Anda di halaman 1dari 57

PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI

PERKALIAN MENGGUNAKAN BENDA KONKRIT KELAS II


SD NEGERI 173549 LAGUBOTI KEC. LAGUBOTI KAB.
TOBA T.P. 2020/2021

Disusun Oleh :

Nama : Deofanisa Sulastry Saragih


Nim : 835331833
Kelas/Semester : 8 (Delapan) B / 8-AKPMM
Pokjar : Toba
Mata Kuliah : Pemantapan Kemampuan Profesional ( PDGK 4501)
Tutor : Elisa, DRa. M.Pd.

UNIVERSITAS TERBUKA (UT)


UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ)
MEDAN
2020/21.2 (2021.1)
LEMBAR PENGESAHAN HASIL PERBAIKAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Nama Mahasiswa : Deofanisa Sulastry Saragih

NIM : 835331833

Program Studi : S1-PGSD

Tempat Mengajar : SD N 173549 LAGUBOTI

Jumlah Siklus : 2 Siklus

Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Siklus I, Mei 2021

Siklus II, Mei 2021

Masalah yang merupakan fokus perbaikan :

1. Kurangnya waktu untuk tatap muka dengan anak karena keadaan covid-19
2. Fokus Perbaikan Pada Siklus I untuk mata pelajaran matematika dengan
menggunakan benda-benda konkrit.
3. Model yang digunakan dominan ceramah dan berpusat pada guru.

Laguboti, Mei 2021

Menyetujui,

Supervisor 1 Mahasiswa

ELISA, DRa, M.Pd. Deofanisa Sulastry Saragih

NIP. Nim.835331833
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan praktek


Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk
memenuhi mata kuliah PKP pada Program Studi S1 PGSD Universitas Terbuka
(UT) seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya


kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai
dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini
bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu,
saya bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik yang saya
sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Laguboti, Mei 2021

Yang membuat pernyataan

Deofanisa Sulastry Saragih

Nim.835331833
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karuniaNya yang luar biasa sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang merupakan salah
satu mata kuliah yang harus diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan sebagai
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Terbuka dapat terlaksana dengan baik.

Sebagai Pendidik yang merasa belum sempurna dalam pelaksanaan


pembelajaran yang selama ini saya sampaikan, maka saya melakukan perbaikan
pembelajaran di dalam kelas dan sebagai hasil nya saya tuangkan dalam Laporan
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) ini tak lupa saya ucapkan terima
kasih kepada :

1. Kepada Pihak Universitas Terbuka yang telah memberikan fasilitas


2. Ibu Elisa, DRa, M.Pd selaku supervisor 1 dan Tutor pembimbing yang
telah banyak membantu dan memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam menyelesaikan laporan ini;
3. Kepala sekolah SD N 173549, Rekan-rekan guru dan Teman Sejawat.
4. Keluarga Tercinta yang selalu memberikan dukungan dan Semangat
kepada saya hingga dapat menyelesaikan laporan ini.
5. Dan juga kepada semua pihak yang membantu saya secara langsung
maupun tidak langsung.

Dengan penuh kerendahan hati, penulis juga mohon maaf atas kekurangan
yang ada, penulis juga mengharapkan Kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Semoga Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang
berjudul “Perbaikan Pembelajaran Matematika Materi Perkalian menggunakan
benda-benda konkrit di kelas II SD Negeri 173549 Laguboti, Kab.Toba” dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi semua pembaca.
Laguboti, Mei 2021

Deofanisa Sulatry Saragih


Nim.835331833
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan.............................................................................. i
Lembar Pernyataan Bebas Plagiat........................................................ ii
Kata Pengantar..................................................................................... iii
Daftar Isi.............................................................................................. iv
Daftar Tabel......................................................................................... v
Daftar Gambar..................................................................................... vi
Daftar Lampiran.................................................................................. vii
Abstrak................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
1. Identifikasi Masalah ...................................................... 3
2. Analisis Masalah ........................................................... 3
3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah.................. 4
B. Rumusan Masalah ................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran............................ 4
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran.......................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Pengertian Matematika........................................................... 6
1. Pengertian Matematika.................................................... 6
2. Pengertian Materi Perkalian.............................................. 8
3. Pengertian Benda Konkrit ............................................... 10
B. Kerangka Berfikir................................................................... 13
C. Hipotesis Penelitian................................................................ 13

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subjek, Tempat, Waktu serta pihak yang membantu Penelitian 14
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran....................................... 15
C. Teknik Analisis Data ................................................................... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran .................... 20
B. Pembehasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran .................. 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT


A. Kesimpulan............................................................................... 32
B. Saran Tindak Lanjut ................................................................. 35

Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Perbaikan
Tabel 3.2 Rencana Kegiatan Siklus I
Tabel 3.3 Rencana Siklus II
Tabel 3.4 Instrumen Penilaian pada Siklus I
Tabel 3.5 Instrumen Penilaian pada Siklus II
PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI
PERKALIAN MENGGUNAKAN BENDA KONKRIT KELAS II
SD NEGERI 173549 LAGUBOTI KEC. LAGUBOTI KAB.
TOBA T.P. 2020/2021
DEOFANISA SULASTRY SARAGIH
NIM. 835331833

Email : deofanisa99@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pembelajaran


Matematika Materi Perkalian dengan menggunakan Benda konkrit di kelas II SD Negeri
173549 Laguboti Kab.Toba TP.2020/2021. Subjek penelitian adalah siswa kelas II SD
yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.
Desain penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model
siklus, ada 4 komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah 1) Hasil Belajar Siklus I Pelajaran Matematika
diperoleh hasil belajar diperoleh dari 20 siswa yang tuntas hanya 8 orang atau sekitar
40% saja dan yang tidak tuntas sekitar 12 orang atau sekitar 60%. 2) Hasil belajar siklus
II dari 20 orang siswa yang tuntas sudah 18 orang atau 90% dan ada 2 orang yang belum
tuntas sekitar 10%. Sehingga dapat ditarik kesimpulan penerapan model pembelajaran
Matematika Materi Perkalian dengan Benda konkrit di Kelas II dapat meningkatkan hasil
belajar di kelas II pada Materi perkalian di SD Negeri 173549 Laguboti.

Kata Kunci : Matematika, Materi Perkalian, Penggunaan Benda Konkrit.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia pendidikan akan terus berkembang, kita tidak boleh mengabaikan
organisasi pendidikan di dunia (Unesco, Seamolec, seameo, Biotrop) karena kita
negra anggota dari pergaulan masyarakat pendidikan dunia.kita tidak bisa berbuat
banyak jika mereka membuat peringkat kemajuan pendidikan yang menghasilkan
posisi yang tidak seperti yang kita harapkan.
Pendidikan matematika di berbagai negara, terutama negara-negara maju
telah berkembang dengan cepat disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan
yang bernuansa kemajuan sains dan teknologi. Amerika Serikat telah memulai
pembaharuan matematika sejak tahun 1980 (NCTM, 1985), melalui suatu gerakan
yang disebut “An agenda for action”. Agenda ini memuat banyak rekomondasi
yang terkait langsung dengan pembelajaran dan isi kurikulum, 3 diantaranya
adalah :
1) Problem solving be the focus of school matematics in the 1980’s.
2) Basic skills in matematics be defined to encompass more then
computational facility
3) Matematics program take full advantage of the power of calculators and
computers at all grade levels.
Agenda ini kemudian dilanjutkan dengan pembakuan kerangka reformasi
maematik sekolah untuk sepuluh tahunan, dimulai tahun 1989-1990.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempersiapkan
dan mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir logis, luwes dan tepat
untuk menyelesaikan sebuah masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika haruslah memunculkan pengalaman bagi siswa
sehingga matematika mudah dipahami dan masuk akal, hal ini menyebabkan
siswa percaya pada kemampuannya bahwa mereka bisa mengerjakan
matematika. Kemampuan itu ditunjang dengan peran guru yang memberi
kesempatan siswa untuk memahami matematika yang sedang dipelajari dan
percaya pada kemampuan siswa (Van de Walle, 2006, hlm. 14). Dalam
kompetensi dasar mata pelajaran matematika SD, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan mengisyaratkan bahwa penalaran, pemecahan masalah dan
komunikasi menjadi kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah belajar
matematika. Belajar matematika bukan hanya akumulasi pengetahuan tetapi
bagaimana proses dalam berfikir untuk menerjemahkan fakta-fakta yang
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
Persoalan lain yang menjadi tantangan bagi para pendidik di Indonesia
adalah dengan adanya keadaan yang membatasi tatap muka dalam pembelajaran,
banyak pendidik yang masih bingung karena situasi dan kondisi pada saat adanya
covid-19, sehingga anak-anak banyak yang ketinggalan dalam pelajaran yang
disebabkan berbagai faktor, antara lain : Tidak semua anak mempunyai
handphone android, tidak semua daerah tempat anak mempunyai sinyal yang
bagus, kurangnya pelajaran, penyampaian materi, dan cara membangun
pengetahuan langsung, dan model yang digunakan dominan ceramah dan berpusat
pada guru (dalam video), sehingga membuat anak- anak lebih pasif dalam setiap
adanya pembelajaran matematika, hal ini menjadi penyebab keterbatasan
pemahaman dan kurangnya keaktifan anak untuk membangun pengetahuannya
sendiri, dan menyebabkan rendahnya tingkat pemahaman matematika dalam
bidang perkalian.
1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini
dapat diindentifikasi sebagai berikut:

