mendiskusikan dan menyampaikan
hasil penemuannya kepada orang lain, baik
secara lisan maupun tertulis berupa gambar,
model, tabel, diagram dan grafik yang dikemas
dalam bentuk laporan penelitian, paper atau
karangan ilmiah

C. Penilaian Kinerja (Performance Assessment)

1. Definisi Penilaian Kinerja


Penilaian merupakan hal penting yang harus dilakukan guru setelah
melakukan proses pembelajaran yang bertujuan agar guru mengetahui
ketercapaian peserta didik terhadap kompetensi tertentu. Salah satu bentuk
penilaian yang bisa digunakan oleh guru adalah penilaian kinerja. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hlm. 700), kata “kinerja” mempunyai
arti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.
Performa mempunyai arti hal melakukan, hal menyelenggarakan, hal
memainkan (dalam seni drama, musik, dan seni tari), penampilan. Beberapa
ahli mempunyai pendapat tersendiri mengenai penilain kinerja. Penilaian
kinerja menurut Zainul (2001, hlm. 9) adalah penilaian yang mengharuskan
peserta didik menunjukkan kinerjanya, bukan dengan memilih salah satu dari
alternatif jawaban yang telah tersedia. Pendapat lain juga disampaikan oleh
Wren (dalam Putri, 2009, hlm. 8) bahwa penilaian kinerja merupakan metode
evaluasi pengetahuan, konsep dan keterampilan yang mengharuskan peserta

10
didik menunjukkan tugas dari konteks kehidupan nyata dan mengharuskan
peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep dan keterampilan
secara spesifik.
Penilaian kinerja penting dilakukan oleh guru karena bisa menilai
pengetahuan dan juga keterampilan peserta didik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Marzano (1994, hlm. 13) yang menyatakan bahwa penilaian kinerja
merupakan variasi tugas yang memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan serta kebiasaan berpikir
dalam berbagai konteks. Pernyataan tersebut juga dipertegas oleh Slater
(1993, hlm. 1) bahwa penilaian kinerja dirancang untuk menilai kemampuan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Selain itu, Stiggins (1994, hlm.
160) berpendapat bahwa melalui penilaian kinerja, guru dapat mengetahui
kemampuan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung tanpa
harus menunggu hingga proses berakhir, dapat mendeteksi keterampilan dan
kreativitas peserta didik yang tidak dapat dideteksi dengan tes tertulis serta
memberi peluang guru untuk mengenali peserta didiknya secara utuh. Nama
lain dari penilaian kinerja adalah penilaian otentik dan penilaian alternatif.
Hal ini disebabkan karena penilaian kinerja meminta peserta didik untuk
menunjukkan pengetahuan dan keterampilan pada situasi yang sesungguhnya
dan merupakan alternatif dari penilaian tradisional yang disajikan dalam
bentuk paper and pencil test.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang definisi penilaian kinerja,
diperoleh definisi penilaian kinerja adalah alat evaluasi berupa tes perbuatan
untuk menyelesaikan tugas dalam konteks kehidupan nyata, dimana penilaian
tersebut mengharapkan peserta didik dapat menunjukkan kemampuan atau
keterampilannya secara langsung melalui suatu kegiatan diantaranya adalah
kegiatan percobaan.

D. Hubungan Model Inkuiri Terbimbing dan Keterampilan Proses Sains

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti hanya akan meneliti


keterampilan proses sains berupa keterampilan mengamati, hipotesis,
merencanakan percobaan / percobaan, menggunakan alat dan bahan,
menafsirkan data serta mengkomunikasikan.

11
Keterampilan pertama adalah keterampilan observasi atau mengamati.
Dahar (dalam Hidayat, 2009, hlm. 2) berpendapat bahwa keterampilan
observasi merupakan dasar dari pengembangan KPS yang lain, sehingga
informasi yang diperoleh dari hasil observasi akan menuntun peserta didik ke
jenjang KPS yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena peserta didik yang
melakukan observasi akan menggunakan seluruh alat indra untuk
mengumpulkan fakta yang relevan, sehingga dapat mencari persamaan dan
perbedaan dari objek yang sedang diamati.Keterampilan mengamati pada
KPS bersesuaian dengan tahapan model inkuiri terbimbing yaitu pada tahap
pertama mengidentifikasi masalah.

Keterampilan kedua adalah keterampilan berhipotesis. Keterampilan ini


menjadi hal yang penting karena merupakan keterampilan terintegrasi yang
dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir logis yang dimiliki oleh peserta didik,
kedalaman wawasan dan keluasan pengalaman peserta didik (Sanjaya, 2008)
serta dapat menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan
perkiraan dari penyebab sesuatu terjadi (Rustaman, 2005, hlm. 80.
Keterampilan berhipotesis pada KPS bersesuaian dengan tahapan model
inkuiri terbimbing yaitu pada tahap kedua membuat hipotesis.

Keterampilan yang ketiga adalah keterampilan merencanakan


percobaan. Firman dan Dahar (dalam Kurnia, 2010, hlm. 13) menyatakan
bahwa merencanakan percobaan ialah merancang kegiatan yang dilakukan
untuk menguji hipotesis dengan baik, memeriksa kebenaran/ memperlihatkan
prinsip atau fakta yang telah ditemukan seseorang. Menurut Dahar (dalam
Kurnia, 2010, hlm. 14) KPS menggunakan alat dan bahan merupakan salah
satu keterampilan yang wajib dalam percobaan karena untuk melakukan
percobaan membutuhkan alat dan bahan.Keterampilanmerencanakan
percobaanpada KPS bersesuaian dengan tahapan model inkuiri terbimbing
yaitu pada tahap ketiga merancang percobaan.

Keterampilan keempat adalah keterampilan menafsirkan data.


