PENILAIAN
Penulis
Sumaryanta
Sri Wardhani
2020
PENILAIAN KBTT
TRAINING OF TRAINER (TOT)
PELATIHAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
(KBTT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERORIENTASI PISA
Penulis:
Sumaryanta, M.Pd.
Fadjar Noer Hidayat, S.Si, M.Ed.
Dra. Sri Wardhani
Penelaah:
Heri Renowati, Universitas Negeri Yogyakarta
Reviewer:
Ashari Sutrisno, M.T.
Copyright © 2021
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan rasa syukur hanya kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karuniaNya, PPPPTK Matematika berhasil menyelesaikan revisi Modul Penilaian
KBTT Training of Trainer (TOT) Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
(KBTT) dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA.
i
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. ii
D. Penilaian ........................................................................................................................................ 5
F. Rangkuman................................................................................................................................. 29
1. Refleksi .................................................................................................................................... 29
ii
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2. TES PISA, TIMSS DAN AKM DAN KAITANNYA DENGAN
PENILAIAN BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI ................ 31
F. Rangkuman................................................................................................................................. 84
F. Rangkuman.............................................................................................................................. 128
iii
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
iv
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Performa persentil k2-25, 50, dan 75 pada penilaian PISA tahun 2015 ..... 3
Gambar 2. Ilustrasi konstruksi soal keterampilan berpikir tingkat tinggi ..................... 12
Gambar 3. Piramida Penilaian oleh Jan de Lange (1999) ...................................................... 14
v
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
DAFTAR TABEL
Tabel 3. Proporsi Skor Komponen Konten yang Diuji dalam Studi PISA ........................ 32
Tabel 4. Proporsi Skor Komponen Proses Penalaran Matematika dan Pemecahan
Masalah yang Diuji dalam Studi PISA......................................................................... 34
Tabel 5. Persentase Target Penilaian Dimensi Konten ........................................................... 41
Tabel 6. Persentase Target Penilaian Dimensi Kognitif ........................................................ 42
Tabel 7. Distribusi soal AKM berdasarkan bentuk soal .......................................................... 61
Tabel 8. Persentase distribusi soal berdasarkan konteks ..................................................... 61
Tabel 9. Aspek-aspek kemampuan pada level kognitif Knowing........................................ 63
Tabel 10. Aspek-aspek kemampuan pada level kognitif Knowing ..................................... 64
Tabel 11. Aspek-aspek kemampuan pada level kognitif Knowing ..................................... 64
Tabel 12. Persentase distribusi soal berdasarkan konten .................................................... 65
Tabel 13. Cakupan kompetensi minimum untuk peserta didik kelas 5........................... 67
Tabel 14. Cakupan kompetensi minimum untuk peserta didik kelas 8........................... 68
Tabel 15. Cakupan kompetensi minimum untuk peserta didik kelas 11 ........................ 69
Tabel 16. Kategori Tingkat Kesukaran Butir............................................................................ 103
Tabel 17. Kriteria Penafsiran Daya Pembeda Butir .............................................................. 104
vi
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
vii
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
BAGIAN I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
1. Singapura 569 2
2. Malaysia 440 47
3. Brunai 430 51
Darusalam
4. Thailand 419 57
5. Indonesia 379 72
6. Philipina 353 77
Skor: 0 – 600
Rata-rata: 489
Secara internasional, laporan Bank Dunia tahun 2018 menunjukkan bahwa perolehan
PISA peserta dari Indonesia jauh lebih rendah dari rata-rata negara OECD
(Organization for Economic Co-operation and Development, suatu organisasi
internasional yang bergerak di bidang kerjasama ekonomi dan pembangunan yang
memiliki 35 negara anggota, sebagian besar negara anggota OECD adalah negara-
negara maju, namun ada juga beberapa negara berkembang yang tergabung di
dalamnya). Posisi Indonesia dibandingkan beberapa negara OECD lain terlihat pada
Gambar 1.
2
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
(Sumber: Laporan Bank Dunia tahun 2018 tentang “World Development Report:
Learning to Realize Education’s Promise”)
Gambar 1. Performa persentil k2-25, 50, dan 75 pada penilaian PISA tahun 2015
Gambar 1 menunjukkan bahwa posisi capaian peserta didik cukup rendah. Bahkan,
dari data tersebut terlihat bahwa capaian nilai terbaik dari peserta didik Indonesia
hanya sama dengan nilai terjelek dari rata-rata negara-negara OECD. Hal ini patut
menjadi perhatian bersama. Dalam soal PISA, penilaian lebih diarahkan pada menilai
literasi matematika. Ketika peserta didik di Indonesia diukur dengan soal PISA
hasilnya rendah dimungkinkan karena litetasi matematika peserta didik Indonesia
rendah.
Selain PISA, hasil studi internasional dari TIMSS (Trends in International Mathematics
and Science Study) juga menunjukkan capaian belajar matematika peserta didik
Indonesia masih rendah (Hadi & Novaliyosi, 2019: 562). Rendahnya capaian tersebut
tentu memprihatinkan kita bersama. Seperti halnya hasil PISA, peserta didik
Indonesia kesulitan menyelesaikan soal TIMSS disebabkan oleh karakteristik soal
TIMSS yang menguji keterampilan peserta didik, terutama soal yang terkait dengan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Soal yang diujikan pada TIMSS tidak hanya
berupa soal-soal yang menuntut pengetahuan peserta didik namun juga menuntut
penalaran. Ketika peserta didik di Indonesia gagal menyelesaikan soal-soal TIMSS,
salah satu perhatian menariknya adalah tentang ketidakmampuan peserta didik di
Indonesia ketika berhadapan dengan soal-soal yang menuntut penalaran.
3
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
B. Target Kompetensi
4
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
C. Tujuan Pembelajaran
D. Penilaian
Penilaian sikap pada modul ini ini dimaksudkan untuk mengukur keaktifan,
kerjasama, disiplin, dan tanggungjawab Anda. Pengukuran terhadap ranah sikap ini
dilakukan melalui pengamatan dimulai dari awal sampai akhir proses pembelajaran
secara terus menerus oleh fasilitator pada setiap hari penyampaian materi.
5
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Formulasi penentuan nilai akhir diperoleh dari 3 (tiga) komponen dan dihitung
dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
NS : Nilai Sikap
NK : Nilai Keterampilan
NP : Nilai Pengetahuan
6
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
7
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi bukan sesuatu yang baru dan
“ditambahkan” dalam pembelajaran matematika di sekolah. Kurikulum 2013 secara
jelas menuntut pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan keterampilan
berpikir tingkat tinggi, termasuk pada mata pelajaran matematika. Pembelajaran
matematika diharapkan dapat mendorong pengembangan kemampuan berpikir
jenjang yang lebih tinggi pada peserta didik sehingga mampu menyiapkan generasi
Indonesia yang cakap dan mampu bersaing dengan bangsa lain.
B. Tujuan Pembelajaran
8
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
D. Uraian Materi
Sedangkan The Australian Council for Educational Research (ACER dalam Widana,
2017) menyatakan bahwa kemampuan keterampilan berpikir tingkat tinggi
merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan),
menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan
keterampilan berpikir tingkat tinggi bukan sekedar kemampuan mengingat,
mengetahui, atau mengulang. Kemampuan keterampilan berpikir tingkat tinggi
termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan
berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan
berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).
Selain pengertian di atas, masih banyak ahli memberikan pengertiannya, seperti yang
dirangkum Goethals (2013) antara lain tersaji dalam Tabel 2.
9
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
10
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
11
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Sebagai ilustrasi, misalkan pada penilaian KD 4.10 kelas VIII di atas, yaitu:
“Menyajikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan distribusi data, nilai
rata-rata, median, modus, dan sebaran data untuk mengambil kesimpulan, membuat
keputusan, dan membuat prediksi” guru memutuskan akan menggunakan tes uraian
terdiri dari 6 butir soal, maka dari 6 butir soal tersebut sebagian di antaranya adalah
soal keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu soal yang menuntut peserta didik
menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk menyelesaikannya.
Misalkan guru menggunakan 4 soal keterampilan berpikir tingkat tinggi dan 2 soal
tidak keterampilan berpikir tingkat tinggi, dapat diilustrasikan sebagai berikut.
SOAL URAIAN
Tentu guru dapat membuat soal dengan proporsi lain. Bagaimana proporsi soal yang
termasuk keterampilan berpikir tingkat tinggi dan bukan bergantung pada
kebutuhan kompetensi yang sedang dinilai. Jika kompetensi yang dinilai
memang tidak termasuk dalam cakupan keterampilan berpikir tingkat tinggi
guru tidak perlu menggunakan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi,
tetapi apabila kompetensi yang diukur memang merupakan kompetensi yang
menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi guru harus menggunakan soal
keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan jumlah yang lebih banyak dibanding
yang bukan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
12
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Tidak semua soal atau tugas dapat termasuk kategori keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Soal atau tugas dapat menjadi keterampilan berpikir tingkat tinggi apabila soal
atau tugas tersebut meminimalkan mengingat kembali informasi (recall atau ingatan)
dan lebih menekankan pada mentransfer informasi dari satu konteks ke konteks
lainnya, memproses dan menerapkan informasi, melihat keterkaitan antara informasi
yang berbeda-beda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan
secara kritis mengkaji/menelaah ide atau gagasan dan informasi. Selain itu, Resnick
(1987; Budiman & Jailani, 2014) menyatakan bahwa soal-soal yang bersifat non
algoritmik, bersifat kompleks, multiple solutions (banyak solusi), melibatkan variasi
pengambilan keputusan dan interpretasi, penerapan multiple criteria (banyak
kriteria), dan/atau bersifat effortful (membutuhkan banyak usaha) termasuk dalam
kategori soal-soal keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Meskipun banyak kajian dan penelitian tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi,
tetapi sampai saat ini masih terdapat kesalahpahaman tentang soal keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Banyak ahli dan praktisi yang menganggap bahwa soal
keterampilan berpikir tingkat tinggi dipersamakan dengan soal yang komplek atau
sulit (Abosalem, 2016). Soal keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak terkait
langsung dengan tingkat kesulitan, tetapi terkait dengan level berpikir yang
diperlukan peserta didik untuk menyelesaikan soal tersebut. Tingkat kesukaran
dalam butir soal tidak sama dengan kemampuan keterampilan berpikir tingkat tinggi
(Widana, 2017). Bisa saja soal keterampilan berpikir tingkat tinggi komplek dan sulit,
tetapi tidak harus seperti itu. Selain itu, setiap soal mudah bukan soal keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak
umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi,
tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk
kemampuan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Contoh lain, ditanyakan tanggal
lahir salah seorang pahlawan nasional, mungkin pertanyaan ini termasuk kategori
sulit, atau bahkan sangat sulit, banyak peserta didik yang tidak bisa menjawab. Tetapi,
soal seperti itu tidak termasuk soal keterampilan berpikir tingkat tinggi karena hanya
menanyakan sesuatu yang terkait dengan hafalan.
Soal keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak hanya dapat didesain gradasi tingkat
kesukarannya, namun soal keterampilan berpikir tingkat tinggi juga dapat
13
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
dikembangkan untuk beragam materi matematika. Hal ini selaras dengan pemikiran
bahwa soal keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak selalu identik dengan soal
“sulit”. Ilustrasi untuk hal ini dapat dilihat pada piramida penilaian dari de Lange
(1999) berikut.
14
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Contoh 1
4X
Y9 ×
- - -
- - - +
3397
Apabila X dan Y dua bilangan berbeda, tentukan X + Y!
15
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Alternatif penyelesaian:
Soal di atas terlihat seperti soal perkalian biasa dari dua bilangan puluhan.
Pengetahuan yang diperlukan untuk menyelesaikan soal tersebut tentu adalah
pengetahuan tentang perkalian bersusun. Tetapi, soal di atas tidak sekedar proses
mengalikan dua bilangan puluhan secara bersusun seperti yang biasa dilakukan.
Problem soal ini bukan sekedar menemukan hasil perkalian dua bilangan puluhan yang
dilakukan secara bersusun. Tetapi menemukan angka-angka yang digunakan untuk
menyusun bilangan tersebut, sedemikian hingga apabila angka-angka tersebut
dimasukkan menggantikan dalam bilangan yang dikalikan menghasilkan dengan tepat
3397. Di sinilah kemampuan bernalar diperlukan. Tidak sekedar prasyarat
pengetahuan tentang perkalian yang dibutuhkan, tetapi soal ini menuntut kemampuan
menganalisis, menemukan, dan memformulasikan strategi penyelesaian berdasarkan
informasi dari soal yang telah disediakan.
Salah satu cara yang bisa dilakukan, peserta didik terlebih dahulu dapat menemukan
suatu angka (X) yang apabila dikalikan dengan 9 maka angka satuan pada hasil kalinya
adalah 7. Dalam hal ini yang memungkinkan 3, sehingga dapat ditemukan X = 3.
43
Y9
×
387
- - -
+
3397
Sebaliknya apabila tidak tepat seperti yang ditetapkan dalam soal, maka perlu dicari
alternatif lain.
16
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
43
Y9 ×
387
301 +
3397
Jadi X + Y = 10.
Tentu soal yang demikian bukanlah soal yang terlalu sulit. Akan tetapi dibutuhkan
kreativitas tersendiri untuk menemukan alur pikir penyelesaiannya. Peserta didik
perlu menganalisis fakta informasi yang tersedia dalam soal, didukung pengetahuan
yang dimiliki tentang perkalian bersusun, kemudian memformulasikan prosedur
penyelesaiannya. Beragam cara mungkin bisa dilakukan peserta didik untuk
menyelesaikan soal di atas. Cara di atas hanyalah salah satunya. Misal, ketika telah
ditemukan X = 3, maka 4X adalah 43, sehingga apabila dikalikan Y9 hasilnya 3397,
tentu Y9 adalah 3397 dibagi 43, hasilnya adalah 79. Dengan demikian Y9 = 79, yang
artinya Y = 7. Menghasilkan penyelesaian yang sama, yaitu X = 3 dan Y = 7, sehingga
X + Y = 10.
Manakah cara yang benar di antara kedua cara di atas? Keduanya benar. Bahkan
mungkin apabila diberikan kepada peserta didik mereka dapat menemukan cara yang
lain. Jika demikian, cara lain tersebut harus diterima sebagai penyelesaian yang benar
walaupun berbeda dengan alternatif jawaban yang dimiliki guru.
17
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Contoh 2
Alternatif penyelesaian:
Untuk peserta didik yang belum dikenalkan rumus deret aritmatika, tentu soal di atas
tidak bisa langsung menggunakan rumus untuk menyelesaikannya. Soal ini
sesungguhnya juga bukan penjumlahan biasa dimana penyelesaiannya semata-mata
dengan menjumlahkan satu persatu angka dalam soal tersebut. Walaupun langkah
tersebut mungkin bisa dilakukan, tetapi menjumlahkan satu persatu angka dari 1
sampai 100 kemudian ditambah lagi dengan 200 tentu menimbulkan masalah
tersendiri. Masalah ini adalah masalah tentang menemukan suatu cara atau strategi
yang dapat digunakan untuk mensiasati problematika hitungan yang muncul apabila
menjumlahkan satu persatu angka.
Salah satu strategi penyelesaian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
18
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
pola hitungan (1 + 100) + (2 + 99) + (3 + 98) + …+ (50 + 51) yang mana masing-masing
diperoleh 101, dan ada sebanyak 50 kali bilangan 101, sehingga diperoleh 1 + 2 + 3 + …
+ 100 sama dengan 50 × 101 = 5050. Dengan demikian 1 + 2 + 3 + … + 100 + 200 = 5050
+ 200, diperoleh 5250. Pada penyelesaian ini langkah kuncinya adalah ditemukannya
pola (1 + 100) + (2 + 99) + (3 + 98) + …+ (50 + 51) yang masing-masing adalah 101,
sehingga 1 + 2 + 3 + … + 100 + 200 = (50 × 101) + 200 = 5250, sebagai perhitungan
perkalian dan penjumlahan biasa yang tentu dengan mudah dapat diselesaikan.
Penyelesaian soal di atas, 1 + 2 + 3 + … + 100 + 200 dapat pula dilakukan dengan cara
lain, misalkan dilakukan manipulasi bentuk penjumlahan berikut.
1 + 2 + 3 + … + 100 + 200
100 + 99 + 98 + … + 1 + 200
101 +101+101+ … + 101 + 400
(100 × 101) + 400 = 10.100 + 400
= 10.500
Dikarenakan 10.500 diperoleh dengan menjumlahkan dua kali bentuk 1 + 2 + 3 + …
+ 100 + 200, maka hasil yang sesunggunya adalah 10.500 : 2 = 5.250.
Mungkin ada cara lain lagi menemukan hasil dari 1 + 2 + 3 + … + 100 + 200.
Demikianlah, soal higher order thinking memang lebih bersifat “open”, yang
memungkinkan multi cara penyelesaian, bahkan bisa multi jawaban.
Contoh 3.
