Anda di halaman 1dari 109

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA


POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) SISWA
KELAS X MIPA 2 MAN 1 BARRU

OLEH:
Musnidah, S.Ag., S.Pd.
NIP 197612282006042012

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BARRU
MADRASAH ALIYAH NEGERI I BARRU
SEMESTER GENAP 2019/2020

i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN

1. a. Judul Penelitian : Peningkatan Hasil Belajar Matematika pokok


bahasan Trigonometri Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) siswa kelas X MIPA 2 MAN 1
Barru
b. Bidang Ilmu : Pendidikan
2. Peneliti Utama
a. Nama Lengkap : Musnidah, S.Ag., S.Pd.
b. NIP : 197612282006042012
c. Pangkat/Gol : Pembina/IVa
d. Jenjang Jabatan : Guru Madya
e. Guru Mata Pelajaran : Matematika
f. Sekolah : MAN 1 Barru
3. Jumlah Tim Peneliti : 1 (Satu) orang
4. Lokasi Penelitian : MAN 1 Barru
5. Jangka Waktu : 2 (dua) bulan

Barru, 27 Februari 2020


Mengetahui,
Kepala MAN 1 Barru Peneliti Utama,

Ahmad R, S.Ag.,M.Pd. Musnidah, S.Ag., S.Pd.


NIP 197205121997031002 Nip. 197612282006042012

ii
Abstrak

Musnidah, 2020. Peningkatan Hasil Belajar Matematika pokok bahasan


Trigonometri Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru. Karya Tulis Ilmiah.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
mengetahui Peningkatan Hasil Belajar Matematika pokok bahasan Trigonometri
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru. Dengan jumlah siswa 32 orang. Siklus I dan
II masing-masing dilaksanakan 3 kali pertemuan dengan tes siklus pada tiap
pertemuan terakhir. Penelitian dilaksanakan pada semester genap 2019/2020.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes unjuk kerja dan lembar
observasi. Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa bahwa penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads
Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X
MIPA 2 MAN 1 Barru pada pokok bahasan Trigonometri. hal ini dapat dilihat
dari perubahan-perubahan yang terjadi seperti : Motivasi siswa dalam belajar
matematika setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
meningkat dari 62,50% menjadi 87,50%. Terjadi peningkatan siswa lebih mudah
memahami materi pelajaran dengan menggunakan model kooperatit tipe NHT
dari 37,50% menjadi 87,50%. Siswa tidak jenuh belajar matematika dengan
menggunakan model kooperatif NHT meningkat dari 68,75% menjadi 93,75%
(item 4). 87,50% siswa menganggap model pembelajaran kooperatif tipe NHT
cocok diterapkan pada pelajaran matematika terutama pelajaran matematika
diajarkan pada waktu siang hari. Hasil belajar siswa pada penerapan model
pembelajaran kooperatif meningkat dari 71,88% meningkat menjadi 87,50% atau
siswa yang memperoleh nilai ketuntasan  6,0 sebanyak 23 orang pada siklus I
meningkat menjadi 28 orang pada siklus II.

Kata kunci: Trigonometri,Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam, atas segala rahmat dan
hidayahnya untuk sekalian ummatnya. Semoga segala aktivitas keseharian kita tetap
mendapat syafaat dan perlindungan-Nya.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak sedikit tantangan dan kesulitan yang
penulis hadapi, tetapi berkat usaha penulis dan bantua dari teman-teman seprofesi,
khususnya guru-guru di MAN 1 Barru, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini dengan baik.
Penulis pada kesempatan ini memberikan penghargaan dan terima kasih pada:
1. Pengawas Madrasah MAN 1 Barru yang telah memberikan motivasi dan
dorongan pada penulis untuk terus berkarya.
2. Kepala MAN 1 Barru yang tidak pernah bosan mendorong penulis untuk
menyelesaikan karya tulis ini.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, kemampuan penulis dan hambatan lainnya menjadi bagian dari
ketidaksempurnaan itu. Sehingga sangat diharapkan kritikan dan perbaikan untuk
penyempurnaan karya tulis ini.

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Abstrak ............................................................................................................. iii
Kata Pengantar ................................................................................................. iv
Daftar Isi .......................................................................................................... v
Daftar Lampiran ............................................................................................... vii
Daftar Tabel ..................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori ............................................................................ 7
1. Pengertian Belajar ................................................................. 7
2. Hakekat Belajar Matematika ................................................. 8
3. Hasil Belajar Matematika ...................................................... 9
4. Model Pembelajaran Kooperatif ........................................... 10
B. Hipotesis Tindakan...................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 22
B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 22
C. Subjek Penelitian......................................................................... 22
D. Prosedur Penelitian...................................................................... 23
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ........................................... 26
F. Analisis Data Penelitian .............................................................. 26
G. Indikator keberhasilan Penelitian ................................................ 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal .............................................................. 28
B. Deskripsi Siklus I ........................................................................ 28

v
C. Deskripsi Siklus II ....................................................................... 40
D. Deskripsi Antar Siklus ................................................................ 49
E. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 55
B. Saran............................................................................................ 56
Daftar Pustaka .................................................................................................. 57
Lampiran-lampiran .......................................................................................... 58

vi
DAFTAR TABEL

No tabel Jenis Tabel Halaman


4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Matematika Tes Siklus I 32
pada Materi Persamaan dan Fungsi Kuadrat.
4.2 Statistik Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar 33
Matematika Siswa pada Siklus I.
4.3 Deskripsi Ketuntasan belajar siswa Kelas X MIPA 2 34
MAN 1 Barru
4.4 Statistik Skor hasil Belajar Matematika Tes Siklus II 34
pada Materi Persamaan dan Fungsi Kuadrat
4.5 Statistik Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar 35
Matematika Siswa Untuk Siklus II
4.6 Deskripsi Ketuntasan belajar siswa Kelas X MIPA 2 36
MAN 1 Barru
4.7 Distribusi frekuensi dan Persentase Skor pada Siklus 37
I dan II
4.8 Hasil Observasi pada Siklus I 42

4.9 Hasil Observasi pada Siklus II 42

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
- Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan II
Lampiran 2
- Hasil Observasi aktivitas Guru terhadap penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT
Lampiran 3
- Hasil observasi aktivitas siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru
Lampiran 4
- Angket Persepsi Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together (NHT) Oleh Guru Matematika
Lampiran 5
- Nilai Hasil Belajar Siklus I dan II
Lampiran 6
- Soal siklus I dan II
Lampiran 7
- Daftar Hadir Siklus I dan II
Lampiran 8
- Dokumentasi Kegiatan Siklus I dan II
- Daftar Hadir Peserta Seminar Penelitian
- Surat Keterangan Seminar
- Surat Keterangan Penelitian
- Surat Keterangan Perpustakaan
- Surat Keaslian Penelitian

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuntutan terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia

sudah merupakan kebutuhan yang utama dan mendasar. Oleh karena itu, hampir

dapat dipastikan bahwa Indonesia tidak mungkin menghindarkan diri dari pengaruh

era globalisasi yang ditandai dengan kepesatan kemajuan teknologi. Dengan

demikian Indonesia perlu memiliki cukup banyak sumber daya manusia yang

berkualitas dalam artian mampu menguasai ilmu dan teknologi, serta dapat

memanfaatkannya untuk kesejahteraan seluruh bangsa, dapat menangkal pengaruh-

pengaruh negatifnya demi demi jati diri bangsa.

Sumber daya manusia yang bekualitas tidaklah mungkin tumbuh dan

berkembang dengan sendirinya secara alami. Tetapi jelas harus melalui suatu

proses pengembangan yang diupayakan secara sistematis, konsisten dan

professional, satu- satunya wadah pengembangan sumber daya manusia yang

berkualitas adalah pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non

formal luar sekolah.

Pendidikan matematika sebagai salah satu ilmu dasar merupakan wahana

pendidikan, baik aspek penalaran maupun wawasannya, matematika memegang

peranan penting dan strategis dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Hal

ini berarti bahwa sampai batas tertentu ilmu pengetahuan matematika perlu

dikuasai siswa sebagai generasi penerus di masa mendatang, oleh karena itu, proses

pembelajaran pengetahuan matematika ditiap jenjang pendidikan, selalu

1
diupayakan sejalan dengan tuntutan perkembangan siswa untuk menghadapi masa

depan sehubungan dengan era globalisasi dewasa ini.

Masalah pendidikan matematika, banyak dikeluhkan oleh berbagai pihak

yang menyatakan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika mulai

dari tingkat pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan tinggi . Hal ini ditandai

dengan rendahnya hasil belajar siswa pada bidang studi tersebut. Oleh karena itu,

peningkatan mutu pendidikan matematika selalu menjadi topik menarik untuk

dikaji sehingga siswa betul-betul dapat memahami dan mengingat betapa

pentingnya pelajaran matematika di lingkungan masyarakat dalam kehidupan

sehari-hari. Pendidikan matematikan merupakan barometer tingkat kemajuan

pendidikan dimana sampai saat ini telah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi

kesulitan belajar matematika tersebut. Upaya itu dilakukan antara lain dengan

memperhatikan penyebab kesulitan tersebut, baik yang bersumber dari diri siswa

sendiri maupun yang bersumber dari luar diri siswa. Usaha-usaha yang telah

dilakukan banyak memberi dampak positif dalam pengajaran matematika,

walaupun hasilnya belum optimal sesuai yang diharapkan, terlihat bahwa nilai yang

dicapai siswa MAN 1 Barru pada hampir setiap pelaksanaan ujian akhir pada

pelajaran matematika masih rendah. Secara sistematik keadaan ini disebabkan oleh

berbagai komponen, antara lain komponen siswa itu sendiri, komponen guru dan

komponen lingkungan.

Dua aspek penting dalam komponen untuk menentukan peningkatan hasil

belajar yaitu, guru yang dapat mempengaruhi siswa terhadap penguasaan materi

serta kemampuan memilih metode atau model mengajar yang sesuai dengan materi.

2
Kombinasi kedua kemampuan ini sangat penting karena kadang kala seorang guru

sudah menguasai materi pelajaran dengan baik, akan tetapi salah atau kurang tepat

dalam pemilihan metode atau model mengajar, sehingga materi pelajaran kurang

dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

Oleh karena itu, upaya untuk menjembatani hubungan antar keterampilan

yang diingini dengan metode penyampaian materi oleh guru kepada siswa

dilakukan dengan menggunakan beberapa teori pembelajaran. Hal ini dilakukan

dengan tujuan bagaimana guru mengelola dan mengorganisasikan metode atau

model pembelajaran agar siswa dapat menerima pelajaran yang mudah dipahami.

Model pembelajaran merupakan salah satu cara yang dipergunakan dalam

mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya proses

pembelajaran. Oleh karena itu peranan model pembelajaran sebagai alat untuk

menciptakan proses belajar mengajar dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.

Dengan model pembelajaran yang bervariasi diharapkan tumbuh suatu kegiatan

belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain

terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak

atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang

dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik kalau siswa lebih banyak

yang aktif dibanding dengan guru.

Bukan rahasia lagi bahwa sebagian besar guru matematika yang penulis

tempati mengajar cenderung menggunakan metode mengajar yang monoton

misalnya metode ceramah. Berdasarkan hasil diskusi terbatas dengan rekan-rekan

3
guru matematika MAN 1 Barru bahwa penggunaan metode mengajar yang

monoton disebabkan beberapa pertimbangan antar lain:

a. Kurangnya wawasan mereka tentang macam-macam metode mengajar

b. Kurangnya kemampuan dalam menyesuaikan materi yang akan diajarkan

dengan metode mengajar yang akan dicapai

c. Penggunaan metode ceramah diusahakan untuk mendukung pencapaian target

kurikulum, walaupun diakui bahwa daya serap siswa masih kurang.

Hal inilah yang dirasakan oleh penulis karena cenderung menggunakan

metode mengajar yang monoton misalnya metode ceramah atau model pengajaran

terbatas pada pengajaran langsung tanpa berani mencoba model pembelajaran yang

lain karena takut target kurikulum yang telah disusun setiap semester tidak tercapai.

Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengajarkan matematika dengan

menggunakan model pembelajaran langsung, penulis mendapatkan banyak siswa

yang kurang memperhatikan materi karena mengantuk, bosan dan jenuh sehingga

tidak memahami isi materi yang disampaikan terutama pada jam-jam terakhir

pembelajaran sehingga evaluasi yang diberikan pada setiap selesai materi masih ada

yang dibawah standar ketuntasan.

Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok

untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson dalam Ismail, 2002: 12). Para

siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari

materi pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal ini sebagaian besar aktivitas

4
pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran dan

berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Tujuan dibentuknya kelompok

kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat

secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar.

