Disusun Oleh :
NIM : 835331833
1. Kurangnya waktu untuk tatap muka dengan anak karena keadaan covid-19
2. Fokus Perbaikan Pada Siklus I untuk mata pelajaran matematika dengan
menggunakan benda-benda konkrit.
3. Model yang digunakan dominan ceramah dan berpusat pada guru.
Menyetujui,
Supervisor 1 Mahasiswa
NIP. Nim.835331833
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini
bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu,
saya bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik yang saya
sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Nim.835331833
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karuniaNya yang luar biasa sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang merupakan salah
satu mata kuliah yang harus diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan sebagai
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Terbuka dapat terlaksana dengan baik.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis juga mohon maaf atas kekurangan
yang ada, penulis juga mengharapkan Kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Semoga Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang
berjudul “Perbaikan Pembelajaran Matematika Materi Perkalian menggunakan
benda-benda konkrit di kelas II SD Negeri 173549 Laguboti, Kab.Toba” dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi semua pembaca.
Laguboti, Mei 2021
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
1. Identifikasi Masalah ...................................................... 3
2. Analisis Masalah ........................................................... 3
3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah.................. 4
B. Rumusan Masalah ................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran............................ 4
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran.......................... 4
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Perbaikan
Tabel 3.2 Rencana Kegiatan Siklus I
Tabel 3.3 Rencana Siklus II
Tabel 3.4 Instrumen Penilaian pada Siklus I
Tabel 3.5 Instrumen Penilaian pada Siklus II
PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI
PERKALIAN MENGGUNAKAN BENDA KONKRIT KELAS II
SD NEGERI 173549 LAGUBOTI KEC. LAGUBOTI KAB.
TOBA T.P. 2020/2021
DEOFANISA SULASTRY SARAGIH
NIM. 835331833
Email : deofanisa99@gmail.com
ABSTRAK
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan akan terus berkembang, kita tidak boleh mengabaikan
organisasi pendidikan di dunia (Unesco, Seamolec, seameo, Biotrop) karena kita
negra anggota dari pergaulan masyarakat pendidikan dunia.kita tidak bisa berbuat
banyak jika mereka membuat peringkat kemajuan pendidikan yang menghasilkan
posisi yang tidak seperti yang kita harapkan.
Pendidikan matematika di berbagai negara, terutama negara-negara maju
telah berkembang dengan cepat disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan
yang bernuansa kemajuan sains dan teknologi. Amerika Serikat telah memulai
pembaharuan matematika sejak tahun 1980 (NCTM, 1985), melalui suatu gerakan
yang disebut “An agenda for action”. Agenda ini memuat banyak rekomondasi
yang terkait langsung dengan pembelajaran dan isi kurikulum, 3 diantaranya
adalah :
1) Problem solving be the focus of school matematics in the 1980’s.
2) Basic skills in matematics be defined to encompass more then
computational facility
3) Matematics program take full advantage of the power of calculators and
computers at all grade levels.
Agenda ini kemudian dilanjutkan dengan pembakuan kerangka reformasi
maematik sekolah untuk sepuluh tahunan, dimulai tahun 1989-1990.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempersiapkan
dan mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir logis, luwes dan tepat
untuk menyelesaikan sebuah masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika haruslah memunculkan pengalaman bagi siswa
sehingga matematika mudah dipahami dan masuk akal, hal ini menyebabkan
siswa percaya pada kemampuannya bahwa mereka bisa mengerjakan
matematika. Kemampuan itu ditunjang dengan peran guru yang memberi
kesempatan siswa untuk memahami matematika yang sedang dipelajari dan
percaya pada kemampuan siswa (Van de Walle, 2006, hlm. 14). Dalam
kompetensi dasar mata pelajaran matematika SD, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan mengisyaratkan bahwa penalaran, pemecahan masalah dan
komunikasi menjadi kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah belajar
matematika. Belajar matematika bukan hanya akumulasi pengetahuan tetapi
bagaimana proses dalam berfikir untuk menerjemahkan fakta-fakta yang
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
Persoalan lain yang menjadi tantangan bagi para pendidik di Indonesia
adalah dengan adanya keadaan yang membatasi tatap muka dalam pembelajaran,
banyak pendidik yang masih bingung karena situasi dan kondisi pada saat adanya
covid-19, sehingga anak-anak banyak yang ketinggalan dalam pelajaran yang
disebabkan berbagai faktor, antara lain : Tidak semua anak mempunyai
handphone android, tidak semua daerah tempat anak mempunyai sinyal yang
bagus, kurangnya pelajaran, penyampaian materi, dan cara membangun
pengetahuan langsung, dan model yang digunakan dominan ceramah dan berpusat
pada guru (dalam video), sehingga membuat anak- anak lebih pasif dalam setiap
adanya pembelajaran matematika, hal ini menjadi penyebab keterbatasan
pemahaman dan kurangnya keaktifan anak untuk membangun pengetahuannya
sendiri, dan menyebabkan rendahnya tingkat pemahaman matematika dalam
bidang perkalian.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini
dapat diindentifikasi sebagai berikut:
2. Analisis Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini
dapat analisis sebagai berikut:
A. Rumusan Masalah
Sesuai dengan Judul dan analisis masalah maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pada operasi
hitung pembagian?
