Anda di halaman 1dari 54

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA


PADA MATERI VEKTOR KELAS X
DI SMAI NFBS LEMBANG

Nama: Vina Lusiana, S.Pd


NIPY. 1710.0495

YAYASAN PENDIDIKAN PESANTREN ISLAM MADANI


SMA ISLAM NURUL FIKRI BOARDING SCHOOL LEMBANG
BANDUNG BARAT
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR GAMBAR 6
BAB I. PENDAHULUAN 7
A. Latar Belakang..............................................................................................7
B. Rumusan Masalah.........................................................................................9
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................9
D. Manfaat.......................................................................................................10
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA 11
A. Landasan Teori............................................................................................11
1. Motivasi Belajar......................................................................................11
2. Hasil Belajar............................................................................................16
3. Problem Based Learning.........................................................................23
B. Kerangka Berpikir.......................................................................................31
C. Hipotesis Tindakan.....................................................................................34
BAB III. METODE PENELITIAN 35
A. Setting Penelitian........................................................................................35
1. Lokasi Penelitian.....................................................................................35
2. Subjek penelitian.....................................................................................35
B. Prosedur Penelitian.....................................................................................35
1. Desain Penelitian Siklus I........................................................................37
2. Desain Penelitian Siklus II Dan Seterusnya ...........................................39
C. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................39
1. Test..........................................................................................................40
2. Non Test...................................................................................................40
D. Teknik Analisis Data...................................................................................41
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan .................................................................42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 43
A. Hasil Penelitian...........................................................................................43
B. Pembahasan.................................................................................................43
BAB V. PENUTUP 44
A. Kesimpulan.................................................................................................44
B. Saran............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 48
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, keberhasilan dalam keberlangsungan proses belajar
mengajar bukan hanya dipengaruhi oleh faktor intelektual saja, melainkan juga
oleh faktor-faktor nonintelektual lain yang tidak kalah penting dalam menentukan
hasil belajar seseorang, salah satunya adalah kemampuan seseorang siswa untuk
memotivasi dirinya. Mengutip pendapat Goleman (2005:44), kecerdasan
intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah
sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan
emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri
sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati
(mood), berempati serta kemampuan bekerja sama. Motivasi belajar memiliki
peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun
dalam pencapaian hasil belajar.
Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah,
semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai
motivasi tinggi mempunyai energi yang lebih banyak untuk melaksanakan
kegiatan belajar, yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang lebih
baik. Dengan demikian, motivasi yang dimiliki oleh siswa sangat menentukan
tingkat keberhasilan atau gagalnya perbuatan belajar siswa tersebut. Seorang
siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, akan mampu meraih keberhasilan baik
dalam proses maupun output atau hasil belajarnya. Begitupula sebaliknya, seorang
siswa yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar, sehingga akan sangat sulit untuk berhasil baik dalam
proses maupun output atau hasil belajarnya..
Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar maka proses mengajar
guru harus memiliki strategi yang tepat agar siswa dapat menerima pelajaran
secara efektif dan efisien sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai secara
optimal. Proses pembelajaran yang efektif salah satunya tergantung pada metode
dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru dalam menggunakan
strategi dan metode pembelajaran harus memperhatikan materi pelajaran yang
akan disampaikan kepada peserta didik sehingga dapat menunjang kegiatan
pembelajaran dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Implementasi kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya peningkatan mutu
pendidikan formal di Indonesia, dalam implementasinya kurikulum 2013
merupakan proses pengembangan pembelajaran dan salah satunya adalah pola
pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif sehingga siswa termotivasi untuk
terus mengembangkan kemampuan belajarnya baik secara mandiri maupun secara
berkelompok (berbasis tim) dengan berbagai disiplin ilmu yang mereka miliki
untuk mampu memecahkan masalah matematika dalam dunia nyata sehingga
dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan mengembangkan
keterampilan berpikir kritis.
Motivasi siswa sangat dibutuhkan untuk mampu menyelesaikan masalah
matematika sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang lebih menarik,
menyenangkan dan dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis siswa.
Kurangnya motivasi siswa dapat menyebabkan minat belajar siswa berkurang dan
berpengaruh pada hasil belajar siswa itu sendiri. Pengalaman peneliti saat
melakukan proses pembelajaran di kelas, siswa sangat kurang motivasinya dalam
pembelajaran eksak salah satunya pembelajaran matematika. Siswa berasumsi
bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dimengerti dan difahami. Ketika
motivasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika berkurang maka hasil
belajar yang didapatkan ketika peneliti melakukan evaluasi pun sangat rendah,
sehingga dibutuhkan stimulus agar siswa sadar bahwa matematika adalah ilmu
yang berguna bagi siswa dalam pemecahan masalah dalam kehidupannya di masa
depan dengan cara membantu siswa untuk mengimplementasikan pengetahuan
pada sebuah realita problem matematika yang terjadi dalam kehidupan nyata
kemudian Peneliti sebagai fasilitator mampu memberikan solusi yang tepat dalam
setiap permasalahan yang diberikan.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan perubahan dalam proses pembelajaran yang
ada. Peneliti disini mencoba menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning dengan tujuan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Problem
Based Learning dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk pengembangan
kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi
pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan
menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan
sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik (Sofian dkk.,2018:48). Dimana
model ini akan menciptakan pembelajaran yang tidak kaku dan penuh kerjasama
antar siswa, membangun berfikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah nyata
yang diberikan serta melatih kesiapan siswa dalam memahami materi yang
diberikan oleh guru. Menurut Duth (dalam Shoimin (2014:130), Problem Based
Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik
belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini berjudul
“Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimanakah Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Motivasi Siswa Pada Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang?
2. Bagaimanakah Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang diharapkan dari
kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning pada Materi Vektor Kelas X di SMAI
NFBS Lembang.
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning pada Materi Vektor Kelas X di SMAI
NFBS Lembang.

D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1. Bagi Siswa:
a. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada Materi Vektor
b. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam menganalisa memcahkan
masalah pada Materi Vektor
2. Bagi Guru:
a. Dapat menyajikan materi pembelajaran berorientasi pada siswa
b. Dapat mengembangkan aktivitas guru dalam menciptakan strategi
pembelajaran di kelas
3. Bagi Sekolah:
a. Dapat meningkatkan mutu Pendidikan di sekolah, khususnya pada
KBM
b. Meningkatnya kualitas pembelajaran di sekolah dan salah satu model
yang dapat digunakan dalam memotivasi belajar siswa di sekolah
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata latin, yaitu ”movere” yang artinya dorongan atau
daya penggerak. Standford (dalam Mangkunegara, 2017:93) mengatakan bahwa
“motivation as an energizing condition of the organism that services to direct that
organism toward the goal of a certain class” (motivasi sebagai suatu kondisi yang
menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu). Menurut Sardiman
(2018:73), motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam
subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk membangkitkan gairah
belajar siswa sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik. Adapun
pengertian motivasi belajar menurut Sardiman (2018:75) adalah “Keseluruhan
daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.
Uno (2017:23), mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan internal
dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul baik
dari dalam maupun dari luar diri siswa, yang mampu menimbulkan semangat dan
kegairahan belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan
yang dikehendaki dapat tercapai.

b. Manfaat Motivasi Belajar


Motivasi belajar mempunyai manfaat yang sangat penting dalam suatu
kegiatan, yang nantinya akan mempengaruhi kekuatan dari kegiatan belajar
tersebut. Dimana motivasi merupakan pendorong seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan. Menurut Sardiman (2018:25), Manfaat motivasi ada 3 yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Selanjutnya, Sukmadinata (2011:62), mengatakan bahwa motivasi memiliki 2


Manfaat, yaitu:

