Pelatihan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Dalam Pembelajaran Matematika
Berorientasi PISA
Penulis:
Dr. Supinah
Dr. Sumardyono, M.Pd.
Enung Sumarni, M. Pd. MT
Penyunting:
Joko Purnomo, M.T.
Layouter:
Fajar Setiawan, S.T.
Copyright © 2021
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kami mengucapkan rasa syukur hanya kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karuniaNya, PPPPTK Matematika berhasil menyelesaikan revisi bahan ajar pelatihan
keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran matematika berorientasi
PISA.
i
DAFTAR ISI
D. Penilaian ...................................................................................................... 9
F. Rangkuman ............................................................................................... 33
ii
F. Rangkuman ............................................................................................... 46
F. Rangkuman ............................................................................................... 75
iii
DAFTAR TABEL
iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Modul Pelatihan Pembelajaran KBTT Berorientasi PISA yang akan Anda pelajari
ini memuat materi berikut.
v
4. Waktu yang dipergunakan untuk mempelajari modul ini adalah 10 Jam Pelajaran
(JP). Satu JP setara dengan 45 menit. Perkiraan waktu ini sangat fleksibel
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan.
5. Modul ini dilaksanakan melalui satu tahap pembelajaran. Anda bersama peserta
pelatihan yang lain akan dipandu oleh fasilitator untuk mempelajari modul ini
secara umum dan menyiapkan dasar pengetahuan dan pengalaman Anda
sebagai bahan melaksanakan desiminasi di komunitas Anda serta menerapkan
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Anda juga bisa mendapatkan pelajaran
dan berbagi pengalaman dengan teman guru yang lain.
vi
BAGIAN I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkenaan dengan itu, salah satu tema pendidikan yang berimplikasi pada
kurikulum selain tema karakter dan literasi adalah kecakapan abad 21. Kecakapan
abad 21 merupakan kecakapan yang diperlukan oleh setiap orang agar dapat
bersaing dalam era globalisasi, keterbukaan, serta teknologi komunikasi dan
informasi. Kecakapan dalam hal berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi
merupakan unsur penting dalam kecakapan abad 21. Untuk menuju ke sana, maka
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) harus
mendapat penekanan dalam setiap proses pembelajaran di setiap jenjang
pendidikan.
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu “rumah” yang kondusif untuk
berkembangnya kemampuan berpikir tingkat tinggi, sehingga peran guru
matematika untuk membelajarkan kemampuan berpikir ini, cukup strategis. Oleh
7
karena itu, pengetahuan dan keterampilan berpikir tingkat tinggi beserta aspek
pembelajarannya, sudah semestinya dikuasasi oleh guru, khususnya guru
matematika. “In order to increase the performance of students, the nature and
development of these skills, specifically in the context of mathematics teaching and
learning must be understood by teachers in all sectors of education” (Santos-Trigo &
Moreno-Armella, 2013).
Selanjutnya, pemahaman mengenai KBTT pun tidaklah cukup, guru matematika juga
harus memiliki keterampilan yang memadai dalam berpikir tingkat tinggi, termasuk
memiliki kemampuan mengelola pembelajaran yang mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi tersebut. Oleh karena itu, penyusunan modul ini menjadi
salah satu kontribusi untuk membantu guru matematika dalam meningkatkan
kemampuannya dalam mengelola pembelajaran yang mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam mata pelajaran matematika.
B. Target Kompetensi
Kompetensi yang dituju dengan pemanfaatan modul pembelajaran ini adalah agar
guru matematika sebagai peserta pelatihan dapat memahami KBTT, memiliki KBTT
minimal yang diperlukan di jenjang sekolahnya, serta memiliki kemampuan dalam
mengelola pembelajaran yang mengembangkan KBTT.
C. Tujuan Pembelajaran
8
2. Menjelaskan KBTT dalam asesmen PISA
D. Penilaian
Penilaian ranah sikap untuk mengetahui sikap Anda pada aspek kerjasama, disiplin,
tanggung jawab dan keaktifan. Sikap-sikap tersebut akan diamati oleh fasilitator
pada saat Anda menerima materi, melaksanakan tugas baik individu dan kelompok,
mengemukakan pendapat dan bertanya jawab, serta berinteraksi dengan fasilitator
dan peserta lain.
Penilaian ranah sikap dilakukan mulai awal sampai akhir kegiatan secara terus-
menerus yang dilakukan oleh fasilitator pada setiap materi. Namun, untuk nilai
akhir ranah sikap ditentukan di hari terakhir atau menjelang kegiatan berakhir yang
merupakan kesimpulan fasilitator terhadap sikap Anda selama kegiatan dari awal
sampai akhir. Hasil penilaian ranah sikap dituangkan dalam format Lembar
Penilaian Sikap.
9
2. Penilaian Ranah Pengetahuan
4. Nilai Akhir
Selanjutnya Nilai Akhir (NA) diperoleh dari keseluruhan mata diklat yang Anda
harus ikuti dengan formula sebagai berikut.
(((( ) ( )) ) ( ))
Keterangan:
NA : Nilai Akhir
NS : Nilai Sikap (rata-rata nilai sikap dari seluruh fasilitator pengampu mata
diklat)
10
BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pada bagian ini merupakan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh
peserta pelatihan. Terdapat beberapa kegiatan pembelajaran yang memuat tujuan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, uraian
materi, aktivitas pembelajaran, rangkuman, serta refleksi dan umpan balik.
11
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
PENGERTIAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
DAN URGENSINYA DALAM PEMBELAJARAN
B. Tujuan Pembelajaran
12
3. Menjelaskan kaitan KBTT dengan metakognisi dan penalaran
(matematis).
D. Uraian Materi
Konsep keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT) atau yang lebih dikenal dalam
Bahasa Inggris, HOTS (Higher Order Thinking Skills), tidak atau belum memiliki
batasan pengertian yang jelas dan diterima secara universal. Namun demikian KBTT
memiliki beberapa karakteristik dasar yang diikuti oleh banyak pihak, antara lain
keterampilan yang tidak hanya me-recall pengetahuan dan penerapan dalam situasi
yang rutin.
Brookhart (2010) mengidentifikasi KBTT ke dalam tiga kategori: (1) transfer, (2)
berpikir kritis, dan (3) pemecahan masalah. Berpikir Tingkat Tinggi dalam kategori
“transfer” dimaksudkan adalah kemampuan berpikir yang berbeda dengan “retensi”.
Retensi hanya menuntut siswa untuk mengingat kembali apa yang sudah dipelajari,
sementara “transfer” adalah kemampuan yang mengindikasikan belajar bermakna
di mana siswa dituntut tidak hanya mengingat tetapi juga mampu membawa
pengetahuan itu ke dalam situasi yang berbeda secara bermakna.
Dalam kategori berpikir kritis, KBTT meliputi kemampuan yang terkait dengan
berpikir reflektif dan argumentatif yang focus pada membuat keputusan untuk
percaya atau untuk melakukan sesuatu. (Norris & Ennis, dalam Collins, 2014).
Kategori ini juga berkaitan dengan artful thinking atau berpikir cerdik, yang meliputi
13
penalaran, mempertanyakan dan investigasi, observasi dan mendeskripsikan,
membandingkan dan menghubungkan, menemukan kompleksitas, serta eksplorasi
cara pandang (Barahal, dalam Collins, 2014).
Dalam sudut pandang level kognitif dari Taksonomi Bloom atau Taksonomi Bloom-
Anderson, maka KBTT dicirikan dengan kemampuan analisis, dan ke atasnya. Jadi,
KBTT tidak semata-mata mampu mengingat (remembering), memahami
(understanding), dan menerapkan (applying), tetapi juga minimal menganalisis
(analysing), hingga mengevaluasi (evaluating) dan mencipta (creating).
14
o Penerapan berbagai kriteria, yang terkadang saling konflik satu dengan yang
lain.
Sesuai dengan pengertian KBTT yang telah dikemukakan pada bagian uraian materi
sebelumnya, berpikir tingkat tinggi terkait dengan tingkat kognitif di atas dan tidak
sekedar mengingat, memahami, dan menerapkan. Lorin Anderson bersama
koleganya, telah melakukan revisi terhadap domain kognitif pada Taksonomi Bloom.
Mereka melakukan dua perubahan mendasar, yaitu mengubah dari kata benda
menjadi kata kerja, dan menata ulang urutan kognitifnya.
Berikut ini domain kognitif menurut Taksonomi Bloom dan Taksonomi Bloom-
Anderson.
Bloom Bloom-Anderson
Knowledge Remembering (mengingat)
(pengetahuan) Deskripsi: mengungkapkan kembali fakta, konsep, dan prinsip
yang sudah dipelajari.
Comprehension Understanding (memahami)
(pemahaman) Deskripsi: mengkonstruksi pengertian dengan cara dan kata-
kata sendiri.
Application Applying (menerapkan)
(aplikasi) Deskripsi: memberi contoh konsep atau menerapkan prinsip
pada situasi yang sudah dipelajari.