1. Siswa kurang mampu menyelesaikan soal cerita dalam matematika yang


disebabkan rendahnya pemahaman siswa terhadap soal cerita
2. Kurangnya pemahaman guru Sekolah Dasar tentang pendekatan pendekatan
pembelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat sekolah sekolah bahwa masih
banyak guru yang masih menggunakan pendekatan tradisional yang
melaksanakan pembelajaran hanya satu arah seperti di sekolah tempat
penelitian
3. Kurangnya penguasaan guru dalam menerapkan pendekatan pemecahan
masalah dalam menyelesaikan soal cerita, sebab penggunaan pendekatan ini
memerlukan waktu dan pemahaman terhadap Langkah-langkah pemecahan
masalah iu sendiri, hal ini terlihat dari hasil wawancara penulis dengan guru-
guru di sekolah tempat penelitian.

2. Analisis Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini
dapat analisis sebagai berikut:

1. Siswa kurang mampu menyelesaikan soal cerita dalam matematika yang


disebabkan rendahnya pemahaman siswa terhadap soal cerita
2. Penyebab timbulnya masalah ini adalah keterbatasan pemahaman bacaan yang
menyebabkan rendahnya tingkat pemahaman tentang isu-isu terkinisehingga
menyulitkan siswa dalam melakukan penggambaran numerik
3. Kemampuan siswa di Indonesia dalam memahami bacaan masih rendah
dibanding negara lain. Hal yang terjadi kemudian adalah para siswa yang
mengalami persoalan pemahaman membaca juga akan bermasalah dalam
mencapai prestasi dari pelajaran-pelajarannya, salah satunya matematika,
termasuk dalam penyelesaian soal cerita matematika.
4. Kurangnya penguasaan guru dalam menerapkan pendekatan pemecahan
masalah dalam menyelesaikan soal cerita, sebab penggunaan pendekatan ini
memerlukan waktu dan pemahaman terhadap Langkah-langkah pemecahan
masalah iu sendiri, hal ini terlihat dari hasil wawancara penulis dengan guru-
guru di sekolah tempat penelitian.

A. Rumusan Masalah

Sesuai dengan Judul dan analisis masalah maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pada operasi
hitung pembagian?
2. Bagaimana penguasaan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah
dapat membantu siswa menyelesaikan soal cerita pada operasi hitung
pembagian

B. Tujuan penelitian Perbaikan Pembelajaran

Sesuai dengan rencana penyelesaian masalah, target investigasi ini adalah:


1. Untuk mengetahui efektifitas pendekatan pemecahan masalah terhadap
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
2. Untuk mengetahui letak kesalahan dan kesulitan – kesulitan yang dialami
siswa maupun guru dalam menggunakan pendekatan pemecahan masalah
dalam menyelesaikan soal cerita khususnya pada operasi hitung pembagian

C. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Siswa
Bagi siswa, komitmen manfaat yang normal dapat diberikan dari hasil
kegiatan peningkatan pembelajaran selesai tergantung pada standar Kendaraan
ini adalah:
a. Meningkatkkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal cerita
dengan menerapkan Langkah-langkah dalam pendekatan pemecahan
masalah
b. Memotivasi minat belajar siswa
c. Mengenmbangkan daya pikir dan kreativitas siswa
2. Bagi Guru
Lebih eksplisit lagi, komitmen keuntungan yang harus diberikan dari
konsekuensi kegiatan peningkatan pembelajaran yang diselesaikan bergantung
pada standar Kendaraan ini adalah:
a. Meningkatkan profesionalisme pembelajaran
b. Sabagai masukan dan informasi bagi guru tentang pendekatan pemecahan
masalah dalam menyelesaikan soal cerita pada operasi hitung pembagian
sehingga dapat diterapkan/ diaplikasikan dalam proses belajar mengajar
matematika
3. Bagi sekolah

Secara lebih khusus, kontribusi manfaat yang diharapkan dapat diberikan dari
hasil Tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan berlandaskan
kaidah PTK ini adalah:

a. Sebagai masukan dalam upaya perbaikan pembelajaran khususnya matematika


sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap siswa
seperti yang diharapkan
b. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan mutu Pendidikan
c. Proses belajar mengajar lebih menarik

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar dan Mengajar
1. Hakikat Belajar

Dalam seluruh siklus pelatihan di sekolah, latihan pembelajaran merupakan


latihan yang paling mendasar. Hal ini mengimplikasikan bahwa pencapaian atau
kekecewaan dalam pencapaian tujuan pembelajaran sangat bergantung pada
bagaimana interaksi pembelajaran yang dialami oleh siswa sebagai siswa.
seperti yang diindikasikan oleh Sudjana (2010) menyatakan bahwa
“Belajar adalah interaksi yang digambarkan oleh perubahan dalam diri individu.
Perubahan konsekuensi dari interaksi belajar dapat muncul dalam berbagai
struktur seperti perluasan informasi, mendapatkan, perspektif dan perilaku,
kemampuan, kecenderungan. dan perubahan dalam sudut pandang berbeda yang
ada pada orang belajar ", sementara Edward Thorndike (1973) berpendapat bahwa
belajar adalah siklus individu memperoleh kemampuan, kemampuan dan
mentalitas yang berbeda.
Belajar pada umumnya adalah perubahan perilaku atau perilaku yang
mungkin terjadi karena pertemuan atau aktivitas yang didukung. Belajar adalah
hasil hubungan antara perbaikan dan reaksi. Seseorang dianggap telah menguasai
sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan dalam tingkah lakunya. Seperti yang
ditunjukkan oleh hipotesis ini, yang penting dalam mewujudkan adalah kontribusi
jenis dorongan dan hasil sebagai reaksi.

Menguasai seperti yang ditunjukkan oleh Shah (2008) merupakan fase perubahan
intelektual, penuh perasaan, dan perilaku psikomotor yang terjadi pada siswa.
Perkembangan ini positif karena mereka diatur ke arah yang lebih berkembang
daripada di masa lalu.

Dilihat dari sebagian pemaknaan pembelajaran di atas, maka cenderung beralasan


bahwa pembelajaran merupakan siklus gerakan individu untuk membina diri
melalui pertemuan-pertemuan yang diperoleh dari perubahan perilaku baru dalam
kolaborasi dengan keadaan mereka saat ini.
Belajar aritmatika merupakan gerakan psikologis untuk memahami ide-ide dalam
sains dan kemudian menerapkannya pada keadaan yang berbeda.

2. Kapasitas dalam mempelajari sains

Setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda-beda, baik dalam mengingat


maupun memanfaatkan sesuatu yang mereka dapatkan. Ini bisa jadi karena tidak
setiap orang memiliki pandangan atau tingkat pengetahuan yang sama. Setiap
orang memiliki metode alternatif untuk menyelesaikan semua yang mereka
perhatikan, lihat, ingat, atau pertimbangkan. Selain bervariasi dalam tingkat
kapasitas penalaran, seorang individu juga dapat membedakan cara memperoleh,
menyimpan, dan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari biasa.

Sebagaimana Abdurrahman (1999) menyatakan:


Pada tingkat dasar, setiap siswa berhak atas kesempatan untuk mencapai kinerja
ilmiah yang baik. Namun, dari kenyataan biasa tak salah lagi para pelajar
memiliki perbedaan dalam kapasitas keilmuan, kapasitas aktual, landasan
kekeluargaan, kecenderungan dan pendekatan pembelajaran yang kini dan lagi
mencolok antara satu pelajar dan lainnya.

Kapasitas adalah sesuatu yang kita bawa ke dunia. Kapasitas yang ada pada
manusia juga bisa disebut potensi. Kemungkinan yang ada pada manusia secara
fundamental dapat dipertajam. Dalam satu ton inipara ahli mengartikan
kemampuan secara bervariasi akan tetapi pada dasarnya masih memiliki konteks
yang sama.
Salah satunya ialah Mohammad Zain, ia berpendapat bahwa kemampuan
merupakan potensi yang ada berupa kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita
berusaha dengan diri sendiri.

Poerwardaminta (1996) menyatakan : “ kemampuan merupakan


kesanggupan sesorang dalam melakukan aktifitas ”. dan menurut Tim Dosen
Perkembangan Peserta DidikUnimed (2002), “Kemampuan adalah daya untuk
melakukan suatu tindakan sabagai hasil dari pembawaan dan latihan”.

Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya


tergantung pada diri siswa itu sendiri, hal ini disebabkan karena kemampuan dari
setiap siswa berbeda. Siswa yang tidak mampu menguasai pengetahuan karena
ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan ia memperoleh prestasi belajar yang
rendah dan dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Secara fungsional,
bahwa semakin tinggi kemampuan seseorang maka semakin sanggup seseorang
itu merumuskan tujuannya dan mempunyai inisiatif tanpa menunggu-nunggu
perintah dari oranglain. Selain itu, menurut sembiring (1993) :

“ Kemampuan pemahaman mencakup kemampuan membaca, kemampuan


memahami bacaan, dan kemampuan memahami kalimat verbal pada
umumnya”.

Kemampuan pemahaman verbal juga sangat diperlukan dalam pemecahan


masalah.

Hal ini sesuai dengan pendapat Kennedy ( dalam Gultom, 1994) yang
menjelaskan bahwa :

“ sesuatu yang sangat penting pada ppemecahan masalah adalah


menterjemahkan situasi masalah ke dalam kalimat matematika. Untuk itu
diperlukan pemahaman verbal yang memadai.Kemampuan ini meliputi
kemampuan mamahami atau mengingat arti kata/istilah matematika yang
terdapat dalam suatu soal. Kekeliruan atau kesalahan membaca atau
memahami satu kata saja, seluruh proses penyelesaian akan salah pula.
Selanjutnya, pada proses penyelesaian ini terlibat satu kemampuan dasar
untuk melakukan operasi yang disebut kemapuan berhitung”.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa kemampuan dalam membentuk


dan menyelesaikan kalimat matematika adalah daya siswa atau kesanggupan
siswa dalam membentuk dan menyelesaikan kalimat matematika.Dan untuk itu
diperlukan kemampuan bahasa atau pemahaman verbal yang memadai.

Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan


operasi hitung bilangan

Dalam menyelesaikan soal cerita siswa cenderung mengalami kesulitan langkah-


langkah untuk menyelesaikan soal cerita tersebut dan siswa harus memiliki
kemampuan analisis soal yang tinggi dan penalaran dalam menemukan langkah-
langkah penyelesaian dengan model matematika.Menurut Saragi ( 1996:3)
mengemukakan bahwa:

“ dalam menyelesaikan soal cerita matematika diperlukan langkah-


langkah pengerjaan yang dimulai dari memahami masalah,
menyusun rencana, melaksanakan rencana dan mengevaluasi
pemecahan masalah sehingga memudahkan siswa dalam
pemecahan masalahnya”

Sejalan dengan itu Soedjadi (2000) mengatakan bahwa:

“ kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan


soal matematika dalam bentuk cerita adalah terbatasnya
kemampuan siswa dalam memahami soal dan lemahnya
penguasaan siswa dalam aplikasi matematika dalam kehidupan
sehari-hari”.

Kesulitan juga bias terjadi karena siswa tidak dapat membaca, hal ini bias
mengakibatkan siswa tidak tahu menjawab soal. Dalam pembelajaran matematika
dalan Sekolah Dasar banyak soal cerita yang membutuhkan pemahaman seperti
pada pokok bahasan operasi hitung bilangan seperti melakukan dan menggunakan
operasi hitung pembagian dalam pemecahan masalah.Jadi setiap siswa harus
mampu menterjemahkan soal cerita dengan menyelesaikan dan membuat model
matematika sesuai dengan tingkat kemampuannya dalam menganalisis soal.Oleh
karena itu siswa harus memiliki kemampuan dan pemahaman terhadap soal dan
manganalisisnya dalam model matematika.

Dalam melakukan pemecahan masalah ada beberapa karakteristik orang yang


mampu melakukan problem solving.Pemecahan masalah telah dilakukan beberapa
puluh tahun yang lalu diantaranya di lakukan oleh Dodson (1971); Hollander
(1974) dalam Wono Setya Budi (2005:3). Menurut mereka kemampuan
pemecahan masalah yang harus ditumbuhkan adalah:

1. Kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika;


2. Kemampuan untuk mencatatkesamaan, perbedaan dan analog;
3. Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan memilih prosedur
yang benar;
4. Kemampuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan;
5. Kemampuan menaksir dan menganalisa;
6. Kemampuan mengvisualisasi dan menginterpretasi kuantitas;
7. Kemampuan untuk memperumum berdasarkan beberapa contoh;
8. Kemampuan untuk berganti metoda yang di ketahui,
9. Mempunyai kepercayaan diri yang cukup dan merasa senang terhadap
materinya.

Dari uraian diatas, bahwa dalam memecahkan masalah dibutuhkan beberapa


kemapuan. Apabila siswa memiliki kemampuan tersebut akan memudahkan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

2. Pendekatan Pembelajaran
Mendefenisikan pendekatan pembelajaran

Penting untuk dipahami dan setiap kalimat ini pendekatan Depdikbud


(1990: 180) dapat diartikan, "sebagai siklus, demonstrasi, atau pendekatan untuk
bergerak menuju sesuatu".
Menurut Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni ( 1998:25) bahwa, “pendekatan
pembelajaran diartikan model pembelajaran”.sedangkan pembelajaran menurut
H.J Gino dkk. (1998: 32) bahwa, "Belajar atau bimbingan adalah upaya sadar dan
sadar oleh instruktur untuk menyebabkan siswa belajar dengan memberlakukan
faktor dalam dan faktor luar dalam latihan mendidik dan belajar". Sukintaka
(2004: 55) bahwa, "pembelajaran berisi melihat, bagaimana instruktur
mengarahkan sesuatu kepada siswa, namun terlebih lagi ada juga kesempatan
bagaimana siswa mempelajarinya".
Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan
bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai system untuk
memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna
membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan
penilaian Wahjoedi (1999: 121) bahwa “pendekatan pembelajaran adalah suatu
metode pengawasan latihan dan perilaku siswa sehingga mereka dapat secara
efektif mengerjakan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang
ideal”. Sementara itu, Syaiful Sagala (2005: 68) berpendapat bahwa “pendekatan
pembelajaran merupakan cara yang akan ditempuh oleh pendidik dan siswa dalam
mencapai tujuan pendidikan untuk unit informatif tertentu”.

Tujuan pembelajaran dapat tercapai, penting untuk membuat program


pembelajaran yang layak dan tepat.Program pembelajaran merupakan macam
kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok secara rinci yang
memuat metode pembelajaran, alokasiwaktu, indicator pencapaian hasil belajar
dan langkahj-langkah kegiatan pembelajaran dari setiap pokok mata pelajaran.
System dan pendekatan pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan akan
system dan pendekatan tersebut untuk menyakinkan yaitu adanya kebutuhan
untuk belajar dan siswa belum. Mengetahui apa yang akan diajarkan. Dengan cara
ini, guru mengetahui hasil atau tujuan apa yang diandalkan untuk dicapai.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai tahap permulaan atau cara


pandang pendidik terhadap interaksi pembelajaran, yang mengacu pada cara
pandang tentang peristiwa suatu siklus yang masih bersifat luas (Wati, 2010, hlm.
7).
Di dalamnya Pendekatan mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.In light of the
methodology, learning can be arranged into two kinds of approaches, specifically:
(1) an understudy focused learning approach and (2) an instructor focused
learning approach. (teacher centered approach).Lebih spesifik Erman dkk (2003)
mengemukakan pendekatan (approach) pembelajaran matematika sebagai cara
yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan
dapat diadaptasikan oleh siswa.Dilihat dari pendekatanya, pembelajaran terdapat
dua jenis pendekatan, yaitu:1) Pendekatan yang bersifat metodelogik dan 2)
pendekatan yang bersifat materi.

Pendekatan metodologi menyangkut cara di mana siswa menyesuaikan


ide-ide yang diperkenalkan ke dalam konstruksi intelektual mereka, yang sesuai
dengan cara pengajar menyajikan materi. Metodologi metodologi menggabungkan
metodologi alami, ilmiah, pabrikan, berliku, induktif, deduktif, topikal, masuk
akal, dan heuristik. Kemudian, metodologi materi adalah pendekatan
pembelajaran matematika dimana siswa menyajikan ide-ide numerik melalui ide-
ide numerik lain yang dimiliki siswa saat ini.

Dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran guru harus menentukan


tujuan pembelajaran, memilih pendekatan, metode dan tehnik pembelajaran
tertentuyang tepat untuk materi yang disajikan dan alat/media yang diperlukan
dalam pembelajaran. Sesuai dengan hal diatas turmudi (2007 : 7) menjelaskan
bahwa:

“Pendekatan pembelajaran aritmatika merupakan cara yang dilakukan pendidik


dalam melaksanakan pembelajaran agarv, ide-ide yang dikenalkan bersifat
sepihak menyesuaikan diri dengan peserta didik. Teknik pembelajaran merupakan
metode pengenalan materi yang masih bersifat luas. Model pembellajaran yang
dimaksud sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang
menyangkut strategi pendekatan, metode dan teknik pembelajaran diterapkan
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas”.
Ismail menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran matematika adalah
proses yang sedang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan
belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru yang mengajar
matematika

Menurut Mozaik, pendekatan pembelajaran aritmatika merupakan cara pendidik


dalam mewujudkan matematika sehingga ide-ide yang dikenalkan dapat dirasakan
oleh siswa.