1) Mengarahkan (directional function) Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi


berperan mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan
dicapai. Apabila sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh
individu, maka motivasi berperan mendekatkan. Sedangkan bila sasaran tidak
diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran
2) Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and energizing
function) Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya
sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah
dan 12 kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila
motivasinya besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguhsungguh,
terarah dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih
besar.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar


bermanfaat sebagai pendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yaitu
belajar sehingga mampu mencapai prestasi atau hasil belajarnya. Dengan adanya
usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang
melakukan kegiatan belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik dan
sasaran yang menjadi tujuannya akan tercapai.

c. Jenis-jenis Motivasi Belajar


Motivasi belajar banyak sekali jenisnya, karena dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang. Namun penulis hanya akan membahas dari dua macam sudut
pandang yaitu motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang yang biasa
disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar pribadi seseorang
yang biasa disebut motivasi ekstrinsik.
Menurut Tambunan (2015:196), motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
merupakan jenis motivasi berdasarkan sumbernya. Adapun motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik tersebut yaitu:
1) Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang ditimbulkan dari diri seseorang.
Motivasi ini biasanya timbul karena adanya harapan, tujuan dan keinginan
seseorang terhadap sesuatu sehingga dia memiliki semangat untuk mencapai
itu.
2) Motivasi ekstrinsik, adalah sesuatu yang diharapkan akan diperoleh dari luar
diri seseorang. Motivasi ini biasanya dalam bentuk nilai dari suatu materi,
misalnya imbalan dalam bentuk uang atau intensif lainnya yang diperoleh
atas suatu upaya yang telah dilakukan.
Adapun menurut Sardiman (2018:89), mengatakan bahwa motivasi intrinsik
dan ekstrinsik adalah sebagai berikut:
1) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.
2) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
karena adanya rangsangan dari luar.
Menurut pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar yang ada pada diri siswa diantaranya motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri siswa
itu sendiri, tanpa adanya rangsangan dari luar, sebaliknya motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang dimbul akibat adanya rangsangan dari luar diri siswa.

d. Indikator Motivasi Belajar


Dalam kegiatan belajar, siswa memerlukan motivasi. Motivasi yang ada
pada pada diri setiap siswa itu memiliki ciri-ciri yang berbeda. Menurut Sardiman
(2018:83), ciri-ciri motivasi yang ada pada siswa diantaranya:
1) Tekun menghadapi tugas, artinya siswa dapat bekerja secara terus menerus
dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai.
2) Ulet menghadapi kesulitan, siswa tidak lekas putus asa dalam menghadapi
kesulitan. Siswa bertanggung jawab terhadap keberhasilan dalam belajar
dan melaksanakan kegiatan belajar.
3) Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, berani menghadapi
masalah dan mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi.
Misalnya masalah ekonomi, pemberantasan korupsi dan lain sebagainya.
4) Lebih senang bekerja mandiri, artinya tanpa harus disuruh pun, ia akan
mengerjakan apa yang menjadi tugasnya.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin atau hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, artinya ia percaya dengan
apa yang dikerjakannya. h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-
soal.
Apabila siswa memiliki ciri-ciri motivasi belajar seperti diatas, berarti siswa
tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu sangat
penting dalam kegiatan pembelajaran.
Adapun indikator motivasi belajar menurut Uno (2011:23) adalah:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil Hasrat dan keinginan untuk berhasil
dalam belajar pada umumnya disebut motif berprestasi. Dimana motif
berprestasi merupakan motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas
atau pekerjaan. Seorang siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
cenderung untuk menyelesaikan tugasnya dengan cepat tanpa menunda-nunda
pekerjaan.
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar Penyelesaian suatu tugas
tidak selamanyanya dilatar belekangi oleh hasrat dan keinginan berhasil.
Kadang seseorang dalam menyelesaikan tugasnya karena adanya dorongan
menghindari kegagalan. Siswa dalam mengerjakan tugasnya dengan tekun
karena apabila tidak dikerjakan atau tidak dapat menyelesaikan tugasnya,
maka tidak akan mendapatkan nilai dari gurunya atau di olok-olok oleh
temannya bahkan akan dimarahi oleh orang tuanya.
3) Adanya harapan atau cita-cita masa depan Siswa yang ingin mendapatkan
nilai pelajarannya tinggi atau ingin mendapatkan rangking di kelas, maka
akan belajar dengan tekun dan menyelesaikan setiap tugas yang diberikan
oleh guru dengan tuntas.
4) Adanya penghargaan dalam belajar Adanya pernyataan verbal seperti pujian
atau penghargaan lainnya terhadap perilaku yang baik dan hasil belajar siswa
yang baik merupakan cara yang mudah dan efektif dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa.
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar Simulasi maupun permainan
merupakan salah satu kegiatan yang menarik dalam belajar. Suasana yang
menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna, dimana akan selalu
diingat dan dipahami. Dengan adanya kegiatan yang menarik tersebut pula
dapat memotivasi dan menggairahkan siswa untuk belajar sehingga siswa
menjadi aktif dikelas.
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang
siswa dapat belajar dengan baik. Lingkungan belajar yang kondusif yaitu
segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat poses pembelajaran yang
dilaksanakan yang sesuai dan mendukung keberlangsungan proses
pembelajaran. Dengan adanya lingkungan belajar yang kondusif seperti
keadaan kelas yang bersih, tertata rapi, tidak bising, suasana kelas yang
nyaman dan sebagainya dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dan
menjaga siswa tetap fokus dalam belajar.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa indikator
motivasi belajar yaitu ketekunan dalam mengerjakan tugas, tertarik terhadap
bermacam masalahan dan memecahkannya. Motivasi belajar juga dapat didorong
dengan adanya arahan dalam bentuk motivasi vebal, pemberian penghargaan,
pembelajaran dengan kegiatan yang menarik, dan lingkungan belajar yang
kondusif. Seorang siswa yang senantiasa memiliki motivasi belajar yang tinggi,
akan melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan belajar.

2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah di ajarkan. Hasil belajar
dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentukknya, “hasil” dan
“belajar”. Pengertian hasil belajar menunjukkan pada suatu perolehan akibat
dilakukannya aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara
fungsional, sedangkan belajar dilakukannya untuk mengusahakan adanya
perubahan perilaku pada yang belajar (Anggraini, 2017:4). Hasil belajar siswa
merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2009:3).
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada
orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti (Hamalik, 2008:30). Hasil belajar yang memerankan selaku
objek penilaian di kelas berupa keterampilan-keterampilan baru yang didapatkan
siswa setelah menyertai proses belajar mengajar tentang mata pelajaran tertentu
(Supratiknya dalam Widodo, 2012:11).
Sistem pendidikan nasional merumuskan tujuan pendidikan mengacu pada
pengelompokan hasil belajar (Yanti & Widya., 2020:8). Hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sikap dan cita-cita. Pendapat dari
Kingsley (dalam Utari, 2021:8) menunjukkan hasil belajar merupakan hasil
perubahan dari semua proses belajar yang tealh dilakukan oleh seseorang. Hasil
belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam
kehidupan siswa tersebut. Priansa (2017:82) berpendapat bahwa hasil belajar
adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh peserta didik berkat adanya usaha atau
pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga tampak perubahan
tingkahlaku pada diri individu. Selain itu menurut Christin (2016:223) hasil
belajar merupakan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pelajaran terjadi
akibat lingkungan belajar yang sengaja dibuat oleh guru melalui model
pembelajaran yang dipilih dan digunakan dalam suatu pembelajaran (Arie dkk.
2020:12).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah suatu evaluasi yang dilakukan dalam bentuk penilaian akhir dari proses
dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tesimpan dalam
jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selamanya karena hasil belajar
turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil
yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan
perilaku kerja yang lebih baik.

b. Manfaat Hasil Belajar


Manfaat hasil belajar Hasil belajar siswa, dapat diketahui pengetahuan dan
kemampuan perkembangan sekaligus tingkat keberhasilan pendidik di sekolah.
Hasil belajar harus menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih baik, sehingga
dapat bermanfaat untuk :
1) Menambah pengetahuan.
2) Memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya.
3) Mengembangkan potensi yang dimiliki.
4) Memunculkan perspektif baru.
5) Menghargai segala sesuatu yang ada (Susanto dalam Yanti Widya, 2020:10).
belajar.
Berdasarkan beberapa poin di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari
hasil belajar yaitu terjadinya perubahan perilaku siswa dalam berbagai aspek yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor.