Analysis Analysing (menganalisis)
(analisis) Deskripsi: mengurai karakteristik suatu hal, menelaah
komponen-komponen suatu struktur, atau mengkaji
15
Bloom Bloom-Anderson
bagaimana beberapa hal dapat saling berhubungan.
Synthesis Evaluating (menilai)
(sintesis) Deskripsi: melakukan kritik, membuat rekomendasi atau
laporan.
Catatan: pada taksonomi Anderson ini, evaluating lebih
rendah dibanding creating, karena untuk melakukan creating,
diperlukan penilaian pada sesuatu yang ada sebelumnya.
Evaluation Creating (mencipta)
(evaluasi) Deskripsi: menyusun bagian-bagian dengan cara baru, atau
menyusun menjadi sesuatu yang baru.
Catatan: creating setara dengan sintesis pada taksonomi
Bloom.
Dalam berpikir kritis, apa yang dilakukan saat “berpikir” mengandung pengertian
siswa melakukan penilaian yang bijak atau melakukan kritik yang beralasan logis.
Ennis (dalam Hendriyana et.al., 2017) menyatakan bahwa berpikir kritis sebagai
berpikir reflektif yang beralasan dan difokuskan pada penetapan apa yang
dipercayai atau yang dilakukan. Berpikir kritis berelasi dengan lima ide kunci yaitu
praktis, reflektif, masuk akal, kepercayaan/keyakinan, dan aksi/tindakan. Gega
(dalam Sumardyono, 2010: 9) mengemukakan bahwa orang yang berpikir kritis
adalah yang menggunakan bukti untuk mengukur kebenaran kesimpulan, serta
dapat menunjukkan pendapat yang terkadang kontradiktif, bahkan mau mengubah
pendapatnya jika ternyata ada bukti lebih kuat yang bertentangan dengan
pendapatnya.
16
Berpikir kritis tergolong keterampilan berpikir tingkat tinggi, yang tidak hanya
menghafal tetapi menggunakan dan memanipulasi bahan-bahan yang dipelajari ke
dalam situasi baru. (Hendriyana et.al., 2017: 96). Keterampilan yang diperlukan
agar siswa dapat berpikir kritis antara lain: kemampuan melakukan penilaian
terhadap sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, mengidentifikasi
asumsi, generalisasi dan bias (ketidakcocokan), serta mengidentifikasi tujuan dan
manfaat (Collins, 2014).
Hendriyana et.al., (2017, 112) menyatakan bahwa dalam berpikir kreatif termuat
kemampuan metakognitif antara lain: merancang strategi, menetapkan tujuan dan
keputusan, memprediksi dari data yang tidak lengkap, memahami sesuatu yang
tidak dipahami kebanyakan orang, menganalisis informasi yang tidak lengkap,
membuat banyak pertimbangan, serta mengelaborasi solusi. Tampak bahwa
berpikir kreatif memiliki hubungan yang dekat dengan berpikir kritis, dan tergolong
ke dalam berpikir tingkat tinggi.
17
argumentasi logis menuju suatu kesimpulan. Penalaran terbagi menjadi dua jenis:
penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif, bekerja pada
beberapa situasi yang khusus untuk melakukan dugaan generalisasi dan teori,
sementara penalaran deduktif bekerja dari teori-teori dan generalisasi untuk
diterapkan pada situasi yang lebih spesifik. Kedua jenis penalaran tersebut penting
dalam pembelajaran matematika, di mana penalaran induktif diperlukan untuk
melahirkan dugaan dan melatih siswa melakukan dugaan, sementara penalaran
deduktif untuk menguji suatu situasi dengan dasar-dasar teori yang kuat, dan ini
untuk melatih siswa cara berpikir yang valid.
5. Pemecahan Masalah
Oleh karena masalah yang dihadapi bersifat tidak biasa, maka keterampilan berpikir
tingkat tinggi diperlukan dalam pemecahan masalah.
18
6. Berpikir Tingkat Tinggi dalam Kurikulum Sekolah dan Kurikulum 2013
Sesuai dengan Permendikbud no.22 tahun 2016 tentang standar proses, bahwa
proses pembelajaran harus meliputi pengembangan 3 ranah kompetensi yaitu sikap
(attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skills). Ketiga ranah
kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda.
Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,
dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan
diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta”. Tampak bahwa dalam Kurikulum 2013, berpikir tingkat tinggi menjadi
tujuan pembelajaran dalam semua jenjang dan mata pelajaran.
Selain itu, dengan dimasukkannya gerakan literasi dan kecakapan abad 21,
menambah dan menguatkan aspek berpikir tingkat tinggi pada Kurikulum 2013.
Dengan literasi diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan menganalisis
dan menilai bahan bacaan, baik teks maupun non-teks. Sementara kecakapan abad
21 yang meliputi 4C: critical thinking, creativity, communication, dan collaboration,
jelas merupakan kecakapan-kecakapan yang terkait erat dengan keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
19
keterampilan hidup paling penting kedua setelah keterampilan interpersonal. (Su
et.al., 2016: 191).
Bukti hubungan positif antara kemampuan berpikir tingkat dapat dilihat dari hasil
NAEP (National Assessment of Educational Progress) dan TIMSS (the Trends in
International Mathematics and Science Study) yang melaporkan bukti yang jelas
bahwa pembelajaran matematika (dan juga sains) yang menekankan pada aspek
penalaran berasosiasi dengan skor yang lebih tinggi di semua jenjang diujikan.
(Collins, 2014). Keterampilan berpikir tingkat tinggi berkaitan dengan tes-tes yang
menguji literasi matematis, karena tes semacam ini membutuhkan kemampuan
“transfer” ke situasi yang berbeda. Asesmen PISA merupakan salah satu tes yang
berkaitan erat dengan KBTT.
20
Dalam OECD (2020) disebutkan bahwa apa yang dimaksud dengan literasi
matematika adalah kemampuan seorang bernalar secara matematis dan
merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika untuk memecahkan
permasalahan dalam berbagai konteks dunia nyata. Kemampuan ini mencakup
konsep, prosedur, fakta dan alat untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan
memprediksi fenomena. Kemampuan ini membantu seseorang mengetahui peran
yang dimainkan matematika di dunia dan membuat penilaian dan keputusan yang
beralasan yang dibutuhkan oleh warga abad ke-21 yang konstruktif, terlibat dan
reflektif, lengkapnya sebagai berikut.
Mathematical literacy is an individual’s capacity to reason mathematically and
to formulate, employ, and interpret mathematics to solve problems in a variety
of real-world contexts. It includes concepts, procedures, facts and tools to
describe, explain and predict phenomena. It assists individuals to know the role
that mathematics plays in the world and to make the well-founded judgments
and decisions needed by constructive, engaged and reflective 21st century
citizens.
Jelas bahwa asesmen PISA sangat terkait dengan kemampuan Berpikir tingkat
tinggi.
a. Konteks PISA
21
4) Konteks ilmiah berkaitan dengan penerapan matematika dalam dunia dan
isu-isu dan topik yang terkait dengan sains dan teknologi, misal cuaca atau
iklim, ekologi, kedokteran, ilmu luar angkasa, genetika, pengukuran dan
dunia matematika itu sendiri.
1) Fungsi: Konsep fungsi, menekankan tetapi tidak terbatas pada fungsi linier,
propertinya, dan berbagai deskripsi dan representasi darinya. Representasi
yang umum digunakan adalah verbal, simbolis, tabular, dan grafis.
22
2) Ekspresi aljabar: Interpretasi verbal dan manipulasi dengan ekspresi aljabar,
yang melibatkan angka, simbol, operasi aritmatika, pangkat dan akar
sederhana.
5) Hubungan di dalam dan di antara objek geometris dalam dua dan tiga
dimensi: Hubungan statis seperti hubungan aljabar antar elemen gambar
(misalnya Teorema Pythagoras sebagai definisi hubungan antara panjang
sisi segitiga siku-siku), posisi relatif, kesamaan dan kesesuaian , dan
hubungan dinamis yang melibatkan transformasi dan gerakan objek, serta
korespondensi antara objek dua dan tiga dimensi.
6) Pengukuran: Kuantifikasi fitur dari dan di antara bentuk dan objek, seperti
ukuran sudut, jarak, panjang, keliling, luas, dan volume.
9) Persen, rasio dan proporsi: Deskripsi numerik tentang besaran relatif dan
penerapan proporsi dan penalaran proporsional untuk menyelesaikan
masalah.
11) Estimasi: Perkiraan kuantitas dan ekspresi numerik yang digerakkan oleh
tujuan, termasuk digit signifikan dan pembulatan.
23
c. Relasi antara Penalaran Matematika dan Siklus Pemecahan Masalah
(Pemodelan)
Pengenalan Pola
Mendesain dan Menggunakan
Abstraksi
Dekomposisi (Penguraian)
Menentukan alat komputasi yang
dapat digunakan dalam
menganalisis atau memecahkan
masalah
Mendefinisikan algoritma sebagai
bagian dari solusi terperinci
24
Tiga Aspek Literasi Matematika yang Saling Terkait.