Salah satu satu cara membuat soal keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah dengan
menyajikan suatu konteks (atau stimulus) kemudian peserta didik diminta
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan konteks (atau stimulus) yang
diberikan, seperti contoh berikut.
Memasukkan-
Tim Main Menang Seri Kalah
kemasukan
19
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Alternatif penyelesaian:
Perhatikan, PSS Sleman main 2 kali, menang 2 kali, tidak pernah seri dan tidak pernah
kalah. Dua tim yang pernah mengalami kekalahan adalah Persikup Kulonprogo dan
Persiba Bantul, sehingga PSS Sleman main 2 kali pasti dengan Persikup Kulonprogo dan
Persiba Bantul. Persikup Kulonprogo main 2 kali, dengan 1 kali seri dan 1 kali kalah,
dengan tidak pernah memasukkan bola dan 1 kali kemasukan bola. Artinya, ketika
bermain seri Persikup Kulonprogo bermain imbang dengan lawannya dengan skor 0 –
0, dan ketika main kalah dengan lawannya skor Persikup Kulonprogo – lawannya
adalah 0 – 1. Dengan demikian ketika PSS Sleman lawab Persikup Kulonprogo berarti
skornya adalah 1 – 0 untuk kemenangan PSS Sleman. Selanjutnya, ketika PSS Sleman
main dengan Persiba Bantul, dimenangkan oleh PSS Sleman. Karena pada tabel akhir
rekapitulasi permainan PSS Sleman memasukkan bola ke gawang lawan 5 kali dan
kemasukan bola 1 kali, sedangkan pada saat PSS Sleman main melawan Persikup
Kulonprogo dengan PSS Sleman memasukkan bola 1 kali dan tidak kemasukan, berarti
ketika PSS Sleman menang melawan Persiba Bantul skor PSS Sleman memasukkan bola
4 kali dan kemasukan bola 1 kali. Dengan demikian, skor pertandingan PSS Sleman dan
Persiba Bantul adalah 4 – 1, untuk kemenangan PSS Sleman.
Perhatikan sekali lagi proses penyelesaian soal di atas. Soal tersebut bukan soal jenis
rutin yang bisa diselesaikan dengan prosedur yang biasa. Soal tersebut tidak bisa
diselesaikan dengan suatu rumus statistik tertentu, tetapi soal yang membutuhkan
kemampuan peserta didik menemukan prosedur baru dalam penyelesaiannya. Alur
penyelesaian di atas menunjukkan bagaimana proses berpikir yang diperlukan, di
mana penyelesaian soal tersebut membutuhkan kemampuan analisis data permainan
antar tim, mengidentifikasi skor pertandingan antartim yang diperlukan untuk
menemukan skor pertandingan PSS Sleman dan Persiba Bantul seperti yang
20
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
ditanyakan dalam soal, melihat hubungan antarinformasi data yang tersaji, kemudian
menentukan poin-poin kunci untuk menemukan skor pertandingan yang ditanyakan.
Di sinilah kemampuan keterampilan berpikir tingkat tinggi dibutuhkan.
Contoh 4.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan soal keterampilan berpikir
tingkat tinggi bahwa soalnya tidak harus berbentuk soal uraian terbuka. Bisa saja soal
keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa soal pilihan ganda, uraian singkat, pilihan
bersyarat, atau bahkan soal benar-salah. Perhatikan soal pilihan ganda berikut.
A C
.
B
D
.
.
Soal berbentuk pilihan ganda di atas dapat dikategorikan sebagai salah satu soal
keterampilan berpikir tingkat tinggi karena untuk menyelesaikan soal tersebut
peserta didik dituntut untuk melakukan analisis terhadap situasi yang mungkin
terjadi. Informasi bahwa ember tersebut diisi dengan air dengan debit air tetap.
Peserta didik harus dapat memahami kemungkin hubungan yang terjadi antara
ketinggian air dan waktu pengisian, yang kemudian diinterpretasikan dalam bentuk
21
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
grafik. Peserta didik kemudian dapat memilih salah satu grafik hubungan antara
tinggi - waktu dari alternatif jawaban yang tersedia.
(Sumber: Buku Peserta didik, Matematika SMP Kelas VII, hal 40)
Soal di atas adalah salah satu soal pada Uji Kompetensi 1 Bab Pola Bilangan pada buku
siswa. Soal tersebut termasuk kategori masalah karena untuk menyelesaikan soal
tersebut peserta didik tidak bisa menggunakan cara biasa dengan memangkatkan
bilangan 2.012 satu demi satu sampai pangkat ke 1.012. Peserta didik harus
menemukan alternatif strategi lain yang dapat memudahkan mereka menemukan
hasil perpangkatan yang ditanyakan. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah
strategi penyelesaian menggunakan pola bilangan.
Pada soal tersebut yang ditanyakan adalah angka satuannya. Dengan demikian,
peserta didik tidak perlu menemukan hasil keseluruhan dari nilai perpangkatan
tersebut karena yang ditanyakan hanya angka satuannya. Bahkan, peserta didik tidak
harus memangkatkan 2.012 dengan pangkat 1.012 karena angka satuan 2.0121.012
sama dengan angka satuan 21.012 . Untuk menemukan angka satuan hasil dri 21.012
peserta didik juga tidak perlu memangkatkan 2 sampai 1.012 kali.
22
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Apabila diperhatikan hasil di atas, dapat ditemukan pola bahwa angka satuan apabila
2 dipangkatkan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 adalah 2, 4, 8, 6, 2, 4, 8, 6. Apabila percobaan ini
diteruskan akan diperoleh bahwa satuan 2 dipangkatkan 10, 11, 12, 13, dan seterusnya
adalah 2, 4, 8, 6. Terdapat pola berulang bahwa satuan hasil perpangkatan dari 2
adalah 2, 4, 8, dan 6, kembali lagi selanjutnya 2, 4, 8, dan 6.
Jika kemudian akan ditentukan angka satuan apabila 2 dipangkatkan 1.012, maka
dapat dilakukan dengan membagi 1.012 dengan 4 (4 merupakan bilangan yang
menunjukkan banyaknya perulangan angka satuan hasil pangkat), yaitu: 1.012 : 4 =
253. Ternyata 1.012 merupakan kelipatan empat, sehingga dengan melihat pola di atas,
dimana apabila 2 dipangkatkan bilangan kelipatan 4 angka satuannya adalah 6, maka
dapat disimpulkan bahwa angka satuan dari 21.012 adalah 6. Karena angka satuan
2.0121.012 sama dengan angka satuan 21.012, maka dapat disimpulkan bahwa angka
satuan 2.0121.012 adalah 6.
23
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Penilaian unjuk kerja adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui apa yang
peserta didik ketahui dan apa yang dapat mereka kerjakan. Tugas unjuk kerja harus
mengarahkan pada tujuan pembelajaran, memberi kesempatan peserta didik
mengemukakan pikiran dan pemahamannya dalam situasi (masalah) matematika
dan tidak hanya meminta jawaban tunggal, memberikan kesempatan untuk menilai
proses-proses yang ada dalam tugas, realistis, menarik dan merangsang berpikir,
mewakili tujuan yang akan dinilai, menekankan pada kedalaman materi daripada
keluasannya dan penguasaan daripada kecepatannya, lebih open ended dari pada
terstruktur yang ketat, tidak algoritmis, dan dapat menimbulkan pertanyaan baru
atau masalah lain (Kusrini & Siswono, 2002). Dalam konteks penilaian keterampilan
berpikir tingkat tinggi, guru dapat mendesain instrumen penilaian unjuk kerja yang
dapat mendorong pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dalam hal ini,
instrumen tersebut didesain sedemikian peserta didik perlu menggunakan
keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikannya.
Tugas ini menuntut peserta didik untuk membuat rencana bagaimana menaksir
bilangan yang besar. Tugas ini akan menantang peserta didik sebab banyak peserta
didik yang merasa bahwa tugas ini sangat berat karena banyak yang melakukannya
dengan cara menghitung berondong jagung satu persatu. Oleh karena itu mereka
24
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
harus menciptakan strategi berdasarkan konsep luas, volume, berat, dan pembagian
berurutan.
Penyelesaian akan bervariasi, tergantung pada ukuran dan kapasitas wadah yang
dipilih sebagai tempat berondong. Pendekatan yang dilakukan peserta didik juga
bervariasi, mungkin akan dilakukan hal-hal berikut.
Soal di atas dapat mendorong kreativitas berpikir peserta didik. Peserta didik harus
mencari strategi penyelesaian yang tepat sehingga peserta didik dapat menemukan
taksiran banyaknya jagung dalam wadah-wadah tersebut. Tentu strategi tersebut
bukan dengan menghitung satu persatu jagung yang ada di wadah, karena kalau
demikian peserta didik tidak akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
menemukan jawabanya.
Proyek adalah rencana pekerjaan dengan sasaran khusus dan saat penyelesaian yang
tegas. Penilaian proyek adalah penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa penyelidikan
25
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Contoh proyek
a. Kerjakan tugas ini secara kelompok. Anggota tiap kelompok paling banyak 6 orang.
b. Lakukan wawancara terhadap paling sedikit lima pedagang kecil di suatu pasar
tradisional.
Buatlah daftar pertanyaan untuk wawancara dan siapkan lembaran atau format
untuk mencatat hasil wawancara. Terhadap setiap pedagang yang diwawancara,
kumpulkan data tentang:
1) Penyajian data yang diperoleh dalam bentuk tabel sesuai pengelompokan data
pada nomor b.
26
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
2) Penjelasan tentang:
a) Pedagang mana yang persentase keuntungan/kerugiannya paling banyak
dan besarnya persentase. Dalam kondisi yang bagaimana
keuntungan/kerugian biasa terjadi.
b) Kegiatan yang pada umumnya harus dilalui para pedagang dalam
berdagang.
c) Laporan dipresentasikan atau dipamerkan. Laporan dikumpulkan paling
lambat enam minggu setelah diberikan tugas ini.
Menurut Wardani (2010), instrumen penilaian tugas proyek pada contoh di atas
adalah instrumen penilaian yang utamanya digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam pemecahan masalah. Dalam menyelesaikan proyek tersebut
peserta didik tidak cukup menggunakan konsep aljabar dalam soal aritmatika sosial,
tetapi sebagai sebuah proyek, peserta didik harus menyusun rencana yang matang
bagaimana tugas tersebut diselesaikan, menganalisis situasi, mengumpulkan data,
menyusun laporan, kemudian membuat presentasi, dan melakukan pameran. Tidak
sekedar kemampuan memahami konsep atau menerapkan suatu konsep aljabar
dalam soal aritmatika sosial, tetapi peserta didik harus menggunakan keterampilan
berpikir yang lebih tinggi (keterampilan berpikir tingkat tinggi), seperti analisis,
sintesis, dan mencipta. Dengan demikian, melalui suatu proyek peserta didik dapat
dilatih pengembangan kemampuan keterampilan berpikir tingkat tingginya.
27
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
E. Aktivitas Pembelajaran
1. Tentukan KD mata pelajaran matematika di jenjang SD, SMP, SMA, atau SMK
(sesuai jenjang dimana Bapak/Ibu mengajar), yang dalam penilaiannya dapat
dibuat soal keterampilan berpikir tingkat tinggi (Masing-masing 2 pada pada
ranah pengetahuan dan keterampilan).
2. Carilah contoh soal keterampilan berpikir tingkat tinggi pada buku matematika
peserta didik jenjang SD, SMP, SMA, atau SMK yang sesuai untuk mengukur KD
yang dipilih pada soal no 1.
28
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
3. Berikan penjelasan mengapa soal-soal yang Anda gunakan sebagai contoh pada
soal no 2 tersebut dapat dikategorikan sebagai soal keterampilan berpikir tingkat
tinggi
F. Rangkuman
1. Refleksi
a. Pengalaman berarti apa yang Anda dapatkan dari kegiatan pembelajaran ini
untuk mendukung keberhasilan Anda dalam memahami penilaian
keterampilan berpikir tingkat tinggi?
b. Pengalaman berarti apa yang Anda dapatkan dari kegiatan pembelajaran ini
untuk mendukung keberhasilan Anda dalam meningkatkan keterampilan
Anda melakukan penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi?
29
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
2. Umpan Balik
Untuk mereview pembelajaran pada kegiatan pembelajaran ini, pilihlah salah satu
kondisi berikut yang paling sesuai dengan keadaan Anda.
REVIEW PEMBELAJARAN
No Aspek Kondisi
1. Kompetensi target I Semua sudah dikuasi dengan baik
Apabila dari ketiga aspek di atas terdapat satu atau lebih kondisi Anda sesuai dengan
kondisi II dan III, silakan Anda mempelajari kembali bahan kajian pada kegiatan
pembelajaran ini. Dengan mempelajari kembali bahan kajian tersebut diharapkan
kompetensi target pada kegiatan pembelajaran ini semua dapat dikuasi dengan baik.
Selain itu, semua materi dapat Anda pahami dengan baik, dan semua aktivitas
pembelajaran bisa Anda selesaikan. Apabila hal tersebut telah Anda penuhi,
selanjutnya Anda dapat mempelajari kegiatan berikutnya.
30
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti Kegiatan Pembelajaran 2 (KP-2) ini Anda diharapkan dapat lebih
memahami ciri-ciri soal matematika pada PISA, TIMSS, dan AKM dan kaitannya
dengan soal HOTS untuk penilaian pembelajaran matematika.
D. Uraian Materi
31
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
mencakup konsep, prosedur, fakta dan alat untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan
memprediksi fenomena. Kemampuan ini membantu seseorang mengetahui peran
yang dimainkan matematika di dunia dan membuat penilaian dan keputusan yang
beralasan yang dibutuhkan oleh warga abad ke-21 yang konstruktif, terlibat dan
reflektif.
Untuk lebih memahami penilaian dalam PISA berikut diuraikan beberapa hal penting
PISA 2021 berdasarkan Framework PISA 2021 bidang matematika (OECD, 2018).
a. Komponen Konten
Pada framework PISA 2021 yang akan dilaksanakan tahun 2022, ada 4 (empat)
kelompok konten/materi yang diujikan, yaitu: (1) perubahan dan hubungan (change
and relationships), (2) ruang dan bentuk (space and shape), (3) kuantitas (quantity),
dan (4) ketidakpastian dan data (uncertainty and data). Dengan demikian, soal-soal
PISA disusun menyasar pada penguasaan keempat konten tersebut. Perkiraan
distribusi poin skor berdasarkan kategori konten untuk PISA disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Proporsi Skor Komponen Konten yang Diuji dalam Studi PISA
Kuantitas Sekitar 25
b. Komponen Konteks
Komponen konteks dalam studi PISA dimaknai sebagai situasi yang tergambar dalam
suatu permasalahan. Ada empat konteks utama yang digunakan menurut
mathematics frameworks PISA 2021, yaitu: konteks pribadi (personal), konteks
pekerjaan (occupational), konteks masyarakat (societal) dan konteks ilmu
pengetahuan (scientific).
32
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
33
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
34
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Cara utama penyampaian PISA 2021 adalah penilaian matematika berbasis komputer
(computer-based assessment of mathematics - CBAM). Transisi telah diantisipasi
dengan studi 2015 dan 2018. Transisi ke CBAM penuh pada tahun 2021 memberikan
berbagai peluang mencakup format item baru (“drag” dan “drop”); menyajikan siswa
dengan data dunia nyata (seperti kumpulan data yang besar dan dapat diurutkan);
membuat model atau simulasi matematika yang dapat dieksplorasi siswa dengan
mengubah nilai variabel; kurva yang sesuai dan menggunakan kurva yang paling
sesuai untuk membuat prediksi. Selain lebih banyak jenis pertanyaan dan peluang
matematika yang disediakan CBAM, ini juga memungkinkan untuk penilaian adaptif.
Selain hal di atas, dibandingkan PISA periode sebelumnya, tes PISA 2021
menggunakan variasi konteks yang lebih relevan untuk siswa berusia 15 tahun secara
lebih jelas dan eksplisit, sambil mempertahankan konteks yang bermakna dan
otentik. Tes PISA 2021 juga melibatkan pemanfaatan teknologi (berbasis komputer,
menggunakan kalkulator, menggunakan spreadsheet). Pada soal PISA 2021 juga
mencakup computational thinking, yaitu proses berpikir yang diperlukan dalam
merumuskan masalah dan merancang solusi dalam bentuk yang dapat dieksekusi
oleh komputer, manusia, atau kombinasi keduanya.
35
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Berikut disajikan sebagian contoh soal PISA yang dilansir secara resmi oleh
penyelenggara tes PISA tahun 2021 melalui laman resmi mereka, yaitu
https://PISA2021-maths.oecd.org/#Example1Modal.
1. Navigasi (Navigation)
Konten : Ruang dan bentuk (space and shape)
Konteks : Masyarakat (terkait transportasi umum)
Navigasi
Jarak terpendek antara dua titik adalah garis lurus. Namun, biasanya tidak mungkin
bergerak sepanjang garis lurus di kota. Lihat peta di bawah ini. Garis abu-abu adalah
jalan dan balok biru persegi adalah bangunannya.
