Anda di halaman 1dari 160

Modul Training of Trainer Instruktur Provinsi

TOT INSTRUKTUR PROPINSI PENGUATAN IMPLEMENTASI K-13


MELALUI PEMBELAJARAN BERFIKIR TINGKAT TINGGI
BERBASIS ANALISIS UN DAN PISA

Pembelajaran Matematika di SMP


Berorientasi Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi
Berbasis UN dan PISA
( Bilangan, Aljabar, Geometri dan Pengukuran, Statitiska dan Peluang )

Penulis :

ARFIANTI LABABA
TITIK SUTANTI
RATNA HERAWATI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK)
MATEMATIKA

2018
MODUL
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERORIENTASI
KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI BERBASIS UN
DAN PISA

Penulis:
Arfianti Lababa
Ratna Herawati
Titik Sutanti

PUSAT PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN


TENAGA KEPENDIDIKAN MATEMATIKA
2018
Penulis:
Arfianti Lababa, email: a_lababa@yahoo.com
Ratna Herawati, email: hera_taa3@yahoo.com
Titik Sutanti, email: titik.sutanti@p4tkmatematika.org

Penelaah:
Dr.Kana Hidayati, M.Pd.

Copyright©2018

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika


(PPPPTK Matematika)

ii
KATA PENGANTAR

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. iii


DAFTAR ISI ................................................................................................................................. iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................................................... vi
BAGIAN I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Target Kompetensi ................................................................................................. 2
C. Tujuan Pembelajaran ............................................................................................. 2
D. Penilaian ..................................................................................................................... 2
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN ........................................................................... 4
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 PEMBELAJARAN BILANGAN ................................. 4
A. Pengantar Kegiatan Pembelajaran ................................................................... 4
B. Tujuan Pembelajaran ............................................................................................. 5
C. Indikator Pencapaian Kompetensi ................................................................... 5
D. Uraian Materi ............................................................................................................ 6
E. Aktivitas Pembelajaran ...................................................................................... 32
F. Refleksi ..................................................................................................................... 35
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 PEMBELAJARAN ALJABAR ................................... 36
A. Pengantar Kegiatan Pembelajaran ................................................................ 36
B. Tujuan Pembelajaran .......................................................................................... 37
C. Indikator Pencapaian Kompetensi ................................................................ 37
D. Uraian Materi ......................................................................................................... 37
E. Aktivitas Pembelajaran ...................................................................................... 79
F. Rangkuman ............................................................................................................. 84
G. Refleksi dan Umpan Balik ................................................................................. 84
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 PEMBELAJARAN GEOMETRI DAN
PENGUKURAN ......................................................................................................................... 85
A. Pengantar Kegiatan Pembelajaran ................................................................ 85
B. Tujuan Pembelajaran .......................................................................................... 86
C. Indikator Pencapaian Kompetensi ................................................................ 86

iv
D. Uraian Materi ..........................................................................................................86
E. Kegiatan Pembelajaran .......................................................................................89
F. Rangkuman ........................................................................................................... 121
G. Refleksi dan Umpan Balik ............................................................................... 121
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4 PEMBELAJARAN STATISTIKA DAN PELUANG ............. 123
A. Pengantar Kegiatan Pembelajaran .............................................................. 123
B. Tujuan Pembelajaran........................................................................................ 124
C. Indikator Pencapaian Kompetensi .............................................................. 124
D. Uraian Materi ....................................................................................................... 124
E. Kegiatan Pembelajaran 2 ................................................................................ 132
F. Rangkuman ........................................................................................................... 139
G. Refleksi dan Umpan Balik ............................................................................... 140
BAGIAN III EVALUASI ....................................................................................................... 142
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 149

v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

1. Modul Pelatihan Pembelajaran Matematika Berorientasi KBTT Berbasis UN dan


PISA yang akan Anda pelajari ini memuat materi:
a. Pengertian berpikir tingkat tinggi dan urgensinya dalam pembelajaran.
b. Pendekatan dan strategi pembelajaran yang berorientasi berpikir tingkat
tinggi.
c. Implementasi pendekatan dan model pembelajaran yang berorientasi
berpikir tingkat tinggi.
d. Metode dan teknik pembelajaran yang berorientasi berpikir tingkat tinggi.
e. Praktik penyusunan skenario pembelajaran yang berorientasi berpikir
tingkat tinggi.
2. Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat:
a. memahami pengetahuan, konsep, dan prosedur yang benar terkait materi
yang sudah dipelajari;
b. memiliki ketrampilan dalam menggunakan pengetahuan, konsep dan
prosedur untuk menyelesaikan permasalahan terkait materi yang dipelajari;
c. memiliki kemampuan dan kepercayaan diri untuk mengajarkan materi-
materi pada peserta didik.
3. Modul ini mencakup; Bagian I Pendahuluan, Bagian II Kegiatan Pembelajaran
(bagian ini terdiri atas beberapa bagian yang dipisah berdasar materi yang
dipelajari), Bagian III Evaluasi, dan Bagian IV Penutup. Selain empat bagian
tersebut modul ini juga dilengkapi petunjuk penggunaan, daftar isi, lampiran-
lampiran, serta kunci jawaban evaluasi.
4. Waktu yang dipergunakan untuk mempelajari modul ini adalah 10 Jam Pelajaran
(JP). Satu JP setara dengan 45 menit. Perkiraan waktu ini sangat fleksibel
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan.
5. Modul ini dilaksankaan melalui satu tahap pembelajaran. Anda bersama peserta
yang lain akan dipandu oleh fasilitator untuk mempelajari modul ini secara
umum dan menyiapkan dasar pengetahuan dan pengalaman Anda sebagai
bahan melaksanakan desiminasi di komunitas Anda serta menerapkan dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah. Anda juga bisa mendapatkan pelajaran dan
berbagi pengalaman dengan teman guru yang lain.
6. Modul ini disusun dengan mengintegrasikan Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi yang diperlukan peserta didik agar mampu bertahan di abad XXI, yakni

vi
literasi dasar (bagaimana peserta didik menerapkan ketrampilan berliterasi
untuk kehidupan sehari-hari), kompetensi (bagaimana peserta didik menyikapi
tantangan yang kompleks), dan karakter (bagaimana peserta didik menyikapi
perubahan lingkungan mereka) karena implementasi dari modul ini adalah
untuk peserta didik di sekolah.
7. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran, Anda harus mulai dengan membaca
petunjuk dan pengantar modul ini, menyiapkan dokumen yang diperlukan,
mengikuti tahap demi tahap kegiatan pembelajaran secara sistematis dan
mengerjakan perintah-perintah kegiatan pembelajaran pada Lembar Kerja (LK).
Untuk melengkapi pemahaman, Anda dapat membaca bahan bacaan dan
sumber-sumber lain yang relevan.
8. Setelah mempelajari modul ini, Anda dapat mendesiminasikan di komunitas
guru matematika dalam Propinsi Anda serta dapat mengimplementasikan hasil
belajar tersebut di sekolah Anda.

vii
BAGIAN I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak orang yang beranggapan bahwa materi matematika adalah materi sulit
untuk dipahami. Anggapan ini menyebabkan sebagian besar peserta didik merasa
tidak akan mampu memahami dan menguasai materi dengan baik. Secara tidak
sadar peserta didik menciptakan penghalang untuk dirinya sendiri.

Anggapan bahwa materi matematika itu sulit sebenarnya tidak sepenuhnya benar.
Hal ini dapat kita lihat dari cukup banyaknya siswa yang memperoleh nilai bagus
dalam ujian dari tingkat sekolah sampai tingkat nasional walaupun secara rata-rata
nasional masih belum memenuhi harapan.

Mengingat bahwa penguasaan terhadap matematika sangat penting, bukan hanya


terkait materi matematika secara khusus, dukungan matematika bagi ilmu lain
tetapi juga ilmu matematika yang mengajarkan peserta didik berpikir secara logis
dan teratur yang akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari maka kesulitan-
kesulitan dalam mempelajari matematika harus diatasi.

Peserta didik harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi


dan kemampuannya. Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan siswa untuk
berfikir kreatif,, fleksibel, kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan
berkolaborasi dan inovatif.

Kurikulum 2013 dikembangkan salah satunya adalah untuk menyiapkan generasi


mendatang menghadapi tantangan abad 21, yaitu abad informasi. Kompetensi yang
diperlukan untuk abad 21 terdiri atas kemampuan: berfikir kritis, kreatif,
berkomunikasi dan berkolaborasi. Kompetensi tersebut adalah keterampilan
berfikir tingkat tinggi.

Kompetensi inti domain pengetahuan untuk mata pelajaran adalah untuk


membekali peserta didik dengan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
berdasarkan rasa ingin tahu siswa tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Kompetensi Inti untuk domain
ketrampilan untuk setiap mata pelajaran adalah mengolah, menyaji, dan menalar
dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan

1
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori.

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 adalah pembelajaran dengan menggunakan


pendekatan berbasis keilmuan (saintifik). Guru dapat menerapkan berbagai model
pembelajaran dengan pendekatan berbasis keilmuan dalam rangka
mengembangkan ranah kompetensi peserta didik yaitu, sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, KD atau materi
pembelajaran, karakteristik peserta didik, serta pendukung belajar lainnya.

B. Target Kompetensi
Setelah mempelajari uraian materi dan mengikuti aktivitas pembelajaran, peserta
pelatihan diharapkan dapat menguasai materi yang mendukung pembelajaran di
sekolah dan mampu merancang pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran dan karakteristik siswa.

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah Anda mengikuti pelatihan dengan menggunakan modul ini, maka Anda
diharapkan dapat:

1. Merancang pembelajaran materi bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran,


statistik dan peluang yang melatih keterampilan berpikir tingkat tingkat

2. Menyusun soal materi bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, statistik dan
peluang yang berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi.

D. Penilaian
Penilaian terhadap peserta bertujuan untuk mengukur kompetensi peserta melalui
ketercapaian indikator kompetensi dan keberhasilan tujuan program. Ranah yang
dinilai mencakup sikap, ketrampilan dan pengetahuan

1. Penilaian Ranah Sikap


Penilaian ranah sikap untuk mengetahui sikap Anda pada aspek kerjasama, disiplin,
tanggungjawab dan keaktifan. Sikap-sikap tersebut akan diamati oleh fasilitator
pada saat Anda menerima materi, melaksanakan tugas baik individu dan

2
kemompok, mengemukakan pendapat dan bertanya jawab, serta berinteraksi
dengan fasilitator dan peserta lain.

Penilaian ranah sikap dilakukan mulai awal sampai akhir kegiatan secara terus-
menerus yang dilakukan oleh fasilitator pada setiap materi. Namun, untuk nilai
akhir ranah sikap ditentukan di hari terakhir atau menjelang kegiatan berakhir yang
merupakan kesimpulan fasilitator terhadap sikap Anda selama kegiatan dari awal
sampai akhir. Hasil penilaian ranah sikap dituangkan dalam format Lembar
Penilaian Sikap

2. Penilaian Ranah Ketrampilan


Penilaian ranah ketrampilan dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan Anda
dalam mendemonstrasikan pemahaman dan penerapan pengetahuan yang
diperoleh serta ketrampilan yang mendukung kompetensi dan indikator. Penilaian
ketrampilan menggunakan pendekatan penilaian autentik. Penilaian ranah
ketrampilan dilakukan pada saat pembelajaran melalui penugasan individu
dan/atau kelompok oleh fasilitator. Komponen yang dinilai dapat berupa hasil
Lembar Kerja dan/atau hasil praktik sesuai dengan kebutuhan. Hasil penilaian
ranah ketramplan dituangkan dalam format Lembar Penilaian Ketrampilan

3. Penilaian Ranah Pengetahuan


Penilaian ranah pengetahuan dilakukan untuk mengetahui pengetahuan Anda
terhadap seluruh materi pada pokok bahasan ini. Penilaian ranah pengetahuan
dilakukan melalui tes akhir (TA). Tes akhir dilakukan oleh peserta pada akhir
kegiatan. Peserta yang dapat melakukan tes akhir adalah peserta yang memenuhi
minimal kehadiran 90% dan mengerjakan tuga-tugas yang telah diberikan.

Selanjutnya Nilai Akhir (NA) diperoleh dengan formula sebagai berikut

𝑁𝑁 = � � ( 𝑁𝑁 × 40%) + (𝑁𝐾 × 60%)� × 60%� + (𝑇𝑇 × 40%)

Keterangan:
NA : Nilai Akhir
NS : Nilai Sikap
NK : Nilai Ketrampilan
TA : Tes Akhir (nilai pengetahuan)

3
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Pembelajaran pada modul ini memuat empat ruang lingkup materi dalam
UN SMP mata pelajaran matematika yaitu Bilangan, Aljabar, Geometri dan
Pengukuran, serta Statistika dan Peluang. Masing-masing ruang lingkup materi UN
disajikan dalam satu Kegiatan Pembelajaran (KP). Setiap KP berisi pendalaman
materi disertai pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dan
contoh penilaian berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan
mempelajari KP-KP dalam modul ini, guru diharapkan memperoleh inspirasi terkait
pembelajaran dan penilaian berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi
sehingga dapat diterapkan dan dikembangkan di kelas masing-masing. Dengan
demikian, pemahaman konsep materi matematika siswa dapat ditingkatkan yang
berimbas pada peningkatan nilai UN dan PISA Indonesia.

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
PEMBELAJARAN BILANGAN

A. Pengantar Kegiatan Pembelajaran


Dalam kegiatan pembelajaran ini akan dibahas mengenai aktivitas-aktivitas yang
dapat digunakan dalam pembelajaran materi bilangan. Perhatian khusus diberikan
kepada topik-topik yang memiliki daya serap rendah pada Ujian Nasional (UN)
tahun 2018 lalu. Berikut adalah hasil UN tahun 2018 pada materi bilangan.

% Siswa
Kemampuan Yang Diuji Benar
Nasional
Menentukan selisih jarak tempuh 2 orang yang berjalan dari kota A ke kota B 40.77
Menyederhanakan bentuk operasi bilangan 40.96
Menentukan hasil (dimana a <= -2, a bilangan bulat). 41.04
Menentukan jumlah bilangan merupakan kelipatan n dan m antara p dan q 41.16
Menyelesaikan soal cerita pd bilangan bulat 41.30
Menentukan Operasi pembagian bentuk (dengan a, b, c, dan d bilangan satu angka). 44.32
Menentukan jumlah objek yang dimiliki 3 orang, jika diketahui jumlah objek dua dari
44.47
tiga orang.
Menyelesaikan soal cerita pd bil pecahan menggunakan operasi penjumlahan &
44.55
pembagian
Menentukan persentase suku bunga pertahun suatu tabungan 45.01
Menyederhanakan perbandingan dua satuan yang berbeda dlm kehidupan sehari-
45.14
hari.
Menghitung harga jual suatu barang 45.51

4
% Siswa
Kemampuan Yang Diuji Benar
Nasional
Menentukan suku ke-n suatu barisan bilangan yang dinyatakan dalam gambar
47.85
berpola (50 <= n <= 80).
Menentukan hasil operasi bentuk a x (b + c) : (d - e) dg a, b, c, d, dan e bilangan bulat 48.90
Menentukan tiga suku berikutnya suatu kelompok bilangan yang mempunyai pola
51.64
tertentu

Dari hasil analisis tersebut tampak bahwa pencapaian daya serap terendah terdapat
pada materi berikut.

1. Perbandingan.
2. Operasi bilangan berpangkat.
3. Operasi bentuk akar.
4. Pola barisan.

Pada Kegiatan Pembelajaran 1 ini Anda akan memdalami materi perbandingan,


operasi bilangan berpangkat, operasi bentuk akar, serta pola bilangan.

B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dari Kegiatan Pembelajaran 1 ini adalah agar peserta dapat
menyusun strategi pembelajaran matematika SMP pada materi bilangan yang
mengarah pada keterampilan berfikir tingkat tinggi.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator Pencapaian Kompetensi Kegiatan Pembelajaran 1 adalah merancang
pembelajaran yang mengarah pada keterampilan berfikir tingkat tinggi.

Untuk mencapai IPK tersebut, peserta pelatihan harus mencapai beberapa sub
indikator sebagai berikut.

1. Merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian pada materi perbandingan


senilai yang mengarah pada keterampilan berfikir tingkat tinggi.
2. Merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian pada materi bilangan
berpangkat dan bentuk akar yang mengarah pada keterampilan berfikir
tingkat tinggi.
3. Merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian pada materi pola bilangan
yang mengarah pada keterampilan berfikir tingkat tinggi.

5
D. Uraian Materi

1. Perbandingan

Kompetensi dasar terkait materi perbandingan adalag sebagai berikut.

3.8 Membedakan perbandingan senilai dan berbalik nilai dengan menggunakan


tabel data, grafik, dan persamaan

4.8 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai dan


berbalik nilai

a. Perbandingan senilai.

Perhatikan tabel berikut.

Tabel 1.1. Harga sejumlah buku

Banyak Buku Harga

2 Rp8.000,00

5 Rp20.000,00

⋮ ⋮

4 𝑥?

8 𝑦?

Perbandingan banyak buku dengan harga adalah contoh perbandingan senilai.

4
𝑥= × Rp20.000,00 = Rp16.000,00
5
8
𝑦= × Rp20.000,00 = Rp32.000,00
5

6
b. Perbandingan berbalik nilai

Perhatikan tabel berikut.

Tabel 1.2. Waktu yang diperlukan sejumlah pekerja

Banyak pekerja Waktu yang diperlukan

3 orang 20 hari

5 orang 12 hari

⋮ ⋮

2 𝑥?

10 𝑦?

Perbandingan banyak pekerja dengan waktu adalah contoh perbandingan berbalik


nilai.

5
𝑥= × 12 hari = 30 hari
2
5
𝑦= × 12 hari = 6 hari
10

c. Skala

Skala adalah perbandingan jarak pada gambar dengan jarak sebenarnya.

jarak pada gambar


skala =
jarak sebenarnya

Contoh soal UN tahun 2018 terkait perbandingan senilai adalah sebagai berikut.

Sebuah peta mempunyai skala 1 : 2.500.000.

Pada peta tersebut jarak kota A ke kota P = 3 cm

kota P ke kota B = 6 cm

kota A ke kota Q = 3 cm

kota Q ke kota B = 4 cm

7
Adi berkendaraan dari kota A ke kota B melalui kota P. Ali berkendaraan dari kota A
ke kota B melalui kota Q.

Berapakah selisih jarak tempuh yang dilalui Ali dan Adi?

A. 75 km
B. 50 km
C. 25 km
D. 5 km
Soal ini termasuk soal problem solving (pemecahan masalah) perbandingan senilai
pada peta. Alternatif pemecahan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

• Skala pada peta adalah 1 : 2.500.000 artinya Jika jarak pada peta adalah 1 cm
maka jarak sesungguhnya adalah 2.500.000 cm atau 25 km.
• Jarak yang dilalui Adi pada peta adalah 3 cm + 6 cm = 9 cm.
• Jarak yang dilalui Ali pada peta adalah 3 cm + 4 cm = 7 cm
• Selisih jarak yang dilalui Adi dan Ali pada peta adalah 9 cm + 7 cm = 2 cm
• Selanjutnya buat tabel perbandingan senilai seperti di bawah ini.

Jarak pada peta Jarak sebenarnya Keterangan

1 cm 25 km Skala pada peta

2 cm 𝑥? Selisih jarak Adi dan Ali

• Masalah ini terkait dengan perbandingan senilai. Dengan demikian


2
𝑥= × 25 km = 50 km
1

• Jadi selisih jarak tenpuh yang dilalui Adi dan Ali adalah 50 km.

Contoh soal UN tahun 2017 terkait perbandingan berbalik nilai.

Burhan dapat menyelesaikan pekerjaan mencangkul sebidang lahan pertanian


dalam waktu 4 hari dan Khoidir dapat menyelesaikan dalam waktu 12 hari. Jika
mereka bekerja bersama-sama, waktu yang dibutuhkan adalah ….

8
A. 2 hari
B. 3 hari
C. 4 hari
D. 6 hari

Alternatif penyelesaian.

• Burhan menelesaikan pekerjaan dalam waktu 4 hari, artinya kecepatan bekerja


1
Burhan adalah lahan/hari.
4

• Khoidir menelesaikan pekerjaan dalam waktu 12 hari, artinya kecepatan bekerja


1
Burhan adalah lahan/hari.
12

• Jika Burhan dan Khoidir bekerja bersama-sama, maka kecepatan bekerja mereka
1 1 3 1 4
adalah + = + = lahan/hari.
4 12 12 12 12

• Selanjutnya buat tabel perbandingan berbalik nilai seperti di bawah ini.


Kecepatan bekerja Waktu yang diperlukan Keterangan
dalam menyelesaikan
pekerjaan
1
lahan/hari 4 hari Dikerjakan Burhan
4

1 12 hari Dikerjakan Khoidir


lahan/hari
12
𝑥 Dikerjakan Burhan dan
4
lahan/hari Khoidir
12

• Masalah ini terkait dengan perbandingan berbalik nilai. Dengan demikian


1
𝑥= 12 × 12 hari = 3 hari
4
12

• Jadi Jika Burhan dan Khoidir mengerjakan waktu bersama-sama, waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan adalah 3 hari,

Contoh soal yang berorientasi keterampilan berfikir tingkat tinggi.

Mei Ling dari Singapura sedang mempersiapkan kepergiannya ke Afrika Selatan


selama 3 bulan dalam pertukaran pelajar. Dia harus menukarkan uang Dolar
Singapura (SGD) miliknya menjadi Rand Afrika Selatan (ZAR).

9
a. Mei Ling mengecek nilai tukar uang asing antara Dolar Singapura dan
Rand Afrika Selatan, yakni 1 SGD = 4,2 ZAR. Mei Ling menukar 3.000
dolar Singapura menjadi Rand Afrika Selatan sesuai nilai tukar tersebut.
Berapakah uang yang diperoleh Mei Ling dalam Rand Afrika Selatan ?
b. Ketika kembali ke Singapura selama 3 bulan, uang Mei Ling bersisa
3.900 ZAR. Dia menukarkannya menjadi Dolar Singapura, perhatikan
bahwa nilai tukar kedua mata uang tersebut telah berubah menjadi 1
SGD = 4,0 ZAR. Berapakah uang yang didapatkan Mei Ling setelah
ditukarkan menjadi Dolar Singapura?
c. Selama 3 bulan nilai tukar mata uang asing telah berubah mulai 4,2
menjadi 4,0 ZAR per SGD. Apakah hal ini keberuntungan yang
didapatkan Mei Ling bahwa nilai tukar sekarang yang sebelumnya 4,0
menjadi 4,2 ZAR, ketika dia menukar ZARnya menjadi SGD? Berikan
penjelasan untuk mendukung jawabanmu.

Alternatif penyelesaian.

Soal tersebut merupakan contoh soal terkait perbandingan senilai.

a. Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rand Afrika Selatan yaitu
1 SGD = 4,2 ZAR

Jika ditulis dalam bentuk tabel hasilnya sebagai berikut.

Banyak uang Banyak uang


(dalam SGD) (dalam ZAR)
1 4,2

3.000 𝑥?

Masalah tersebut terkait dengan perbandingan senilai. Dengan demikian

3.000
𝑥= × 4,2 = 12.600
1

Jadi uang yang diperoleh meiling adalah 12.600 ZAR.

b. Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rand Afrika Selatan yaitu
1 SGD = 4,0 ZAR

10
Jika ditulis dalam bentuk tabel hasilnya sebagai berikut.

Banyak uang Banyak uang

(dalam SGD) (dalam ZAR)

1 4,0

y? 3.900

Masalah tersebut terkait dengan perbandingan senilai. Dengan demikian

3.900
𝑦= × 1 = 975
4,0

Jadi uang yang diperoleh meiling adalah 975 SGD.

c. Jika nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rand Afrika Selatan tetap, yaitu
1 SGD = 4,2 ZAR, maka Jika ditulis dalam bentuk tabel hasilnya sebagai berikut.
Banyak uang Banyak uang

(dalam SGD) (dalam ZAR)

1 4,2

z? 3.900

Masalah tersebut terkait dengan perbandingan senilai. Dengan demikian

3.900
𝑧= × 1 = 928,57
4,2

Uang yang diperoleh Meiling adalah 928,57 SGD.

Dengan demikian Meiling memperoleh keberuntungan karena sisa uang yang


diterima Meiling setelah terjadi perubahan nilai mata uang Dolar Singapura
terhadap Rand Afrika Selatan lebih besar dari pada sebelum terjadi perubahan nilai
mata uang Dolar Singapua terhadap Rand Afrika Selatan.

11
2. Bilangan berpangkat dan bentuk akar.

3.1 Menjelaskan dan melakukan operasi bilangan berpangkat bilangan


rasional dan bentuk akar, serta sifat-sifatnya

4.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat operasi


bilangan berpangkat bulat dan bentuk akar

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Philips Siagian dan Edy Surya yang berjudul
“Analisis kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika materi perpangkatan dan
bentuk akar” diperoleh hasil bahwa siswa banyak melakukan kesalahan konseptual
dan kesalahan prosedural. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum memahami
materi perpangkatan dan bentuk akar. Oleh karena itu Anda dapat mengembangkan
strategi pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi bilangan
berpangkat dan bentuk akar.

a. Bilangan berpangkat
• Bilangan berpangkat bulat positif, nol, dan bulat negatif.
Perhatikan pertanyaan berikut.
Bagaimana cara menentukan nilai 𝟐𝟓 ?
Bagaimana pula dengan 𝟓𝟐 ?
Apakah 𝟐𝟓 sama dengan 𝟓𝟐 ?
Untuk mengetahui jawaban pertanyaan tersebut, Anda perlu mengetahui definisi
bentuk pangkat.

Definisi.

Bentuk 𝒂𝒏 dengan 𝒂, 𝒏 ∈ ℤ disebut bentuk pangkat. 𝒏 disebut pangkat (eksponen)


dan 𝒂 disebut bilangan pokok (basis).

Untuk 𝒏 bilangan asli, maka 𝒂𝒏 berarti perkalian berulang bilangan 𝒂 sebanyak 𝒏


kali.

𝒂 ×��������
�� 𝒂 × 𝒂 × ⋯���
×𝒂
𝒏 faktor

Berdasarkan definisi maka 𝟐𝟓 = 𝟐 × 𝟐 × 𝟐 × 𝟐 × 𝟐 dan 𝟓𝟐 = 𝟓 × 𝟓

12
Sehingga diperoleh jawaban pertanyaan diatas, yaitu 𝟐𝟓 ≠ 𝟓𝟐 .

Bagaimana jika 𝒂 bilangan bulat negatif?