25
dalam konteks masalah dunia nyata dan menentukan apakah hasil atau
kesimpulannya masuk akal dan/atau berguna.
26
l) membuat serangkaian instruksi (langkah demi langkah) yang teratur
untuk memecahkan masalah.
27
d) mengevaluasi kewajaran solusi matematika dalam konteks masalah dunia
nyata;
f) menjelaskan mengapa hasil atau kesimpulan matematis masuk akal atau tidak,
mengingat konteks masalah;
Tes PISA memiliki tingkatan soal dari level 1 hingga level 6. Berikut ini ke-6 level
dalam tes PISA.
28
Level Aktivitas siswa
Level 4 Siswa dapat bekerja secara efektif dengan model yang tersirat
dalam situasi yang konkret tetapi komplek yang terdapat
hambatan-hambatan atau membuat asumsi-asumsi.
29
Level Aktivitas siswa
30
E. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas 1.1
Isilah tabel di bawah ini dengan mengidentifikasi karakteristik pokok atau ciri
utama dari setiap jenis atau keterampilan berpikir yang tergolong HOTS.
7 Berpikir memecahkan
masalah (BMM)
Aktivitas 1.2
31
Keterkaitan dengan KBTT atau HOTS
Keterangan
NO KD Jenis K BTT Tingkat keterkaitan (alasan, tindak
(lihat aktivitas (C=cukup, S=sedang, lanjut, dsb)
1.1) T=tinggi)
Aktivitas 1.3
Pilihlah satu soal PISA kemudian lakukan analisis, apakah sudah termasuk ke dalam
soal yang menghendaki KBTT atau HOTS. Jelaskan!
Soal:
Hasil analisis:
Aktivitas 1.4
32
Pada asesmen PISA, aktivitas siswa pada level berapa saja yang menuntut KBTT atau
HOTS? Jelaskan!
F. Rangkuman
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS), tidak
memiliki pengertian yang universal. Keterampilan BTT setidaknya memiliki 3
kategori utama yaitu kemampuan “transfer” (di area dan konteks berbeda),
kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan memecahkan masalah. Dalam konteks
taksonomi Bloom-Anderson, keterampilan BTT meliputi kemampuan menganalisis,
mengevaluasi, dan mengkreasi.
Pada bagian ini, Saudara harus lebih banyak bertanya pada diri sendiri mengenai
berbagai hal yang sudah Saudara dapatkan selama mempelajari dan mengikuti
kegiatan dalam modul ini serta kegatan di kelas, di antaranya sebagai berikut.
33
1. Baca kembali materi secara teliti, bila perlu diskusikan kembali dengan teman
sejawat yang dianggap mampu.
2. Periksa kembali aktivitas dan hasil yang sudah diperoleh, cermati kesalahan
yang mungkin Anda lakukan atau bagian-bagian di mana yang belum dipahami.
Konsultasikan dengan teman sejawat yang dianggap mampu.
34
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG
BERORIENTASI BERPIKIR TINGKAT TINGGI
Dalam Permendikbud No.22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah, disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran berpikir tingkat
tinggi dalam pelajaran matematika, memerlukan pendekatan dan strategi yang
sesuai, agar dapat menstimulasi siswa untuk berpikir lebih tinggi secara mudah dan
menyenangkan.
B. Tujuan Pembelajaran
D. Uraian materi
35
akan diacu dalam modul ini. Raka Joni (dalam Abimanyu, 2008) menyatakan bahwa
pendekatan sebagai cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian
sehingga berdampak ibarat seseorang menggunakan kacamata dengan warna
tertentu di dalam memandang alam.
Secara lebih sederhana, J.R. David (dalam Sanjaya, 2010) menyatakan bahwa
strategi pembelajaran mengandung makna perencanaan, yaitu sebuah perencanaan
yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu.
Dengan pengertian di atas, strategi dapat bersifat khusus namun mempengaruhi
keseluruhan proses pembelajaran.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip
pembelajaran yang digunakan:
a. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
36
c. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
Pembelajaran berpikir tingkat tinggi, dapat menggunakan dua strategi berbeda: (1)
keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dibelajarkan sebagai sebuah konten
khusus, atau (2) keterampilan berpikir tingkat tinggi diintegrasikan ke dalam
konten pelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan pernyataan: HOTS can be taught
37
in isolation from specific contents, but incorporating them into content areas seems to
be a popular way of teaching these skills. (dalam Five High Order Thinking Skills).
Strategi pembelajaran model kedua, tampaknya menjadi cara yang paling umum
dipergunakan dalam kurikulum sekolah. Tujuan-tujuan pembelajaran terkait konten
matematika diidentifikasi mana yang memerlukan KBTT, sehingga dari hasil
identifikasi tersebut dapat dikembangkan strategi, metode dan teknik pembelajaran
yang cocok untuk meningkatkan KBTT.
Guru tidak hanya cukup mengajarkan bahasa dan konsep matematika, tetapi juga
memberitahukan kepada siswa apa yang sedang mereka kerjakan dan mengapa
berpikir tingkat tinggi diperlukan untuk memecahkan masalah di sekolah dan di
kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, dengan menggunakan bahasa yang umum, siswa dapat mengenali
keterampilan yang sedang mereka perlihatkan dan level kompleksitas pertanyaan.
Saat mereka melihat kata-kata seperti “mendefinisikan”, “mengidentifikasi”,
38
“memahami”, mereka harus sadar bahwa mereka sedang diminta untuk
mendemonstrasikan pengetahuannya. Saat mereka dihadapkan dengan kata-kata
seperti “menerapkan”, “menyelesaikan”, “menunjukkan”, “memprediksi” bahwa
mereka sedang diminta untuk mendemonstrasikan penerapan pengetahuan. Pada
saat mereka dihadapkan dengan kata-kata seperti “menilai”, “mengkritisi”,
“memutuskan”, “menyimpulkan”, maka mereka harus memahami bahwa mereka
sedang diminta untuk berpikir tingkat tinggi untuk mempraktikkan cara menilai
atau mengevaluasi. Guru juga sebaiknya selalu mengecek apakah kompleksitas
berpikir sudah dipenuhi saat siswa dihadapkan pada soal atau tugas yang diberikan.
Dalam setiap materi, siswa seharusnya menyadari konsep-konsep kunci yang harus
mereka pelajari. Mereka harus mampu mengidentifikasinya dan mampu
mempraktikkannya. Guru dapat menggarisbawahi atau menekankan kepada
mereka, saat konsep-konsep kunci tersebut muncul saat pembelajaran, dan
mengidentifikasi ciri-ciri eksplisit dari konsep kunci. Siswa juga perlu memahami
apakah konsep tersebut bersifat konkrit, abstrak, verbal, non-verbal, atau proses.
Thomas dan Thorne (dalam Collins, 2014) menyarankan sebuah tahapan untuk
mempelajari konsep, yaitu sebagai berikut.
39
1) Menyebutkan ciri-ciri khusus suatu konsep.
2) Menyebutkan beberapa ciri tambahan konsep tersebut.
3) Membandingkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep lama yang
sudah diketahui.
4) Menyebutkan beberapa ciri-ciri yang tidak terdapat pada konsep.
5) Memberikan contoh terbaik dari konsep tersebut.
6) Memberikan beberapa yang bukan contoh konsep.
7) Mengidentifikasi konsep-konsep yang serupa atau yang berkaitan.
Scaffolding adalah dukungan yang diberikan kepada siswa pada awal aktivitas dan
secara berkelanjutan mengarahkan siswa untuk mengambil tanggungjawab untuk
bekerja dengan caranya sendiri. Kaughan dan Eggen (dalam Collins, 2014)
menyarankan guru memberikan scaffolding hanya pada saat dibutuhkan sehingga
siswa membuat kemajuan dengan caranya sendiri. Jika sama sekali tidak
memberikan scaffolding, akan membuat siswa tidak bergerak untuk berpikir, tetapi
memberikan scaffolding berupa petunjuk yang terlalu banyak juga akan membuat
siswa hanya meniru.
40
o Mendemonstrasikan bagaimana membongkar masalah berpikir ke
dalam tahap-tahapan yang sesuai, menggunakan beberapa contoh dan
mendorong siswa untuk membuat contoh lain.
o Mendiskusikan contoh-contoh masalah dan solusinya, menjelaskan
sifat dasar suatu masalah secara detail dan menghubungkan solusi
yang didapat dengan masalah yang diberikan. Hal ini dapat
mengurangi ketergantungan siswa pada guru.
41
Keterampilan melakukan scaffolding penting bagi guru untuk mendorong siswa
belajar berpikir tingkat tinggi. Berikut ini pertanyaan yang dapat dikembangkan
oleh guru untuk mendorong KBTT.
42
o Dapatkah kamu menjelaskan metodemu? Mengapa metode itu
berhasil?
o Apa yang mungkin terjadi jika dimulai dari _____ ketimbang _____?
o Apa ide pokok dari masalah ini?