c. Jenis-Jenis Hasil Belajar


Hasil belajar memerlukan pengukuran berupa evaluasi yang digunakan untuk
mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Hasil belajar perlu diukur untuk mengetahui sejauh mana tujuan
pembelajaran dapat dicapai. Hasil belajar ini dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik, berikut ini ranah kognitif yang disampaikan
Anderson (2001:66):
1) Ranah Kognitif Beberapa kemampuan kognitif antara lain sebagai berikut:
a. Mengingat Kemampuan mengingat, menjelaskan, mengidentifikasi, dan
mengulangi.
b. Memahami Menafsirkan,meringkas, mengklasifikasi, membandingkan dan
memaparkan makna materi.
c. Menerapkan Kemampuan berupa melaksanakan, menggunakan,
mempraktikkan, menyusun, dan menyelesaikan.
d. Menganalisis Sebuah proses analisis teoritis dengan menguraikan,
membandingkan, membedakan dan mengintegrasi.
e. Mengevaluasi Kemampuan menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi,
dan menilai.
f. Berkreasi Merancang, memperkuat, memperindah, dan mengubah
(Rusman, 2012: 126)
2) Ranah Afektif Perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda
kecenderungan untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi di dalam
lingkungan.
Kawasan ini dibagi dalam lima tujuan sebagai berikut:
a. Penerimaan (recieving) Meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai,
ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut.
b. Pemberian respons (responding) Meliputi sikap ingin merespon terhadap
sistem, puas dalam memberrespon.
c. Pemberian nilai atau penghargaan (valuing) Penilaian meliputi penerimaan
terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai dan
memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai tersebut.
d. Pengorganisasian (organization) Meliputi memilah dan menghimpun
sistem nilai yang akan digunakan.
e. Karakterisasi (characterization) Meliputi perilaku secara terus menerus
sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya.
3) Ranah Psikomotorik Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh
manusia. Ranah psikomotorik ini meliputi:
a. Meniru Kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespon.
b. Menerapkan Kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan
pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain.
c. Memantapkan Kemampuan memberikan respon yang terkorelasikan.
d. Merangkai Koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang
tepat.
e. Naturalisasi Gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan
energi fisik dan psikis yang minimal (Siregar dan Hartini, 2014: 8-12).
Berdasarkan penjelasan di atas jenis-jenis hasil belajar terdiri dari ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun dalam penelitian ini, hasil belajar yang
diukur adalah pada ranah kognitif. Hal ini dikarenakan ranah kognitif
memperhatikan beberapa aspek yaitu mulai dari mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi. Keberhasilan siswa
dalam proses pembelajaran terlihat dari sejauh mana siswa mengetahui,
memahami, dan menguasai materi yang dipelajari.

d. Indikator Hasil Belajar


Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang dalam mennguasai ilmu
pengetahuan pada suatu mata pelajaran dapat dilihat melalui prestasinya. Peserta
didik akan dikatakan berhasil apabila prestasinya baik dan sebaliknya, ia tidak
berhasil jika prestasinya rendah. Pada tingkat yang sangat umum sekali, hasil
belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
1) Keefektifan (effectiveness)
2) Efesiensi (efficiency)
3) Daya Tarik (appeal). Keefektifan pembelajran biasanya diukur dengan tingkat
pencapaian si pelajar.
Ada 4 aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan keefektifan
belajar yaitu:
1) kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan
“tingkat kesalahan”,
2) kecepatan unjuk kerja,
3) tingkat ahli belajar, dan
4) tingkat retensi dari apa yang dipelajari.
Efesien pembelajran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan
jumlah waktu yang dipakai si belejar dan jumlah biaya pembelajaran yang
digunakan. Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati
kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajran erat sekali
dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan
mempengaruhi keduanya. Kunci pokok utama memperoleh ukuran dan data hasil
belajar siswa adalah mengetahui garis besar indikator dikaitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
Indikator hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom dengan taxsonomy of
education objectives membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif, psikomotorik.
Tabel 1. Jenis dan indikator hasil belajar
No Ranah Indikator
Ranah kognitif
a. Ingatan, 5.1. Dapat menyebutkan
Pengetahuan 5.2. Dapat menunjukkan kembali
(knowledge) 3.1. Dapat menjelaskan,
b. Pemahaman 3.2. Dapat mendefinisikan dengan
(Comprehension) bahasa sendiri
3.3. Dapat memberikan contoh
c. Penerapan 3.4. Dapat menggunakan secara tepat
(Application) 4.1 Dapat menguraikan
d. Analisis (Analysis) 4.2 Dapat mengklasifikasikan/ memilah
5.3. Dapat menghubungkan materi-
e. Menciptakan, materi, sehingga menjadi kesatuan
membangun yang baru
(Synthesis) 5.4. Dapat menyimpulkan
5.5. Dapat menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)
f. Evaluasi 6.1 Dapat menilai,
(Evaluation) 6.2 Dapat menjelaskan dan
menafsirkan,
6.3 Dapat menyimpulkan
Ranah Afektif
a. Penerimaan 5.6. Menunjukkan sikap menerima
(Receiving) 5.7. Menunjukkan sikap menolak
b. Sambutan 2.1 Kesediaan berpartisipasi/terlibat
2.2 Kesediaan memanfaatkan
c. Sikap menghargai 3.1 Menganggap penting dan
(Apresiasi) bermanfaat
3.2 Menganggap indah dan harmonis
d. Pendalaman 3.3 Menggagumi
(internalisasi) 4.1 Mengakui dan menyakini
e. Penghayatan 4.2 Mengingkari
(karakterisasi) 5.1 Melembagakan atau meniadakan
5.2 Menjelmakan dalam pribadi dan
perilaku sehari-hari.
Ranah psikomotor 5.8. Kecakapan mengkoordinasikan
a. Keterampilan gerak mata, telinga, kaki, dan
bergerak dan anggota tubuh yang lainnya.
bertindak 5.9. Kefasihan melafalkan/
b. Kecakapan ekspresi mengucapkan
verbal dan non- 5.10. Kecakapan membuat mimik dan
verbal gerakan jasmani

Dengan melihat tabel di atas kita dapat menyimpulkan bahwa dalam hasil
belajar harus dapat mengembangkan tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengukur hasil belajar pada ketiga ranah
ranah tersebut yang diambil dari data nilai evaluasi Vektor di kelas X SMA Islam
Nurul Fikri Boarding school Lembang. Sebagai indikator hasil belajar, perubahan
pada tiga ranah tersebut di rumuskan dalam tujuan pengajaran. Dengan demikian
hasil belajar dibuktikan dengan nilai baik dalam bentuk pengetahuan, sikap,
maupun keterampilan yang menjadi ketentuan suatu proses pembelajaran
dianggap berhasil apabila daya serap tinggi baik secara perorangan maupun
kelompok dalam pembelajaran telah mencapai tujuan. Jadi ada dua indikator
keberhasilan belajar yaitu:
1) Daya serap tinggi baik perorangan maupun secara kelompok
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau indikator telah
tercapai secara perorangan atau kelompok. Suatu proses belajar mengajar
dianggap berhasil adalah daya serap tinggi baik secara perorangan maupun
kelompok dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah
dicapai.

e. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Faktor yang mempengaruhi
belajar banyak jenisnya, tetapi yang ingin dijelaskan disini adalah faktor yang
mempengaruhi belajar dari sisi sekolah yang meliputi :
1) Metode mengajar.
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam
mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign.S.Ulih B.Karo adalah menyajikan
bahan pelajaran kepada orang lain itu diterima, dikuasai dan dikembangkan.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa metode mengajar ini mempengaruhi belajar.
2) Kurikulum.
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan ini sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
3) Relasi guru dengan siswa.
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga
dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar
siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.
4) Relasi siswa dengan siswa.
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang
menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya
makin parah dan dapat mengganggu belajarnya.
5) Disiplin Sekolah.
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam
sekolah juga dalam belajar. Hal ini mencakup segala aspek baik kedisiplinan
guru dalam mengajar karena kedisiplinan pendidik juga dapat memberi
contoh bagi siswa atau peserta didik (Sulastri. 2012:21)
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkankan bahwa hasil
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang
lebih baik dan hasil belajar adalah kemampuan yang di peroleh siswa setelah
menerima pengalaman belajar pada Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor.