Keterampilan menafsirkan data juga termasuk sebagai keterampilan yang
penting, karena menurut Dahar (dalam Kurnia, 2010, hlm. 14) bahwa sains
terbuka bagi semua orang yang mampu memahami dan dinilai oleh siapa saja
yang mau menilainya, sehingga peserta didik harus mampu menjelaskan hasil
percobaan dan menggambarkan hasil pengamatan dalam bentuk grafik, tabel

12
ataupun diagram.Keterampilan menafsirkan data pada KPS bersesuaian
dengan tahapan model inkuiri terbimbing yaitu pada tahap empatmenganalisis
data.
Keterampilan kelima adalah keterampilan mengkomunikasikan.
Keterampilan yang dilihat pada penelitian ini adalah keterampilan peserta
didik mengkomunikasikan hasil pengamatannya baik secara tertulis atau
secara lisan. Secara tertulis peserta didik dapat membuat laporan hasil
pengamatannya dengan baik. Secara lisan peserta didik dapat
mempertanggungjawabkan hasil pengamatannya dan mempresentasikan
dengan baik dan benar kepada peserta didik lainnya.Keterampilan
berkomunikasi pada KPS bersesuaian dengan tahapan model inkuiri
terbimbing yaitu pada tahap lima membuat kesimpulan.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang


Membantu
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA yang
berjumlah 23 peserta didik yang terdiri dari 10 orang peserta didik
perempuan dan 13 orang peserta didik laki – laki. Mata pelajaran yang
akan diteliti adalah Fisika dengan materi viskositas, suhu dan kalor.
2. Tempat dan waktu penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MAS Syafaaturrasul yang berlokasi di Batu
Ampar, Desa Beringin Taluk, Kecamatan Kuantan Tengah, Kota
Teluk Kuantan.
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2018 –
2019, yaitu bulan Oktober – November 2018.
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan menyesuaikan dengan jadwal
pelajaran pada sekolah yakni pada hari rabu dan jumat direncanakan
dimulai pada tanggal 18 Oktober – 01 November 2018. PTK ini
dilaksanakan selama 3 siklus.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

No. Hari / Tanggal Siklus Waktu

1. Kamis/ 18 Oktober 2018 I 2 X 45 menit

2. Selasa/ 25 Oktober 2018 II 2 X 45 menit

3. Kamis/ 01 November 2018 III 2 X 45 menit

3. Karakteristik Peserta didik

14
Agar tercapainya proses pembelajaran supaya berhasil, maka harus
mengetahui dan memahami kepribadian dan karakteristik dari tiap peserta
didik. Karakteristik ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiap – tiap
peserta didik yang perlu diperhatikan untuk kepentingan dalam
pembelajaran. Karakteristik tiap peserta didik dapat dilihat dari:
kemampuan dasar peserta didik, lingkungan sekitar peserta didik,
pengalaman belajar, gaya belajar, dan lain sebagainya.
Karakteristik kelas XI IPA adalah sebagai berikut:
1) Usia peserta didik rata – rata antara 15 – 18 tahun,
2) Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia,
3) Latar belakang orang tua peserta didik yang berbeda – beda,
4) Peserta didik lebih antusias mengikuti pelajaran jika ada tayangan
video yang menunjang pembelajaran dan kegiatan demonstrasi dan
percobaan,
5) Tingkat kecerdasan rata – rata normal.

4. Pihak yang Membantu


Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti dibantu oleh:
1) H. Dedeng Agus, Lc., MA.. sebagai kepala MAS Syafa’aturrasul.
2) Alfikri Fauzi, S.Pd. sebagai observer dan membantu seluruh
kegiatan Penelitian.
3) Hasmurniati S.Pd. sebagai wali kelas XI IPA

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


1. Desain Penelitian Tindakan Kelas
Pada penyusunan PTK pelaksanaannya bervariasi. Namun, secara
umum langkah – langkah dalam melakukan PTK dapat di gambarkan
sebagai berikut (dimodifikasi dari model yang dikembangkan oleh
Kemmis & Mc. Taggart, 1991).

Gambar 3.1 Model PTK menurut Kemmis & Mc. Taggart


15
Desain di atas dipilih karena peneliti hanya ingin mengetahui peningkatan
keterampilan proses sains peserta didik pada tiga kegiatan praktikum /
demonstrasi yang dinilai dengan penilaian kinerja. Penilaian kinerja
tersebut digunakan untuk menilai keterampilan proses sains peserta didik
pada saat pelaksanaan praktikum / demonstrasi sesuai dengan langkah-
langkah model inkuiri terbimbing dalam LKPD. Keterampilan proses sains
siswa tersebut dinilai mengacu pada kriteria yang sesuai pada rubrik. LKS
dan rubrik dalam penelitian ini digunakan untuk menilai keterampilan proses
sains peserta didik pada tiga praktikum / demonstrasi yang berbeda. Adapun
aspek keterampilan proses sains siswa yang dinilai menggunakan penilaian
kinerja ditampilkan pada Tabel 3.1
Tabel 3.2. Aspek Keterampilan Proses Sains dan Langkah Inkuiri
Terbimbing beserta Indikator yang Diteliti
Langkah
Tahapan Aspek KPS Indikator
Inkuiri
Mengidentifika Mengumpulkan informasi dan
Mengamati
si masalah mengidentifikasi masalah
Persiapan Membuat Merumuskan Mengemukakan dugaan
praktikum / Hipotesis Hipotesis sementara berdasarkan fakta
demonstrasi Merencanakan Menentukan alat dan bahan
praktikum / praktikum / demonstrasi
demonstrasi

Merancang Merangkai alat praktikum /

praktikum / demonstrasi

demonstrasi Melakukan pengukuran sesuai


Pelaksanaan Melakukan
dengan alat ukur praktikum /
praktikum / praktikum /
demonstrasi
demonstrasi demonstrasi
Melakukan kegiatan praktikum /
demonstrasi sesuai dengan
tujuan praktikum / demonstrasi
Akhir Menuliskan hasil pengamatan ke
praktikum / dalam tabel
demonstrasi Menganalisis Menginterpretas Membuat grafik percobaan
data i/ menafsirkan
Membuat data Menganalisis hasil pengamatan,
kesimpulan menjawab pertanyaan-
16
pertanyaan pada LKPD
kemudian menyimpulkan
Mengkomunika Mempresentasikan hasil
sikan pengamatan
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri
dari : (a) perencanaan, (b) tindakan / action, (c) observasi, dan (d) refleksi.
Model dan desain intervensi yang digunakan terdiri dari tiga siklus.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan proses sainspeserta didik pada mata pelajaran fisika melalui
pendekatan model inkuiri terbimbing.
Adapun model penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.2 Model Penelitian Tindakan Kelas

3. Tahap Intervensi Tindakan


Prosedur Prasiklus ( Senin, 11 Oktober 2018 )
a. Perencanaan
1. Membuat rancangan pelajaran yang akan di bahas
2. Mempersiapkan media dan alat praktikum / demonstrasi
3. Menyusun RPP