Dari sebagian definisi di atas, maka cenderung beralasan bahwa pendekatan


pembelajaran matematika merupakan suatu siklus atau strategi yang sengaja
direncanakan dan dicari oleh pendidik dalam melaksanakan perwujudan
aritmatika jadi gagasan.disajikan bisa dipahami oleh peserta didik. Dengan
pendekatan yang baik, siswa akan dekat dengan pembelajaran matematika dan
mudah memahami topik matematika yang dipelajarinya. Pendekatan digunakan
untuk mencapai tujuan yang lebih baik dan penguasaan siswa terhadap materi
yang diajarkan. Begitu juga sebaliknya guru juga harus menguasai pendekatan
pembelajaran agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa.

Nisbet 1985 ( dalam Erman Suherman dkk 2001:70) mengemukakan bahwa:

“tidak ada metode pembelajaran yang paling tepat, dan metode yang paling ideal
dalam mendidik, individu berbeda-beda dalam kehidupan keilmuan, mentalitas,
dan karakternya sehingga mereka menerima pendekatan yang memiliki berbagai
atributuntuk belajar”.

Jadi dapat dikatakan bahwa masing-masing individu akan memilih cara dan
gayanya sendiri untuk belajar dan mengajar, namun ada karakteristik tertentu
dalam pendekatan pembelajaran yang khas dibanding dengan pendekatan yang
lain.

3. Pendekatan Pemecahan Masalah Matematika


Dalam kehidupan sehari hari kita menghadapi permasalahan.Masalah adalah
sesuatu yang tidak dapat terpecahkan oleh seseorang.Sementara itu, berpikir kritis
pada hakikatnya merupakan interaksi yang dilakukan oleh individu untuk
mengurus kesulitan yang ia cari hingga masalahnya tidak lagi menjadi masalah
baginya (Hudojo, 1988).Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang
mendorong sesorang untuk menyekesaikannya akan tetapi tidak tahu secara
langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah
diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara
menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai
masalah. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam
merencanakan proses pembelajaran matematika, guru perlu memperhatikan
hakekat matematika, hakikat anak didik, teori belajar, kurikulum dan model
pembelajaran.
Defenisi pemecahan masalah menurut Suherman ( 2001:83) Pemecahan
masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting
karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan
memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan seperti kemampuan yang
sekarang dimiliki untuk diterapkan untuk menangani masalah yang tidak
dipraktikkan sehari-hari. Melalui gerakan ini, bagian dari kemampuan numerik
yang signifikan seperti penggunaan aturan untuk masalah sporadis, pengungkapan
desain, spekulasi, korespondensi numerik dan lain-lain dapat dikembangkan
dengan lebih baik.
Dari defenisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemecahan
masalah adalah tipe belajar yang paling tinggi, dimana setiap individu yang
sedang belajar akan bertemu dengan sesuatu yang menjadi masalah jika sesuatu
itu baru dikenalnya. Suatu masalah umumnya berisi situasi yang mendorong
individu untuk memecahkan masalah dengan segera namun tidak tahu secara
langsung bagaimana cara menyelesaikannya untuk memperoleh kemampuan
dalam pemecahan masalah, individu perlu banyak pengalaman dalam
menyelesaikan berbagai macam permasalahan.
Dalam pembelajaran soal cerita, pemecahan masalah merupakan kegiatan
belajar matematika yang cukup sulit untuk diterapkan kepada siswa. Oleh karena
itu, penelitian yang akan dilakuikan adalah proses pembelajaran melalui
pendekatan pemecahan masalah yang memungkinkan dapat membantu siswa
dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar.

Pendekatan pembelajaran memiliki keunggulan tidak terkecuali


pendekatan pemecahan masalah.

“keunggulan pendekatan masalah adalah sebagai berikut:

 Siswa memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan


yang sudah dimilikinya.
 Dapat memperkaya, memperdalam, dan memperluas kemampuan siswa.
 Siswa lebih kreatif, aktif, berpikir logis dalam menyusun rencana penyelesaian
suatu masalah.
 Dapat menimbulkan kegairahan belajar siswa.
 Memberi kesempatan pada siswa maju terus dalam belajar (progress continus).
 Memperkuat konsep diri pada siswa dengan latihan percaya diri.
 Pendekatan ini kegiatan pembelajarannya lebih berpusat pada siswa

Pendekatan pemecahan masalah dapat digunakan dalam pembelajaran untuk


menyelesaikan soal-soal yang ditemukan dalam matematika.Pada pemecahan
masalah guru bisa memberikan panduan pada siswa berbagai strategi dan langkah-
langkah pemecahan masalah.Dalam matematika, seorang siswa sering dihadapkan
pada masalah yang kadang-kadang sulit, hal itu bisa berupa pemecahan masalah
matematika yang didalamnya soal cerita. Soedjadi (2000:198) mengatakan bahwa
“ pengalaman memecahkan masalah yang satu mungkin sangat berguna secara
landsung”. Keberhasilan seseorang dalam kehidupannya banyak ditentukan oleh
kemampuannya memecahkan masalah yang dihadapinya.

Langkah- langkah pendekatan pemecahan masalah


Untuk memecahkan masalah menurut Polya (dalam Suherman 2001:91)
mengemukakan bahwa ada empat langkah yang harus dilakukan yaitu:

1. Memahami Sifat Masalah


Mengidentifikasi/ menyajikan unsur-unsur dalam soal yang lebih jelas. Dalam
hal ini siswa harus mampu menentukan apa yangv diketahui dan apa yang
ditanya.
2. Menyusun Rencana
Membuat alternatif pemecahan masalah dalam bentuk model matematika
3. Melaksanakan rencana
Melaksanakan pemecahan masalah sesuai dengan penyusunan masalah ataun
menyelesaikan model matematika dengan menggantikan nilai dari variable-
variabel yang diketahui pada model matematika tersebut sehingga menemukan
jawaban akhir yangdiinginkan soal.
4. Mengevaluasi pemecahan masalah
Peninjauan kembali, memeriksa jawaban langkah-langkah pengerjaan secara
keseluruhan.
Untuk memahami langkah-langkah pemecahan masalah di atas, berikut contoh
penerapan langkah-langkah pemecahan masalah menurut polya pada pokok
bahasan operasi hitung bilangan:

Contoh soal
Sebanyak 3.420 peserta ujian akan menempati 90 ruanga. Masing-masing
ruangan berisi peserta sama banyak. Berapa banyak peserta dalam tiap
ruangan?
Penyelesaiannya adalah:
Misalnya : y = banyak orang tiap ruangan
Jadi banyak orang di 90 ruangan = 90 y

Maka model matematikannya :


90 y = 3420
Y =……..?

Penyelesaiannya:
90 y = 3420
Y = 3420 : 40
= 38
Hasilnya dapat dievaluasi sbb :
90 y = 3420
90 x 38 = 3420
3420 = 3420

Jadi banyak peserta dalam tiap ruangan adalah 38 orang

Dengan melihat contoh soal diatas soal di atas terlihat bahwa langkah-langkah
yang digunakan tepat dan mendapat hasilp yang sesuai dengan yang diinginkan
soal, dengan menerapkan langkahnya siswa terlatih dapat menerapkan pada soal-
soal cerita yang yang lain.

5. Pembelajaran Matematika di SD
a. Pengertian pembelajaran matematika
Menurut J. Bruner dalam Hidayat (2004: 8), "Belajar adalah interaksi
yang berfungsi yang memungkinkan orang menemukan hal-hal baru setelah data
yang diberikan kepadanya."Rudi dan Cepi (2009: 1) mengatakan bahwa
pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk pembelajaran.Menurut Pupuh dan M.
Sobry (2010: 10) mengungkapkan bahwa ukuran mengajar dan belajar merupakan
perkembangan dari latihan yang diselesaikan dan diselesaikan oleh pengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang ideal.

Menurut James dan James dalam Hasanah (2010: 11), bahwa matematika
adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-
konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak
yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Sedangkan menurut KTSP 2006, matematika merupakan

“Ilmu pengetahuan luas yang mendasari peningkatan inovasi saat ini, memiliki
pekerjaan yang signifikan di berbagai kereta dan memajukan penalaran manusia.
Peningkatan cepat di bidang inovasi data dan korespondensi saat ini bergantung
pada kemajuan aritmatika di bidang hipotesis bilangan, berbasis variabel
matematika, investigasi, hipotesis kemungkinan, dan diskrit.
Menurut Muhsetyo (2008: 26), pembelajaran matematika merupakan cara untuk
memberikan pertemuan pembelajaran kepada siswa melalui serangkaian latihan
yang diatur sehingga siswa memperoleh kemampuan tentang materi numerik yang
dipertimbangkan.