2. Bagaimana penguasaan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah
dapat membantu siswa menyelesaikan soal cerita pada operasi hitung
pembagian
1. Bagi Siswa
Bagi siswa, komitmen manfaat yang normal dapat diberikan dari hasil
kegiatan peningkatan pembelajaran selesai tergantung pada standar Kendaraan
ini adalah:
a. Meningkatkkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal cerita
dengan menerapkan Langkah-langkah dalam pendekatan pemecahan
masalah
b. Memotivasi minat belajar siswa
c. Mengenmbangkan daya pikir dan kreativitas siswa
2. Bagi Guru
Lebih eksplisit lagi, komitmen keuntungan yang harus diberikan dari
konsekuensi kegiatan peningkatan pembelajaran yang diselesaikan bergantung
pada standar Kendaraan ini adalah:
a. Meningkatkan profesionalisme pembelajaran
b. Sabagai masukan dan informasi bagi guru tentang pendekatan pemecahan
masalah dalam menyelesaikan soal cerita pada operasi hitung pembagian
sehingga dapat diterapkan/ diaplikasikan dalam proses belajar mengajar
matematika
3. Bagi sekolah
Secara lebih khusus, kontribusi manfaat yang diharapkan dapat diberikan dari
hasil Tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan berlandaskan
kaidah PTK ini adalah:
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar dan Mengajar
1. Hakikat Belajar
Menguasai seperti yang ditunjukkan oleh Shah (2008) merupakan fase perubahan
intelektual, penuh perasaan, dan perilaku psikomotor yang terjadi pada siswa.
Perkembangan ini positif karena mereka diatur ke arah yang lebih berkembang
daripada di masa lalu.
Kapasitas adalah sesuatu yang kita bawa ke dunia. Kapasitas yang ada pada
manusia juga bisa disebut potensi. Kemungkinan yang ada pada manusia secara
fundamental dapat dipertajam. Dalam satu ton inipara ahli mengartikan
kemampuan secara bervariasi akan tetapi pada dasarnya masih memiliki konteks
yang sama.
Salah satunya ialah Mohammad Zain, ia berpendapat bahwa kemampuan
merupakan potensi yang ada berupa kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita
berusaha dengan diri sendiri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kennedy ( dalam Gultom, 1994) yang
menjelaskan bahwa :
Kesulitan juga bias terjadi karena siswa tidak dapat membaca, hal ini bias
mengakibatkan siswa tidak tahu menjawab soal. Dalam pembelajaran matematika
dalan Sekolah Dasar banyak soal cerita yang membutuhkan pemahaman seperti
pada pokok bahasan operasi hitung bilangan seperti melakukan dan menggunakan
operasi hitung pembagian dalam pemecahan masalah.Jadi setiap siswa harus
mampu menterjemahkan soal cerita dengan menyelesaikan dan membuat model
matematika sesuai dengan tingkat kemampuannya dalam menganalisis soal.Oleh
karena itu siswa harus memiliki kemampuan dan pemahaman terhadap soal dan
manganalisisnya dalam model matematika.
2. Pendekatan Pembelajaran
Mendefenisikan pendekatan pembelajaran
“tidak ada metode pembelajaran yang paling tepat, dan metode yang paling ideal
dalam mendidik, individu berbeda-beda dalam kehidupan keilmuan, mentalitas,
dan karakternya sehingga mereka menerima pendekatan yang memiliki berbagai
atributuntuk belajar”.
Jadi dapat dikatakan bahwa masing-masing individu akan memilih cara dan
gayanya sendiri untuk belajar dan mengajar, namun ada karakteristik tertentu
dalam pendekatan pembelajaran yang khas dibanding dengan pendekatan yang
lain.