43
o Apakah kamu paham apa yang dikatakan oleh temanmu?
o Dapatkah kamu meyakinkan temanmu bahwa jawabanmu masuk akal?
E. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas 2.1
44
Paradigma baru atau Alasan deskriptif mengapa dapat
No.
yang dituju mengembangkan KBTT atau HOTS
1
10
11
12
13
Aktivitas 2.2
45
Aktivitas 2.3
Dari telaah terhadap uraian materi, khususnya pada bagian materi tentang strategi
pembelajaran yang berorientasi HOTS, tulislah “Do” dan “Don’t” masing-masing
sebanyak 5 buah. Tindakan “Do” yang menggambarkan strategi yang disarankan
dalam pembelajaran agar cara berpikir siswa meingkat ke tingkat yang lebih tinggi
(HOTS). Sementara tindakan “Don’t” mendeskripsikan hal yang harus dihindari dan
mungkin sering terjadi yang menghambat siswa untuk mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
NO DO
1
2
3
4
5
NO DON’T
1
2
3
4
5
F. Rangkuman
46
G. Refleksi dan Umpan Balik
Pada bagian ini, Anda harus lebih banyak bertanya pada diri sendiri mengenai
berbagai hal yang sudah Anda dapatkan selama mengikuti kegiatan II dalam modul
ini dan juga di kelas.
Jika ternyata sebagian besar Anda masih ragu atas pertanyaan-pertanyaan di atas,
maka beberapa hal dapat Anda lakukan:
1. Baca kembali materi secara teliti, bila perlu diskusikan kembali dengan teman
sejawat yang dianggap mampu.
2. Periksa kembali aktivitas dan hasil yang sudah diperoleh, cermati kesalahan
yang mungkin Anda lakukan atau bagian-bagian di mana yang belum dipahami.
Konsultasikan dengan teman sejawat yang dianggap mampu.
47
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN YANG BERORIENTASI
KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan dalam Pemendikbud Nomor 22
Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, yang
menyebutkan bahwa dalam kegiatan inti, menggunakan model pembelajaran,
metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Lebih lanjut disebutkan
pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Untuk mendorong peserta didik
menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok,
disarankan yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (problem
based learning). Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub topik)
mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong peserta didik
untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan
keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan model
belajar berbasis penyingkapan (discovery learning) atau penyelidikan (inquiry
learning), dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah
(project based learning), serta pembelajaran berbasis projek (project based
learning).
48
Sebagaimana uraian tersebut di atas, maka perlu kiranya bagi guru untuk dapat
menggunakan keempat model pembelajaran yang disarankan di atas dengan lebih
memfokuskan pada KBTT. Penggunaan model pembelajaran tersebut tidak terlepas
dari penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dan mendukung disetiap
langkah pembelajarannya. Untuk itu, dalam kegiatan pembelajaran ini akan dibahas
model pembelajaran discovery learning/inquiry learning, problem based learning
(PBL), dan project based learning (PJBL) kaitannya dengan KBTT sekaligus
membahas metode pembelajaran yang merupakan salah satu komponen utama
yang digunakan dalam proses pembelajaran.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, Anda sebagai guru dapat melakukan hal berikut.
49
5. Menyusun tahap-tahap pembelajaran matematika sesuai model dan
metode pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi.
D. Uraian materi
Berikut ini akan dibahas tentang model-model dan metode pembelajaran yang
berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran matematika
di Sekolah.
1. Model Pembelajaran
Berikut ini akan diuraikan tentang pengertian dan model-model pembelajaran yang
berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran matematika
di Sekolah.
Joyce dan Weil (1980: 1) menyebutkan model-model adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, untuk mendesain materi
pelajaran, dan untuk pedoman kegiatan belajar mengajar di dalam kelas maupun
tempat lain. Merangkum dari Joyce dan Weil (1986:14-15) dan bahan suplemen
implementasi Kurikulum 2013 dari Kemdikbud, dapat disimpulkan bahwa setiap
model pembelajaran harus memiliki lima unsur berikut.
2) Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan
guru dan siswa selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah
bervariasi pada satu model dengan model yang lainnya. Pada satu model,
guru berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain guru
berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.
50
dilakukan siswanya. Pada suatu model, guru memberi ganjaran atas sesuatu
yang sudah dilakukan siswa dengan baik, namun pada model yang lain guru
bersikap tidak memberikan penilaian terhadap siswanya, terutama untuk
hal-hal yang berkait dengan kreativitas.
4) Sistem pendukung (support system), yang meliputi segala sarana, bahan, alat,
atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran,
51
b. Model Penyingkapan (Discovery)
Proses pembelajaran dengan penemuan dimulai dengan cara siswa didorong untuk
belajar terlibat aktif dengan konsep dan prinsip yang dimiliki. Selain itu, dalam
pembelajaran penemuan siswa juga belajar pemecahan masalah secara mandiri
dan mengoptimalkan keterampilan berfikir limiah karena mereka harus bisa
mengidentifikasi, memprediksi, menganalisis, membuktikan, mengolah, dan
mengkomuniksasikan informasi yang diperoleh secara mandiri.
52
Suprihatiningrum (2014) menekankan pembelajaran penemuan dibedakan menjadi
dua, yaitu pembelajaran penemuan yang bersifat bebas (free discovery learning) atau
sering disebut open ended discovery dan pembelajaran penemuan terbimbing
(guided discovery learning). Dalam pelaksanaannya pembelajaran di Sekolah,
pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning) lebih banyak
diterapkan karena melalui petunjuk dan arahan dari guru, siswa akan bekerja lebih
terarah dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Pembimbingan yang
dilakukan guru bersifat sebagai rambu-rambu prosedur kerja untuk menfasilitasi
keaktifan siswa dalam proses penemuan informasi di lapangan, bukan semacam
resep jadi yang harus dikuti secara menyeluruh.
d) Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada diri siswa
Beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran discovery learning menurut
Sanjaya (2007:195) adalah sebagai berikut.
53
3) Tahapan (Sintaks) Model Pembelajaran Discovery Learning
Fase
Indikator Aktifitas Guru/Peserta Didik
ke
1 Stimulation Peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
(stimulasi/ kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
pemberian memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
rangsangan) menyelidiki.
54
Fase
Indikator Aktifitas Guru/Peserta Didik
ke
4 Data Pengolahan data dan informasi artinya kegiatan menata,
Processing mengelompokkan, mengorganisasi informasi agar mudah
(pengola- ditafsirkan dan dianalisis. Tahap ini berfungsi sebagai
han data) pembentukan konsep atau generalisasi. Pengolahan data
akan memunculkan generalisasi pengetahuan baru tentang
alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat
pembuktian secara logis.
Berdasarkan uraian di atas, tergambar jelas bahwa model discovery learning dalam
pembelajarannya berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sebagai
transfer of knowledge dan problem solving, model ini berfokus pada kegiatan
penemuan konsep-konsep baru yang belum diketahui dan peserta didik didorong
untuk belajar dan menemukan sendiri terkait konsep dan informasi baru melalui
keterlibatan aktif untuk memperoleh pengalaman belajar yang bermakna atau tidak
mudah dilupakan. Hal ini membantu meningkatkan keterampilan dan proses
kognitif peserta didik, menimbulkan rasa senang karena tumbuhnya rasa ingin
menyelidiki langsung, membantu peserta didik memperkuat konsep diri karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya, membantu
memperkuat pribadi peserta didik dengan bertambahnya kepercayaan diri sendiri
55
melalui proses penemuan, dan mengembangkan bakat dan kecakapan individu,
serta peserta didik merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar pada suatu proyek
penemuan khusus. Sebagai critical and creative thinking, dan juga problem
solving, dalam menemukan konsep siswa melakukan pengamatan, menggolongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan untuk menemukan beberapa
konsep atau prinsip, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara
sistematis, logis, dan kritis. Hal ini membantu perkembangan semangat dan daya
juang siswa untuk menemukan informasi yang dapat dibuktikan kebenarannya.
Perhatikan soal-soal di bawah ini. Menurut Anda manakah dari kedua soal berikut
yang merupakan masalah? Mengapa?
56
otomatis diketahui cara penyelesainnya atau soal tidak dapat diselesaikan dengan
menggunakan prosedur rutin yang sudah diketahui siswa (non routine).
Tabel 3.2. Tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Fase
Indikator Peran guru
ke
1 Orientasi siswa Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
kepada masalah menjelaskan peralatan yang dibutuhkan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran pemecahan masalah adalah suatu
rancangan tindakan (action) yang dilakukan guru agar para siswanya termotivasi
untuk menerima tantangan yang ada pada pertanyaan (soal) dan mengarahkan para
siswa dalam proses pemecahannya. Dalam pemecahan masalah, menunjukkan
suasana pembelajaran yang mendorong siswa untuk menemukan terlebih dahulu
cara/strategi/hubungan sebelum menyelesaikan suatu masalah.