Oleh karena model pembelajaran kooperatif terdiri atas beberapa tipe maka

setelag berbincang-bincang dengan rekan guru mata pelajaran matematika maka

penulis akan meneliti dengan mengangkat judul “Peningkatan Hasil Belajar

Matematika pokok bahasan Trigonometri Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Meningkatan Hasil Belajar

Matematika pokok bahasan Trigonometri Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui

Peningkatan Hasil Belajar Matematika pokok bahasan Trigonometri Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa kelas X

MIPA 2 MAN 1 Barru.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru, dengan diadakannya penelitian tindakan ini, guru dapat

menggunakan salah satu bentuk model pembelajaran selain model

5
pembelajaran kooferatif tipe Numbered Heads Together (NHT) guna

meningkatkan hasil belajar siswa dan menambah wawasan dalam strategi

pembelajaran serta mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian

tindakan berbasis kelas (Clasroom Action Reseach) khususnya bagi peneliti

sendiri.

2. Bagi siswa, hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi siswa yang daya

tangkapnya kurang dan siswa yang selalu merasa jenuh terhadap pelajaran

matematika sehingga hasil belajarnya dapat lebih meningkat khususnya pada

pelajaran matematika

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam memonitoring

proses belajar mengajar khususnya guru matematika sekaligus sebagai bahan

pertimbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran guna meningkatkan hasil

belajar siswa di MAN 1 Barru.

6
BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan

pada diri seseorang. Perubahan-perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

ditunjukkan dalam berbagai bentuk perubahan seperti pengeahuan, pemahaman,

sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kemampuan serta perubahan-

perubahan pada aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Perubahan itu diperoleh melalui latihan (pengalaman) bukan perubahan

dengan sendirinya karena pertumbuhan kematangan atau karena keadaan

sementara. Dalam belajar disamping memiliki perubahan, juga mengerahkan

kegiatan serta menuntut pemusatan perhatian.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Slameto

(1995:2), yakni belajar adalah proses usaha yang dilakukan orang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lngkungannya.

Dengan demikian, belajar pada dasarnya adalah proses perubahan

tingkah laku berkat adanya pengalaman. Tingkah laku sebagai hasil proses belajar

dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang terdapat dalam diri individu itu

7
sendiri (faktor interen) maupun faktor yang berada di luar individu (faktor ekstern).

Faktor inern antara lain adalah kemampuan yang dimilikinya, sikap, minat, dan

perhatian. Faktor ekstern antara lain adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan

dalam proses pendidikan dan pengajaran dibedakan menjadi tiga, yakni lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan yang

disebutkan diatas pada hakekatnya berfungsi sebagai lingkungan belajar seseorang,

yakni lingkungan tempat ia tinggal dan berinteraksi sehingga menumbuhkan

kegiatan belajar pada dirinya.

Di dalam belajar, Herman Hudoyo (1991:11) mengemukakan bahwa

terdapat tiga masalah pokok yang harus diperhatikan, yaitu masalah mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar, mengenai bagaimana belajar

itu berlangsung dan prinsif yang digunakan, dan hasil belajar. Dua masalah pokok

pertama berkenaan dengan proses belajar yang sangat berpengaruh kepada masalah

pokok ketiga. Dengan demikian, peristiwa terjadinya proses belajar akan

menentukan hasil belajar seseorang.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar oleh individu untuk

memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya.

2. Hakekat Belajar Matematika

Matematika adalah pelajaran yang tersusun secara berurutan, logis, dan

berjenjang dari yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks, dari yang mudah

ke tingkat yang lebih sulit. Mempelajari matematika tidak hanya dengan membaca

8
saja. Belajar matematika hendaklah dengan penuh kesungguhan, mulai dari konsep

yang awal, berturut-turut tanpa meninggalkan satu bagianpun, karena setiap bagian

merupakan satu mata rantai yang menghubungkan bagian yang satu dengan yang

lain.

Matematika memang tidak mudah dipelajari, namun dengan metode atau

strategi yang tepat akan mempermudah dalam memahami atau menguasainya.

Tidak jarang terjadi suatu pemahaman yang keliru terhadap suatu konsep akibat

mempelajari matematika yang tidak berkesinambungan. Penguasaan matematika

yang optimal dapat tercapai jika dipelajari secara berkesinambungan dan dipadukan

dengan kesistematisannya dalam memahami konsep-konsep matematika. Oleh

karena itu siswa sebagai peserta didik harus senangtiasa berpartisipasi aktif dalam

proses belajar matematika, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Berdasarkan uraian diatas, belajar matematika pada hakekatnya adalah

suatu aktivitas mental untuk memahami arti hubungan-hubungan, simbol- simbol,

kemudian menerapkan kedalam situasi nyata.

3. Hasil Belajar matematika

Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat

keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu usaha tertentu.

Selanjutnya dalam kaitannya dengan belajar, maka hasil belajar yang dicapai siswa

dapat diketahui setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dapat diukur

dengan menggunakan tes hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang

dapat dijadikan sebagai indikator tentang kemampuan, kesanggupan, penguasaan

9
seseorang tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai yang dimiliki

oleh orang itu dalam suatu kegiatan belajar.

Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai seseorang setelah

melalui proses belajar. Hasil kecakapan seseorang terhadap bahan yang dipelajari

dengan menggunakan tes standar atau penilaian tertentu sebagai pengukuran dari

suatu hasil belajar. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Syamsu Mappa

(1996), bahwa hasil belajar adalah hasil yang harus dicapai pada bidang studi

tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai pengukur keberhasilan belajar

seseorang.

Dari beberapa uraian di atas, maka hasil belajar dapat dinyatakan sebagai

tingkat penguasaan bahan pelajaran setelah mendapatkan atau memperoleh

pengalaman belajar dalam kurun waktu tertentu yang dapat diukur dengan

menggunakan tes atau penilaian tertentu.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

`pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) sebenarnya bukanlah

ide baru namun telah ada sejak lama, bahkan pada awal abad pertama para filosof

berpendapat bahwa, untuk dapat belajar dengan baik seseorang harus memiliki

pasangan atau teman. Bertolak dari gagasan inilah ide pembelajaran kooperatif

dikembangkan

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok

untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson dalam Ismail, 2002: 12). Para

siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari

10
materi pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal ini sebagaian besar aktivitas

pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran dan

berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Tujuan dibentuknya kelompok

kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat

secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar.

Model pembelajaran koopertif tidak sama dengan sekedar belajar dalam

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan.

Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan

memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif.

Dalam proses pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk

bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasuikan

usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuannya adalah untuk

untuk meningkatkan hasil belajar akademik siswa, siswa dapat menerima berbagai

keragaman dari temannya dan pengembangan keterampilan sosial.

Roger dan David Johnson dalam Lie (2002: 30) mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai

hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus

diterapkan. Kelima unsur tersebut yaitu : 1) saling ketergantungan positif, 2)

tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5)

evaluasi proses kelompok.

Untuk memenuhi kelima unsur tersebut harus dibutuhkan proses yang

melibatkan niat dan kiat para anggota kelompok para peserta didik harus

mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar

11
kelompok yang akan saling menguntungkan. Selain niat, peserta didik juga harus

menguasai kiat-kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Salah satu

cara untuk mengembangkan niat dan kerja sama antar peserta didik dalam model

pembelajaran kooperatif adalah melalui pengelolaan kelas. Ada tiga hal penting

yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif,

yakni pengelompokan semangat kerja sama dan penataan ruang kelas.

a. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

Menurut Stahl dalam Ismail (2002: 12) bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif

adalah :

1. Belajar dengan teman

2. Tatap muka antar teman

3. Mendengarkan diantara anggota

4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

5. Belajar dalam kelompok kecil

6. Produktif berbicara atau mengemukakan pendapat

7. Siswa membuat keputusan

8. Siswa aktif

Sedangkan menurut David Johnson dalam Ismail (2002: 12) belajar dengan

koopertif mempunyai ciri :

1. Saling ketergantungan yang positif

2. Dapat dipertanggungjawabkan secara individu

3. Heterogen

4. Berbagi kepemimpinan

12
5. Berbagi tanggung jawab

6. Ditekankan pada tugas dan kebersamaan

7. Mempunyai ketrampilan dalam berhubungan sosial

8. Guru mengamati

9. Efektifitas tergantung kepada kelompok

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan

pendapat dan membuat keputusan secara bersama.

2. Kelompok siswa yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari

latar belakang sosial, jenis kelamin, dan kemampuan belajar.

3. Panghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok.

Menurut Ibrahim (2000: 6) unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif

adalah sebagai berikut :

1. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka sehidup sepenanggungan

bersama.

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti

milik mereka sendiri.

3. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki

tujuan yang sama.

4. Siswa haruslah berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota

kelompoknya.

5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga

13
akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk

belajar bersama dalam proses belajarnya.

7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang

ditangani dalam kelompok kooperatif.

b. Tujuan pembelajaran kooperatif

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

mempunyai tiga tujuan yang hendak dicapai :

1. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa

dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model

pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami

konsep-konsep yang sulit.

2. Pengakuan adanya keragaman

Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima

teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang.

Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik

dan tingkat sosial.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan

social siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran

kooperatif adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang

lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok.

14
c. Fase-Fase Pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah laku Guru

Fase – 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

Menyampaikan tujuan dan ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa memotivasi siswa belajar

Fase – 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan

Menyajikan informasi jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase – 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

Mengorganisasikan siswa caranya membentuk kelompok belajar dan

ke dalam kelompok- membantu setiap kelompok agar melakukan

kelompok belajar transisi secara efisien

Fase – 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

Membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

bekerja dan belajar

Fase – 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

Evaluasi yang telah dipelajari atau masing-masing

kelompok mempresentasekan hasil kerjanya.

Fase – 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

Memberikan penghargaan upaya hasil belajar individu maupun kelompok

(Ibrahim, 2000: 10)

15
d. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif

Manfaat-manfaat model pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar

yang rendah, antara lain Linda Lundgren dalam Ibrahim (2000 : 18) adalah :

1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

2) Memperbaiki kehadiran

3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5) Konflik antar pribadi berkurang

6) Pemahaman yang lebih mendalam

7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

8) Hasil belajar lebih tinggi

5. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

Seorang guru yang profesional harus senantiasa memperbaharui dan

meningkatkan kemampuannya dalam suatu proses bertindak dan berefleksi, yang

disadari oleh pemikiran-pemikiran refletif yang menghubungkan dengan tindakan-

tindakan siswa, sesama guru dan atasan dengan pengetahuan menguasai materi dan

penelitian yang berhubungan dengan pengajaran dibidangnya.

Sebagai seorang guru yang profesional, guru harus memiliki pengetahuan

dan persediaan strategi dan teknik-teknik pembelajaran. Tidak semua strategi yang

diketahuinya harus dan biasa diterapkan dalam kenyataan sehari-hari. Salah satu

teknik belajar mengajar gotong royong atau kelompok adalah tipe Numbered Heads

Together (NHT) atau teknik kepala bernomor.

16
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000 : 28) untuk melibatkan

lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran

dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai

pengganti pertanyaan lansung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat

langkah sebagai berikut : (a) Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir

bersama, (d) Pemberian jawaban.

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam

langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah

tersebut adalah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS)

yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT)

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) . Guru membagi siswa menjadi

beberapa kelompok yang beranggotakan 4 orang siswa. Guru memberi nomor

kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok

yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial,

jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok

17
digunakan nilai tes pada semester ganjil sebagai dasar dalam menentukan masing-

masing kelompok.

Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan

keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran

kooperatif yaitu :

1) Tetap berada dalam kelas

2) Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan

kepada guru

3) Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik

sesama siswa dalam kelompok

Langkah 3. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa

sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir

bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap anggota dalam

kelompok mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau

pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari

spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 4. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor secara berurutan atau

menyebut nomor secara acak dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor

yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

18
Langkah 5. Memberi kesimpulan

Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan

yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Langkah 6. Memberikan penghargaan

Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian

pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil

belajarnya lebih baik.

Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

yaitu siswa mudah memahami materi pelajaran, suasana proses belajar mengajar

bebas tidak ada rasa tertekan, siswa menjadi bertanggung jawab secara sosial,

menumbuhkan rasa kerjasama dan rasa persahabatan antar teman. Selain itu, juga

memberikan dampak yang positif bagi siswa yang hasil belajarnya rendah karena

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya.

6. Tinjauan Umum Materi Trigonometri

Trigonometri adalah sebuah cabang matematika yang mempelajari

hubungan yang meliputi panjang dan sudut segitiga. Trigonometri nantinya akan

mempelajari nilai perbandingan yang biasa kita kenal dengan sinus, cosinus, dan

tangen.

1. Sudut dan Ukuran Sudut

Kita pernah dikenalkan 3 jenis sudut yaitu sudut lancip yang besarnya kurang

dari 90°, sudut siku-siku yang besarnya 90°, sudut tumpul yang besarnya lebih

dari 90°. Pada umumnya, ukuran sudut yang digunakan untuk menentukan

besar suatu sudut adalah derajat dan radian.