Berdasarkan penjelasan di atas, sangat mungkin dapat beralasan bahwa


pembelajaran IPA adalah tindakan pembelajaran yang mengulas matematika yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi numerik agar bermanfaat dan siap
untuk melatih efek samping dari pembelajaran matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam latihan mendidik dan pembelajaran, dikenal juga tempat tujuan atau yang
secara umum dikenal dengan istilah tujuan pendidikan. Bahkan ada individu yang
menyebutnya belajar.Mendidik adalah perpaduan dari dua latihan menunjukkan
dan latihan belajar. Latihan yang mendorong termasuk pekerjaan pendidik
berkaitan dengan mencari untuk membuat korespondensi yang bersahabat antara
belajar dan mengajar. Jaringan korespondensi ini adalah penunjuk dari suatu
gerakan atau tindakan pengarahan yang bekerja dengan baik.

Dengan demikian tujuan pengajaran adalah tujuan dari suatu proses interaksi
antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan.

Matematika sebagai salah satu ilmu esensial telah berkembang pesat baik dari segi
materi maupun kepegawaiannya. Subjek sains verfungsional melambangkan
kemampuan relasional dengan menggambarkan angka dan gambar sebagaimana
ketajaman berpikir yang dapat memberikan kejelasan dan mengatasi
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun tujuan dari pengajaran matematika adalah:

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan


pola piker dalam kehidupan dan dunia selalu berkembang, dan
2. Mempersipakn siswa meggunakan matematika dan pola piker matematika
dalam kehidupan sehari dan dalam mepelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Dari penggambaran di atas, tidak salah lagi keberadaan dunia ini akan terus
berlanjut sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi / karenanya
para pelajar harus dapat memperoleh, memilih dan mengawasi data untuk
bertahan dalam kondisi yang terus berkembang. Kapasitas ini membutuhkan
penalaran dasar, tepat, koheren, imajinatif, dan kemampuan untuk bekerja sama
dengan baik. Oleh karena itu, seorang instruktur harus terus mengikuti
perkembangan ilmu hitung dan secara konsisten berusaha untuk inovatif dalam
pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat mengarahkan siswa dengan cara
yang ideal.

Namun secara khusus tujuan kurikuler pengajaran matematika di Madrasah


Aliyah yang desebutkan dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai
berikut:

1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menerik kesimpulan, misalnya


melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksprimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten dan ekonsisten.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, mebuat predeksi serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan ngrafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Mempelajari cara berpikir dan bernalar dalam pembelajaran sains sangatlah


penting. Hal ini sesuai dengan penilaian Soedjadi bahwa “salah satu kualitas ilmu
adalah contoh penalaran deduktif, yang merupakan salah satu tujuan konvensional
yang menggarisbawahi pengorganisasian berpikir”.Meskipun pola pikir ini
penting, namun dalam pembelajaran matematika terutama pada jenjang SD dan
SLTP masih diperlukan pola pikir deduktif, sedangkan jenjang sekolah menengag
penggunaan pola pikir induktif dalam penyajian suatu topic sudah semakn
dikurangi. Selain perspektif, dalam siklus belajar siswa juga dipersiapkan untuk
menumbuhkan inovasi melalui pikiran dan naluri kreatif.Setiap siswa punya
kemampuan yang berbeda-beda dalam memandang suatu permasalahn yang
dikembangkan, inilah yang disebut dengan pemikiran divergen yang perlu terus
dikembangkan.Berdasarkan penjelasan tujuan pengajaran di atas dapat dimengerti
bahwa matematika itu bukan saja dituntut sekedar menghitung, tetapi siswa juga
dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah dalam hidup
ini.Masalahnya adalah tentang aritmatika itu sendiri dan masalah dalam sains lain,
dan membutuhkan kontrol yang sangat tinggi, jadi ketika Anda memahami ide
dasar matematika, itu cenderung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Soal Cerita Matematika

Soal cerita matematika adalah masalah dalam kehidupan sehari-hari ysng


wujudnya masih dalam kalimat biasa yang dapat dijadikan kalimat matematika
dalam wujud model matematika.Kelemahan siswa dalam soal cerita adalah dalam
penyelesaiannya dan dalam membuat/menyelesaikan kalimat
matematikannya.Seperti yang diungkapkan Armanto ( 1998) bahwa :

“ beberapa kelemahan siswa menjawab soal cerita yaitu dalam pembelajaran


penyelesaian soal cerita, dan dalam membuat/menyusun kalimat
matematikannya”.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa kelemahan siswa dalam


menguasai konsep dan prosedur matematika serta dalam pengaplikasiannya dalam
memecahkan soal cerita matematika merupakan bahan masukan yang berharga
guna perbaikan kemampuan siswa mempelajari matematika.

Dalam menyelesaikan soal cerita, anak sering mengalami kesulitan karena


tidak mengetahui langkah-langkah untuk membuat kalimat matematik, seperti
yang diutarakan Abdurrahman (1999) menyatakan bahwa :

“Dalam menangani masalah cerita untuk beberapa anak yang mengalami masalah.
Masalah ini memberikan kesan diidentikkan dengan pelatihan yang
mengharapkan anak-anak membuat kalimat matematika tanpa terlebih dahulu
memberikan pedoman tentang sarana yang akan diambil.Disamping itu, anak juga
tidak terlatih untuk menyelesaikan masalah secara lebih sistematis”.

Untuk menyelesaikan permasalahan matematika, terutama soal cerita


dapat dilakukan dengan membuat model matematika, melakukan pengerjaan
(komputasi) pada model matematika itu, dan selanjutnya menginterprestasikan
hasil yang diperoleh ke dalam soal semula.

Langkah-langkah proses penyelesaian permasalahan matematika menurut R.


Skemp ( dalam saragih, 1996) mengatakan bahwa :

Abstracting
Outside World Mathematical World
1

Manipulation of Model
2

3 Re-embodying

Proses Penyelesaian masalah matematika :

Langkah 1

Abstraction : mengubah permasalahan dunia nyata (real word)

ke dalam permasalahan matematika

(mathematical world)

Langkah 2

Manipulation of Model : menyelesaikan permasalahan matematika

tersebutdengan menggunakan

algoritma-algoritma.

Langkah 3

Re-embodying : menterjemahkan kembali hasil penyelesaian

matematika ke dalam dunia nyata

Dari uraian diatas dapatlah dikatakan bahwa selain kemampuan berhitung,


untuk menyelesaikan soal cerita siswa harus memiliki kemampuan
lainya.Kemampuan itu diantarannya adalah kemampuan menelaah maksud dari
suatu kalimat, kemampuan mengubah dari kalimat biasa ke dalam kalimat
matematika dan kemampuan untuk memilih teorema atau formula yang sesuai
untuk menyelesaikan soal cerita tersebut.Selain itu siswa kurang kritis dan sulit
untuk memahami suatu problema.Diduga kemampuan analisis yang rendah ini
merupakan penyebab kurang berhasilnya pengajaran matematika
disekolah.Sehingga dengan membiasakan siswa menyelesaikan soal cerita
diharapkan mampu meningkatkan kemampuan analisis siswa.

MATERI

Menggunakan operasi hitung pembagian dalam pemecahan masalah

Contoh 1 :

a. Harga 3 buah pensil Rp. 2.400,00. Berapakah harga sebuah pensil ?


Penyelesaiannya :
Pemahaman sifat masalah
Dik : 3 buah pensil = Rp.2.400,00
Dit : berapa harga 1 buah pensil ?
Menyusun rencana
Misalnya : harga 1 pensil = n
Harga 3 pensil 3n
Maka, model matematikanya
3n = Rp. 2.400,00
Melaksanakan rencana
3n = Rp. 2.400,00
n = Rp. 2.400,00 ; 3
= 800
Jadi, harga sebuah pensil adalah Rp.800,00

Mengevaluasi pemecahan masalah


3n = Rp. 2.400,00 ; n= 800
3 x 800 = 2400
2400 = 2400

Dengan melihat contoh soal diatas terlihat bahwa langkah-langkah yang


digunakan tepat dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan soal,
dengan menerapkan langkah-langkahnya siswa terlatih dan dapat menerapkan
pada soal-soal lain.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu


a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pembelajaran adalah di SD Negeri No. 173525 Balige
Kecamatan Balige Kabupaten Toba.Adapun waktu penelitian pembelajaran ini
dilakukan pada semester II tahun ajaran 2020/2021.Mata pelajaran
matematika, tentang Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian dengan metode
Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I pada tanggal April


2021, siklus II pada tanggal Mei 2021 dan sesuai dengan jadwal kegiatan.
Penelitian ini dibantu oleh rekan-rekan kerja sebagai mitra dalam pemeriksaan ini.