Perhatikan.

(−𝟐)𝟐 = (−𝟐) × (−𝟐) = 𝟒


(−𝟐)𝟑 = (−𝟐) × (−𝟐) × (−𝟐) = −𝟖
(−𝟐)𝟒 = (−𝟐) × (−𝟐) × (−𝟐) × (−𝟐) = 𝟏𝟏
(−𝟐)𝟓 = (−𝟐) × (−𝟐) × (−𝟐) × (−𝟐) × (−𝟐) = −𝟑𝟑

Jika 𝒂 negatif dan 𝒏 genap, maka 𝒂𝒏 positif.

Jika 𝒂 negatif dan 𝒏 ganjil, maka 𝒂𝒏 negatif.

Pertanyaan: bagaimana jika 𝒏 bilangan nol?

Berdasarkan pola di atas tampak bahwa setiap pangkatnya berkurang 1, maka hasil
perpangkatan berkurang menjadi setengahnya. Dengan demikian dapat disimpulkan
𝟐
bahwa hasil 𝟐𝟎 adalah setengah dari hasil 𝟐𝟏 . Diketahui 𝟐𝟏 = 𝟐, maka 𝟐𝟎 = = 𝟏.
𝟐

Jadi 𝟐𝟎 = 𝟏

Selanjutnya kesimpulan dapat diperluas sebagai berikut.

𝒂𝟎 = 𝟏, 𝒂≠𝟎
Pertanyaan: bagaimana jika 𝒏 bilangan bulat negatif?

Kita lanjutkan pola di atas sebagai berikut.

13
Hasil 𝟐−𝟏 adalah setengah dari hasil 𝟐𝟎 . Diketahui 𝟐𝟎 = 𝟏.

𝟏
Jadi 𝟐−𝟏 =
𝟐

𝟏 𝟏 𝟏
Demikian juga 𝟐−𝟐 = × =
𝟐 𝟐 𝟒

Tampak bahwa
𝟏 𝟏
𝟐−𝟏 = = 𝟏
𝟐 𝟐
𝟏 𝟏
𝟐−𝟐 = = 𝟐
𝟒 𝟐

Secara umum disimpulkan sebagai berikut.

𝟏
𝒂−𝒏 = , dengan 𝒂 ≠ 𝟎
𝒂𝒏

• Bilangan Bulat Berpangkat Pecahan.


Pada uraian materi (1) dan (2), Anda telah mempelajari perpangkatan yaitu
bilangan bulat berpangkat bulat positif, bilangan bulat berpangkat bulat negatif,
bilangan bulat berpangkat nol, dan bilangan pecahan berpangkat bilangan bulat.

Bagaimana jika bilangan bulat berpangkat bilangan pecahan?

Contoh:
𝟏
𝟐𝟐 =?
𝟏
𝟐𝟒 =?
𝟑
𝟐𝟒 =?

14
Pangkat pecahan sering dilambangkan dengan tanda akar, yaitu √ .
Contoh:
𝟏
𝟐
𝟐𝟐 = √𝟐 = √𝟐 (dibaca : akar 2)
𝟏
𝟒
𝟐𝟒 = √𝟐 (dibaca : akar pangkat 4 dari 2)
𝟑
𝟒
𝟐𝟒 = √𝟐𝟑 (dibaca : akar pangkat 4 dari 2 pangkat 3)

Pangkat pecahan merupakan kebalikan dari pangkat bilangan bulat positif.

Contoh:

𝟏
𝟐𝟐 = 𝟒  dapat ditulis sebagai 𝟒𝟐 = 𝟐 atau √𝟒 = 𝟐.
𝟏
𝟑
𝟐𝟑 = 𝟖  dapat ditulis sebagai 𝟖𝟑 = 𝟐 atau √𝟖 = 𝟐.
𝟏
𝟒
𝟐𝟒 = 𝟏𝟏  dapat ditulis sebagai 𝟏𝟏𝟒 = 𝟐 atau √𝟏𝟏 = 𝟐.

𝟏
𝟏 𝟐 𝟏 𝟏 𝟐 𝟏 𝟏 𝟏
� � =  dapat ditulis sebagai � � = atau � = .
𝟐 𝟒 𝟒 𝟐 𝟒 𝟐
𝟏
𝟏 𝟑 𝟏 𝟏 𝟑 𝟏 𝟑 𝟏 𝟏
� � =  dapat ditulis sebagai � � = atau �� � = .
𝟐 𝟖 𝟖 𝟐 𝟖 𝟐
𝟏
𝟏 𝟒 𝟏 𝟏 𝟒 𝟏 𝟒 𝟏 𝟏
� � =  dapat ditulis sebagai � � = atau � = .
𝟐 𝟏𝟏 𝟏𝟏 𝟐 𝟏𝟏 𝟐

𝟑 𝟒
Dari contoh diatas tampak bahwa √𝟒, √𝟖, dan √𝟏𝟏 merupakan bilangan bulat.
𝟏 𝟑 𝟏 𝟒 𝟏
Demikian pula � , �� �, dan � merupakan bilangan pecahan.
𝟒 𝟖 𝟏𝟏

Perhatikan bahwa:
√𝟏 = 𝟏
√𝟒 = 𝟐
√𝟗 = 𝟑
Bagaimana dengan √𝟐 dan √𝟑? Apakah merupakan bilangan bulat atau bilangan
pecahan? √𝟐 dan √𝟑 bukan merupakan bilangan bulat maupun bilangan pecahan.
Jadi √𝟐 dan √𝟑 bukan merupakan bilangan rasional. Kita memerlukan himpunan
bilangan baru yang disebut sebagai bilangan irrasional. √𝟐 dan √𝟑 disebut bentuk
akar.

15
Contoh soal UN terkait dengan bilangan berpangkat.

Hasil dari 2−1 + 3−1 adalah ….


5
A.
6
2
B.
3
1
C.
2
1
D.
3

Alternatif penyelesaian.
1 1
2−1 + 3−1 = +
21 31

1 1
= +
2 3

3 2
= +
6 6

5
=
6

Jawaban A.

Hasil dari (−3)3 + (−3)2 + (−3)1 + (−3)0 adalah ….


A. −24
B. −21
C. −20
D. −18
Alternatif penyelesaian.
(−3)3 + (−3)2 + (−3)1 + (−3)0 = (−27) + 9 + (−3) + 1
= −20
Soal ini bukan soal yang menuntut kemampuan berfikir tingkat tinggi tetapi daya
serap siswa secara nasional cukup rendah. Dengan demikian masih banyak siswa
yang belum memahami operasi bilangan berpangkat.

Untuk meningkatkan pemahaman siswa, Anda dapat melakukan berbagai strategi.


Salah satu caranya adalah dengan memberikan LKPD kepada siswa yang mendorong
siswa untuk meningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi. Contoh LKPD yang
diberikan kepada siswa adalah sebagai berikut.

16
Contoh LKPD.

Bilangan bulat positif pangkat bilangan bulat negatif


Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar!
𝟐𝟓 = ⋯ × ⋯ × ⋯ × ⋯ × ⋯ = ⋯
𝟐𝟒 = ⋯ × ⋯ × ⋯ × ⋯ = ⋯
𝟐𝟑 = ⋯ × ⋯ × ⋯ = ⋯
𝟐𝟐 = ⋯ × ⋯ = ⋯
𝟐𝟏 = ⋯
𝟐𝟎 = ⋯ (gunakan pola)
𝟏
𝟐−𝟏 = ⋯ = (gunakan pola)
𝟐⋯
𝟏 𝟏
𝟐−𝟐 = ⋯ = = (gunakan pola)
𝟐⋯ ⋯×⋯
𝟏 𝟏
𝟐−𝟑 = ⋯ = = (gunakan pola)
𝟐⋯ ⋯×⋯×⋯

𝟏 𝟏
𝟐−𝟒 = ⋯ = = (gunakan pola)
𝟐⋯ ⋯×⋯×⋯×⋯

Dan seterusnya.

Sehingga,

𝒂−𝒏 = ⋯ ,jika 𝑎 positif

Bilangan bulat negatif pangkat bilangan bulat positif


(−𝟐)𝟏 = ⋯
(−𝟐)𝟐 = ⋯ × ⋯ = ⋯
(−𝟐)𝟑 = ⋯ × ⋯ × ⋯ = ⋯
(−𝟐)𝟒 = ⋯ × ⋯ × ⋯ × ⋯ = ⋯
(−𝟐)𝟓 = ⋯ × ⋯ × ⋯ × ⋯ × ⋯ = ⋯
(−𝟐)𝟔 = ⋯ × ⋯ × ⋯ × ⋯ × ⋯ × ⋯ = ⋯

Dan seterusnya.

Sehingga

𝒂𝒏 = ⋯ , jika 𝑎 negatif dan n ganjil.


𝒂𝒏 = ⋯ , jika 𝑎 negatif dan n genap.

17
b. Bentuk akar
Sifat-sifat perpangkatan dalam bentuk akar
Untuk 𝒎 dan 𝒏 bilangan bulat positif, berlaku:

𝒏 𝒏
1) √𝒂𝒂 = 𝒏√𝒂 × √𝒃 dengan 𝒂, 𝒃 ≥ 𝟎.

Contoh.

√𝟏𝟏 = √𝟗 × 𝟐
= √𝟗 × √𝟐
= 𝟑√𝟐

𝒎
2) � 𝒏√𝒂 = 𝒎𝒎√𝒂 dengan 𝒂 ≥ 𝟎.

Contoh.

𝟑 𝟓
� √𝟕 = 𝟑×𝟓
√𝟕
𝟏𝟏
= √𝟕

𝒏
𝒏 𝒂 √𝒂
3) � = 𝒏 dengan 𝒂 ≥ 𝟎 , 𝒃 > 𝟎
𝒃 √𝒃

Contoh:
𝟑
𝟑 𝟑 √𝟑
� = 𝟑
𝟖 √𝟖
𝟑
√𝟑
= 𝟐
𝟏𝟑
= √𝟑
𝟐

Merasionalkan penyebut

1 2 4
Diberikan bilangan irasional , , . Penyebut dari pecahan-pecahan
√2 √3 √7

tersebut dapat diubah menjadi bilangan rasional dan disebut merasionalkan


bentuk akar. Cara merasionalkan penyebut berbentuk akar dapat dilakukan
dengan mengalikan pembilang dan penyebut tersebut dengan pasangan
bentuk akar sekawannya, sehingga diperoleh penyebut bilangan rasional.
𝑎
1) Merasionalkan pecahan bentuk
√𝑏

18
3
Sebagai contoh rasionalkan bentuk
√2

Penyelesaian:

√2
Pecahan tersebut dikalikan dengan sekawan √2, yaitu √2 dikalikan dengan
√2

maka akan diperoleh penyebutnya tidak dalam bentuk akar.

3 3 √2 3√2 3
Jadi,. = × = atau √2
√2 √2 √2 2 2

Pecahan yang pembilang dan penyebut dikalikan dengan sekawan dari


penyebutnya akan bernilai tetap, walau bentuknya berubah.
𝑎
Bentuk pecahan dengan a bilangan rasional dan √𝑏 bentuk akar dapat
√𝑏

dirasionalkan dengan cara mengalikan pecahan itu dengan sekawan


√𝑏
penyebutnya, yaitu sehinggga pecahan itu berubah menjadi
√𝑏

𝑎 𝑎 √𝑏 𝑎√𝑏 𝑎
= × = atau 𝑏 √𝑏
√𝑏 √𝑏 √𝑏 𝑏

𝑎 𝑎
2) Merasionalkan pecahan bentuk atau
√𝑏+√𝑐 √𝑏−√𝑐
𝑎 𝑎
Cara merasionalkan bentuk atau hampir sama dengan
√𝑏+√𝑐 √𝑏−√𝑐
𝑎
merasionalkan , yaitu dengan mengalikan pembilang dan penyebutnya
√𝑏

dengan sekawan dari masing-masing penyebutnya. Bentuk-bentuk sekawan


dari √𝑏 + √𝑐 adalah √𝑏 − √𝑐 dan bentuk sekawan dari √𝑏 − √𝑐 adalah
√𝑏 + √𝑐

Mengubah bentuk akar menjadi bilangan berpangkat pecahan atau sebaliknya

Operasi bilangan bentuk akar


1) Penjumlahan dan pengurangan bentuk akar
Untuk memahami penjumlahan dan pengurangan bilangan bentuk akar dapat
digunakan sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan atau
pengurangan.
𝒂√𝒃 + 𝒄√𝒃 = (𝒂 + 𝒄)√𝒃
𝒂√𝒃 − 𝒄√𝒃 = (𝒂 − 𝒄)√𝒃

19
2) Perkalian bentuk akar
Untuk melakukan operasi perkalian bentuk akar dapat digunakan sifat operasi
bentuk akar sebagai

𝒏 𝒏 𝒏
√𝒂 × √𝒃 = √𝒂 × 𝒃, dengan 𝒂 > 𝟎 dan 𝒃 > 𝟎

3) Pembagian Bentuk Akar

Untuk melakukan pembagian bentuk akar, kita perlu menggunakan sifat


operasi berikut ini.
𝑛
√𝑎 𝑛 𝑎
𝑛 = �𝑏 , dengan 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0
√𝑏

Contoh soal UN terkait bentuk akar.

2√54+4√6
Bentuk sederhana dari adalah ….
4√8−3√2

A. 2√12
B. 5√4
C. 6√10
D. 2√3
Alternatif penyelesaian.

2√54+4√6 2√9×6+4√6
=
4√8−3√2 4√4×2−3√2

2×3√6+4√6
=
4×2√2−3√2

6√6+4√6
=
8√2−3√2

10√6
=
5√2

6
= 2�
2

= 2√3

Soal ini bukan soal yang menuntut kemampuan berfikir tingkat tinggi tetapi daya
serap siswa secara nasional cukup rendah. Dengan demikian masih banyak siswa
yang belum memahami cara merasionalkan bentuk akar.

20
Untuk meningkatkan pemahaman siswa, Anda dapat melakukan berbagai strategi.
Anda dapat menggunakan model pembelajaran penemuan dengan memberikan
LKPD kepada siswa yang mendorong siswa untuk meningkatkan keterampilan
berfikir tingkat tinggi. Contoh LKPD yang diberikan kepada siswa adalah sebagai
berikut.

Contoh LKPD.

Merasionalkan penyebut
𝑎
(1) Bentuk dikalikan dengan …………….
√𝑏
𝑎 𝑎 √5
a) = × =…………………………………………………………………………
√5 √5 √5
14 14 …….
b) = × = …………………………………………………………………….
√7 √7 ……
𝑐
(2) Bentuk dikalikan dengan ………………
𝑎+√𝑏

5 5 3−√2 5�3−√2� ……………. − ……………. ……………. − …………….


a) = × 3− 2 = = =
3+√2 3+√2 √ �3+√2��3−√2� ………………………………. ……………………………….

6 6 ………. 6(………….) ……………. − …………….


b) = × = = =
2+√3 2+√3 ……….. �2+√3�(………… ) ……………………………….
……………. − …………….
……………………………….
𝑐
(3) Bentuk dikalikan dengan ………………
𝑎−√𝑏
5 5 ………. 5(………….) ……………. − …………….
a) = × = = =
3−√2 3−√2 ……….. �3−√2�(………… ) ……………………………….
……………. − …………….
……………………………….
4 4 ………. 4(………….) ……………. − …………….
b) = × = = =
5−√3 5−√3 ……….. �5−√3�(………… ) ……………………………….
……………. − …………….
……………………………….
𝑐
(4) Bentuk 𝑎+√𝑏 dikalikan dengan ….

6 6 ………. 6(………….) ……… − ………
a) = × = = =
√2+√5 √2+√5 ……….. �√2+√5�(………… ) ………………………….
……………. − …………….
……………………………….
10 10 ………. 10(………….) ………… − ………
b) = × = = =
√3+√6 √3+√6 ……….. �√3+√6�(………… ) …………………………….
……………. − …………….
……………………………….
𝑐
(5) Bentuk 𝑎−√𝑏 dikalikan dengan ….

12 12 ………. 12(………….) ……… − ………
a) = × = = =
√7−√5 √7−√5 ……….. �√7−√5�(………… ) ………………………….
……………. − …………….
……………………………….

21
9 9 ………. 9(………….) ……… − ………
b) = × = = =
√3−√6 √3−√6 ……….. �√3−√6�(………… ) …………………………
……………. − …………….
……………………………….

3. Pola Bilangan

Kompetensi dasar terkait materi pola bilangan adalah sebagai berikut.

1.1 Membuat generalisasi dari pola pada barisan bilangan dan barisan konfigurasi
objek

4.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola pada barisan


bilangan dan barisan konfigurasi objek

Salah satu kompetensi yang rendah dari materi bilangan adalah “membuat
generalisasi dari pola pada barisan bilangan dan barisan konfigurasi objek”. Hasil
penelitian yang dilakukan Evi Widayanti dan Intan Aulia Kolbi menunjukkan bahwa
masih banyak siswa yang mengalami kesalahan prosedural dalam
menggeneralisasikan pola pada barisan konfigurasi objek.

Soal:

Berapa nilai 𝑥 pada pola ini?

Terdapat 8 siswa (dari 15 siswa) menjawab salah. Jawaban yang benar adalah 24
diperoleh dari 10 + 14. Namun, masih banyak siswa yang salah merumuskan pola.
Mereka beranggapan bahwa pola untuk baris pertama adalah pola deret kelipatan
dari 2, baris kedua kelipatan dari 4, dan baris ketiga merupakan kelipatan dari 6,
sehingga siswa menjawab nilai x adalah 22.

22
Perhatikan kembali soal berikut.

Soal ini termasuk dalam level kognitif penalaran karena mengaitkan dua KD
(sebutkan KD apa saja yang terkait). Tingkat kompetensi KD sudah termasuk dalam
tingkat proses berfikir C4. Jadi soal tersebut sudah sesuai dengan tingkat
kompetensi KD nya. Otomatis pembelajarannya pun harus berorientasi
keterampilan berfikir tingkat tinggi.

Untuk menyusun pembelajaran pada materi ini, Anda dapat menggunakan model
pembelajaran problem based learning. Oleh karena itu Anda harus menyiapkan
masalah-masalah terkait pola bilangan.

Dengan melihat pola, Anda dapat menyelesaikan masalah matematika. Jika Anda
dapat mengetahui pola dari sekumpulan data, maka Anda dapat menggunakan pola
tersebut untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan.

Contoh.

Ketika ahli matematika terkenal Karl Gauss masih muda, gurunya meminta ia agar
menulis bilangan 1 sampai 100 dan menghitung jumlahnya. Dengan cepat Gauss
memberi jawaban 5.050. Gauss dengan cepat dapat menghitung di luar kepala
mengikuti pola berikut.

1 + 100 = 101

2 + 99 = 101

3 + 98 = 101

23
Karena ada 50 pasang bilangan yang masing-masing pasang berjumlah 101, maka
jumlah seluruhnya adalah 50 × 101 = 5,050. Secara umum, hasil penjumlahan n
𝑛(𝑛+1)
bilangan asli pertama adalah 2
.

Contoh soal di atas dapat dikembangkan sebagai berikut.

Dalam bentuk desimal berikut ini, berapa banyak angka 2 di dalamnya sebelum
angka 3 ke seratus?

0,23223222322223222223…

Anda dapat melihat bahwa ada satu angka 2 sebelum angka 3 pertama, ada dua
angka 2 diantara angka 3 pertama dan angka 3 kedua, dan secara umum ada 𝑛 angka
2 diantara angka 3 ke 𝑛 − 1 dan ke 𝑛. Jadi banyak angka 2 sebelum angka 3 ke
seratus adalah

1 + 2 + 3 + 4 + ⋯ + 98 + 99 + 100

Dengan metode Gauss diperoleh hasil penjumlahan diatas adalah 5.050.

Contoh 2.

Tentukan suku ke-10 dari barisan blangan berikut.

2, 5, 10, 17, …

Penyelesaian.

1. Hitung selisih antara dua bilangan yang berurutan


2 5 10 17

3 5 7

Selisih dari dua bilangan berurutan tersebut merupakan bilangan ganjil mulai
dari 3.

2. Sehingga pola tersebut dapat dilanutkan sebagai berikut.


2 5 10 17 26 37 50 65 82 101

3 5 7 9 11 13 15 17 19

24
Cara lain.

1. Jika Anda bisa melihat dengan jeli, pola barisan tersebut dapat dilihat sebagai
berikut.
2 5 10 17 …

2 = 12 + 1

5 = 22 + 1

10 = 32 + 1

Sehingga barisan diatas dapat dipolakan menjadi 𝑛2 + 1 untuk setiap suku ke-𝑛.

2. Suku ke-10 = 102 + 1


= 100 + 1

= 101

Contoh masalah.

Berapa banyak persegi yang berada dalam papan berukuran 8 × 8?

Masalah ini merupakan masalah yang sulit untuk diselesaikan. Siswa diminta untuk
mencari polanya dimulai dari menghitung banyak persegi dalam papan yang
berukuran lebih kecil yaitu 1 × 1, 2 × 2, 3 × 3 dan 4 × 4.

Akan lebih jelas dengan menuliskan data hasil pengamatan ke dalam tabel.

Ukuran Banyak persegi dengan ukuran berbeda Total


papan
1×1 2×2 3×3 4×4

1×1 1 - - - 1

2×2 4 1 - - 5

3×3 9 4 1 - 14

4×4 16 9 4 1 30

25
Pola yang muncul merupakan penjumlahan dari kuadrat bilangan. Dengan demikian
untuk papan catur berukuran 8× 8, banyak persegi yang ada adalah

1 + 4 + 9 + 16 + 25 + 36 + 49 + 64 = 204

Contoh soal UN terkait pola bilangan


Jumlah semua bilangan kelipatan 3 dan 4 antara 200 dan 450 adalah ….

A. 8.700
B. 6.804
C. 6.360
D. 6.300

Alternatif penyelesaian.
Bilangan kelipatan 3 dan 4 artinya sama dengan bilangan kelipatan 12.

Bilangan kelipatan 12 antara 200 dan 450 adalah:

204, 216, 228, 240, 252, 264, 276, 288, 300, 312, 324, 336, 348, 360, 372,
384, 396, 408, 420, 432, 444

Bilangan-bilangan tersebut membentuk barisan aritmetika dengan 𝑎 = 204,


dan 𝑏 = 12

Banyak bilangan adalah 21.

21
Sehingga jumlah semua bilangan tersebut = 2
(204 + 444)
21
= 2
× 648

= 21 × 324
= 6804
Jadi jumlah semua bilangan kelipatan 3 dan 4 antara 200 dan 450 adalah
6804.Contoh soal berorientasi ketrampilan tingkat tinggi.
Seorang petani menanam pohon apel dalam pola persegi (bujursangkar). Untuk
melindungi pohon apel tersebut dari angin ia menanam pohon pinus di sekeliling
kebun.

Dibawah ini terdapat gambar situasi yang memperlihatkan pola pohon apel dan
pohon pinus untuk sebarang banyaknya (n) kolom pohon apel.

26
Pohon pinus
Pohon apel

Tentukan banyaknya pohon apel dan pohon pinus dimana banyaknya pohon apel
sama dengan banyaknya pohon pinus.

Alternatif penyelesaian.

Pertama-tama kita tentukan rumus untuk menentukan banyaknya pohon apel dan
pohon pinus. Untuk mempermudah, buat dalam bentuk tabel sebagai berikut.

n Banyaknya Banyaknya pohon pinus


pohon apel
1 1 8
2 4 16
3 9 24
4 16 32
⋮ ⋮ ⋮
n ? ?

Ada dua rumus yang dapat anda gunakan untuk menghitung banyaknya pohon apel
dan banyaknya pohon pinus dalam pola yang digambarkan di atas:
Banyaknya pohon apel = n2
Banyaknya pohon pinus = 8n
Dengan n menyatakan jumlah baris pohon apel. Banyaknya pohon apel sama
dengan banyaknya pohon pinus, maka
𝑛2 = 8𝑛 ⇔ 𝑛2 − 8𝑛 = 0 ⇔ 𝑛(𝑛 − 8) = 0
𝑛 = 0 atau 𝑛 = 8 (diambil 𝑛 = 8)
Jadi banyaknya pohon apel adalah 𝑛2 = 82 = 64.
Banyaknya pohon pinus adalah 8𝑛 = 8 × 8 = 64.

Contoh soal berorientasi keterampilan tingkat tinggi

OSIS suatu sekolah mengadakan pentas seni untuk amal yang terbuka untuk
masyarakat umum. Hasil penjualan tiket acara tersebut akan disumbangkan untuk

27
korban bencana alam. Panitia memilih tempat berupa gedung pertunjukan yang
tempat duduk penontonnya berbentuk sektor lingkaran terdiri dari enam baris.

Banyaknya kursi penonton pada masing-masing baris membentuk pola


barisan tertentu.
a. Jika pada baris pertama terdapat 25 kursi, baris kedua 30 kursi, baris ketiga 35
kursi, baris keempat 40 kursi, dan seterusnya. Tentukanlah banyaknya seluruh
tempat duduk pada gedung pertunjukan itu.
b. Apabila harga tiket baris pertama adalah paling mahal dan selisih harga tiket
antara dua baris yang berdekatan adalah Rp10.000,00, dengan asumsi seluruh
kursi penonton terisi penuh,tentukanlah harga tiket yang paling murah agar
panitia memperoleh pemasukan sebesar Rp28.400.000,00
Tuliskanlah langkah penyelesaiannya.

Alternatif penyelesaiannya.

a. Banyaknya kursi setiap baris membentuk barisan, yaitu: 25, 30, 35, 40, 45, 50.
Kapasitas total = 25 + 30 + 35 + 40 + 45 + 50 = 225
Jadi banyaknya tempat duduk pada gedung itu adalah 225 kursi.
b. Misal harga tiket termurah = 𝑥 (dalam ribuan)
50𝑥 + 45(𝑥 + 10) + 40(𝑥 + 20) + 35(𝑥 + 3) + 40(𝑥 + 40) + 40(𝑥 + 50)
= 22.500
225𝑥 + 450 + 800 + 1050 + 1600 + 2000 = 28.400
225𝑥 = 28.400 − 5.900
= 22.500
𝑥 = 100
Jadi harga tiket termurah adalah Rp100.000,00

Selain memberikan masalah-masalah siswa, Anda juga dapatmemberikan aktivitas


kepada siswa melalui LKPD.