6. Problem Based Learning


a. Pengertian dan Konsep Dasar Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris problem
based learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan
menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta
didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Problem
based learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah adalah metode
pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk
para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah,
dan memperoleh pengetahuan (Duch dalam Sofiyan dkk., 2017:48). Problem
based learning dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk pengembangan
kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi
pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan
menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan
sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.
Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL merupakan setiap suasana
pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari. Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses
pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan
nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya
(prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan
dan pengalaman baru.
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning / PBL) adalah
konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran
yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi
peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar
yang lebih realistik (nyata). Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta
didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta
didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan
dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini.
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja
kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan
permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator
(guru). Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk
mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan.
Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk
belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu
pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada
pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima
pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Terdapat tiga ciri utama dari pembelajaran berbasis masalah yaitu:
1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah
ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. pembelajaran berbasis
masalah tidak hanya mengharapkan siswa sekedar mendegarkan mencatat,
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui pembelajaran
berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci
dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada
proses pebelajaran.
3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya
proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Dari beberapa pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa problem
based learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah
sebagai stimulus untuk menemukan atau mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk memahami dan mencari solusinya. Masalah yang
digunakan adalah masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (illstructured)
dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus
membangun pengetahuan baru.
Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang menjadikan masalah
nyata sebagai penerapan konsep, PBL menjadikan masalah nyata sebagai pemicu
bagi proses belajar peserta didik sebelum mereka mengetahui konsep formal.
Peserta didik secara kritis mengidentifikasi informasi dan strategi yang relevan
serta melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan
menyelesaikan masalah tersebut peserta didik memperoleh atau membangun
pengetahuan tertentu dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan keterampilan menyelesaikan masalah. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real world)

b. Karakteristik Problem Based Learning


Problem based learning merupakan aktivitas pembelajaran tidak hanya
sekedar mengharapkan peserta didik mendengarkan, mencatat, kemudian
menghapal materi pembelajaran, melainkan harus aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Aktivitas pembelajaran
harus diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem based learning
menempatkan masalah sebagai fokus pembelajaran, tanpa masalah tidak mungkin
terjadi proses pembelajaran. Pemecahan masalah dilakukan menggunakan
pendekatan berpikir ilmiah (deduktifinduktif; sistematik-empirik). Karakteristik
problem based learning menurut Sofyan (2015: 121) adalah sebagai berikut:
1) Aktivitas didasarkan pada pernyataan umum.
Setiap masalah memiliki pertanyaan umum, yang diikuti oleh masalah yang
bersifat ill-structured atau masalah–masalah yang dimunculkan selama
proses pemecahan masalah. Hal ini agar dapat menyelesaikan masalah yang
lebih besar, peserta didik harus menurunkan dan meniliti masalah-masalah
yang lebih kecil. Problem ini dibuat yang bersifat baru bagi peserta didik.
2) Belajar berpusat pada peserta didik (student center learning), guru sebagai
fasilitator
Esensinya yaitu guru membuat lingkungan belajar yang memberi peluang
peserta didik meletakkan dirinya dalam pilihan arah dan isi belajar mereka
sendiri, peserta didik mengembangkan sub-pertanyaan yang akan diteliti,
menetapkan metode pengumpulan data, dan mengajukan format untuk
penyajian temuan mereka.
3) Peserta didik bekerja kolaboratif
Pada pembelajaran problem based learning, peserta didik umumnya bekerja
secara kolaboratif. Peserta didik dengan pembelajaran berbasis masalah
membangun keterampilan bekerja dalam tim. Untuk alasan ini.
Pembelajaran berbasis masalah adalah ideal untuk kelas yang memiliki
rentang atau variasi kemampuan akademik. Peserta didik dalam setiap
kelompok dapat bekerja pada aspek yang berbeda dari masalah yang
diselesaikan.
4) Belajar digerakan oleh konteks masalah
Dalam lingkungan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik diberi
kesempatan menentukan apa dan berapa banyak mereka memerlukan belajar
untuk mencapai kompetensi tertentu. Hal ini menyebabkan diperlukannya
informasi dan konsep yang dipelajari dan strategi yang digunakan secara
langsung pada konteks situasi belajar. Tanggung jawab guru bukan sebagai
satu-satunya sumber belajar melainkan sebagai fasilitator, manajer, dan ahli
strategi yang memberikan layanan konsultasi dan akses pada sumber.
5) Belajar interdisipliner
Pendekatan interdisipliner dilakukan pada peserta didik dalam problem
based learning mengingat dalam proses pembelajaran menuntut peserta
didik membaca dan menulis, mengumpulkan dan menganalisis data,
berpikir dan menghitung, masalah diberikan kadang kala pada lintas disiplin
dan mengarahkan pada belajar lintas disiplin.
Pembelajaran problem based learning ini memerlukan beberapa tahapan
dan beberapa durasi tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas serta
belajar dalam tim kolaboratif. Kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam
pembelajaran problem based learning diantaranya: Mengorganisasi kegiatan
kelompok; melakukan pengkajian dan penelitian; memecahkan masalah; dan
mensintesis informasi. Pemecahan masalah selain dilakukan secara kolaboratif
juga harus bersifat inovatif, unik dan berfokus pada pemecahan masalah yang
berhubungan dengan kehidupan peserta didik, kebutuhan masalah dan industri.
c. Langkah Problem Based Learning
Berdasarkan prinsip dasar diatas dapat diterangkan secara umum terdapat
lima langkah utama dalam penerapan problem based learning. Langkah-langkah
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Mengorientasikan peserta didikterhadap


TAHAP 1 masalah

TAHAP 2 Megorganisasi peserta didik untukbelajar

Membimbing penyelidikanindividual
TAHAP 3 maupun kelompok

Mengembangkan dan menyajikanhasil


TAHAP 4 karya

Menganalisis dan mengevaluasiproses


TAHAP 5
pemecahan masalah

Gambar 1. Langkah Problem Based Learning

Pada dasarnya, PBM diawali dengan aktivitas peserta didik untuk


menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses
penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya keterampilan
peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus
membentuk pengetahuan baru, sedangkan guru sebagai fasilitator untuk
memberika penyelesaian yang tepat sesuai dengan permasalahan yang diberikan.
Tabel 2. Tahapan Problem Based Learning
 Menjelaskan tujuan pembelajaran
 Menjelaskan logistik (bahan-bahan) yang
Tahap 1.
diperlukan
Mengorientasikan peserta
didik terhadap masalah  Memotivasi peserta didik untuk terlibat
aktif dalam pemecahan masalah yang
dipilih
Tahap 2 Membantu peserta didik mendefinisikan dan
Mengorganisasi peserta mengorganisasikan tugas belajar yang
didik untuk belajar berhubungan dengan masalah tersebut
Mendorong peserta didik untuk
Tahap 3
mengumpulkan informasi yang sesuai,
Membimbing penyelidikan
melaksanakan eksperimen untuk
individual maupun
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
kelompok
masalah
Membantu peserta didik dalam
Tahap 4
merencanakan dan menyiapkan karya yang
Mengembangkan dan
sesuai seperti laporan model dan berbagi
menyajikan hasil karya
tugas dengan teman
Tahap 5
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Menganalisis dan
yang telah dipelajari/meminta kelompok
mengevaluasi proses
presentasi hasil kerja
pemecahan masalah

d. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning


Problem based learning dapat diterapkan dalam kurikulum dan
pembelajaran, mengingat pentingnya siswa memiliki pengalaman dan kemampuan
mengatasi masalah nyata dalam kehidupannya sehari-hari secara mandiri.
Adapun kelebihan dan kekurangan menggunakan Problem based learning, antara
lain :