Subjek penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri


No. 173525 Balige Kecamatan Balige Kabupaten Toba, dengan jumlah siswa 24
anak, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan

Subjek pelaku tindakan kelas adalah guru kelas IV yang


dibantuoleh teman sejawat dan kepala sekolah selama melaksanakan
penelitian.Mata pelajaran yang menjadi sasaran pembelajaran adalah
pelajaranmatematika kelas IV, khususnya pada materi Operasi Hitung Perkalian
dan Pembagian.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

A. Desain Penelitian

Penelitian aktivitas wali kelas merupakan penilaian terhadap latihan-latihan


pembelajaran sebagai suatu aktivitas yang sengaja dibawa dan terjadi di dalam
kelas secara bersama-sama. Kegiatan tersebut diberikan oleh pendidik atau
instruktur dengan judul yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi Arikunto, dkk;
2006: 3).
PTK merupakan salah satu bagian dari penelitian tindakan dengan tujuan
yang spesifik, yaitu memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang
dilakukan di kelas (Suhardjono, 2006: 58).

PTK adalah suatu eksplorasi yang dimana pondasi permasalahan tersebut muncul
di ruang belajar dan dirasakan langsung oleh instruktur yang bersangkutan
(Supardi, 2006: 104). Jadi dalam Wahana ini, seorang spesialis dapat melihat
dengan matanya sendiri praktik pembelajaran yang berkelanjutan atau upaya
terkoordinasi dengan instruktur yang berbeda dalam memimpin ujian pada siswa
sejauh bagian dari kerja sama mereka dalam interaksi pembelajaran.

Beberapa ahli berpendapat bahwa model penelitian kegiatan memiliki empat


tahap, yaitu (1) penyusunan, (2) pelaksanaan, (3) persepsi, dan (4) refleksi. Empat
fase dalam eksplorasi ini adalah komponen untuk membentuk sebuah siklus,
menjadi satu putaran spesifik dari tindakan yang konsisten, yang kembali ke
kemajuannya yang unik. Jadi, jenis penelitian aktivitas ini tidak pernah
merupakan tindakan soliter, namun serangkaian latihan akan kembali ke titik
awalnya, khususnya sebagai siklus. Model untuk setiap tahap dapat ditemukan
pada gambar yang menyertai (Suharsimi Arikunto et al; 2006: 16).

1. Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan alur siklus perbaikan pembelajaran menyelesaikan soal cerita
pada opersi hitung pembagian diatas, guru selaku peneliti dengan batu observer
mendadakan persiapan perbaikan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah
dalam PTK. Adapun langkah- langlah tersebut antara lain :

a. Mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, dan merumuskan masalah,


serta merumuskan hipotesis.

Guru melakukan identifikasi masalah terhadap pembelajaran sebelumnya


dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri .apa yang sedang terjai di
kelas IV yang jumlah siswanya sebanyak …. siswa?. Apakah pendekatan yang
digunakan dalam pembelajaran sudah tepat?, Apakah siswa sudah merasa senang
dalam proses pembelajaran?,Mengapa hasil belajar siswa pada saat ulangan masih
jauh dari yang diharapkan?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut guru melakukan
refleksi , dan menemukan jawaban dari setiap pertanyan, yaitu: engan jumlah
siswa yang tidak terlalu banyak yaitu… siswa, tetapi suasan di kelas belum
kondusif, siswa cenderung bermain sendiri dan tidak konsentrasi dalam mengikuti
pembelajaran. Sementara pendekatan dan metode yang digunakan guru dalam
penbelajaran terasa membosankan bagi siswa denga kata lain metode yang
digunakan guru yaitu mrtode ceramah tidak sesuai denga keadaan kelas IV.
Dengan metode tersebut siswa menjadi tidak focus dalam mengikuti pembelajaran
karena merasa bosan engan metode yng biasa-biasa saja. Dengan demikian hasil
belajar siswa setelah diadakan ulangan ternyata tidak sesuai dengan yang
diharapkan dalam tujuan pembelajaran.Nilai rata-rata kelas baru mencapai nialai
60.

Untuk menganalisis permasalahan diatas guru melakukan kegiatan-


kegiatan, yaitu: memeriksa daftar nilai siswa. Dari hasil analisis terhadap daftar
nilai siswa ternyata sebagian besar masih mendapat nilai dibawah KKM baik
siswa yang tergolong pandai, rata-rata, maupun yang sering mendapat nilai
dibawah KKM.Menganalisis daftar tugas-tugas yang diberikan kepada
siswa.Hasil analisis terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada siswa
menunjukkan bahwa tingkat kesulitan dari soal-soal yang iberikan tidak
merata.Melakukan refleksi terhadap perilaku guru sendiri pada saat pembelajaran.
Dari hasil merenung didapatkan sumber pemasalahan dari guru, yaitu:guru
menjrlaskan dengan sikap yang tidak simpatik, apabila ada siswa yang bermain
sendiri guru menegur dengan nada yang keras, apabila siswa mengerjakan siswa
guru tidak membimbing dan sering meninggalkan siswanya.

Dari uraian diatas guru memfokuskan permasalahan dengan merumuskan


masalah yaitu, bagaimanakah upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita paa kompetensi dasar pembagian bilangan bulat dalam
pembelajaran matematika?
Dari rumusan masalah di atas dapat dirumuskan hipotesis yaitu, pendekaran
pemecahan masalah pada operasi hitung pembagian di kelas IV SD Negeri
173525 Balige dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita.

b. Menemukan cara pemecahan masalah dalam tindakan perbaikan.


Untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa dan mengetahui efektifitas
penggunaan pendekatan pemecahan masalah guru (peneliti) melakukan kajian
teori terhadap pendekatan pemecahan masalah dan berdiskusi dengan teman
sejawat. Dari kajian teori tentang pendekatan pemecahan masalah apat isimpulkan
apabila siswamengalani dan membuktikan sendiri suatu konsep maka siswa akan
lebih percaya dan memahami konsep yang telah dibuktikan sendiri.
Dari hasil kajian teori tentang pendekatan pemecahan masalah dan iskusi
denga teman sejawat guru (peniliti) menentukan hipotesis tindakan yaitu, Apabila
guru menjelaskan soal cerita pembagian dalam pembelajaran matematika, siswa
mengalami an membuktikan sendiri menggunakan kegiatan eksperimen yang
sesuai, guru bersikap simpatik, serta guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya, maka pemahaman siswa alam menyelesaikan soal cerita cerita
pembagian.
c. Merancang skenario tindakan perbaikan yang dikemas dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Untuk menuangkan alternatif perbaikan menjadi sebuah rencana yang siap


dilaksanakan guru melakukan persiapan engan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).

d. Mendiskusikan aspek-aspek yang diamati dengan teman sejawat yang ditugasi


sebagai pengawat.

Guru selaku peneliti melakukan iskusi dengan teman sejawat selaku


observer. Dari hasil diskusi disepakati aspek-aspek yang akan iamati bersama
observer, antara lain: Merekam cara guru saat menjelaskan dan keaktifan siswa
setelah pelajaran selesai dan membuat form lembar kerja siswa dan menganalisis
hasil pekerjaan siswa.

e. Melaksanakan pembelajaran sesuai denga scenario yang telah irancang dan


diamati oleh observer.

Berikut uraian implementasi dari scenario perbaikan pembelajaran di atas


yang dimulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir yang dilakukan
guru selaku peneliti.
Pada kegiatan awal guru melakukan kegiatan apersepsi seperti yang tertulis
pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang bertujuan untukmenarik
perhatian siswa, sehingga siswa siap belajar.Namun apabila paa pelaksanaan tidak
sesuai dengan rencana maka guru secara melakukan tinakan transaksional dan
merekan dengan ingatan guru, dan mencatat apabila tersedia waktu luang.
Kegiatan berikut adalah kegiatan inti, kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran yang bertujuan mencapai TIK dari yang paling mudah sampai yang
paling sukar. Kegiatan inti mencakup, guru menjelaskan mengunakan langkah-
langkah pemecahan masalah, Tanya jawab secara klasikal, menemukan
penyelesaian soal, dan menyimpulkan materi yang telah ipelajari. Pada kegiatan
inti guru selaku peneliti mengumpulkan berbagai informasi untuk memperoleh
data dalam kegiatan penelitian, apabila guru merasa terlalu sibuk sehingga tidak
dapat menenangi sendiri,maka guru meminta bantuan observer unruk
membantunya sesuai kesepakatan bersama.
Selanjutnya adalah kegiatan penutup, kegiatan ini bertujuan untuk
memeriksa pemhaman siswa dan menindak lanjuti hasil belajar.Dalam kegiatan
penutup yang dilakukan adalah memberi soal tes kepada siswa, menganalisis
pekerjaan siswa, dan memberi motivasi kepada siswa agar rajin belajar dan
berlatih tentang meteri bilangan bulat.

f. Mendiskusikan hasil pengamatan dengan observer.