Dalam unit ini Anda akan mempelajari berbagai strategi untuk merencanakan rute dari
satu titik ke titik satu lagi di kota ini.
▪ Ann selalu bergerak ke kanan atau ke atas dan tetap di bawah tetapi sedekat
mungkin dengan garis merah lurus yang menghubungkan A dan B (garis hijau).
▪ Bob selalu bergerak ke kanan atau ke atas dan mencoba melintasi garis merah lurus
yang menghubungkan A dan B sesering mungkin (garis oranye).
▪ Corey selalu bergerak ke kanan atau ke atas dan tetap di atas tetapi sedekat
mungkin dengan garis merah lurus yang menghubungkan A dan B (garis ungu).
36
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Anda akan melihat bahwa rute Ann, rute Bob, dan rute Corey menghasilkan panjang
lintasan yang sama panjang untuk setiap rute dari A ke B.
Soal 1/2
Jelaskan mengapa ketiga strategi menghasilkan rute itu memiliki panjang yang sama!
Berikan penjelasan
Soal 2/2
Kita tahu dari pekerjaan sebelumnya bahwa tanpa jalan diagonal, rute terpendek dari
titik C ke titik B adalah sepanjang 7 unit.
Klik Benar atau Salah untuk setiap pernyataan dan berikan alasan untuk jawaban
Anda.
37
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
1. Terdapat rute dari C ke B yang mencakup Diagonal 1 dan lebih pendek dari 7 unit.
o Benar
o Salah
Berikan alasan untuk jawaban Peserta pelatihan
2. Terdapat rute dari C ke B yang mencakup Diagonal 2 dan lebih pendek dari 7 unit.
o Benar
o Salah
Berikan alasan untuk jawaban Peserta pelatihan
3. Terdapat rute dari C ke B yang mencakup Diagonal 3 dan lebih pendek dari 7 unit.
o Benar
o Salah
Berikan alasan untuk jawaban Peserta pelatihan
Mencermati butir soal di atas, terlihat bahwa butir tersebut merupakan soal dalam
konten ruang dan bentuk (space and shape), pada konteks masyarakat (yaitu terkait
transportasi umum), dan menyangkut pemecahan masalah (khususnya terkait
dengan penalaran dalam geometri). Dalam penyajiannya, berdasarkan stimulus yang
tersedia dibuat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan stimulus tersebut.
Pertanyaan tersebut mengarah pada penalaran dalam geometri. Dari pertanyaan
yang diberikan, peserta tes diminta memberikan penjelasan atau alasan atas jawaban
yang diberikan. Selain itu, butir soal di atas disajikan berbasis komputer, di mana
penyajian butir soal dilakukan dalam beberapa page dan peserta telah disediakan
tombol navigasi untuk berpindah page. Untuk menjawab soal tersebut, peserta juga
tinggal meng-klik jawaban yang dianggap benar, dan/atau menuliskan penjelasan
jawabannya di tempat yang telah disediakan.
38
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Saat Anda melakukan perkalian berulang dengan bilangan yang sama, Anda dapat
menggunakan kekuatan notasi untuk meringkas apa yang Anda lakukan.
Sebagai contoh:
8 × 8 × 8 × 8 = 84 (perkalian berulang bilangan 8 sebanyak 4 kali)
dan
7 × 7 × 7 × 7 × 7 × 7 = 76 (perkalian berulang bilangan sebanyak 6 kali)
Pertanyaan 1/3.
Merujuk pada "the Beaty of Powers" di atas. Klik Benar atau Salah untuk setiap
pernyataan.
Pernyataan Benar Salah
Pertanyaan 2/3
Merujuk pada "the Beaty of Powers" di sebelah kanan. Klik pada pilihan untuk
menjawab pertanyaan.
(−5)43 + (−1)43 + (5)43
Berapakah nilai pernyataan di atas?
–1
1
0
5
39
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
71 = 7
7 =
2
49
7 =
3
343
74 = 2.401
75 = 16.807
7 = 117.649
6
77 = 823.543
78 = 5.764.801
79 = 40.353.607
Pertanyaan 3/3
Merujuk "The beauty of powers" di sebelah kanan. Klik pada pilihan untuk menjawab
pertanyaan.
Mencermati butir soal di atas, terlihat bahwa butir tersebut merupakan soal dalam
konten kuantitas (quantity), pada konteks ilmiah (mathematics its self), dan
menyangkut penalaran matematika (dalam dunia matematika itu sendiri). Dalam
penyajiannya, seperti pada contoh 1, dari stimulus yang tersedia dibuat beberapa
pertanyaan yang relevan dengan stimulus tersebut. Selain itu, butir soal di atas juga
disajikan berbasis komputer, di mana penyajian butir soal dilakukan dalam beberapa
page yang mana peserta telah disediakan tombol navigasi untuk berpindah page.
Untuk menjawab soal tersebut, peserta juga tinggal meng-klik jawaban yang dianggap
benar, dan/atau menuliskan penjelasan jawabannya di tempat yang telah disediakan.
Sejak 1995, TIMSS memantau tren prestasi matematika dan sains setiap empat tahun,
di kelas empat dan delapan. TIMSS 2019 memulai transisi ke e-Assessment, di mana
negara-negara dapat menyelenggarakan TIMSS 2019 dalam format elektronik atau
kertas. Untuk memahami lebih lanjut tentang TIMSS, berikut disajikan uraian terkait
TIMSS berdasarkan Framework TIMSS 2019.
40
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Ada dua domain pada kerangka penilaian TIMSS, yaitu domain kognitif dan domain
konten. Berdasarkan framework TIMSS 2019, soal-soal pada penilaian TIMSS di
bidang matematika, baik untuk kelas empat maupun kelas delapan, mengukur
domain kognitif mengetahui (knowing), menerapkan (applying), dan menalar
(reasoning). Sedangkan domain konten yang diukur adalah:
IV Bilangan 50%
Data 20%
Aljabar 30%
Geometri 20%
41
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Tabel 6 menunjukkan persentase target pengujian yang ditujukan untuk setiap level
kognitif pada TIMSS 2019.
IV Mengetahui 40%
Menerapkan 40%
Menalar 20%
Menerapkan 40%
Menalar 25%
Domain konten
Bilangan bulat adalah komponen utama dari domain bilangan dan siswa seharusnya
mampu menghitung dengan bilangan bulat dengan ukuran yang wajar serta
menggunakan komputasi untuk memecahkan masalah. Konsep aljabar juga
merupakan bagian dari penilaian TIMSS di kelas empat, termasuk pemahaman
konsep variabel (tidak diketahui) dalam persamaan sederhana, dan pemahaman awal
tentang hubungan antarbilangan. Namun, karena objek dan kuantitas seringkali tidak
datang dalam bilangan bulat, maka bilangan bulat memang benar juga penting bagi
siswa untuk memahami pecahan dan desimal. Siswa harus mampu membandingkan,
menambah, dan mengurangi pecahan dan desimal yang sudah dikenal untuk
menyelesaikan soal.
42
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Bilangan Bulat
- Temukan angka yang hilang atau operasi dalam kalimat angka (mis., 17 + w = 29).
- Identifikasi atau tulis ungkapan atau kalimat angka untuk mewakili situasi
masalah yang mungkin melibatkan hal-hal yang tidak diketahui.
- Identifikasi dan gunakan hubungan dalam pola yang terdefinisi dengan baik
(misalnya, gambarkan hubungan antara istilah yang berdekatan dan
menghasilkan pasangan bilangan bulat yang diberi aturan).
43
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Kita dikelilingi oleh objek dengan berbagai bentuk dan ukuran, dan geometri
membantu kita memvisualisasikan dan memahami hubungan antara bentuk dan
ukuran. Pengukuran adalah proses mengkuantifikasi atribut objek dan fenomena
(misalnya, panjang dan waktu).
Dua bidang topik dalam pengukuran dan geometri adalah sebagai berikut:
• Pengukuran (15%)
• Geometri (15%)
Di kelas empat, siswa harus bisa menggunakan penggaris untuk mengukur panjang;
menyelesaikan masalah melibatkan panjang, massa, kapasitas, dan waktu; hitung luas
dan keliling poligon sederhana; dan gunakan kubus untuk menentukan volume. Siswa
mampu mengidentifikasi sifat dan karakteristik garis, sudut, dan variasi bentuk dua
dan tiga dimensi. Pengertian spasial merupakan bagian integral dari studi geometri,
dan siswa akan diminta untuk mendeskripsikan dan menggambar berbagai macam
bangun geometri. Mereka juga harus mampu menganalisis hubungan geometris dan
menggunakan hubungan tersebut untuk memecahkan masalah.
Pengukuran
Geometri
44
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
3) Data
Ledakan data dalam masyarakat informasi saat ini telah menghasilkan pemboman
visual yang menampilkan informasi kuantitatif setiap hari. Seringkali internet, surat
kabar, majalah, buku teks, referensi buku, dan artikel memiliki data yang
direpresentasikan dalam bagan, tabel, dan grafik. Siswa perlu memahami itu grafik
dan bagan membantu mengatur informasi atau kategori dan menyediakan cara untuk
membandingkan data.
Di kelas empat, siswa diharapkan mampu membaca dan mengenali berbagai bentuk
tampilan data. Dengan pertanyaan sederhana, siswa harus dapat mengumpulkan,
mengatur, dan merepresentasikan data dalam grafik untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Siswa harus dapat menggunakan data dari satu atau lebih sumber ke
menyelesaikan masalah.
- Membaca dan menafsirkan data dari tabel, piktograf, grafik batang, grafik garis,
dan diagram lingkaran.
- Mengatur dan merepresentasikan data untuk membantu menjawab pertanyaan.
45
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Di kelas delapan, tiga puluh persen penilaian yang dikhususkan untuk angka terdiri
dari tiga bidang topik:
• Bilangan bulat (10%)
• Pecahan dan desimal (10%)
• Rasio, proporsi, dan persen (10%)
Memperluas pemahaman tentang bilangan yang dinilai di kelas empat, siswa kelas
delapan harus memiliki kemahiran mengembangkan konsep dan prosedur dengan
bilangan bulat yang lebih maju dibandingkan kelas IV serta ditambahkan pemahaman
matematis mereka tentang bilangan rasional (bilangan bulat, pecahan, dan desimal).
Siswa juga harus memahami dan dapat menghitung dengan bilangan bulat. Pecahan
dan desimal adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari dan mampu
menghitungnya membutuhkan pemahaman tentang simbol yang mewakili.
Bilangan bulat
46
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
- Hitung dengan pecahan dan desimal, termasuk yang ditetapkan dalam situasi
masalah.
2) Aljabar
Tiga puluh persen penilaian yang ditujukan untuk aljabar terdiri dari dua bidang
topik:
• Ekspresi, operasi, dan persamaan (20%)
• Hubungan dan fungsi (10%)
Pola dan hubungan tersebar luas di dunia sekitar kita dan aljabar memungkinkan kita
untuk mengekspresikan ini secara matematis. Siswa harus mampu memecahkan
masalah dunia nyata dengan menggunakan model aljabar dan menjelaskan hubungan
yang melibatkan konsep aljabar. Mereka perlu memahami bahwa saat ada rumus
yang melibatkan dua kuantitas, jika mereka mengetahui satu kuantitas, mereka dapat
mencari kuantitas lainnya secara aljabar atau dengan substitusi. Pemahaman
konseptual ini dapat meluas ke persamaan linier untuk kalkulasi tentang hal-hal yang
berkembang dengan kecepatan konstan (mis., kemiringan). Fungsi dapat digunakan
untuk menggambarkan apa yang akan terjadi ketika variabel terkait berubah.
47
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
3) Geometri
Memperluas pemahaman tentang bentuk dan ukuran yang dinilai di kelas empat,
siswa kelas delapan harus dapat menganalisis properti berbagai gambar dua dan tiga
dimensi dan menghitung perimeter, luas, dan volume. Mereka harus bisa
memecahkan masalah dan memberikan penjelasan berdasarkan pada hubungan
geometris, seperti kongruensi, kesamaan, dan teorema Pythagoras. Domain konten
geometri di kelas delapan terdiri dari satu bidang topik, yaitu bentuk dan ukuran
geometris (20%)
Bentuk tampilan data yang lebih tradisional (mis., grafik batang, grafik garis, grafik
pai, piktograf) dilengkapi dengan berbagai bentuk grafik baru (misalnya, infografik).
Di kelas, siswa harus mampu membaca dan mengekstrak makna penting dari
berbagai visual menampilkan. Penting juga bagi siswa kelas delapan untuk mengenal
data statistik yang mendasari distribusi dan bagaimana kaitannya dengan bentuk
grafik data. Siswa harus tahu cara mengumpulkan, mengatur, dan mewakili data.
Siswa juga harus memiliki pemahaman awal tentang beberapa konsep yang terkait
dengan kemungkinan.
• Data (15%)
• Probabilitas (5%)
48
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Data
- Membaca dan menafsirkan data dari satu atau lebih sumber untuk memecahkan
masalah (misalnya, menginterpolasi dan mengekstrapolasi, membuat
perbandingan, menarik kesimpulan).
- Mengidentifikasi prosedur yang tepat un tuk mengumpulkan data; mengatur dan
merepresentasikan data untuk membantu menjawab pertanyaan.
- Menghitung, menggunakan, atau menginterpretasikan statistik (yaitu, mean,
median, mode, range) meringkas data distribusi; mengenali efek penyebaran dan
pencilan.
Peluang
Domain Kognitif
a. Knowing
49
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
b. Applying
c. Reasoning
Penalaran secara matematis melibatkan pemikiran logis dan sistematis. Ini termasuk
penalaran intuitif dan induktif berdasarkan pola dan keteraturan yang dapat
digunakan untuk sampai pada solusi masalah yang memuat situasi baru atau asing.
Masalah semacam itu mungkin murni matematis atau mungkin terkait kehidupan
nyata. Kedua jenis item melibatkan transfer pengetahuan dan keterampilan ke situasi
baru; dan interaksi antar keterampilan penalaran biasanya merupakan ciri dari item
tersebut
50
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
1. Materi Bilangan
a. Level Pengetahuan
Hanif menulis pola bilangan sebagai berikut: 6, 13, 20, 27, .... Selisih antara
dua bilangan yang berurutan sama. Bilangan setelah 27 adalah ....
Jawaban: 34
b. Level penerapan
Harga satu botol jus aple 1.87 zed.
Harga satu botol jus jeruk 3.29 zed.
Gavin memiliki uang 4 zed. Berapa rupiah lagi yang di perlukan Gavin untuk
membeli dua botol jus buah tersebut?
Jawaban: B 1.16 zed
c. Penalaran
Sally memiliki sepotong kawat panjang 12 satuan, 40 buah manik berbentuk
bulat dan 48 buah manik berbentuk kubus. Untuk membuat 1 buah gelang
diperlukan 1 satuan kawat, 10 manik bulat dan 10 manik kubus. Sally ingin
membuat beberapa cincin yang sama persis, berapa gelang yang bisa di buat
dengan bahan-bahan yang tersedia?
A. 40
B. 12
C. 5
D. 4
Jawaban D. 4
51
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
2. Materi Geometri
a. Level Pengetahuan
Jawaban: B. Kotak 2
b. Level Penerapan
Pada pukul 03.00, sudut terkecil pada dua jarum jam membentuk sudut siku-
siku. Pada pukul berapa lagi jarum jam akan membentuk sudut siku-siku?
A. 3:15
B. 3:45
C. 9:00
D. 9:45
Jawaban: C. 09.00
c. Level Penalaran
52
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Jawaban: 12, 4, 8, 12
2. Materi data
a. Level Pengetahuan
Jawaban: 8000
53
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
b. Level Penerapan
Kegiatan Turus
Olah raga IIIII III
Menonton TV IIII
Jawab:
54
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Jawab:
Untuk menjawab soal ini perlu kemampuan bernalar menemukan pola. Siswa
harus dapat melihat bahwa nilai suatu kotak merupakan hasil penjumlahan
dua kotak di atasnya. Contoh kotak dengan nilai 6, pada gambar. Enam
diperoleh dari 2 + 4. Dengan demikian x juga diperoleh dari 10 + 14 jadi
jawaban yang benar adalah 24.
Contoh 1.
A. 30°
B. 40°
C. 45°
D. 60°
Jawab:
Dalam soal ini, siswa tidak dapat langsung menghitung nilai 𝑥 dengan sifat-
sifat sudut yang ada. Siswa harus menemukan cara menerapkan sifat-sifat
55
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
sudut. Salah satu cara yang juga membantu adalah dengan membuat gambar
dan menamai sudut-sudutnya.
Contoh 2.
Ryan sedang mengepak buku pada suatu kotak berbentuk balok. Semua buku
memiliki ukuran sama.