1) Kelebihan Problem Based Learning


Kelebihan dari Problem based learning menurut Sanjaya (2007:218)
sebagai suatu model pembelajaran problem based learning memiliki
beberapa kelebihan diantaranya:
a) Pemecahan masalah Problem based learning merupakan teknik yang
cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b) Pemecahan masalah Problem based learning dapat menantang
kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
c) Pemecahan masalah Problem based learning dapat meningkatkan
aktivitas pembelajaran peserta didik.
d) Pemeahan masalah Problem based learning data membantu peserta
didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
e) Pemecahan masalah Problem based learning dapat membantu peserta
didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu
pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
f) Pemecahan masalah Problem based learning bisa memperlihatkan
kepada peserta didik bahwa setiap mata pelajaran (matematik, IPA,
sejarah dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir,
dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya dan
sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g) Pemecahan masalah Problem based learning dianggap lebih
menyenangkan dan disukai peserta didik.
h) Pemecahan masalah Problem based learning dapat mengembangkan
peserta didik untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i) Pemecahan masalah Problem based learning dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j) Pemecahan masalah Problem based learning dapat mengembangkan
minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir ( Rasto & Rego. 2021:19).
2) Kelemahan Problem Based Learning
Kelemahan problem based learning menurut Sanjaya (2007:219) diantaranya:
a) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan,maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b) Model pembelajaran problem based learning (PBL) membutuhkan
waktu yang cukup untuk persiapan.
c) Pemahaman yang kurang mengapa masalah-masalah dipecahkan dapat
mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk belajar (Rasto dan
Rego. 2021:21).

Hal lain yang menjadi kekurangan Problem based learning yaitu meskipun
Problem based learning sudah lama diterapkan akan tetapi masih menjadi barang
baru di dunia pendidikan Indonesia. Perlu adanya training dan pelatihan sebelum
pelaksanaannya sehingga guru menguasai proses dan juga tujuan dari PBL dalam
pembelajaran itu sendiri. Dari pernyataan-pernyataan diatas kelebihan dari
pembelajaran problem based learning melatih siswa memiliki keterampilan sosial,
keterampilan sosial tersebut dapat diperoleh dari kegiatan diskusi bersama
kelompok. Model pembelajaran problem based learning dapat melatih peserta
didik untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan dan di dapat menganalisis
permasalahan tersebut. Sehingga peserta didik terlatih untuk memiliki
keterampilan berpikir. Model pembelajaran problem based learning memiliki
kelamahan, diantaranya membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan
persiapan. Pendidik harus terbiasa memberikan peserta didik suatu masalah untuk
dipecahkan suatu permasalahan.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas X SMA Islam Nurul Fikri


Boarding School Lembang. Pembelajaran Matematika di kelas tersebut terasa
monoton, serta menggunakan model pembelajaran tradisional sehingga pelajaran
Matematika terkesan abstrak dan sangat sulit untuk menyelesaikan masalah
matematika. Siswa berasumsi bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit
dimengerti dan difahami. Hal ini menyebabkan motivasi belajar siswa terhadap
matematika menjadi sangat rendah, ketika motivasi belajar siswa terhadap
pelajaran matematika rendah maka hasil belajar yang didapatkan ketika peneliti
melakukan evaluasi pun sangat rendah, sehingga dibutuhkan stimulus agar siswa
sadar bahwa matematika adalah ilmu yang berguna bagi siswa dalam pemecahan
masalah dalam kehidupannya di masa depan dengan cara membantu siswa untuk
mengimplementasikan pengetahuan pada sebuah realita problem matematika yang
terjadi dalam kehidupan nyata kemudian Peneliti sebagai fasilitator mampu
memberikan solusi yang tepat dalam setiap permasalahan yang diberikan.
Model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian keberhasilan belajar.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian belajar adalah motivasi belajar
siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang
akan disampaikan akan membawa peran serta siswa dan dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa. Dalam sebuah pembelajaran tingkat keberhasilan atau
kegagalan belajar dapat dipengaruhi dengan adanya motivasi. Pendidik
mendapatkan peran penting untuk memotivasi siswanya dalam belajar dengan
mengapliaksikan berbagai model pembelajaran inovatif.
Motivasi bukan sekedar dorongan atau memerintah seseorang untuk
melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan
dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain (Sani, 2013:49). Motivasi belajar
berpengaruh dengan hasil belajar siswa yaitu semakin rendah motivasi belajar
siswa, maka semakin rendah pula hasil belajar siswa. Begitu pula sebaliknya,
semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi pula hasil belajar
siswa. Oleh sebab itu dibutuhkan inovasi pembelajaran agar lebih bermakna dan
menyenangkan, salah satunya penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning. Model pembelajaran Problem Based Learning ini diharapkan menjadi
solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Caranya yaitu dengan
mengaplikasikan model pembelajaran Problem Based Learning di kelas tersebut
secara kolaboratif antara siswa dan peneliti. Hasilnya, diharapkan pembelajaran di
kelas tersebut tidak lagi monoton, menyenagkan, menemukan solusi yang tepat
dari setiap permasalahan yang ada, berfikir kreatif dan motivasi serta hasil belajar
siswa dapat meningkat.

Kerangka berfikir yang sesuai untuk menyusun proses penelitian ini sehingga
pembaca dapat mengetahui apa yang akan dilakukan oleh peneliti dan bagaimana
urutan yang dilakukan dalam penelitian ini maka berikut gambar kerangka
berpikir yang peneliti akan dilakukan selama melakukan penelitian.
Kondisi Awal
Motivasi Belajar siswa Rendah:
5,5 (Kategori Motivasi Rendah)

Hasil Belajar Siswa Rendah


Rata rata Nilai siswa 65,7
Ketuntasan Klasikal 36,8

KEGIATAN PERBAIKAN

Model Pembelajaran Problem Based Learning pada materi Vektor:


Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik (bahan-bahan) yang
diperlukan dan memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan
masalah yang dipilihnya
Membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan model dan berbagi tugas dengan teman
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/meminta kelompok
presentasi hasil kerja

Motivasi Siswa Meningkat Hasil Belajar Siswa Meningkat:


Meningkat: Kriteria ketuntasan Minimal
Semangat dalam belajar (KKM) siswa yaitu 75.
Disiplin Presentase ketuntasan klasikal
Berani bertanya atau mengemukakan sekurang­kurangnya 75%.
pendapat
Mampu mempertahankan pendapat
Mampu bekerja kelompok

Gambar 2. Kerangka Berfikir Proses Penerapan Problem Based Learning


C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka konseptual di atas maka hipotesis yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Proses penerapan model problem based learning digunakan dalam


meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X pada Materi Vektor
Kelas X di SMAI NFBS Lembang dapat berjalan sesuai target.
b. Penerapan model problem based learning dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan motivasi siswa kelas X pada Materi Vektor Kelas X di SMAI
NFBS Lembang.
c. Penerapan model problem based learning dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada Materi Vektor Kelas X di
SMAI NFBS Lembang.

D.
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dikelas X IPA3 SMA Islam Nurul Fikri
Boarding School Lembang dan waktu penelitian mengikuti jadwal pembelajaran
Matematika Peminatan IPA sesuai dengan kelas dan jadwal yang biasa peneliti
laksanakan ketika mengajar yaitu 2x45 Jam pertemuan dalam seminggu, sehingga
tidak mengganggu aktivitas belajar mengajar di SMA Islam Nurul Fikri Boarding
School Lembang.
2. Subjek penelitian
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA3 SMA Islam
Nurul Fikri Boarding School Lembang dengan jumlah 20 siswa dan siswa tersebut
melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SMA Islam Nurul Fikri
Boarding School Lembang.