19
a. Ukuran Derajat

1 putaran = 360° ⟺ 1° = 1360 putaran

b. Ukuran Radian

1π rad = 180°

2 putaran penuh =2π rad

2. Perbandingan Trigonometri Suatu Sudut pada Segitiga Siku-siku

Konsep dasar segitiga harus kamu kuasai untuk mempelajari materi

trigonometri, terutama segitiga siku-siku. Segitiga siku-siku mempunyai tiga

buah sisi, yaitu sisi miring, sisi samping, dan sisi depan. Selain itu, segitiga

siku-siku memiliki 3 sudut dan jumlah ketiga sudut tersebut adalah 180°

3. Perbandingan Trigonometri suatu Sudut di Berbagai Kuadran

Dasar untuk mengukur besaran sudutnya seperti suatu lingkaran yang dibagi

menjadi empat bagian, yang dinamakan kuadran yaitu Kudran I, II,

III dan kuadran IV.

a. Kuadran 1 memiliki rentang sudut dari 0° – 90° dengan nilai sinus, cosinus

dan tangen positif.

b. Kuadran 2 memiliki rentang sudut dari 90° – 180° dengan nilai cosinus dan

tangen negatif, sinus positif. Untuk setiap lancip, maka (90° + α) dan (180°

– α) akan menghasilkan sudut kuadran II.

c. Kuadran 3 memiliki rentang sudut dari 180° – 270° dengan nilai sinus dan

cosinus negatif, tangen positif.

d. Kuadran 4 memiliki rentang sudut dari 270° – 360° dengan nilai sinus dan

tangent negatif, cosinus positif.

20
4. Identitas Trigonometri

Identitas trigonometri menyatakan hubungan dari suatu fungsi trigonometri

dengan fungsi trigonometri lainnya. Jumlah dari sinus dikuadratkan dan cosinus

dikuadrat sama dengan satu. Hal ini dapat dilihat pada persamaan berikut:

Θ+Θ=1

B. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas maka dapat diuraikan hipotesis tindakan

dalam penelitian ini yaitu “Jika model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) diterapkan pada pokok bahasan Trigonometri, maka dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru”

21
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

research) dengan alur kerja meliputi 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan,

pengamatan (observasi), dan refleksi.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada semester genap

2019/2020 pada Siklus I tanggal 3, 4, dan 5 Februari 2020. Siklus II tanggal 10,11,

dan 12 Februari 2020. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Barru.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 2 semester genap

tahun pelajaran 2011/2020 yang berjumlah 32 siswa (12 laki-laki dan 20

perempuan) dan guru matematika yaitu peneliti sendiri yang mengajar di kelas X

MIPA 2 MAN 1 Barru.

Faktor-faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah:

a. Faktor siswa, yaitu aktivitas siswa, aktivitas guru dan persepsi siswa terhadap

penerapan model pembelajaran koopertaif tipe Numbered Heads Together

(NHT) selama proses pembelajaran berlansung .

b. Faktor hasil, yaitu adanya perubahan aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh

siswa setelah diadakan tes

22
D. Prosedur Penelitian

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas tersebut dijabarkan

sebagai berikut :

Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilakukan minimal 3 kali pertemuan selama 2 jam pelajaran

per pertemuan dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan tindakan dilakukan pada minggu II Januari 2020

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menelaah kurikulum kelas X mata pelajaran matematika

b. Membuat perangkat pembelajaran untuk setiap pertemuan, yang meliputi :

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT

a. Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di kelas

ketika pelaksanaan tindakan sedang berlangsung.

b. Membuat angket persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT

c. Membuat nomor untuk dibagikan kepada siswa sesuai dengan jumlah

kelompok

d. Membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen. Pembagian kelompok

ini berdasarkan hasil nilai semester ganjil sebelumnya dimana setiap

kelompok beranggotakan 4 orang terdiri dari siswa berkemampuan tinggi,

23
sedang dan rendah. Pembagian kelompok ini dilakukan sebelum tahap

pelaksanaan tindakan.

e. Membuat kisi-kisi soal dan soal tes untuk pelaksanaan evaluasi

2. Tahap pelaksanaan tindakan

Kegiatan ini pada tahap pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana

yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) yaitu :

a. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai.

b. Guru memberikan motivasi/apersepsi kepada siswa yang berhubungan dengan

materi yang akan dibahas

c. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan

d. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang

belum dipahami terkait dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang

akan dilaksanakan.

e. Guru mempersiapkan anggota kelompok untuk belajar (siswa sudah duduk

pada kelompoknya, selanjutnya guru melakukan penomoran untuk setiap

anggota kelompok dan membagikan LKS) .

f. Guru berkeliling untuk melihat tiap kelompok bekerja dan membimbing

kelompok jika ada yang kesulitan dalam mendiskusikan materi /soal dalam

kelompoknya.

g. Guru memanggil siswa dengan nomor urut pertama dari kelompok tertentu

yang sudah diundi untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan

24
meminta siswa dari kelompok lain yang bernomor sama atau ada anggota dari

kelompok lain untuk menanggapi diskusi kelompok. Demikian dilakukan

sampai nomor selanjutnya

h. Guru memberikan penghargaan pada setiap kelompok

i. Guru menyimpulkan materi pelajaran yang baru dipelajari dan menyampaikan

materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya

3. Tahap observasi /evaluasi

Tahap observasi/evaluasi dilaksanakan peneliti dengan dibantu dua orang

yang bertindak sebagai observer untuk mengamati tiap aktivitas yang dilakukan

oleh guru dan siswa melalui lembar observasi. Observasi dilakukan selama proses

pembelajaran berlangsung, sedangkan evaluasi berupa pemberian tes pada akhir

siklus I.

4. Tahap Refleksi.

Pelaksanaan refleksi juga dilakukan pada tahap ini, peneliti akan membuat

rencana perbaikan berdasarkan data observasi aktivitas guru dan siswa selama

proses pembelajaran berlangsung dan dari hasil evaluasi sebelumnya yang akan

digunakan dalam rangka persiapan perencanaan tindakan pada siklus II

Siklus II

Pada siklus ini dilaksanakan minimal 3 kali pertemuan. Pada dasarnya

langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II tetap mengacu

pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT namun beberapa

langkah-langkah akan diperbaiki berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

25
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. observasi terhadap aktivitas guru dan siswa

b. Tes hasil belajar siswa

2. Alat Pengumpulan Data

a. Lembar observasi diambil selama proses pembelajaran berlangsung

b. Butir soal tes diambil setelah tes diberikan pada akhir setiap siklus

F. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan pada saat dan setelah penelitian

berlangsung, selanjutnya analisis data dilakukan secara metode kuantitatif dan

kualitatif.

Untuk analisis metode kuantitatif digunakan análisis deskriptif yaitu skor

rata-rata, standar deviasi, nilai tertinggi, dan nilai terendah yang diperoleh dari

hasil tes tiap siklus. Kemudian nilai tersebut dikelompokkan dengan melihat

pedoman pengkategorian menurut Arikunto (2005), sebagai berikut.

Tabel 1. Pengkategorian Tingkat Penguasaan Hasil Belajar Matematika

Interval nilai Kualifikasi


80-100 Sangat tinggi
66-79 Tinggi
56-65 Sedang
40-55 Rendah
≤ 39 Sangat rendah

Sedangkan untuk menentukan ketuntasan hasil belajar siswa berpedoman

pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah

seperti pada tabel berikut.

26
Tabel 2. Kategori Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Interval Nilai Kategori Ketuntasan Belajar


0 – 75 Tidak tuntas
76 – 100 Tuntas

Sedangkan untuk analisis kualitatif dilakukan dengan melihat hasil

observasi selama proses pembelajaran berlangsung dari tiap siklus yang dilakukan

oleh observer.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa tuntas belajar apabila skor hasil belajar yang diperoleh siswa minimal 76

sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) matematika kelas X MIPA 2 MAN

1 Barru

2. Perlakuan dianggap berhasil jila 85% rata-rata skor dari hasil belajar siswa

tuntas secara klasikal

27
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, maka peneliti telah

mengadakan observasi dan pengumpulan data dari kondisi awal kelas yang akan

diberi tindakan, yaitu kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru.

B. Deskripsi Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan penelitian pada siklus I dilaksanakan pada tanggal

3 Februari 2020, peneliti merencanakan tindakan yang meliputi :

a. Menelaah kurikulum kelas X mata pelajaran matematika

b. Membuat perangkat pembelajaran untuk setiap pertemuan, yang meliputi :

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT

a. Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di kelas

ketika pelaksanaan tindakan sedang berlangsung.

b. Membuat angket persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT

c. Membuat nomor untuk dibagikan kepada siswa sesuai dengan jumlah

kelompok

d. Membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen. Pembagian kelompok

ini berdasarkan hasil nilai semester ganjil sebelumnya dimana setiap

kelompok beranggotakan 4 orang terdiri dari siswa berkemampuan tinggi,

28
sedang dan rendah. Pembagian kelompok ini dilakukan sebelum tahap

pelaksanaan tindakan.

e. Membuat kisi-kisi soal dan soal tes untuk pelaksanaan evaluasi

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus peneliti melakukan kegiatan sesuai

dengan apa yang telah direncanakan yaitu:

a. Dimulai dengan menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai kepada siswa, memberikan motivasi/ apersepsi kepada siswa,

menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan

hal-hal yang belum dipahami terkait dengan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan model

pembelajaran NHT, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mempelajari materi yang ada dibuku siswa.

b. Mempersiapkan anggota kelompok untuk belajar, dimana setiap kelompok

beranggotakan 4 orang dari 8 kelompok yang sudah dibentuk dan setiap

anggota kelompok sudah duduk pada kelompoknya masing-masing sebelum

pelajaran dimulai, selanjutnya peneliti membagikan nomor kepala kepada

setiap anggota kelompok dan menbagikan lembar kerja siswa (LKS). Pada

LKS disediakan soal sesuai dengan nomor kepala yang dibagikan.

selanjutnya peneliti berkeliling untuk melihat tiap kelompok bekerja dan

membimbing kelompok jika ada yang kesulitan dalam mendiskusikan

materi /soal pada LKS dalam kelompoknya.

29
c. Setelah itu peneliti memanggil siswa dengan nomor urut pertama dari

kelompok tertentu yang sudah diundi untuk menyampaikan hasil diskusi

kelompoknya dan meminta siswa dari kelompok lain yang bernomor sama

atau ada anggota dari kelompok lain untuk menanggapi diskusi kelompok,

demikian dilakukan sampai nomor selanjutnya, kelompok yang sudah

mempersentasikan jawaban yang diperoleh dari hasil diskusi kelompoknya

diberi penghargaan berupa pujian dan nilai tertinggi pada setiap kelompok

yang cara penyajian anggota kelompoknya bagus. kemudian memberikan

kesimpulan terhadap materi pelajaran yang baru dipelajari. Pada menit

terakhir peneliti menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan

selanjutnya yaitu bahasan hasil bagi Trigonometri

d. Memberikan tes tertulis untuk melihat kemampuan siswa setelah diberikan

tindakan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT

3. Hasil Pengamatan (Observasi)

Hasil pengamatan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I yang

dilakukan oleh observer diuraikan sebagai berikut:

a. Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran

berlangsung dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Hasil observasi terhadap aktivitas guru (peneliti) selama proses

pembelajaran berlangsung oleh observer pada dasarnya sudah sesuai

rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dimana sebelum peneliti mengajar siswa

30
sudah duduk secara berkelompok supaya waktu yang disediakan bisa

terpenuhi dalam rencana pembelajaran.