28
Contoh aktivitas siswa

Aktivitas melipat kertas

Petunjuk.

1. Berikan selembar kertas kepada kepada setiap siswa.


2. Lipat kertas sekali, kemudian buka kembali dan catat banyak daerah yang
terjadi.
3. Lipat lagi untuk mendapatkan banyak daerah maksimum yang mungkin terjadi.
4. Ulangi prosesnya lagi untuk 3 lipatan. Buka lipatan sebelum membuat lipatan
yang baru.. Periksa jawaban Anda dengan melipat lagi dan hitung banyak
daerah maksimun yang terbentuk.
5. Dapatkah Anda menggeneralisasi banyak daerah maksimun untuk 𝑛 lipatan?

Analisis.

Banyak daerah maksimum selalu dapat diperoleh jika lipatan yang baru memotong
setiap lipatan yang sudah ada tanpa melewati titik-titik potong atau ujung-ujung
dari lipatan sebelumnya.

Banyak lipatan 0 1 2 3 4

Banyak daerah maksimum …. … …. …. ….

Untuk 5 lipatan, banyak maksimum daerah yang terbentuk adalah …………………..

Untuk 𝑛 lipatan, banyak maksimum daerah yang terbentuk adalah …………………..

29
Eksperimen menghitung segitiga

Petunjuk.

a. Sediakan selembar kertas berbentuk segitiga.


b. Secara berulang-ulang lipat sebuah segitiga melalui salah satu titik sudutnya.
Hitung total banyak segitiga yang terbentuk sesudah setiap lipatan. Coba temukan
polanya.

Banyak lipatan 0 1 2 3 4

Banyak segitiga … … … … ….

Untuk 5 lipatan, banyak segitiga yang terbentuk adalah ……………………………

Untuk 𝑛 lipatan, banyak segitiga yang terbentuk adalah ……………………………


Eksperimen lingkaran.

Petunjuk.
Gambar beberapa lingkaran di kertas dan gunakan lingkaran-lingkaran tersebut untuk
menemukan pola-pola bilangan pada setiap situasi berikut ini.

a. Tentukan banyak daerah maksimum yang mungkin terjadi dalam sebuah lingkaran
dengan bermacam-macam banyak jari-jari.

Banyak jari-jari 0 1 2 3 4

Banyak daerah maksimum 1 …. …. …. ….

Untuk 5 jari-jari, banyak daerah maksimum yang terbentuk adalah ………


Untuk 𝑛 jari-jari, banyak daerah maksimum yang terbentuk adalah ………

30
b. Tentukan banyak daerah maksimum yang mungkin terjadi dalam sebuah
lingkaran dengan bermacam-macam banyak diameter.

Banyak diameter 0 1 2 3 4

Banyak daerah maksimum 2 …. …. …. ….

Untuk 5 diameter, banyak daerah maksimum yang terbentuk adalah ………

Untuk 𝑛 diameter, banyak daerah maksimum yang terbentuk adalah ………

c. Tentukan banyak daerah maksimum yang mungkin terjadi dalam sebuah


lingkaran dengan bermacam-macam banyak tali busur.

Banyak tali busur 0 1 2 3 4

Banyak daerah 2 …. …. …. ….
maksimum

Untuk 5 tali busur, banyak daerah maksimum yang terbentuk adalah ………

Untuk 𝑛 tali busur, banyak daerah maksimum yang terbentuk adalah ………

31
E. Aktivitas Pembelajaran
Dengan cara mandiri atau berkelompok (disarankan 3 hingga 5 orang),
lakukanlah aktivitas yang berikut ini. Tulislah hasil diskusi ke dalam Lembar
Kegiatan yang ada.

Paparkan dalam presentasi di kelas, baik sebagian maupun keseluruhan


kelompok. Lakukan hal tersebut secara santun namun komunikatif.
Dengan fasilitasi narasumber, diskusikanlah hasil-hasil paparan yang
sudah dilakukan, dan temukan resume dari kegiatan belajar ini.

LEMBAR KEGIATAN 1.1

Desain Pembelajaran Aljabar

Melatih Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Tujuan: Menyusun desain pembelajaran Bilangan SMP yang melatih


keterampilan berfikir tingkat tinggi.

Petunjuk.

Susunlah skenario/desain pembelajaran bilangan SMP yang menunjukkan


proses keterampilan berpikir tingkat tinggi.

1. Skenario/desain disusun untuk satu pasang KD bilangan pengetahuan-


keterampilan matematika SMP.

2. Pembelajaran didesain dengan melatih kemampuan 4C (creative,


comunicative, collaborative, critical thinking) dan sebisa mungkin
didekatkan dengan kontekstual bidang keahlian di SMK (penentuan
bidang keahlian silakan didiskusikan dalam kelompok Anda).

3. Skenario/ desain tidak harus berupa RPP. Namun dengan jelas


menggambarkan langkah-langkah proses pembelajaran.

32
33
LEMBAR KEGIATAN 1.2

Soal Bilangan Berorientasi Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Tujuan: Menyusun soal Bilangan SMP yang berorientasi keterampilan


berfikir tingkat tinggi.

Petunjuk.

Pada aktivitas ini, Anda diminta menyusun soal bilangan SMP yang
berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi. Soal yang Anda susun
diharap berupa tiga soal pilihan ganda dan tiga soal uraian dan tiga soal
pilihan ganda dan tiga soal uraian

disertai kunci jawaban dan rubrik penskoran. Silakan merujuk pada kisi-kisi
soal UN Matematika SMP , soal TIMMS, atau PISA.

34
F. Refleksi
Pada bagian ini, Anda harus lebih banyak bertanya pada diri sendiri mengenai
berbagai hal yang sudah Saudara dapatkan selama mengikuti kegiatan dalam modul
ini dan juga di kelas.

Beberapa di antaranya sebagai berikut:

• Apa yang sudah saya pelajari?


• Materi apa yang belum saya pahami?
• Apakah semua materi sudah saya pahami dengan baik?
• Kesulitan terbesar apa yang saya alami untuk memahami materi?
• Apakah semua aktivitas sudah saya lakukan?
• Apakah semua aktivitas dan tugas dapat saya selesaikan?
• Apakah manfaat pengetahuan dan keterampilan yang sudah saya
dapatkan?

35
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
PEMBELAJARAN ALJABAR

( 6 jam pelatihan)

A. Pengantar Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan Pembelajaran 2 ini mencakup pembelajaran berorientasi keterampilan
berpikir tingkat tinggi untuk lingkup materi Aljabar. Hasil analisis UN tahun
pelajaran 2017/2018 menunjukkan bahwa daya serap materi Aljabar secara
nasional sebesar 42.89, artinya rata-rata jawaban benar dari seluruh butir soal pada
lingkup materi Aljabar seluruh siswa peserta UN 2018 sebesar 42,89. Hal ini masih
tergolong pencapaian rendah yaitu di bawah daya serap minimum (passing grade)
yang ditetapkan pemerintah sebesar 55,00. Mengambil sampel zona DKI Jakarta,
daya serap materi Aljabar juga masih rendah, yaitu 41.07. Hal ini perlu mendapat
tindak lanjut dengan penguatan materi dan membiasakan siswa terhadap
pembelajaran yang melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu,
guru perlu dibekali dengan kompetensi mengelola pembelajaran yang melatih
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Kegiatan Pembelajaran ini akan
memberikan contoh pembelajaran dan soal berorientasi keterampilan berpikir
tingkat tinggi pada lingkup materi aljabar.

KP ini dibatasi pada topik-topik aljabar dari hasil UN tahun pelajaran 2017/2018
dengan daya serap rendah. Hasil analisis per lingkup materi Aljabar secara nasional,
empat indikator dengan daya serap terendah, yaitu
 menentukan titik potong garis 𝑘 dengan sumbu-𝑥 jika garis 𝑘 tegak lurus
garis 𝑙 dan saling berpotongan di titik (0,b)
 menentukan banyak anggota salah satu himpunan jika banyak anggota
himpunan kedua dua kali banyak anggota himpunan pertama
 menentukan panjang atau lebar sebuah taman persegipanjang dalam bentuk
ketidaksamaan
Indikator tersebut terdapat pada topik: persamaan garis lurus, himpunan, serta
persamaan dan pertidaksamaan. Oleh karena itu, pada KP ini akan difokuskan pada
pendalaman materi, pembelajaran dan penilaian berorientasi keterampilan berpikir
tingkat tinggi pada 3 topik tersebut.

36
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran pada KP 2 ini adalah untuk memberikan penguatan materi
pada topik-topik pada lingkup materi Aljabar yang daya serapnya rendah pada UN
SMP tahun 2018 dan memberikan alternatif pembelajaran berorientasi
keterampilan berpikir tingkat tinggi beserta contoh penilaiannya.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mempelajari modul ini, peserta pelatihan dapat:
1. mendesain pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi
materi Aljabar
2. mengembangkan penilaian berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi
untuk materi Aljabar

D. Uraian Materi
1. Himpunan
a. Pendalaman Materi

Himpunan merupakan materi dari penjabaran KD 3.4 dan 4.4 pada Kurikulum 2013
untuk kelas VII SMP. Rumusan kompetensi aspek pengetahuan dalam KD 3.4 adalah
menjelaskan himpunan, himpunan bagian, himpunan semesta, himpunan kosong,
komplemen himpunan, dan melakukan operasi biner pada himpunan menggunakan
masalah kontekstual. Adapun pada aspek keterampilan, yaitu KD 4.4, rumusan
kompetensi dasarnya adalah menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan
dengan himpunan, himpunan bagian, himpunan semesta, himpunan kosong,
komplemen himpunan, dan operasi biner pada himpunan.

Himpunan merupakan kumpulan atau kelompok obyek, baik nyata maupun


abstrak, yang terdefinisi dengan jelas (well defined) atau memiliki syarat/sifat
tertentu. Contoh himpunan: himpunan siswa kelas IX, himpunan siswa laki-laki,
himpunan bilangan asli kurang dari 10. Sedangkan himpunan wanita cantik tidak
termasuk himpunan karena cantik bukanlah definisi yang jelas. Seseorang bisa
mengatakan si Fulan cantik, tetapi orang lain belum tentu berpendapat yang sama.
Oleh karena itu ‘cantik’ bukan merupakan definisi yang jelas, atau disebut not-well
defined.

37
Setiap objek dalam himpunan disebut elemen atau anggota himpunan,
dilambangkan dengan ∈. Jika suatu objek tidak termasuk dalam himpunan tersebut
maka disebut bukan anggota, dapat disimbolkan ∉. Contohnya, kucing adalah
anggota himpunan binatang mamalia, dapat disimbolkan “kucing ∈ mamalia”.
Gurameh bukan anggota mamalia, dapat disimbolkan dengan “gurameh ∉
mamalia”.

Himpunan biasanya dinyatakan denggan huruf kapital dengan nama yang spesifik
menurut definisi/syarat/sifatnya, misalnya 𝐴 adalah himpunan huruf vokal.
Selanjutnya, anggota himpunan 𝐴 dapat dinyatakan dengan mendata semua anggota
di antara kurung kurawal { } atau mendata sebagian anggotanya diikuti titik tiga (…)
untuk menunjukkan masih ada anggota lain sesuai sifat himpunan tersebut. Dengan
demikian himpunan 𝐴 dapat dinyatakan dengan 𝐴 = {𝑎, 𝑖, 𝑢, 𝑒, 𝑜}. Contoh lain, 𝑃
adalah himpunan bilangan asli genap, maka 𝑃 = {2, 4, 6, … } yaitu menyebutkan
sebagian anggota diikuti tanda titik tiga yang artinya masih ada anggota lain dengan
sifat yang sama. Himpunan juga dapat dinyatakan dengan menuliskan aturannya di
antara kurung kurawal. Contoh: 𝐻 = {𝑥|𝑥 ∈ ℕ} dibaca 𝐻 adalah himpunan setiap 𝑥
dengan 𝑥 anggota bilangan asli. Jika dirinci anggotanya, maka 𝐻 = {1, 2, 3, … }. Pada
penulisan himpunan bilangan, seringkali digunakan lambang dari himpunan
bilangan tersebut, yaitu:

 ℕ merupakan simbol dari natural number atau bilangan asli


 ℤ merupakan symbol dari integer atau bilangan bulat
 ℚ merupakan symbol dari rational number atau bilangan rasional
 ℝ merupakan symbol dari real number atau bilangan riil
Meskipun pada jenjang SMP belum menggunakan lambang-lambang tersebut, tetapi
baik bagi guru untuk mengenalkannya kepada siswa.

Perincian anggota suatu himpunan tidak menunjukkan urutan. Sebagai contoh


{1, 𝑎,∗} dengan {𝑎,∗, 1} adalah himpunan yang sama. Penulisan anggota himpunan
dilakukan tanpa pengulangan. Himpunan {𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑎} adalah himpunan dengan satu
anggota, yaitu 𝑎. Himpunan yang tidak memiliki anggota disebut himpunan kosong,
dillambangkan dengan ∅ atau { }. Contoh himpunan kosong adalah himpunan siswa
SMP berusia 7 tahun, himpunan bilangan asli negatif, himpunan peluang lebih dari 1.

38
Banyaknya anggota himpunan 𝐴 dilambangkan dengan 𝑛(𝐴). Sebagai contoh, Z
adalah himpunan bilangan asli genap kurang dari 10, maka 𝑍 = {2, 4, 6, 8}. Dengan
demikian, banyak anggota himpunan 𝑍 atau 𝑛(𝑍) = 4. Setelah mengetahui
bagaimana menyatakan banyaknya anggota himpunan, sebagai tantangan Anda,
berapakah banyak anggota himpunan kosong?

Ketika membicarakan tentang himpunan, maka kita perlu mengetahui semesta


pembicaraan kita di mana. Contoh, kita akan membicarakan himpunan siswa kelas
VII SMP X Sukamaju, maka himpunan semestanya adalah siswa kelas VII SMP X
Sukamaju. Kita tidak akan membicarakan siswa dari kelas lain atau bahkan sekolah
lain. Contoh lain, kita berada dalam himpunan semesta bilangan bulat, maka kita
tidak akan mengikutsertakan bilangan di luar semesta bilangan bulat, misalnya
bilangan pecahan. Suatu himpunan memiliki himpunan semesta tidak tunggal.
Untuk lebih memperjelas lagi, coba perhatikan contoh berikut. Misalkan terdapat
himpunan 𝐻 = {anjing, singa, harimau, buaya, komodo}. Anggota himpunan 𝐻 dapat
dikelompokkan dalam kategori hewan berkaki empat. Dengan demikian, himpunan
semesta dari himpunan 𝐻 adalah himpunan hewan berkaki empat. Tetapi dapat pula
semesta pembicaraan dari 𝐻 adalah himpunan hewan karnivora (pemakan daging).
Dengan demikian, himpunan semesta tidak tunggal.

Jika suatu himpunan 𝐴 seluruh anggotanya juga menjadi anggota himpunan 𝐵, maka
dikatakan 𝐴 adalah himpunan bagian 𝐵, dilambangkan 𝐴 ⊂ 𝐵. Sebagai contoh
𝐴 = {1, 3, 5} dan 𝐵 = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, terlihat bahwa semua anggota himpunan 𝐴 juga
merupakan anggota himpunan 𝐵. Oleh karena itu 𝐴 merupakan himpunan bagian 𝐵,
dinotasikan 𝐴 ⊂ 𝐵. Karena 𝐴 ⊂ 𝐵 maka terdapat anggota himpunan 𝐵 yang bukan
merupakan anggota himpunan 𝐴 atau 𝐵 − 𝐴 yang disebut himpunan komplemen,
dinotasikan dengan 𝐴𝑐 atau 𝐴′. Pada contoh di atas 𝐴𝑐 = {2, 4, 6}.

Pada dua himpunan, himpunan dari anggota yang sama-sama terdapat di kedua
himpunan dinamakan irisan dua himpunan. Sebagai contoh 𝑃 = {𝑟, 𝑢, 𝑚, 𝑎, ℎ} dan
𝑄 = {𝑡, 𝑢, 𝑚, 𝑝, 𝑎, ℎ} . Dapat kita lihat bahwa 𝑢, 𝑚, 𝑎, dan ℎ adalah anggota baik di
himpunan 𝑃 maupun 𝑄. Dengan demikian {𝑢, 𝑚, 𝑎, ℎ} adalah irisan himpunan 𝑃 dan
𝑄 yang dinotasikan dengan 𝑃 ∩ 𝑄. Dua himpunan yang tidak beririsan disebut
himpunan saling asing (disjoint). Selain irisan, terdapat pula operasi dua himpunan
yang disebut gabungan. Gabungan dua himpunan 𝑃 dan 𝑄 adalah himpunan semua
anggota yang terdapat baik pada 𝑃, 𝑄, maupun keduanya, dinotasikan dengan ∪.

39
Pada contoh ini 𝑃 ∪ 𝑄 = {𝑟, 𝑡, 𝑢, 𝑚, 𝑝, 𝑎, ℎ}. Jika dua himpunan memiliki banyak
anggota yang berhingga, maka banyak anggota himpunan gabungannya sama
dengan jumlah anggota kedua himpunan dikurangi banyak anggota himpunan
irisannya. Dengan notasi dituliskan 𝑛(𝑃 ∪ 𝑄) = 𝑛(𝑃) + 𝑛(𝑄) − 𝑛(𝑃 ∩ 𝑄).

Pada topik himpunan, untuk mempermudah penyajian dan pemahaman terhadap


permasalahan yang melibatkan satu atau lebih himpunan, matematikawan bernama
John Venn, pada tahun 1880 mengenalkan diagram yang kemudian dikenal dengan
nama diagram Venn. Pada diagram Venn, himpunan semesta (misal himpunan
semesta 𝑆) biasa ditampilkan berupa persegi panjang dengan penulisan notasi
himpunan semesta pada pojok kiri atas bagian dalam persegi panjang tersebut.
Himpunan tertentu (misal himpunan 𝐴) di mana merupakan bagian dari himpunan
semesta umumnya ditampilkan dalam bentuk ellips/lingkaran dengan menuliskan
notasi himpunan tersebut (huruf atau karakter lain) di sekitar luar ellips/lingkaran
tersebut, sedangkan anggota himpunan dituliskan di dalam ellips/lingkaran dengan
penambahan noktah atau titik di sekitar penulisan anggota himpunan tersebut.
Adapun anggota dari himpunan semesta yang bukan merupakan anggota dari
himpunan 𝐴 juga dituliskan di dalam persegi panjang tetapi di luar ellips/lingkaran
dengan penambahan noktah/titik. Terkadang anggota himpunan tidak ditampilkan,
tetapi hanya banyak anggotanya saja. Bahkan, untuk suatu himpunan atau
himpunan semestanya memiliki anggota yang banyaknya tak berhingga, anggota
himpunan maupun himpunan semesta boleh tidak ditampilkan/dituliskan. Pada
umumnya pada operasi antar himpunan, hasil operasi diarsir untuk mempermudah
keterlihatannya.

Contoh penyajian himpunan 𝑃 dan 𝑄 di atas dalam diagramm Venn sebagai berikut.

𝑆
𝑃 𝑄

•𝑟 • 𝑢
•𝑚 •𝑡
•𝑎 •𝑝
•ℎ

40
Berbagai hubungan/operasi dua himpunan disajikan dalam diagram Venn sebagai
berikut.

Gambar 1 Diagram Venn Operasi Dua Himpunan

Diagram Venn menjadi cara penyajian himpunan yang paling memudahkan dalam
menganalisis suatu permasalahan nyata dalam penyelesaian masalah di tingkat
pendidikan dasar. Pada penyelesaian masalah terkiat himpunan, diagram venn
menjadi bentuk pemodelan yang bisa digunakan siswa.

b. Pembelajaran Berorientasi Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Setelah me-review materi himpunan pada KD matematika SMP, selanjutnya akan


diberikan contoh aktivitas pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir tingkat
tinggi untuk kelas VII topik himpunan. Sebelumnya, mari kita analisis KD untuk
menyusun indikator pencapaian kompetensi. Berikut ini contoh tabel KD dan IPK
terkait topik himpunan.

41
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.4. Menjelaskan himpunan, 3.4.1. menjelaskan konsep himpunan


himpunan bagian, 3.4.2. menjelaskan konsep himpunan bagian,
himpunan semesta, 3.4.3. menjelaskan konsep himpunan semesta,
himpunan kosong, 3.4.4. menjelaskan konsep himpunan kosong,
komplemen himpunan, 3.4.5. menjelaskan konsep komplemen
dan melakukan operasi himpunan,
biner pada himpunan 3.4.6. melakukan operasi biner pada himpunan
menggunakan masalah menggunakan masalah kontekstual.
kontekstual.
4.4. Menyelesaikan masalah 4.4.1. menyelesaikan masalah kontekstual yang
kontekstual yang berkaitan dengan himpunan
berkaitan dengan 3.4.2. menyelesaikan masalah kontekstual yang
himpunan, himpunan berkaitan dengan himpunan bagian,
bagian, himpunan 3.4.3. menyelesaikan masalah kontekstual yang
semesta, himpunan berkaitan dengan himpunan semesta,
kosong, komplemen 3.4.4. menyelesaikan masalah kontekstual yang
himpunan, dan operasi berkaitan dengan himpunan kosong,
biner pada himpunan. 3.4.5. menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan komplemen himpunan,
3.4.6. menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan operasi biner pada
himpunan menggunakan masalah
kontekstual.

Jika dilihat dari KD Pengetahuan, maka proses kognitif yang diharapkan dari KD
tersebut adalah “memahami” (C2), di mana hal ini masih termasuk dalam kategori
keterampilan berpikir tingkat rendah (lower order thinking skills/LOTS). Akan
tetapi, pada proses pembelajarannya, guru dapat mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi dengan 3 aspek pembelajaran HOTS yang harus tercakup di
dalamnya yaitu transfer of knowledge, critical & creative thinking, dan problem
solving.

42
Berikut ini contoh aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan untuk materi
Himpunan pada kelas VII SMP.

Tujuan Pembelajaran : melalui guided inquiry learning siswa dapat


menjelaskan konsep irisan dua himpunan
Indikator : menjelaskan konsep irisan dua himpunan
Model Pembelajaran : guided inquiry learning
Bahan : - 3 holahop atau tali terhubung yang dapat
dibentuk lingkaran untuk masing-masing
kelompok,
- kartu-kartu yang bisa ditulis nama
- Meja untuk meletakkan holahop/tali dengan
berbagai pola atau bisa juga di lantai dengan
menggambar persegi panjang di lantai
Kegiatan Pembelajaran:
 Siswa dibagi menjadi 3 atau 4 kelompok
 Masing-masing siswa menerima 1 kartu dan menuliskan namanya di kartu
tersebut
 Guru memberikan instruksi pada semua kelompok
1. Untuk menemukan konsep semesta dan anggota himpunan
a. Letakkan satu holahop/tali lingkaran di meja

Holahop/lingkaran merepresentasikan himpunan dan


meja/persegi panjang merepresentasikan semesta
b. Minta siswa meletakkan kartu namanya pada lingkaran jika
memenuhi kondisi (guru dapat memilih salah satu)
• siswa berjenis kelamin perempuan
• siswa yang menyukai membaca
• siswa yang berawalan huruf A
• dan sebagainya (guru dapat menentukan sendiri
syarat/sifat himpunan yang diinginkan)

43
c. Siswa yang tidak memenuhi syarat himpunan tersebut
meletakkan kartu namanya di luar lingkaran
d. Berikan pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun siswa pada
penemuan konsep himpunan, anggota himpunan, bukan anggota
himpunan dan semesta pembicaraan.

Meja merepresentasikan semesta pembicaraan, yaitu siswa dalam


satu kelompok. Himpunan adalah kelompok siswa dengan
definisi/syarat tertentu. Anggota himpunan adalah siswa yang
berada di dalam lingkaran, sedangkan bukan anggota himpunan
adalah siswa yang berada di luar lingkaran.

e. Pada tahap ini guru mengenalkan istilah himpunan, anggota


himpunan, bukan anggota himpunan, dan semesta. Guru dapat
mengenalkan simbol-simbol dari masing-masing isitilah tersebut.
f. Untuk mengetahui pemahaman siswa, buatlah lagi himpunan yang
lain dan tanyakan pada siswa nama himpunan, semesta
pembicaraan, siapa saja yang menjadi anggota himpunan, dan
siapa saja yang bukan anggota himpunan.
2. Menemukan irisan dua himpunan
a. Kali ini kita akan menggunakan dua holahop/lingkaran
b. Sama seperti aktivitas 1, guru menginstruksikan siswa untuk
membuat dua himpunan dengan syarat, misalnya
• Himpunan A adalah himpunan siswa laki-laki, himpunan B
adalah himpunan siswa yang namanya berawalan huruf S
• Himpunan A adalah himpunan siswa yang menyukai
sepakbola, himpunan B adalah siswa yang menyukai
membaca
• dan sebagainya,
c. pada awalnya pilihlah himpunan saling asing, selanjutnya
usahakan membuat dua himpunan yang beririsan.
d. Siswa yang berada pada kedua himpunan diharapkan akan
bertanya atau berpikir bagaimana meletakkan kartu namanya di
kedua lingkaran.
e. Biarkan siswa bereksplorasi dan menemukan terlebih dahulu
bagaimana caranya supaya siswa yang memenuhi kedua syarat
himpunan dapat meletakkan kartu namanya di kedua lingkaran

44
f. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun pada
penemuan konsep irisan, misalnya:
• Adakah siswa yang berada pada kedua himpunan?
• Bagaimana caranya supaya kamu bisa berada di dua
lingkaran tersebut?
• dan seterusnya

Dua himpunan beririsan jika terdapat anggota himpunan yang


merupakan anggota kedua himpunan secara bersamaan.

 Setelah siswa menemukan konsep himpunan, anggota himpunan, semesta


himpunan dan irisan himpunan, berikan latihan untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa.
 Contoh soal yang bisa diberikan.

- Hitunglah banyak anggota yang merupakan anggota himpunan


lingkaran, tetapi bukan anggota himpunan segitiga, jajargenjang,
maupun persegi panjang!
- Hitunglah banyak anggota yang merupakan anggota himpunan
jajargenjang, tetapi bukan anggota himpunan segitiga, lingkaran,
maupun persegi panjang!
- Hitunglah banyak anggota yang merupakan anggota irisan dari
himpunan lingkaran dan segitiga, tetapi bukan anggota himpunan
jajargenjang dan persegi panjang!
- Hitunglah banyak anggota yang merupakan anggota irisan dari
himpunan jajargenjang dan persegi panjang, tetapi bukan anggota
himpunan lingkaran dan segitiga!