17
4. Merencanakan kegiatan pembelajaran dengan metode
demonstrasi, kegiatanpraktikum / demonstrasi, diskusi kelompok,
tanya jawab dan penugasan
5. Menyiapkan lembar kerja peserta didik
6. Menyiapkan data analisis hasil penelitian
7. Menyiapkan lembar observasi guru dan peserta didik
8. Meminta kesediaan guru fisika lainnya untuk bersedia menjadi
pengamat selama pembelajaran
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini guru melakukan tindakan yang sudah direncanakan
pada tahap perencanaan, pada penelitian kali ini tindakan yang
dilakukan berupa penerapan model inkuiri terbimbing pada proses
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Berikut deskripsi
tahap pelaksanaan penelitian:
Tabel 3.3. Deskripsi Tahap Pelaksanaan Penelitian

Materi
Tahap Praktikum / Deskripsi Kegitatan
demonstrasi
Membagi siswa menjadi 4 kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 5-6 orang
Informasi Menginformasikan tentang proses penilaian
1 kepada peserta praktikum / demonstrasi menggunakan
didik penilaian kinerja
Memberitahukan keterampilan yang akan
dinilai dalam praktikum / demonstrasi
Viskositas dan 1. Pembagian LKPD untuk masing-masing
2
hukum Stokes peserta didik / kelompok
Pengaruh kalor 2. Masing-masing kelompok melakukan
terhadap praktikum
3
perubahan suhu 3. Peneliti membimbing peserta didik
zat melakukan praktikum
4 Pengaruh massa 4. Peneliti bertugas untuk mengatur jalannya
dan kalor jenis kegiatan praktikum dan berkeliling ke
zat terhadap setiap kelompok untuk melatih

18
keterampilan proses sains peserta didik
5. Observer bertugas melakukan pengamatan
jumlah kalor dan penilaian keterampilan proses sains
yang diberikan peserta didik menggunakan penilaian
kinerja sekaligus mentor untuk kelompok
yang diobservasi
c. Observasi / Pengamatan dan Pengumpulan Data / Instrumen
Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Guru di bantu teman sejawat atau guru lainnya selaku observer yang
mengamati segala aktifitas guru dan peserta didikdan mengisi lembar
observasi untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran dan
keterampilan proses sains peserta didik. Pada akhir proses
pembelajaran guru memberikan penilaian berupa skor atau
persentasehasil observasi keterampilan proses sains peserta didik.
Data yang dikembangkan berupa evaluasi dan lembar observasi guru
dan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil
pengamatan akan dijadikan sebagai masukan dan bahan untuk
pelaksanaan perbaikan dalam siklus berikutnya.
d. Refleksi
Refleksi merupakan suatu langkah untuk mengevaluasi tindakan yang
telah dilakukan terhadap objek penelitian dan telah dicatat dalam
lembar observasi. Data yang diperoleh dari lembar observasi
kemudian dianalisis dan dilakukan refleksi. Kegiatan refleksi dapat
didiskusikan oleh peneliti dengan guru (observer atau pengamat).
Diskusi tersebut bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang
telah dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan baik oleh guru maupun peserta
didik. Observer atau guru yang melakukan pengamatan dapat
memberikan masukan kepada guru yang melakukan tindakan jika
terdapat kekurangan pada saat melaksanakan tindakan di kelas
sehingga menjadi pebaikan untuk melakukan tindakan pada siklus
berikutnya. Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau
putaran, artinya sesudah menyelesaikan langkah keempat, lalu
kembali ke langkah pertama dan seterusnya.

19
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Lembar Kerja Peserta didik (LKPD)
LKPD berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan praktikum /
demonstrasi yang akan dilakukan, dimana terdapat beberapa pertanyaan
yangmengacu pada keterampilan proses sains peserta didik. Keterampilan
proses sains terlihat pada saat peserta didik menjawab pertanyaan dan
melakukan kegiatan praktikum / demonstrasi sesuai petunjuk yang terdapat
dalam LKPD. LKPD yang digunakan disesuaikan dengan tindakan yang
akan diberikan yaitu berupa langkah-langkah pada model pembelajaran
inkuiri terbimbing. Segala aktivitas yang dilakukan peserta didik diamati dan
dinilai sesuai rubrik penilaian kinerja.

2. Rubrik
Digunakan oleh penilai sebagai acuan dalam melakukan penilaian terhadap
keterampilan yang ditunjukkan peserta didik baik pada saat praktek maupun
menjawab pertanyaan LKPD. Rubrik berisi penjabaran dari keterampilan
yang akan dinilai, indikator dari setiap keterampilan memiliki skor sebagai
representasi penilaian keterampilan proses sains yang dilakukan peserta
didik. Sebelum pelaksanaan observasi, para observer menyamakan persepsi
tentang kriteria dari keterampilan yang akan dinilai melalui rubrik. Hal ini
dilakukan agar observer lebih tepat dalam menilai keterampilan yang
ditunjukkan oleh peserta didik.

3. Format penilaian
Format penilaian berupa skala penilaian (rating scale) yang akan digunakan
oleh masing-masing observer atau penilai pada saat menilai keterampilan
peserta didik. Format ini berisi waktu pengambilan data, kemampuan yang
akan dinilai serta nama peserta didik yang dinilai oleh penilai yang
bersangkutan. Setiap nama peserta didik akan memiliki lima kolom penilaian
yang berisi skor dari 0 sampai 4. Masing-masing penilai akan menceklis
salah satu kolom skor tersebut sesuai dengan kriteria keterampilan yang
ditunjukkan oleh peserta didik.
4. Angket
Angket ini diberikan kepada peserta didik setelah melakukan kegiatan
praktikum / demonstrasi yang telah dinilai kinerjanya. Hal ini digunakan
untuk mengetahui tanggapan peserta didik mengenai penilaian kinerja.

20
D. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini analisis data pemantau tindakan dilakukan dengan
menggunakan teknik deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang
bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses
sainspeserta didik.