Secara rinci hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer yaitu: 1)

peneliti menyampaikan kompetensi Dasar,memberikan motivasi dan

apersepsi, menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu materi

Trigonometri dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, 2) peneliti

sudah meminta siswa untuk menanyakan hal-hal yang ditanyakan

sehubungan dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT. 3)

peneliti sudah meminta siswa untuk mempelajari materi Trigonometri dan

operasinya serta pembagian Trigonometri namun masih ada beberapa siswa

yang kurang memperhatikan materi 4) sambil berdiskusi peneliti

membagikan nomor kepala kepada masing-masing anggota kelompok dan

membagikan LKS untuk dikerjakan sesuai dengan nomor kepala yang

diberikan dan disarankan untuk mengerjakan juga soal yang bukan

nomornya dan hasilnya didiskusikan sama teman kelompoknya, terlihat

bahwa selama mengerjakan soal beberapa siswa meninggalkan tempat

duduknya mencari teman yang nomornya sama untuk dikerjakan bersama

dan mengabaikan anggota kelompoknya, sehingga suasana kelas menjadi

ribut namun setelah mendapat teguran dari peneliti siswa kembali ketempat

duduknya semula. 5) selanjutnya peneliti berkeliling untuk melihat siswa

berdiskusi dan membimbing siswa yang tidak memahami materi/soal yang

diberikan namun tidak semua kelompok didatangi untuk dibimbing karena

hanya kelompok-kelompok tertentu saja yang dekat dari meja guru yang

31
dibimbing,6) pada waktu persentasi, peneliti memanggil siswa yang

bernomor urut 1 pada kelompok I untuk mempersentasekan soal nomor 1

hasil kerja kelompoknya demikian dilakukan sampai soal 4 jadi kelompok

yang naik terbatas sampai kelompok IV saja dan 7) peneliti sudah

memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk menanggapi siswa yang

naik persentase, terlihat beberapa siswa menanggapi dan beberapa lagi

tampak bermain, 8) peneliti memberikan penghargaan berupa kata-kata

pujian kepada setiap kelompok yang sudah persentase dan memberikan nilai

tinggi pada kelompok yang hasil persentase dan kerjasama kelompoknya

bagus, 9) selanjutnya peneliti memberikan kesimpulan dan sebelum

pelajaran berakhir peneliti menyampaikan materi diskusi pada pertemuan

selanjutnya.

b. Hasil observasi terhadap aktivitas siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru

Hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Hasil observasi aktivitas siswa kelas X MIPA 2 SMA Negeri


1 Barru pada siklus I

Pertemuan Rata-
No Komponen yang diamati
I II III Rata
Siswa yang hadir pada saat 29 28 32 29,67
1
pembelajaran
Siswa yang memperhatikan
20 23 27 23,33
2 penjelasan guru sebelum diskusi
kelompok
kelompok yang meminta
bimbingan kepada guru tentang 4 4 3 3,67
3
materi/soal yang belum
dimengerti

32
No Komponen yang diamati Pertemuan Rata-
Siswa yang kurang aktif belajar Rata
12 10 5 9,00
4 pada saat pembahasan
materi/soal
Kelompok yang mengerjakan 4 4 5 4,33
5
soal dengan tepat waktu
Siswa yang mampu mengerjakan 2 3 4 3,00
6 soal dengan benar di papan tulis
hasil diskusi kelompoknya
Siswa yang memberikan
7 5 1 4,33
7 tanggapan terhadap jawaban
kelompok lain

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa yang disajikan pada

tabel 3 menunjukkan bahwa:

1) Masih terdapat siswa yang tidak hadir pada dua kali pertemuan disebabkan

karena ada yang sakit dan tanpa keterangan, namun pada pertemuan

selanjutnya semua siswa sudah hadir.

2) Siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebelum diskusi kelompok pada

pertemuan I dan II masih kelihatan acuh karena yang disampaikan oleh guru

bukan isi materi tetapi hanya pokok-pokok materi yang akan didiskusikan dan

tujuan pembelajaran yang harus dicapai, namun pada pertemuan III sudah

meningkat menjadi 27 orang yang sudah memperhatikan penjelasan guru.

3) kelompok yang meminta bimbingan kepada guru tentang materi/soal yang

pada pertemuan I dan II ada 4 kelompok yang mengacungkan tangan untuk

meminta bimbingan dan pada pertemuan III hanya 3 kelompok yang

mengacungkan tangan meminta bantuan penjelasan kepada guru sedangkan

kelompok yang lain hanya mengandalkan temannya yang pintar saja

33
dikelompoknya untuk bekerja sehingga anggota yang lain masih ada yang

bermain-main.

4) Siswa yang kurang aktif belajar pada saat pembahasan materi/soal pada

pertemuan I terdapat 12 orang yang tidak sungguh-sungguh

belajar/mengerjakan soal karena mereka asyik membicarakan sesuatu yang

tidak berhubungan dengan pelajaran menyebabkan keributan dalam kelas,

namun pada pertemuan II dan III sudah terjadi penurunan dimana siswa sudah

memperlihatkan keseriusan dalam belajar.

5) Kelompok yang mengerjakan soal dengan tepat waktu dari 20 menit waktu

yang disiapkan hanya 4 kelompok yang mengerjakan soal tepat waktu pada

pertemuan I dan II , sedangkan pada pertemuan III menjadi 5 kelompok

sedangkan kelompok yang lain rata-rata mengerjakan 3 soal karena

keterbatasan waktu yang diberikan

6) Siswa yang mampu mengerjakan soal dengan benar di papan tulis dan

sekaligus mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya meningkat pada

setiap yaitu pertemuan I hanya 2 orang yang menjawab soal dengan benar

karena kebetulan kelompok yang ditunjuk belum selesai dalam mengerjakan

soal.

7) Siswa yang memberikan tanggapan terhadap jawaban kelompok lain pada

pertemuan I ada 7 orang , pertemuan II ada 5 orang dan pertemuan III ada 1

orang, beberapa siswa yang menanggapi adalah nomor yang sama karena

tidak sesuai dengan jawabannya dan ada juga siswa menanggapi hanya

34
sebatas menguji kemampuan temannya dalam mempersentasikan

jawabannya.

c. Hasil angket persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT .

Angket persepsi yang digunakan terdiri dari 5 pertanyaan ( item ) dengan

dua pilihan, yaitu “ya” dan “tidak” masing-masing disertai dengan alasan (angket

terlampir). Pengisian angket pada siklus I diisi oleh 32 orang siswa yang hadir

dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Hasil observasi persepsi siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru


terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
pada siklus I

Yang menjawab”ya” Yang menjawab “tidak”


Item
Frekuensi % Frekuensi %
1 28 87,50 4 12,50
2 20 62, 50 12 37,50
3 12 37,50 20 62,50
4 10 31,25 22 68,75
5 12 37,50 20 62,50

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa terdapat 28 orang siswa (87,50 % )

yang menganggap pelajaran matematika sulit, rata-rata memberikan alasan bahwa

belajar matematika membuat mereka mengantuk karena bergelut dengan angka-

angka dan rumus-rumus yang tidak dapat dipahami ( item 1), terdapat 12 orang

siswa (37,50%) mengaku tidak termotivasi belajar matematika setelah guru

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan alasan takut

menjelaskan dipapan tulis jika nomornya disebut (diukur dengan item 2), terdapat

12 orang siswa ( 37,50%) mengaku tidak memahami materi pelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan alasan tidak bisa konsentrasi

35
karena suasana kelas ribut dan tidak mengerti penjelasan temannya (diukur dengan

item 3), terdapat 10 orang siswa ( 31,25%) mengaku jenuh dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan alasan tidak cocok dengan teman

kelompoknya karena pilih kasih dalam memberikan penjelasan, hanya yang pintar-

pintar saja yang diajar (diukur dengan item 4), terdapat 12 orang siswa ( 37,50%)

mengaku bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak cocok diterapkan

pada mata pelajaran matematika dengan alasan rata-rata tidak paham apabila

materi/ soal dijelaskan oleh temannya.

d. Hasil tes belajar siswa pada akhir siklus I

Data hasil belajar matematika pada siklus I diperoleh melalui pemberian

tes hasil belajar matematika setelah menyelesaikan pokok bahasan Trigonometri

pada Kompetensi Dasar.

Analisis deskriptif skor hasil belajar matematika siswa Kelas X MIPA 2

MAN 1 Barru setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIPA 2 MAN 1


Barru pada Tes Akhir Siklus I

Uraian Skor

Jumlah Siswa 32

Standar Deviasi 10,28

Skor Tertinggi 93

Skor Terendah 49,5

Rata-rata 74,39

36
Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa

kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru yang mengikuti pembelajaran matematika pada

materi Trigonometri yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT adalah 93,00; nilai terendah 49,50; nilai rata-rata siswa yaitu,

sebesar 74,39; dengan standar deviasi 10,28.

Apabila skor hasil belajar matematika tersebut dikelompokkan ke dalam 5

kategori maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar

Matematika kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru pada siklus I dilihat pada tabel 6

berikut.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jumlah Siswa dalam Setiap


Kategori Hasil Belajar Matematika pada Materi Trigonometri
Siswa Kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru pada Siklus I
Kategori Interval Nilai Frekuensi Persentase (%)

Sangat Tinggi 80 - 100 8 25

Tinggi 66 – 79 16 50

Sedang 56 – 65 5 15,6

Rendah 40 – 55 3 9,38

Sangat Rendah ≤ 39 0 0

Jumlah 32 100

Tabel 6 menunjukkan nilai keseluruhan yang diperoleh siswa, jika

dikelompokan ke dalam lima kategori. Maka distribusi frekuensi dan persentase

serta kategori hasil belajar matematika pada materi Trigonometri menunjukan

bahwa dari 32 siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus I terlihat bahwa

37
25,00% atau sebanyak 8 orang siswa yang memperoleh nilai sangat tinggi yakni

pada interval 80 sampai 100; 50,00% atau sebanyak 16 orang siswa yang

memperoleh nilai pada kategori tinggi yakni pada interval 66 sampai 79; 15,60%

atau sebanyak 5 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori sedang yakni

pada interval 56 sampai 65 ; 9,38% atau sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh

nilai pada kategori rendah yakni pada interval 40 sampai 55; dan 0% yang masuk

dalam kategori sangat rendah.

Sedangkan ketuntasan belajar matematika dapat dilihat berdasarkan kriteria

ketuntasan minimal yang sudah ditetapkan oleh sekolah maka diperoleh distribusi

frekuensi dan persentase ketuntasan belajar matematika pada siklus I dilihat pada

tabel 7 berikut.

Tabel 7. Distribusi frekuensi kategori ketuntasan hasil belajar matematika


siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru pada siklus I

Kategori Skor Frekuensi

Tidak tuntas 0 - 75 9

Tuntas 76 - 100 23

Jumlah 32

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa dari 32 siswa kelas X MIPA 2

SMA Negeri 1 Barru, setelah pemberian tindakan siklus I sebanyak 9 siswa

masuk dalam kategori tidak tuntas dan 23 siswa masuk dalam kategori tuntas.

38
4. Refleksi

Analisis terhadap observasi dijadikan sebagai bahan untuk menentukan

tindakan selanjutnya. Setelah diadakan refleksi oleh peneliti maka diperoleh hal-

hal sebagai berikut:

a. Faktor siswa

Pada awal pertemuan siklus I, proses pembelajaran berlangsung seperti

biasanya, tidak ada perubahan-perubahan yang berarti dari sebelumnya. Hal itu

terlihat dari sikap beberapa siswa yang masih kurang memberikan respon positif

terhadap model pembelajaran kooperatif yang digunakan. Rata-rata mereka tidak

terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT menyebabkan beberapa

siswa merasa tidak termotivasi belajar karena takut persentase didepan kelas saat

nomornya disebut. Kemudian pada pemabagian kelompok beberapa siswa merasa

tidak cocok dengan teman kelompoknya dan cenderung pindah kekelompok lain

sehingga siswa menunjukkan ketidakseriusan mereka dalam mengerjakan soal yang

diberikan dan suasana kelas menjadi ribut karena siswa berkeliling ke kelompok

lain. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, namun setelah mereka ditinggalkan

siswa kembali melakukan hal yang sama.

Masalah lain yang juga muncul adalah siswa hanya mau mengerjakan

soal yang sesuai dengan nomornya dan berusaha mencari jawaban pada kelompok

lain yang sama dengan nomor yang dikerjakan dan tidak mau mendiskusikan

jawaban soal nomor yang lain sehingga kembali suasana kelas menjadi ribut.

Akibatnya, dari empat soal yang diberikan, hanya beberapa kelompok yang bisa

mengerjakan soal dengan benar dan tepat waktu

39
Respon yang kurang antusias juga diperlihatkan ketika siswa yang

bernomor sama diminta untuk menanggapi jawaban dari soal yang sedang

dikerjakan oleh kelompok yang lain. Siswa yang menanggapi hanya sekedar untuk

menguji kemampuan temannya sehingga terjadi ketegangan dan kelucuan sehingga

kembali suasana kelas jadi ribut, Sementara itu siswa yang nomornya berbeda

terlihat tidak memperhatikan jawaban dan asyik berbicara dengan teman

kelompoknya.

b. Faktor Guru

Pada dasarnya peneliti sudah melakukan proses pembelajaran yang

sesuai dengan prosedur pembelajaran kooperatif tipe NHT namun masih canggung

karena pembelajaran kooperatif tipe NHT termasuk baru dilaksanakan apalagi ada

teman selaku observer yang menilai sehingga terlihat pada beberapa pertemuan

peneliti tidak konsisten dengan pembagian waktu sehingga beberapa bagian dari

proses pembelajaran kooperatif tipe NHT diabaikan.

C. Deskripsi Siklus II

1. Perencanaan Tindakan

Pada perencanaan siklus II ini peneliti melakukan perencanaan tindakan

sebagai berikut.

b.Membuat perangkat pembelajaran untuk setiap pertemuan, yang meliputi :

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Kompetensi Dasar 4.2.

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan

membuat LKS

b. Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran di kelas

40
ketika pelaksanaan tindakan sedang berlangsung.

c. Membuat angket persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT

d. Membuat nomor untuk dibagikan kepada siswa sesuai dengan jumlah

kelompok

e. Membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen.

f. Membuat kisi-kisi soal dan soal tes untuk pelaksanaan evaluasi

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan pada minggu II Februari 2020.