57
Sementara itu, dalam lampiran Permendiknas NO 22 dikemukakan bahwa
pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika
yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan
solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian
(permendiknas, 2006: 416). Hal ini menunjukkan bahwa bentuk soal/masalah yang
dibuat/diberikan guru untuk dipecahkan siswa hendaknya bervariasi yang meliputi
masalah tertutup dan terbuka. Lebih lanjut dikemukakan dalam lampiran
Permendiknas tersebut bahwa untuk meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah, maka siswa perlu dikembangkan keterampilannya dalam: (1) memahami
masalah; (2) membuat model matematika; (3) menyelesaikan masalah, dan; (4)
menafsirkan solusinya.
58
Problem Solving, tampak pada saat peserta didik membuat strategi memecahkan
masalah, yaitu dapat dengan mencoba-coba, membuat tabel, gambar atau diagram,
mencobakan pada soal yang lebih sederhana, menemukan pola, mempertimbangkan
setiap kemungkinan, berpikir logis, bergerak dari belakang, mengabaikan hal yang
tidak mungkin, atau menggunakan deduksi.
59
maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Peran guru dalam
pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan pengalaman
bekerja, mendorong siswa berdiskusi dan memecahkan masalah, dan memastikan
siswa tetap bersemangat selama mereka melaksanakan proyek (sebagai critical and
creative thinking dan juga problem solving).
60
Tahap Indikator Kegiatan Guru dan Siswa
61
4) Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu
sebagai berikut.
a) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.
62
e. Model Pembelajaran Inquiry
63
Model inquiry ini merupakan suatu model yang merangsang murid untuk berpikir,
menganalisis suatu persoalan sehingga menemukan pemecahannya. Dalam bahasa
Inggris disebut problem solving method. Model ini membina kecakapan untuk
melihat alasan-alasan yang tepat dari suatu persoalan, sehingga pada akhirnya
dapat ditemukan bagaimana cara penyelesaiannya. Model ini pun adalah model
yang membina murid untuk dapat berfikir ilmiah, yaitu cara berpikir yang
mengikuti jenjang-jenjang tertentu di dalam penyelesaiannya.
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berbasis inkuiri dengan baik guru harus
memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajarannya. Adapun prinsip-
prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut.
64
pembelajaran berbasis inkuiri yang dilaksanakan oleh guru. Pertanyaan-
pertanyaan ini kemudian harus dicari sendiri oleh siswa pemecahan dan
jawabannya. Karena, pembelajaran berbasis inkuri adalah pembelajaran yang
membantu siswa mengembangkan sendiri pengetahuannya berdasarkan rasa
ingin tahunya.
65
a) Question
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang
memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu
fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai
pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya,
guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan
oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini sesuai dengan Taxonomy
Bloom siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah
seperti evaluasi, sintesis, dan analysis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat
ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau
dikonstruksi.
b) Student Engagement
Dalam model inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan
sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif
menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal
pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan
sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
c) Cooperative Interaction.
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam
kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan
sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat
muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
d) Performance Evaluation
Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat
sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai
permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide
presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini
guru melakukan evaluasi.
e) Variety of Resources
Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku
teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain
sebagainya.
66
4) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inquiry
Selama melaksanakan pembelajaran berbasis inquiri, guru dapat menerapkan
langkah-langkah berikut sebagai bentuk model pembelajaran yang disebut
model pembelajaran inquiri.
67
Tahap Indikator Aktifitas Guru dan Siswa
68
Tahap Indikator Aktifitas Guru dan Siswa
Dalam model inquiry guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan informan.
Sebagai fasilitator, guru menyediakan fasilitas yang diperlukan oleh siswa dan
menciptakan kondisi yang kondusif. Sebagai motivator, guru berperan mendorong
siswa agar senantiasa giat dalam melakukan kegiatan dengan memberikan
pertanyaan atau tanggapan yang bersifat memacu dan mengarahkan siswa.
Sedangkan sebagai informan, guru berperan sebagai sumber informasi bagi siswa
akan tetapi dalam hal ini guru tidak memberikan informasi langsung.
Dari uraian diatas tergambar dengan jelas bahwa model inquiry adalah
pembelajaran yang berfokus pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sebagai
transfer of knowledge dan problem solving, model pembelajaran ini memberikan
kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan yang sebelumnya
belum mereka ketahui dan membantu siswa dalam mengembangkan intelektual dan
keterampilannya yang timbul dari pertanyaan-pertanyaan dan menyelidikinya
untuk mendapatkan jawaban sesuai dengan keingintahuan mereka, sedangkan pada
tahap menguji hipotesis dibutuhkan proses berpikir kreatif, kritis, dan analitis untuk
dapat menguji hipotesis (sebagai critical and creative thinking, dan juga problem
solving),
69
2. Metode Pembelajaran
Berikut ini akan diuraikan tentang pengertian dan jenis metode pembelajaran.
1) Metode Demonstrasi
Metode ini mengambil bentuk sebagai contoh pelaksanaan suatu keterampilan
atau proses kegiatan. Metode ini mempersyaratkan adanya suatu keahlian bagi
guru untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan
tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. Setelah demonstrasi siswa di beri
kesempatan melakukan keterampilan atau proses yang sama dibawah supervisi
guru.
Pada pelajaran matematika, metode ini digunakan antara lain saat pembuktian
teori atau penurunan rumus atau mendemontrasikan suatu konsep yang sedang
dipelajari, misal: mendemontrasikan penggunaan alat peraga matematika.
2) Metode Diskusi
Metode ini merupakan interaksi antara siswa dan siswa atau siswa dan guru
untuk menganalisis, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan
tertentu. Metode ini dapat dilakukan dalam bentuk klasikal atau kelompok-
kelompok kecil. Diskusi kelompok kecil dapat dibedakan menjadi: pasangan,
kelompok 3 - 6 orang, kelompok dinamika yaitu mulai dari 2 orang, kemudian
bergabung menjadi 4 orang, terus bergabung menjadi 8 orang dan seterusnya.
70
Pada pembelajaran matematika, metode ini digunakan antara lain pada
kompetensi yang memerlukan penalaran atau analisis dan adanya lebih dari
satu kemungkinan jawaban, misal pemecahan masalah.
71
soal, lebih memahami dan mendalami suatu kompetensi yang telah dipelajari di
sekolah, menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dan sikap positif serta
melatih rasa tanggung jawab. Untuk itu tugas yang diberikan pada siswa dapat
berupa menyelesaikan soal-soal, membaca bahan yang akan dipelajari,
menerapkan kemampuan menguasai materi ajar, mencari contoh kasus dalam
kehidupan sehari-hari yang relevan dengan konsep yang dipelajari dan lain-
lain.
Disamping metode-metode yang telah disebutkan diatas, masih banyak metode lain
yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran matematika. Ada banyak cara untuk
belajar, sehingga dibutuhkan metode pembelajaran yang berbeda pula. Dengan
banyak ragam metode pembelajaran yang ada, ternyata masing-masing metode
tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, ketepatan metode
pembelajaran yang dipilih memainkan peranan utama dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Metode pembelajaran yang akan dipilih tentu harus disesuaikan
dengan tujuan dan materi pelajaran yang akan diajarkan. Agar guru dapat
memanfaatkan kelebihan dan mengurangi kelemahan suatu metode, maka dapat
dilakukan alternatif kombinasi metode, misal: metode ceramah dan diskusi.
Keunggulan metode diskusi adalah memungkinkan adanya interaksi antara guru
dengan siswa atau siswa dengan siswa. Dengan metode ini guru dapat membaca
pikiran siswa tentang konsep yang baru dipelajari, menilai pemahaman dan
reaksi/emosi siswa terhadap konsep baru. Namun karena metode diskusi baru
dapat berjalan dengan baik bila siswa telah memiliki pengalaman atau konsep dasar
tentang masalah yang akan didiskusikan. Maka metode ceramah dapat
dimanfaatkan untuk menerangkan teori/konsep sebelum diskusi dilaksanakan.
72
E. Aktivitas Pembelajaran
Identitas
Kelas/Semester : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
73
………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
Dst.
………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………..
Hasil indentifikasi yang menunjukkan metode yang digunakan dalam RPP dengan
menunjukkan penggunaannya dalam langkah pembelajaran atau sintak-sintak dari
model yang digunakan (Pendahuluan, inti, dan penutup).
………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
Dst.
4. Berikan alasan apakah model dan metode yang digunakan telah menunjukkan
atau menfasilitasi terselenggaranya pembelajaran yang berorientasi
keterampilan berpikir tingkat tinggi?
74
F. Rangkuman
Pada bagian ini, Saudara harus lebih banyak bertanya pada diri sendiri mengenai
berbagai hal yang sudah Saudara dapatkan selama mengikuti kegiatan dalam modul
ini dan juga di kelas.