1. Format penilaian
a. Untuk menghitung persentase masing-masing keterampilan proses
sains peserta didik melalui skor pada format penilaian dengan
menggunakan rumus menurut Purwanto (2010, hlm. 102).
Skor di peroleh melalui rumus berikut :
R
SA= x 100 ...... Persamaan (3.1)
SM
Keterangan : SA = Skor Akhir
R = Jumlah skor yang diperoleh peserta didik
SM = Skor maksimum

b. Hasil perhitungan persentase akan digolongkan ke dalam masing-


masing kategori sesuai Tabel 3.2

Tabel 3.4. Tafsiran Harga Persentase Keterampilan Kerja


Skor Kategori
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
(Arikunto, 2010, hl,. 271-272)
2. Angket
a. Menentukan jumlah siswa yang menjawab berdasarkan kategori jawaban
yang sama untuk masing-masing pernyataan
b. Pengubahan skor mentah ke dalam nilai persentase dengan menggunakan
rumusan dari Sudjana (dalam Handayani, 2013, hlm. 49) untuk masing-
masing kategori jawaban.
21
f
NP= x 100 % ...... Persamaan (3.1)
N
Keterangan : NP = Nilai persentase yang dicari
f = Jumlah peserta didik yang memilih jawaban
N = Total peserta didik

c. Hasil perhitugan persentase jumlah siswa ditafsirkan berdasarkan


harga persentase menurut Koentjoroningrat (dalam Handayani, 2013,
hlm. 50) seperti yang di klasifikasikan berdasarkan Tabel 3.3
Tabel 3.5. Tafsiran Harga Persentase Angket
Harga (%) Kategori
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat kurang
(Handayani, 2013, hlm. 50)
E. Indikator Kinerja ( Kriteria Keberhasilan)
Kriteria keberhasilan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran fisika
meliputi:
1. Jika terdapat peningkatan persentase keterampilan proses sains peserta
didik pada tiap siklusnya
2. Jika terdapat peningkatan keterampilan proses sains sebesar 75 % dari
jumlah peserta didik.
3. Jika sebesar 75 % dari jumlah peserta didik setuju dengan kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan melalui angket peserta didik.

22
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
Keterampilan Proses Sains (KPS) peserta didik kelas XI IPA dalam percobaan materi
viskositas, suhu dan kalor menggunakan penilaian kinerja.

A. Hasil penelitian
1. Profil Keterampilan Proses Sains peserta didik pada aspek mengamati,
merumuskan hipotesis, merancang percobaan, menganalisis data, dan
mengkomunikasikan yang dinilai dengan penilaian kinerja.
Penilaian kinerja untuk menilai keterampilan proses sains peserta didik MA
pada kegiatan percobaan materi viskositas, suhu dan kalor diperoleh informasi
tentang kemampuan peserta didik yang pemaparannya sebagai berikut:
a. Profil lima KPS dalam satu percobaan
1) Percobaan pertama

Siklus 1
100 85
76 77
70
52
50

0
.
ati s is rc ta
ika
n
m te pe da s
nga ip
o
ng i si s
ika
M
e
a th nca na
l un
bu er
a ga om
em M en ngk
M M e
M

Gambar 4.1 Profil KPS Peserta Didik pada Percobaan Pertama

23
Gambar 4.1. menyatakan bahwa keterampilan proses sains peserta didik pada
percobaan pertama diperoleh hasil persentase pada setiap aspeknya. Keterampilan
menganalisis data memiliki persentase terbesar untuk kategori sangat baik yaitu
sebesar 85%, sedangkan keterampilan mengkomunikasikan memiliki persentase
terkecil yaitu 52% untuk kategori cukup. Sebagian besar KPS peserta didik yang
dinilai dengan penilaian kinerja sudah berada pada kategori cukup hingga sangat
baik.

2) Percobaan kedua

Siklus 2
100 88 87
81 79
61

50

0
.
ati s is rc at
a
ika
n
m te pe d s
ga ip
o
ng is i
s
ika
en th ca al un
M
bu
a an an om
er en
g
gk
em M M en
M M

Gambar 4.2 Profil KPS Peserta didik pada Percobaan Kedua


Gambar 4.2. menyatakan bahwa keterampilan proses sains peserta didik pada
percobaan kedua diperoleh hasil penilaian pada setiap aspeknya. Keterampilan
merancang percobaan memiliki persentase terbesar pada kategori sangat baik yaitu
sebesar 88%, sedangkan keterampilan mengkomunikasikan memiliki persentase
terkecil yaitu 61% untuk kategori baik. Sebagian besar KPS peserta didik yang
dinilai dengan penilaian kinerja sudah berada pada kategori baik hingga sangat baik.
Pada keterampilan mengkomunikasikan, peserta didik menuliskan hasil percobaan
pada LKPD berdasarkan pengolahan data yang mereka peroleh dan
mempresentasikannya, baik terhadap guru maupun kepada teman-teman satu
kelompok dan kelompok lainnya. Hanya saja ada beberapa peserta didik yang belum
melaksanakan keterampilan ini.

3) Percobaan ketiga

24
Siklus 3
97 96 90 90
100
70

50

0
is . ta n
ati s rc ika
am te pe da s
g i po g is i
s
ika
en th an l n
M a nc na u
bu er
a ga om
em M en ngk
M M e
M

Gambar 4.3 Profil KPS Peserta didik pada Percobaan Ketiga

Gambar 4.3 menyatakan bahwa keterampilan proses sains peserta didik pada
percobaan ketiga didominasi oleh kategori sangat baik, dengan persentase tertinggi
berada pada keterampilan menggunakan alat dan bahan sebesar 97%. Pada percobaan
ketiga, dari seluruh KPS yang telah dinilai dengan penilaian kinerja menunjukkan
bahwa empat aspek KPS telah berada pada kategori sangat baik dan satu aspek pada
kategori baik, yaitu aspek mengkomunikasikan 70% nya sudah melakukan
keterampilan ini.

b. Profil Setiap KPS dalam Tiga Percobaan


Sebelumnya telah dipaparkan tentang profil kelima KPS dalam setiap percobaan.
Bagian ini akan memaparkan profil dari setiap KPS dalam ketiga percobaan seperti
yang tercantum pada Tabel 4.1

Siklus / Percobaan
Aspek
1 2 3
Kurang Kurang Kurang
Cukup Cukup Cukup
Mengamati
Baik Baik Baik
Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Kurang Kurang Kurang
Cukup Cukup Cukup
Hipotesis
Baik Baik Baik
Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Kurang Kurang Kurang
Merancang Cukup Cukup Cukup
percobaan Baik Baik Baik
Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Menganalisis data Kurang Kurang Kurang
Cukup Cukup Cukup
Baik Baik Baik
25
Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Kurang Kurang Kurang
Cukup Cukup Cukup
Mengkomunikasikan
Baik Baik Baik
Sangat baik Sangat baik Sangat baik