Berdasarkan refleksi dari siklus I maka tindakan yang dilakukan pada siklus II

adalah sebagai berikut :

a. Mengadakan pergantian kelompok agar siswa mendapatkan suasana yang baru

dan siswa terlatih untuk bekerjasama dengan dengan semua teman kelas

mereka sehingga tidak ada perbedaan diantara mereka

b. Menekankan kepada ketua kelompok agar lebih memperhatikan dan

membimbing teman kelompoknya saat diskusi sehingga setiap siswa

mengetahui jawaban dari semua soal yang diberikan

c. Berkeliking melihat semua kelompok bekerja dan membimbing setiap

kelompok dalam mendiskusikan materi/soal yang diberikan sehingga setiap

kelompok merasa mendapat perlakuan yang sama

d. Mengundi kelompok yang akan mengerjakan soal dan nomor soal juga diundi

sehingga tidak hanya satu soal yang dipersiapkan oleh siswa tetapi semuanya.

Selain itu, kelompok yang nomor undiannya sudah naik dikembalikan lagi ke

41
tempat undian sehingga setiap kelompok masih mempunyai peluang untuk

mengerjakan soal yang lain.

e. Memberikan sanksi kepada siswa yang menyontek jawaban dari kelompok lain

berupa pengurangan skor untuk kelompok mereka. Begitupula dengan

kelompok yang memberikan jawaban agar setiap siswa bertanggung jawab

terhadap kelompoknya.

f. Ketika mengerjakan soal di depan, siswa tidak boleh membawa buku catatan

tempat soal itu dikerjakan. Jadi mereka harus betul-betul mengerti cara

penyelesaian soal tersebut

g. Memberikan nasehat terhadap kelompok yang tidak mau menanggapi jawaban

dari kelompok yang mengerjakan soal di depan dan harus mengerjakan soal

berikutnya tanpa mengundi kelompoknya.

h. Memberikan sanksi kepada kelompok yang kerjasamanya kurang .

3. Hasil Pengamatan (Observasi)

Hasil pengamatan tindakan pada siklus II diuraikan sebagai berikut:

a. Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran

berlangsung dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT.

Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran

berlangsung setelah diadakan refleksi secara keseluruhan sudah sesuai prosedur

pembelajaran kooperatif tipe NHT, tidak ada lagi siswa dengan nomor yang

sama berjalan kekelompok lain untuk mendapatkan jawaban, masing- masing

anggota kelompok sudah antusias dalam membahas materi/soal yang diberikan,

42
siswa yang disebut nomornya untuk pesentase tidak lagi merasa canggung dan

sebagian besar kelompok sudah mengerjakan soal dengan benar dan tepat waktu,

tidak ada lagi tanggapan yang sifatnya menguji temannya karena rata-rata sudah

mengerti dengan jawaban yang dipaparkan namun demikian masih ada diantara

anggota kelompok yang suka usil dan membuat anggota kelompok yang lain

tertawa dan hal itu tidak bisa dihindari.

b. Hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

dapat dilihat pada tabel 8 berikut.

Tabel 8. Hasil observasi aktivitas siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru


pada siklus II

Pertemuan Rata-
No Komponen yang diamati
I II III Rata
Siswa yang hadir pada saat 32 32 32 32,00
1
pembelajaran
Siswa yang memperhatikan 30 32 32 31,33
2 penjelasan guru sebelum diskusi
kelompok
kelompok yang meminta
bimbingan kepada guru tentang 7 7 8 7,33
3
materi/soal yang belum
dimengerti
Siswa yang kurang aktif belajar
2 0 0 0,67
4 pada saat pembahasan materi/
soal yang diberikan
Kelompok yang mengerjakan 4 5 7 5,33
5
soal dengan tepat waktu
Siswa yang mampu mengerjakan 3 4 4 3,67
6 soal dengan benar di papan tulis
hasil diskusi kelompoknya

43
No Komponen yang diamati Pertemuan Rata-
Siswa yang memberikan Rata
6 0 0 2,00
7 tanggapan terhadap jawaban
kelompok lain

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa yang disajikan pada

tabel 8 menunjukkan bahwa:

1) Semua siswa sudah hadir pada setiap pertemuan

2) Siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebelum diskusi kelompok

meningkat pada setiap pertemuan, tidak ada lagi siswa yang nampak

bermain-main.

3) Hampir semua kelompok meminta bimbingan kepada guru pada materi

teorema faktor dan setelah diberi penjelasan semuanya sudah mengerti dan

kembali mereka berdiskusi sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh

guru.

4) Terjadi penurunan siswa yang kurang aktif belajar pada saat pembahasan

materi/ soal yang diberikan pada setiap pertemuan hal ini berarti setiap

anggota kelompok sudah aktif belajar dengan kelompoknya.

5) Kelompok yang mengerjakan soal dengan tepat waktu meningkat dari

setiap pertemuan dimana anggota kelompok masing-masing

mempertanggung jawabkan soal yang diberikan setelah itu didiskusikan

dengan teman kelompoknya

6) Siswa yang mampu mengerjakan soal dengan benar di papan tulis sekaligus

mempersentasikan jawaban hasil diskusi kelompoknya meningkat dari

44
setiap pertemuan, hal ini disebabkan siswa sudah percaya diri tampil dan

tidak lagi merasa takut salah karena akan diperbaiki oleh teman

7) Siswa yang memberikan tanggapan terhadap jawaban kelompok lain

6,25%, pada pertemuan I ada 6 orang yang menanggapi hasil kerja anggota

kelompok yang persentase karena jawaban mereka berbeda, selanjutnya

pada pertemuan II dan III tidak ada yang memberi tanggapan karena sudah

mengerti dan rata-rata jawaban mereka sama.

c. Hasil pengisian angket persepsi siswa terhadap penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT .

Angket persepsi yang digunakan terdiri dari 5 pertanyaan ( item ) dengan

dua pilihan, yaitu “ya” dan “tidak” masing-masing disertai dengan alasan (angket

terlampir). Pengisian angket pada siklus II diisi oleh 32 orang siswa yang hadir .

Tabel 9. Hasil pengisian angket persepsi siswa kelas X MIPA 2 MAN 1


Barru terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
pada siklus II

Yang menjawab”ya” Yang menjawab “tidak”


Item
Frekuensi % Frekuensi %
1 12 37,50 20 62,50
2 28 87,50 4 12,50
3 28 87,50 4 12,50
4 2 6,25 30 93,75
5 28 87,50 4 12,50

Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa terdapat 20 orang siswa (62,50 % )

tidak lagi kesulitan dalam belajar matematika dengan berbagai alasan antara lain

materi yang diajarkan mudah dipahami, penerapan rumus-rumus yang digunakan

dapat dipahami (diukur dengan item 1), terdapat 4 orang siswa (12,50%) mengaku

belum termotivasi belajar matematika setelah guru menerapkan model

45
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan alasan masih takut menjelaskan dipapan

tulis jika nomornya disebut (diukur dengan item 2), terdapat 4 orang siswa

12,50%) mengaku tidak memahami materi pelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dengan alasan tidak bisa mengerti kalau bukan guru yang

memberikan penjelasan (diukur dengan item 3), terdapat 30 orang siswa (

93,75%) mengaku tidak jenuh dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT dengan alasan tidak lagi mengantuk dan tidak lagi merasa tertekan dalam

menjawab soal-soal dan tidak segang-segang bertanya kepada teman kelompoknya

(diukur dengan item 4), terdapat 28 orang siswa ( 87,50%) mengaku bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe NHT cocok diterapkan pada mata pelajaran

matematika dengan alasan rata-rata bisa memahami materi/ soal yang diberikan

walaupun tidak keseluruhan dan membuat mereka lebih bertanggung jawab

terhadap apa yang dikerjakannya dan cocok untuk waktu pelajaran yang diberikan

pada siang hari atau pada jam terakhir

d. Hasil tes belajar siswa pada akhir siklus II

Data hasil belajar matematika pada siklus II diperoleh melalui pemberian

tes hasil belajar matematika setelah menyelesaikan pokok bahasan Trigonometri

pada Kompetensi Dasar.

Analisis deskriptif skor hasil belajar matematika siswa Kelas X MIPA 2

MAN 1 Barru setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

dilihat pada tabel berikut.

46
Tabel 10. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MIPA 2 MAN 1
Barru pada Tes Akhir Siklus II

Uraian Skor

Jumlah Siswa 32

Standar Deviasi 7,34

Skor Tertinggi 100

Skor Terendah 62

Rata-rata 79,16

Data pada tabel 10 menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa

kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru yang mengikuti pembelajaran matematika pada

materi Trigonometri yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT adalah 100; nilai terendah 62,00; nilai rata-rata siswa yaitu,

sebesar 79,16; dan standar deviasi yaitu 7,34.

Apabila skor hasil belajar matematika tersebut dikelompokkan ke dalam 5

kategori maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar

Matematika kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru pada siklus I dilihat pada tabel 11

berikut.

Tabel 11. Distribusi frekuensi jumlah Siswa dalam Setiap Kategori Hasil
Belajar Matematika pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X MIPA
2 MAN 1 Barru pada Siklus II

Kategori Interval Nilai Frekuensi Persentase (%)

Sangat Tinggi 80 - 100 14 43,75%

Tinggi 66 – 79 16 50,00%

Sedang 56 – 65 2 6,25%

47
Kategori Interval Nilai Frekuensi Persentase (%)

Rendah 40 – 55 0 0%

Sangat Rendah ≤ 39 0 0%

Jumlah 32 100

Tabel 11 menunjukkan nilai keseluruhan yang diperoleh siswa, jika

dikelompokan ke dalam lima kategori. Maka distribusi, frekuensi dan persentase

kategori hasil belajar matematika pada materi Trigonometri menunjukan bahwa

dari 32 siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru yang diajar dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus I terlihat bahwa 43,75% atau

sebanyak 14 orang siswa yang memperoleh nilai sangat tinggi yakni pada interval

80 sampai 100; 50,00% atau sebanyak 16 orang siswa yang memperoleh nilai

pada kategori tinggi yakni pada interval 66 sampai 79; 6,25% atau sebanyak 2

orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori sedang yakni pada interval 56

sampai 65 ; 0% atau tidak ada siswa yang memperoleh nilai pada kategori rendah

yakni pada interval 40 sampai 55; dan 0% siswa yang masuk dalam kategori

sangat rendah.

Sedangkan ketuntasan belajar matematika dapat dilihat berdasarkan kriteria

ketuntasan minimal yang didapatkan pada tes akhir siklus II berikut.

Tabel 12. Distribusi frekuensi ketuntasan hasil belajar matematika siswa


kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru pada siklus II

Kategori Skor Frekuensi


Tidak tuntas 0 - 75 4
Tuntas 76 - 100 28
Jumlah 32

48
Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa dari 32 siswa kelas X MIPA 2

SMA Negeri 1 Barru, setelah pemberian tindakan siklus II sebanyak 4 siswa masuk

dalam kategori tidak tuntas dan 28 siswa masuk dalam kategori tuntas.

2. Refleksi Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus II menunjukkan

hasil yang cukup menggembirakan. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT sudah mendapatkan hasil yang lebih baik, walaupun masih ada

beberapa siswa yang belum dapat menyampaikan pendapat tetapi siswa tersebut

aktif melibatkan diri dalam melaksanakan tugas kelompok.

Jika dilihat dari hasil tes pada evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II,

terjadi peningkatan yang signifikan yaitu 87,50% (28 orang) siswa yag telah

memperoleh nilai  6,0 atau dengan kata lain telah mencapai indikator

keberhasilan, maka penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai rencana

pelaksanaan penelitian dengan dua siklus tindakan.

D. Deskripsi Antar Siklus

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I sampai siklus II

maka gambaran antar siklus I dan siklus II sebagai berikut:

49
Tabel 13. Distribusi persentase hasil observasi aktivitas siswa kelas X
antar siklus pada penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT

SIKLUS
Komponen yang diamati
No I II
92,71% 100,00%
1 Siswa yang hadir pada saat pembelajaran

72,92% 97,92%
2 Siswa yang memperhatikan penjelasan
guru sebelum diskusi kelompok
kelompok yang meminta bimbingan
45,83% 91,67%
3 kepada guru tentang materi/soal yang
belum dimengerti
Siswa yang kurang aktif belajar pada
28,13% 2,08%
4 saat pembahasan materi/ soal yang
diberikan
Kelompok yang mengerjakan soal 54,17% 66,67%
5
dengan tepat waktu
Siswa yang mampu mengerjakan soal
dengan benar di papan tulis dan 75,00% 91,67%
6
mempersentasekan hasil diskusi
kelompoknya
Siswa yang memberikan tanggapan 13,54% 6,25%
7 terhadap jawaban kelompok lain

Tabel 13 diatas menunjukkan bahwa: 1) terjadi peningkatan 7,29%

kehadiran siswa pada saat pembelajaran dari siklus I ke siklus II, 2) terjadi

peningkatan 25% siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebelum diskusi

dimulai,3) terjadi peningkatan 45,84% kelompok yang meminta bimbingan

kepada guru tentang materi yang belum dimengerti, 4) terjadi penurunan

26,05% siswa yang kurang aktif belajar, 5) terjadi peningkatan 12,50%

kelompok yang mengerjakan soal dengan tepat waktu, 6) terjadi peningkatan

16,67% siswa yang mampu mengerjakan soal dipapan tulis dan

mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya, 7) terjadi penurunan 7,29%

50
siswa yang memberikan tanggapan terhadap jawaban dari kelompok lain

disebabkan karena siswa sudah mengerti dengan jawaban yang diberikan.