Contoh soal
Sebanyak 3.420 peserta ujian akan menempati 90 ruanga. Masing-masing
ruangan berisi peserta sama banyak. Berapa banyak peserta dalam tiap
ruangan?
Penyelesaiannya adalah:
Misalnya : y = banyak orang tiap ruangan
Jadi banyak orang di 90 ruangan = 90 y
Penyelesaiannya:
90 y = 3420
Y = 3420 : 40
= 38
Hasilnya dapat dievaluasi sbb :
90 y = 3420
90 x 38 = 3420
3420 = 3420
Dengan melihat contoh soal diatas soal di atas terlihat bahwa langkah-langkah
yang digunakan tepat dan mendapat hasilp yang sesuai dengan yang diinginkan
soal, dengan menerapkan langkahnya siswa terlatih dapat menerapkan pada soal-
soal cerita yang yang lain.
5. Pembelajaran Matematika di SD
a. Pengertian pembelajaran matematika
Menurut J. Bruner dalam Hidayat (2004: 8), "Belajar adalah interaksi
yang berfungsi yang memungkinkan orang menemukan hal-hal baru setelah data
yang diberikan kepadanya."Rudi dan Cepi (2009: 1) mengatakan bahwa
pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk pembelajaran.Menurut Pupuh dan M.
Sobry (2010: 10) mengungkapkan bahwa ukuran mengajar dan belajar merupakan
perkembangan dari latihan yang diselesaikan dan diselesaikan oleh pengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang ideal.
Menurut James dan James dalam Hasanah (2010: 11), bahwa matematika
adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-
konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak
yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Sedangkan menurut KTSP 2006, matematika merupakan
“Ilmu pengetahuan luas yang mendasari peningkatan inovasi saat ini, memiliki
pekerjaan yang signifikan di berbagai kereta dan memajukan penalaran manusia.
Peningkatan cepat di bidang inovasi data dan korespondensi saat ini bergantung
pada kemajuan aritmatika di bidang hipotesis bilangan, berbasis variabel
matematika, investigasi, hipotesis kemungkinan, dan diskrit.
Menurut Muhsetyo (2008: 26), pembelajaran matematika merupakan cara untuk
memberikan pertemuan pembelajaran kepada siswa melalui serangkaian latihan
yang diatur sehingga siswa memperoleh kemampuan tentang materi numerik yang
dipertimbangkan.
Dengan demikian tujuan pengajaran adalah tujuan dari suatu proses interaksi
antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan.
Matematika sebagai salah satu ilmu esensial telah berkembang pesat baik dari segi
materi maupun kepegawaiannya. Subjek sains verfungsional melambangkan
kemampuan relasional dengan menggambarkan angka dan gambar sebagaimana
ketajaman berpikir yang dapat memberikan kejelasan dan mengatasi
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari penggambaran di atas, tidak salah lagi keberadaan dunia ini akan terus
berlanjut sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi / karenanya
para pelajar harus dapat memperoleh, memilih dan mengawasi data untuk
bertahan dalam kondisi yang terus berkembang. Kapasitas ini membutuhkan
penalaran dasar, tepat, koheren, imajinatif, dan kemampuan untuk bekerja sama
dengan baik. Oleh karena itu, seorang instruktur harus terus mengikuti
perkembangan ilmu hitung dan secara konsisten berusaha untuk inovatif dalam
pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat mengarahkan siswa dengan cara
yang ideal.
“Dalam menangani masalah cerita untuk beberapa anak yang mengalami masalah.
Masalah ini memberikan kesan diidentikkan dengan pelatihan yang
mengharapkan anak-anak membuat kalimat matematika tanpa terlebih dahulu
memberikan pedoman tentang sarana yang akan diambil.Disamping itu, anak juga
tidak terlatih untuk menyelesaikan masalah secara lebih sistematis”.
Abstracting
Outside World Mathematical World
1
Manipulation of Model
2
3 Re-embodying
Langkah 1
(mathematical world)
Langkah 2
tersebutdengan menggunakan
algoritma-algoritma.
Langkah 3
MATERI
Contoh 1 :
Subjek penelitian
A. Desain Penelitian
PTK adalah suatu eksplorasi yang dimana pondasi permasalahan tersebut muncul
di ruang belajar dan dirasakan langsung oleh instruktur yang bersangkutan
(Supardi, 2006: 104). Jadi dalam Wahana ini, seorang spesialis dapat melihat
dengan matanya sendiri praktik pembelajaran yang berkelanjutan atau upaya
terkoordinasi dengan instruktur yang berbeda dalam memimpin ujian pada siswa
sejauh bagian dari kerja sama mereka dalam interaksi pembelajaran.