Kegiatan ini ilakukan setelah selesai melakukan proses panbelajaran sesuai


scenario pembelajaran yang telah dibuat. Dalam kegiatan ini guru selaku peneliti
bersama observer melakukan diskusi membahas dan menganalisis tentang hasil
rekaman dari aspek-aspek yang telah disepakati bersama.

g. Melaksanakan kegiatan refleksi kegiatan perbaikan yang telah disepakati


bersama

Kegiatan refleksi dilakukan engan memeriksa catatan hasil observasi,


kejadian-kejadian pada saat pembelajaran serta mengetahui penyebab dan
solusinya.Dari kegiatan refleksi guru mengakomodasi hasil perbaikan dalam
perencanaan perbaikan berikut.
h. Konsultasi dengan pembimbing.

Untuk menetapkan langkah-langkah dalam kegiatan penelitian ini


selanjutnya guru selaku peneliti melakukan konsultasi dengan osen
pembimbing.Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui hak-hal yang perlu
dibenahi dalam tahapan-tahapan penelitian sebelum dilassanakan.

Informasi Observasi

Untuk membantu penelitian tindakan kelas selama 2 siklus ini penulis dibantu
oleh seorang observer dengan identitas seperti dibawah ini :

Nama : Romida Sinaga, S.Pd


NIP :
Jabatan : Guru Kelas VI a
Unit kerja : SD Negeri 173525 Balige
Tugas : melakukan observasi pelaksanaan kegiatan perbaikan
pembelajaran pada siklus
pertama dalam siklus kedua.

Sesuai dengan eksplorasi semacam ini, khususnya penelitian aktivitas wali kelas,
ujian ini memiliki tahapan penelitian sebagai siklus. Metode dalam penelitian ini
terdiri dari dua siklus. Dalam setiap siklus ada dua pertemuan. Terlebih lagi,
setiap siklus dilakukan sesuai perkembangan yang harus dicapai. Metodologi
dalam ujian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

A. Siklus I
1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan tindakan dilakukan setelah tes awal diberikan, tes awal
diberikan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita pada pecahan. Hasil tes ini kemudian digunakan untuk indentifikasi
awal terhadap tindakan yang akan dilakukan. Pada tahap ini kegiatan yang
dilakukan adalah merencanakan tindakan, yaitu berupa penyusunan scenario
pembelajaran yang disusun sesuai dengan tingkat kesulitan dalam menyelesaikan
soal cerita pada operasi hitung bilangan dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah.
Pada tahap perencanaan tindakan pada setiap siklusnya adalah sebagai
berikut :

1. Perencanaan tindakan pada siklus I


1. Peneliti melaksanakan kegiatan pengembangan materi operasi hitung
pembagian
2. Peneliti melaksanakan kegiatan penyelesaian soal cerita pada operasi
hitung bilangan yang diawali dengan memberikan contoh soal dan
menyelesaikan dengan membuat kalimat matematika terlebih dahulu.
3. Memberikan latihan kepada siswa untuk menyelesaikan soal cerita tentang
operasi hitung bilangan dan dikerjakan secara individual yang disajikan
dalam tes
4. Memantau aktivitas siswa dalam mengerjakan latihan yang diberikan dan
membimbing siswa yang kurang mengerti dalam membuat model
matematika yang pada waktu menyelesaikan soal cerita tersebut.

2. Pelaksanaan siklus 1

Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan merupakan pengembangan dan


pelaksanaan scenario pembelajaran yang telah disusun.Pada akhir tindakan diberi
latihan untuk melihat hasil yang di capai setelah diberikan tindakan dengan
dengan pembelajaran membuat model matematika dalam penyelesaian soal cerita
pecahan. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan peneliti adalah :

1. Peneliti menjelaskan materi tentang operasi hitung bilangan dengan jelas dan
sistematis.
2. Bertanya kepada siswa tentang materi yang kurang dipahami, kemudian
menjelaskannya kembali.
3. Peneliti menjelaskan cara menyelesaikan operasi hitung bilangan apabila
disajikan dalam bentuk soal cerita dengan memberi contog-contoh soal.
4. Memberi latihan tes hasil belajar kepada siswa kemudian mengarahkan
beberapa orang untuk menampilkan hasil kerjannya di papan tulis.
5. Setelah itu, peneliti menanyakan pendapat siswa lain mengenai penyelesaian
yang telah di kerjakan temannya di papan tulis, kemudian mencari pada tahap
mana kesulitan siswa, dalam menyelesaikan soal tersebut kemudian
menjelaskan kepada siswa.
6. Peneliti memberi motivasi kepada siswa untuk berlomba menyelesaikan soal-
soal di depan kelas dan memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa yang
lain juga memberi bimbingan kepada siswa yang kurang mampu dalam
mengikuti langkah-langkah dalam menyelesaikan soal yang sudah dijelaskan
sebelumnya.

Kegiatan belajar yang dilakukan merupakan pengembangan dan pelaksanaan


dari skenario pembelajaran yang telah disusun.Skenario pembelajaran pada siklus
1 dapat dilihat pada lampiran 1 dengan alokasi waktu 12 jam pembelajaran.
Diakhir pembelajaran siklus 1 peneliti memberikan tes yang bertujuan untuk
melihat keberhasilan tindakan yang diberikan.

3. Tahap Observasi

Observer mengamati kegiatan yang dilakukan guru/siswa selama kegiatan


pembelajaran berlangsung dengan berpedoman pada lembar observasi.

Observasi difokuskan pada latihan dan tes yang diberikan kepada siswa
diakhir tahap pemberian tindakan untuk mengetahui gambaran tentang
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita sesuai dengan materi yang
disampaikan.

4. Tahap refleksi

Dari hasil observasi dan evaluasi dianalisis dan diketahui kesalahan-kesalahan


yang dilakukan siswa sudah berkurang.Tetapi siswa masih mengalami kesulitan
dalam mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah matematikanya.Dari hasil
pembelajaran pada siklus ini menjadi acuan pada tindakan siklus berikutnya.
B. Siklus II
1. Perencanaan Tindakan Siklus II

Pada tahap ini peneliti membuat alternatif pemecahan masalah (perencanaan


tindakan) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Sebelum masuk kedalam materi terlebih dahulu membahas soal mengenai tes
pada siklus I sehingga pemahaman siswa tentang operasi hitung dalam
menyelesaikan soal cerita semakin jelas dan dipahami siswa.
2. Untuk mengatasi siswa yanbg tidak paham dalama menterjemahkan soal
cerita, peneliti menekankan penjelasan pada tahap memahami soal dan
merencanakan penyelesaian soal.
3. Untuk mengatasi kesalahan siswa dalam penyelesaian soal, direncanakan
peneliti memberi penjelasan bagaimana menggunakan pendekatan pemecahan
masalah.

2. Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus II


1. Membahas penyelesaian tes hasil belajar I yang dianggap sulit oleh siswa
yang kurang memahami materi tersebut semakin dimengerti.
2. Menjelaskan tahap/langkah-langkah pemecahan masalah dalam soal cerita
yang dimulai dari :
a. Menelaah maksud dari suatu kalimat
b. Mengubah kalimat biasa kedalam kalimat matematika
c. Melakukan komputasi pada kalimat matematika itu
d. Menginterprestasi hasil yang diperoleh kedalam soal semula
3. Memberikan contoh soal cerita dan menyelesaikan sesuai dengan
tahap/langkah-langkah pemecahan masalah.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang tahap-tahap
yang belum dipahami kemudian memberi tes belajar II.
5. Memantau aktivitas siswa dalam mengerjakan tes yang diberikan dan
memperhatikan proses penyelesaian soal tersebut.
6. Memeriksa hasil kerja siswa dan memberi penilaian.

3. Tahap Observasi

Mangamati kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung dengan


berpedoman pada lembar observasi, untuk mengetahui hasil kegiatan selama
pelaksanaan pembelajaran dilakukan.Dan melaksanakan evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan selama pembelajaran dilakukan untuk mengetahui gambaran
hasil tindakan yang dilakukan.

4. Tahap Refleksi

Dari tes dan persepsi yang diberikan sebagai alasan untuk mencapai kesimpulan,
apakah latihan yang diselesaikan telah membuahkan hasil.Jika siklus II masih
banyak siswa mengalami kesulitan dan kesalahan dalam menyelesaikan soal
cerita, maka akan direncanakan pada siklus selanjutnya. Bagaimanapun juga, jika
telah memenuhi petunjuk-petunjuk pencapaian belajar, tidak penting untuk
melanjutkan kegiatan ke siklus berikutnya.

C. Teknik Analisis Data

Alat yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah tes dan
observasi.

1. Tes
Salah satu evaluasi yang dilakukan untuk mengukur kemampuan dan melihat
tingkat keberhasilan dari suatu materi ajar yang disampaikan adalah tes.