Tabel 14. Distribusi persentase hasil angket persepsi siswa terhadap


penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Siklus I Siklus II
Item
Ya Tidak Ya Tidak
1 87,50% 37,50% 12,50% 62,50%
2 62,50% 37,50% 87,50% 12,50%
3 37,50% 62,50% 87,50% 12,50%
4 31,25% 68,75% 6,25% 93,75%
5 37,50% 62,50% 87,50% 12,50%

Distribusi persentase pada tabel 14 di atas menunjukkan bahwa siswa

yang mengaku pelajaran matematika sulit dari 87,50% turun menjadi 12,50%

dengan alasan yang diberikan oleh siswa bervariasi hal ini menandakan bahwa

matematika tidaklah sesulit apa yang mereka pikirkan ( item 1), sehingga

motivasi siswa dalam belajar matematika setelah penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT meningkat dari 62,50% menjadi 87,50%

(item 2), selanjutnya terjadi peningkatan siswa lebih mudah memahami materi

pelajaran dengan menggunakan model kooperatit tipe NHT dari 37,50%

menjadi 87,50% (item 3), siswa tidak jenuh belajar matematika dengan

menggunakan model kooperatif NHT meningkat dari 68,75% menjadi 93,75%

(item 4) dan 87,50% siswa menganggap model pembelajaran kooperatif tipe

NHT cocok diterapkan pada pelajaran matematika

Selanjutnya hasil belajar yang diperoleh siswa setelah diadakan evaluasi

pada siklus I dan siklus II pada tabel 15 terlihat peningkatan yang signifikan

dari 71,88% tuntas pada siklus I menjadi 87,50% tuntas pada siklus II, hal ini

51
berarti siswa sudah tuntas secara klasikal sesuai dengan standar ketuntasan

yang dikeluarkan oleh sekolah MAN 1 Barru.

Tabel 15. Distribusi persentase hasil belajar siswa kelas X MIPA 2


pada siklus I dan siklus II
Kategori Skor Siklus I Siklus II

Tidak tuntas 0 - 75 28,12% 12,50%

Tuntas 76 - 100 71,88% 87,50%

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini berakhir setelah pelaksanaan siklus II karena telah

mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pada siklus I, perolehan nilai

siswa berdasarkan ketuntasan belajar hanya 62,50% (20 orang) siswa yang telah

memperoleh nilai  6,0 . Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, guru dan siswa

telah melakukan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dimana

kekurangan itu ada yang berasal dari guru dan ada juga yang berasal dari siswa.

Diantaranya ada sebagian siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru pada

saat membimbing siswa dalam mengerjakan soal, mencari jawaban pada kelompok

lain yang bernomor sama sehingga menyebabkan keributan dan masih ada sebagian

siswa yang kurang bekerjasama dengan kelompoknya dan kekurangan yang berasal

dari guru adalah belum terlaksananya semua komponen dalam skenario

pembelajaran. Hal itu dikarenakan guru belum dapat mengatur waktu sebaik

mungkin, guru terlalu banyak memberikan waktu pada siswa untuk bekerja

52
menyelesaikan soal-soal yang diberikan, dan guru merasa canggung dalam

mengajar karena kehadiran teman sebagai observer.

Angket persepsi siswa juga menunjukkan bahwa sebagian siswa belum

termotivasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dan sebagian siswa belum bisa memahami materi/soal yang diberikan dengan

alasan tidak dapat berkonsentrasi karena suasana kelas ribut oleh teman

kelompoknya yang berkeliling menjari jawaban yang sama dengan nomor yang

dibagikan dan sebagian siswa kurang cocok dengan penerapan model pembelajaran

tipe NHT karena kurang mengerti penjelasan teman kelompoknya dan lebih

cenderung pada penjelasan langsung dari guru.

Melihat kekurangan yang masih ada serta prestasi belajar matematika

siswa terhadap pokok bahasan Trigonometri pada tindakan siklus I belum

memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka penelitian

dilanjutkan pada tindakan siklus II.

Pada tindakan siklus II, model pembelajaran kooperatif tipe NHT

kembali dilaksanakan. Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus II, kegiatan

guru dalam melaksanakan proses pembelajaran telah meningkat. Dimana

kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah dapat diperbaiki sedikit

demi sedikit. Siswa sudah lebih memperhatikan penjelasan saat guru melakukan

pembimbingan kepada setiap kelompok walaupun hanya beberapa siswa mampu

dan mau mengajukan pertanyaan jika mendapat masalah dalam menyelesaikan

soal-soal LKS yang diberikan, siswa sudah berani untuk mempesentasikan hasil

53
kerja kelompoknya dan sebagian kelompok sudah bisa mengerjakan soal dengan

benar dan tepat waktu.

Hasil angket persepsi yang diberikan kepada siswa setelah selesai siklus

II menunjukkan bahwa siswa tidak lagi kesulitan dalam mempelajari matematika

sehingga motivasi siswa untuk belajra meningkat dari 62,50% menjadi 87,50% ,

siswa lebih mudah memahami materi pelajaran dengan menggunakan model

kooperatif tipe NHT dan merasa tidak jenuh lagi belajar matematika terutama pada

jam pelajaran yang diberikan pada waktu siang hari sehingga 87,50% siswa

berpendapat bahwa pebelajaran kooperatif tipe NHT cocok diterapkan pada mata

pelajaran matematika.

Hasil evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus I dan II menunjukkan

peningkatan yang signifikan dari 71,88% meningkat menjadi 87,50% atau siswa

yang memperoleh nilai ketuntasan  6,0 sebanyak 23 pada siklus I meningkat

menjadi 28 orang pada siklus II. Hal ini berarti telah mencapai indikator yang telah

ditetapkan oleh sekolah MAN 1 Barru. Karena indikator keberhasilan dalam

penelitian telah tercapai, berarti hipotesis tindakan telah tercapai yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X MIPA 2 MAN 1

Barru pada pokok bahasan Trigonometri.

54
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan hasil

penelitian yang dikemukakan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan

bahwa penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT)

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X MIPA 2 MAN 1

Barru pada pokok bahasan Trigonometri, hal ini dapat dilihat dari perubahan-

perubahan yang terjadi separti :

1. Motivasi siswa dalam belajar matematika setelah penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT meningkat dari 62,50% menjadi 87,50%

2. Terjadi peningkatan siswa lebih mudah memahami materi pelajaran dengan

menggunakan model kooperatit tipe NHT dari 37,50% menjadi 87,50%

3. siswa tidak jenuh belajar matematika dengan menggunakan model

kooperatif NHT meningkat dari 68,75% menjadi 93,75% (item 4)

4. 87,50% siswa menganggap model pembelajaran kooperatif tipe NHT cocok

diterapkan pada pelajaran matematika terutama pelajaran matematika

diajarkan pada waktu siang hari

5. Hasil belajar siswa pada penerapan model pembelajaran kooperatif

meningkat dari 71,88% meningkat menjadi 87,50% atau siswa yang

memperoleh nilai ketuntasan  6,0 sebanyak 23 orang pada siklus I

meningkat menjadi 28 orang pada siklus II.

55
B. Saran-saran
Sehubungan dengan simpulan hasil penelitian di atas, maka saran yang

dapat dikemukakan oleh peneliti adalah:

1. Disarankan kepada guru matematika untuk menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), karena

berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa penerapan pembelajaran

kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,

mengurangi kejenuhan siswa terhadap mata pelajaran matematika terutama

pada waktu mengajar di siang hari dan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa

2. Disarankan juga kepada kepala sekolah agar melengkapi perpustakaan

dengan buku-buku acuan atau jurnal-jurnal yang memuat penemuan-

penemuan mutakhir untuk menunjang penelitian selanjutnya

3. Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan dan

memperkuat hasil penelitian ini dengan mengadakan penelitian lebih lanjut.

56
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, M, 2000. Pembelajaran Kooperatif. UNESA Press. Surabaya

Ismail, 2002. Model- Model Pembelajaran. Jakarta: Direktorat SLTP Dirjen

Dikdasmen Depdiknas.

Hudojo, Herman, 1991. Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang

Mappa,Syamsu, 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Siliwangi:

Baru Argensindo

MC.Taggart, 1989. The Action Researt Planner Melbourne: Deking University

Slameto, 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Siswanto, 2011. Theory and Aplication of Mathematics 2. Solo: PT. Tiga

Serangakai Pustaka Mandiri.

Sadjana,2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

57
LAMPIRAN-LAMPIRAN

58
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP SIKLUS II)

MADRASAH : MAN 1 BARRU


MATA PELAJARAN : MATEMATIKA
KELAS/SEMESTER : X/GENAP
MATERI POKOK : Trigonometri
Pada Sudut Khusus
ALOKASI WAKTU : 2 JP (Pertemuan ke-10)

A. Tujuan Pembelajaran
KD: IPK
3.7:Menjelaskan rasio trigonometri Menjelaskan perbandingan trigonometri sudut
(sinus, cosinus, tangen, cosecan, secan, khusus pada kuadran I.
dan cotangen) pada segitiga siku-siku.
Menentukan nilai perbandingan trigonometri
sudut khusus di berbagai kuadran.

4.7:Menyelesaikan masalah kontekstual 4.7.h Mengidentifikasi besar sudut khusus


yang berkaitan dengan rasio pada kuadran I
trigonometri (sinus, cosinus, tangen,
cosecan, secan, dan cotangen) pada 4.7.i Menunjukkan perbandingan
segitiga siku-siku. trigonometri sudut khusus pada bidang
Cartesius

Melalui ceramah dan tanya jawab (diskusi)


peserta didik diharapkan dapat:

a. Menjelaskan perbandingan
Tujuan Pembelajaran trigonometri sudut khusus pada
kuadran I.
b. Menentukan nilai perbandingan
trigonometri sudut khusus di
berbagai kuadran.
c. Mengidentifikasi besar sudut khusus
pada kuadran I
d. Menunjukkan perbandingan
trigonoetri sudut khusus pada bidang
Cartesius.
Materi Ajar
Fakta :
• Rasio trigonometri pada kuadran I
• Hubungan rasio trigonoetri pada kuadran I dan II
• Hubungan rasio trigonometri pada kuadran I dan III
• Hubungan rasio trigonometri pada kuadran I dan IV

59
Konsep :

• Pengertian rasio trigonometri sudut khusus pada kuadran I


• Pengertian hubungan rasio trigonometri sudut khusus pada berbagai kuadran
Prosedur :
• Contoh langkah-langkah menentukan sudut 450.

Media Pembelajaran : Laptop, HP dan Buku Paket


B. Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 10
• Kegiatan Pendahuluan
Orientasi
• Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa sebelum memulai
pelajaran.
• Guru mengecek kesiapan dan kehadiran siswa.
• Apersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan materi
pembelajaran yang akan disampaikan untuk mengetahui antusias siswa dalam
belajar perbandingan trigon pada sudut khusus
• Menyampaikan garis besar cakupan materi.
• Apersepsi
• Guru memberikan apersepsi tentang fungsi invers dengan beberapa contoh
perbandingan trigon pada sudut khusus
• Motivasi
Memberikan gambaran tentang tujuan pembelajaran perbandingan trigon pada
sudut khusus dalam kehidupan sehari-hari

60
Kegiatan Inti
• Kegiatan Literasi
- Melalui media pebelajaran, Guru menyajikan materi tentang perbandingan
trigon pada sudut khusus
- Peserta didik membaca dan memperhatikan materi yang disajikan oleh
Guru
• Critical Thinking
- Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah
dipaparkan oleh guru
- Peserta didik melalui media pembelajaran berusaha memecahkan
permasalahan dalam materi pembelajaran yang ditemukan
• Collaboration
- Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok untuk mengerjakan
beberapa soal tentang perbandingan trigon pada sudut khusus
- Guru membagikan nomor unik pada masing-masing siswa
• Communication
Peserta didik mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentang
defenisi dan pemakai informasi perbandingan trigon pada sudut khusus
Creativity
- Guru menunjuk siswa untuk menjawab sesuai nomor uniknya yang sudah
dibagikan sebelumnya
- Guru dan peserta didik menarik sebuah kesimpulan tentang poin-poin
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan
tentang perbandingan trigon pada sudut khusus
- Peserta didik bertanya tentang hal-hal yang belum di pahami

Kegiatan Penutup
Peserta Didik :
- Peserta didik melakukan refleksi tentang materi perbandingan
trigon pada sudut khusus
Guru :
- Guru melakukan penilaian
- Guru memberikan motivasi pembentukan karakter
- Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan penguatan
dan berdoa

C. Penilaian Hasil Belajar

I. Pengetahuan
1. Tes tertulis : Uraian tes
2. Tes lisan : Kuis (tanya jawab singkat)
3. Portofolio : Penugasan individu
II. Keterampilan
1. Pendekatan dalam menyelesaikan masalah
2. Keterampilan dalam perhitungan
3. Keterampilan dalam menghasilkan sebuah karya (produk)
4. Keterampilan dalam mengkomunikasikan masalah.