Informasi Observasi
Untuk membantu penelitian tindakan kelas selama 2 siklus ini penulis dibantu
oleh seorang observer dengan identitas seperti dibawah ini :
Sesuai dengan eksplorasi semacam ini, khususnya penelitian aktivitas wali kelas,
ujian ini memiliki tahapan penelitian sebagai siklus. Metode dalam penelitian ini
terdiri dari dua siklus. Dalam setiap siklus ada dua pertemuan. Terlebih lagi,
setiap siklus dilakukan sesuai perkembangan yang harus dicapai. Metodologi
dalam ujian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
A. Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan dilakukan setelah tes awal diberikan, tes awal
diberikan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita pada pecahan. Hasil tes ini kemudian digunakan untuk indentifikasi
awal terhadap tindakan yang akan dilakukan. Pada tahap ini kegiatan yang
dilakukan adalah merencanakan tindakan, yaitu berupa penyusunan scenario
pembelajaran yang disusun sesuai dengan tingkat kesulitan dalam menyelesaikan
soal cerita pada operasi hitung bilangan dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah.
Pada tahap perencanaan tindakan pada setiap siklusnya adalah sebagai
berikut :
2. Pelaksanaan siklus 1
1. Peneliti menjelaskan materi tentang operasi hitung bilangan dengan jelas dan
sistematis.
2. Bertanya kepada siswa tentang materi yang kurang dipahami, kemudian
menjelaskannya kembali.
3. Peneliti menjelaskan cara menyelesaikan operasi hitung bilangan apabila
disajikan dalam bentuk soal cerita dengan memberi contog-contoh soal.
4. Memberi latihan tes hasil belajar kepada siswa kemudian mengarahkan
beberapa orang untuk menampilkan hasil kerjannya di papan tulis.
5. Setelah itu, peneliti menanyakan pendapat siswa lain mengenai penyelesaian
yang telah di kerjakan temannya di papan tulis, kemudian mencari pada tahap
mana kesulitan siswa, dalam menyelesaikan soal tersebut kemudian
menjelaskan kepada siswa.
6. Peneliti memberi motivasi kepada siswa untuk berlomba menyelesaikan soal-
soal di depan kelas dan memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa yang
lain juga memberi bimbingan kepada siswa yang kurang mampu dalam
mengikuti langkah-langkah dalam menyelesaikan soal yang sudah dijelaskan
sebelumnya.
3. Tahap Observasi
Observasi difokuskan pada latihan dan tes yang diberikan kepada siswa
diakhir tahap pemberian tindakan untuk mengetahui gambaran tentang
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita sesuai dengan materi yang
disampaikan.
4. Tahap refleksi
1. Sebelum masuk kedalam materi terlebih dahulu membahas soal mengenai tes
pada siklus I sehingga pemahaman siswa tentang operasi hitung dalam
menyelesaikan soal cerita semakin jelas dan dipahami siswa.
2. Untuk mengatasi siswa yanbg tidak paham dalama menterjemahkan soal
cerita, peneliti menekankan penjelasan pada tahap memahami soal dan
merencanakan penyelesaian soal.
3. Untuk mengatasi kesalahan siswa dalam penyelesaian soal, direncanakan
peneliti memberi penjelasan bagaimana menggunakan pendekatan pemecahan
masalah.
3. Tahap Observasi
4. Tahap Refleksi
Dari tes dan persepsi yang diberikan sebagai alasan untuk mencapai kesimpulan,
apakah latihan yang diselesaikan telah membuahkan hasil.Jika siklus II masih
banyak siswa mengalami kesulitan dan kesalahan dalam menyelesaikan soal
cerita, maka akan direncanakan pada siklus selanjutnya. Bagaimanapun juga, jika
telah memenuhi petunjuk-petunjuk pencapaian belajar, tidak penting untuk
melanjutkan kegiatan ke siklus berikutnya.
Alat yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah tes dan
observasi.
1. Tes
Salah satu evaluasi yang dilakukan untuk mengukur kemampuan dan melihat
tingkat keberhasilan dari suatu materi ajar yang disampaikan adalah tes.