Dalam penelitian ini tes dilakukan atas dua bagian yaitu : Post tes I dan Post
tea II, diberikan untuk mengambila apakah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita sudah meningkat dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah mateamtika khususnya pada sub pokok bahasan operasi
hitung pembagian.

Tes yang digunakan sesuai dengan kurikulum dan indikator yang hendak
dicapai yang diambil dari buku paket kelas IV SD KTSP 2006, sehingga tidak
perlu diuji coba lagi karena sudah memenuhi validasi isi.

2. Observasi

Observasi yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap seluruh kegiatan


pembelajaran mulai dari awal pelaksanaan tindakan sampai berakhirnya
pelaksanaan tindakan. Observer ( guru kelas ) mengamati tindakan peneliti dalam
melaksanakan tindakan, berupa pembelajaran pemecahan masalah dalam
menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan pendekatan masalah.

Adapun kriteria untuk menentukan peningkatan dari observer belajar siswa,


menurut (arikunto, 1991: 245), adalah sebagai berikut :

1. Sangat baik : 80 % - 100 % dari jumlah siswa dari tiap indikator


2. Baik : 60 % - 79 % dari jumlah siswa dari tiap indikator
3. Cukup : 40 % - 59 % dari jumlah siswa dari tiap indikator
4. Kurang : 20 % - 39 % dari jumlah siswa dari tiap indikator
5. Sangat kurang : 0 % - 19 % dari jumlah siswa dari tiap indikator

Jadi kriteria ini yang digunakan dalam menilai kemampuan siswa secara klasikal.

Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif


dan kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif
Digunakan untuk menganalisis data motivasibelajar siswa,afektip siswa,
psikomotor siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

a. Rumus analisis motivasibelajar siswaperindividu

R
N= X 100
SM

Keterangan :

N= Nilai yang dicari atau diharapkan

R= Skor mentah yang diperoleh siswa

SM= Skor maksimum

100= Bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2008: 102).

Tabel 3.2. Kategori Motivasi Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai.
N Sko Rentang Kategori
o r Nilai
1. 5 81-100 Sangat baik
2. 4 61-80 Baik
3. 3 41-60 Cukup
4. 2 21-40 Kurang
baik
5. 1 0-20 Sangat
kurang
(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

b. Rumus analisis motivasi belajar siswa secaraklasikal

P=
∑ siswa termotivasi x 100 %
∑ siswa
Tabel 3.3. Kategori Motivasi Belajar Siswa Secara Klasikal
N Sko Rentang Kategori
o r Nilai
1. 5 81-100 Sangat baik
2. 4 61-80 Baik
3. 3 41-60 Cukup
4. 2 21-40 Kurang
baik
5. 1 0-20 Sangat
kurang
(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

c. Rumus analisis kinerja guru selama prosespembelajaran

jumlah skor yang diperoleh


Skor akhir = x 100 %
jumlah skor maksimal

Tabel 3.4. Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Perolehan Nilai


N Sko Rentang Kategori
o r Nilai
1. 5 81-100 Sangat baik
2. 4 61-80 Baik
3. 3 41-60 Cukup
4. 2 21-40 Kurang
baik
5. 1 0-20 Sangat
kurang
(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)
d. Nilai afektif siswa diperoleh denganrumus:

R
N= X 100
SM
Keterangan:

N = Nilai yangdicari
R = Skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum
100 = Bilangantetap
(Sumber: Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.5. Kategori Afektif Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai
N Sko Rentang Kategori
o r Nilai
1. 4 76-100 Sangat baik
2. 3 51-75 Baik
3. 2 26-50 Cukup
4. 1 0-25 Kurang
(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

e. Nilai Psikomotor siswa per individu diperoleh denganrumus:

R
N= X 100
SM

Keterangan:

N = Nilai yangdicari
R = Skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum 100 =
Bilangantetap
(Sumber: Purwanto, 2008: 102)

Tabel 3.6. Kategori Psikomotor Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai
N Sko Rentang Kategori
o r Nilai
1. 5 81-100 Sangat baik
2. 4 61-80 Baik
3. 3 41-60 Cukup
4. 2 21-40 Kurang baik
5. 1 0-20 Sangat
kurang
(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

f. Nilai persentase Psikomotor siswa secara klasikal diperoleh denganrumus:

∑ Siswa yang mengalami keterampilan


P= x 100 %
∑ Siswa
Tabel 3.7 Kriteria Psikomotorik Siswa Secara Klasikal dalam Satuan Persen (%)
N Sko Rentang Kategori
o r Nilai
1. 5 81-100 Sangat baik
2. 4 61-80 Baik
3. 3 41-60 Cukup
4. 2 21-40 Kurang baik
5. 1 0-20 Sangat
kurang
(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

2. AnalisisKuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam


hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Nilai rata-rata hasil belajar
siswa dapat dihitung dengan menggunakanrumus:
a. Rumus analisis hasil belajar kognitif siswa

R
S= X 100
N

Keterangan:
S = Nilai yangdiharapkan
R = Jumlah skor/item yang dijawab benar
N = Skor maksimum darites
100 = Bilangan tetap

b. Untuk menghitung rata-rata hasil belajar kognitif siswa digunakanrumus

∑ Xi

X=
∑N
Keterangan:

X = Nilairata-rata
∑Xi = Jumlah semua nilai siswa
∑N = Jumlah siswa
(Adopsi dari Aqib, dkk. 2009: 40)
c. Untuk menghitung presentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara
klasikal denganrumus:

Jumlah Siswa Tuntas


Ketuntasan klasikal = x 100 %
Jumlah Siswa

Keterangan:
∑ S ≥ 66 = jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar atau sama
dengan 66
N = banyak siswa
100 % = bilangan tetap
(Aqib 2009: 41).

Tabel 3.8. Kategori ketuntasan hasil belajar Kognitif siswa secara klasikal
dalam persen (%).
No. Tingkat Keberhasilan% Keterangan
1. 86 – 100 Sangat Tinggi
2. 71 – 85 Tinggi
3. 56 – 70 Sedang
4. 41 – 55 Rendah
5. 26 – 40 Sangat Rendah
(Adopsi dari Aqib, dkk.(2009: 41)

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini
digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya,
sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran.
f = jumlah siswa

* Pengolahan skor menjadi nilai

Untuk mengolah skor menjadi nilai dalam penelitian ini digunakan rumus
sebagai berikut :
skor yang diperoleh
Skor = x 100 %
skor tertinggi

Setelah data dari tes yang dikumpulkan maka dilakukan analisis data langkah-
langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah :

1. Setiap lembar jawaban siswa dikoreksi untuk mengetahui kesulitan siswa


dalam menyelesaikan soal cerita.
2. Kesalahan dan kesulitan siswa tersebut dianalisis untuk melakukan tindakan
perbaikan dalam membantu siswa dalam menyelesaikan soal cerita.
3. Kesalahan – kesalahan tersebut ditampilkan dan dilakukan pembahasan.

Berdasarkan pembahasan akan ditemukan hasilnya dan hasil tersebut


merupakan alat untuk melakukan tindakan dalam menyelesaikan hasil dan
membantu siswa dalam penyelesaian soal cerita dengan benar.

Melalui penelitian ini diharapkan jumlah siswa yang mengalami kesulitan


dalam menyelesaikan soal cerita khususnya dalam sub pokok bahasan operasi
hitung bilangan dapat diminimalkan. Maka dalam penelitian ini kesulitan yang
dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita dikatakan minimal jika hasil dari
tes menunjukkan kesalahan dalam menyelesaikan soal menurun. Penelitian cerita
sudah berkurang atau tidak terdapat lagi kesalahan-kesalahan.

Dengan demikian yang menjadi indicator keberhasilan dalam penelitian ini


adalah bila siswa yang mengalami kesalahan dan kesulitan dalam menyelesaikan
soal semakin menurun. Penelitian ini berhasil apabila 70 % dari jumlah siswa
yang mampu menyelesaikan soal cerita dengan benar. Hal ini dapat dilihat dari
lembar jawaban tes yang diberikan kepada siswa pada setiasp siklusnya.

Dari setiap tindakan yang diberikan kepada siswa diharapkan jumlah siswa
yang berkesulitan dalam menyelesaikan soal cerita semakin berkurang atau
seluruh siswa mampu menyelesaikan soal sesuai dengan langkah-langkah
penyelesaian.
Dan apabila jumlah siswa yang mengalami kesalahan dan kesulitan masih
tetap maka dilakukan kajian tindakan terhadap masalah tersebut untuk
memperbaiki pada siklus berikutnya.

Berikut ini data tentang kesulitan yang dilakukan dalam menyelesaikan soal
cerita pada operasi hitung pembagian

Kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita


Kesulitan dalam menyelesaikan operasi hitung pembagian
Kesulitan akibat kurang memahami konsep
Kesulitan dalam membuat model matematika
Kesulitan dalam menterjemahkan memahami maksud suatu kalimat dalam
soal cerita tersebut.

Anda mungkin juga menyukai