B. Prosedur Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian tindakan kelas
(classroom action research). “Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang
dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis
pembelajaran” (Arikunto, 2014:57). Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dalam
suatu kegiatan penelitian dengan mencermati proses kegiatan belajar yang
diberikan tindakan secara sengaja dan dimunculkan dalam sebuah kelas, dengan
tujuan memecahkan masalah hingga menemukan solusi atau meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas tersebut
Desain atau model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Taggart . Model ini didasarkan
atas konsep bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang
juga menunjukkan langkah, yaitu:
a. Perencanaan atau Planning
b. Pelaksanaan atau Acting
c. Pengamatan atau Observing
d. Refleksi atau Reflecting
Menurut Arikunto (2014:65) secara garis besar penelitian tindakan kelas
(PTK) atau Classroom Action Research (CAR) pada umumnya memiliki empat
tahapan yang dilalui. Empat tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Penelitian menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan pada tahap
pelaksanaan.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan penerapan isi rancangan, yaitu
melakukan tindakan kelas.
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh pengamat/observasi.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi bertujuan untuk melakukan evaluasi atas Tindakan
yang dilakukan. Kegiatan ini dilakukan setelah pelaksanaan tindakan.
Siklus-siklus yang dilakukan dalam penelitian ini akan membentuk langkah-
langkah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, berakhirnya siklus
ditandai dengan tercapainya target yang diharapkan. Selama pelaksanaan, data
akan diperoleh dari siswa kelas X IPA3 sebagai jawaban atas permasalahan
penelitian. Penelitian tindakan kelas ini dirancang terdiri dari beberapa siklus.
Permasalahan pembelajaran yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara
atau observasi awal dibutuhkan untuk menyesuaikan pelaksanaan siklus pertama
sedangkan pelaksanaan siklus kedua akan menyesuaikan dengan hasil pada siklus
pertama dan perubahan yang ingin dicapai oleh peneliti, begitu juga untuk siklus
selanjutnya. Pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan seperti pada diagram
alur sebagai berikut.
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Model Kemmis dan Taggart)

Penyelenggaraan penelitian dimulai dengan siklus 1, jika hasil siklus 1


berhasil maka siklus II dilakukan sebagai pemantapan.
1. Desain Penelitian Siklus I
Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan menyesuaikan kebutuhan
penelitian.
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan tindakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dilakukan persiapan dan penyusunan instrumen pembelajaran serta
instrument penelitian sebagai beritut:
1) Menyusun rencana RPP yang akan digunakan saat penelitian.
2) Menyiapkan alat, bahan, sumber belajar yang diperlukan untuk
pembelajaran siklus I.
3) Membuat lembar observasi siswa dan post test pada siklus I
4) Menyusun lembar observasi terkait motivasi siswa selama proses
pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pada tahap ini Peneliti akan mengajar langsung selama proses
pembelajaran. Dalam tahap pelaksanaan tindakan kelas, peneliti beracuan
dan berpedoman pada rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
disusun sebelumnya. Model Pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran Peroblem Based Learning yang diharapkan dapat digunakan
sebagai upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar dengan membangun
suasana yang kreatif, efektif, efesien, dan menyenangkan.
Peneliti menyiapkan terlebih dahulu semua kebutuhan yang di perlukan
dalam proses pembelajaran tatap muka. Setelah itu sebelum memasuki
materi guru memberikan apersepsi di awal, menyampaikan indikator dan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian guru membagi siswa
dalam bentuk kelompok. Lalu memberikan sedikit pengantar materi dan
setelah itu guru menyajikan sebuah masalah yang berkaitan dengan materi
kepada siswa. Siswa secara berkelompok diminta untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Setelah selesai, guru meminta perwakilan dari kelompok
untuk menyajikan hasil dari permasalahan tersebut. Setelah selesai, guru
meminta agar setiap siswa menanggapi hasil penyelesaian masalah yang
disampaikan temannya. Guru membantu memberikan penguatan dengan
memberikan Post Tes setiap individu siswa serta diakhir pembelajaran siswa
diminta untuk memberikan kesimpulan yang telah dipelajari berkaitan
dengan materi.
Setelah itu pada pertemuan selanjutnya guru menyiapkan beberapa
masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran, lalu peserta didik
diminta untuk mendiskusikan materi pembelajaran permasalahan tersebut
dan waktu pembelajaran disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Guru memberikan penguatan diakhir proses
pembelajaran
c. Observasi (Observing)
Kegiatan observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan
kelas yang dilaksanakan dengan dibantu oleh teman sejawat (observer).
Kegiatan observasi ini menggunakan lembar observasi yang secara umum
bertujuan mengetahui segala aktifitas yang terjadi selama proses belajar
mengajar berlangsung, baik itu kegiatan guru maupun kegiatan siswa yang
diarahkan sebagai bahan refleksi dan perbaikan tindakan selanjutnya. Secara
khusus tujuan observasi pada penelitian ini yaitu mengetahui motivasi
belajar siswa dalam proses belajar dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning serta kegiatan guru dalam
mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada siswa dalam memahami
materi yang dipelajari. Hasil observasi yang dilakukan pada guru sebagai
data pendukung dan penguat penelitian. Pada akhir observasi, siswa
dibagikan lembar kuesioner untuk mengetahui tingkat motivasi belajar
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
d. Refleksi (Reflection)
Pada kegiatan refleksi, data yang diperoleh dari hasil post test siswa dan
hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer akan di analisis oleh
peneliti. Kegiatan refleksi ini dilakukan dengan mengadakan diskusi dan
analisis, terkait kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran
berlangsung yang ditujukan sebagi bahan pertimbangan serta
menjadikannya bahan untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus II nanti agar
proses pembelajaran lebih baik

2. Desain Penelitian Siklus II Dan Seterusnya


Kegiatan pembelajaran pada siklus II dan seterusnya dilaksanakan
menyesuaikan kebutuhan penelitian. Pelaksanaan tahapan siklus II sama dengan
siklus I yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus II
dilaksanakan untuk memperbaiki hasil belajar siswa yang masih rendah dengan
memperhatikan kendala-kendala yang pada tahap siklus I, dengan tujuan hasil
belajar pada siklus II sampai akhir siklus berikutnya lebih baik siklus sebelumnya.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa Test
dan Non Test. Instrumen tes yang digunakan adalah kisi-kisi soal, soal post test 1,
dan soal Post Test II serta kunci jawaban Test dan panduan penilaian Test.
Sedangkan Non Test adalah berupa observasi siswa serta panduan penilaiannya.
1. Test
Test adalah cara atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran
atau penilaian yang bergantung pada pembagian tugas berupa pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada siswa mencakup pokok bahasan yang
diajarkan. Adapun jenis penyusunan Test untuk evaluasi belajar dalam penelitian
ini adalah test pilihan ganda tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana
masing-masing tes disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu
dari pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar.
Test yang digunakan dalam penelitian ini yaitu test objektif diberikan setiap
akhir siklus berupa post test yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Test yang digunakan dalam penelitian ini diberikan setiap akhir siklus I, dan
Akhir II ini ada dilakukan di http://quizizz.com dengan jenis soal pilihan ganda
sebanyak 5 butir.
2. Non Test
a. Pengamatan (Observation)
Pengamatan yang berlangsung untuk memperoleh motivasi belajar,
dilakukan dengan memberikan lembar observasi. Selama proses kegiatan
belajar mengajar berlangsung observer melakukan kegiatan observasi
dengan mengamati dan menilai apa yang terjadi selama proses kegiatan
pembelajaran. Teknik pengamatan ini peneliti atau guru apabila ia
bertindak sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal
yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format
observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara
cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta
dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa (Arikunto dkk.,
2011:78).
b. Kuesioner (Angket)
Angket digunakan untuk mengetahui penerapan model problem based
learning dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa kelas X pada Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang.
Angket sering disebut kuesioner, dari kuesioner ini orang dapat diketahui
tentang keadaan diri/data diri, pengalaman dan pengetahuan sikap atau
pendapatnya dan lain-lain (Suharsimi Arikunto, 2006:28). Agar
memperoleh kuesioner dengan hasil yang maksimal maka peneliti harus
melakukan uji coba. Sampel yang diambil untuk uji coba haruslah sampel
dari populasi dimana sampel diambil.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
berstruktur karena dalam penelitian ini pernyataan yang diberikan disertai
dengan jawaban. Tidak ada jawaban benar dan salah, setiap alternatif
jawaban mempunyai skor yang berbeda. Bentuk kuesioner ini adalah
check list, yang sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan
tanda check (√) pada kolom. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan
untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa dalam mata
pelajaran Vektor sebelum dan sesudah diterapkan pembelajaran problem
based learning. Adapun skor untuk masing-masing alternatif jawaban
adalah:
1) Nilai 4 untuk alternatif jawaban selalu
2) Nilai 3 untuk alternatif jawaban sering
3) Nilai 2 untuk alternatif jawaban jarang
4) Nilai 1 untuk alternatif jawaban tidak pernah