Jawab:
Agar diperoleh jumlah maksimum maka buku diatur sedemikain rupa dengan
tinggi buku (6 cm) diatur menempel pada sisi panjang kotak (36 cm), lebar
56
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
buku (15 cm) menempel pada lebar kotak (30 cm), dan panjang buku (20 cm)
pada tinggi kotak (20 cm) sehingga kotak akan memuat sebanyak 6 × 2 × 1 =
12 buku.
Contoh 1.
Grafik di atas menunjukkan penjualan dua tipe soft drink selama 4 tahun. Jika
kecenderungan penjualan berlanjut sampai 10 tahun, tentukan tahun dimana
penjualan Cherry Cole akan sama dengan penjualan Lemon Cola.
A. 2003
B. 2004
C. 2005
D. 2006
Jawab:
Setiap tahun Cherry cola bertambah 10 million sedangkan Lemon cola 5 milion.
Berdasar data tahun 2001, jumlah akan sama dalam n tahun maka diperoleh
40 + 10n = 55 + 5n
5n = 15
n=3
Jadi jumlah penjualan akan sama setelah 3 tahun dari tahun 2001 yakni 2004.
57
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Contoh 2
Terdapat 10 kelereng pada sebuah tas: 5 merah dan 5 biru. Sule mengambil
sebuah kelerah dari tas secara acak. Kelereng yang terambil adalah merah.
Sule menaruh kembali kelereng yang terambil tadi ke dalam tas. Berapa
peluang terambil merah pada pengambilan acak berikutnya?
Jawab:
𝑁 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ 5 1
𝑃𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ = = =
𝑁 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 10 2
Pada desain pengembangan soal AKM yang dikeluarkan Pusat Asesmen dan
Pembelajaran, Kemdikbud (2020), dijelaskan bahwa Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) merupakan penilaian kemampuan minimum yang dilakukan kepada peserta
didik. Kemampuan minimum yang dimaksud adalah kemampuan paling dasar yang
harus dimiliki oleh peserta didik pada jenjang tertentu. Kemampuan dasar tersebut
meliputi literasi membaca dan numerasi. Kemampuan ini sesuai dengan kecakapan
abad ke-21 yang menuntut peserta didik untuk dapat mengikuti perkembangan
zaman yang penuh dengan tantangan. Dengan menguasai kecakapan abad ke-21,
peserta didik akan memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan
menggunakan dan memanfaatkan teknologi/media informasi, serta dapat bekerja
dan bertahan dengan menggunakan kecakapan hidup (life skill).
Berikut diuraikan beberapa penjelasan tentang AKM bidang numerasi yang termuat
pada Desain Pengembangan Soal AKM yang dikeluarkan Pusat Asesmen dan
Pembelajaran, Kemdikbud (2020).
a. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengembangan soal AKM meliputi Numerasi dan Literasi membaca
peserta didik di kelas 2, 4, 5, 6, 8, 10, dan 11. Pengembangan soal dibagi ke dalam 6
level, yaitu level 1 (kelas 1 – 2), level 2 (kelas 3 – 4), level 3 (kelas 5 – 6), level 4 (kelas
58
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
7 – 8), level 5 (kelas 9 – 10), dan level 6 (kelas 11 – 12). Setiap kompetensi yang diukur
dalam setiap level dituangkan ke dalam framework literasi dan numerasi. Framework
menggambarkan learning progression. Pada literasi numerasi terdapat domain dan
subdomain dengan disertai level kognitif yang perlu dikuasai peserta didik pada
setiap level.
b. Bentuk Soal
Bentuk soal AKM bervariasi, yaitu pilihan ganda (PG), pilihan ganda kompleks,
menjodohkan, isian, dan esai atau uraian.
1) Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal dengan beberapa pilihan jawaban. Peserta
didik diminta menjawab soal dengan memilih satu jawaban benar dari beberapa
pilihan jawaban yang disediakan. Jumlah pilihan jawaban untuk soal kelas 1 sampai
dengan kelas 3 sebanyak 3 pilihan (A, B, C), kelas 4 sampai dengan kelas 9 sebanyak
4 pilihan (A, B, C, D), dan kelas 10 sampai dengan kelas 12 sebanyak 5 pilihan (A, B, C,
D, E).
Soal pilihan ganda kompleks terdiri atas pokok soal dan beberapa pernyataan yang
harus dipilih peserta didik dengan memberi tanda centang (✓) pada kotak yang
disediakan di depan setiap pernyataan yang dianggap sesuai dengan permasalahan
pada pokok soal, pada kolom Ya/Tidak, pada kolom Benar/Salah, atau pilihan lain
yang sesuai.
59
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
3) Menjodohkan
Soal isian dan jawaban singkat adalah soal yang menuntut peserta tes untuk
memberikan jawaban secara singkat, berupa kata, frasa, angka, atau simbol.
Perbedaannya adalah soal isian disusun dalam bentuk kalimat berita, sementara itu
soal jawaban singkat disusun dalam bentuk pertanyaan.
Soal uraian adalah soal yang jawabannya menuntut peserta didik untuk mengingat
dan mengorganisasikan gagasan-gagasan dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis. Pada soal uraian
disediakan pedoman penskoran yang merupakan acuan dalam pemberian skor.
Jawaban peserta didik akan diskor berdasarkan kompleksitas jawaban.
Skor penuh atau skor tertinggi diberikan pada jawaban yang memenuhi semua
kriteria/kunci jawaban benar. Skor sebagian diberikan pada jawaban yang kurang
memenuhi kriteria/kunci jawaban benar. Jawaban salah diberi skor 0, sedangkan
tidak menjawab atau kosong diberi kode 9.
Pemberian skor baik soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan,
maupun isian singkat dilakukan secara objektif. Sementara itu, untuk soal uraian,
penskoran dilakukan oleh penskor dengan mengacu pada pedoman penskoran.
Pedoman penskoran dibuat oleh penulis soal ketika menulis soal. AKM
diadministrasikan menggunakan komputer. Distribusi soal AKM berdasarkan bentuk
soal disajikan dalam tabel berikut.
60
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Konteks yang luas sangat penting digunakan pada AKM Numerasi sehingga peserta
didik dapat mengenali peran matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan
strategi dan penggunaan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk
menjelaskan kejadian, menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan sangat
bergantung pada konteks di mana kejadian atau masalah tersebut timbul. Konteks
dalam AKM Numerasi mencakup konteks yang dekat dengan dunia peserta didik,
sosial, budaya, lingkungan, sains, maupun keilmuan matematika. Konteks-konteks
tersebut dikategorikan menjadi tiga, yaitu personal, sosial-budaya, dan saintifik.
Persentase distribusi soal berdasarkan konteks disajikan pada tabel berikut.
1) Personal
Konteks ini berfokus pada aktivitas seseorang, keluarganya, atau kelompoknya. Jenis-
jenis konteks yang dapat dianggap pribadi ini antara lain dapat meliputi hal-hal yang
berkaitan dengan persiapan makanan, belanja, permainan, kesehatan pribadi,
transportasi pribadi, olahraga, perjalanan, penjadwalan pribadi, dan keuangan
61
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
pribadi (Definisi Konteks Personal, 2018, PISA Framework). Konteks ini juga
mencakup hobi, cita-cita, dan juga cara seseorang dalam melakukan pekerjaan seperti
mengukur, menghitung biaya, memesan bahan untuk bangunan, penggajian,
akuntansi, kontrol kualitas, penjadwalan, dan pengambilan keputusan terkait
pekerjaan (Definisi Konteks Pekerjaan , 2018, PISA Framework). Dengan adanya
konteks ini diharapkan peserta didik dapat mengenali peran matematika dalam
kehidupan pribadi mereka. Misalnya menghitung persentase pendapatan pribadi
dalam setahun yang terbuang karena tidak menghabiskan makanan.
2) Sosial-Budaya
Masalah yang diklasifikasikan dalam konteks ini adalah masalah komunitas atau
masyarakat (baik itu lokal/daerah, nasional, maupun global). Konteks ini antara lain
dapat meliputi sistem pemungutan suara, transportasi publik, pemerintahan,
kebijakan publik, demografi, periklanan, statistik, dan ekonomi nasional. Meskipun
individu tidak terlibat secara pribadi dalam hal-hal yang telah disebutkan, namun
kategori konteks ini memfokuskan masalah pada perspektif/pandangan masyarakat
(Definisi Konteks Sosial, 2018, PISA Framework). Konteks ini juga meliputi masalah
sosial dan kebudayaan. Peserta didik diharapkan dapat mengenali peran matematika
dalam hidup sebagai anggota komunitas yang konstruktif. Misalnya menghitung
persentase makanan yang terbuang (wastefood) di seluruh dunia setiap harinya atau
menghitung persentase penduduk yang mengalami kelaparan.
3) Saintifik
62
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
1) Knowing
Soal dalam level kognitif ini menilai kemampuan pengetahuan peserta didik tentang
fakta, proses, konsep, dan prosedur. Kata kunci yang biasa digunakan pada level ini
antara lain mengingat, mengidentifikasi, mengklasifikasikan, menghitung,
mengambil/memperoleh, dan mengukur.
Knowing
Aspek Contoh
Mengingat Mengingat definisi, sifat bilangan, unit pengukuran, sifat
bentuk geometris, notasi bilangan
Mengidentifikasi Mengidentifikasi bilangan, ekpresi, kuantitas, dan bentuk.
Mengidentifikasi identitas yang secara matematis setara
(seperti: desimal, persentase, pecahan)
Mengklasifikasikan Mengklasifikasikan bilangan, ekspresi, jumlah, dan
bentuk-bentuk yang memiliki sifat yang serupa
Menghitung Melakukan prosedur algoritma: penambahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian serta
kombinasinya, melakukan prosedur aljabar yang efektif.
Mengambil/ Mengambil/memperoleh informasi dari bagan, tabel,
Memperoleh teks, atau sumber-sumber yang lain
Mengukur Menggunakan instrumen pengukuran dan memilih unit
yang tepat.
2) Applying
Soal pada level kognitif ini menilai kemampuan matematika dalam menerapkan
pengetahuan dan pemahaman tentang fakta-fakta, relasi, proses, konsep, prosedur,
dan metode pada konteks situasi nyata untuk menyelesaikan masalah atau menjawab
pertanyaan. Kata kunci yang biasa digunakan pada level ini antara lain
memilih/menentukan, menyatakan/membuat model, dan menerapkan/
melaksanakan.
63
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Tabel 10 memuat aspek kemampuan yang termasuk pada proses kognitif Applying.
Applying
Aspek Contoh
Memilih strategi Menentukan operasi, strategi, dan aturan yang sesuai dan
efisien untuk memecahkan masalah dunia nyata yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan berbagai metode
Menyatakan/membu- menyajikan data dalam tabel atau grafik, merumuskan
at model persamaan, pertidaksamaan, gambar geometris, atau
diagram yang memodelkan suatu masalah, membangun
sebuah representasi dari hubungan matematika yang
diberikan.
Menerapkan/melaksa Menerapkan/melaksanakan strategi dan operasi untuk
nakan memecahkan masalah dunia nyata yang berkaitan dengan
konsep dan prosedur matematika yang dikenal.
Menafsirkan Memberikan interpretasi atau tafsiran terhadap
penyelesaian masalah yang diperoleh.
3) Reasoning
Soal dalam level kognitif ini menilai kemampuan penalaran peserta didik dalam
menganalisis data dan informasi, membuat kesimpulan, dan memperluas
pemahaman mereka dalam situasi baru, meliputi situasi yang tidak diketahui
sebelumnya atau konteks yang lebih kompleks. Pertanyaan dapat mencakup lebih
dari satu pendekatan atau strategi. Kata kunci yang biasa digunakan pada level ini
antara lain menganalisis, memadukan (mensintesis), mengevaluasi, menyimpulkan,
dan membuat justifikasi.
Tabel 11 memuat aspek kemampuan yang termasuk pada proses kognitif reasoning.
Reasoning
Aspek Contoh
Menganalisis menentukan, menggambar, atau menggunakan hubungan
dalam bilangan, ekspresi, jumlah, dan bentuk
Memadukan Menghubungkan elemen, pengetahuan yang berbeda,
menghubungkan representasi untuk memecahkan masalah
Mengevaluasi Menilai strategi pemecahan masalah dan solusi alternatif
Menyimpulkan Membuat kesimpulan yang valid berdasarkan informasi dan
fakta-fakta
Membuat justifikasi Memberikan argumen matematis untuk mendukung klaim
64
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Domain konten pada numerasi dibagi menjadi 4, yaitu Bilangan, Geometri dan
Pengukuran, Aljabar, serta Data dan Ketidakpastian. Persentase distribusi soal
berdasarkan konten disajikan pada tabel berikut.
1) Bilangan
Domain bilangan terdapat pada kelas 2 hingga kelas 6. Domain ini terdiri atas
subdomain Representasi, Sifat Urutan, dan Operasi. Pada kelas dasar domain ini
menilai pemahaman peserta didik dalam representasi bilangan cacah dan pecahan.
Dalam hal itu termasuk memahami posisi bilangan cacah dan pecahan dalam garis
bilangan. Pada kelas dasar, dinilai pula pemahaman mengenai sifat urutan di
antaranya membandingkan pecahan dan bilangan cacah serta operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan cacah, termasuk menghitung
kuadrat dari suatu bilangan (maksimal tiga angka).
Pada kelas 6, materi akan ditingkatkan pada menilai pemahaman bilangan bulat
(khususnya bilangan negatif), juga bilangan desimal dan persen. Selain itu, posisi
bilangan desimal dua angka pada garis bilangan juga masuk dalam domain ini.
Pada level ini soal digunakan untuk menilai peserta didik dalam mengurutkan
beberapa bilangan yang dinyatakan dalam bentuk yang berbeda-beda serta
menghitung hasil operasi dari bilangan pecahaan atau desimal, termasuk menghitung
kuadrat/pangkat dua dan kubik/pangkat tiga dari suatu bilangan desimal dengan
satu angka di belakang koma.
Domain geometri dan pengukuran terdiri atas subdomain bangun geometri dan
pengukuran. Domain ini menyebar ke semua kelas dari kelas 2 hingga kelas 10, dan
menilai kompetensi peserta didik dari mulai mengenal bangun datar hingga
menggunakan volume dan luas permukaan dalam kehidupan sehari-hari. Juga
65
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
menilai pemahaman peserta didik tentang pengukuran panjang, berat, waktu, volume
dan debit, serta satuan luas menggunakan satuan baku.
3) Aljabar
Domain aljabar terdiri atas subdomain persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan
fungsi (termasuk pola bilangan), serta rasio dan proporsi. Untuk subdomain
persamaan dan pertidaksamaan, serta relasi dan fungsi dinilai dari kelas dasar hingga
kelas tinggi, sedangkan rasio dan proporsi hanya pada kelas menengah (kelas 6 dan
kelas 8).
Pemahaman yang dinilai pada peserta didik kelas dasar mengenai persamaan adalah
menyelesaikan persamaan sederhana yang disesuaikan dengan tingkat berpikir
peserta didik kelas dasar. Proses penilaian pemahaman meningkat seiring dengan
meningkatnya kelas sampai akhirnya pada kelas 10 akan dinilai pemahaman dan
penggunaan sistem persamaan dan pertidaksamaan kuadrat serta sistem persamaan
linear dua hingga tiga variabel.
Pada materi pola, peserta didik kelas dasar akan dinilai mengenai pengenalan pola
gambar dan objek, serta pola bilangan yang disesuaikan dengan kemampuan peserta
didik kelas dasar. Kemudian proses penilaian meningkat hingga mencakup
kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan masalah dengan konsep fungsi.
Subdomain rasio dan proporsi dinilai melalui pemahaman konsep dalam
permasalahan sehari-hari termasuk aritmetika sosial.
Banyak data yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk dari penyajian
data-data itu sangatlah beragam. Penyajian informasi untuk menginterpretasikan
data pun jumlahnya banyak. Dari mulai data mengenai teknologi, data perdagangan,
data banyaknya konsumen makanan, data penggunaan media sosial setiap hari,
bahkan daftar nilai dalam rapor pun merupakan data. Hal ini membuat pemahaman
cara memperoleh informasi dari sebuah data mutlak diperlukan. Selain itu,
pemahaman cara penyajian dan pengolahan data secara sederhana juga akan sangat
berguna. Dalam kehidupan sehari-hari, ketidakpastian juga dapat ditemui di mana
saja. Misalnya, ketidakpastian hari ini hujan atau tidak. Banyak bidang yang
menggunakan ilmu ketidakpastian, contohnya ramalan cuaca, model ekonomi,
prediksi ilmiah, dan lain-lain.
66
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Data dan ketidakpastian sangat diperlukan bagi peserta didik dalam kehidupan
sehari-harinya. Untuk peserta didik kelas dasar, pemahaman mendapat informasi dan
penyajian data sederhana diperlukan untuk mereka mendapatkan informasi dari
berbagai sumber. Pemahaman tentang penyajian data paling sederhana, yaitu
penggunaan turus dan diagram gambar pada kelas 4 akan meningkat menjadi
penyajian data dalam tabel, diagram batang, dan diagram lingkaran pada kelas 6.