75
o Apakah semua materi sudah saya pahami dengan baik?
o Kesulitan terbesar apa yang saya alami untuk memahami materi?
o Apakah semua aktivitas sudah saya lakukan?
o Apakah semua aktivitas dan tugas dapat saya selesaikan?
o Apakah manfaat pengetahuan dan keterampilan yang sudah saya
dapatkan?
Jika ternyata sebagian besar Anda masih ragu atas pertanyaan-pertanyaan di atas,
maka beberapa hal dapat Anda lakukan:
1. Baca kembali materi secara teliti, bila perlu diskusikan kembali dengan teman
sejawat yang dianggap mampu.
2. Periksa kembali aktivitas dan hasil yang sudah diperoleh, cermati kesalahan
yang mungkin Anda lakukan atau bagian-bagian di mana yang belum dipahami.
Konsultasikan dengan teman sejawat yang dianggap mampu.
76
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4
PRAKTIK PENYUSUNAN SKENARIO PEMBELAJARAN YANG
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT
TINGGI BERORIENTASI PISA
Sementara itu, untuk memperkuat pemahaman siswa terkait materi yang dipelajari
guru menerampilkan siswanya melalui aktivitas menyelesaikan soal-soal yang
berorientasi pada Asesmen Kompetensi Minimal (AKM) dan PISA diantaranya
pembelajaran dengan menggunakan kalkulator dan spreedsheet.
77
B. Tujuan Pembelajaran
D. Uraian materi
Berikut ini akan diuraiakan tentang langkah menyusun desain atau skenario
pembelajaran, contoh penyusunan desain atau skenario pembelajaran, dan
pembelajaran dengan menggunakan kalkulator dan spreadsheet.
78
a. Menentukan dan menganalisis kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dengan
tuntutan Permendikbud nomor 37 tahun 2018 tentang KD yang menjadi
sasaran minimal yang akan dicapai sesuai KD, dengan menggunakan format
seperti tertera pada tabel 5.1 berikut ini.
KD Pengetahuan KD Keterampilan
< Nomor KD >< KD Pengetahuan > < Nomor KD >< KD Keterampilan >
NO KD TARGET KD
KD Pengetahuan
KD Keterampilan
c. Proyeksikan dalam sumbu simetri seperti pada tabel 5.3 kombinasi dimensi
pengetahuan dan proses berpikir berikut ini.
79
Tabel 5 .3. Kombinasi Dimensi Pengetahuan dan Proses Berpikir
Perumusan IPK dapat dilakukan dengan mengisi format yang tertera pada
tabel 5.4 berikut.
80
Tabel 5.4. Merumuskan IPK
KD IPK
KD Pengetahuan: ……………………….
IPK Penunjang
IPK Kunci
IPK Pengayaan
KD Keterampilan: ……………………….
IPK Penunjang
IPK Kunci
IPK Pengayaan
81
(4) 4C (creativity, critical thinking, communication, collaboration)
(5) Pengembangan Pendidikan Karakter (PPK) dan literasi
Poin 5) dan 6) dapat diimplementasikan dalam format yang tertera dalam tabel
5.5 dibawah.
Sumber
Kegiatan Pembelajaran Metode Penilaian
Belajar/ Media
82
desain atau skenario pembelajaran dapat dilihat dari contoh perwakilan dari setiap
jenjeng (SD, SMP, SMA, dan SMK).
a. Contoh Jenjang SD
KD Pengetahuan KD Keterampilan
NO KD Target KD
KD Pengetahuan
KD Keterampilan
2. Analisis KD
83
Perhatikan kata kerja operasional pada KD tersebut pada proses berpikir
C1 dan C4, untuk itu diperlukan proses berpikir C2 dan C3 terlebih
dahulu sebagai jembatan.
3. Perumusan IPK
KD IPK
KD Pengetahuan:
KD Keterampilan:
4.6 Membuat jaring-jaring bangun ruang sederhana (kubus dan balok)
84
IPK Penunjang ---------------------------
a. Tujuan Pembelajaran
85
susunan yang sama untuk mempermudah mengingat bentuk dan
banyaknya jaring-jaring kubus.
10) Melalui penugasan dan diskusi kelompok dengan kerja sama peserta
didik dapat menunjukkan jaring-jaring balok dengan beberapa
kemungkinan yang ada.
11) Melalui pengamatan, diskusi klasikal, dan bimbingan guru peserta didik
dapat menunjukkan banyaknya jaring-jaring balok ada 6 (enam) macam
jaring-jaring balok.
12) Melalui penugasan, secara mandiri peserta didik dapat membuat jaring-
jaring kubus dan balok dengan benar.
13) Melalui penugasan, secara mandiri dan/atau kelompok peserta didik
dapat merancang banyaknya kubus dan/atau balok dengan ukuran
tertentu dari kertas/bahan yang ada dengan benar.
b. Kegiatan pembelajaran
1) Pendahuluan
2) Inti
86
d) Guru menyampaikan relevansinya bangun kubus dan balok dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan pertanyaan dan jawaban siswa.
Pada tahap ini kegiatan guru yang utama adalah mengorganisasikan siswa
untuk belajar yang berhubungan dengan tugas yang diberikan. Kegiatan
yang bisa dilakukan guru adalah sebagai berikut.
Contoh:
87
b) Guru membimbing siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
kritis berkaitan dengan jaring-jaring kubus sehingga peserta didik dapat
menemukan beberapa macam jaring-jaring kubus dan membedakan
gambar susunan persegi yang merupakan jaring-jaring kubus dan mana
yang bukan merupakan jaring-jaring kubus.
Pada tahap ini guru memandu dan memfasilitasi siswa untuk menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kegiatan yang bisa dilakukan
guru adalah sebagai berikut.
88
(a) Pola 1-4-1
c. Sumber Belajar
89
d. Penilaian
Kelas : VIII/1
KD Pengetahuan KD Keterampilan
3.4. Menganalisis fungsi linear 4.4. Menyelesaikan masalah
(sebagai persamaan garis lurus) dan kontekstual yang berkaitan dengan
menginter-pretasikan grafiknya yang fungsi linear sebagai persamaan garis
dihubungkan dengan masalah lurus
kontekstual
NO KD TARGET KD
KD Pengetahuan
1. Menganalisis fungsi linear (sebagai
3.4 Menganalisis fungsi linear
persamaan garis lurus).
(sebagai persamaan garis
lurus) dan menginterpreta- 2. Menginterpretasikan grafik fungsi
sikan grafiknya yang linear yang dihubungkan dengan
dihubungkan dengan masalah kontekstual.
masalah kontekstual
KD Keterampilan
1. Menyelesaikan masalah kontekstual
4.4 Menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan fungsi linear
kontekstual yang berkaitan
sebagai persamaan garis lurus
dengan fungsi linear sebagai
persamaan garis lurus
90
2. Analisis KD
3. Perumusan IPK
KD IPK
KD Pengetahuan:
IPK Penunjang 3.4.1 Mengidentifikasi koordinat titik dari gambar garis lurus
3.4.2 Membedakan bentuk umum fungsi linier dan selain
fungsi linier dari persamaan yang diketahui
3.4.3 Menentukan kemiringan garis yang melalui dua buah
titik dari sebuah garis lurus
3.4.4 Menentukan persamaan garis yang melewati titik
koordinat (0,0) dan (0,c)
3.4.5 Menentukan persamaan garis yang melewati titik
koordinat (0,0) dan (a,b)
3.4.6 Menentukan persamaan garis jika disajikan grafik garis
lurusnya
3.4.7 Menentukan persamaan garis jika diketahui satu titik
dan gradien
3.4.8 Menentukan persamaan garis jika diketahui dua buah
titik
IPK Kunci 3.4.9 Mengidentifikasi dua garis yang saling sejajar dari
fungsi linier sebagai persamaan garis lurus (C4)
3.4.10 Mengidentifikasi dua garis yang saling tegak lurus
dari fungsi linier sebagai persamaan garis lurus (C4)
3.4.11 Menafsirkan hubungan dua garis lurus dari koefisien
variabel persamaan garis lurus yang disajikan (C5)
91
IPK Pengayaan -----------------------------------------------------
KD Keterampilan:
a. Tujuan Pembelajaran
1) Melalui pengamatan secara berkelompok peserta didik dapat
menggambar garis lurus dari persamaan yang ada pada LKPD (Lembar
Kerja Peserta Didik).
2) Melalui diskusi kelompok dan tanya jawab siswa dapat menemukan ciri
penting yang dimiliki oleh setiap garis lurus
3) Melalui diskusi, menyelesaikan LKPD, dan pengamatan grafik peserta didik
dapat bekerjasama menemukan ciri khusus setiap garis lurus adalah
memiliki kemiringan dan cara untuk mencari kemiringan suatu garis lurus
yang berlaku umum kepada setiap garis lurus .
4) Melalui diskusi kelompok dan bimbingan guru siswa dapat menemukan
kemiringan sebuah garis dengan menggunakan bahasa matematika.
5) Melalui diskusi kelompok dan bimbingan guru siswa dapat menentukan
kemiringan garis dengan menggunakan rumus dengan beberapa variabel
yang berbeda.