Tabel 3. Kisi-Kisi Motivasi Belajar


Konsep Indikator No.item
pengukuran
Ciri-ciri orang yang Tekun menghadapi tugas 1,2,3
Ulet menghadapi kesulitan 4,5
Senang dan rajin belajar penuh 6,7,8,9
semangat
Menunjukkan minat terhadap maslah 10
yang belum diketahui
termotivasi Perhatian siswa selama kegiatan 11,12,13,14,15
pembelalajaran
Senang mencari dan memecahkan soal- 16,17,18
soal yang diberikan
Saingan prestasi antar siswa 19
Suasana yang menyenangkan 20

c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh dokumen-dokumen yang
akan di gunakan sebagai pendukung data-data hasil penelitian seperti
namasiswa, jumlah siswa dan gambar berupa foto-foto kegiatan
pembelajaran dikelas yang diperlukan dalam penelitian. Masijo (dalam
Utari, 2021:30) mengatakan bahwa peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku berupa sumber yang digunakan dalam
mengumpulkan data melalui teknik dokumentasi. Oleh karena itu
dokumentasi berupa foto saat penelitian juga dibutuhkan sebagai arsip
dalam pengumpulan data.

D. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke
dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut (Utari,
2021: 39), analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,
sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai
sosial, akademis, dan ilmiah
Pada penelitian ini terdapat dua cara teknik analisis pengambilan data yaitu :
1. Analisis data kualitatif yaitu tentang bagaimana aktivitas siswa dan guru
dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada
Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang yang diperoleh dari
observasi.
2. Analisis data kuantitatif yaitu tentang hasil belajar yang dicapai siswa setiap
akhir siklus. Dalam analisis ini peneliti ingin mengetahui peningkatan hasi
belajar siswa melalui tes.
Dari kedua analisis tersebut yaitu motivasi dan hasil belajar siswa diatas, maka
peneliti dapat membuat kesimpulan yaitu siklus dalam penelitian Tindakan kelas akan
dihentikan apabila target hasil siklus II sudah tercapai

1. Analisis Proses Motivasi Belajar siswa


Penilaian motivasi belajar siswa dihitung menggunakan lembar observasi dengan
perhitungan sebagai berikut:
a. Menghitung nilai rata-rata motivasi belajar siswa berdasarkan lembar observasi
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
observer 1+obsever 2
Rata−rata=
2
b. Menghitung motivasi belajar siswa setiap indikator berdasarkan angket dengan
rumus sebagai berikut:

skor total
Skor angket Motivasi= x 100 %
skor maksimal x Jumlah siswa
c. Menghitung skor motivasi belajar siswa dengan rumus sebagai berikut:

Rata−rata observasi+angket
Skor Motivasi belajar siswa=
2
Hasil yang diperoleh akan dibandingkan motivasi belajar siswa pada kondisi
awal dengan kondisi motivasi belajar siswa pada setiap siklus untuk mengetahui
apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa

2. Analisis Hasil Belajar Siswa


Menurut Trianto (dalam Utari, 2009:32) ketuntasan belajar tercapai jika 85 %
dari seluruh peserta didik dalam kelas tersebut telah mencapai KKM. Dalam hal ini
KKM yang ditetapkan di sekolah adalah 75.
Untuk menghitung kriteria ketuntasan digunakan rumus berikut :
a. Menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual :
S
P= x 100 %
N
Keterangan :
P: Presentasi ketuntasan belajar
S: Jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar
N: Jumlah total siswa
b. Menghitung nilai rata-rata hasil belajar siswa dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

x=
∑ xi
n
Keterangan :
x : Nilai rata-rata siswa
x i : Jumlah semua nilai yang diperoreh siswa
n : Jumlah siswa
c. Presentase ketuntasan klasikal

R
NP= x 100 %
SM
Keterangan :
NP: Nilai persen yang dicari
R : Jumlah siswa yang tuntas
SM: Jumlah seluruh siswa

D. Kriteria Keberhasilan Tindakan


Kriteria merupakan patokan untuk menetukan keberhasilan suatu
kegiatan/program dikatakan berhasil apabila mampu mencapai kritteria yang telah
ditentukan dan gagal apabila tidak mampu melampui kriteria yang telah
ditentukan. Kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini yaitu terjadinya
peningkatan motivasi dan hasil belajar Materi Vektor dilihat dari lembar observasi
motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran maupun hasil post test
setiap akhir siklus. Oleh karena itu setiap evaluasi terhadap suatu program
membutuhkan suatu kriteria. Keberhasilan suatu tindakan biasanya disadarkan
pada sebuah standar (norma) yang harus dipenuhi. Keberhasilan suatu penelitian
tindakan yaitu dengan membandingkan hasil sebelum diberi tindakan dan hasil
sesudah tindakan.
Adapun kreteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Terlaksananya pembelajaran pada penerapan model problem based learning
digunakan dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X pada
Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang sesuai yang direncanakan
2. Banyaknya siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi siswa pada pada
Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang adalah ≥ 80% dari jumlah
siswa.

Tabel 4. Kriteria Motivasi Siswa


Kategori penilaian Skor
Motivasi Rendah 25%-49%
Motivasi Sedang 50%-59%
Motivasi Tinggi 60%-79%
Motivasi Sangat tinggi 80%-100%

3. Banyaknya siswa yang memiliki prestasi belajar yang tinggi yang ditunjukkan
dengan pencapaian KKM sebesar ≥ 80% dari jumlah siswa.
Siswa dinyatakan tuntas apabila memperoleh nilai ≥ 75 sedangkan siswa yang
tidak tuntas memperoleh nilai ¿ 75.

Tabel 5. Kriteria Ketuntasan Minimal

Nilai Kategori
¿ 75 Tidak Tuntas
≥ 75 Tuntas
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dimana penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru dan observer. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika Peminatan dikelas X pada materi Vektor khusus siswa kelas
X IPA3 SMAI NFBS Lembang. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning. Pembelajaran dilaksanakan dalam 2
siklus setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Data kegiatan pembelajaran ini
untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa, dalam proses pembelajaran
yang di amati penerapan model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang di ukur dari lembar observasi dan
angket motivasi belajar. Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa,
pemahaman siswa diukur melalui hasil post test yang dilakukan pada akhir
pembelajaran siklus 1 dan siklus 2. Peneliti dibantu teman sejawat mata pelajaran
serumpun untuk melakukan pengamatan agar berkesesuaian dengan yang
diharapakan
Pada penelitian ini pembelajaran dilakukan secara tatap muka dalam masa
pandemi. Namun seperti masa pandemi Covid-19 saat ini SMAI NFBS Lembang
yang ada di Kabupaten Bandung Barat saat ini tergolong zona hijau. Oleh sebab
itu melakukan pembelajaran offline diperbolehkan dari kelas X sampai dengan
kelas XII, pada pembelajaran tatap muka siswa hanya belajar dari jam 07.30
sampai dengan 14.50 WIB, dan tetap melakukan protokol kesehatan sesuai
dengan standarisasi Covid-19. Didalam kelas siswa dan guru menggunakan
masker dan posisi duduk siswa berjarak satu sama lain.