45
Aktivitas ini hanyalah contoh pembelajaran himpunan. Anda dapat merancang
sendiri sesuai dengan karakteristik siswa di sekolah.

c. Penilaian Berorientasi Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Pada hasil UN tahun 2017/2018, indikator pada topik himpunan ini memiliki daya
serap yang rendah. Mari kita perhatikan soal yang diberikan. Cermati apakah soal
tersebut berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi atau tidak.
Paket 1.
Wawancara dari 40 orang pembaca majalah, diketahui 5 orang suka membaca
tentang politik dan olahraga, 9 orang tidak menyukai keduanya. Banyak
pembaca yang menyukai majalah olahraga sama dengan dua kali banyak
pembaca yang menyukai majalah politik. Banyak pembaca yang menyukai
majalah politik adalah ….
A. 8 orang
B. 10 orang
C. 12 orang
D. 14 orang
Pembahasan:
Permasalahan seperti di atas sering ditanyakan dalam soal himpunan, akan
tetapi soal ini memberikan permasalahan yang lebih kompleks daripada soal
yang biasa diberikan. Soal tersebut memberikan stimulus dan informasi yang
perlu dianalisis oleh siswa sehingga dapat memecahkan masalah yang
diberikan. Meskipun seperti soal yang biasa, tetapi soal di atas membutuhkan
kecermatan siswa dalam menganalisis informasi dan menghubungkan dengan
konsep materi himpunan yang telah dipelajari. Sebagai contoh, proses berpikir
siswa dalam menyelesaikan soal di atas seperti berikut.
1) Memahami masalah dengan mengumpulkan informasi yang diberikan
 Wawancara dari 40 orang pembaca, artinya semestanya adalah 40
pembaca, dinotasikan 𝑛(𝑆) = 40
 5 orang suka membaca tentang politik dan olahraga, artinya terdapat
dua himpunan yaitu pembaca majalah politik dan pembaca majalah
olahraga. Dimisalkan himpunan pembaca majalah politik adalah 𝑃 dan
himpunan pembaca majalah olahraga adalah 𝑂. Terdapat 5 orang yang
suka membaca majalah politik dan juga majalah olahraga. Artinya, 5

46
orang tersebut anggota himpunan 𝑃 sekaligus anggota himpunan 𝑂,
atau dalam konsep himpunan berarti irisan himpunan 𝑃 dan 𝑂, maka
𝑛(𝑃 ∩ 𝑂) = 5
 9 orang tidak menyukai keduanya, artinya terdapat 9 orang yang bukan
anggota himpunan 𝑃 dan juga bukan anggota himpunan 𝑂 tetapi masih
dalam semesta pembicaraan.
 Banyak pembaca yang menyukai majalah olahraga sama dengan dua kali
banyak pembaca yang menyukai majalah politik, artinya 𝑛(𝑂) = 2 ×
𝑛(𝑃)
 Banyak pembaca yang menyukai majalah politik adalah masalah yang
ditanyakan.
2) Merancang penyelesaian
 Rancangan pertama: dari informasi yang telah dikumpulkan tersebut,
akan dicari penyelesaian dengan melakukan operasi aljabar
menggunakan operasi dua himpunan.
 Rancangan kedua: dari informasi yang telah dikumpulkan, dituangkan
dalam bentuk diagram venn, selanjutnya dilakukan penghitungan.
3) Melaksanakan rencana
 Rencana pertama:
Diketahui:
𝑛(𝑆) = 40
𝑛(𝑃 ∪ 𝑂)′ = 9
𝑛(𝑂) = 2 × 𝑛(𝑃)
𝑛(𝑃 ∩ 𝑂) = 5
Ditanyakan: 𝑛(𝑃)
Penyelesaian:
𝑛(𝑃) + 𝑛(𝑂) − 𝑛(𝑃 ∩ 𝑂) + 𝑛(𝑃 ∪ 𝑂)′ = 40
⇔ 𝑛(𝑃) + 2𝑛(𝑃) − 𝑛(𝑃 ∩ 𝑂) + 𝑛(𝑃 ∪ 𝑂)′ = 40
⇔ 3𝑛(𝑃) − 𝑛(𝑃 ∩ 𝑂) + 𝑛(𝑃 ∪ 𝑂)′ = 40
⇔ 3𝑛(𝑃) − 5 + 9 = 40
⇔ 3𝑛(𝑃) + 4 = 40
⇔ 3𝑛(𝑃) = 40 − 4
⇔ 3𝑛(𝑃) = 36
⇔ 𝑛(𝑃) = 12
 Rencana kedua:

47
Diketahui:

𝑛(𝑂) = 2𝑛(𝑃)
𝑛(𝑆) = 40
Ditanya: 𝑛(𝑃)
Jawab:
Dari diagram venn terlihat bahwa 𝑛(𝑃) = 𝑝 + 5 dan 𝑛(𝑂) = 𝑜 + 5
Padahal 𝑛(𝑂) = 2𝑛(𝑃), sehingga 𝑜 + 5 = 2(𝑝 + 5) ⇔ 𝑜 + 5 = 2𝑝 +
10 ⇔ 𝑜 = 2𝑝 + 5

Karena 𝑛(𝑆) = 40 maka 𝑝 + 5 + 2𝑝 + 5 + 9 = 40


⇔ 3𝑝 + 19 = 40
⇔ 3𝑝 = 21
⇔𝑝=7
𝑛(𝑃) = 𝑝 + 5, maka 𝑛(𝑃) = 7 + 5 = 12
4) Memeriksa kembali
Siswa telah menemukan bahwa jawaban permasalahan di atas, yaitu banyak
pembaca majalah politik, adalah 12 orang. Siswa selanjutnya memeriksa
kembali apakah langkah penyelesaian masalah dan jawaban yang
ditemukan sudah tepat. Siswa mencoba menyubstitusikan hasil yang
diperoleh ke dalam diagram venn.

48
Cek kembali apakah 𝑛(𝑂) = 2𝑛(𝑃) dan banyak anggota himpunan semesta
adalah 40.
𝑛(𝑃) = 7 + 5 = 12
𝑛(𝑂) = 5 + 19 = 24 𝑛(𝑂) = 2𝑛(𝑃)✔
𝑛(𝑆) = 7 + 5 + 19 + 9 ⇔ 𝑛(𝑆) = 40 ✔
Dari hasil memeriksa kembali ternyata penyelesaian yang diperoleh
memenuhi informasi yang diberikan sehingga penyelesaian tersebut benar.

Selanjutnya, selesaikanlah paket kedua dari soal UN tahun 2017/2018


berikut.
Paket 2
Dari hasil pendataan 30 balita di suatu puskesmas terdapat 6 balita pernah
diberi imunisasi vaksin penyakit campak dan polio, 3 balita belum pernah
diberi imunisasi vaksin kedua penyakit tersebut. Banyak balita yang diberi
vaksin campak 2 kali lipat dari vaksin polio. Banyak balita yang diberi
vaksin polio adalah ….
A. 11 balita
B. 15 balita
C. 16 balita
D. 22 balita

2. Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel


a. Pendalaman Materi

1) Persamaan Linear Satu Variabel

Apakah persamaan itu? Persamaan dapat diibaratkan seperti timbangan yang


setimbang di kedua sisinya di mana yang terletak pada anak timbangannya adalah
benda yang beratnya berupa bentuk aljabar. Misalnya 𝑥 + 5 = 9, dengan 𝑥 + 5
merupakan ruas kiri dan 9 merupakan ruas kanan. Persamaan tersebut dapat
digambarkan dalam model berikut, di mana 𝑥 + 5 berada pada anak timbangan kiri
dan 9 berada pada anak timbangan kanan.

49
Pada persamaan 𝑥 + 5 = 9 maka 𝑥 merupakan variabel, yaitu sesuatu yang belum
diketahui dan bisa digantikan oleh suatu bilangan tertentu sehingga membuat
kalimat matematika tersebut bernilai benar atau salah. Kalimat yang masih belum
dapat ditentukan benar atau salah disebut kalimat terbuka. Sebaliknya, jika suatu
kalimat dapat ditentukan nilai kebenarannya, maka kalimat tersebut berupa
kalimat tertutup. Jika kita ganti 𝑥 dengan 5, maka 5 + 5 = 9 menjadi kalimat yang
bernilai salah. Akan tetapi jika kita ganti 𝑥 dengan 4 maka 4 + 5 = 9 menjadi
kalimat yang bernilai benar. Bilangan yang dapat menggantikan variabel dan
membuat kalimat terbuka menjadi bernilai benar disebut akar atau penyelesaian.
Sehingga, pada persamaan 𝑥 + 5 = 9 akar atau penyelesaiannya adalah 4.
Himpunan semua akar penyelesaian disebut himpunan penyelesaian (pada buku-
buku sering disingkat HP). Pada persamaan 𝑥 + 5 = 9 himpunan penyelesaiannya
adalah {4}. Apabila tidak ada bilangan yang dapat menggantikan variabel maka
himpunan penyelesaiannya tidak memiliki anggota, atau disebut himpunan kosong
dengan symbol { } atau ∅. Apabila semua unsur dalam domain dapat memenuhi
persamaan sehingga bernilai benar, maka persamaan tersebut merupakan
identitas. Contoh identitas adalah 𝑥 + 5 = 5 − (−𝑥) dengan domain bilangan nyata
(bilangan real). Apabila kita ganti 𝑥 dengan sebarang bilangan nyata, maka
persamaan tersebut selalu bernilai benar. Contoh lain: (𝑥 + 2)(𝑥 − 2) = 𝑥 2 − 4.

Dua atau lebih persamaan yang memiliki himpunan penyelesaian yang sama
disebut persamaan yang ekuivalen. Contoh persamaan yang ekuivalen adalah
3
2𝑥 − 3 = 0 dengan 𝑥 = . Persamaan ekuivalen biasanya dihubungkan dengan
2

tanda panah bolak-balik (biimplikasi) ⟺. Dalam mencari penyelesaian suatu


persamaan kita akan menggunakan ekuivalen paling sederhana dari persamaan
tersebut. Contoh: untuk mencari penyelesaian dari persamaan 𝑥 + 5 = 9 maka

50
dapat dicari persamaan paling sederhana yang ekuivalen dengan persamaan
tersebut. Karena 𝑥 = 4 ekuivalen dengan 𝑥 + 5 = 9 maka ia adalah penyelesaian
dari persamaan tersebut.

Suatu persamaan disebut persamaan linear jika variabelnya berpangkat satu.


Contoh: 2𝑥 + 3 = 11, 5 − 𝑎 = 0, 𝑥 + 𝑦 = 10. Persamaan linear satu variabel (PLSV)
artinya persamaan linear yang hanya memiliki 1 variabel. Contoh: 2𝑥 + 3 = 11
merupakan PLSV, sedangkan 𝑥 + 𝑦 = 10 bukan PLSV karena memiliki 2 variabel
yaitu 𝑥 dan 𝑦.

Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) dalam 𝑥 secara umum dinyatakan sebagai
𝑎𝑎 + 𝑏 = 0, di mana 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ ∧ 𝑎 ≠ 0.

𝑎 disebut koefisien dari 𝑥


𝑏 disebut konstanta

Sifat-Sifat Persamaan

Untuk menyelesaikan suatu persamaan, sebelumnya mari kita cermati terlebih


dahulu sifat-sifat persamaan.

a) Sifat penjumlahan: jika pada suatu persamaan ditambahkan bilangan yang


sama pada kedua ruas, maka persamaan yang terbentuk ekuivalen dengan
persamaan semula.
Contoh:
𝑥+4=9
⇔𝑥+4+3=9+3 (kedua ruas ditambah 3)
⇔ 𝑥 + 7 = 12 (persamaan yang ekuivalen)
b) Sifat pengurangan: jika pada suatu persamaan dikurangi dengan bilangan
yang sama pada kedua ruas, maka persamaan yang terbentuk ekuivalen
dengan persamaan semula.
Contoh 1:
5−𝑝 =3
⇔5−𝑝−3=3−3 (kedua ruas dikurangi 3)
⇔2−𝑝 =0 (persamaan yang ekuivalen)

51
c) Sifat perkalian: jika pada suatu persamaan dikalikan dengan bilangan yang
sama selain 0 pada kedua ruas, maka persamaan yang terbentuk ekuivalen
dengan persamaan semula.
Contoh 1:
3
𝑞=3
2
3 2 2 2
⇔ 𝑞× =3× (kedua ruas dikali )
2 3 3 3

⇔𝑞=2 (persamaan yang ekuivalen)


d) Sifat pembagian: jika pada suatu persamaan dibagi bilangan yang sama
selain nol (pembagi bukan nol) pada kedua ruas, maka persamaan yang
terbentuk ekuivalen dengan persamaan semula.
Contoh 1:
4𝑠 = 16
⇔ 4𝑠 ÷ 4 = 16 ÷ 4 (kedua ruas dibagi 4)
⇔𝑠=4 (persamaan yang ekuivalen)
e) Prinsip substitusi: pada suatu persamaan, suatu bilangan mungkin
disubstitusikan pada persamaan tersebut.
Contoh 1:
5𝑢 + 3 = 13
5(2) + 3 = 13 (substitusi 𝑢 dengan 2)
10 + 3 = 13 (pernyataan bernlai benar, sehingga 𝑢 = 2 adalah akar
persamaan 5𝑢 + 3 = 13)
Prinsip substitusi ini biasa digunakan untuk mengecek apakah solusi dari
persamaan yang ditemukan tepat.

Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel


a) Menyelesaikan PLSV Metode Runut Balik (Undo)
Untuk menyelesaikan PLSV dapat digunakan metode “runut balik” atau undo dari
persamaan yang diketahui menggunakan operasi inversnya. Proses merunut
baliknya menggunakan sifat-sifat persamaan yang telah kita pelajari sebelumnya.

Contoh: Dua kali suatu bilangan ditambah lima adalah 15. Berapakah bilangan itu?

Kita misalkan bilangan tersebut adalah 𝑚. Maka proses pembentukan


persamaannya dapat kita gambarkan dalam bagan berikut.

52
×2 +5
�� ��

𝑚 2𝑚 2𝑚 + 5

15

Proses runut baliknya menggunakan operasi inversnya, penjumlahan dirunut balik


dengan pengurangan, perkalian dirunut balik dengan pembagian. Dalam bagan kita
gambarkan sebagai berikut.

×2 +5
�� ��

𝑚 2𝑚 2𝑚 + 5

5 10 15

÷2 −5
�� ��
Dengan demikian, penyelesaian dari persamaan 2𝑚 + 5 = 15 adalah {5}.

b) Menyelesaikan PLSV dengan Ekuivlensi


Selain dengan metode runut balik, kita dapat menyelesaikan suatu persamaan linear
satu variabel dengan mencari persamaan paling sederhana yang ekuivalen dengan
persamaan tersebut. Cara berpikir yang kita gunakan adalah menggunakan sifat-
sifat persamaan. Kita dapat mengilustrasikan persaamaan sebagai suatu timbangan
yang setimbang, maka jika kita memberi perlakuan pada anak timbangan kanan,
anak timbangan kiri juga harus diberi perlakukan yang sama. Misalnya
menambahkan bilangan di ruas kiri, maka ruas kanan harus ditambahkan bilangan
yang sama. Demikian juga untuk perlakuan yang lain seperti mengurangi,
mengalikan, membagi, dan sebagainya.

Contoh:

Mari kita mencoba menyelesaikan persamaan 2𝑚 + 5 = 15 dengan ekuivalensi.

2𝑚 + 5 = 15 (tuliskan persamaannya)
⇔ 2𝑚 + 5 − 5 = 15 − 5 (kurangkan 5 pada kedua ruas )
⇔ 2𝑚 = 10 (operasikan)
⇔ 2𝑚 ÷ 2 = 10 ÷ 2 (bagi 2 kedua ruas)
⇔𝑚=5 (operasikan)

53
Karena 𝑚 = 5 adalah persamaan paling sederhana yang ekuivalen dengan
2𝑚 + 5 = 15 maka pemberian perlakuan pada kedua ruas berhenti. Dengan
demikian penyelesaian dari persamaan 2𝑚 + 5 = 15 adalah {5}.

2) Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

Pertidaksamaan linear satu variabel adalah pertidaksamaan yang memiliki satu


variabel berpangkat satu. Contoh: 3𝑥 + 5 > 1, dapat terlihat bahwa pertidaksamaan
tersebut hanya memiliki satu variabel yaitu 𝑥 dan variabel tersebut berpangkat satu.

Menyelesaikan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (PtLSV)

Himpunan setiap bilangan yang dapat menggantikan variabel sehingga menjadikan


pertidaksamaan menjadi pernyataan yang benar merupakan penyelesaian dari
suatu pertidaksamaan. Misalnya pada pertidaksamaan 2𝑥 − 1 < 3, jika kita
mengganti 𝑥 dengan 0, maka 2(0) − 1 < 3 menjadi pernyataan yang bernilai benar.
Oleh karena itu, 0 merupakan penyelesaian dari pertidaksamaan 2𝑥 − 1 < 3. Kita
coba kembali mengganti 𝑥 dengan bilangan yang lain, misalnya 1, maka
2(1) − 1 < 3 menjadi pernyataan yang juga bernilai benar. Oleh karena itu 1 juga
merupakan penyelesaian dari pertidaksamaan 2𝑥 − 1 < 3. Jika kita mengganti 𝑥
dengan 2, maka pertidaksamaan 2𝑥 − 1 < 3 menjadi pernyataan yang bernilai
salah. Dengan demikian, 2 bukan merupakan penyelesaian dari pertidaksamaan
2𝑥 − 1 < 3. Pengganti variabel sehingga suatu pertidaksamaan menjaadi pernyataan
benar disebut penyelesaian dari pertidaksamaan tersebut.

a) Menyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel dengan substitusi

Untuk menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel, perhatikan terlebih


dahulu pertidaksamaan 𝑥 + 3 > 8 dengan 𝑥 bilangan bulat. Bagaimanakah cara
menentukan penyelesaian dari pertidaksamaan 𝑥 + 3 > 8? Untuk mencari
penyelesaian dari pertidaksamaan tersebut, pertidaksamaan 𝑥 + 3 > 8 diubah dulu
dalam bentuk persamaan, yaitu

𝑥 + 3 = 8 ⇔ 𝑥 + 3 − 3 = 8 − 3 ⇔ 𝑥 = 5.

Nilai 𝑥 = 5 dinamakan harga nol dari pertidaksamaan 𝑥 + 3 > 8. Selanjutnya


cobalah substitisikan nilai 𝑥 dengan sebuah bilangan yang kurang dari 5 dan
bilangan yang lebih dari 5, misalnya bilangan 3 dan 7.

54
Untuk 𝑥 = 3, maka 𝑥 + 3 > 8 menghasilkan3 + 3 > 8 ⇔ 6 > 8 (salah).

Untuk 𝑥 = 7, maka 𝑥 + 3 > 8 menghasilkan7 + 3 > 8 ⇔ 10 > 8 (benar).

Dengan demikian, penyelesaian dari pertidaksamaan 𝑥 + 3 > 8 setiap x bernilai


lebih dari 5, biasa ditulis 𝑥 > 5, dengan 𝑥 bilangan bulat. Penyelesaian
pertidaksamaan linear satu variabel biasa dinyatakan dengan himpunan
penyelesaian. Untuk penyelesaian pertidaksamaan di atas dapat ditulis dengan
𝐻𝐻: {x x > 5, x ∈ himpunan bilangan bulat} .

b) Menyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel dengan ekuivalensi

Seperti pada persamaan linear satu variabel, kita dapat menyelesaikan PtLSV
dengan ekuivalensi. Mari kita selesaikan beberapa contoh PtLSV berikut dengan
ekivalensi dan amati apa sifat yang muncul.

Contoh 1:

Carilah penyelesaian dari 5𝑥 + 6 ≤ −14 !


Langkah penyelesaian:
5𝑥 + 6 ≤ −14
Kedua ruas dikurangi 6 ⇔ 5𝑥 + 6 − 6 ≤ −14 − 6
⇔ 5𝑥 ≤ −20
Kedua ruas
1
dikali 5 1 1
⇔ × 5𝑥 ≤ × (−20)
5 5
⇔ 𝑥 ≤ −4
Jadi, penyelesaiannya adalah 𝑥 ≤ −4

Sifat-Sifat Pertidaksamaan

Setelah memperhatikan contoh-contoh pada penyelesaiaan PtLSV di atas, maka kita


dapat menemukan sifat-sifat pertidaksamaan, yaitu:
 Sifat transitif
 Penjumlahan pada pertidakssamaan
 Penjumlahan pada konstanta
 Perkalian dengan konstanta
Sifat-sifat pertidaksamaan tersebut berlaku untuk tanda pertidaksamaan yang lain
(>, ≤, ≥)

55
b. Pembelajaran Berorientasi Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Persamaan linear satu variable ada pada kelas VIII KD 3.6 menjelaskan persamaan
dan pertidaksamaan linear satu variable dan penyelesaiannya. Dan pasangan KD-
nya 4.6 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel. Cobalah Anda turunkan indicator dari KD-KD
tersebut.

Berikut ini contoh aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan untuk topik
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variable.

Tujuan pembelajaran : melalui pembelajaran penemuan, siswa dapat menjelaskan


penyelesaian persamaan linear satu variabel.

Aktivitas Pembelajaran:

1) Curah pendapat: siswa diajak mencermati beberapa persamaan dan


menyebutkan apa yang ia dapat utarakan tentang persamaan-persamaan
tersebut.

3+6 = 9
6−4=2
5+3=1+7
2𝑥 = 𝑥 + 𝑥
3𝑥 = 2𝑥 + 𝑥 = 𝑥 + 𝑥 + 𝑥

Ajak siswa untuk menyampaikan apa yang ia bisa sampaikan dari


persamaan-persamaan tersebut. Siswa mungkin akan menjawab: ruas kiri
dan ruas kanan sama, kedua ruas sama, kedua ruas seimbang, sama-sama
menggunakan tanda sama dengan, dan sebagainya. Guru dapat mencatatnya
di papan tulis/layar/media lain.

Yang perlu diperhatikan adalah apakah siswa dapat menyadari bahwa


persamaan akan bernilai benar jika kedua ruas nilainya sama.

2) Tunjukkan peraga timbangan atau peraga virtual berbentuk timbangan yang


bisa dimanipulasi. Bisa juga menunjukkan permainan jungkat jungkit.
Tanyakan kepada siswa: apa yang terjadi jika di sisi kiri timbangan

56
diletakkan 3 kelereng dan sisi kanan 5 kelerang, masing-masing kelereng
beratnya sama. Dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan lain terkait
timbangan dengan besaran tertentu.
Siswa diharapkan dapat menemukan bahwa untuk menjadi seimbang, kedua
sisi timbangan haruslah sama beratnya.
3) Selanjutnya, mulai menggunakan persamaan linear seperti 𝑥 = 8, 2𝑥 =
16, 4𝑥 = 16, dan seterusnya. Minta siswa untuk menebak nilai 𝑥 dan
bagaimana cara menemukan. Catat alasannya sebagai hipotesis.
4) Coba lihat persamaan 2𝑥 + 5 = 11. Bayangkan pada sebuah timbangan, apa
yang akan terjadi jika kita mengambil/membuang 5 dari sisi kiri?
Siswa diharapkan menjawab “timbangan menjadi tidak seimbang”.
Lanjutkan dengan pertanyaan: bagaimana kita dapat membuat timbangan
kembali seimbang dengan tetap membuang 5 dari sisi kiri?
Siswa diharapkan menemukan “kita harus membuang 5 juga dari sisi
kanan”.
Ulangi dengan pemisalan jika menambahkan pada satu sisi.
Yang perlu diperhatikan: apakah siswa dapat menemukan bahwa apabila
kita menambah atau mengurangi di satu sisi, kita juga harus melakukan hal
yang sama di sisi lainnya.
5) Minta siswa menuliskan apa yang dia temukan.

Guru dapat mendampingi pembelajaran dengan memberikan LKPD. Siswa


selalu diajak untuk berpikir dan menemukan sendiri konsep persamaan
linear satu variabel dan bagaimana menyelesaikannya. Guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang mengajak siswa untuk berpikir.

c. Penilaian Berorientasi Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Pada UN SMP tahun 2017/2018, indikator soal “menentukan panjang atau lebar
taman persegi panjang (dalam bentuk ketidaksamaan)” menunjukkan daya serap
nasional sebesar 41,70 dan termasuk di bawah passing grade. Indikator tersebut
masuk dalam topik persamaan dan pertidaksamaan linear. Mari kita bahas bersama
soal yang diberikan.

57
Paket 1

Taman bunga berbentuk persegipanjang dengan ukuran panjang (8𝑥 + 2)


meter dan ukuran lebarnya (6𝑥 − 16) meter. Jika keliling taman tidak
kurang dari 140 meter, maka panjang taman tersebut (𝑝) adalah ….
A. 𝑝 > 50
B. 𝑝 ≥ 50
C. 𝑝 > 90
D. 𝑝 ≥ 90
Pembahasan:

Soal di atas masih pada level kognitif penerapan. Dalam pengerjaannya,


siswa dapat membuat sketsa taman dan melakukan penghitungan secara
aljabar.
Diketahui:

(8𝑥 + 2)

(6𝑥 − 16)

keliling taman tidak kurang dari 140 meter  Keliling ≥ 140 m


Ditanyakan panjang (𝑝) taman.
Penyelesaian:
Keliling taman ≥ 140 m
⇔ 2 × (8𝑥 + 2 + 6𝑥 − 16) ≥ 140
⇔ 2 × (14𝑥 − 14) ≥ 140
⇔ 14𝑥 − 14 ≥ 140/2
⇔ 𝑥 − 1 ≥ 10/2
⇔𝑥 ≥5+1
⇔𝑥≥6
Panjang taman 𝑝 = 8𝑥 + 2, karena 𝑥 ≥ 6 maka 𝑝 ≥ 8 × 6 + 2 ⇔ 𝑝 ≥ 50
Jadi, panjang taman tersebut tidak kurang dari 50 meter.

58
Beberapa contoh soal Programme for International Students Assessment
(PISA) dan Trends in International Mathematics Science Study (TIMSS) terkait
topik persamaan dan pertidaksamaan linear yang dapat melatih
keterampilan berpikir tingkat tinggi disajikan sebagai berikut.
Soal TIMSS 2011

59
Pembahasan:
Terjemahan bebas dari soal di atas sebagai berikut.
Jo memiliki tiga balok logam. Berat tiap balok adalah sama. Ketika ia
menimbang satu balok dengan beban 8 gram, hasilnya sebagai berikut.