Selain itu, pengenalan terhadap ketidakpastian suatu kejadian juga dianggap perlu.
Pada kelas yang lebih tinggi, diharapkan peserta didik dapat menggunakan ukuran
pemusatan (kelas 8) dan penyebaran (kelas 10), seperti rata-rata dan variansi suatu
data. Pada tingkat ini, pemahaman terhadap peluang secara formal diperlukan. AKM
Numerasi akan menilai domain data dan ketidakpastian ini, khususnya berfokus pada
pemahaman cara memperoleh informasi dan penyajian data dan pemahaman
mengenai ketidakpastian suatu kejadian.
Survei AKM akan diberikan pada peserta didik kelas 5, kelas 8, dan kelas 11. Cakupan
kompetensi minimum yang diharapkan untuk setiap domain pada setiap jenjang
kelas tercantum dalam tabel berikut.
67
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
68
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
69
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
1) Suatu restoran pizza menawarkan pizza dengan dua macam topping dasar, yaitu
keju dan tomat. Pelanggan juga dapat memesan pizza dengan tambahan ekstra
topping. Ada empat pilihan untuk ekstra topping, yaitu daging, jamur, salami, dan
zaitun.
Dina ingin memesan pizza dengan dua macam topping berbeda.
Berapa banyak pilihan kombinasi topping yang bisa dipesan Dina?
Soal di atas menanyakan banyak pilihan kombinasi topping yang dapat Dina pesan. Di
sini, peserta didik memposisikan diri sebagai Dina, seorang pribadi yang sedang
menyelesaikan masalah pribadinya (dalam hal ini memesan makanan) dengan
konsep matematika. Oleh karena itu, soal ini masuk dalam konteks personal.
70
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
reporter mengenai perilaku penyimpangan sosial yang terjadi (dalam hal ini
kriminalitas) dengan menggunakan konsep membaca data. Oleh karena itu, soal ini
masuk dalam konteks sosial-budaya.
3) Untuk diobati penyakitnya, seorang pasien di rumah sakit disuntik obat. Tubuh
pasien secara bertahap mengolah obat tersebut sehingga setelah 1 jam hanya
tersisa 60% obat yang masih aktif. Pola ini berlanjut terus, yaitu di akhir setiap satu
jam hanya ada 60% obat dari periode satu jam sebelumnya yang masih aktif.
Pasien tersebut diberi dosis 300 mg obat pada pukul 8 pagi.
Lengkapi tabel di bawah dengan menuliskan sisa obat yang masih aktif di akhir
setiap periode satu jam.
Konteks saintifik pada contoh tersebut adalah mengenai tingkat kepekatan obat. Pada
soal di atas, peserta didik menerapkan ilmu matematika berupa pola bilangan untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kepekatan obat. Konteks pada soal ini
melekat dalam prosedur penyelesaian soal dari awal hingga akhir. Dalam hal ini,
fokus peserta didik bukan hanya tentang pola bilangan, melainkan juga tentang
jumlah obat yang masih tetap aktif di tubuh seorang pasien. Oleh karena itu, soal ini
bisa dikategorikan sebagai soal dengan konteks ekstra-matematika.
Mencermati kerangka kerja tes PISA, TIMSS, dan AKM ditemukan bahwa terdapat
soal-soal pada tes PISA, TIMSS, dan AKM yang termasuk dalam kategori soal
berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi. Walaupun tes PISA, TIMSS, dan
AKM dilaksanakan tidak untuk menilai penguasaan kompetensi dalam pembelajaran
di kelas, tetapi model soal pada tes PISA, TIMSS, dan AKM tentu dapat dimanfaatkan
untuk mendukung penilaian pembelajaran matematika di kelas. Model-model soal
pada tes PISA, TIMSS, dan AKM yang beorietantasi pada keterampilan berpikir tingkat
tinggi, walaupun tidak semaunya, dapat dipertimbangkan guru dalam menyediakan
soal-soal yang berorientasi keterampilan tingkat tinggi dalam penilaian pembelajaran
matematika di kelas.
71
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Pertanyaannya, apakah model soal pada PISA tersebut ada yang dapat
dimanfaatkan dalam penilaian pembelajaran matematika di kelas. Jawabanya,
tentu bisa, dengan catatan tetap sesuai dengan kebutuhan penilaian kompetensi
yang menjadi target pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, tentu penggunaan
model soal pada PISA dalam penilaian pembelajaran matematika dikelas tetap
diawali dengan kebutuhan penilaian kompetensi, dan kemudian disusun atau
dipilih model soal PISA yang sesuai dengan kompetensi tersebut. Berikut contoh
soal untuk mengukur kompetensi pembelajaran di kelas dengan menggunakan
model soal pada PISA.
1) Contoh 1
Seorang guru matematika SMP kelas VI ingin membuat soal untuk mengukur
kompetensi “Menyajikan dan menafsirkan data dalam bentuk tabel, diagram
garis, diagram batang, dan diagram lingkaran”. Guru tersebut ingin membuat
soal kontekstual yang berkaitan dengan konteks ilmiah, yaitu terkait dengan
hasil pengamatan cuaca di Indonesia.
Berikut soal yang disusun guru.
Informasi suhu udara pada suatu lokasi diperoleh dari stasiun pengamatan
cuaca, menggunakan alat ukur seperti termometer. Hasil pengamatan oleh
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi (BMKG) menunjukkan bahwa
suhu udara di suatu lokasi tidak selalu sama sepanjang waktu.
72
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
1. Perhatikan data suhu dari tabel di atas, gunakan menu dropdown untuk
membantu Anda memjawab pertanyaan berikut:
Pernyataan Lokasi
Selama setahun rata-rata suhu tertinggi
dialami pada kota?
Selisih rata-rata suhu tertinggi terjadi
antara kota mana dan mana?
3. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel, berilah tanda √ pada “Benar” dan
“Salah” dari setiap pernyataan yang diberikan.
73
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Jawab:
Ya / Tidak
Penjelasan:
2) Contoh 2
Seorang guru matematika SMP kelas VII ingin membuat soal untuk
mengukur kompetensi “Menyelesaikan masalah berkaitan dengan
aritmetika sosial (penjualan, pembelian, potongan, keuntungan, kerugian,
bunga tunggal, persentase, bruto, neto, tara). Guru tersebut ingin membuat
soal kontekstual yang berkaitan dengan konteks masyarakat yang saat ini
sedang menjadi topik hangat pembicaraan di masyarakat, yaitu terkait
dengan penghapusan pajak penjualan atas barang mewah untuk kendaraan
oleh pemerintah mulai awal April 2021. Dalam menyelesaikan soal, siswa
diijinkan memanfaatkan kalkulator pajak (kalkulator dapat diakses pada
https://www.calculator.net/sales-tax-calculator.html). Berikut ini soal yang
disusun guru.
Soal 1
A. 7,22%
B. 7,90%
C. 9,29%
D. 17,19%
74
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Soal 2
Perhatikan ketentuan besar pajak PPnBM mobil dan kriteria mobil yang
mendapat pembebasan PPnBM.
Bila diketahui harga sebuah mobil pada bulan Februari 2021 adalah Rp280
juta. Pilihlah pernyataan yang benar tentang harga mobil tersebut pada bulan
Maret 2021 setelah diterapkan aturan pembebasan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM), dengan cara melingkari tanda “.” untuk pernyataan
yangdipilih. (bisa lebih dari satu)
• Mobil MPV dengan gardan tunggal 4x2 dan bermesin 1498 cc berubah
harganya menjadi Rp254,55 juta
• Mobil hatchback dengan gardan tunggal 4x2 dan bermesin 1800 cc
berubah harganya menjadi Rp233,33 juta
• Mobil SUV dengan gardan ganda 4x4 dan bermesin 1498 cc harganya
tetap Rp280 juta
• Mobil sedan dengan gardan tunggal 4x2 dan bermesin 1579 cc berubah
harganya menjadi Rp215,38 juta
75
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Soal 3
PMK Nomor 20/2021 tentang pemberian insentif PPnBM mobil. Untuk tahap
pertama yaitu bulan Maret-Mei 2021 dibebaskan dari pungutan PPnBM atau
0% dan diberikan untuk jenis mobil di bawah 1.500 cc dengan tipe mobil sedan,
hatchback, Multi Purpose Vehicle (MPV), atau Sporty Utility Vehicle (SUV)
dengan gardan tunggal 4x2 yang belum pernah dapat insentif pajak
sebelumnya seperti mobil LGCC.
V Rp330.750.000 Rp268.900.000
Y Rp304.250.000 Rp284.000.000
I Rp345.800.000 Rp345.800.000
Dari data harga mobil, PPnBM segmen mobil dan insentif pajak, gunakan
calculator pajak untuk menentukan besar pajak PPnBM dan kemudian
pasangkan model mobil dan jenis mobil di bawah ini berdasarkan hasil
calculator tersebut.
Soal 4
Yanto diminta ayahnya membantu menentukan mobil yang akan dibeli untuk
digunakan memulai usaha sewa mobil. Dana yang dimiliki ayahnya sekitar
76
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
77
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Berikut disajikan contoh soal untuk penilaian kelas yang berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi, yang model soalnya seperti soal pada tes
TIMSS.
Contoh 1
Seorang guru kelas IV bermaksud mengukur kompetensi “Menyelesaikan
masalah pembulatan hasil pengukuran panjang dan berat ke satuan terdekat”
dengan soal matematika yang berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Setelah mempertimbangkan beberapa hal, akhirnya guru tersebut memutuskan
menggunakan salah satu soal TIMSS tahun 2011, yang bersifat penalaran, karena
soal tersebut dirasa sesuai dengan kebutuhan penilaian yang akan dilakukan.
Berikut soal TIMSS yang digunakan guru tersebut.
Jo memiliki tiga blok logam yang memiliki berat sama. Ketika dia menimbang
satu blok melawan 8 gram anak timbangan, inilah yang terjadi.
Ketika dia menimbang tiga blok dengan 20 gram, inilah yang terjadi.
Manakah dari pilihan berikut ini yang dapat menjadi bobot satu blok logam?
A. 5 kg
B. 6 kg
C. 7 kg
D. 8 kg
(TIMSS, 2011, nomor butir M032424)
78
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Perhatikanlah soal TIMSS di atas. Soal tersebut merupakan soal yang menuntut
penalaran peserta didik untuk menyelesaikannya, sehingga termasuk soal yang
berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi. Konsep matematik pada ketiga
soal di atas tidak terlalu kompleks, yaitu hanya konsep berhitung sederhana saja,
tetapi menuntut peserta didik bernalar dalam memecahkan soal-soal tersebut.
Soal tersebut sesuai untuk kepentingan pengukuran pencapaian kompetensi
memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengukuran berat. Dengan
demikian guru dapat memanfaatkan soal tersebut, yang tidak lain adalah salah
satu soal TIMSS tahun 2011, untuk kegiatan penilaian kelas.
Contoh 2
Seorang guru matematika kelas VIII bermaksud melakukan penilaian untuk
kompetensi “Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola pada barisan
bilangan dan barisan konfigurasi objek. Guru tersebut bermaksud menggunakan
soal yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi model TIMSS.
Dengan beberapa pertimbangan, guru tersebut memutuskan akan memanfaatkan
salah satu soal yang diadaptasi dari contoh soal pada framework TIMSS 2019,
sebagai berikut.
Satu kursi tingginya 49 cm. Jika dua kursi ditumpuk makanya tingginya
menjadi 55 cm. Berapa tingginya jika kursi yang ditumpuk sebanyak 6 buah.
Jelaskan cara penyelesaianmu!
Soal di atas membutuhkan penalaran yang kuat dari siswa, menemukan apa
hubungan tinggi satu kursi yang diketahui, kemudian tinggi kursi jika ditambah
satu lagi, yang ternyata tidak sama dengan tinggi satu kursi dikalikan dua, dan
kemudian memanfaatkan informasi tersebut untuk menemukan tingginya jika
79
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
yang ditumpuk 6 kursi. Tidak sampai di situ saja, pada soal tersebut siswa juga
dituntut mampu menjelaskan cara penyelesaiannya.
Soal seperti ini tentu termasuk soal berorientasi pada keterampilan tingkat tinggi.
Dalam TIMSS, soal tersebut termasuk kategori soal untuk mengukur domain
reasoning. Dengan demikian, dari contoh ini dapat diketahui juga bahwa salah
satu sumber untuk mendapatkan soal-soal yang berorientasi pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi yang akan digunakan untuk melakukan penilaian di kelas
adalah model soal TIMSS, khususnya yang menyasar pada domian kognitif
reasoning.
Seperti halnya pada TIMSS, penilaian pada AKM juga menyasar 3 domain kognitif,
yaitu: knowing, applying, dan reasoning. Hal ini tentu seperti penjelasan pada soal
berorientasi keterampilan tingkat tinggi pada TIMSS di atas, soal-soal AKM yang
menyasar domain reasoning dapat dimasukkan dalam kategori soal yang
berorientasi tingkat tinggi. Model soal AKM yang menyasar domain kognitif
reasoning tentu juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penilaian di kelas,
sepanjang sesuai dengan kebutuhan penilaian yang dilakukan guru.
Berikut contoh soal model AKM yang termasuk kategori soal berorientasi
keterampilan tingkat tinggi.
Contoh
Seorang guru matematika SMP kelas VI ingin membuat soal dalam level
kognitif reasoning dengan konteks saintifik untuk mengukur kompetensi
“Menyajikan dan menafsirkan data dalam bentuk tabel, diagram garis, diagram
batang, dan diagram lingkaran”. Ketika membaca-baca penjelasan tentang soal-
soal AKM guru tersebut menemukan salah satu contoh soal AKM yang dirasa
cocok dengan kebutuhan soal yang akan digunakan untuk melakukan penilaian.
Guru tersebut kemudian memutuskan untuk menggunakan soal tersebut, dengan
dimodifikasi sedikit, sebagai salah satu butir soal yang digunakan dalam
penilaian. Soal tersebut adalah sebagai berikut.
80
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Waktu Dekomposisi
E. Aktivitas Pembelajaran
Lembar Kerja 2.1: Menyimpulkan tentang ciri-ciri soal matematika pada PISA,
TIMSS, dan AKM
Tujuan Kegiatan: Menyimpulkan tentang ciri-ciri dari soal matematika pada PISA
dan TIMSS
Petunjuk Kegiatan:
81
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Uraian Kegiatan:
Bacalah uraian materi pada bagian D KP-2 modul ini tentang Karakteristik Soal
Matematika pada PISA dan TIMSS dan jawablah pertanyaan berikut ini.
1. Apa yang dapat Anda simpulkan dari bacaan tersebut, terutama terkait
karakteristik dari soal matematika pada PISA, TIMSS, dan AKM? Tuliskan
simpulan Anda masing-masing minimal 3 (tiga) butir pernyataan. Gunakan
format berikut ini untuk menuliskan hasil diskusi kelompok Anda.
No Karakteristik Soal Matematika pada PISA dan TIMSS
PISA TIMSS AKM
1
2
3
2. Apa semua soal pada tes PISA, TIMSS, dan AKM merupakan soal HOTS?
Jelaskan pendapat Anda!
Tujuan Kegiatan:
Petunjuk Kegiatan:
82
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Uraian Kegiatan:
a. Apakah soal di atas memenuhi karakteristik soal tes PISA, TIMSS, atau AKM?
b. Apakah soal di atas termasuk kategori soal HOTS?
Jelaskan masing-masing jawaban Anda!
2. Carilah 3 contoh soal PISA atau TIMSS atau AKM yang termasuk kategori soal
HOTS. Jelaskan karakteristik setiap soal tersebut dengan menggunakan format
berikut?
3.
83
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
F. Rangkuman
84
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Untuk mereview pembelajaran pada kegiatan pembelajaran ini, pilihlah salah satu
kondisi berikut yang paling sesuai dengan keadaan Anda.
85
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
REVIEW PEMBELAJARAN
No Aspek Kondisi
Apabila dari ketiga aspek di atas terdapat satu atau lebih kondisi Anda sesuai dengan
kondisi II dan III, silakan Anda mempelajari kembali bahan kajian pada kegiatan
pembelajaran ini. Dengan mempelajari kembali bahan kajian tersebut diharapkan
kompetensi target pada kegiatan pembelajaran ini semua dapat dikuasi dengan baik.
Selain itu, semua materi dapat Anda pahami dengan baik, dan semua aktivitas
pembelajaran bisa Anda selesaikan. Apabila hal tersebut telah Anda penuhi,
selanjutnya Anda dapat mempelajari kegiatan berikutnya.
86
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001), kata instrumen dapat
diartikan sebagai: (1) alat yang digunakan dalam suatu kegiatan, atau (2) sarana
untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan. Jadi instrumen penilaian
pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penilaian pembelajaran matematika. Instrumen penilaian
keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan instrumen yang digunakan dalam
melakukan penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran.