97 96
100 88 90 85 87 90
76 81 79 77
70 67
61
52
50
Rata2 nilai

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Gambar 4.4 Profil KPS Peserta didik pada Ketiga Percobaan

Tabel 4.1 dan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa seluruh aspek KPS yang
dinilai dengan penilaian kinerja mengalami peningkatan dari siklus 1 atau percobaan
1 hingga siklus 3 atau percobaan 3. Tabel 4.1 dan Gambar 4.4 juga memberikan
informasi bahwa keterampilan peserta didik pada setiap aspeknya mengalami
peningkatan dari kategori cukup menjadi kategori baik, dan dari kategori baik
menjadi kategori sangat baik. Beberapa aspek pada siklus 2 dan 3 berada pada
kategori yang sama yaitu baik hanya saja mengalami peningkatan persentase yang
melakukannya.

2. Respon peserta didik terhadap kegiatan percobaan

26
Grafik Angket KPS
79
80 76
71 71 71
70 65 65
62
60 56
50
47
50
38
40
29
26
30 21 21
18 18 18 18 18
20 12 15
12
6 6
10 3 3 3
0 0 00 0 0 0 0 0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SS S KS TS

Gambar 4.4. Respon peserta didik terhadap kegiatan inkuiri / percobaan

Gambar 4. 4 menunjukkan bahwa peserta didik menyatakan setuju dengan


kegiatan percobaan yang disertai dengan penilaian kinerja untuk menilai
keterampilan peserta didik. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 4. 4 yang memberikan
informasi bahwa dari sepuluh kriteria pernyataan yang telah diajukan, peserta didik
memberikan respon setuju dengan jumlah paling banyak daripada keempat respon
lainnya. Respon kurang setuju dan tidak setuju banyak diberikan oleh peserta didik
saat memberikan tanggapan tentang respon peserta didik mengenai pelajaran fisika
dan ketertarikan peserta didik untuk melakukan kegiatan pengamatan. Tanggapan
yang diberikan masih dibawah 25% dan masih didominasi oleh respon setuju.

27
B. Pembahasan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan pada Bab 1, maka
dalam pembahasan ini akan dipaparkan pembahasan dari permasalahan yang
menyangkut profil keterampilan proses sains peserta didik dalam kegiatan percobaan
yang dinilai dengan penilaian kinerja.
1. Profil Keterampilan Proses Sains (KPS) peserta didik pada aspek
mengamati, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, menganalisis
data, dan mengkomunikasikan yang dinilai dengan penilaian kinerja.
Kita sebagai guru dapat melakukan berbagai macam penilaian untuk
mengevaluasi pembelajaran yang sudah dilaksanakan terhadap peserta didik, bisa
dilakukan dengan tes tertulis berupa ulangan, ujian, soal kuis dan sebagainya atau
bisa dengan nontes berupa angket, penilaian kinerja yang dilakukan dengan
pengamatan dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian dari Standford dan Reeves
(2005) menyatakan bahwa guru perlu melakukan penilaian dengan cara yang berbeda
agar bisa mendapatkan informasi yang lebih utuh tentang peserta didik. Guru dapat
melakukan strategi penilaian apapun sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya
dikarenakan setiap peserta didik memiliki kemampuan atau keterampilan yang
berbeda-beda sehingga perlu adanya suatu penilaian yang berbeda dengan penilaian
yang biasa dilakukan. Oleh karena itu, dibutuhkan tes alternatif berupa penilaian
kinerja sebagai salah satu alat penilaian yang bisa menilai kemampuan peserta didik
secara lebih utuh (Stiggins, 1994). Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah keterampilan proses sains. Menurut Zainul (2001, hlm. 9) penilaian kinerja
lebih mengharuskan peserta didik menunjukkan kinerja, bukan memilih salah satu
28
jawaban dari pilihan yang tersedia, sehingga penilaian kinerja dapat membantu guru
untuk melakukan penilaian KPS kepada peserta didik.
Implementasi dari penilaian kinerja kepada peserta didik dimulai dengan
pemberian informasi kepada peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan percobaan
tentang apa yang diharapkan dan kinerja apa yang harus dilakukan peserta didik
untuk menunjukkan kemampuannya (Slater, 1993, hlm. 4). Hal ini dikarenakan
peserta didik berhak mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengukur dan
menilai proses pembelajaran, agar peserta didik bisa lebih aktif untuk mendapatkan
hasil penilaian yang sesuai (Zainul, 2001, hlm. 9).
Pada penelitian ini, peneliti menerapkan model inkuiri terbimbing melalui
kegiatan percobaan untuk menilai aspek KPS peserta didik. Terdapat lima 5 aspek
KPS dalam kegiatan percobaan yang dinilai menggunakan penilaian kinerja yaitu
berupa aspek mengamati atau mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis,
merencanakan percobaan, menganalisis data, serta mengkomunikasikan.
Kegiatan percobaan ini sebagai bentuk dari penerapan kegiatan inkuiri yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan proses sains yang dimiliki oleh
peserta didik. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Subiantoro (dalam Sudesti, 2013,
hlm. 23) bahwa kegiatan percobaan memungkinkan peserta didik untuk menerapkan
keterampilan proses sains.
Pada setiap percobaan peserta didik melewati langkah-langkah pembelajaran
inkuiri terbimbing yang terdapat dalam LKPD. Pada percobaan pertama, peserta
didik masih belum begitu terampil dalam melewati setiap langkah-langkah inkuiri,
ini dikarenakan pada percobaan pertama merupakan latihan awal bagi mereka untuk
mengembangkan keterampilannya dalam berinkuiri. Pada percobaan kedua peserta
didik sudah mulai lebih terampil melakukan percobaan, meskipun ada beberapa
peserta didik yang belum terampil. Pada percobaan ketiga peserta didik sudah lebih
terampil dari percobaan sebelumnya karna sudah mulai terbiasa melakukan
percobaan, dan tidak ada kesulitan bagi mereka selain sudah mulai terbiasa juga
dikarenakan adanya kesamaan materi percobaan kedua dan ketiga sehingga dapat
dilewati dengan lebih mandiri. Adapun pembahasan hasil penelitian pada setiap
aspek KPS yang diteliti adalah sebagai berikut:

a. Aspek Mengamati atau Mengidentifikasi Masalah


Keterampilan proses pada aspek ini bukan merupakan keterampilan
mengamati pada saat melakukan percobaan melainkan keterampilan peserta didik