6) Melalui penugasan dan diskusi kelompok peserta didik dapat
menyelesaikan soal yang berbeda yang diketengahkan dalam LKPD sebagai
aplikasi dari yang dipelajari sebelumnya.
7) Melalui paparan hasil kerja kelompok peserta didik secara individu dapat
memberikan tanggapan/refleksi tanggapan dari hasil paparan.
92
8) Melalui penugasan peserta didik secara individu dapat menyelesaikan tes
singkat untuk menguji kemampuan menguasai pembelajaran tentang
gradien.
b. Kegiatan pembelajaran
1) Pendahuluan
2) Kegiatan Inti
Fase 1 (eksplorasi)
Fase 2 (Conjecture)
Fase 3 (Generalisasi)
93
Fase 4 (Verifikasi)
c. Sumber Belajar/Media/Bahan
1) LCD Proyektor, Paparan Power Point
2) LKPD
3) Buku Matematika SMP Kelas 2
4) Buku Matematika untuk SMP Kelas VIII
5) Buku Siswa Kelas VIII
d. Penilaian
94
c. Contoh Jenjang SMA/SMK
KD Pengetahuan KD Keterampilan
NO KD TARGET KD
KD Pengetahuan
KD Keterampilan
2. Analisis KD
95
3. Perumusan IPK
KD IPK
KD Pengetahuan:
3.3 Menyusun sistem persamaan linear tiga variabel dari masalah kontekstual
96
4. Perumusan Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan Model Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran
b. Kegiatan pembelajaran
1) Pendahuluan
2) Inti
97
dan menginterpretasi setiap informasi secara matematis, tidak melebar ke hal-
hal yang di luar jangkauan matematika. Siswa fokus menemukan komponen
pada SPLTV.
98
secara cermat. Dapat diarahkan dalam lembar kerja.
b) Guru mendorong siswa di tiap kelompok, untuk menerapkan strategi
pemecahan dengan tepat dan cermat. Guru mendorong siswa untuk berpikir
argumentatif (penalaran).
c) Siswa menyajikan penyelesaian masalah SPLTV tersebut dan hasilnya dalam
bentuk laporan tiap kelompok. Guru mendorong siswa untuk menuliskan
pemecahan dengan tepat dan beralasan.
a) Pada tahap ini siswa didorong untuk melakukan pengecekan kembali, atas
laporan penyelesaian masalah yang sudah dituliskan.
b) Siswa kemudian melaporkan dengan presentasi agar dapat dinilai dan diberi
saran oleh kelompok lain.
c) Guru mendorong setiap siswa untuk berpikir evaluatif terhadap hasil
penyelesaian kelompok lain. Juga mendorong siswa untuk berpikir nalar
argumentatif untuk bertanya jawab.
d) Siswa didorong menyimpulkan proses dan hasil penyelesaian masalah,
terkait dengan langkah-langkah pemecahan, bentuk model SPLTV, dan
strategi pemecahannya. Guru dapat menggunakan file presentasi untuk
penguatan.
3) Penutup
c. Sumber Belajar/Media
1) Buku Kurikulum 2013
2) Lembar Kerja
3) File presentasi untuk pendahuluan dan penguatan
d. Penilaian
1) Sikap (menggunakan observasi dengan lembar pengamatan)
2) Pengetahuan (tes tertulis, bentuk uraian)
3) Keterampilan (tes tertulis, bentuk uraian)
99
3. Pembelajaran dengan Menggunakan Kalkulator atau Spreadsheet
100
Berikut akan diberikan contoh cara menggunakan kalkulator tersebut. Misalnya
kita akan menggunakan kalkulator untuk mengetahui berat ideal seseorang. Menu
yang kita gunakan adalah Fitness & Health Calculators, klik pada menu tersebut
sehingga akan muncul tampilan berikut.
Selanjutnya klik link Ideal Weight Calculator. Maka akan muncul kalkulator
yang dapat digunakan untuk menghitung rentang berat ideal (ideal bodyweight
=IBW) berdasarkan umur, tinggi badan dan jenis kelamin (gender) berdasarkan
rumus yang telah lama ditemukan oleh beberapa pakar, sebagaimana ditunjukkan
pada tampilan berikut.
101
Pada tampilan di atas diberikan contoh, laki-laki dengan umur 25 tahun, dan
tinggi badan 160 cm, maka setelah dihitung menggunakan kalkulator didapatkan
hasil berat ideal dari beberapa pakar yang terkait dan range berat idealnya. Berat
badan ideal (IBW) menurut menurut beberapa pakar adalah sebagai berikut:
Robinson (1983) = 57,7 kg; Miller (1983) = 60,4 kg; Devine (1974) = 56,9 kg;
dan menurut Hamwi (1964) = 56,1 kg; serta range berat ideal adalah = 47,4 – 64
kg. Pada bagian bawah situs tersebut juga diberikan penjelasan secara panjang
lebar mengenai cara mendapatkan berat ideal dan juga perhitungan untuk
mendapatkan range berat ideal.
102
menggunakan spreadsheet. Hal ini penting sebab banyak permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari maupun permasalahan dari berbagai informasi/data dari
berbagai media yang perlu diketahui dampaknya dengan melakukan perhitungan-
perhitungan terhadap data tersebut. Untuk melakukan perhitungan tersebut
mungkin tidak mudah dilakukan dengan kalkulator, tetapi akan lebih mudah jika
dilakukan menggunakan spreadsheet. Dengan demikian pengenalan spreadsheet
untuk menyelesaikan permasalahan terkait pembacaan data perlu dikenalkan
kepada peserta didik. Berikut diberikan contoh Data Curah Hujan Stasiun Pos
Polonia Kota Medan yang dapat dijadikan materi ke peserta didik terkait
permasalahan yang dapat diselesaikan menggunakan spreadsheet.
103
Beberapa hal yang bisa didiskusikan untuk dianalisis bersama peserta didik dari
data tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Peserta didik diminta untuk menganalisis, dari 10 tahun data curah hujan di
Polonia Medan, curah hujan tertinggi terjadi pada tahun berapa bulan apa?
Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan cara mencari curah hujan
tertinggi pada masing-masing tahun. Bisa diletakkan pada sel C17 dengan
menuliskan rumus =MAX(C5:C16) kemudian tekan ENTER di keyboard.
Berikutnya, letakkan kursor pada ujung kanan atas atau kanan bawah sel C17
sehingga kursor berbentuk + (plus), selanjutnya tarik ke kanan sampai sel
L17 sehingga didapatkan nilai maksimum (curah hujan tertinggi) pada
masing-masing tahun.
Selanjutnya mencari nilai tertinggi dari curah hujan tertinggi pada masing-
masing tahun. Bisa diletakkan pada sel M17 dengan menuliskan rumus
=MAX(C17:L17) kemudian tekan ENTER di keyboard. Sehingga
didapatkan nilai curah hujan tertinggi di polonia medan adalah 215,5. Kalau
dilihat lebih lanjut maka akan terlihat bahwa hal tersebut terjadi pada tahun
2014. Sebagaimana terlihat pada gambar berikut.
104
2) Peserta didik diminta untuk menganalisis, dari 10 tahun data curah hujab
di Polonia Medan, curah hujan terendah terjadi pada tahun berapa bulan
apa?
Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan cara mencari curah hujan
terendah pada masing-masing tahun. Bisa diletakkan pada sel C18 dengan
menuliskan rumus =MIN(C5:C16) kemudian tekan ENTER di keyboard.
Berikutnya, letakkan kursor pada ujung kanan atas atau kanan bawah sel
C18 sehingga kursor berbentuk + (plus), selanjutnya tarik ke kanan sampai
sel L18 sehingga didapatkan nilai minimum (curah hujan terendah) pada
masing-masing tahun.
105
3) Berapakah rata-rata curah hujan selama 10 tahun tersebut?
Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan cara mencari rata-rata curah
hujan pada masing-masing tahun. Bisa diletakkan pada sel C19 dengan
menuliskan rumus =AVERAGE(C5:C16) kemudian tekan ENTER di
keyboard. Berikutnya, letakkan kursor pada ujung kanan atas atau kanan
bawah sel C19 sehingga kursor berbentuk + (plus), selanjutnya tarik ke
kanan sampai sel L19 sehingga didapatkan nilai rata-rata curah hujan pada
masing-masing tahun.
Selanjutnya mencari nilai rata-rata dari rata-rata curah hujan pada masing-
masing tahun. Bisa diletakkan pada sel M19 dengan menuliskan rumus
=AVERAGE(C19:L19) kemudian tekan ENTER di keyboard. Sehingga
didapatkan nilai rata-rata curah hujan di Polonia Medan adalah 59,24
(dalam 2 digit di belakang koma). Sebagaimana terlihat pada gambar
berikut.
106
4) Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada tahun berapa?
Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan cara mencari nilai maksimum
dari curah hujan tertinggi pada masing-masing tahun yang telah dihitung
sebelumnya. Bisa diletakkan pada sel M19 dengan menuliskan rumus
=MAX(C19:L19) kemudian tekan ENTER di keyboard.