B. Tujuan Pembelajaran
87
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
D. Uraian Materi
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan guru dalam mengembangkan suatu tes,
antara lain: menetapkan tujuan penilaian, memeriksa kompetensi dasar dan
indikatornya, menyusun kisi-kisi, menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah
penulisan soal, dan menyusun pedoman penskoran.
88
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam konteks tujuan penilaian adalah bagian
dari butir soal yang digunakan guru dalam mencapai tujuan penilaian tersebut.
d. Menyusun kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan spesifikasi yang memuat kriteria soal yang akan ditulis yang
meliputi antara lain KD yang akan diukur, materi, indikator soal, bentuk soal, dan
jumlah soal. Kisi-kisi disusun untuk memastikan butir-butir soal mewakili apa yang
seharusnya diukur secara proporsional.
Secara umum tidak terdapat perbedaan penulisan kisi-kisi soal keterampilan berpikir
tingkat tinggi dan soal bukan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hanya saja yang
perlu diperhatikan pada penulisan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi guru
harus benar-benar memahami mana KD yang akan diukur, merumuskan indikator
soal yang jelas. Indikator soal ini urgen diperhatikan guru mengingat indikator akan
digunakan sebagai dasar penyusunan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Apabila guru ingin lebih yakin lagi bahwa soal yang akan disusun memang soal
keterampilan berpikir tingkat tinggi, guru dapat menambahkan kolom pada kisi-kisi
yang berisi tentang informasi level berpikir yang mana yang diperlukan untuk
menyelesaikan soal tersebut, tetapi tentu ini tidak wajib dilakukan, tergantung
kebutuhan masing-masing guru karena sifat dari penambahan informasi ini adalah
untuk membantu pembuat soal agar benar-benar soal yang dikembangkan adalah
89
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Pada tahap ini disusun soal sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.
Secara umum memang dapat dikatakan bahwa penulisan butir soal keterampilan
berpikir tingkat tinggi mengikuti ketentuan-ketentuan penulisan butir soal pada
umumnya. Namun, beberapa hal perlu diperhatikan dalam penulisan butir soal
keterampilan berpikir tingkat tinggi mengingat kekhasan soal keterampilan berpikir
tingkat tinggi yang memiliki sasaran penilaian pada level berpikir yang lebih tinggi.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal keterampilan
berpikir tingkat tinggi:
1) Substansi soal
Selain konten soalnya, hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan soal
keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah menyangkut kaidah penulisan
soalnya. Kaidah penulisan butir soal keterampilan berpikir tingkat tinggi secara
umum sama dengan kaidah penulisan soal biasa. Sebagai contoh, berikut
90
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Aspek Materi
- Soal harus sesuai dengan indikator.
- Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
- Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling
benar.
Aspek Konstruksi
Aspek Bahasa
91
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Aspek Materi
Aspek Konstruksi
Aspek Bahasa
92
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Dalam penulisan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi, selain menulis butir
soalnya, perlu disusun juga pedoman penskorannya. Pedoman penskoran adalah
pedoman yang digunakan untuk menentukan skor hasil penyelesaian pekerjaan
peserta didik. Kesulitan yang dihadapi adalah menetapkan skor dengan tepat. Di
sinilah pentingnya pedoman penskoran. Dengan pedoman penskoran, guru lebih
mudah menentukan skor peserta didik.
Pedoman penskoran diperlukan baik untuk tes bentuk pilihan maupun uraian. Untuk
soal keterampilan berpikir tingkat tinggi berbentuk pilihan pedoman penyekorannya
sama dengan penyekoran soal pilihan ganda yang tidak keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Hal yang perlu diperhatikan lebih seksama adalah dalam penyusunan
pedoman penskoran untuk soal keterampilan berpikir tingkat tinggi yang berbentuk
uraian. Perlu diingat kembali bahwa ada dua pedoman penskoran soal uraian, yaitu
pedoman penskoran analitik dan pedoman penskoran holistik (Mardapi, 2008).
93
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Teknik ini cocok untuk penilaian tes uraian non objektif. Caranya adalah dengan
membaca jawaban secara keseluruhan tiap butir kemudian meletakkan dalam
kategori-kategori mulai dari yang baik sampai kurang baik, bisa tiga sampai lima.
Jadi tiap jawaban peserta didik dimasukkan dalam salah satu kategori, dan
selanjutnya tiap jawaban tiap kategori diberi skor sesuai dengan kualitas
jawabannya. Kualitas jawaban ditentukan oleh penilai secara terbuka, misalnya
harus ada data atau fakta, ada unsur analisis, dan ada kesimpulan.
Berdasarkan uraian di atas, untuk soal yang dibuat berbentuk uraian objektif, maka
pedoman analitik cocok digunakan. Penyusunan pedoman penskoran untuk soal
bentuk uraian objektif dapat mengikuti langkah-langkah pada buku panduan
penyusunan dari Puspendik (2016) berikut:
- Tuliskan semua kemungkinan jawaban benar atau kata kunci jawaban dengan
jelas untuk setiap nomor soal.
- Setiap kata kunci diberi skor 1 (satu).
Apabila suatu pertanyaan mempunyai beberapa subpertanyaan, rincilah kata
kunci dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci subjawaban.
Kata-kata kunci ini dibuatkan skornya (masing-masing 1).
- Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal.
Jumlah skor ini disebut skor maksimum dari satu soal.
Butir Soal:
Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, lebar 80 cm,
dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi volum bak mandi tersebut? (Mardapi,
2008).
94
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Pedoman penskoran
5 = 900 liter 1
Skor Maksimum 5
Apabila soal yang dibuat berbentuk uraian non objektif, maka pedoman
holistik lebih tepat digunakan. Penyusunan pedoman penskoran untuk soal
bentuk uraian nonobjektif dapat mengikuti langkah-langkah pada buku
panduan penyusunan dari Puspendik (2016) berikut:
- Tuliskan garis-garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk
dijadikan pedoman atau dasar dalam memberi skor. Kriteria jawaban
disusun sedemikian rupa sehingga pendapat/pandangan pribadi peserta
didik yang berbeda dapat diskor menurut mutu uraian jawabannya.
- Tetapkan rentang skor untuk tiap garis besar jawaban. Besarnya rentang
skor terendah 0 (nol), sedangkan rentang skor tertinggi ditentukan
berdasarkan keadaan jawaban yang dituntut oleh soal itu sendiri.
Semakin kompleks jawaban, rentang skor semakin besar. Untuk
memudahkan penskoran, setiap rentang skor diberi rincian berdasarkan
kualitas jawaban, misalnya untuk rentang skor 0 - 3: jawaban tidak baik
0, agak baik 1, baik 2, sangat baik 3. Kriteria kualitas jawaban (baik
tidaknya jawaban) ditetapkan oleh penulis soal.
- Jumlahkan skor tertinggi dari tiap-tiap rentang skor yang telah
ditetapkan. Jumlah skor dari beberapa kriteria ini disebut skor maksimum
dari satu soal.
95
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Butir soal
Suatu segienam beraturan dan segitiga samasisi memiliki keliling yang sama. Berapa
perbandingan luas segienam beraturan dan segitiga samasisi tersebut!
Pedoman penskoran
KRITERIA SKOR
Menemukan suatu cara menentukan perbandingan luas kedua bangun,
tetapi cara penyelesaian tersebut tidak benar 0,5
Agar dapat diperoleh hasil penskoran yang objektif, penentuan skor perlu dilakukan
dengan hati-hati melalui prosedur yang jelas dan terukur. Penentuan skor dapat
mengikuti prosedur penskoran dari Puspendik (2016) berikut:
- Pemberian skor jawaban uraian sebaiknya dilakukan per nomor soal yang sama
untuk semua jawaban peserta didik agar konsistensi penskor terjaga dan skor
yang dihasilkan adil untuk peserta didik.
- Untuk uraian objektif: periksalah jawaban peserta didik dengan mencocokkan
jawaban dengan pedoman penskoran. Setiap jawaban peserta didik yang sesuai
dengan kunci dinyatakan “Benar” dan diberi skor 1, sedangkan jawaban peserta
didik yang tidak sesuai dengan kunci dianggap “Salah” dan diberi skor 0. Tidak
dibenarkan memberi skor selain 0 dan 1. Apabila ada jawaban peserta didik yang
kurang sempurna, kurang memuaskan, atau kurang lengkap, pemeriksa harus
dapat menilai seberapa jauh hal itu terjadi. Dengan demikian dapat diputuskan
akan diberi skor 0 atau 1 untuk jawaban tersebut.
96
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Apabila dalam satu tes terdapat lebih dari satu nomor soal uraian, setiap nomor soal
uraian diberi bobot. Pemberian bobot dilakukan dengan membandingkan semua soal
yang ada dilihat dari kedalaman materi, kerumitan/kompleksitas jawaban, dan
tingkat kognitif yang diukur.
g. Menelaah tes
Telaah atau analisis soal dilakukan untuk mengetahui baik-tidaknya sebuah soal.
Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif atau validitas teoritis dilakukan sebelum soal
digunakan/diujicobakan, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan setelah soal
digunakan/diujicobakan. Hasil telaah digunakan sebagai masukan perbaikan
Telaah instrumen tes secara teoritis atau kualitatif dilakukan untuk melihat
kebenaran instrumen dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. Ini sekaligus menjadi
langkah untuk menentukan validitas tes. Untuk soal uraian, telaah dilakukan juga
terhadap kunci jawaban dan pedoman penskoran. Telaah instrumen secara teoritis
dapat dilakukan dengan cara meminta bantuan ahli/pakar, teman sejawat, maupun
dapat dilakukan telaah sendiri. Setelah melakukan telaah ini kemudian dapat
diketahui apakah secara teoritis instrumen layak atau tidak.
97
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Berikut contoh kartu untuk telaah soal keterampilan berpikir tingkat tinggi
98
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
B. Konstruksi
1. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan
menggunakan kata-kata tanya atau perintah
yang menuntut jawaban terurai, seperti:
99
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Berdasarkan temuan hasil telaah penyusun soal memperbaiki soal yang telah disusun
sebelumnya. Setelah soal direvisi, langkah berikutnya guru dapat melakukan ujicoba
soal untuk memperoleh gambaran kualitas soal berdasarkan data empirik.
Sebelum soal keterampilan berpikir tingkat tinggi yang disusun guru digunakan
untuk penilaian di kelas sebaiknya dilakukan terlebih dahulu uji coba tes. Langkah ini
diperlukan untuk memperoleh data empiris terhadap kualitas tes yang telah disusun.
Ujicoba ini untuk memperoleh data yang digunakan sebagai dasar analisis tentang
kualitas soal yang disusun. Jika perangkat tes yang disusun belum memenuhi kualitas
yang diharapkan, berdasarkan hasil ujicoba tersebut maka kemudian dilakukan revisi
instrumen tes.
100
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
digunakan adalah adanya kemungkinan soal yang disusun belum memenuhi kaidah-
kaidah penulisan soal yang baik. Dampak lebih lanjut tentu hasil penilaian yang
dilakukan tidak akurat. Hal ini tentu harus dihindari karena penilaian hasil belajar
peserta didik memang memerlukan instrumen penilaian yang baik. Tetapi memang
kendala teknis di lapangan tidak bisa dikesampingkan begitu saja dan perlu dicarikan
solusinya.
Untuk menyiasati kesulitan ujicoba, guru dapat melakukan ujicoba terpakai. Ujicoba
terpakai adalah kegiatan ujicoba yang dilaksanakan sekaligus pelaksanaan tes.
Maksudnya, tes langsung dilakukan tanpa dilakukan ujicoba terlebih dahulu, tetapi
hasil tes tersebut tidak langsung digunakan sebagai dasar penentuan nilai akhir
peserta didik, tetapi digunakan terlebih dahulu untuk menganalisis soal. Apabila dari
hasil analisis ternyata ada butir soal yang tidak layak, maka penentuan nilai akhir
peserta didik dilakukan tanpa menyertakan butir yang tidak layak tersebut.
Kelemahan ujicoba terpakai ini adalah apabila dari hasil analisis terdapat soal yang
tidak layak harus disingkirkan dari analisis, sedangkan soal lain yang masuk kategori
layak tidak ada yang dapat mewakili target penilaian butir yang tidak layak, maka
akan menyebabkan kurang optimalnya penilaian. Atau, apabila dari analisis ternyata
ada butir yang harus direvisi terlebih dahulu tidak bisa dilakukan karena tes sudah
dilaksanakan. Namun begitu, walaupun memuat beberapa kelemahan, ujicoba
terpakai tetap dapat menjadi alternatif tentu dengan kehati-hatian guru.
Dalam hal ujicoba memang tidak bisa dilakukan, untuk meminimalkan kesalahan soal,
penyusun soal sebaiknya memanfaatkan dengan sebaik-baiknya tahap telaah soal
secara kualitatif. Apabila dalam telaah soal memungkinkan dapat melibatkan para
ahli tentu sangat baik, akan tetapi apabila kesulitan menemukan ahli maka guru dapat
memanfaatkan teman sejawat yang dipandang memiliki kemampuan untuk
memberikan review dan masukan perbaikan terhadap soal yang telah disusun.
Telaah teman sejawat ini diharapkan dapat meminimalkan error penulisan soal,
sehingga soal yang disusun telah memenuhi kriteria kualitatif soal yang baik. Setelah
masukan hasil telaah diperoleh, penyusun soal dapat melakukan revisi soal sesuai
masukan yang diberikan. Setelahnya soal mungkin bisa langsung dirangkai menjadi
set soal yang siap digunakan sebagai instrumen penilaian di kelas.
Setelah soal digunakan, dan diperoleh hasil penyelesaian soal oleh peserta didik,
maka selain guru menentukan skor capaian peserta didik, guru dapat memanfaatkan
101
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
perolehan jawaban peserta didik tersebut sebagai bahan telaah empirik terhadap
soal. Jawaban dari peserta didik digunakan sebagai data untuk melakukan telaah soal
berbasis empirik. Hasil analisis digunakan sebagai dasar penyempurnaan soal yang
telah dibuat. Yang selanjutnya secara siklik soal bisa digunakan lagi tahun depan,
diperbaiki lagi, digunakan lagi, dan seterusnya. Tentu tidak bisa setiap tahun guru
menggunakan soal yang sama, perlu dipadu dengan soal-soal baru, sehingga pada
akhirnya nanti guru dapat memiliki bank soal.
Analisis butir tes ini dilakukan pascaujicoba. Data hasil ujicoba digunakan untuk
menentukan tingkat kesukaran, daya beda, dan keberfungsian distraktor (pilihan
ganda). Hasil analisis ini kemudian digunakan sebagai bahan memperbaiki soal yang
disusun. Apabila guru tidak mengujicobakan soal yang dibuat tetapi langsung
digunakan, analisis butir ini bisa dilakukan terhadap hasil penyelesaian peserta didik.
Tentu jika demikian, hasil revisi berdasarkan data hasil penyelesaian peserta didik
tidak bisa digunakan saat itu juga, tetapi mungkin tahun depan atau tahun setelahnya
ketika guru melakukan penilaian tentang materi / kompetensi serupa.
Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah setiap
butir soal ditelaah dari segi: tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir, dan
penyebaran pilihan jawaban (untuk soal bentuk obyektif).
Tingkat kesukaran butir merujuk pada proporsi peserta tes menjawab benar
dibanding dengan jumlah benar keseluruhan (Crocker & Aigina: 2008: 90).
Dengan demikian, indeks kesukaran butir dihitung dengan membagi banyak
peserta ujian yang menjawab item dengan benar dengan jumlah total peserta
ujian yang menjawab. Tingkat kesukaran butir dapat dibedakan dalam kategori,
yaitu: sukar, sedang dan mudah, seperti tersaji pada tabel berikut.
102
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
2) Daya pembeda
Daya pembeda butir merujuk pada kemampuan butir membedakan peserta tes
yang memiliki kemampuan tinggi dan kemampuan rendah (Champlain, 2010:
111). Penentuan data pembeda butir salah satunya dapat dilakukan dengan
membagi peserta tes dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas dan kelompok
bawah. Ada beberapa variasi pengelompokan, antara lain: 50% kelompok atas
dan 50% kelompok bawah, 30% kelompok atas dan 30% k3lompok bawah, atau
27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah (Crocker & Aigina: 2008: 314).
Setelah kelompok atas dan bawah telah diidentifikasi, indeks diskriminasi (D)
dihitung sebagai D = pu – pi, di mana pu adalah proporsi kelompok atas yang
103
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
menjawab benar dan pi adalah proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
(Bichi, 2016: 29).
peserta tes menjawab benar, 𝜇𝑥) rata–rata skor seluruh kelompok, 𝜎𝑥 standar
deviasi mereka, p kesulitan item, dan q adalah (1 – p). Nilai 𝜌𝑝𝑏𝑖𝑠 menunjukkan
indeks daya pembeda butir.