61
III. Sikap
a. Kedisiplinan (presensi kelas setiap pertemuan)
b. Kejujuran (Tugas tidak plagiat teman atau salin -rekat/copy-paste)
c. Tanggunng jawab (penyelesaian tugas)

Barru, 03 Februari 2020


Mengetahui,
Kepala MAN 1 Barru Guru Bidang study

Ahmad R., S.Ag. M.pd. Musnidah, S. Ag., S.Pd


NIP. 19720512 199703 1 002 NIP. 19761228 200604 2 012

62
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP SIKLUS II)

MADRASAH : MAN 1 BARRU


MATA PELAJARAN : MATEMATIKA
KELAS/SEMESTER : X/GENAP
MATERI POKOK : Trigonometri
Pada Sudut Khusus
ALOKASI WAKTU : 2 JP (Pertemuan ke-10)

A. Tujuan Pembelajaran
KD: IPK
3.7:Menjelaskan rasio trigonometri Menjelaskan perbandingan trigonometri sudut
(sinus, cosinus, tangen, cosecan, secan, khusus pada kuadran I.
dan cotangen) pada segitiga siku-siku.
Menentukan nilai perbandingan trigonometri
sudut khusus di berbagai kuadran.

4.7:Menyelesaikan masalah kontekstual 4.7.h Mengidentifikasi besar sudut khusus


yang berkaitan dengan rasio pada kuadran I
trigonometri (sinus, cosinus, tangen,
cosecan, secan, dan cotangen) pada 4.7.i Menunjukkan perbandingan
segitiga siku-siku. trigonometri sudut khusus pada bidang
Cartesius

Melalui ceramah dan tanya jawab (diskusi)


peserta didik diharapkan dapat:

e. Menjelaskan perbandingan
Tujuan Pembelajaran trigonometri sudut khusus pada
kuadran I.
f. Menentukan nilai perbandingan
trigonometri sudut khusus di
berbagai kuadran.
g. Mengidentifikasi besar sudut khusus
pada kuadran I
h. Menunjukkan perbandingan
trigonoetri sudut khusus pada bidang
Cartesius.
Materi Ajar
Fakta :

• Rasio trigonometri pada kuadran I


• Hubungan rasio trigonoetri pada kuadran I dan II
• Hubungan rasio trigonometri pada kuadran I dan III
• Hubungan rasio trigonometri pada kuadran I dan IV

63
Konsep :

• Pengertian rasio trigonometri sudut khusus pada kuadran I


• Pengertian hubungan rasio trigonometri sudut khusus pada berbagai kuadran
Prosedur :
• Contoh langkah-langkah menentukan sudut 450.

Media Pembelajaran : Laptop, HP dan Buku Paket


B. Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 10
• Kegiatan Pendahuluan
Orientasi
• Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa sebelum memulai
pelajaran.
• Guru mengecek kesiapan dan kehadiran siswa.
• Apersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan materi
pembelajaran yang akan disampaikan untuk mengetahui antusias siswa dalam
belajar perbandingan trigon pada sudut khusus
• Menyampaikan garis besar cakupan materi.
• Apersepsi
• Guru memberikan apersepsi tentang fungsi invers dengan beberapa contoh
perbandingan trigon pada sudut khusus
• Motivasi
Memberikan gambaran tentang tujuan pembelajaran perbandingan trigon pada
sudut khusus dalam kehidupan sehari-hari

Kegiatan Inti

64
• Kegiatan Literasi
- Melalui media pebelajaran, Guru menyajikan materi tentang perbandingan
trigon pada sudut khusus
- Peserta didik membaca dan memperhatikan materi yang disajikan oleh
Guru
• Critical Thinking
- Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah
dipaparkan oleh guru
- Peserta didik melalui media pembelajaran berusaha memecahkan
permasalahan dalam materi pembelajaran yang ditemukan
• Collaboration
- Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok untuk mengerjakan
beberapa soal tentang perbandingan trigon pada sudut khusus
- Guru membagikan nomor unik pada masing-masing siswa
• Communication
Peserta didik mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentang
defenisi dan pemakai informasi perbandingan trigon pada sudut khusus
Creativity
- Guru menunjuk siswa untuk menjawab sesuai nomor uniknya yang sudah
dibagikan sebelumnya
- Guru dan peserta didik menarik sebuah kesimpulan tentang poin-poin
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan
tentang perbandingan trigon pada sudut khusus
- Peserta didik bertanya tentang hal-hal yang belum di pahami

Kegiatan Penutup
Peserta Didik :
- Peserta didik melakukan refleksi tentang materi perbandingan
trigon pada sudut khusus
Guru :
- Guru melakukan penilaian
- Guru memberikan motivasi pembentukan karakter
- Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan penguatan
dan berdoa

C. Penilaian Hasil Belajar

I. Pengetahuan
4. Tes tertulis : Uraian tes
5. Tes lisan : Kuis (tanya jawab singkat)
6. Portofolio : Penugasan individu
II. Keterampilan
5. Pendekatan dalam menyelesaikan masalah
6. Keterampilan dalam perhitungan
7. Keterampilan dalam menghasilkan sebuah karya (produk)
8. Keterampilan dalam mengkomunikasikan masalah.

65
III. Sikap
a. Kedisiplinan (presensi kelas setiap pertemuan)
b. Kejujuran (Tugas tidak plagiat teman atau salin -rekat/copy-paste)
c. Tanggunng jawab (penyelesaian tugas)

Barru, 10 Februari 2020


Mengetahui,
Kepala MAN 1 Barru Guru Bidang study

Ahmad R., S.Ag. M.pd. Musnidah, S. Ag., S.Pd


NIP. 19720512 199703 1 002 NIP. 19761228 200604 2 012

66
Lampiran 2
Hasil Observasi aktivitas Guru terhadap penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Pertemuan Pertemuan Pertemuan
NO Kegiatan yang diamati I II III
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
1. Kegiatan pendahuluan
➢ Guru menyampaikan materi √ √ √
dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai kepada
siswa
➢ Guru memberikan apersepsi √ √ √
kepada siswa

2. Kegiatan inti
➢ Guru menjelaskan langkah- √ √ √
langkah kegiatan
pembelajaran yang akan
dilaksanakan
➢ Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk √ √ √
menanyakan hal-hal yang
belum dipahami terkait
dengan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan
➢ Guru melakukan
penomoran setiap anggota √ √ √
kelompok, membagikan
LKS, dan buku siswa)
➢ Guru memberikan √ √ √
kesempatan kepada siswa
untuk mempelajari materi
pada buku siswa yang
sudah dibagikan secara
berkelompok
➢ Guru berkeliling untuk
√ √ √
melihat tiap kelompok
bekerja
➢ Guru membimbing
kelompok jika ada yang
√ √ √
kesulitan dalam
menyelesaikan soal dalam

67
kelompoknya
➢ Guru memanggil siswa
dengan nomor urut pertama
untuk mempersentasikan √ √ √
hasil diskusi
➢ Guru meminta siswa dari
kelompok lain yang
bernomor sama atau ada √ √ √
anggota dari kelompok lain
untuk menanggapi

3. Kegiatan penutup
➢ Guru memberikan √ √ √
penghargaan pada setiap
kelompok yang sudah
persentasi
√ √ √
➢ Guru menyimpulkan
materi pelajaran yang baru
dipelajari
➢ Guru memberikan kuis √ √ √
(secara lisan/tertulis)
➢ Menyampaikan materi yang
√ √ √
akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya

68
Lampiran 3

Hasil observasi aktivitas siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru


pada siklus I

Pertemuan Rata-
No Komponen yang diamati %
I II III Rata
Siswa yang hadir pada saat 29 28 32 29,67 92,71
1
pembelajaran
Siswa yang memperhatikan
20 23 27 23,33 72,92
2 penjelasan guru sebelum diskusi
kelompok
kelompok yang meminta
bimbingan kepada guru tentang 4 4 3 3,67 45,83
3
materi/soal yang belum
dimengerti
Siswa yang aktif pada saat 12 10 5 9,00 28,13
4
pembahasan soal di LKS
Kelompok yang mengerjakan 4 4 5 4,33 54,17
5
soal dengan tepat waktu
Siswa yang mampu mengerjakan 2 3 4 3,00 75,00
6 soal dengan benar di papan tulis
hasil diskusi kelompoknya
Siswa yang memberikan
7 5 1 4,33 13,54
7 tanggapan terhadap jawaban
kelompok lain

69
Hasil observasi aktivitas siswa kelas X MIPA 2 MAN 1 Barru pada
siklus II

Pertemuan Rata-
No Komponen yang diamati %
I II III Rata
Siswa yang hadir pada saat 32 32 32 32,00 100,00
1
pembelajaran
Siswa yang memperhatikan 30 32 32 31,33 97,92
2 penjelasan guru sebelum diskusi
kelompok
kelompok yang meminta
bimbingan kepada guru tentang 7 7 8 7,33 91,67
3
materi/soal yang belum
dimengerti
Siswa yang aktif pada saat 2 0 0 0,67 2,08
4
pembahasan soal di LKS
Kelompok yang mengerjakan 4 5 7 5,33 66,67
5
soal dengan tepat waktu
Siswa yang mampu mengerjakan 3 4 4 3,67 91,67
6 soal dengan benar di papan tulis
hasil diskusi kelompoknya
Siswa yang memberikan
6 0 0 2,00 6,25
7 tanggapan terhadap jawaban
kelompok lain

70
Lampiran 4.

ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PENERAPAN MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
OLEH GURU MATEMATIKA
Petunjuk

Plilh salah satu pilihan yang disediakan untuk setiap pertanyaan berikut sesuai dengan apa
yang anda rasakan selama guru metematika mengajar

1. Menurut anda, apakah pelajaran matematika sulit dipelajari?


a. Ya
b. tidak
jika ya/tidak, berikan alasan anda
...........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
2. Apakah anda lebih termotivasi untuk belajar matematika setelah guru menggunakan
model pembelajaran yang disiapkan (kooperatif Tipe NHT)?
a. Ya
b. Tidak
Jika tidak, berikan alasan anda
...........................................................................................................................................
...............................................................................................................
3. Apakah anda lebih mudah memahami materi pelajaran dengan model kooperatif tipe
NHT?
a. Ya
b. Tidak
Jika tidak, berikan alasan anda
...........................................................................................................................................
...............................................................................................................
4. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT membuat anda jenuh belajar?
a. Ya
b. Tidak
Kalau ya/tidak, berikan alasan
...........................................................................................................................................
...............................................................................................................
5. Menurut anda, apakah pembelajaran matematika cocok dengan model kooperatif tipe
NHT?
a. Ya
b. Tidak
jika ya / tidak, berikan alasan
...........................................................................................................

71
Lampiran 5

NILAI HASIL BELAJAR SIKLUS I

NOMOR SOAL, SKOR, DAN


NAMA SISWA JUMLAH
SKOR PEROLEHAN NILAI
SKOR
NO Nomor Soal 1 2 3 4 5 KET.
Bobot soal 15 20 20 20 25 100 100
Skor Soal 10 10 20 20 20
1 Ahmad Suhaesibulla 8 5 5 10 10 49,5 49,5 T.Tuntas
2 Arif Santoso 5 10 15 15 15 76,3 76,3 Tuntas
3 Aryl saputra 10 10 15 10 15 78,8 78,8 Tuntas
4 Rivaldi 5 10 20 15 13 78,8 78,8 Tuntas
5 Saiful Jamil 8 10 18 10 15 78,8 78,8 Tuntas
6 Septiawan 5 10 15 10 10 65,0 65,0 T.Tuntas
7 Syamsul Mubarak Zakir 8 10 15 13 15 78,8 78,8 Tuntas
8 Hasan Saldi 5 8 15 15 15 72,3 72,3 T.Tuntas
9 Muhammad Hisbullah 10 8 15 16 13 78,3 78,3 Tuntas
10 Muhammad Rifky 8 8 15 15 15 76,8 76,8 Tuntas
11 Ainun Qalbi Basman 10 8 15 15 18 83,5 83,5 Tuntas
12 Nabila 5 10 15 10 10 65,0 65,0 T.Tuntas
13 Nur Elfiana 10 8 15 18 15 82,8 82,8 Tuntas
14 Nurhidaya 10 8 13 15 18 81,5 81,5 Tuntas
15 Nur Istiqamah Islahiyah 10 10 20 18 16 93,0 93,0 Tuntas
16 Nurul Wahida 8 8 20 15 13 79,3 79,3 Tuntas
17 Risqiyah Nur 10 8 13 15 15 77,8 77,8 Tuntas
18 Syahra Ramadhani 10 10 10 13 15 76,8 76,8 Tuntas
19 Siti Hardianti 5 5 10 10 10 50,0 50,0 T.Tuntas
20 Rezki Aulia Muhlis 10 10 20 10 13 81,3 81,3 Tuntas
21 Ulil Amri 5 10 20 15 13 78,8 78,8 Tuntas
22 Nurmagfira 10 10 15 10 13 76,3 76,3 Tuntas
23 M. Fauzan 10 10 18 16 10 81,5 81,5 Tuntas
24 Arfandi Azis 10 8 18 18 13 83,3 83,3 Tuntas
25 Aldi Saputra 10 8 15 15 13 77,3 77,3 Tuntas
26 Bisma Hilal Mahadi 5 8 20 10 15 72,3 72,3 T.Tuntas
27 Manshah Muharram 10 10 10 15 15 78,8 78,8 Tuntas
28 Muh. Agil Hidayat 8 5 5 10 10 49,5 49,5 T.Tuntas