Ketika ia menimbang tiga balok dengan beban 20 gram, ini yang terjadi.

Berikut ini berat satu balok logam yang mungkin adalah ….


A. 5 gr
B. 6 gr
C. 7 gr
D. 8 gr
Penyelesaian:
Soal di atas terlihat sederhana namun memerlukan kemampuan analitis
siswa. Dari gambar pertama dapat dianalisis dan disimpulkan bahwa berat
satu logam lebih ringan dari 8 gram. Selanjutnya dari gambar kedua terlihat
bahwa berat 3 logam lebih berat dari 20 gram.
Selanjutnya siswa dapat memodelkannya dalam bentuk aljabar. Misalkan
berat 1 logam adalah 𝑎, maka
𝑎<8 … (i)
3𝑎 > 20 … (ii)
Kalikan pertidaksaaan pertama dengan 3 sehingga diperoleh:
3𝑎 < 24
Dengan menggunakan sifat pertidaksamaan, maka (i) & (ii) menjadi

60
20 < 3𝑎 < 24 …(iii)
Jika 20 < 3𝑎, maka 18 < 3𝑎, sehingga pertidaksamaan (iii) dapat ditulis
sebagai
18 < 3𝑎 < 24
Semua ruas dibagi 3, diperoleh
6<𝑎<8
Dengan demikian, berat 1 logam lebih dari 6 gram tetapi kurang dari 8 gram.
Maka, berat yang mungkin adalah 7 gram (C).
--
Soal PISA 2012

61
Terjemahan bebas:
MEMORY STICK
Memory stick atau biasa kita sebut flashdisc adalah perangkat penyimpan
data yang kecil dan mudah dibawa ke mana saja.
Ivan memiliki flashdisc yang menyimpan file musik dan foto. Flashdisc
tersebut memiliki kapasitas 1GB (1000 MB). Diagram berikut menunjukkan
status flashdisc Ivan.

Pertanyaan:
Ivan ingin menyimpan album foto sebesar 350 MB ke dalam flashdisc-nya,
tetapi tidak tersedia cukup kapasitas memori. Sementara itu, ia tidak ingin

62
menghapus fille foto yang sudah ada, dia rela menghapus hingga 2 album
musik.
Flashdisk Ivan memiliki file album musik yang tersimpan seperti ditunjukkan
dalam tabel berikut:
Album Ukuran
Album 1 100 MB
Album 2 75 MB
Album 3 80 MB
Album 4 55 MB
Album 5 60 MB
Album 6 80 MB
Album 7 75 MB
Album 8 125 MB
Dengan menghapus maksimum 2 album musik, apakah memungkinkan bagi
Ivan untuk memiliki cukup kapasitas sehingga ia dapat menyimpan album
fotonya? Jawablah yang Ya atau Tidak dan tunjukkan langkah penghitungan
untuk mendukung jawabanmu.
Soal PISA di atas merupakan salah satu penerapan pertidaksamaan linear
satu variabel. Alternatif penyelesaian soal di atas disampaikan sebagai
berikut.
Langkah 1:
Status flashdisc:
Musik : 650 MB
Foto : 198 MB
Ruang kosong : 152 MB
Akan dimasukkan album foto sebesar 350MB.
Kekurangan ruang kosong, sebesar 350 − 152 = 198 MB.
Karena Ivan akan menghapus 2 album musik, maka kita misalkan Ivan
memilih album musik dengan kapasitas paling besar yaitu Album 8. Dengan
demikian album musik yang kedua harus memenuhi pertidaksamaan
125 + 𝑎 ≥ 198. Kita selesaikan pertidaksamaan tersebut, diperoleh:
125 + 𝑎 − 125 ≥ 198 − 125
⟺ 𝑎 ≥ 74

63
Dari tabel terlihat album musik dengan kapasitas sekurang-kurangnya 74MB
adalah Album 1, 2, 3, 6, 7. Oleh karena itu, untuk menyimpan album foto
sebesar 350MB Ivan dapat menghapus album musik:
Album 8 & Album 1 atau
Album 8 & Album 2 atau
Album 8 & Album 3 atau
Album 8 & Album 6 atau
Album 8 & Album 7.
Apakah masih ada kemungkinan yang lain? Kita coba mengambil album
dengan kapasitas terbesar nomor 2 yaitu Album 1 untuk dihapus, sehingga
album kedua yang harus dihapus memenuhi pertidaksamaan 100 + b ≥ 198.
Kita selesaikan pertidaksamaan tersebut sehingga diperoleh:
100 + 𝑏 − 100 ≥ 198 − 100
⟺ 𝑏 ≥ 98
Selain album 1, album musik yang memiliki kapasitas sekurang-kurangnya
98MB hanya satu yaitu Album 8. Dengan demikian, hanya ada 1
kemungkinan di sini yaitu Album 1 & Album 8 yang juga telah ada pada
pilihan-pilihan pada langkah pertama tadi.
Dengan demikian, ada 5 pilihan bagi Ivan untuk menghapus album fotonya.
Kita kembalikan ke Ivan untuk memilihnya.

3. Persamaan Garis Lurus


a. Pendalaman Materi

Grafik Garis Lurus pada Diagram Kartesius

Sebuah kilang minyak memiliki tanki penampungan dengan kapasitas


600.000 barel dalam keadaan kosong. Tangki tersebut akan diisi minyak
mentah dari kapal tanker dengan menggunakan pompa. Pompa diatur agar
debit keluaran minyaknya tetap. Setelah satu satu jam pengisisan ternyata
tanki terisi 50.000 barel.

Setelah berapa jam tanki penampungan terisi minyak mentah sebanyak


11.000 barel?
Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengisi penuh tanki minyak tersebut?

64
Dalam proses pengisian tanki di atas, mungkin saja terjadi gangguan sehingga
setelah 3 jam 10 menit proses pengisian terhenti. Pengelola ingin mengetahui sudah
seberapa banyak minyak yang berhasil diisikan ke tanki setelah 3 jam 12 menit
proses pengisian. Pertanyaan lainnya adalah misalnya ketika pengelola hanya ingin
mengisikan minyak mentah sebanyak 510.000 barel, berapa lama dia harus
menghidupkan pompa. Langkah awal untuk menjawab pertanyaan ini adalah
dengan menemukan hubungan antara lamanya waktu pengisian minyak mentah
dengan volume minyak yang berhasil diisikan. Permasalahan akan mudah terlihat
apabila kita buat diagram hubungannya dalam grafik kartesius dengan berbekal
informasi-informasi awal berikut ini:

Diinformasikan di awal bahwa debit pompanya tetap, maka bisa kita nalar bahwa
percepatan pertambahan minyaknya tetap di setiap selang waktu.

Di awal waktu, tanki dalam keadaan kosong, dan setelah 1 jam tanki terisi 50.000
barel.

Apabila “pertambahan waktu” kita nyatakan dalam sumbu horizontal, dan “volume
minyak di tanki “ kita nyatakan dalam sumbu vertikal, kita peroleh titik O (0,0) dan
A (1,50) berikut ini sebagai representasi dua keadaan/informasi di atas.

65
Diinformasikan juga bahwa debit pompa adalah tetap. Ini maknanya bahwa dalam
sembarang selang waktu yang sama, pompa mengisikan minyak ke tanki dalam
volume yang sama. Jika dalam satu jam pertama pompa mengisi tanki sebanyak
50.000 barel, maka demikian juga di 1 jam berikutnya, pompa mengisi sebanyak
50.000 barel, dan seterusnya. Di penggalan/satuan waktu yang lebih kecil pun
demikian juga, di setiap setengah jam, pompa mengisi 25.000 barel, di setiap 15
menit, pompa mengsisi 12.500 barel, dan seterusnya. Kita dapat menemukan
volume minyak di tanki di sebarang waktu yang kita pilih, hubungan ini
digambarakan dalam bentuk titik yang dinyatakn dalam bentuk pasangan
berurutan. Dua titiknya adalah dan O (0,0) dan A (1,50). Terdapat tak berhingga
titik yang menunjukkan hubungan volume minyak di tanki dan waktu. Titik-titik
yang menunjukkan hubungan antara volume minyak di tanki dan waktu pengisian
ini bisa digambarkan dalam sebuah garis 𝑔. Garis 𝑔 bisa dibuat dengan
menghubungakan sebarang dua titik, misalnya titik O (0,0) dan A (1,50).

Secara umum, cara membuat sketsa grafik pada diagram kartesius adalah dengan
mendata semua titik-titik yang terketak di grafik, kemudian menghubungkan titik-
titik yang diperoleh dengan sebuah garis. Cara mendata titik-titik yang terletak di
grafik adalah dengan cara mencari nilai 𝑥 dan 𝑦 yang memenuhi persamaan
grafiknya. Akan tetapi khusus untuk membuat sketsa grafik dari suatu garis lurus,
cukup ditemukan dua titik yang terletak di garis. Tidak perlu didaftar semua titik-
titik koordinat yang terletak di garis.

Gradien Garis Lurus

Pertambahan volume minyak di tangki dari waktu ke waktu bisa kita gambarkan
dengan cara membuat garis yang melewati titik titik O (0,0) dan A (1,50) seperti
grafik berikut ini.

66
Hubungan antara volume minyak di tanki dan waktu pengisian digambarkan oleh
garis 𝑔. Pertambahan volume minyak setiap jam dalam kasus di atas sebanyak
50.000 barel. Pertambahan ini bisa dihitung dengan (50.000 – 0) dibagi (1 – 0), atau
(100.000 – 50.000) dibagi (2– 1), atau (100.000 – 0) dibagi (2 – 0), dan sebagainya.
Pertambahan volume minyak ini digambarkan sebagai kemiringan garis 𝑔, biasanya
disimbolkan dengan “𝑚”. Dalam hal sumbu tegak disimbolkan sebagai sumbu 𝑦, dan
sumbu mendatar sebagai sumbu 𝑥, secara umum gradien garis dihitung dengan
formula berikut ini.

(𝑦2 − 𝑦1 )
𝑚=
(𝑥2 − 𝑥1 )

67
Garis tidak selalu miring ke kanan. Ada juga garis yang miring ke kiri. Garis yang
miring ke kanan dinyatakan dengan kemiringannya bernilai positif. Garis yang
miring ke kiri dinyatakan dengan kemiringannnya bernilai negatif.

68
Contoh:

Garis 𝑓 dengan (𝑥1 , 𝑦1 )=(1,5) dan (𝑥2 , 𝑦2 ) = (2,2), sehingga gradiennya

𝑦 −𝑦 2−5
𝑚 = 𝑥2 −𝑥1 = = −3.
2 1 2−1

Garis 𝑓 miring ke kiri dengan gradien 𝑚 = −3

Garis 𝑔 dengan (𝑥1 , 𝑦1 ) = (−4,1) dan (𝑥2 , 𝑦2 ) = (−1,3), sehingga gradiennya

𝑦 −𝑦 3−1 2
𝑚 = 𝑥2 −𝑥1 = = .
2 1 −1−(−4) 3

2
Garis 𝑔 miring ke kanan, gradiennya 𝑚 =
3

69
Persamaan Garis Lurus

Suatu garis lurus dapat dinyatakan dalam bentuk grafik atau dalam bentuk
persamaan matematika. Persamaan garis yang menunjukkan penyelesaian
permasalahan mengisi tanki di atas adalah
𝑦 = 50.000𝑥

Persamaan garis dalam bentuk semacam ini disebut bentuk eksplisit dan memiliki
bentuk umum
𝑦 = 𝑚𝑚 + 𝑐

dengan 𝑚 adalah gradien/kemiringan garis dan 𝑐 adalah konstanta.

Dari bentuk eksplisit di atas, persamaan garis dapat ditulis dalam bentuk implisit.
Bentuk umum persamaan garis dalam bentuk implisit adalah
𝑎𝑎 + 𝑏𝑏 + 𝑐 = 0

Bentuk implisit dari persamaan garis 𝑦 = 50.000𝑥 adalah 50.000𝑥 − 𝑦 = 0.


Menentukan persamaan garis jika diketahui dua titik yang berada di garis
Jika diberikan dua titik (𝑥1 , 𝑦1 ) dan (𝑥2 , 𝑦2 ), maka persamaan garisnya adalah
(𝑦2 − 𝑦1 )
𝑦 − 𝑦1 = (𝑥 − 𝑥1 )
(𝑥2 − 𝑥1 )

Contoh:
Persamaan garis dari sebuah garis yang melewati titik (6,1) dan (−2,5) adalah
(5 − 1)
𝑦−1= (𝑥 − 6)
(−2 − 6)
4
𝑦−1= (𝑥 − 6)
−8
1
𝑦 − 1 = − (𝑥 − 6)
2

2𝑦 − 2 = −𝑥 + 6
2𝑦 + 𝑥 − 8 = 0
jika dibawa ke bentuk eksplisit menjadi
1
𝑦 =− 𝑥+4
2
Grafik garisnya sebagai berikut.

70
Perhatikan titik potong grafik garis dengan sumbu 𝑦 dan persamaan garis dalam
bentuk eksplisit. Apa yang dapat Saudara simpulkan?

Menentukan persamaan garis jika diketahui gradien garis dan titik potong
garis dengan sumbu 𝒚

Jika suatu garis diketahui memiliki kemiringan 𝑚 dan memotong sumbu 𝑦 di titik
(0, 𝑐), persamaan garisnya
𝑦 = 𝑚𝑚 + 𝑐

Contoh:
1
Sebuah garis diketahui memiliki gradien dan memotong sumbu 𝑦 di titik (0,2).
2

Persamaan garisnya adalah


1
𝑦 = 𝑥+2
2
Dalam bentuk implisit persamaan garisnya adalah 2𝑦 − 𝑥 − 4 = 0.
Grafiknya sebagi berikut.

71
Menentukan persamaan garis jika diketahui gradien dan sebuah titik yang berada di
garis
Jika suatu garis diketahui memiliki kemiringan 𝑚 dan melalui titik (𝑥1 , 𝑦1 ),
persamaan garisnya
𝑦 − 𝑦1 = 𝑚(𝑥 − 𝑥1 )
Contoh
Sebuah garis diketahui memiliki gradien −1 dan melalui titik (−4,1). Persamaan
garisnya adalah
𝑦 − 1 = −1(𝑥 − (−4))
𝑦 − 1 = −1(𝑥 + 4)
𝑦 = −𝑥 − 3
Grafiknya sebagai berikut

72
Hubungan dua garis lurus
Misalkan diberikan dua garis dalam satu bidang. Terdapat beberapa kemungkinan
posisi antara dua garis ini, bisa jadi keduanya saling berimpit, saling berpotongan,
atau sejajar, atau saling tegak lurus.
Garis saling tegak lurus
Sebelum kita bahas hubungan antara dua garis di satu bidang, terlebih dahulu
silakan unduh bahan di https://www.geogebra.org/m/EV88uXVS .

Silakan geser-geser titik 𝐸. Perhatikan bahwa ke manapun titik 𝐸 digeser, garis ℎ


dan garis 𝑔 selalu saling tegak lurus. Dalam keadaan saling tegak lurus, hasil kali
gradien garis ℎ dan garis 𝑔 hasilnya −1. Coba Saudara tempatkan titik 𝐸 di
(−2, −10). Apa yang terjadi dengan nilai 𝑚1 × 𝑚2 ?

73
Hasil kali gradien gradien garis ℎ ( 𝑚2 ) dan garis 𝑔 (𝑚1 ) menghasilkan “?”. Mengapa
demikian?

Dua garis saling tegak lurus, hasil kali gradiennya bernilai −1.
(dengan syarat garisnya tidak sejajar sumbu 𝑥 atau sumbu 𝑦)

Garis saling sejajar

Apabila dua garis saling sejajar, maka gradien kedua garis bernilai sama.

Contoh:
Diberikan garis 𝑔: 𝑦 = −3𝑥 + 4. Tentukan persamaan garis 𝑙 yang sejajar garis 𝑔
dan melaui titik (−1,2).

Penyelesaian:
Gradien garis 𝑔 = −3. Karena garis 𝑙 sejajar garis 𝑔, gradien garis 𝑙 = −3.

Persamaan garis 𝑙

𝑦 − 2 = −3(𝑥 − (−1))
𝑦 − 2 = −3𝑥 − 1
𝑦 = −3𝑥 + 1
Dua garis saling berimpit

Silakan unduh bahan di link https://www.geogebra.org/m/NHpQvAzf. Ubah-


ubahlah nilai 𝑐 dengn cara menggeser slider. Perhatikan persamaan kedua garis
ketika keduanya berimpit.

Ketikkan di input bar di bagian bawah “−2𝑦 − 6𝑥 + 8 = 0”. Perhatikan grafik yang
terbentuk.

Diberikan garis 𝑔1 : 𝑎1 𝑦 + 𝑏1 𝑥 + 𝑐1 = 0 dan garis 𝑔2 : 𝑎2 𝑦 + 𝑏2 𝑥 + 𝑐2 = 0 . Jika 𝑎1


kelipatan 𝑎2 , 𝑏1 kelipatan 𝑏2 , dan 𝑐1 kelipatan 𝑐2 , maka garis 𝑔1 berimpit dengan
garis 𝑔2 .

Contoh

Tentukan hubungan antara garis 𝑔1 : 3𝑦 + 2𝑥 − 4 = 0 dan garis 𝑔2 : 9𝑦 + 6𝑥 − 12 = 0.

Kta tinjau koefisien 𝑥, 𝑦 dan konstanta 𝑐 kedua persamaan garis.

74
9= 𝟑×3
6= 𝟑×2
−12 = 𝟑 × −4
Karena koefisien-koefisien 𝑦, 𝑥 dan konstanta 𝑐 pada garis 𝑔2 merupakan kelipatan
koefisien-koefisien 𝑦 dan 𝑥 dan konstanta 𝑐 pada garis 𝑔1 , maka garis 𝑔1 berimpit
dengan garis 𝑔2 .

Titik potong garis yang saling berpotongan

Diberikan garis 𝑔1 : 𝑎1 𝑦 + 𝑏1 𝑥 = 𝑐1 dan 𝑔2 : 𝑎2 𝑦 + 𝑏2 𝑥 = 𝑐2 yang berpotongan di titik


𝑃(𝑥𝑝 , 𝑦𝑝 ).

Artinya di titik 𝑃(𝑥𝑝 , 𝑦𝑝 ) memenuhi persamaan 𝑎1 𝑦 + 𝑏1 𝑥 = 𝑐1 maupun


𝑎2 𝑦 + 𝑏2 𝑥 = 𝑐2 . Dengan kata lain titk potong garis 𝑔1 dan 𝑔2 merupakan
penyelesaian dari sistem persamaan linear
𝑎1 𝑦𝑝 + 𝑏1 𝑥𝑝 = 𝑐1
𝑎2 𝑦𝑝 + 𝑏2 𝑥𝑝 = 𝑐2

Kita bisa menyelesaikan sistem persamaan linear di atas dengan berbagai cara.

Cara I

𝑐1 𝑏1
� � 𝑐 𝑏 −𝑏 𝑐
𝑐2 𝑏2 1 2 1 2
𝑦𝑝 = =
𝑎1 𝑏1 𝑎1 𝑏2 − 𝑏1 𝑎2
� �
𝑎2 𝑏2

𝑎1 𝑐1
�𝑎 𝑐2 � 𝑎1 𝑐2 − 𝑐1 𝑎2
2
𝑥𝑝 = =
𝑎1 𝑏1 𝑎1 𝑏2 − 𝑏1 𝑎2
� �
𝑎2 𝑏2

Cara II

𝑐1 −𝑏1 𝑥𝑝
𝑎1 𝑦𝑝 + 𝑏1 𝑥𝑝 = 𝑐1 artinya 𝑦𝑝 = 𝑎1

𝑐1 −𝑏1 𝑥𝑝
Substitusikan 𝑦𝑝 = 𝑎1
ke persamaan 𝑎2 𝑦𝑝 + 𝑏2 𝑥𝑝 = 𝑐2

𝑐1 − 𝑏1 𝑥𝑝
𝑎2 ( ) + 𝑏2 𝑥𝑝 = 𝑐2
𝑎1

75
𝑎2 𝑐1 − 𝑎2 𝑏1 𝑥𝑝 + 𝑎1 𝑏2 𝑥𝑝 = 𝑎1 𝑐2

(𝑎1 𝑏2 − 𝑎2 𝑏1 )𝑥𝑝 = 𝑎1 𝑐2 − 𝑎2 𝑐1

𝑎1 𝑐2 − 𝑎2 𝑐1
𝑥𝑝 =
𝑎1 𝑏2 − 𝑎2 𝑏1

𝑎 𝑐 −𝑎 𝑐
𝑥𝑝 = 𝑎 1𝑏2 −𝑎2 𝑏1 substitusikan ke 𝑎1 𝑦𝑝 + 𝑏1 𝑥𝑝 = 𝑐1
1 2 2 1

𝑎1 𝑐2 − 𝑎2 𝑐1
𝑎1 𝑦𝑝 + 𝑏1 ( ) = 𝑐1
𝑎1 𝑏2 − 𝑎2 𝑏1

diperoleh

𝑐1 𝑏2 − 𝑏1 𝑐2
𝑦𝑝 =
𝑎1 𝑏2 − 𝑏1 𝑎2

b. Pembelajaran Berorientasi Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Persamaan garis lurus merupakan materi kelas VIII dalam KD 3.4


menganalisis fungsi linear (sebagai persamaan garis lurus) dan
menginterpretasikan grafiknya yang dihubungkan dengan masalah
kontekstual, serta 4.4 menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan
dengan fungsi linear sebagai persamaan garis lurus. Dilihat dari KD-nya,
maka KD ini masuk dalam proses kognitif “menganalisis” atau C4 sehingga
telah berada pada level HOTS.

Pembelajaran dapat dilakukan dengan model problem based learning,


diawali dengan memberikan masalah kontekstual seperti pada Uraian
Materi di atas misalnya hubungan antara waktu pengisian dengan volume
minyak, hubungan jarak dan kecepatan, dan sebagainya. Ajaklah siswa untuk
menganalisis dan menuangkannya dalam bentuk grafik.

Anda dapat juga menggunakan model lain, akan tetapi perlu diingat bahwa
tuntutan KD adalah sampai tahap menganalisis sehingga pembelajarannya
pun diharapkan telah melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan
menganalisis.

76
c. Penilaian Berorientasi Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Pada UN tahun pelajaran 2017/2018, indikator soal “menentukan titik potong garis
𝑘 dg sumbu-𝑥 jika garis 𝑘 tegak lurus thd garis 𝑙 & saling berpotongan di titik (0, 𝑏)”
memiliki daya serap nasional sebesar 38,80 dan menjadi indikator dengan daya
serap paling rendah pada lingkup materi Aljabar. Bagaimana bentuk soal UN
tersebut? Mari kita bahas.

UN tahun pelajaran 2017/2018 Paket 1

Pembahasan:

Garis 𝑔 melalui titik (−25,0) dan (0, −20), maka gradient garis 𝑔 adalah

𝑦 −𝑦 −20−0 −20 4
𝑚𝑔 = 𝑥2 −𝑥1 = = =−
2 1 0−(−25) 25 5

Garis 𝑘 tegak lurus garis 𝑔 dan berpotongan di (0, −20), maka garis 𝑘
memiliki gradient yang berlawanan dan berkebalikan dengan gradient garis
4 5
𝑔. Karena gradient garis 𝑔 = − , maka gradient garis 𝑘 = . Garis 𝑘 melalui
5 4

(0, −20), sehingga persamaan garis 𝑘 adalah:

5
𝑦 = 𝑚𝑚 + 𝑐 ⇔ −20 = 0 + 𝑐 ⇔ 𝑐 = −20
4

5
𝑦 = 𝑚𝑚 + 𝑐 ⇔ 𝑦 = 𝑥 − 20
4

5
Titik potong terhadap sumbu-𝑥 terjadi saat 𝑦 = 0, sehingga 0 = 𝑥 − 20 ⇔
4
5
𝑥 = 20 ⇔ 𝑥 = 16
4

77
Jadi, garis 𝑘 memotong sumbu-𝑥 di (16,0)

Soal PISA dan TIMSS tentang persamaan garis lurus

TIMSS 2011

Soal di atas dapat diselesaikan dengan konsep persamaan garis lurus, yaitu
mencari persamaan garis lurus. Secara bebas dan disesuaikan dengan
konteks Indonesia, soal di atas diterjemahkan sebagai berikut.

Suatu perusahaan taksi memilihi tarif dasar Rp25.000,00 dan biaya


Rp2000,00 per kilometer perjalanan. Manakah dari persamaan berikut yang
menyatakan tarif taksi untuk 𝑛 kilometer?

A. 25000 + 2000𝑛
B. 25000 × 2000𝑛
C. 2000 × (25000 + 𝑛)
D. 2000 × 25000 + 𝑛
Penyelesaian:

Tarif dasar taksi Rp25.000,00. Setiap kilometer biayanya Rp2000,00.


Sehingga jika menempuh 2km maka penumpang harus membayar
25.000+2× 2000, jika menempuh 3 km maka tarifnya 25.000+3× 2000. Oleh
karena itu, untuk 𝑛 kilometer, tariff yang dikenakan adalah 25.000 + 2000𝑛
(A).

78
E. Aktivitas Pembelajaran
Setelah Saudara mempelajari Uraian Materi, lakukanlah aktivitas berikut.

Aktivitas 2.1. Merancang Kegiatan Pembelajaran Berorientasi KBTT

Petunjuk:
1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas 5 anggota
2. Analisislah hasil UN tahun pelajaran 2017/2018 pada masing-masing
sekolah menggunakan aplikasi Pamer 2018
3. Pilih satu indikator yang disepakati untuk dirancang aktivitas pembelajaran
yang melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi.
4. Lakukan analisis KD dan indikator yang sesuai dengan indikator soal UN
yang dipilih
5. Buatlah pemetaan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif dari KD
dan indikator tersebut.
6. Rancanglah aktivitas pembelajaran yang dapat melatih keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa.

Hasil Diskusi:

1. Indikator UN yang dipilih

2. Analisis KD dan indikator dari indikator UN pada no.1

79
3. Pemetaan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif

Dimensi Proses Kognitif


Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta
Faktual
Pengetah
Dimensi

Konseptual
Prosedural
Metakognitif
4. Rancangan Aktivitas Pembelajaran untuk Melatih Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi

80
Ativitas 2.2. Menganalisis aktivitas pembelajaran pada Uraian Materi

Petunjuk:
1. Aktivitas 2.2 ini dikerjakan secara individu
2. Bacalah kembali Uraian Materi pada contoh rancangan kegiatan
pembelajaran materi Himpunan dan Persamaan Linear Satu Variabel
3. Analisislah rancangan aktivitas tersebut dan tuliskan hasilnya pada Lembar
Kerja 2.2 ini.