Nilai daya pembeda butir (D) berkisar antara –1 sampai 1. Nilai positif D
menunjukkan bahwa item tersebut mendukung kelompok atas; nilai negatif
menunjukkan bahwa item tersebut adalah diskriminator terbalik, lebih
menyukai kelompok yang memiliki skor lebih rendah (Crocker & Aigina: 2008:
314). Penafsiran daya pembeda butir dapat dilakukan berdasarkan pendapat
dari Bichi (2016: 29) yang tersaji pada tabel berikut.
104
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Dengan:
DB : Daya pembeda soal
BA : Jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB : Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
N : Jumlah peserta tes
3) Keberfungsian pengecoh
105
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
j. Memperbaiki tes
k. Merakit tes
Setelah tersusun butir soal yang bagus, kemudian butir soal tersebut disusun
kembali untuk menjadi perangkat instrumen tes, sehingga instrumen tes siap
digunakan. Perangkat tes yang telah digunakan dapat dimasukkan ke dalam bank
soal sehingga suatu saat nanti bisa digunakan lagi. Apabila soal sebelumnya tidak
diujicoba tetapi langsung digunakan, maka soal hasil perbaikan dapat
dimasukkan ke dalam bank soal yang suatu saat nanti bisa digunakan.
l. Melaksanakan tes
Setelah perangkat tes siap, selanjutnya perangkat tes tersebut siap digunakan
untuk penilaian di kelas. Tentu ini bukan akhir dari perjalanan butir soal
tersebut. Apabila dalam pelaksanaan ditemukan data-data yang memerlukan
perbaikan dari soal tersebut tentu perbaikan tetap dapat dilakukan. Bahkan data
hasil penggunaan perangkat soal tersebut di kelas dapat digunakan sebagai
bahan masukan untuk perbaikan butir soal tersebut selanjutnya.
Setelah tes dilakukan, pada akhirnya tugas guru adalah menafsirkan hasil tes
tersebut. Dalam konteks penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi,
berdasarkan hasil penyelesaian peserta didik, guru perlu mencermati seberapa
tingkat ketercapaian pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi
peserta didik. Hasil penafsiran selanjutnya digunakan guru sebagai bahan
laporan tentang ketercapaian hasil belajar peserta didik. Hasil penilaian juga
dapat digunakan sebagai bahan refleksi keberhasilannya dalam mengajar,
termasuk keberhasilan guru dalam mengembangan keterampilan berpikir
tingkat tinggi.
106
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Andaikan akan dibuat suatu butir soal pilihan ganda untuk tes formatif peserta
didik kelas XI SMA pada KD 4.8. “Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
turunan fungsi aljabar”.
1) Penentuan KD
Kompetensi yang akan diukur melalui butir soal yang akan dibuat adalah KD
pada kelas VII semester genap, yaitu KD 4.8. “Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan turunan fungsi aljabar”.
2) Kisi-kisi
Nama sekolah : SMA N Matika
Mata pelajaran : Matematika
Kelas : XI (delapan)
Kompetensi Materi Indikator soal Bentuk No.
Dasar Soal Soal
4.8. Turunan Disajikan suatu langkah Pilihan 3
“Menyelesaik Fungsi penentuan ukuran silinder tanpa ganda
an masalah tutup dengan volume tertentu
yang agar bahan yang diperlukan
berkaitan untuk membuatnya minimal,
dengan siswa dapat menentukan
turunan perbandingan panjang diameter
fungsi dan tinggi silinder yang
aljabar” meminimalkan bahan
3) Menulis tes
Sesuai kisi-kisi di atas, dibuat butir soal sebagai berikut:
Anton akan membuat silinder tanpa tutup dengan volume 8.000π cm3 dari
selembar aluminimun yang dibelinya dari toko aluminium dekat rumahnya.
Anton kebingungan menentukan ukuran silinder agar meminimalkan biaya
membeli aluminium. Untuk meminimalkan biaya bahan, Anton bermaksud
meminimalkan aluminium yang digunakan denan cara menentukan ukuran
terbaik silinder yang dapat meminimalkan penggunaan bahan.
Perbandingan panjang diameter alas dan tinggi silinder yang
meminimalkan banyaknya aluminium yang digunakan adalah ….
107
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Jawaban:
108
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
4) Menelaah soal
Setelah soal dibuat, langkah selanjutnya telaah soal. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, telaah soal dilakukan untuk memperoleh analisis kualitatif, baik
tentang materi, konstruksi, maupun bahasa, berdasarkan kaidah-kaidah
penulisan soal yang baik. Telaah ini sekaligus untuk mendapatkan penilaian
validitas soal tersebut. Berikut contoh hasil telaah butir soal.
Nomor butir*
No Kriteria
1 2 3 4 5
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator √
2. Hanya ada satu kunci jawaban yang tepat √
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran √
4. Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah √
dan tingkat sekolah
5. Soal keterampilan berpikir tingkat tinggi, √
memenuhi satu atau lebih kriteria berikut.
- Tidak rutin, non algoritmatik
- Transfer satu konsep ke konsep lainnya
- Mencari kaitan dari berbagai informasi
atau konsep yang berbeda- beda
- Menggunakan beragam informasi atau
konsep untuk menyelesaikan masalah
- Menelaah ide dan informasi secara kritis
B. Konstruksi
1. Pilihan jawaban harus homogen dan logis √
2. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, X
dan tegas
3. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban √
harus merupakan pernyataan-pernyataan
yang diperlukan
4. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci √
jawaban
5. Pokok soal tidak merupakan pernyataan √
negatif ganda
6. Bila menggunakan kata negatif, kata “negatif” √
harus diberi garis bawah atau dicetak miring
7. Alternatif jawaban tidak memuat “semua √
jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di
atas benar”
8. Gambar, grafik, tabel, diagram harus benar- √
benar berfungsi
9. Butir soal tidak bergantung butir soal √
sebelumnya
10. Panjang rumusan relatif sama √
11. √
109
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
5) Mengujicoba soal
Setelah soal tersusun, langkah selanjutnya adalah melakukan ujicoba.
Misalkan dari ujicoba diperoleh data sebagai berikut.
110
Peserta Butir Jum-
didik lah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
V 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 21
O 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 20
Z 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 20
I 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 19
AA 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 19
L 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 18
K 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 18
E 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 17
H 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 17
II 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 17
HH 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 17
W 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 17
B 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 16
Y 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 16
Modul Penilaian
C 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 15
111
BB 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 15
T 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 15
112
A 4
B 5
C 20
D 4
E 3
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
b. Daya pembeda
Pada butir no 3, kelompok atas benar 12 butir, dan kelompok bahwa
benar 8 butir. Dengan demikian daya pembeda butir no 3 adalah: 0,22.
Berdasarkan kriteria dapat disimpulkan bahwa daya pembeda butir soal
no 3 termasuk kategori “soal perlu diperbaiki”. Untuk perbaikan,
penyusun soal harus kembali mencermati kembali butir soal tersebut dan
mengidentifikasi apa yang masih perlu diperbaiki. Data hasil ujicoba
menunjukkan bahwa daya pembeda soal tersebut masih kurang baik, di
mana selisih penjawab benar kelompok atas dan kelompok bawah relatif
masih kecil. Bahkan dari data diketahui bahwa peserta didik dengan skor
tertinggi secara keseluruhan menjawab butir no 3 salah, sedangkan
peserta didik dengan jawaban benar total terendah justru menjawab
benar.
c. Keberfungsian pengecoh
Dari data ujicoba diketahui bahwa pada butir no 3, jawaban benar, yaitu
memilih sesuai kunci (C) sebanyak 20 orang, jawaban A dipilih 4 orang,
jawaban B dipilih 5 orang, jawaban D dipilih 4 orang, dan jawaban E
dipilih 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pengecoh berfungsi
dengan baik.
7) Memperbaiki tes
Butir soal no 3 dilihat dari daya pembeda perlu diperbaiki. Belum optimalnya
daya pembeda salah satunya dapat dipengaruhi oleh kejelasan rumusan soal,
di mana soal bisa menimbulkan kesulitan untuk dipahami, atau menimbulkan
kesalahan pemahaman.
113
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Salah satu revisi yang mungkin dapat menghindarkan salah tafsir adalah
dengan merubah redaksi soal menjadi seperti di bawah ini.
3. Anton akan membuat silinder tanpa tutup dengan volume 8.000π cm3 dari
selembar aluminimun. Untuk meminimalkan biaya bahan, Anton bermaksud
meminimalkan aluminium yang digunakan dengan cara menentukan
ukuran terbaik silinder yang dapat meminimalkan penggunaan bahan.
Perbandingan panjang diameter alas dan tinggi silinder yang
meminimalkan banyaknya aluminium yang digunakan adalah ….
Rumusan soal seperti di atas lebih jelas dipahami karena tidak terjadi konflik
antarkalimat penyusun soal dengan alternatif-alternatif jawaban yang
tersedia.
Setelah seluruh butir soal direvisi berdasarkan hasil ujicoba, langkah berikutnya
adalah merakit butir-butir soal menjadi satu set soal jadi. Soal inilah yang
kemudian siap digunakan dalam penilaian di kelas. Setelah penilaian, tentu
langkah berikutnya adalah menafsirkan hasil tes untuk memperoleh data tentang
hasil pengukuran yang dilakukan.
114
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
b. Tes uraian
Andaikan akan dibuat suatu item tes uraian yang akan digunakan untuk tes
formatif peserta didik kelas VIII pada KD 4.5 “Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel”.
KUNCI: ada 11 kemungkinan pasangan, yaitu: (4,5), (4,10), (5,9), (6,8), (7, 13),
(7, 7), (7,12), (8,11), (9,10), (11,13), dan (12,12)
115
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
No a+b a b
1. 9 4 5
2. 14 4 10
3. 14 5 9
4. 14 6 8
5. 14 7 7
6. 19 6 13
7. 19 7 12
8. 19 8 11
9. 19 9 10
10. 24 11 13
11. 24 12 12
Jadi pasangan (a,b) yang mungkin adalah: (4,5), (4,10), (5,9), (6,8), (7, 13), (7,
7), (7,12), (8,11), (9,10), (11,13), dan (12,12)
Pedoman Penskoran
Kriteria Skor
Menemukan suatu cara untuk menentukan kemungkinan 0.5
pasangan nilai a dan b tetapi cara tersebut tidak benar
Menemukan suatu cara untuk menentukan kemungkinan 1
pasangan nilai a dan b dan cara tersebut benar tapi kurang jelas,
namun dari 11 kemungkinan hanya berhasil menemukan 1
hingga 4 kemungkinan
116
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
4) Menelaah tes
Nomor butir*
No Kriteria
1 2 3 4 5 6
A. Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator. √
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan √
(ruang lingkup) harus jelas.
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. √
4. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan √
jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelas
5. Soal keterampilan berpikir tingkat tinggi, √
memenuhi salah satu atau lebih kriteria berikut.
- Tidak rutin, non algoritmatik
117
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
118
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Revisi soal:
Kriteria Skor
Tidak berhasil menemukan pasangan (a,b) 0
Menemukan 1 – 4 pasangan (a,b) tetapi cara penyelesaiannya 1
tidak diuraikan dengan jelas
Menemukan 1 – 4 pasangan (a,b) dan cara penyelesaiannya 1.5
diuraikan dengan jelas
Menemukan 5 – 8 pasangan (a,b) tetapi cara penyelesaiannya 2
tidak diuraikan dengan jelas
Menemukan 5 – 8 pasangan (a,b) dan cara penyelesaiannya 2.5
diuraikan dengan jelas
Menemukan 9 – 11 pasangan (a,b) tetapi cara penyelesaiannya 3.5
tidak diuraikan dengan jelas
Menemukan 9 – 11 pasangan (a,b) dan cara penyelesaiannya 4.0
diuraikan dengan jelas
Peserta Jumlah
Butir 1 Butir 2 Butir 3 Butir 4 Butir 5 Butir 6 Nilai
didik Skor
S 3.5 4.0 4.0 4.0 3.5 3.5 22.5 9.4
X 3.5 4.0 4.0 4.0 3.5 3.5 22.5 9.4
FF 3.5 4.0 4.0 4.0 3.5 3.5 22.5 9.4
J 4.0 4.0 3.5 3.5 3.5 3.5 22.0 9.2
M 4.0 3.5 3.5 4.0 3.5 3.5 22.0 9.2
U 4.0 4.0 3.5 3.5 3.5 3.5 22.0 9.2
CC 4.0 2.5 4.0 4.0 3.5 3.5 21.5 9.0
HH 3.5 3.5 4.0 4.0 2.5 3.5 21.0 8.8
KK 3.5 3.5 4.0 4.0 3.5 2.5 21.0 8.8
G 4.0 3.5 4.0 4.0 2.5 2.5 20.5 8.5
Z 3.5 3.5 3.5 4.0 3.5 2.5 20.5 8.5
Q 3.5 4.0 4.0 3.5 2.5 2.5 20.0 8.3
B 3.5 4.0 3.5 2.5 3.5 2.5 19.5 8.1
D 3.5 3.5 4.0 3.5 2.5 2.5 19.5 8.1
N 3.5 4.0 3.5 2.5 3.5 2.0 19.0 7.9
K 3.5 3.5 2.5 3.5 2.5 3.5 19.0 7.9
W 2.5 3.5 3.5 2.5 3.5 3.5 19.0 7.9
119
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Peserta Jumlah
Butir 1 Butir 2 Butir 3 Butir 4 Butir 5 Butir 6 Nilai
didik Skor
JJ 3.5 4.0 4.0 2.5 2.5 2.0 18.5 7.7
O 3.5 3.5 2.5 3.5 3.5 2.0 18.5 7.7
R 2.5 2.5 3.5 3.5 2.5 3.5 18.0 7.5
F 3.5 2.5 3.5 3.5 1.0 2.5 16.5 6.9
AA 3.5 2.5 2.5 3.5 1.5 2.5 16.0 6.7
BB 2.5 2.5 3.5 3.5 1.5 2.5 16.0 6.7
EE 2.5 2.5 3.5 3.5 2.0 2.0 16.0 6.7
L 2.5 2.5 3.5 3.5 1.5 2.0 15.5 6.5
I 3.5 3.5 4.0 2.5 1.0 0.2 14.7 6.1
P 2.5 3.5 3.5 4.0 1.0 2.5 17.0 7.1
DD 3.5 2.5 2.5 3.5 1.0 1.5 14.5 6.0
T 2.5 3.5 2.5 2.5 1.5 1.5 14.0 5.8
E 1.5 2.0 2.5 3.5 2.0 2.5 14.0 5.8
GG 2.5 2.0 2.0 2.0 1.5 1.5 11.5 4.8
C 2.0 2.5 2.5 2.0 1.5 1.0 11.5 4.8
V 2.5 1.5 1.5 2.0 1.0 1.0 9.5 4.0
II 2.5 1.5 2.0 2.0 1.0 1.0 10.0 4.2
H 1.5 2.5 2.0 1.5 1.0 1.5 10.0 4.2
A 1.0 1.5 1.0 2.0 1.0 1.5 8.0 3.3
Jumlah
Skor 110.5 111.5 115.5 115.5 84.0 86.7
Skor
Maks 144 144 144 144 144 144
Mean 3.1 3.1 3.2 3.2 2.3 2.4
3.2−1.5
= 4
1.75
= 4
= 0.44
120
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
7) Memperbaiki tes
Berdasarkan hasil ujicoba dapat diketahui bahwa butir soal yang disusun
memiliki kualitas yang baik, sehingga butir soal tersebut siap dirakit dengan
soal yang lain.
Setelah seluruh butir soal direvisi berdasarkan hasil ujicoba, langkah berikutnya
adalah merakit butir-butir soal menjadi satu set soal jadi. Soal inilah yang
kemudian siap digunakan dalam penilaian di kelas. Setelah penilaian, tentu
langkah berikutnya adalah menafsirkan hasil tes untuk memperoleh data tentang
hasil pengukuran yang dilakukan.
b. Tugas Proyek
Andaikan akan dibuat tugas proyek yang akan digunakan untuk menilai
penguasaan KD 4.10 “Menyajikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan distribusi data, nilai rata-rata, median, modus, dan sebaran data untuk
mengambil kesimpulan, membuat keputusan, dan membuat prediksi”.
121
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
TUGAS PROYEK
1. Coba kamu buat survei jenis-jenis menu apa saja yang dijual di kantin
2. Tentukan apa menu terbanyak yang paling diskai peserta didik, rata-rata
jumlah peserta didik yang beli di kantin tiap hari, rata-rata omset
penjualan harian, dan keuntungan tiap minggu!
3. Sajikan masing-masing temuan data pada no 2. dalam bentuk tabel dan
grafik.