72
NOMOR SOAL, SKOR, DAN
NAMA SISWA JUMLAH
SKOR PEROLEHAN NILAI
SKOR
NO Nomor Soal 1 2 3 4 5 KET.
Bobot soal 15 20 20 20 25 100 100
Skor Soal 10 10 20 20 20
29 Muh. Akmal 8 10 18 5 18 77,5 77,5 Tuntas
30 Muh. Farid Wujdin 10 8 10 15 20 81,0 81,0 Tuntas
31 Muh. Iqral Baitullah Sai 5 8 8 13 13 60,8 60,8 T.Tuntas
32 Muh. Ishak 5 5 15 15 10 60,0 60,0 T.Tuntas
JUMLAH SKOR 256 274 471 425 442 2381

73
NILAI HASIL BELAJAR SIKLUS II

NOMOR SOAL, SKOR,


NAMA SISWA
DAN SKOR PEROLEHAN JUMLAH
NILAI
SKOR
NO Nomor Soal 1 2 3 4 5 KET.
Bobot soal 15 15 20 25 25 100 100
Skor Soal 10 10 20 20 20
Ahmad Suhaesibulla 10 8 10 10 10 62,0 62 T.Tuntas
1
Arif Santoso 8 10 15 15 15 79,5 80 Tuntas
2
Aryl saputra 10 10 10 13 18 78,8 79 Tuntas
3
Rivaldi 5 10 20 15 13 77,5 78 Tuntas
4
Saiful Jamil 10 10 18 10 15 79,3 79 Tuntas
5
Septiawan 10 10 10 10 20 77,5 78 Tuntas
6
Syamsul Mubarak Zakir 10 10 15 15 13 80,0 80 Tuntas
7
Hasan Saldi 8 10 15 18 10 77,0 77 Tuntas
8
Muhammad Hisbullah 10 10 13 13 15 78,0 78 Tuntas
9
Muhammad Rifky 8 8 15 15 15 76,5 77 Tuntas
10
Ainun Qalbi Basman 10 8 18 20 18 92,5 93 Tuntas
11
Nabila 8 10 10 18 15 78,3 78 Tuntas
12
Nur Elfiana 10 8 15 18 13 80,8 81 Tuntas
13
Nurhidaya 10 10 15 20 10 82,5 83 Tuntas
14
Nur Istiqamah Islahiyah 10 10 20 20 20 100,0 100 Tuntas
15
Nurul Wahida 10 8 15 15 15 79,5 80 Tuntas
16
Risqiyah Nur 10 10 10 15 15 77,5 78 Tuntas
17
Syahra Ramadhani 10 10 15 10 18 80,0 80 Tuntas
18
Siti Hardianti 10 10 20 15 10 81,3 81 Tuntas
19
Rezki Aulia Muhlis 10 10 15 15 15 82,5 83 Tuntas
20
Ulil Amri 8 10 15 15 13 77,0 77 Tuntas
21
Nurmagfira 10 8 15 13 15 77,0 77 Tuntas
22
M. Fauzan 10 10 20 20 18 97,5 98 Tuntas
23
Arfandi Azis 10 10 13 10 20 80,5 81 Tuntas
24
Aldi Saputra 8 8 20 15 13 79,0 79 Tuntas
25
Bisma Hilal Mahadi 10 10 10 15 10 71,3 71 T.Tuntas
26
Manshah Muharram 10 10 15 15 13 80,0 80 Tuntas
27
Muh. Agil Hidayat 8 10 13 15 18 81,3 81 Tuntas
28
Muh. Akmal 10 8 20 10 15 78,3 78 Tuntas
29
Muh. Farid Wujdin 10 10 10 10 20 77,5 78 Tuntas
30

74
NOMOR SOAL, SKOR,
NAMA SISWA
DAN SKOR PEROLEHAN JUMLAH
NILAI
SKOR
NO Nomor Soal 1 2 3 4 5 KET.
Bobot soal 15 15 20 25 25 100 100
Skor Soal 10 10 20 20 20
Muh. Iqral Baitullah Sai 8 10 10 10 10 62,0 62 T.Tuntas
31
Muh. Ishak 10 10 10 10 15 71,3 71 T.Tuntas
32
JUMLAH SKOR 299 304 465 458 473 2533
JUMLAH SKOR MAKSIMUM 480 480 640 800 800

75
Lampiran 6

SOAL SIKLUS I

Nama :

NIS :

Jawabalah dengan benar soal di bawah ini:

1. Nilai dari cos 1.020⁰ = …


2. Nilai dari adalah …
3. Diketahui α sudut lancip dan sin α = . Nilai tan α adalah …
4. Diketahui tan A = –⅓ dengan ½ π < A < π, maka nilai 2 sin A cos A adalah..
5. Segitiga ABC siku-siku di B. Panjang AC = 10 cm dan ∠BAC = 30⁰, maka
panjang AB adalah …

Pembahasan
1) Nilai dari cos 1.020⁰ = …
Jawab
cos 1.020⁰
= cos (2 × 360⁰ + 300⁰)
= cos 300⁰
= cos (360⁰ – 60⁰)
= cos 60⁰

2) Nilai dari adalah …
Jawab

=
=

=
= –1
3) Diketahui α sudut lancip dan sin α = . Nilai tan α adalah …
Jawab

76
sin α =
• sisi depan = de = 2
• sisi miring = mi = 3
sisi samping = sa =
Jadi nilai tan α adalah
tan α =
tan α =
tan α =
tan α =
4) Diketahui tan A = –⅓ dengan ½ π < A < π, maka nilai 2 sin A cos A adalah
...
Jawab
½ π < A < π ⇒ A berada dikuadran II sehingga yang hanya sin A dan cosec A yang
bernilai positif
tan A =
• sisi depan = de = 1
• sisi samping = sa = 3
sisi miring = mi =
Jadi nilai 2 sin A cos A adalah
=
=
=
=
5) Segitiga ABC siku-siku di B. Panjang AC = 10 cm dan ∠BAC = 30⁰, maka
panjang AB adalah …
Jawab
Segitiga ABC siku-siku di B, maka
• Sisi miring = mi = AC
• Sisi depan sudut A = de = BC
• Sisi samping sudut A = sa = AB
cos A =
cos 30⁰ =
AB = AC × cos 30⁰
AB = 10 cm × ½ √3
AB = 5√3 cm

77
SOAL SIKLUS II
Nama :
NIS :
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
Soal:
1. Titik P(–6, 2√3) koordinat kutub titik P adalah …
2. Koordinat cantesius dari titik (2, 210⁰) adalah …
3. Diketahui segitiga ABC dengan panjang sisi a = 4, b = 6 dan c = 7. Nilai cos A
adalah ….
4. Didalam segitiga ABC diketahui AB = 6, CB = 6√2. Jika sudut C = 30⁰, maka
besarnya sudut B adalah …
5. Suatu segitiga ABC diketahui ∠A = 150⁰, sisi b = 12 cm dan sisi c = 5 cm,
maka luas segitiga ABC = ...

Pembahasan
1) Titik P(–6, 2√3) koordinat kutub titik P adalah …
Jawab
• P(–6, 2√3) berada di kuadran II

r=
tan α =
tan α = tan 150⁰ = tan 330⁰
karena P berada di kuadran II maka α = 150⁰
Jadi koordinat kutub dari P adalah
= (r, α)
= (4√3, 150⁰)
2) Koordinat cantesius dari titik (2, 210⁰) adalah …
Jawab
• x = r cos α = 2 cos 210⁰ = 2 (– ½ √3) = – √3
• y = r sin α = 2 sin 210⁰ = 2 (–½) = –1
Jadi koordinat kartesiusnya adalah
= (x, y)
= (–√3, –1)
3) Diketahui segitiga ABC dengan panjang sisi a = 4, b = 6 dan c = 7. Nilai cos
A adalah ….
Jawab

78
a² = b² + c² – 2bc cos A
4² = 6² + 7² – 2(6)(7) cos A
16 = 36 + 49 – 84 cos A
84 cos A = 36 + 49 – 16
84 cos A = 69
cos A =
cos A =
4) Didalam segitiga ABC diketahui AB = 6, CB = 6√2. Jika sudut C = 30⁰,
maka besarnya sudut B adalah …
Jawab

sin A = √2 × sin 30⁰


sin A = √2 × ½
sin A = ½ √2
sin A = sin 45⁰
∠A = 45⁰
Jadi besar sudut B adalah
∠B = 180⁰ – (∠A + ∠C)
∠B = 180⁰ – (45⁰ + 30⁰)
∠B = 180⁰ – 75⁰
∠B = 105⁰
5) Suatu segitiga ABC diketahui ∠A = 150⁰, sisi b = 12 cm dan sisi c = 5 cm,
maka luas segitiga ABC = ...
Jawab
L = ½ bc sin A
L = ½ × 12 cm × 5 cm × sin 150⁰
L = 6 cm × 5 cm × ½
L = 15 cm²

79
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BARRU
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 BARRU
Jalan: H. Muharram, Sumpang Palae Kel. Coppo Telp (0427) 322714 Barru 90711

SURAT KETERANGAN SEMINAR


Nomor: B.116/Ma.21.02.01/PP.00.6/02/2020
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Kepala Madrasah MAN 1 Barru
Kabupaten Barru, menerangkan bahwa:

Nama : Musnidah, S.Ag., S.Pd.


NIP : 19740828 2005022005
Pangkat/Gol : Pembina/IVa
Jabatan : Guru Madya
Tugas : Guru Matematika
Unit Kerja : MAN 1 Barru

Telah melakukan seminar penelitian pada:


Hari/Tgl : 24 Februari 2020
Waktu : pukul 13.30 -sls
Tempat : MAN 1 Barru
Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA
KELAS X MIPA 2 MAN 1 BARRU
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

Barru, 24 Februari 2020


Kepala Madrasah

Ahmad R, S.Ag.,M.Pd.
NIP 197205121997031002

91
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BARRU
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 BARRU
Jalan: H. Muharram, Sumpang Palae Kel. Coppo Telp (0427) 322714 Barru 90711

SURAT KETERANGAN PENELITIAN


Nomor: B.1110/Ma.21.02.01/PP.00.6/01/2020

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Kepala Madrasah MAN 1 Barru
Kabupaten Barru, menerangkan bahwa:
Nama : Musnidah, S.Ag., S.Pd.
NIP : 19740828 2005022005
Pangkat/Gol : Pembina/IVa
Jabatan : Guru Madya
Tugas : Guru Matematika
Unit Kerja : MAN 1 Barru

Telah melakukan penelitian di MAN 1 Barru dengan judul penelitian:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN


TRIGONOMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA
KELAS X MIPA 2 MAN 1 BARRU
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

Barru, 02 Februari 2020


Kepala Madrasah

Ahmad R, S.Ag.,M.Pd.
NIP 197205121997031002

92
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BARRU
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 BARRU
Jalan: H. Muharram, Sumpang Palae Kel. Coppo Telp (0427) 322714 Barru 90711

SURAT KETERANGAN PERPUSTAKAAN


Nomor: B.1110/Ma.21.02.01/PP.00.6/01/2020

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah kepala Perpustakaan MAN 1 Barru
Kabupaten Barru, menerangkan bahwa:

Nama : Musnidah, S.Ag., S.Pd.


NIP : 19740828 2005022005
Pangkat/Gol : Pembina/IVa
Jabatan : Guru Madya
Tugas : Guru Matematika
Unit Kerja : MAN 1 Barru

Telah melakukan penelitian di MAN 1 Barru dan hasil penelitiannya telah


didokumentasikan dalam perpustakaan MAN 1 Barru, dengan judul penelitian:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN


TRIGONOMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA
KELAS X MIPA 2 MAN 1 BARRU

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

Barru, 24 Februari 2020


Kepala Perpustakaan

Hapidah, S.Pd.,M.Pd.

93
SURAT KETERANGAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Musnidah, S.Ag., S.Pd.


NIP : 19740828 2005022005
Pangkat/Gol : Pembina/IVa
Jabatan : Guru Madya
Tugas : Guru Matematika
Unit Kerja : MAN 1 Barru

Menyatakan bahwa hasil penelitian dengan judul:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN


TRIGONOMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA
KELAS X MIPA 2 MAN 1 BARRU

Adalah benar asli karya sendiri, dan apabila dikemudian hari ditemukan bahwa
karya ini adalah plagiat, maka saya bersedia bertanggung jawab di muka hukum.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

Barru, 24 Februari 2020


Guru Matematika,

Musnidah, S.Ag., S.Pd.


NIP 19740828 2005022005

94

Anda mungkin juga menyukai