Lembar Kerja 2.2.

Setelah Anda menganalisis rancangan aktivitas pembelajaran dalam Uraian Materi,


apakah aspek-aspek pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi
sudah terdapat si sana? Jika sudah, tuliskan pada bagian mana aspek tersebut
muncul. Jika belum, berikan saran perbaikan supaya aspek tersebut dapat
dimunculkan dalam pembelajaran.

Aspek
Pembelajaran Himpunan PLSV
KBTT

Transfer of
Knowledge

Critical & Creative


Thinking

Problem Solving

Saran Perbaikan

81
Aktivitas 2.3. Merancang Soal Berorientasi KBTT

Petunjuk:
1. Aktivitas 2.3 ini dikerjakan secara individu
2. Analisislah KD-KD pada Kurikulum 2013 yang masuk pada level kognitif C4,
C5, C6
3. Pilih 1 KD pengetahuan atau keterampilan dan buatlah indikatornya.
4. Buatlah 1 soal berorientasi KBTT sesuai indikator
Lembar Kerja

1. Kompetensi Dasar yang dipilih:

2. Indikator Pencapaian Kompetensi Berdasarkan KD yang dipilih

3. Soal Berorientadi Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

82
4. Rubrik Penyekoran

83
F. Rangkuman
Hasil UN tahun pelajaran 2017/2019 telah dilakukan analisis dan diperoleh
informasi pada topik mana siswa mengalami. Pada Lingkup materi Aljabar, daya
serap rencah terdapat pada himpunan, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variable, dan persamaan garis lurus.

Modul ini disusun untuk membekali guru dalam mengembangkan pembelajaran dan
penilaian yang melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

G. Refleksi dan Umpan Balik


Pada bagian ini, Anda harus lebih banyak bertanya pada diri sendiri mengenai
berbagai hal yang sudah Saudara dapatkan selama mengikuti kegiatan dalam modul
ini dan juga di kelas.

Beberapa di antaranya sebagai berikut:

• Apa yang sudah saya pelajari?


• Materi apa yang belum saya pahami?
• Apakah semua materi sudah saya pahami dengan baik?
• Kesulitan terbesar apa yang saya alami untuk memahami materi?
• Apakah semua aktivitas sudah saya lakukan?
• Apakah semua aktivitas dan tugas dapat saya selesaikan?
• Apakah manfaat pengetahuan dan keterampilan yang sudah saya
dapatkan?

84
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
PEMBELAJARAN GEOMETRI DAN PENGUKURAN

( 6 Jam Pelatihan)

A. Pengantar Kegiatan Pembelajaran


Ujian nasional mempunyai sejarah panjang dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Seiring waktu ujian nasional bermetamorfose baik dalam segi nama maupun tujuan.
Dari segi nama ujian nasional pernah menggunakan istilah Ujian Negara, EBTANAS,
UNAS, sampai dengan UN. Dari segi tujuan nilai UN pernah digunakan sebagai
penentu kelulusan yang menuai pro dan kontra yang berkepanjangan, sekarang nilai
UN lebih diperankan sebagai upaya pemetaan yang pada akhirnya digunakan untuk
perbaikan pendidikan di Indonesia.

Secara umum, nilai rerata nasional hasil UN berfluktuasi. Dalam beberapa tahun ini,
terjadi kecenderungan menurun termasuk di antaranya mata pelajaran matematika.
Pada tahun 2017-2018 rerata nasional matematika SMP hanya mencapai 43,33
dengan rincian: Stasistika dan Peluang 42,16; Geometri dan Pengukuran 42,80;
Aljabar 42,89; Bilangan 44,47.

Berdasarkan hasil analisis zonasi menunjukkan bahwa hasil UN 2018 di beberapa


zonasi rendah. Hasil zonasi jenjang SMP untuk provinsi DKI Jakarta, Kota Jakarta
Selatan dengan titik pusat Zona SMA Negeri 8 Jakarta , pada tahun 2017-2018 rerata
matematika SMP 46,46 dengan rincian Bilangan 46,77; Aljabar 46,34; Geometri dan
Pengukuran 46,07; Statistika dan Peluang 46,64. Belum baiknya nilai UN ini sejalan
dengan hasil tes PISA yang diikuti Indonesia

Untuk memperbaiki pemahaman dan kemampuan peserta didik menyelesaikan soal


matematika diperlukan analisis terhadap hasil ujan peserta didik. Dari hasil analisis
tersebut selanjutnya akan diketahui kemungkinan penyebab atau akar masalah dan
selanjutnya dapat dicari cara pemecahan permasalahan sebenarnya.

Menurut hasil analisis UN 2017-2018 diketahui bahwa rata-rata nilai nasional untuk
geometri dan pengukuran mencapai 42,80. Dari hasil analisis itu pula diperoleh
nilai terendah adalah: Menentukan Jarak kapal A dan kapal B (pengukuran jarak
dengan dengan alat klinometer) (38,92); Menghitung besar sudut keliling ADB, jika
besar sudut BOC diketahui (39,83); Menentukan keliling gabungan dua buah bangun

85
datar yang berimpit salah satu sisinya & ukurannya diketahui (41,62); dan
Menentukan luas karton digunakan untuk membuat huruf kapital (41,97).

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta dapat:

1. Memahami cara mengajarkan materi Teorema Pythagoras,


2. Memahami cara mengajarkan hubungan sudut pusat dan sudut keliling
lingkaran,
3. Memahami cara mengajarkan keliling bangun datar,
4. Memahami cara mengajarkan luas bangun datar.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta dapat:

1. Membuat rancangan pembelajaran Teorema Pythagoras dengan soal-soal


berpikir tingkat tinggi.
2. Membuat rancangan pembelajaran perbandingan sudut pusat dan sudut
keliling lingkaran dengan soal-soal berpikir tingkat tinggi.
3. Membuat rancangan pembelajaran luas bangun datar, dengan soal-soal berpikir
tingkat tinggi.
4. Membuat rancangan pembelajaran keliling bangun datar, dengan soal-soal
berpikir tingkat tinggi.

D. Uraian Materi

4. Teorema Pythagoras

a. Pengertian Teorema Pythagoras

Teorema adalah suatu pernyataan (umumnya dalam bentuk implikasi, ”jika P maka
Q) yang selalu bernilai benar. Dalam bahasa Indonesia, istilah ”teorema” sering
ditulis dengan nama “dalil”. Karena itu, pada beberapa literatur ”Teorema
Pythagoras” kadang disebut dengan nama “Dalil Pythagoras”

Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah Teorema Pythagoras, yang
menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama
dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta

86
didalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun
teorema ini dinamakan sesuai namanya karena ia yang pertama kali membuktikan
pengamatan ini secara matematis.

Pythagoras dalam teorema menyatakan: Jumlah luas bujur sangkar pada kaki
sebuah segitiga siku-siku sama dengan luas bujur sangkar di hipotenus.

Sebuah segitiga siku-siku adalah segitiga yang mempunyai sebuah sudut siku-
siku; kaki-nya adalah dua sisi yang membentuk sudut siku-siku tersebut,
dan hipotenus adalah sisi ketiga yang berhadapan dengan sudut siku-siku tersebut.
Pada gambar di bawah ini, a dan b adalah kaki segitiga siku-siku dan c adalah
hipotenusa:

𝒂𝟐 + 𝒃𝟐 = 𝒄𝟐

b. Membuktikan Kebenaran Teorema

Ada banyak cara membuktikan kebenaran Teorema Pythagoras. Dalam modul ini
hanya disajikan tiga pembuktian.

1) Pembuktian Menggunakan Diagram Pythagoras

Pembuktian Teorema Pythagoras berikut cukup sederhana tetapi menggunakan


sedikit manipulasi aljabar. Pembuktian menggunakan 4 segitiga siku-siku yang
kongruen. Keempat segitiga siku-siku yang kongruen disusun membentuk gambar di
bawah ini.

87
Dengan menghitung luas bangun bujur sangkar yang terjadi melalui dua cara akan
diperoleh:

1
(𝑎 + 𝑏)2 = 𝑎2 + 4 × 𝑎𝑎
2

𝑎2 + 2𝑎𝑎 + 𝑏 2 = 𝑐 2 + 2𝑎𝑎

𝑎2 + 𝑏 2 = 𝑐 2

2) Bukti dari Astronom India Bhaskara (1114 - 1185)

Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Bhaskara berikut menggunakan 4 segitiga


siku-siku yang kongruen. Keempat segitiga siku-siku yang kongruen disusun
membentuk gambar di bawah ini.

88
Bangun ABCD di atas berupa bujursangkar dengan sisi c. Di dalamnya dibuat empat
buah segitiga siku-siku dengan panjang sisi a dan b.Dengan konstruksi bangun
tersebut, maka:

Luas PQRS + 4 × 𝑙𝑙𝑙𝑙 𝐴𝐴𝐴 = 𝐿𝐿𝐿𝐿 𝐴𝐴𝐴𝐴

1
(𝑏 − 𝑎)2 + 4 × 𝑎𝑎 = 𝑐 2
2

𝑏 2 − 2𝑎𝑎 + 𝑎2 + 2𝑎𝑎 = 𝑐 2

𝑎2 + 𝑏 2 = 𝑐 2

c. Menentukan Tripel Pythagoras Yang Memenuhi Criteria Tertentu

Banyak bilangan real a, b, dan c memenuhi Rumus Pythagoras 𝑎2 + 𝑏 2 = 𝑐 2 . Ketiga


bilangan asli ini disebut Tripel Pythagoras. Tripel Pythagoras ditulis dengan tanda
kurung dan bilangan disusun ke kanan semakin besar. Secara umum terdapat dua
jenis Tripel Pythagoras.

Tripel Pythagoras Primitif atau Tripel Pythagoras Dasar yaitu Tripel Pythagoras
yang semua bilangannya memiliki FPB (faktor persekutuan terbesar) sama dengan
1. Ini artinya Tripel Pythagoras Primitif tidak dapat disederhanakan lagi menjadi
bilangan-bilangan bulat yang lebih kecil dengan perbandingan yang sama. Contoh:
(3,4,5) dan (5,12,13)

Tripel Pythagoras Non-Primitif dapat diperoleh antara lain dengan mengalikan


setiap unsur pada Tripel Pythagoras Primitif dengan bilangan asli ≥ 2. Contoh:
(6,8,10), (9,12,15), (12,16,20), (15,20,25), (10,24,26), (15,36,39), (20,48,52), dan
(25,60,65)

E. Kegiatan Pembelajaran

Secara umum, kegiatan pembelajaran yang diinginkan pada modul ini adalah
sedapat mungkin guru menghindari pembelajaran langsung yakni menjelaskan
materi/konsep, memberi contoh dan latihan soal. Sedapat mungkin peserta didik
dilibatkan dalam menemukan/membangun konsep yang akan dipelajari. Hal ini
didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa konsep/teori/materi yang diperoleh
melalui penemuan akan bertahan lebih lama dalam ingatan dibanding teori yang

89
hanya sekedar diterima saja. Dalam keadaan tertentu, misalnya materi sulit untuk
dikonstruksi peserta didik, sulit untuk ditemukan kembali maka peserta didik
diarahkan untuk membaca materi, selanjutnya peserta didik berusaha memahami
uraian materi yang ada, melakukan presentasi materi sesuai pemahaman dan
kemudian guru melakukan konfirmasi.

1. Kegiatan Pembelajaran Teorema Pythagoras

Pendahuluan

• Memeriksa materi prasyarat misalnya segitiga siku-siku, kuadrat bilangan,


operasi bilangan real, dan lain-lain.
• Menyampaikan tujuan pembelajaran yang pada intinya peserta didik akan
mempelajari tentang teorema Pythagoras..

Kegiatan inti

• Peserta didik masuk dalam kelompok-kelompok


• Peserta didik mengerjakan LKS yang antara lain berisi:
- Buatlah 4 buah segitiga siku-siku yang mempunyai panjang sisi yang
berbeda-beda usahakan panjang sisi siku-sikunya berupa bilangan
bulat.
- Beri nama sisi-sisi siku-siku dengan a dan b, sedangkan sisi miring beri
nama dengan c. (nama sama untuk keempat segitiga).
- Ukur panjang sisi-sisi siku-siku segituga tersebut.
- Kuadratkan sisi-sisi siku-siku tersebut kemudian jumlahkan hasil
kuadratnya
- Ukur panjang sisi miringnya, kemudian kuadratkan panjang sisi miring
tersebut.
- Ulangi kegiatan di atas untuk ketiga segitiga siku-siku yang lain.
- Isikan pada tabel yang disediakan.

a b c 𝑎2 𝑏2 𝑎2 + 𝑏 2 𝑐2
Segitiga 1
Segitiga 2
Segitiga 3
Segitiga 4

90
- Perhatikan hasil dari 𝑎2 + 𝑏 2 dan 𝑐 2 . Apakah hasilnya sama? Buatlah
kesimpulan tentang hal tersebut.
- Bukalah buku paketmu atau dari sumber yang lain tentang teorema
Pythagoras.
- Bandingkan dengan hasil kerja kelompokmu.
- Jika kesimpulan mu berbeda, apa kira-kira yang menyebabkan
perbedaan?
- Apakah kesamaan tersebut berlaku untuk segitiga yang bukan siku-
siku?

Dari kegiatan inti di atas, diharapkan peserta didik dapat menemukan bahwa pada
segiriga siku-siku berlaku jumlah kuadrat sisi siku-sikunya sama dengan kuadrat
sisi miringnya. Dari hasil ini peserta didik diberitahu, bahwa jika panjang sisi-sisinya
berupa bilangan bulat dan memenuhi kesamaan tersebut, maka pasangan bilangan
tersebut dinamakan tripel Pythagoras.

Sebaliknya untuk menemukan bahwa jika jumlah kuadrat sisi siku-sikunya sama
dengan kuadrat sisi miringnya maka peserta didik diminta membuat/melukis
segitiga yang sisi-sisinya merupakan tripel Pythagoras. Peserta didik diminta
mengukur besar sudut terbesarnya. Hal yang perlu ditekankan adalah bahwa
teorema Pythagoras hanya berlaku pada segitiga siku-siku, atau pada segitiga siku-
siku berlaku teorema Pythagoras.

Selanjutnya peserta didik diminta mengerjakan soal latihan yang masih sederhana,
yakni soal-soal yang dapat dikerjakan dengan menerapkan rumus yang ada. Perlu
diingatkan kepada peserta didik bahwa membuat sketsa atau gambar sangat penting
dan akan membantu mempermudah pemahaman soal.

Setelah cukup menguasai, selanjutnya peserta didik diajak menyelesaikan soal


tentang teorema Pythagoras yang memaksa peserta didik berpikir tingkat tinggi.
Salah satu contoh adalah soal UN tahun 2017/2018 berikut ini.

91
Paket 1

Seorang pengamat berada di atas mercusuar yang tingginya 12 meter. Ia


melihat kapal A dan kapal B yang berlayar di laut. Jarak pengamat dan
kapal A dan B berturut-turut 20 meter dan 13 meter. Posisi kapal A,
kapal B dan kaki mercusuar segaris. Jarak kapal A dan kapal B adalah ....

A. 7 meter
B. 11 meter
C. 12 meter
D. 15 meter

Paket 2

Fadil berada di atas sebuah mercusuar yang memiliki ketinggian 90


meter. Fadil melihat kapal A dan B. Jarak Fadil ke kapal A 150 meter dan
jarak Fadil ke kapal B 410 meter. Posisi alas mercusuar, kapal A dan
kapal B segaris. Jarak kapal A dan kapal B adalah ....

A. 240 meter
B. 250 meter
C. 280 meter
D. 300 meter

Paket 3.

Seorang pengamat berada di atas sebuah mercusuar yang memiliki


ketinggian 80 meter. Pengamat melihat kapal A dan kapal B. Jarak
pengamat ke kapal A 100 meter, jarak pengamat ke kapal B 170 meter.
Posisi alas mercusuar, kapal A, kapal B segaris. Jarak antara kapal A dan
kapal B adalah ....

A. 70 meter
B. 80 meter
C. 90 meter
D. 110 meter

92
Paket 4

Seorang pengamat berada di atas sebuah mercusuar yang memiliki


ketinggian 80 meter. Pengamat melihat kapal A dan kapal B. Jarak
pengamat ke kapal A 100 meter, jarak pengamat ke kapal B 170 meter.
Posisi alas mercusuar, kapal A, dan kapal B segaris. Jarak antara kapal A
dan B adalah ....

A. 70 meter
B. 80 meter
C. 90 meter
D. 110 meter

Pada contoh soal UN di atas, jelaslah bahwa soal tersebut bukanlah soal rutin yang
dapat dikerjakan langsung dengan rumus. Soal ini memerlukan kemampuan
memahami soal dengan baik.

Salah satu cara menyelesaikan soal tersebut adalah dengan membuat gambar atau
sketsa. Dalam membuat sketsa ada kemungkinan hasil tidak seperti yang diinginkan
soal. Misalnya pada paket 1, jika peserta didik tidak memperhatikan ketinggian
menara, kemungkinan sketsa yang terbentuk adalah sebagai berikut.

20m

13m
A B P

Dengan sketsa tersebut jarak kapal A dan B adalah 7 meter, yakni 20 meter – 13
meter = 7 meter.

Kesalahan sketsa diakibatkan peserta didik mengabaikan informasi bahwa tinggi


mercusuar seperti tertera pada soal, yakni 12 meter. Dengan memperhatikan
informasi tinggi mercusuar tersebut sketsa diubah menjadi berikut ini.

93
20m 12m
13m

A B P

Dengan memperhatikan sketsa tersebut, maksud soal menjadi lebih jelas. Dengan
sketsa tersebut juga jelas, bahwa soal terkait dengan teorema Pythagoras.

Soal tersebut dapat diselesaikan dengan mencari jarak AP dan BP.

AP2 = 202 − 122

AP2 = 400 − 144

AP2 = 256

AP = 16

BP2 = 132 − 122

BP2 = 169 − 144

BP2 = 25

BP = 5

Jadi jarak kapal A dan kapal B adalah 16 meter – 5 meter = 11 meter. Jawab B.

Soal ini cukup baik, namun demikian sebenarnya soal ini mempunyai kelemahan
yakni pengertian segaris. A, B, dan P segaris tidak selalu diartikan sebagai B terletak
antara A dan P, bisa jadi P yang terletak antara A dan B. Jika ditafsirkan demikian
maka jawaban menjadi berbeda.

94
Selain itu dapat diberikan juga beberapa soal latihan ataupun contoh soal tes
Programme for International Student Assessment (PISA), Di bawah ini adalah contoh
soal PISA yang berkaitan dengan materi Teorema Pythagoras

Contoh 1.

Penyelesaian

Perhatikan gambar

95
Karena membentuk ∠ 450 dan sudut lain ∠ 900 maka sudut yang ketiga juga ∠ 450,
sehingga kedua sisi siku-siku sama yakni 150 meter.

(𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑇𝑇𝑇𝑇)2 = 1502 + 1502

(𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑇𝑇𝑇𝑇)2 = 22.500 + 22.500

(𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑇𝑇𝑇𝑇)2 = 45.000

𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑇𝑇𝑇𝑇 = √45.000 = 212, 132. Jadi panjang tali adalah 212 meter

Contoh 2.

96
Penyelesaian

m, pada gambar dapat dihitung dengan aturan Pythagoras sebagai berikut:

𝑚 = �12 + 2,52 = �1 + 6,25

= �7,25 ≈ 2,69

Jadi luas atap = 𝑝 × 𝑙 = 6 × 2 (2,69) = 6 × 5, 38 = 32,28. Jadi atap gudang


2
tersebut mempunyai luas 32,28 𝑐𝑐 .

Untuk latihan, kerjakan soal berikut.

Seorang pengamat berada di atas sebuah mercusuar yang memiliki ketinggian 80


meter. Pengamat melihat kapal A dan kapal B. Jarak pengamat ke kapal A 100 meter,
jarak pengamat ke kapal B 170 meter.

97
Posisi alas mercusuar, kapal A, dan kapal B segaris. Jarak antara kapal A dan B.

a. posisi urutan kapal A, kapal B, pengamat.

b. posisi kapal A, pengamat, kapal B.

c. Bandingkan kedua hasil di atas.

2. Hubungan Sudut Pusat dan Sudut Keliling

a. Sudut Pusat dan Sudut Keliling

Perhatikan gambar berikut.

Pada Gambar (i) titik P adalah pusat lingkaran. Dengan pusat lingkaran sebagai
titik sudut, maka sudut yang terbentuk oleh dua jari-jari sebagai kaki-kaki
sudutnya dinamakan sudut pusat.

Contoh: ∠𝐴𝐴𝐴, ∠𝐵𝐵𝐵, ∠𝐶𝐶𝐶, ∠𝐷𝐷𝐷, ∠𝐸𝐸𝐸, ∠𝐴𝐴𝐴, ∠𝐴𝐴𝐴, ∠𝐴𝐴𝐴, ∠𝐵𝐵𝐵,

Pada Gambar (ii) 𝑚 ∠ 𝐴𝐴𝐴 = ∝0 .

Jika tidak dinyatakan secara khusus, maka sudut yang dimaksud adalah sudut
yang menghadap busur kecil. Jika busur yang dihadapinya adalah busur besar,
� maka dinyatakan secara khusus sebagai sudut refleks 𝐴𝐴𝐴
misal busur 𝐴𝐴𝐴 �
(∠𝑋 disebut sudut refleks jika 1800 < 𝑋 < 3600 )

Pada Gambar (i) di atas titik-titik A, B, C, D, dan E terletak pada lingkaran. Setiap
sudut dengan titik T sebuah titik pada lingkaran sebagai titik sudut dan kaki-
kaki sudutnya adalah talibusur yang melalui T dinamakan sudut keliling.

Contoh: ∠𝐷𝐷𝐷, ∠𝐷𝐷𝐷, ∠𝐴𝐴𝐴, ∠𝐴𝐴𝐴, ∠𝐶𝐶𝐶, ∠𝐶𝐶𝐶.

98
Pada Gambar (iv) 𝑚∠𝐷𝐷𝐷 = 𝛽 0 .

Jika dalam sebuah lingkaran terdapat sudut pusat dan sudut keliling yang
menghadap busur yang sama, maka besar sudut pusat dua kali besar sudut
keliling.

Perhatikan gambar di atas. Garis tengah membagi dua sudut pusat ∠𝐴𝐴𝐴 dan
sudut keliling ∠𝐴𝐴𝐴. Terjadi juga ∆𝑃𝑃𝑃 dan ∆𝑃𝑃𝑃, keduanya sama kaki karena
dua sisi masing-masing segitiga adalah jari-jari lingkaran.

Diperoleh: 𝑚∠𝐴𝐴𝐴 = 𝑢∠𝑃𝑃𝑃 + 𝑚∠𝑃𝑃𝑃 (sifat sudut luar segitiga)

= 2 ×𝑚 ∠𝑃𝑃𝑃 ……….. (i)

𝑚∠𝐵𝐵𝐵 = 𝑚∠𝑃𝑃𝑃 + 𝑚∠𝑃𝑃𝑃 (sifat sudut luar segitiga)

= 2 × 𝑢∠𝑃𝑃𝑃 ……….. (ii)

Dari (i) dan (ii): 𝑚∠𝐴𝐴𝐴 + 𝑚∠𝐵𝐵𝐵 = 2 ×𝑚∠𝑃𝑃𝑃 + 2 ×𝑚∠𝑃𝑃𝑃

𝑚∠𝐴𝐴𝐴 = 2 × (𝑚∠𝑃𝑃𝑃 + 𝑚∠𝑃𝑃𝑃)

= 2 ×𝑚∠𝐴𝐴𝐴

Sudut pusat APB besarnya dua kali sudut keliling ATB, di mana keduanya
�.
menghadap busur yang sama yaitu 𝐴𝐴

99
b. Kegiatan Pembelajaran Hubungan Sudut Pusat dan Sudut Keliling

Alternatif kegiatan pembelajarannya adalah sebagai berikut.

Pendahuluan

• Memeriksa materi prasyarat misalnya melukis sudut pusat dan sudut


keliling, mengukur besar sudut dengan busur derajat.
• Menyampaikan tujuan pembelajaran yang pada intinya peserta didik akan
mempelajari tentang hubungan sudut .

Kegiatan inti

• Peserta didik masuk dalam kelompok-kelompok

• Peserta didik mengerjakan LKS yang antara lain berisi:


- Disediakan beberapa (4 buah) gambar lingkaran dengan titik pusatnya,
jari-jari lingkaran berbeda-beda.
- Peserta didik diminta melukis sudut pusat dan sudut keliling pada pada
tiap lingkaran.
- Peserta didik diminta mengukur sudut pusat dan sudut keliling tiap
lingkaran.
- Peserta didik diminta mengisikan hasilnya pada tabel yang disediakan.
Tabel dimaksud mengarahkan agar peserta didik sampai pada
kesimpulan bahwa besar sudut keliling adalah ½ dari sudut pusat yang
menghadap busur yang sama. Alternatif tabelnya adalah sebagai
berikut.

Besar Besar Bentuk pecahan


Lingkaran Sudut keliling /
sudut sudut paling
Nomor sudut pusat
keliling pusat sederhana

100
- Selanjutnya peserta didik diminta mempresentasikan hasilnya pada
papan tulis.
- Peserta didik diminta membaca materi tentang hubungan sudut pusat
dan sudut keliling dari materi/sumber yang lain. Pada materi yang akan
dibaca peserta didik tersebut termuat pembuktian hungungan sudut
pusat dan sudut keliling yang menghadap busur yang sama.
- Guru menginformasikan bahwa pembuktian yang peserta didik baca
tersebut adalah pembuktian secara deduktif.
- Setelah membuat kesimpulan selanjutnya peserta didik diarahkan untuk
mengerjakan soal-soal latihan.
- Latihan diawalai dengan soal yang mudah, misalnya peserta didik
menentukan sudut pusat jika diketahui sudut keliling yang menghadap
busur yang sama.
- Selanjutnya peserta didik diarahkan menyelesaikan yang memerlukan
pemikiran lebih kompleks, misanya soal sudut pusat sudut keliling yang
memerlukan pengetahuan tentang sudut pelurus atau sudut penyiku.
Contoh berikut merupakan soal hubungan sudut pusat-sudut keliling
yang memerllukan pemahaman sudut pelurus untuk menyelesaikannya.