4. Tentukan hari paling banyak dan paling sepi pembeli di kantin, serta
jelaskan apa yang menjadi penyebabnya
5. Tentukan berapa rata-rata keuntngan tiap minggu dari kantin tersebut.
Waktu penyelesaian 3 minggu terhitung saat tugas diberikan. Tuliskan hasil
temuan kamu secara lengkap dan rapi dan ceritakan kepada teman-temanmu
di kelas
Pedoman penskoran
Kriteria Skor
Kelengkapan data
Dapat mengumpulkan data satu atau dua dari 4 tugas yang 0.5
diberikan (menu terbanyak yang paling disukai peserta didik,
rata-rata jumlah peserta didik yang beli di kantin tiap hari, rata-
rata omset penjualan harian, dan keuntungan tiap minggu)
Dapat mengumpulkan data tiga dari 4 tugas yang diberikan 1.0
(menu terbanyak yang paling disukai peserta didik, rata-rata
122
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
jumlah peserta didik yang beli di kantin tiap hari, rata-rata omset
penjualan harian, dan keuntungan tiap minggu)
Dapat mengumpulkan semua data tugas yang diberikan (menu 1.5
terbanyak yang paling disukai peserta didik, rata-rata jumlah
peserta didik yang beli di kantin tiap hari, rata-rata omset
penjualan harian, dan keuntungan tiap minggu)
Penyajian data dalam tabel
Dibuat 1 atau 2 penyajian data dalam bentuk tabel dari 4 data 0.5
yang ditugaskan
Dibuat 3 penyajian data dalam bentuk tabel dari 4 data yang 1.0
ditugaskan
Dibuat4 data penyajian data dalam bentuk tabel dari 4 data yang 1.5
ditugaskan
Penyajian data dalam grafik
Dibuat 1 atau 2 penyajian data dalam bentuk grafik dari 4 data 0.5
yang ditugaskan
Dibuat 3 penyajian data dalam bentuk grafik dari 4 data yang 1.0
ditugaskan
Dibuat4 data penyajian data dalam bentuk grafik dari 4 data yang 1.5
ditugaskan
Dapat menentukan salah satu dari hari penjulan paling banyak 0.5
atau paling sedikit, tetapi tidak disertai penjelasan
Dapat menentukan salah satu dari hari penjulan paling banyak 1.0
atau paling sedikit, disertai penjelasan
Dapat menentukan hari penjulan paling banyak dan paling 1.5
sedikit, tetapi tidak disertai penjelasan
Dapat menentukan hari penjulan paling banyak dan paling 2.0
sedikit, disertai penjelasan
Penentuan keuntungan
Laporan ditulis lengkap tapi kurang rapi, atau ditulis rapi tetapi 1.0
kurang lengkap
Laporan ditulis lengkap dan rapi 1.5
Penyajian di kelas
123
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Andaikan tugas proyek tersebut telah ditelaah oleh teman sejawat (guru), dan
diperoleh temuan berikut.
No Kriteria Keterpenuhan
A. Materi
1. Rumusan tugas proyek sesuai dengan indikator. √
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas. √
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. √
4. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, √
jenis sekolah, atau tingkat kelas
5. Tugas memenuhi satu atau lebih kriteria berikut. √
- Tidak rutin, non algoritmatik
- Transfer satu konsep ke konsep lainnya
Mencari kaitan dari berbagai informasi atau konsep
yang berbeda- beda
- Menggunakan beragam informasi atau konsep untuk
menyelesaikan masalah
- Menelaah ide dan informasi secara kritis
B. Konstruksi
1. Rumusan kalimat tugas proyek menggunakan kata-kata √
penugasan yang menuntut peserta didik melakukan
sesuatu
2. Petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan tugas. √
3. Pedoman penyekoran tersedia, jelas, sesuai untuk tugas √
yang disusun
C. Bahasa/Budaya
1. Rumusan tugas proyek menggunakan bahasa yang baik X
dan benar, kalimat dan kata-kata sederhana dan
komunikatif.
2. Rumusan tugas proyek tidak mengandung kata-kata yang √
dapat menyinggung perasaan peserta didik atau kelompok
tertentu.
3. Rumusan tugas proyek tidak menggunakan kata- √
kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau
salah pengertian.
4. Tugas proyek menggunakan Bahasa Indonesia yang baik √
dan benar.
5. Rumusan tugas proyek sudah mempertimbangkan segi √
bahasa dan budaya.
6. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat √
124
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Dari hasil telaah diperoleh informasi secara umum proyek telah dirumuskan
dengan baik tetapi terdapat beberapa salah penulisan, yaitu:
- “jenisjenis”, kurang tanda hubung, seharusnya “jenis-jenis”
- “diskai”, kurang huruf u, seharunys “disukai”
- “keuntngan”, kurang huruf u, seharunys “keuntungan”
Berdasarkan temuan tersebut dilakukan revisi tugas proyek. Berikut hasil
revisi tugas proyek.
TUGAS PROYEK
1. Coba kamu buat survei jenis-jenis menu apa saja yang dijual di kantin.
2. Tentukan apa menu terbanyak yang paling disukai peserta didik, rata-
rata jumlah peserta didik yang beli di kantin tiap hari, rata-rata omset
penjualan harian, dan keuntungan tiap minggu.
3. Sajikan masing-masing temuan data pada no 2. dalam bentuk tabel dan
grafik.
4. Tentukan hari paling banyak dan paling sepi pembeli di kantin, serta
jelaskan apa yang menjadi penyebabnya.
5. Tentukan berapa rata-rata keuntungan tiap minggu dari kantin
tersebut.
E. Aktivitas Pembelajaran
125
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Soal uraian
Tugas proyek
2. Mintakan telaah atas soal keterampilan berpikir tingkat tinggi dan tugas
proyek yang Anda buat ke salah satu teman sejawat Anda.
3. Lakukan revisi soal dan tugas proyek yang Anda buat berdasarkan hasil telaah
126
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
1. Buatlah 2 soal keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk mengukur satu atau
2 KD di kelas yang Bapak/Ibu ampu, dengan ketentuan sebagai berikut.
- Setiap soal merupakan soal kontekstual, dengan konteks memilih 2
diantara 4 konteks: personal, pekerjaan, masyarakat, atau ilmiah.
- Domain kognitif menalar (reasoning)
- Setiap soal dapat dibuat dalam lebih dari 1 beberapa pertanyaan.
- Bentuk soal berbeda, dipilih dari 5 bentuk soal: pilihan ganda, pilihan
ganda kompleks, menjodohkan, isian atau jawaban singkat, atau esai atau
uraian.
- Sertakan kunci jawaban atau altenatif penyelsaian dari soal yang Anda
buat.
2. Carilah teman sejawat Anda, kemudian mintalah untuk mereview soal yang
Anda susun menggunakan kriteria review seperti terurai pada modul
kegiatan pembelajaran 3.
127
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
F. Rangkuman
1. Refleksi
a. Pengalaman berarti apa yang Anda dapatkan dari kegiatan pembelajaran ini
untuk mendukung keberhasilan Anda dalam memahami penilaian
keterampilan berpikir tingkat tinggi?
b. Pengalaman berarti apa yang Anda dapatkan dari kegiatan pembelajaran ini
untuk mendukung keberhasilan Anda dalam meningkatkan keterampilan
Anda melakukan penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi?
2. Umpan Balik
Perhatikan kembali pemahaman Anda terkait bahan kajian dan kompetensi target
pada kegiatan pembelajaran ini. Keberhasilan Anda dalam mempelajari kegiatan
pembelajaran ini penting untuk pijakan Anda dalam mempelajari kegiatan
berikutnya.
128
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Untuk mereview pembelajaran pada kegiatan pembelajaran ini, pilihlah salah satu
kondisi berikut yang paling sesuai dengan keadaan Anda.
REVIEW PEMBELAJARAN
No Aspek Kondisi
Apabila dari ketiga aspek di atas terdapat satu atau lebih kondisi Anda sesuai
dengan kondisi II dan III, silakan Anda mempelajari kembali bahan kajian
pada kegiatan pembelajaran ini. Dengan mempelajari kembali bahan kajian
tersebut diharapkan kompetensi target pada kegiatan pembelajaran ini
semua dapat dikuasi dengan baik. Selain itu, semua materi dapat Anda pahami
dengan baik, dan semua aktivitas pembelajaran bisa Anda selesaikan. Apabila
hal tersebut telah Anda penuhi, selanjutnya Anda dapat mempelajari kegiatan
berikutnya.
129
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Domain penilaian pada dimensi kognitif yang terkait dengan soal tersebut
adalah ….
130
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
A. pekerjaan
B. sosial
C. pribadi/personal
D. ilmu pengetahuan
4. Berikut ini yang tidak termasuk konten matematika dalam PISA adalah ….
A. Peluang Kejadian (Probability),
B. Perubahan dan Hubungan (Change and Relationships),
C. Ruang dan Bentuk (Space and shape),
D. Ketidakpastian dan Data (Uncertainty and data)
5. Berikut ini domain konten yang tidak diukur pada TIMSS Tingkat VIII adalah
….
A. Bilangan
B. Pengukuran
131
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
C. Geometri
D. Data dan peluang
8. Berikut ini yang tidak termasuk ciri-ciri soal keterampilan berpikir tingkat
tinggi adalah ….
A. Tidak rutin, non algoritmatik
B. Mengaplikasikan teori dalam suatu situasi
C. Menggunakan beragam informasi atau konsep untuk menyelesaikan
masalah
D. Menelaah ide dan informasi secara kritis
132
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
10. Dalam penyusunan soal harus memenuhi kriteria penyusunan soal yang baik
sama dengan penyusunan soal biasa, meliputi aspek: materi, konstruksi, dan
bahasa. Berikut yang bukan merupakan kriteria penyusunan soal pilihan
ganda dilihat dari aspek materi adalah ….
A. Soal harus sesuai dengan indikator.
B. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
C. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya
D. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling
benar
12. Suatu soal yang telah disusun sebaiknya dilakukan ujicoba terlebih dahulu
sebelum digunakan dalam penilaian di kelas. Hal ini bermanfaat untuk
memperoleh temuan empirik yang dapat digunakan sebagai pijakan dalam
menentukan …..
A. Keberfungsian distaktor, tingkat kesulitan soal dan daya beda
B. Reliabilitas, validitas isi, dan tingkat kesukaran soal
C. Kesesuaian butir soal kriteria, reliabilitas dan validitas
D. Tingkat kesukaran soal, distraktor, dan validitas isi
133
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
134
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
2. Buatlah 1 (satu) butir soal uraian berorientasi berpikir tingkat tinggi beserta
pedoman penskoran dan salah satu altenatif penyelesaiannya sesuai dengan kisi-
kisi AKM.
135
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME. Sampai di sini Anda telah selesai
mempelajari modul ini. Sesuai yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa modul ini
diharapkan dapat membantu Anda meningkatkan kemampuan dalam menerapkan
penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran di kelas. Melalui
modul ini Anda telah mempelajari minimal tiga hal, yaitu: 1) pemahaman guru
tentang penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi, 2) kemampuan guru dalam
mengembangan instrumen penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan 3)
kemampuan guru dalam melaksanakan, mengolah, dan menindaklanjuti hasil
penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi. Ketiga hal tersebut merupakan bagian
penting untuk mendukung penerapan penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi
dalam pembelajaran matematika di kelas.
Setelah selesai mempelajari modul ini, besar harapan kami bahwa Anda akan terus
mendalami lebih lanjut materi terkait dengan penilaian keterampilan berpikir tingkat
tinggi secara mandiri dari berbagai referensi. Dengan demikian, diharapkan
pemahaman dan kemampuan Anda dalam mengembangkan dan menerapkan
penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran matematika akan
semakin baik. Semoga Tuhan YME senantiasa memberikan kemudahan dan kekuatan
bagi kita semua untuk berbuat yang lebih baik, dan semakin baik.
136
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, A. & Jailani. 2014. Pengembangan instrumen asesmen higher order thinking
skill (keterampilan berpikir tingkat tinggi) pada mata pelajaran matematika
SMP kelas VIII semester 1. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(2), hal. 139 –
151
137
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
138
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
King, F.J., Goodson, L., and Rohani, F. 1998. Higher-Order Thinking Skills: Definitions,
Strategies, and Assessment. Retrieved from:
http://www.cala.fsu.edu/files/higher_order_thinking_skills.pdf.
Kusrini & Siswono, T.Y.E. 2002. Penilaian Unjuk kerja. Makalah Referensi dalam
Overseas Fellowship Program Contextual Learning Materials development,
Proyek Peningkatan Mutu SLTP Jakarta oleh Direktorat SLTP Dirjen Dikdasmen
Departemen Pendidikan Nasional kerjasama dengan University of washington
College of education, UNESA Surabaya, UM Malang dan LAPI-ITB. 1 Pebruari – 8
Maret dan 8-30 April 2002 di Surabaya
Mardapi, D. 2008. Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Jogyakarta: Mitra
Cendikia Offset
Mullis, I.V.S., Martin, M.O & Foy, P. 2008. TIMSS 2007 International Report. Chesnut
Hills; Boston College
Mullis, I. V. S., & Martin, M. O. (Eds.). (2017). TIMSS 2019 Assessment Frameworks.
Retrieved from Boston College, TIMSS & PIRLS International Study Center
website: http://TIMSSandpirls.bc.edu/TIMSS2019/frameworks/
139
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
Wardhani, S dan Rumiati. 2011. Instrumen penilaian hasil belajar matematika SMP:
Belajar dari PISA dan TIMSS. Kumpulan Modul Program BERMUTU Tahun 2011.
Yogyakarta: PPPPTK Matematika
Widana, I.W. 2017. Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi). Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah
World Bank. 2018. Laporan Bank Dunia tahun 2018 tentang “World Development
Report: Learning to Realize Education’s Promise”
140
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
A. Kunci jawaban
1. B
2. D
3. A
4. A
5. B
6. C
7. B
8. B
9. C
10. C
11. C
12. B
13. D
14. D
15. B
141
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
1. Lakukan penilaian terhadap butir-butir soal yang telah Anda buat dengan cara
memberikan check list pada kriteria penilaian soal berikut dengan memberi tanda
ceklist (√) apabila kriteria terpenuhi, dan tanda silang (X) apabila kriteria tidak
terpenuhi.
Nomor butir*
No Kriteria
1 2 3 4 5
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator
2. Hanya ada satu kunci jawaban yang tepat
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran
4. Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis
sekolah dan tingkat sekolah
5. Soal Keterampilan berpikir tingkat tinggi,
memenuhi salah satu atau lebih kriteria
berikut.
- Tidak rutin, non algoritmatik
- Transfer satu konsep ke konsep lainnya
- Menganalisis, mengevaluasi, atau
mencipta
- Mencari kaitan dari berbagai informasi
atau konsep yang berbeda- beda
- Menggunakan beragam informasi atau
konsep untuk menyelesaikan masalah
- Menelaah ide dan informasi secara kritis
B. Konstruksi
1. Pilihan jawaban harus homogen dan logis
2. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas,
dan tegas
3. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban
harus merupakan pernyataan-pernyataan
yang diperlukan
4. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke kunci
jawaban
5. Pokok soal tidak merupakan pernyataan
negatif ganda
6. Bila menggunakan kata negatif, kata “negatif”
harus diberi garis bawah atau dicetak miring
7. Alternatif jawaban tidak memuat “semua
jawaban di atas salah” atau “semua jawaban
di atas benar”
8. Gambar, grafik, tabel, diagram harus benar-
benar berfungsi
9. Butir soal tidak bergantung pada butir soal
sebelumnya
10. Panjang rumusan relatif sama
142
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
Nomor butir*
No Kriteria
1 2 3 4 5
A. Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang
diharapkan (ruang lingkup) harus jelas.
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
4. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai
dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat
kelas
5. Soal keterampilan berpikir tingkat tinggi ,
memenuhi salah satu atau lebih kriteria
berikut.
- Tidak rutin, non algoritmatik
- Transfer satu konsep ke konsep lainnya
- Menganalisis, mengevaluasi, atau
mencipta
- Mencari kaitan dari berbagai informasi
atau konsep yang berbeda- beda
- Menggunakan beragam informasi atau
konsep untuk menyelesaikan masalah
- Menelaah ide dan informasi secara kritis
B. Konstruksi
1. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan
menggunakan kata-kata tanya atau perintah
yang menuntut jawaban terurai, seperti:
mengapa, uraikan,
jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan,
buktikan, hitunglah
2. Petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan soal.
3. Pedoman penskoran tersedia, jelas, sesuai
untuk soal yang disusun
4. Gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya
disajikan dengan jelas, berfungsi, dan
terbaca, sehingga tidak menimbulkan
143
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
2. Hitunglah banyak tanda ceklist (√) hasil penilaian terhadap dua butir soal yang
Anda buat
3. Tentukan skor nilai terhadap jawaban Anda dengan ketentuan sebagai berikut.
Kriteria Skor
144
Modul Penilaian
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
b. Soal uraian
Kriteria Skor
4. Jumlahkan skor yang Anda peroleh dari penilaian soal pilihan ganda dan uraian
Tentukan Nilai Akhir yang Anda peroleh dengan ketentuan sebagai berikut:
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎 + 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑢𝑟𝑎𝑖𝑎𝑛) 𝑥 4
Nilai Akhir = 10
145
Training of Trainer (TOT)
Pelatihan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)
dalam Pembelajaran Matematika Berorientasi PISA
146