29
mengidentifikasi masalah yang diberikan. Masalah diberikan di awal pembelajaran
berupa pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam LKPD setelah ditayangkan
beberapa video dan gambar mengenai suatu fenomena yang ada di sekitar untuk
mengarahkan peserta didik melakukan kegiatan inkuiri.
Pada percobaan pertama, persentase aspek mengamati peserta sebesar 76%
dengan kategori baik, peserta didik sebagian besar memang tertarik melakukan
pengamatan untuk mengidentifikasi masalah sebelum melakukan percobaan, ini juga
terlihat pada percobaan kedua mengalami peningkatan sebesar 5% dengan persentase
sebesar 81% dengan kategori sangat baik, dan mengalami peningkatan yang cukup
signifikan 16% pada percobaan ketiga dengan persentase 97%. Persentase pada
percobaan ketiga memang yang paling besar dari semua aspek, hanya saja
peningkatannya masih dibawah aspek membuat hipotesis dengan selisih 1% saja.
Pada aspek mengamati mengalami peningkatan dari kategori baik menjadi sangat
baik, langkah-langkah inkuiri dalam mengamati dapat meningkatan keterampilan
mengamati peserta didik.

b. Aspek Membuat Hipotesis


Pada aspek ini peserta didik membuat dugaan sementara yang merupakan
jawaban sementara dari pertanyaan-pertanyaan yang disajikan pada aspek pertama
yang nantinya dibuktikan melalui kegiatan percobaan. Pada aspek berhipotesis
mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 9% pada pertemuan kedua
dan 17% pada pertemuan ketiga. Peningkatan ini menempatkan aspek berhipotesis
dengan peningkatan terbesar dibandingkan aspek KPS lainnya. Pada percobaan
pertama berada pada kategori baik yaitu dengan rata-rata persentase sebesar 70%.
Pada percobaan kedua berada pada kategori baik juga dengan persentase sebesar
79%. Pada percobaan ketiga mengalami peningkatan signifikan sebesar 17% dengan
kategori sangat baik dengan persentase 96%. Latihan inkuiri terbimbing yang
diberikan kepada peserta didik dapat meningkatkan aspek berhipotesis dari kategori
baik menjadi sangat baik.

c. Aspek Merancang Percobaan.


Aspek KPS ketiga yang dinilai dengan penilaian kinerja adalah aspek
merancang percobaan. Kemampuan peserta didik yang dinilai pada aspek ini
meliputi kemampuan peserta didik dalam menentukan alat dan bahan serta

30
menentukan prosedur percobaan. Hasil penilaian kinerja pada percobaan pertama
menunjukkan keterampilan peserta didik dalam merancang percobaan telah
termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 77%. Pada percobaan
kedua mengalami peningkatan sebesar 11% dengan persentase menjadi 88% dan
pada percobaan ketiga mengalami peningkatan 2% dengan persentase menjadi 90%
pada kategori sangat baik, dari segi peningkatan memang tidak seperti pada
percobaan kedua, dikarenakan kegiatan adanya kesamaan antara percobaan kedua
dan ketiga, sehingga peserta didik akan melakukan aktivitas yang sama dengan alat
dan bahan serta langkah-langkah yang sedikit berbeda saja.
Ketercapaian peserta didik terlihat dari jawaban peserta didik dalam LKPD
yang memperlihatkan bahwa peserta didik sudah mampu menuliskan alat dan bahan
yang digunakan dalam percobaan. Selain menuliskan alat dan bahan percobaan
peserta didik sudah mulai terlatih untuk menentukan langkah-langkah percobaan
dengan mandiri. Setelah itu melakukan kegiatan pengukuran dengan baik sesuai
dengan langkah-langkah yang telah mereka buat. Pada aspek merancang percobaan
aktivitas inkuiri lebih sangat terlihat dikarenakan peserta didik berlatih dengan
mandiri untuk menemukan suatu solusi dari masalah yang mereka temukan dari
aspek mengidentifikasi masalah melalui kegiatan percobaan sehingga pada dua
percobaan yaitu percobaan kedua dan ketiga persentase yang melakukan aktivitas
pada aspek ini berada pada kategori sangat baik.

d. Aspek Mengalisis Data


Aspek yang keempat adalah aspek mengalisis data. Setelah memperoleh data
hasil percobaan peserta didik melakukan pengolahan data dan mengiterpretasi data
tersebut melalui sebuah grafik lalu menganalisisnya untuk memperoleh suatu
hubungan variabel tertentu. Peserta didik dibantu dengan pertanyaan-pertanyaan
untuk mengarahkan mereka agar sesuai dengan tujuan percobaan.
Pada percobaan pertama, peserta didik sudah terlihat terampil dalam
menganalisis data, menjawab pertanyaan sesuai dengan hasil pengolahan data yang
mereka hitung, terlihat 85% peserta didik telah mampu menganalisis data dengan
sangat baik. Pada percobaan pertama peserta didik mampu menghitung besar
koefisien viskositas dan gaya gesek fluida. Pada percobaan kedua, mengalami
peningkatan sebesar 3% pada kategori sangat baik dengan persentase sebesar 87%.
Pada percobaan kedua peserta didik sudah terampil menganalisis grafik hubungan

31
antara jumlah kalor yang diamati dengan lamanya waktu pemanasan dan perubahan
suhu serta pengaruh massa zat terhadap jumlah kalor yang diberikan.
Pada percobaan ketiga, mengalami peningkatan sebesar 2% dengan materi
percobaan yang hampir sama dengan percobaan sebelumnya yaitu pengaruh kalor
jenis terhadap jumlah kalor yang diberikan. Pada percobaan ketiga diperoleh
persentase sebesar 90% pada kategori sangat baik.
Peningkatan aspek menganalisis data tidak terlalu signifikan seperti aspek
lainnya, tetapi berada kategori sangat baik untuk setiap pertemuannya. Penerapan
inkuiri terbimbing melalui kegiatan percobaan dapat meningkatkan keterampilan
proses sains peserta didik pada aspek menganalisis data.