Paket 1

Perhatikan gambar berikut ini.

B
A

740
D O

Titik O adalah pusat lingkaran. Garis AC diameter. Besar sudut ADB


adalah ....

A. 370
B. 530
C. 740
D. 1060

101
Paket 2

Perhatikan gambar berikut ini.

B
O
C A

Titik O adalah pusat lingkaran. Jika besar sudut BOC =400 , besar sudut
ADB adalah ....

A. 400
B. 500
C. 700
D. 800

Paket 3

Perhatikan gambar berikut ini.

B
C
620

A
D

Besar sudut ADB adalah ....


A. 1240
B. 1180
C. 620
D. 590

102
Untuk menjawab soal di atas, misalnya paket 3, peserta didik harus
menganalisa gambar terlebih dahulu. Peserta didik tidak dapat langsung
mengalikan ½ atau mengalikan 2 karena sudut pusat dan sudut keliling yang
ada tidak menghadap busur yang sama. Sudut ADB menghadap busur AB
sedangkan sudut COB menghadap busur CB, sehingga rumus tidak dapat
langsung dipakai.

Sudut ADB adalah sudut keliling yang menghadap busur AB, sudut pusat
yang menghadap busur AB adalah sudut AOB. Sudut AOB dapat diperoleh
menggunakan sifat sudut pelurus sudut COB. Jadi sudut BOA adalah 1180 .
Karena sudut ADB dan BOA sama-sama menghadap busur AB maka berlaku
sudut ADB adalah setengah dari sudut BOA. Jadi sudut ADB adalah 590 .

Selanjutnya peserta didik juga diberikan soal-soal Programme for International


Student Assessment (PISA). Di bawah ini adalah contoh soal PISA yang berkaitan
dengan materi Hubungan Sudut Pusat dan Sudut Keliling

Contoh 1.

103
Penyelesaian

Oleh wings, sudut dalam lingkaran terbagi menjadi 3 sama besar. Karena
semuanya 3600 , maka tiap bagian, antara dua wings besar sudutnya adalah
360/3 = 1200 .

Penyelesaian

Angin tidak akan bebas masuk seperti yang ditunjukkan pada gambar saat
panjang busur setidaknya dimulai ujung wings sampai dengan ujung wings
berikutnya pada keliling lingkaran. Ini diperoleh saat panjang busur minimal
1/3 keliling lingkaran. Jadi panjang busur minimal tersebut adalah:

104
Sehingga,

Pj busur = 1/3 x keliling lkran

= 1/3 x 2 x 22/7 x 1 meter

= 44 / 21 = 2,095 m.

Jadi udara bebas tidak terjadi jika panjang busur minimal 2,095 m

3. Keliling dan Luas Segitiga dan Segiempat

a. Keliling Segitiga dan Segiempat

Keliling suatu bangun datar merupakan jumlah dari panjang sisi-sisi yang
membatasinya, sehingga untuk menghitung keliling dari sebuah segitiga dapat
ditentukan dengan menjumlahkan panjang dari setiap sisi segitiga tersebut,
demikian pula halnya dengan segi empat.

Jika panjang sisi-sisi segitiga adalah a, b, dan c satuan maka keliling segitiga tersebut
adalah (a + b + c) satuan. Secara umum jika K adalah keliling segiempat yang
panjang sisi-sisinya berturut-turut a, b, c, dan d satuan maka K = (a + b + c + d)
satuan, sehingga:

• Kpersegi = 4s; s = panjang sisi persegi; Kpersegi = keliling persegi

• Kblktp = 4s; s = panjang sisi belahketupat; Kpersegi = kelililing belah ketupat

• Kpp = (p + l +p+ l ) = 2(p + l ); p dan l panjang sisi-sisi dan, Kpersegi


=keliling persegi panjang

105
Luas suatu bangun datar adalah banyaknya persegi satuan yang dapat menutup
dengan tepat bangun datar tersebut. Jika pada sisi panjang, banyaknya persegi
satuan adalah p dan banyak persegi satuan pada sisi lebar adalah l, maka banyaknya
persegi satuan pada persegi panjang adalah p×l. Dengan demikian: Luas Persegi
Panjang =p × l. Dengan cara yang sama diperoleh luas persegi = s × s = s2.

Luas jajargenjang = a × t Dengan a panjang alas jajargenjang dan t tunggi


jajargenjang.

Luas Trapesium = (a + b ) ×½ t= 1 t(a + b);


2

Luas layang-layang = ½ diagonal 1 x diagonal 2.

1 pq
Luas Belahketupat = dengan p dan q panjang diagonal-diagonal belah ketupat
2
tersebut.

Luas segitiga = 1 at ; a =panjang alas dan t tinggi, dan L∆= luas segitiga.
2

b. Kegiatan Pembelajaran Luas dan Keliling Bangun Datar

Pendahuluan

• Menyampaikan tujuan pembelajaran yang pada intinya peserta didik akan


mempelajari tentang luas dan keliling bangun datar.

Kegiatan inti

• Peserta didik masuk dalam kelompok-kelompok

• Materi keliling dapat dijelaskan melalui tanya jawab dengan tujuan


menemukan ide pokok bahwa keliling adalah jumlah panjang semua sisi-sisi
suatu bangun.

Keliling suatu bangun datar merupakan jumlah dari panjang sisi-sisi yang
membatasinya, sehingga untuk menghitung keliling dari sebuah segitiga
dapat ditentukan dengan menjumlahkan panjang dari setiap sisi segitiga
tersebut, demikian pula halnya dengan segi empat.

106
1 Jika panjang sisi-sisi segitiga adalah a, b, dan c satuan maka keliling
segitiga tersebut adalah (a + b + c) satuan.

2 Keliling segiempat. Secara umum keliling segiempat yang panjang sisi-


sisinya berturut-turut a, b, c, dan d satuan maka K= (a + b + c + d)
satuan, sehingga

- Kpersegi = 4s; s = panjang sisi persegi; Kpersegi = keliling persegi

- Kblktp = 4s; s = panjang sisi belahketupat; Kpersegi = kelililing belah


ketupat

- Kpp = (p + l +p+ l ) = 2(p + l ); p dan l panjang sisi-sisi dan,


Kpersegi =keliling persegi panjang

• Luas bangun datar dijelaskan dengan dimulai dari ide luas bangun datar tak
beraturan, misalnya luas pulau yang dihitung dngan menghitung banyak
persegi satuan yang menutup pulau tersebut.

• Selanjutnya luas bangun datar beraturan, diajarkan dengan bimbingan guru


hnamun diusahakan agar peserta didik tetap aktif dan guru meminimalkan
peran dgan lebih banyak memandu peserta didik dengan pertanyaan-
pertanyaan.

1. Luas Persegipanjang

Pada gambar berikut adalah persegi panjang yang panjang sisi-sisinya p dan

l satuan. Sepanjang sisi mendatar dapat ditempatkan p buah persegi satuan


dan sepanjang sisi lainnya l persegi satuan, sehingga persegi panjang
tersebut dapat tepat ditempati oleh p × l persegi satuan.

107
Sebanyak p persegi satuan

Sebanyak
l persegi
satuan

Jika pada sisi panjang, banyaknya persegi satuan adalah p dan banyak
persegi satuan pada sisi lebar adalah l, maka banyaknya persegi satuan pada
persegi panjang adalah p×l. Dengan demikian:

Luas Persegi Panjang =p × l.

1 Luas Persegi

Persegi dapat didefinisikan sebagai persegipanjang yang semua sisinya


sama. Sehingga luas persegi dapat dicari dengan cara yang sama dalam
menentukan rumus luas persegi panjang. Perhatikan gambar persegi dengan
panjang sisi s satuan berikut ini.

Pada gambar tersebut sepanjang sisi mendatar persegi yang panjang sisinya
s satuan dapat ditempatkan sebanyak s persegi satuan dan sepanjang sisi

108
lainnya dapat ditempatkan s buah persegi satuan, sehingga persegi yang
sisinya s satuan dapat tepat ditempati oleh s×s = s2 persegi satuan.

Jadi: Luas persegi = s × s = s2

2 Jajargenjang

Jika salah satu sisinya dipilih dan dinamakan alas jajar genjang (a), maka
jarak antara sisi tersebut dan sisi yang sejajar dengannya dinamakan tinggi
jajargenjang (t).

Jika pada gambar yang diarsir dipotong dan dipindahkan sesuai tempat yang
ditunjunjuk anak panah maka bangun berubah menjadi persegi panjang.
Karena tidak ada bagian jajar genjang yang hilang, maka luas jajar genjang
sama dengan luas persegipanjang.

Jadi luas jajargenjang = a × t Dengan a panjang alas jajargenjang dan t tunggi


jajargenjang.

3 Trapesium

Perhatikan trapesium dengan panjang sisi-sisi sejajar a dan b satuan dan

109
jarak antara keduanya (a dengan b) adalah t satuan (disebut tinggi
trapesium tersebut) berikut ini.

Gambar di atas menunjukkan, sebuah trapesium dipotong sepanjang


pertengahan garis sesajar di tengah antara sisi sejajarnya. Satu bagiannya
diputar/dibalik dan ditempelkan ke bagian lainnya sesuai yang ditunjukkan
anak panah. terbentuklah sebuah jajargenjang dengan panjang sisi sejajar (a
+ b ) satuan dan tingginya = ½ t. Karena tidak ada bagian yang hilang atau
tertutup, maka luas trapesium tersebut sama dengan luas jajargenjang yang
terbentuk. Sesuai luas jajargenjang maka:

Luas Trapesium = (a + b ) ×½ t= 1 t(a + b);


2

4 Layang-layang

Perhatikan gambar berikut ini.

d ½
1 d1

1 2

d2 4 3 d2

Pada gambar tampak sebuah layang-layang dengan diameter d1 dan d2.


Bagian-bagian dari laying-layang tersebut diberi tanda bagian 1, 2, 3, 4.
Bagian 1 dan bagian 4 kemudian dipotong, dibalik dan diletakkan
sebagaimana tanda panah pada gambar kanan. Dari langkah-langkah ini
terbentuk persegipanjang dengan panjang d1 dan lebar ½ d2. Luas
persegipanjang tersebut adalah= p x l = ½ d1 x d2.

110
Karena dari bentuk laying-layang menjadi bentuk persegipanjang tidak ada
bagian yang dihilangkan atau terlapis, maka luas laying-layang tersebut
sama dengan luas persegipanjang. Dengan demikian luas laying-layang = ½
diagonal 1 x diagonal 2.

5 Belah ketupat

Belahketupat dapat dipandang sebagai layang-layang yang panjang keempat


sisinya sama sehingga rumus luas belah ketupat adalah Luas Belahketupat =
1 pq
dengan p dan q panjang diagonal-diagonal belah ketupat tersebut.
2

6 Segitiga

a a a

Dengan proses serupa pada trapesium, segitiga dipotong sejajar alas setinggi
setengah tinggi segitiga, kemudian ditata.

Luas segitiga = Luas trapesium (gambar terakhir) =

Luas segitiga = 1 at ; a =panjang alas dan t tinggi, dan L∆= luas segitiga.
2

• Setelah mengetahui rumus keliling dan luas bangun datar selanjutnya


peserta didik diminta mengerjakan soal-soal yang masih sderhana.

• Selanjutnya peserta didik diminta mengerjakan soal-soal berkaitan dengan


luas dan keliling bangun datar yang tingkatannya lebih tinggi.

• Berikut beberapa contoh soal terkait keliling dan luas bangun datar tersebut.

111
Soal Luas

Perhatikan gambar berikut ini.

Luas karton yang digunakan untuk membuat huruf E di atas adalah ....

A. 1.448 𝑐𝑐2
B. 1.356 𝑐𝑐2
C. 1.224 𝑐𝑐2
D. 924 𝑐𝑐2

Soal Keliling

Perhatikan gambar bangun yang terdiri dari jajargenjang dan segitiga siku-siku.

Keliling bangun tersebut adalah ....

A. 105 cm
B. 120 cm
C. 123 cm
D. 156 cm

112
Soal diatas dapat diselesaikan dengan melakukan pengamatan terhadap soal secara
mendalam.

Untuk soal luas, cara yang dapat ditempuh yakni memotong-motong bangun
menjadi bangun-bangun yang mudah dicari luasnya, yakni memotong-motong
menjadi persegi panjang-persegi panjang.

Luas keseluruhan huruf E tersebut adalah: 30 cm × 12 cm + 10 cm × 36 cm + 12 cm ×


12 cm + 30 cm × 12 cm = 1.224 𝑐𝑐2 . Cara memotong tersebut tidaklah tunggal.
Banyak cara yang lain, namun hasilnya akan sama.

Soal tentang keliling dapat diselesaikan dengan cara mencari panjang sisi siku-siku
yang belum diketahui yakni dengan teorema Pythagoras. Jika dihitung dengan benar
panjang sisi tersebut adalah 36 cm. Jadi keliling bangun tersebut adalah 39cm
+15cm + 15cm + 36cm + 15cm = 120 cm.

Peserta didik juga dapat diberikan beberapa soal Programme for International
Student Assessment (PISA). Soal di bawah ini berhubungan dengan luas dan keliling
bangun datar.

113
114
Penyelesaian

Pertanyaan 1

Perhatikan gambar di atas segitiga siku-siku biru, sisi siku 1 panjang 4 kotak.
Panjang siku kedua adalah 3 kotak. Jadi sisi miring 5 kotak (dg phitagoras). Karena
1 kotak mewakili 0,5 meter, maka panjang sisi yang akan dibuat adalah 2 (0,5) + 5
(0,5) + 2(0,5) = 1 + 2,5 + 1 = 4,5 m.

115
Pertanyaan 2

Perhatikan gambar

Luas lantai baru = (4,5 x 5) + (3 x 2,5) + (1/2 (2 x 1,5)

= (22,5 + 7,5 + 1,5) = 31,5

Pertanyaan 3

Ada 4 pasang

116
Selanjutnya didik dapat mencoba soal-soal berikut ini.

Soal tentang luas.

117
Soal tentang keliling.

Selanjutnya saudara diminta untuk mengerjakan lembar aktivitas pembelajaran di


bawah ini.

LEMBAR AKTIVITAS PEMBELAJARAN

Dengan cara mandiri atau berkelompok (disarankan 3 hingga 5 orang), lakukanlah


aktivitas yang berikut ini. Tulislah hasil diskusi ke dalam Lembar Kegiatan yang ada.

1. Pelajarilah bagian uraian materi dengan seksama. Beri penekanan atau garis
bawah, poin-poin materi yang Saudara anggap penting.

2. Diskusikanlah dalam kelompok Saudara. Rujuklah ke dalam uraian materi dan


bila perlu dengan sumber pustaka di luar yang terpecaya. Bekerjasamalah
dengan semangat gotong royong.

3. Paparkan dalam presentasi di kelas, baik sebagian maupun keseluruhan


kelompok. Lakukan hal tersebut secara santun namun komunikatif.

4. Dengan fasilitasi narasumber, diskusikanlah hasil-hasil paparan yang sudah


dilakukan, dan temukan resume dari kegiatan belajar ini.

118
LEMBAR KEGIATAN
PEMBELAJARAN MATERI TEOREMA PYTHAGORAS, HUBUNGAN SUDUT PUSAT
DAN SUDUT KELILING, LUAS DAN KELILING BANGUN DATAR

Tujuan: Identitas/Kode Kelompok:


Memahami cara mengajarkan materi ......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... .........
Teorema Pythagoras, Hubungan Sudut ......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... .........
Pusat dan Sudut Keliling, Luas dan
Keliling Bangun Datar .

1 Menurut peta, untuk menuju ke gedung pertemuan Amir harus berjalan 300
meter ke arah barat kemudian belok ke utara 400 meter. Jarak sebenarnya
posisi awal Amir ke gedung pertemuan adalah ....
2 Seorang pengamat berada di atas sebuah mercusuar yang memiliki ketinggian
80 meter. Pengamat melihat kapal A dan kapal B. Jarak pengamat ke kapal A 100
meter, jarak pengamat ke kapal B 170 meter. Posisi alas mercusuar, kapal A,
kapal B segaris. Jarak antara kapal A dan kapal B adalah ....
3 Untuk menuju rumah makan favoritnya Dian harus bersepeda 5 km ke utara
selanjutnya 6 km ke timur, terus dilanjutkan 1 km ke utara dan 2 km ke timur.
Jarak sebenarnya antara posisi awal Dian dengan rumah makan favoritnya
adalah ....
4 Buatlah soal tentang teorema phytagoras yang memerkukan berpikir tingkat
tinggi untuk menyelesaikannya.
5 Mengapa anda berpendapat bahwa soal yang anda buat masuk kategori soal
berpikir tingkat tinggi atau HOTS?
6 Rancanglah kegiatan inti pembelajaran untuk mengajarkan soal tersebut.

119
7 Rancanglah cara mengajarkan kepada peserta didik untuk materi-materi soal
tersebut.

120
F. Rangkuman
Materi geometri khususnya teorema Pythagoras, hubungan sudut pusat dan sudut
keliling lingkaran, luas dan keliling bangun datar adalah materi geometri yang sulit
bagi peserta didik-peserta didik SMP. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis UN yang
menunjukkan bahwa pada geometri materi tersebut menempati empat nilai
terendah.

Materi geometri termasuk keempat hal di atas memerlukan strategi yang tepat
dalam pembelajarannya. Jika waktu mencukupi pembelajaran penemuan dapat
dipilih mengingat bahwa pemahaman yang dibangun oleh peserta didik dapat
bertahan lebih lama dibanding pengetahuan yang hanya diberikan oleh guru.

Penyelesaian soal-soal yang menuntut berpikir tingkat tinggi dapat dipelajari


dengan terlebih dahulu memahami materi dasar dengan baik, selanjutnya peserta
didik belajar dengan mengetahui ciri-ciri materi, serta membuat sketsa atau gambar
yang akan membantu peserta didik memahami soal dengan lebih baik.

G. Refleksi dan Umpan Balik


Dalam mempelajari modul, diharapkan Saudara memberi tanda bagian-bagian yang
dianggap penting atau bagian-bagian yang belum dipahami.

Sampai dengan tahap ini, Saudara harus banyak bertanya pada diri sendiri
mengenai berbagai hal yang telah dipelajari dan sudah Saudara peroleh, baik belajar
mandiri, belajar kelompok, belajar dalam kelas ataupun hasil Saudara belajar dari
sumber lain, terutama yang terkait dengan materi kegiatan pembelajaran 1 ini,
yakni: maksud dari Teorema Pythagoras, Hubungan Sudut Pusat dan Sudut Keliling,
Luas dan Keliling Bangun Datar.

Untuk memudahkan hal tersebut, Saudara dapat merenung dan menjawab


pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

• Apa yang sudah saya pelajari?


• Materi apa yang belum saya pahami?
• Apakah semua materi sudah saya pahami dengan baik?
• Kesulitan terbesar apa yang saya alami untuk memahami materi?
• Apakah semua aktivitas sudah saya lakukan?

121
• Apakah semua aktivitas dan tugas dapat saya selesaikan?
• Apakah manfaat pengetahuan dan keterampilan yang sudah saya
dapatkan?
Jika Saudara merasa bahwa ada materi atau kegiatan yang Saudara belum
selesaikan, Saudara dapat menyelesaikan terlebih dahulu. Demikian juga jika ada
hal-hal yang belum Saudara pahami, Saudara dapat mempelajari kembali atau jika
diperlukan Saudara dapat meminta bantuan teman yang lain.

Setelah Saudara sudah yakin bahwa Saudara sudah memahami hal yang dipelajari
dengan baik Saudara dapat melanjutkan kegiatan berikutnya yakni memeriksa
kembali hasil pekerjaan yang ada pada bagian aktifitas pembelajaran.

122
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4
PEMBELAJARAN STATISTIKA DAN PELUANG

(5 jam pelatihan)

A. Pengantar Kegiatan Pembelajaran


Pengetahuan atau ilmu pengetahuan bukanlah barang mati. Pengetahuan berubah
seiring waktu dan seiring perkembangan ilmu lain yang berhubungan dengan ilmu
itu. Ilmu statistika juga mengalami perkembangan.

Ilmu statistika banyak diterapkan dalam berbagai ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu
social. Ilmu alam misalnya astronomi, ilmu sosial misalnya sosiologi, psikologi,
bisnis, ekonomi, industri dan keberadaan perkembangan IT. Ilmu statistika adalah
ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis,
mengintrepetasi, dan mempresentasikan data. Secara garis besar ilmu statistika
ilmu yang akrab dengan keberadaan data.

Mean data berkelompok sebanarnya merupakan materi yang tidak terlalu sulit,
namun pada kenyataan hasil UN siswa SMP secara nasional menunjukkan soal
dengan materi Menentukan rata-rata nilai data yang lain jika rata-rata nilai n data
keseluruhan dan rata-rata nilai data seorang diketahui hanya mencapai nilai rata-
rata 38,76. Angka ini sangat rendah, termasuk jika dibandingkan rerata statistika
dan peluang yang juga hanya mencapai 42,16.

Materi yang juga cukup sulit menurut hasil analisis Ujian Nasional SMP adalah:
Menentukan peluang terambilnya bola bernomor genap/ganjil/prima pada
pengambilan bola. Nilai rerata nasional untuk soal ini adalah 39,04. Nilai ini relatif
rendah dibanding materi-materi statistik lainnya.

Materi-materi di atas, sebenarnya materi yang dapat diusahakan agar dapat


dipahami oleh siswa. Salah satu syaratnya adalah penggunaan strategi mengajar
yang tepat baik untuk siswa maupun untuk materi yang diajarkan. Selain itu juga
diperlukan semangat guru dan siswa untuk berusaha lebih keras.

123
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pelatihan dengan menggunakan modul ini diharapkan peserta
dapat:
1. Memahami cara mengajarkan rata-rata gabungan beberapa kelompok data.
2. Memahami cara mengajarkan peluang pengambilan bola dengan syarat
tertentu dari sejumlah bola yang diberikan.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


Setelah mengikuti pelatihan menggunakan modul ini, diharapkan peserta dapat:
1. Membuat perencanaan pembelajaran rerata data berkelompok dan
melaksanakan pembelajaran.
2. Membuat perencanaan pembelajaran peluang kejadian pengambilan bola
tertentu dari sejumlah bola yang tersedia.

D. Uraian Materi

1. Rata-rata data berkelompok

Dua buah kelompok mempunyai sejumlah anggota dan nilai rata-rata yang berbeda.
Jika keduanya digabung maka nilai rata-ratanya juga akan berubah. Nilai rata-rata
gabungan dari dua kelompok tergantung dari jumlah anggota kelompok pertama,
rata-rata kelompok pertama, jumlah anggota kelompok kedua, dan nilai rata-rata
kelompok kedua. Cara mencari nilai rata-rata gabungan dua kelompok dapat
menggunakan rumus rata-rata gabungan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata gabungan dari sejumlah prata-
rata dengan mempertimbangkan ukuran sampel (n) adalah sebagai berikut.

𝑥1 𝑛1 + 𝑥2 𝑛2 + ⋯ + 𝑥𝑘 𝑛𝑘
𝑋𝐺𝐺𝐺 =
𝑛1 + 𝑛2 + ⋯ + 𝑛𝑛

dimana x gab adalah rata-rata gabungan, x1 adalah rata-rata pertama dan n1 adalah
jumlah sampelnya, x2 adalah rata-rata kedua dan n2 adalah jumlah sampelnya,
begitu seterusnya hingga rata-rata ke-k.

124
Jika hanya ada dua kelompok maka rumus dapat disederhanakan menjadi sebagai
berikut.

𝑥1 𝑛1 + 𝑥2 𝑛2
𝑋𝐺𝐺𝐺 =
𝑛1 + 𝑛2

2. Kegiatan Pembelajaran 1

Untuk mengajarkan rerata gabungan dapat dilakukan dengan mendorong siswa


mempelajari secara mandiri kemudian menerapkan pada soal-soal sederhana,
misalnya soal yang dapat diselesaikan dengan menerapkan rumus., Selanjutnya dpat
mendorong siswa berlatih soal-soal yang lebih kompleks. Kegiatan pembelajaran
tersebut dapat berupa hal berikut ini.

Pendahuluan

• Memeriksa materi prasyarat misalnya rerata data tunggal sederhana (missal


jumlah data 6 buah).
• Memeriksa materi prasyarat misalnya rerata data tunggal yang disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
• Menyampaikan tujuan pembelajaran yang pada intinya siswa akan
mempelajari tentang peluang .

Kegiatan Inti
• Siswa masuk ke dalam kelompok.
• Siswa mempelajari materi rerata gabungan.
• Siswa/kelompok mengerjakan soal yang berkaitan dengan rerata gabungan.
• Guru membantu secara terbatas kelompok yang memerlukan.
• Siswa/kelompok siswa menyajikan hasil kerjanya di papan tulis.
• Guru memberikan konfirmasi.
• Siswa mengerjakan soal-soal yang lebih kompleks.

Contoh soal berikut merupakan contoh soal yang diambil dari soal UN tahun
2017/2018 yang berkaitan dengan rata-rata gabungan.

Paket 1.

125
Rata-rata tinggi badan 32 siswa 170,5. Jika satu siswa yang memiliki tinggi 154
disertakan, rata-rata tinggi badan seluruhnya adalah ….

A. 160 cm
B. 165 cm
C. 170 cm
D. 175 cm
Paket 2.

Hasil ulangan matematika 32 siswa adalah 8,5. Seorang siswa yang memperoleh
nilai 9,0 tidak disertakan, nilai reratanya menjadi ….

A. 8,45
B. 8,47
C. 8,48
D. 8,50

Paket 3.

Rata-rata nilai ulangan matematika 14 siswa adalah 60. Jika nilai salah seorang
siswa disertakan, nilai rata-ratanya menjadi 62. Nilai siswa yang baru disertakan
adalah ….

A. 70
B. 75
C. 90
D. 95

Paket 4

Rata-rata hasil ulangan matematika 14 siswa adalah 60. Jika nilai salah seorang
siswa disertakan, nilai rata-ratanya menjadi 62. Nilai siswa yang baru disertakan
adalah ….