Sehingga didapatkan nilai rata-rata curah hujan tertinggi di polonia medan
adalah 87,42 (dalam 2 digit di belakang koma). Kalau dilihat lebih lanjut
maka akan terlihat bahwa rata-rata curah hujan tertinggi di Polonia Medan
terjadi pada tahun 2014. Sebagaimana terlihat pada gambar berikut.
5) Berapa perbedaan yang terjadi antara rata-rata curah hujan dua tahun
terakhir pada data yang disajikan?
Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan cara mencari selisih antara
rata-rata curah hujan tahun 2015 dan 2016. Bisa diletakkan pada sel O19
dengan menuliskan rumus =K19-L19 kemudian tekan ENTER di
107
keyboard. Sehingga didapatkan nilai 13,20 (dalam 2 digit di belakang
koma). Sebagaimana terlihat pada gambar berikut.
E. Aktivitas Pembelajaran
Tujuan Kegiatan
Langkah Kegiatan:
1. Siapkan satu pasang KD pada mapel dan jenjang yang sesuai Permendikbud
Nomor 37 Tahun 2018.
108
4. Simulasikan model pembelajaran berorientasi HOTS sesuai skenario peserta
lain menyimak dengan cermat untuk memberikan saran perbaikan.
5. Perbaiki hasil desain pembelajaran berorientasi HOTS yang dibuat sesuai saran.
Mata Pelajaran :
Kelas :
Kompetensi Inti :
KD Pengetahuan KD Keterampilan
NO KD Target KD
KD Pengetahuan
KD Keterampilan
109
LK 1.d Format Perumusan IPK
KD IPK
KD Pengetahuan: ……………………….
IPK Penunjang
IPK Kunci
IPK Pengayaan
KD Keterampilan: ……………………….
IPK Penunjang
IPK Kunci
IPK Pengayaan
Tujuan Pembelajaran:
……………………………………………………………………………………………………………………
1. Pertemuan/Pembelajaran Ke:
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------
110
1. LK 1 cukup 1 PB yang dipilih
2. Jika pada satu PB terdapat 2 atau lebih muatan mata pelajaran maka LK 1a
sd 1e harus dikerjakan sesuai jumlah muatan mapel yang ada pada PB
tersebut.
Tujuan Kegiatan:
Langkah Kegiatan:
F. Rangkuman
Pada bagian ini, Anda harus lebih banyak bertanya pada diri sendiri mengenai
berbagai hal yang sudah Saudara dapatkan selama mengikuti kegiatan dalam modul
ini dan juga di kelas. Beberapa di antaranya sebagai berikut.
111
o Apa yang sudah saya pelajari?
Jika ternyata sebagian besar Anda masih ragu atas pertanyaan-pertanyaan di atas,
maka beberapa hal dapat Anda lakukan.
1. Baca kembali materi secara teliti, bila perlu diskusikan kembali dengan teman
sejawat yang dianggap mampu.
2. Periksa kembali aktivitas dan hasil yang sudah diperoleh, cermati kesalahan
yang mungkin Anda lakukan atau bagian-bagian di mana yang belum dipahami.
Konsultasikan dengan teman sejawat yang dianggap mampu.
112
BAGIAN III EVALUASI
D. Memindahkan bentuk data masalah dari bentuk yang satu ke bentuk yang
lain.
2. Berikut ini beberapa jenis berpikir yang termasuk ke dalam atau merupakan
ciri dari berpikit tingkat tinggi, kecuali:
A. Berpikir kritis
B. Berpikir logis
C. Berpikir nalar
D. Berpikir metakognitif
A. Bersifat algoritmik
B. Cenderung kompleks
C. Memuat penafsiran
D. Membutuhkan dugaan
B. Kata kreasi atau mencipta merupakan keterampilan yang paling utama dan
penuh inovasi
113
C. Mengkreasi membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
menilai.
A. Reflektif
B. Membuat keputusan
C. Menemukan ketidakcocokan
114
A. Membutuhkan solusi sesegera mungkin
10. Berikut ini merupakan salah satu dari empat tahap utama dalam pemecahan
masalah (problem-solving), kecuali:
11. Dalam konteks Kurikulum 2013, ranah kompetensi dasar yang terkait dengan
berpikir tingkat tinggi adalah:
12. Kecakapan abad 21 berkaitan erat dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
karena kecakapan abad 21 meliputi:
13. Salah satu alasan pentingnya keterampilan berpikir tingkat tinggi berkaitan
dengan UN adalah …
115
B. Kemampuan berpikir tingkat tinggi berpengaruh positif ke peningkatan
skor UN.
16. Berikut ini beberapa paradigma perubahan proses pembelajaran yang terdapat
dalam Kurikulum 2013, terkait dengan upaya pengembangan keterampilan
berpikir tingkat tinggi, kecuali:
A. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu
116
17. Dalam Kurikulum 2013, pembelajaran keterampilan berpikir tingkat tinggi,
menggunakan cara sebagai berikut:
117
20. Pertanyaan-pertanyaan scaffolding membantu siswa melakukan aktivitas yang
terkait keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti di bawah ini, kecuali:
C. Apakah jawaban kamu masuk akal, mengapa? Apakah berlaku untuk semua
data?
D. Apa yang ditanyakan dari soal? Apa pula yang diketahui dari soal?
21. Berikut ini unsur yang harus termuat dalam suatu model pembelajaran, kecuali:
A. Sistem sosial atau peran-peran yang diperlukan untuk guru dan siswa.
A. Ada masalah
B. Ada generalisasi
A. Membimbing penyelidikan
24. Pada model pembelajaran berbasis proyek, berikut ini dapat ditempuh guru
untuk mendorong berpikir tingkat tinggi, kecuali:
118
C. Menyiapkan format laporan yang sistematis dan mudah diikuti.
A. Debat
B. Tanya jawab
C. Latihan soal
D. Curah pendapat
26. Agar metode demonstrasi dapat mendorong siswa berpikir tingkat tinggi, maka
hal yang dapat dilakukan antara lain:
27. Metode tanya jawab akan sangat efektif untuk mendorong siswa berpikir
tingkat tinggi, antara lain dilakukan dengan cara sebagai berikut, kecuali:
28. Metode brain storming atau curah pendapat dapat dikelola untuk aspek-aspek
berikut, kecuali:
A. Aspek pengetahuan
B. Berpikir mengingat
119
29. Skenario pembelajaran yang mendorong keterampilan berpikir tingkat tinggi
pada materi pembelajaran, terlihat dalam komponen berikut, kecuali:
A. Kegiatan Inti
B. Implementasi model
C. Penilaian proses
D. Penataan kelompok
B. Alat, bahan dan sumber belajar yang diperlukan untuk menunjang model
pembelajaran.
120
BAGIAN IV PENUTUP
Kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi secara langsung akan berpengaruh
pada kemampuan siswa untuk menghadapi tes-tes standar termasuk AN (Asessmen
Nasional), oleh karena itu guru tidak perlu berpuas diri jika siswa hanya mampu
meniru proses belajar, siswa harus meningkatkan ke meta-kognitif. Selebihnya
memberikan soal-soal yang bersifat kontekstual nyata merupakan cara terbaik
untuk meningkatkan literasi matematis siswa dan ini relevan dengan kemampuan
yang diperlukan dalam konteks PISA.
121
KUNCI JAWABAN EVALUASI
122
DAFTAR PUSTAKA
Brookhart, S. (2010). How to Assess Higher Order Thinking Skills in Your Classroom,
ASCD. http://www.ascd.org/Publications/Books/Overview/How-to-Assess-
Higher-Order-Thinking-Skills-in-Your-Classroom.aspx
Collins, R. (2014). Skills for the 21st Century: teaching higher-order thinking.
Curriculum and Leadership Journal. 12(4). Available online
http://www.curriculum.edu.au/leader/teaching_higher_order_thinking,374
31.html?issueID=12910.
Hendriyana, H., Rohaeti, E. E. dan Utari Sumarmo. (2017). Hard Skill dan Soft Skill
Matematik Siswa. Bandung: Refika Aditama.
Joyce Bruce dan wail arsha. (1980). Model of Teaching, 2th edition (New Jersey:
Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliiffs)
Kemdikbud. (2014). Permendikbud no. 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
Pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Jakarta: kemdikbud.
123
Kemdikbud. (2017). Model-model Pembelajaran. Suplemen pendukung implementasi
Kurikulum 2013. Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemdikbud.
NCTM (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston,
Vancouver: National Council of Teachers of Mathematics.
OECD. (2020). PISA for Development Assesment and Analytical Framework, reading,
mathematics and science. Paris: OEDC Publishing.
Su, H.F., Ricci, F.A., & Mnatsakanian, M. (2016). Mathematical teaching strategies:
Pathways to critical thinking and metacognition. Journal of Research in
Education and Science (IJRES), 2 (1), 190-200.
124
Pelatihan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Dalam Pembelajaran Matematika
Berorientasi PISA