e. Aspek mengkomunikasikan
Keterampilan mengkomunikasikan merupakan keterampilan yang
mendapatkan penilaian kinerja berdasarkan jawaban peserta didik dalam LKPD.
Terdapat enam kemampuan yang dimaksud dalam aspek komunikasi ini yaitu
kemampuan peserta didik menuliskan data dalam tabel, menggambarkan grafik
hubungan antara jumlah kalor dan perubahan suhu, massa dan jumlah kalor, serta
kalor jenis dan jumlah kalor berdasarkan data yang telah diperoleh, membaca grafik
yang telah dibuat, menghitung nilai viskositas berdasarkan data pengamatan.
Pada percobaan pertama, aspek mengkomunikasikan berada kategori cukup
dengan persentase 52%, sebagian peserta didik masih belum terlatih dalam
mengkomunikasikan hasil percobaannya, diantaranya menyimpulkan hasil percobaan
dan peserta didik masih ragu-ragu dan belum berani untuk mempresentasikan hasil
percobaannya ke kelompok lain. Selain itu peserta didik belum begitu terampil untuk
menjelaskan grafik hubungan antar variabel yang mereka buat. Hasil penilaian ini
disebabkan karena peserta didik belum terbiasa untuk mengkomunikasikan hasil
percobaan dengan benar. Selain itu, guru masih membimbing secara sekilas kepada
peserta didik tentang cara mengkomunikasikan hasil percobaan. Dari enam
kemampuan yang dinilai pada aspek mengkomunikasikan, peserta didik lebih banyak
mengalami kesulitan saat membaca grafik, analisis serta inferensi. Kondisi ini sesuai
dengan hasil penelitian Junengsih (dalam Dewi, 2011, hlm. 54) bahwa rendahnya
skor peserta didik dalam mengkomunikasikan salah satunya disebabkan oleh peserta
didik yang masih kesulitan dalam menafsirkan grafik karena peserta didik belum
terbiasa dengan kemampuan tersebut.
Pada percobaan ketiga mengalami peningkatan sebesar 9% pada kategori baik
dengan persentase sebesar 70%. Hasil penilaian ini memang menunjukkan persentase
32
terkecil dari aspek lainnya, akan tetapi mengalami peningkatan pada setiap
percobaannya.Beberapa yang mungkin menjadi faktor kecilnya persentase pada
aspek ini diantaranya adalah beberapa peserta didik dalam beberapa kelompok belum
bisa berdiskusi dengan baik sesama temannya.

2. Respon peserta didik terhadap kegiatan percobaan yang dinilai dengan


penilaian kinerja
Menurut Gambar 4.4 menunjukkan bahwa peserta didik setuju dengan
kegiatan percobaan yang dilakukan pada beberapa pembelajaran fisika. Terdapat
beberapa keterampilan-keterampilan yang akan peserta didik dapatkan dalam
melakukan kegiatan percobaan salah satunya keterampilan proses sains. Guru dapat
menilai keterampilan proses sains yang telah dilakukan oleh peserta didik melalui
penilaian kinerja dengan cara mengamati aktivitas peserta didik pada saat melakukan
percobaan. Sebelum dimulai percobaan guru menginformasikan kepada peserta didik
mengenai aspek-aspek keterampilan yang akan dinilai, agar peserta didik dapat
menunjukkan keterampilannya dengan baik. Pendapat ini juga didukung oleh
pernyataan Slater (1993, hlm. 4) bahwa tahapan dalam penilaian kinerja salah
satunya adalah menginformasikan kepada peserta didik tentang apa yang akan
diharapkan dan kinerja apa yang harus ditunjukkan peserta didik saat pembelajaran.
Selain itu, peserta didik merasa tertarik untuk melakukan kegiatan praktikum
fisika. Bagi sebagian peserta didik mengetahui asal usul rumus fisika melalui
kegiatan percobaan merupakan sesuatu yang menantang dan menarik. Salah satu
kegiatan percobaan yang mereka lakukan adalah kegiatan pengamatan suatu
fenomena diantaranya adalah mengamati sebuah kelereng akan bergerak lebih lambat
pada fluida yang lebih kental, fenomena adanya pengaruh massa dan kalor jenis zat
terhadap perubahan suhu zat dan jumlah kalor yang diberikan, bagi mereka kegiatan
mengamati adalah sesuatu yang menyenangkan. Jika kegiatan percobaan merupakan
sesuatu hal yang menantang dan menarik bagi peserta didik maka guru tentunya guru
punya peran penting dalam melatihkan dan menilai keterampilan proses sains
mereka. Dalam hal ini guru sebaiknya terlebih dahulu memberi tahu kepada peserta
didik apa saja yang akan dinilai sehingga peserta didik akan menjadi lebih aktif untuk
mendapatkan nilai yang lebih baik, ini bersesuaian dengan penyataan dari Zainul
(2001, hlm. 9) bahwa dengan mengetahui kriteria yang akan digunakan untuk
mengukur dan menilai keberhasilan proses pembelajaran, maka peserta didik akan
secara terbuka dan aktif berupaya untuk mencapai keberhasilan.

33
Di sisi lain, kegiatan percobaan membuat peserta didik menjadi pribadi yang
disiplin, jujur, dan bertanggungjawab. Disiplin saat memulai dan mengakhiri
kegiatan percobaan, jujur dalam menuliskan data hasil pengamatan pada LKPD, dan
bertanggungjawab atas semua yang mereka lakukan selama percobaan. Diharapkan
selain keterampilan psikomotor yang mereka dapatkan tetapi juga keterampilan
afektif berupa sikap ilmiah yang bisa mereka dapatkan, tentu ini juga merupakan
bagian dari suatu penilaian bagi seorang guru.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model inkuiri terbimbing
untuk meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik kelas XI IPA MAS
Syafa’aturrasul pada kegiatan percobaan materi viskositas, suhu dan kalor yang
dinilai dengan menggunakan penilaian kinerja dari ketiga percobaan yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Profil KPS peserta didik menunjukkan hasil yang yang meningkat untuk setiap
percobaan, keterampilan peserta didik didominasi oleh kategori baik pada
percobaan pertama dan percobaan kedua serta kategori sangat baik pada
percobaan ketiga. Peningkatan persentase KPS ini dikarenakan peserta didik
semakin antusias dan tertarik berinkuiri dimulai dari siklus 1 hingga siklus 3
yaitu berinkuiri melalui kegiatan percobaan. Hasil penilaian kinerja terhadap
KPS telah membantu guru dalam mengetahui keterampilan yang sudah tercapai
oleh peserta didik serta menganalisa tahapan-tahapan inkuiri yang masih belum
dilakukan oleh peserta didik, sehingga guru dapat memperbaiki pada
pembelajaran selanjutnya. Oleh karena itu, profil KPS peserta didik pada