A. 70
B. 75
C. 90
D. 95

126
Untuk menjawab soal-soal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
rata-rata gabungan berikut ini.

𝑥1 𝑛1 + 𝑥2 𝑛2
𝑋𝐺𝐺𝐺 =
𝑛1 + 𝑛2

Contoh pada soal paket 4 di atas:

x1 = 60 n1 = 14

x2 =? N2 = 1

x gabungan = 62

(60)(14) + (𝑥2)(1)
62 =
14 + 1

840 + 𝑥2
62 =
15

62 × 15 = 840 + 𝑥2

930 = 840 + 𝑥2

𝑥2 = 90

Jadi siswa tersebut (yang satu orang) mempunyai nilai 90.

Selanjutnya peserta didik diberikan beberapa contoh soal dari tes PISA

M.513: Test Scores

Question 1: TEST SCORES

The diagram below shows the results on a Science test for two groups, labelled as

Group A and Group B. The mean score for Group A is 62.0 and the mean for Group B
is 64.5. Students pass this test when their score is 50 or above

127
Looking at the diagram, the teacher claims that Group B did better than Group A in
this test. The students in Group A don’t agree with their teacher. They try to
convince the teacher that Group B may not necessarily have done better.

Give one mathematical argument, using the graph, that the students in Group A
could use.

Penyelesaian:

Pertanyaan 1: NILAI ULANGAN

128
Diagram di bawah ini menunjukkan hasil ulangan IPA untuk dua grup, disebut
Grup A dan Grup B.

Nilai rata-rata untuk Grup A adalah 62,0 dan nilai rata-rata untuk Grup B adalah
64,5. Siswa lulus ulangan IPA jika nilai mereka 50 atau lebih.

Nilai ulangan IPA

6
5
4
3
2
wa
1
sis
ah 0
ml
Ju

Nilai

Grup A Grup B

Dengan melihat diagram di atas, guru menyatakan bahwa Grup B mengerjakan lebih
baik daripada Grup A dalam ulangan ini.

Para siswa dalam Grup A tidak setuju dengan guru mereka. Mereka mencoba
meyakinkan guru, bahwa Grup B belum tentu mengerjakan lebih baik dalam ulangan
ini.

Berikan satu argumen matematis yang dapat digunakan murid-murid Grup A,


berdasarkan diagram di atas

Jawaban:

• Satu argumen diberikan. Argumen yang benar dapat mengaitkan dengan jumlah
murid yang naik kelas, pengaruh nilai terendah yang tidak proporsional, atau
jumlah murid yang memiliki nilai tertinggi.
• Lebih banyak murid di Grup A daripada di Grup B yang naik kelas.
• Jika Anda mengabaikan murid dengan nilai terendah di Grup A, maka murid –
murid Grup A mengerjakan ulangan lebih baik daripada murid-murid di Grup B.
• Lebih banyak murid di Grup A yang memperoleh nilai 80 atau lebih

129
dibandingkan murid di Grup B
• Salah satu alasan yang dapat digunakan untuk mendukung pernyataan bahwa
kelompok A lebih baik adalah jumlah siswa yang lulus (mencapai 50 atau lebih).
Kelompok A sebanyak 11 dan kelompok B sebanyak 10.

Untuk latihan, kerjakan soal paket 1, 2, 3 di atas.

3. Peluang Terambilnya Bola Dari Sejumlah Bola Yang Diberikan

a. Permutasi dan Kombinasi

Permutasi dan kombinasi, keduanya merupakan teknik dalam pengambilan sampel.


Dalam teknik kombinasi urutan data tidak diperhatikan. Misal mengambil dua pensil
warna merah dan biru. Pengambilan pensil merah kemudian biru dianggap sama
dengan pengambilan pensil biru kemudian merah. Lain halnya dalam teknik
permutasi, pengambilan pensil merah kemudian biru berbeda dengan pengambilan
pensil biru kemudian merah.

Banyaknya kombinasi dari n objek yang berbeda, yang dipilih r obyek adalah:

𝑛 𝑛!
𝐶(𝑛, 𝑟) = � � =
𝑟 𝑟! (𝑛 − 𝑟)!

Adapun banyak permutasi untuk memilih r objek dari n objek yang tersedia adalah:

𝑛!
𝑃(𝑛, 𝑟) =
(𝑛 − 𝑟)!
b. Menghitung Peluang Suatu Peristiwa

Probabilitas (peluang ) suatu peristiwa adalah banyaknya cacah peristiwa dibagi


banyaknya cacah dalam semesta. Misal A adalah suatu peristiwa, maka peluang dari
A ditulis:

𝑛(𝐴)
𝑃(𝐴) =
𝑛(𝑆)
Dengan P(A) peluang terjadinya A, n(A) banyaknya cara terjadi A, n(S) banyaknya
anggota ruang sampel.

130
Permutasi dan kombinasi hanya membicarakan tentang banyaknya cara atau cacah.
Selanjutnya permutasi dan kombinasi akan digunakan untuk menghitung peluang.
Contoh:

Sebuah kotak berisi 10 bola hitam dan 8 bola putih. Dari kotak tersebut akan
diambil 2 bola sekaligus secara acak. Peluang terambil tepat dua bola hitam adalah
….

Jawab:

Soal di atas dapat diselesaikan dengan rumus peluang:

𝑛(𝐴)
𝑃(𝐴) =
𝑛(𝑆)
Kejadian di atas adalah contoh kombinasi karena tidak memperhatikan urutan
dalam pengambilan. A adalah kejadian pengambilan tepat dua bola hitam dari 10
bola hitam yang ada, sehingga:

10!
𝑛(𝐴) = 𝐶(10,2) =
2! (10 − 2)!

10.9.8!
= = 45 𝑐𝑐𝑐𝑐
2.1.8!

Sedangkan n(S) adalah banyaknya cara mengambil dua bola dari 16 bola yang ada.

16!
𝑛(𝑆) = 𝐶(16,2) =
2! (16 − 2)!

16.15.14!
= = 120 𝑐𝑐𝑐𝑐
2.1.14!

Dengan demikian peluang terjadinya terambil dua bola hitam dari kotak yang berisi
10 bola hitam dan 6 bola putih adalah:

𝑛(𝐴)
𝑃(𝐴) =
𝑛(𝑆)
45 3
𝑃(𝐴) = = = 0,375
120 8
Jadi peluang terambilnya tepat dua bola hitam adalah 0,375.

131
E. Kegiatan Pembelajaran 2
Untuk mengajarkan peluang suatu kejadian, dapat dilakukan dengan mendorong
siswa mempelajari secara mandiri kemudian menerapkan soal ke dalam rumus. Soal
berikutnya adalah soal-soal yang berngsur-angsur lebih kompleks. Kegiatan
pembelajaran tersebut dapat berupa hal berikut ini.

Pendahuluan

• Memeriksa materi prasyarat misalnya rerata data tunggal sederhana (missal


jumlah data 6 buah).

• Memeriksa materi prasyarat misalnya rerata data tunggal yang disajikan


dalam bentuk table distribusi frekuensi.

• Menyampaikan tujuan pembelajaran yang pada intinya siswa akan


mempelajari tentang peluang .

Kegiatan Inti
- Siswa masuk ke dalam kelompok.
- Siswa mempelajari materi peluang suatu kejadian.
- Siswa/kelompok mengerjakan soal yang berkaitan dengan peluang kejadian.
- Guru membantu secara terbatas kelompok yang memerlukan.
- Siswa/kelompok siswa menyajikan hasil kerjanya di papan tulis.
- Setelah cukup memahami soal-soal dasar siswa diberi soal-soal yang
memerlukan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Contoh soal berikut merupakan contoh soal yang diambil dari soal UN tahun
2017/2018 yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian gabungan.

Paket 1.

Dalam kantong terdapat tiga bola merah diberi nomor 1 – 3, lima bola berwarna
kuning diberi nomor 4 – 8, dan empat bola berwarna hijau dengan nomor 9 – 12.
Tiga bola diambil satu persatu secara acak dari dalam kantong. Pengambilan
pertama muncul bola merah bernomor genap dan tidak dikembalikan. Pengambilan
kedua muncul bola hijau bernomor prima dan tidak dikembalikan. Peluang
terambilnya bola bernomor ganjil pada pengambilan ke tiga adalah ….

132
A. 30%
B. 40%
C. 50%
D. 60%
Jawab:

Pada pengambilan pertama, bola merah nomor genap, jadi yang terambil bola merah
nomor 2. Bola merah tersisia nomor 1 dan 3.

Pada pengambilan kedua, hijau nomor prima. Jadi bola hijau yang terambil nomor
11. Jadi bola hijau yang tersisa adalah nomor 9, 10, 12.

Karena tidak ada pengembalian, setelah pengambilan kedua yang tersisa adalah:

Merah nomor 1, 3
Kuning nomor 4, 5, 6, 7, 8.
Hijau nomor 9, 10, 12.

Jumlah bola ganjil yang ada 5. Jumlah bola keseluruhan yang tersisa adalah 10 buah.

Jika A adalah kejadian terambilnya bola bernomor ganjil, maka peluang terambil
bola nomor ganjil adalah:

𝑛(𝐴)
𝑃(𝐴) =
𝑛(𝑆)
n(A) adalah banyak cara mengambil 1 bola ganjil dari 5 bola ganjil yang ada, maka:

5!
𝑛(𝐴) = 𝐶(5,1) =
1! (5 − 1)!

5.4!
= = 5 𝑐𝑐𝑐𝑐
1.4!

n(S) adalah banyak cara mengambil 1 bola dari 10 bola yang ada, maka:

10!
𝑛(𝑆) = 𝐶(10,1) =
1! (10 − 1)!

10.9!
= = 10 𝑐𝑐𝑐𝑐
1.9!

133
Jadi peluang terambil bola ganjil pada pengambilan ketiga adalah:

𝑛(𝐴)
𝑃(𝐴) =
𝑛(𝑆)
5 1
𝑃(𝐴) = =
10 2
Atau 50%.

Paket 2.

Dalam kantong terdapat lima bola merah diberi nomor 1 sampai 5, empat bola
berwarna kuning diberi nomor 6 sampai 9, dan tiga bola hijau diberi nomor 10
sampai 12. Sebuah bola diambil secara acak, muncul bola hijau bernomor ganjil dan
tidak dikembalikan. Diambil lagi sebuah bola secara acak, muncul bola kuning
bernomor prima dan tidak dikembalikan. Jika diambil lagi sebuah bola secara acak,
peluang terambilnya bola bernomor prima adalah ….

A. 1/4
B. 3/10
C. 4/10
D. ¾

Paket 3

Dalam kantong terdapat lima bola berwarna merah diberi nomor 1 sampai 5, empat
bola berwarna kuning diberi nomor 6 sampai 9, dan tiga bola hijau diberi nomor 10
sampai 12. Sebuah bola diambil secara acak, muncul bola berwarna hijau bernomor
ganjil dan tidak dikembalikan. Diambil lagi sebuah bola secara acak, muncul bola
kuning bernomor prima dan tidak dikembalikan. Jika diambil lagi sebuah bola
secara acak, peluang terambilnya bola bernomor prima adalah ….

1
A.
4
3
B.
10
4
C.
10
3
D.
4

134
Peserta didik dapat juga diberikan beberapa contoh soal yang berhubungan
dengan soal PISA
Contoh” M471 : Spring Fair
Question 1 : Spring Fair
A game in a booth at a spring fair involves using a spinner first. Then, if
the spinner stops on an even number, the player is allowed to pick a
marble from a bag. The spinner and the marbles in the bag are
represented in the diagram below.

Prizes are given when a black marble is picked. Sue plays the game once.
How likely is it that Sue will win a prize?
A Impossible.
B Not very likely.
C About 50% likely.
D Very likely.
E Certain.

Jawab
Meskipun Kecil, peluang menang tetap ada. Jadi jawaban B.
Peluang menang = (5/6) x (6/20)
= ¼ atau 25%

M467: Coloured Candies


Question 1: COLOURED CANDIES
Robert’s mother lets him pick one candy from a bag. He can’t see the candies.
The
number of candies of each colour in the bag is shown in the following graph.

135
What is the probability that Robert will pick a red candy?
A 10%
B 20%
C 25%
D 50%
Pertanyaan 1: PERMEN BERWARNA M467Q01

Roni diperbolehkan ibunya untuk mengambil satu permen dari sebuah kantong. Dia
tidak dapat melihat warna permen tersebut. Banyaknya permen dengan masing-
masing warna dalam kantong tersebut ditunjukkan dalam grafik berikut.

136
8

0
Merah

Oranye

Hijau

Biru

Merah muda

Ungu
Kuning

Coklat
Berapakah peluang Roni mengambil sebuah permen warna merah?

A 10%
B 20%
C 25%
D 50%

Penyelesaian

6
Probabilitas Robet mengambil Permen merah =6+5+3+3+2+4+2+5 × 100 %

6
= × 100 % = 20%
30

137
LEMBAR KEGIATAN
RATA-RATA GABUNGAN

Tujuan: Identitas kelompok:


Memahami cara mengajarkan materi rata- ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... .......
rata gabungan. ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... .......

1. Dalam suatu rumah sakit, rata-rata usia 12 perawat adalah 45 tahun. Rata-rata
usia 6 dokter adalah 58 tahun. Rata-rata usia perawat dan dokter dirumah sakit
tersebut adalah….
2. Jumlah siswa suatu kelas adalah 30 orang. Pada suatu hari diadakan ulangan
Fisika namun beberapa siswa tidak dapat ikut ulangan karena mengikuti
kegiatan pramuka. Rerata ulangan Fisika 20 siswa yang ikut ulangan adalah 72.
Hari berikutnya siswa yang tidak ikut pada ulangan Fisika mengikuti ulangan
susulan. Setelah digabungkan, rerata nilai Fisika kelas tersebut adalah 70.
Berapa rerata kelompok siswa yang menyusul tersebut?
3. Perbandingan jumlah siswa laki-laki dan perempuan suatu kelas adalah 3 : 4.
Jika rerata berat badan siswa laki-laki adalah 45 kg dan rerata berat badan
keseluruhan 46 kg, maka rerata berat badan siswa perempuan adalah ….
4. Buatlah soal tentang rerata gabungan yang memerkukan berpikir tingkat tinggi
untuk menyelesaikannya.
5. Rancanglah kegiatan inti pembelajaran untuk mengajarkan soal tersebut.

138
LEMBAR KEGIATAN
PELUANG SUATU KEJADIAN

Tujuan: Identitas kelompok:


Memahami cara mengajarkan materi ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... .......
Peluang suatu kejadian ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... ....... .......

1. Dalam suatu kantong dimasukkan 13 buah bola masing-masing diberi nomor 1 –


13. Jika dilakukan pengambilan 1 bola secara acak, mana peluang yang lebih
besar antara terambil satu bola bernomor genap atau peluang terambil bola
bernomor prima?
2. Sebuah keluarga merencanakan mempunyai 4 anak. Hitunglah peluang keluarga
tersebut mempunyai anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan.
3. Buatlah soal tentang peluang suatu kejadian yang memerkukan berpikir tingkat
tinggi untuk menyelesaikannya.
4. Rancanglah kegiatan inti pembelajaran untuk mengajarkan soal tersebut.

F. Rangkuman
Rerata Gabungan

Rerata gabungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑥1 𝑛1 + 𝑥2 𝑛2 + ⋯ + 𝑥𝑘 𝑛𝑘
𝑋𝐺𝐺𝐺 =
𝑛1 + 𝑛2 + ⋯ + 𝑛𝑛

dimana x gab adalah rata-rata gabungan, x1 adalah rata-rata pertama dan n1 adalah
jumlah sampelnya, x2 adalah rata-rata kedua dan n2 adalah jumlah sampelnya,
begitu seterusnya hingga rata-rata ke-k.

Jika hanya ada dua kelompok maka rumus dapat disederhanakan menjadi sebagai
berikut.

x1 n1 + x2 n2
X Gab =
n1 + n2

139
Peluang

Probabilitas (peluang ) suatu peristiwa adalah banyaknya cacah peristiwa dibagi


banyaknya cacah dalam semesta. Misal A adalah suatu peristiwa, maka peluang dari
A ditulis:

n(A)
P(A) =
n(S)

Dengan P(A) peluang terjadinya A, n(A) banyaknya cara terjadi A, n(S) banyaknya
anggota ruang sampel.

Permutasi dan kombinasi, adalah teknik dalam pengambilan sampel. Dalam teknik
kombinasi urutan data tidak diperhatikan. Banyaknya kombinasi dari n objek yang
berbeda, yang dipilih r obyek adalah:

𝑛 𝑛!
𝐶(𝑛, 𝑟) = � � =
𝑟 𝑟! (𝑛 − 𝑟)!

Adapun banyak permutasi untuk memilih r objek dari n objek yang tersedia adalah:

𝑛!
𝑃(𝑛, 𝑟) =
(𝑛 − 𝑟)!

G. Refleksi dan Umpan Balik


Dalam mempelajari modul, diharapkan Saudara memberi tanda bagian-bagian yang
dianggap penting atau bagian-bagian yang belum dipahami.

Sampai dengan tahap ini, Saudara harus banyak bertanya pada diri sendiri
mengenai berbagai hal yang telah dipelajari dan sudah Saudara peroleh, baik belajar
mandiri, belajar kelompok, belajar dalam kelas ataupun hasil Saudara belajar dari
sumber lain, terutama yang terkait dengan materi kegiatan pembelajaran statistika
dan peluang.

Untuk memudahkan hal tersebut, Saudara dapat merenung dan menjawab


pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

• Apa yang sudah saya pelajari?


• Materi apa yang belum saya pahami?

140
• Apakah semua materi sudah saya pahami dengan baik?
• Kesulitan terbesar apa yang saya alami untuk memahami materi?
• Apakah semua aktivitas sudah saya lakukan?
• Apakah semua aktivitas dan tugas dapat saya selesaikan?
• Apakah manfaat pengetahuan dan keterampilan yang sudah saya
dapatkan?
Jika Saudara merasa bahwa ada materi atau kegiatan yang Saudara belum
selesaikan, Saudara dapat menyelesaikan terlebih dahulu. Demikian juga jika ada
hal-hal yang belum Saudara pahami, Saudara dapat mempelajari kembali atau jika
diperlukan Saudara dapat meminta bantuan teman yang lain.

Setelah Saudara sudah yakin bahwa Saudara sudah memahami hal yang dipelajari
dengan baik Saudara dapat melanjutkan kegiatan berikutnya yakni memeriksa
kembali hasil pekerjaan yang ada pada bagian aktifitas pembelajaran.

141
BAGIAN III
EVALUASI

Pilihlah salah satu dari 4 (empat) pilihan jawaban A, B, C, D yang menurut Anda
paling tepat.

1. Sebuah peta mempunyai skala 1 : 120.000. Jarak kota A ke kota B adalah 80 cm


dan jarak kota X ke kota Y adalah 65 cm. Selisih jarak sebenarnya antara kota-
kota tersebut adalah ….

A. 8 km
B. 18 km
C. 80 km
D. 180 km

2. Nenek membuat kunyit asem dengan perbandingan kunyit : gula adalah 5 : 3.


Jika kunyit yang digunakan 8 kg lebih banyak dari gula maka gula yang
dibutuhkan nenek adalah ….

A. 8 kg
B. 12 kg
C. 20 kg
D. 32 kg

3. Banyak kursi pada barisan depan sebuah gedung pertunjukan adalah 16 buah.
Banyak kursi pada baris di belakangnya selalu lebih 4 buah dari kursi pada baris
di depannya. Jika dalam gedung ada 26 baris kursi, banyak kursi seluruhnya
adalah ….

A. 1.516 buah
B. 1.576 buah
C. 1.636 buah
D. 1.716 buah

142
4. Amuba yang terdiri atas satu sel berkembang biak dengan cara membelah diri.
Setelah 20 menit, amuba itu membelah menjadi 2, setelah 40 menit menjadi 4,
setelah 60 menit menjadi 8 dan demikian seterusnya. Banyak amuba setelah 3
jam adalah ….

A. 512
B. 256
C. 128
D. 64

5. Sebuah perusahaan memiliki 2 buah mesin cetak bertipe sama yang secara
bersamaan dapat mencetak gambar poster sebanyak 1000 lembar dalam waktu
12 menit. Jika manajer ingin meningkatkan kemampuan produksi menjadi
10.000 gambar poster hanya dalam waktu 30 menit, maka ia harus membeli
mesin cetak baru dengan tipe yang sama sebanyak .... mesin.

A. 4
B. 6
C. 8
D. 10

6. Menurut sensus penduduk tahun 2017 di kampung Erambu, terdapat 140 jiwa
berusia kurang dari atau sama dengan 60 tahun, 100 jiwa berusia lebih dari atau
sama dengan 25 tahun, sedangkan 70 jiwa berusia di antara 25 dan 60 tahun.
Banyak penduduk di perkampungan itu adalah … jiwa.

A. 170
B. 213
C. 240
D. 310

143
7. Diketahui satu keranjang berisi sebanyak 𝑥 buah apel. Ibu memberikan
setengahnya ditambah satu dari apel tersebut kepada tetangganya. Jika apel
yang tersisa dibagikan kepada dua anaknya, maka masing-masing anak
mendapatkan 2 buah apel dan masih tersisa 1 apel. Banyak apel mula-mula
adalah ….

A. 6
B. 10
C. 11
D. 12
8. Perhatikan timbangan berikut.

Jika berat satu buah kubus biru adalah 2kg, maka berat bola merah adalah ….

A. 14 kg
B. 10 kg
C. 6 kg
D. 3 kg

9. Perhatikan gambar garis 𝑙 di samping ini.


Penyataan yang tepat tentang gradien garis
𝑙 adalah ….
A. Gradien garis 𝑙 = 1
B. Gradien garis 𝑙 = −1
1
C. Gradien garis 𝑙 =
2
1
D. Gradien garis 𝑙 = −
2

144
10. Kita tahu bahwa titik beku dan titik didih pada °C adalah 0°C dan 100°C. Jika titik
beku dan titik didih pada thermometer Reamur adalah 0°R dan 80°R, maka suhu
20°C pada thermometer Reamur adalah ….
A. 15
B. 16
C. 18
D. 20

11. Perhatikan gambar di bawah ini, tiga buah persegi masing-masing panjangnya 6
cm, 10 cm, dan 8 cm. Luas daerah yang diarsir adalah....

A. 74 cm2
B. 76 cm2
C. 78 cm2
D. 79 cm2

12. Kain batik memiliki pola seperti di bawah ini. Luas daerah yang diarsir pada pola
tersebut adalah …

A. 84 cm2
B. 112 cm2
C. 140 cm2
D. 154 cm2

145
13. Perhatikan gambar persegi 𝑃𝑃𝑃𝑃 dan persegipanjang 𝐾𝐾𝐾𝐾. Panjang 𝑃𝑃 = 12
cm, 𝐿𝐿 = 5 cm, dan 𝐾𝐾 = 10 cm. Luas daerah yang tidak diarsir 156 cm2, luas
daerah yang diarsir adalah…

S R

K N

P Q

L M

A. 19 cm2
B. 24 cm2
C. 38 cm2
D. 48 cm2

14. Perhatikan gambar!


𝑃adalah titik pusat lingkaran dan luas
juring 𝑃𝑃𝑃 = 24 cm2. Luas juring 𝑃𝑃𝑃
adalah …
A. 27 cm2
B. 30 cm2
C. 32 cm2
D. 39 cm2

15. PQRS adalah jajargenjang, dengan

panjang TR = 22cm, PQ = 7 cm, dan QR = 25 cm. Panjang PT adalah …

A. 20 cm
B. 21 cm
C. 24 cm
D. 25 cm

146
16. Jumlah dokter dibanding jumlah perawat pada RS. Prima adalah 1 : 4. Rata-rata
usia dokter adalah 44 tahun. Jika rerata usia keseluruhan 40 tahun, maka rerata
usia perawat di rumah sakit tersebut adalah … .
A. 42
B. 39
C. 36
D. 32

17. Nilai rata-rata matematika dalam suatu kelas 72, sedangkan nilai rata-rata siswa
pria 69 dan nilai rata-rata siswa wanita 74. Jika banyak siswa dalam kelas 40
orang, banyak siswa pria adalah …..

A. 24 orang
B. 22 orang
C. 18 orang
D. 16 orang

18. Rata-rata nilai siswa kelas 9A adalah 72. Rata-rata nilai 15 siswa kelas 9B adalah
80. Jika nilai digabungkan rata-ratanya menjadi 75. Banyak siswa kelas 9A
adalah …..

A. 15 orang
B. 20 orang
C. 25 orang
D. 40 orang

19. Dari satu kelompok siswa diketahui 23 siswa mempunyai akun WA, 16
mempunyai akhun FB, 4 orang tidak mempunyai keduanya. Jumlah seluruh
siswa kelompok tersebut adalah 36 orang. Jika dipilih satu siswa dari kelompok
tersebut, peluang yang terpilih mempunyai akun FB namun tidak mempunyai
akun WA adalah....

A. 16/36
B. 13/36
C. 9/36
D. 7/36

147
20. Seorang siswa melempar undi tiga buah uang logam sekaligus satu kali. Peluang
munculnya tepat 2 buah sisi gambar jika uang logam pertama memunculkan sisi
angka adalah ....

A. 0,50
B. 0,35
C. 0,3
D. 0,25

148
DAFTAR PUSTAKA

James Tanton. 2005. Encyclopedia of Mathematics. New York: Facts on File

Max A. Sobel & Evan M. Maletsky, Mengajar Matematika, , Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Ratna Herawati, 2018. Bilangan (Modul Pelatihan Mata Pelajaran Ganda


Matematika SMP) . Jakarta: Ditjend Guru dan Tenaga Kependidikan.

Titik Sutanti & Jakim Wiyoto, 2018. Pembelajaran Aljabar 2 (Modul Pelatihan
Mata Pelajaran Ganda Matematika SMP) . Jakarta: Ditjend Guru dan
Tenaga Kependidikan

https://euclid.ucc.ie/MATHENR/MathCircles_files/Booklet_all.pdf diunduh
pada 13 Oktober 2018

https://www.projectmaths.ie/documents/T&L/IntroductionToEquations.pdf
diunduh pada 13 Oktober 2018

https://www.researchgate.net/profile/Philips_Siagian/publication/ diunduh tanggal


22 Oktober 2018.

jrpm.uinsby.ac.id/index.php/jrpm/article/download/56/52/ diunduh
tanggal 22 Oktober 2018.

149
Kunci Jawaban Evaluasi

1. B
2. B
3. D
4. A
5. B
6. A
7. D
8. C
9. B
10. B
11. C
12. A
13. A
14. C
15. A
16. B
17. D
18. C
19. C
20. D

150

Anda mungkin juga menyukai