Dalam penelitian ini tes dilakukan atas dua bagian yaitu : Post tes I dan Post
tea II, diberikan untuk mengambila apakah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita sudah meningkat dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah mateamtika khususnya pada sub pokok bahasan operasi
hitung pembagian.
Tes yang digunakan sesuai dengan kurikulum dan indikator yang hendak
dicapai yang diambil dari buku paket kelas IV SD KTSP 2006, sehingga tidak
perlu diuji coba lagi karena sudah memenuhi validasi isi.
2. Observasi
Jadi kriteria ini yang digunakan dalam menilai kemampuan siswa secara klasikal.
1. Analisis Kualitatif
Digunakan untuk menganalisis data motivasibelajar siswa,afektip siswa,
psikomotor siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
R
N= X 100
SM
Keterangan :
Tabel 3.2. Kategori Motivasi Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai.
N Sko Rentang Kategori
o r Nilai
1. 5 81-100 Sangat baik
2. 4 61-80 Baik
3. 3 41-60 Cukup
4. 2 21-40 Kurang
baik
5. 1 0-20 Sangat
kurang
(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)
P=
∑ siswa termotivasi x 100 %
∑ siswa
Tabel 3.3. Kategori Motivasi Belajar Siswa Secara Klasikal
N Sko Rentang Kategori
o r Nilai
1. 5 81-100 Sangat baik
2. 4 61-80 Baik
3. 3 41-60 Cukup
4. 2 21-40 Kurang
baik
5. 1 0-20 Sangat
kurang
(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)
R
N= X 100
SM
Keterangan:
N = Nilai yangdicari
R = Skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum
100 = Bilangantetap
(Sumber: Purwanto, 2008: 102)
Tabel 3.5. Kategori Afektif Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai
N Sko Rentang Kategori
o r Nilai
1. 4 76-100 Sangat baik
2. 3 51-75 Baik
3. 2 26-50 Cukup
4. 1 0-25 Kurang
(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)
R
N= X 100
SM
Keterangan:
N = Nilai yangdicari
R = Skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum 100 =
Bilangantetap
(Sumber: Purwanto, 2008: 102)
Tabel 3.6. Kategori Psikomotor Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai
N Sko Rentang Kategori
o r Nilai
1. 5 81-100 Sangat baik
2. 4 61-80 Baik
3. 3 41-60 Cukup
4. 2 21-40 Kurang baik
5. 1 0-20 Sangat
kurang
(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)
2. AnalisisKuantitatif
R
S= X 100
N
Keterangan:
S = Nilai yangdiharapkan
R = Jumlah skor/item yang dijawab benar
N = Skor maksimum darites
100 = Bilangan tetap
∑ Xi
X=
∑N
Keterangan:
X = Nilairata-rata
∑Xi = Jumlah semua nilai siswa
∑N = Jumlah siswa
(Adopsi dari Aqib, dkk. 2009: 40)
c. Untuk menghitung presentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara
klasikal denganrumus:
Keterangan:
∑ S ≥ 66 = jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar atau sama
dengan 66
N = banyak siswa
100 % = bilangan tetap
(Aqib 2009: 41).
Tabel 3.8. Kategori ketuntasan hasil belajar Kognitif siswa secara klasikal
dalam persen (%).
No. Tingkat Keberhasilan% Keterangan
1. 86 – 100 Sangat Tinggi
2. 71 – 85 Tinggi
3. 56 – 70 Sedang
4. 41 – 55 Rendah
5. 26 – 40 Sangat Rendah
(Adopsi dari Aqib, dkk.(2009: 41)
Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini
digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya,
sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran.
f = jumlah siswa
Untuk mengolah skor menjadi nilai dalam penelitian ini digunakan rumus
sebagai berikut :
skor yang diperoleh
Skor = x 100 %
skor tertinggi
Setelah data dari tes yang dikumpulkan maka dilakukan analisis data langkah-
langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah :
Dari setiap tindakan yang diberikan kepada siswa diharapkan jumlah siswa
yang berkesulitan dalam menyelesaikan soal cerita semakin berkurang atau
seluruh siswa mampu menyelesaikan soal sesuai dengan langkah-langkah
penyelesaian.
Dan apabila jumlah siswa yang mengalami kesalahan dan kesulitan masih
tetap maka dilakukan kajian tindakan terhadap masalah tersebut untuk
memperbaiki pada siklus berikutnya.
Berikut ini data tentang kesulitan yang dilakukan dalam menyelesaikan soal
cerita pada operasi hitung pembagian