34
kegiatan percobaan yang dinilai menggunakan penilaian kinerja menunjukkan
adanya peningkatan ketercapaian peserta didik pada setiap percobaan.
2. Profil KPS peserta didik pada aspek mengkomunikasikan dengan penilaian
kinerja menunjukkan bahwa keterampilan peserta didik berada pada kategori
cukup pada percobaan pertama dan kategori baik percobaan kedua dan ketiga
tetapi memiliki persentase dibawah 71% dan mengalami peningkatan pada setiap
siklusnya. Profil aspek membuat hipotesis untuk setiap percobaan menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan sebanyak 17% pada percobaan ketiga, yaitu
pada kategori sangat baik dan memiliki persentase paling tinggi jika
dibandingkan dengan semua aspek KPS yang dinilai. Peningkatan yang
signifikan yang kedua adalah pada keterampilan aspek mengamati, mengalami
peningkatan sebesar 16% pda percobaan ketiga berada pada kategori sangat.
Profil KPS peserta didik dalam aspek merancang percobaan, dimulai dari
merencanakan, melaksanakan, hingga mengakhiri kegiatan percobaan, pada
percobaan pertama dan kedua berada pada kategori baik mengalami peningkatan
sebesar 11% dan mengalami peningkatan 2% pada percobaan ketiga dengan
kategori sangat baik. Profil KPS pada aspek menganalisis data pada setiap
percobaan atau siklus berada pada kategori sangat baik dengan persentase
peningkatan sebesar 2% pada percobaan kedua dan 3% pada percobaan ketiga.
Pada aspek mengkomunikasikan memiliki persentase terendah dibandingkan
keempat aspek lainnya, pada pertemuan pertama berada pada kategori cukup
dengan persentase 52% mengalami peningkatan sebesar 9% pada pertemuan
kedua dan 6% pada pertemuan ketiga dengan kategori baik. Pada setiap aspek
KPS mengalami peningkatan untuk setiap pertemuannya dikarenakan peserta
didik sudah mulai terbiasa melakukan aktivitas inkuiri dengan dibimbing oleh
guru untuk setiap pertemuannya. Kategori sangat baik pada setiap pertemuan
terlihat pada aspek mengalisis data dengan peningkatan yang tidak terlalu
signifikan. Aspek KPS yang berada pada kategori sangat baik lainnya yaitu
aspek merancang percobaan pada pertemuan kedua dan ketiga serta aspek
mengamati dan aspek membuat hipotesis masing-masing pada pertemuan ketiga.
Peningkatan aspek KPS yang paling signifikan adalah aspek membuat hipotesis
dan aspek mengamati.
3. Peserta didik menyetujui adanya kegiatan inkuiri berupa kegiatan percobaan dan
meyakini kegiatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta
didik yang dinilai menggunakan penilaian kinerja. Hal ini sesuai dengan

35
pendapat peserta didik yang menyatakan bahwa proses ini membuat peserta
didik lebih aktif menunjukkan keterampilannya. Selain itu, kegiatan percobaan
ini membuat peserta didik lebih mudah memahami fenomena fisika di sekitarnya
dan melatih sikap ilmiah peserta didik dalam melakukan percobaan. Kondisi ini
terlihat saat peserta didik memberikan respon setuju dan sangat setuju
bahwasanya kegiatan percobaan dapat menjadikan peserta didik menjadi pribadi
yang disiplin, jujur, bertanggungjawab dan sikap ilmiah lainnya.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Keterampilan proses sains (KPS) peserta didik bisa dinilai melalui tes tertulis
maupun tes perbuatan. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya menilai KPS
dengan menggunakan tes perbuatan yang berupa penilaian kinerja. Oleh karena
itu, untuk penelitian selanjutnya seharusnya bisa menilai KPS dengan
menggunakan penilaian kinerja disertai dengan tes tertulis agar bisa
mendapatkan data peserta didik secara utuh setelah peserta didik dikenai
pembelajaran.
2. Pengembangan instrumen berupa task dan rubrik harus dirancang secara jelas,
khususnya untuk penjabaran deskriptor pada rubrik sebaiknya terlihat perbedaan
yang jelas dari masing-masing deskriptor untuk setiap indikator, sehingga
pemberian skor kepada peserta didik bisa dilakukan dengan lebih mudah.

36
DAFTAR PUSTAKA

Allsopp, D. dkk. (2008). Mathematics dynamic assessment, Informal assessment that


responds to the needs of struggling learners in mathematics. Teaching
Exceptional Children. Journal of Case Studies in Accreditation and
Assessment, 40 (3), hlm. 6-16

Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi


Aksara
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pedekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT
Remaja

Arumsari, F. (2013). Upaya meningkatkan keterampilan proses sains Melalui


Penerapan Metode Eksperimen Pada Kelompok B1 Di Tk Assa’adah
Baledono Purworejo. (Skripsi). Jurusan PGPAUD, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.

Basrowi dan Iskandar. (2012). Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Bandung: Karya
Putra Darwati

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat


Bahasa. Edisi Keempat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Dewi, R. (2011). Pengaruh pendekatan keterampilan proses sains peserta didik pada
konsep suhu dan kalor. [Online]. UIN Syarif Hidayatulloh. Tersedia di:
www. Scrib.com. Diakses 2 Oktober 2017

37
Efendi, K. A. M. (2013). Hubungan kinerja dan prestasi belajar peserta didik SMK
pada pembelajaran elastisitas. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika,
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Handayani, D. Y. (2013). Penerapan Penilaian Kinerja Berbasis Percobaan Untuk


Mengidentifikasi Kinerja Peserta didik Pada Pembelajaran IPA Di SMP.
(Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Zawadzki, R. 2009. Is Process-Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) suitable
as teaching Method in Thailand’s Higher Education?. Asian Journal on
Education and Learning. 2010. ISSN. Vol 1(2): 66-74.
Zulfatin, V. L. (2014). Profil Keterampilan Proses Sains Peserta didik SMA Dalam
Kegiatan Percobaan Materi Elastisitas Yang Dinilai Menggunakan
Penilaian Kinerja. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.

38

Anda mungkin juga menyukai