1. Hasil Pelaksanaan Siklus 1


Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilakukan 2x45 menit pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 05 Maret 2022. Pelaksanaan
tindakan dilakukan oleh pengajar sendiri sekaligus sebagai peneliti dengan
melibatkan 1(satu) orang teman sejawat yang diajak sebagai team teaching dan
sekaligus sebagai observer, dengam pembahasan materi Panjang vektor dan
vektor satuan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning.
Pada akhir pembelajaran pembelajaran dilaksanakan tes individu siswa (post test)
untuk melihat penguasaan siswa terhadap materi juga mengisi angket motivasi
belajar siswa pada siklus I.
a. Perencanaan
Pada perencanaan pembelajaran dibuat agar proses pembelajaran berlangsung
sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan yang telah dibuat peneliti. Peneliti
disini bertindak sebagai guru yang melakukan pembelajaran dikelas dan teman
sejawat sebagai observer yang melakukan pengamatan proses pembelajaran.
Adapun perencanaan dari siklus I yaitu sebagai berikut :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning.
2) Menyusun tiap soal yang akan diperlukan post test pada akhir pertemuan
kedua.
3) Menyusun lembar observasi untuk dilihat suasana dalam belajar mengajar dan
tingkat motivasi belajar siswa kelas X IPA3 saat model pembelajaran
problem based learning dilaksanakan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tindakan awal saat dilakukan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
dilakukan dengan melaksanakan siklus I. Pelaksanaan siklus I tersusun 1 kali
pertemuan. Pada pertemuan yang dimaksud ini tersusun dari 2 jam pelajaran satu
pelajaran itu sendiri sama dengan 45 menit. RPP yang disusun oleh peneliti
dilakukan untuk menyamakan tiap materi saat pertemuan. Materi pada saat
pertemuan pertama membahas tentang materi Panjang vektor dan vektor satuan.
Pada siklus I ini penerapannya disamakan dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model problem based learning. Setiap
pembelajaran awal guru memberikan motivasi/apersepsi siswa dengan bertanya
sesuatu yang berkaitan dengan materi yang akan diterangkan. Pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning ini pada
awalnya guru menjelaskan materi pembelajaran dan guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok dan memberikan bahan untuk melakukan tugas diskusi.
Tujuan dari adanya pelaksanaan ini agar siswa yang berada di dalam kelas dapat
berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran dan akan meningkatkan hasil
belajar siswa. Selanjutnya pertemuan terakhir untuk siklus I, siswa diberi tes
untuk mengetahui sejauh mana penguasa siswa terhadap materi pembelajaran
yang telah diajarkan. Tes yang diberikan kepada siswa pada siklus I berbentuk
objektif (pilihan ganda) yang berjumlah 5 soal. Butir soal sesuai dengan materi
yang telah diajarkan.

c. Pengamatan/Observasi
Pada hasil observasi aktivitas motivasi belajar siswa mendapatkan gambaran
perilaku siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran yang sudah diamati
observer. Pengamatan dilakukan bersama-sama peneliti dan observer untuk
mempermudah dalam pengamatan agar pengamatan lebih terfokus. Berdasarkan
catatan lapangan, siswa terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran karena ini
merupakan hal baru yang sebelumnya belum pernah diterima oleh siswa siswa
juga. termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik, hal ini ditunjukkan dari
respon siswa yang bersemangat terhadap dilakukannya pembelajaran menggunakan
model problem based learning yang dilaksanakan. Siswa banyak diberi kesempatan
bertanya terkait materi yang belum jelas.
Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti
pelajaran materi Panjang dan satuan vektor digunakan angket motivasi belajar siswa.
Angket motivasi belajar ini diberikan pada saat akhir pembelajaran. Setelah mendapat
perolehan pada masing-masing siswa dicari nilai rata-rata kelas motivasi belajar siswa
pada materi materi Panjang dan satuan vektor. Data motivasi dapat dilihat pada daftar
motivasi berikut ini:
Tabel 6. Data Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I
No Nama Siswa Motivasi Siklus I Kategori
2. Hasil Pelaksanaan Siklus 2

B. Pembahasan
BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.
NewYork: Addison Wesley Longman.Inc.

Arie dkk. (2020). Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan


Software Geogebra Untuk Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self
Confidence Siswa SMA. Makasar: Yayasan barcode.

Arikunto, S dkk. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.


Aryanti. 2020. Inovasi Pembelajaran Matematika di SD. Yogyakarta. CV
Budi Utama.

Arikunto, S, Prof. Dr. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S dkk. (2014). Prosedur Penelitian suatu Tindakan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Creswell, John. (2015). Riset Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dewi, Asti Yuliana. (2019). Pengaruh Kepemimpinan dan Kemampuan


Berkomunikasi Guru Di kelas Terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran
Ekonomi Pada Siswa Kelas XI IIS MAN Se-Kota Tasikmalaya. [Online].
Tersedia: https://repositori.unsil.ac.id/618/. (13 Februari 2022).

Dimyati & Mudjiono. (2015). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eveline, S & Hartini, N. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.

Goleman, D. (2014). Working With Emotional Intelligence. (Terjemah Alex Tri


Kancono Widodo). Jakarta: PT. Gramedia
Fitrianingtyas, A. (2017). Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model
Discovery Learning Siswa Kelas IV SDN Gedanganak 02.
Jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017.

Herminarto, S. dkk. (2017). Pengembangan Model pembelajaran Problem based


Learning dalam penerapan Kurikulum 2013 di SMK. Yogyakarta: UNY
Press 2017.

Herminarto, S. (2015). Metodologi Pembelajaran Kejuruan. Yogyakarta: UNY


Press.

Mangkunegara, A. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,


Bandung : Remaja Rosdakarya.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rahmawati, R. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Piyungan Pada Mata Pelajaran Ekonomi
Tahun Ajaran 2015/2016. [Online]. Tersedia:
https://eprint.uny.ac.id/41152/1. (13 Februari 2022).

Rahmawati, H. (2010). Filosofi PBL dan Strategi Pembelajaran. Universitas


Andalas

Resto, Rego. 2021. Problem based Learning VS Sains Teknologi Dalam


Meningkatkan Intelektual Siswa. Indramayu: Adap CV Adanu abimata.

Rusman. (2012). Belajar & Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung:


Alfabeta.

Sani, R. A. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, W. (2007). Srategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses


Pendidikan. Jakarta: Kencana. Penelitian KelasJakarta.

Sugiyono, Prof. Dr. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N S. (2011). Landasan Psikologi Proses Pemdidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Shoimin, A dkk. (2014). Model Pembelajaran Problem Based Learning Inovatif


Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ Media.

Sofian, M. dkk. (2018). Problem Based Learning (PBL) in Teaching English for
Students of Primary School Teacher Education Department. [Online].
Tersedia: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/ELIF. (02 Februari 2022).

Uno, Hamzah B. (2017). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisa di Bidang


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Utari, D. W. (2021), Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Tungkal Ulu, Skripsi (UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2021).

Widodo.2013. Penerapan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dengan


Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VIIA Mts Negeri Dono
Mulyo Kulon Probo Tahun Ajaran 2012/2013. Volume. XVII, No.49,
ISSN:1410-2994.

Yanti & Widya. 2020. Pengembangan Model Pembelajaran Problem Based


Learning Berbasis Digital Untuk Meningkatkan Karakteristik Peduli
Lingkungan dan Literasi Sains. Yogyakarta: Deepublish CV Budi utama.
LAMPIRAN

Seperti RPP, Pembelajaran, instrumen yang digunakan, contoh hasil kerja,


peserta didik, contoh isian instrumen, foto-foto kegiatan, surat, izin penelitian,
dan dokumen pelaksanaan penelitian lain yang, menunjang keaslian penelitian
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai