KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR GAMBAR 6
BAB I. PENDAHULUAN 7
A. Latar Belakang..............................................................................................7
B. Rumusan Masalah.........................................................................................9
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................9
D. Manfaat.......................................................................................................10
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA 11
A. Landasan Teori............................................................................................11
1. Motivasi Belajar......................................................................................11
2. Hasil Belajar............................................................................................16
3. Problem Based Learning.........................................................................23
B. Kerangka Berpikir.......................................................................................31
C. Hipotesis Tindakan.....................................................................................34
BAB III. METODE PENELITIAN 35
A. Setting Penelitian........................................................................................35
1. Lokasi Penelitian.....................................................................................35
2. Subjek penelitian.....................................................................................35
B. Prosedur Penelitian.....................................................................................35
1. Desain Penelitian Siklus I........................................................................37
2. Desain Penelitian Siklus II Dan Seterusnya ...........................................39
C. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................39
1. Test..........................................................................................................40
2. Non Test...................................................................................................40
D. Teknik Analisis Data...................................................................................41
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan .................................................................42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 43
A. Hasil Penelitian...........................................................................................43
B. Pembahasan.................................................................................................43
BAB V. PENUTUP 44
A. Kesimpulan.................................................................................................44
B. Saran............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 48
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, keberhasilan dalam keberlangsungan proses belajar
mengajar bukan hanya dipengaruhi oleh faktor intelektual saja, melainkan juga
oleh faktor-faktor nonintelektual lain yang tidak kalah penting dalam menentukan
hasil belajar seseorang, salah satunya adalah kemampuan seseorang siswa untuk
memotivasi dirinya. Mengutip pendapat Goleman (2005:44), kecerdasan
intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah
sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan
emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri
sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati
(mood), berempati serta kemampuan bekerja sama. Motivasi belajar memiliki
peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun
dalam pencapaian hasil belajar.
Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah,
semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai
motivasi tinggi mempunyai energi yang lebih banyak untuk melaksanakan
kegiatan belajar, yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang lebih
baik. Dengan demikian, motivasi yang dimiliki oleh siswa sangat menentukan
tingkat keberhasilan atau gagalnya perbuatan belajar siswa tersebut. Seorang
siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, akan mampu meraih keberhasilan baik
dalam proses maupun output atau hasil belajarnya. Begitupula sebaliknya, seorang
siswa yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar, sehingga akan sangat sulit untuk berhasil baik dalam
proses maupun output atau hasil belajarnya..
Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar maka proses mengajar
guru harus memiliki strategi yang tepat agar siswa dapat menerima pelajaran
secara efektif dan efisien sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai secara
optimal. Proses pembelajaran yang efektif salah satunya tergantung pada metode
dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru dalam menggunakan
strategi dan metode pembelajaran harus memperhatikan materi pelajaran yang
akan disampaikan kepada peserta didik sehingga dapat menunjang kegiatan
pembelajaran dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Implementasi kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya peningkatan mutu
pendidikan formal di Indonesia, dalam implementasinya kurikulum 2013
merupakan proses pengembangan pembelajaran dan salah satunya adalah pola
pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif sehingga siswa termotivasi untuk
terus mengembangkan kemampuan belajarnya baik secara mandiri maupun secara
berkelompok (berbasis tim) dengan berbagai disiplin ilmu yang mereka miliki
untuk mampu memecahkan masalah matematika dalam dunia nyata sehingga
dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan mengembangkan
keterampilan berpikir kritis.
Motivasi siswa sangat dibutuhkan untuk mampu menyelesaikan masalah
matematika sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang lebih menarik,
menyenangkan dan dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis siswa.
Kurangnya motivasi siswa dapat menyebabkan minat belajar siswa berkurang dan
berpengaruh pada hasil belajar siswa itu sendiri. Pengalaman peneliti saat
melakukan proses pembelajaran di kelas, siswa sangat kurang motivasinya dalam
pembelajaran eksak salah satunya pembelajaran matematika. Siswa berasumsi
bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dimengerti dan difahami. Ketika
motivasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika berkurang maka hasil
belajar yang didapatkan ketika peneliti melakukan evaluasi pun sangat rendah,
sehingga dibutuhkan stimulus agar siswa sadar bahwa matematika adalah ilmu
yang berguna bagi siswa dalam pemecahan masalah dalam kehidupannya di masa
depan dengan cara membantu siswa untuk mengimplementasikan pengetahuan
pada sebuah realita problem matematika yang terjadi dalam kehidupan nyata
kemudian Peneliti sebagai fasilitator mampu memberikan solusi yang tepat dalam
setiap permasalahan yang diberikan.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan perubahan dalam proses pembelajaran yang
ada. Peneliti disini mencoba menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning dengan tujuan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Problem
Based Learning dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk pengembangan
kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi
pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan
menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan
sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik (Sofian dkk.,2018:48). Dimana
model ini akan menciptakan pembelajaran yang tidak kaku dan penuh kerjasama
antar siswa, membangun berfikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah nyata
yang diberikan serta melatih kesiapan siswa dalam memahami materi yang
diberikan oleh guru. Menurut Duth (dalam Shoimin (2014:130), Problem Based
Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik
belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini berjudul
“Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimanakah Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Motivasi Siswa Pada Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang?
2. Bagaimanakah Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang diharapkan dari
kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning pada Materi Vektor Kelas X di SMAI
NFBS Lembang.
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning pada Materi Vektor Kelas X di SMAI
NFBS Lembang.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1. Bagi Siswa:
a. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada Materi Vektor
b. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam menganalisa memcahkan
masalah pada Materi Vektor
2. Bagi Guru:
a. Dapat menyajikan materi pembelajaran berorientasi pada siswa
b. Dapat mengembangkan aktivitas guru dalam menciptakan strategi
pembelajaran di kelas
3. Bagi Sekolah:
a. Dapat meningkatkan mutu Pendidikan di sekolah, khususnya pada
KBM
b. Meningkatnya kualitas pembelajaran di sekolah dan salah satu model
yang dapat digunakan dalam memotivasi belajar siswa di sekolah
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata latin, yaitu ”movere” yang artinya dorongan atau
daya penggerak. Standford (dalam Mangkunegara, 2017:93) mengatakan bahwa
“motivation as an energizing condition of the organism that services to direct that
organism toward the goal of a certain class” (motivasi sebagai suatu kondisi yang
menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu). Menurut Sardiman
(2018:73), motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam
subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk membangkitkan gairah
belajar siswa sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik. Adapun
pengertian motivasi belajar menurut Sardiman (2018:75) adalah “Keseluruhan
daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.
Uno (2017:23), mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan internal
dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul baik
dari dalam maupun dari luar diri siswa, yang mampu menimbulkan semangat dan
kegairahan belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan
yang dikehendaki dapat tercapai.
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah di ajarkan. Hasil belajar
dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentukknya, “hasil” dan
“belajar”. Pengertian hasil belajar menunjukkan pada suatu perolehan akibat
dilakukannya aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara
fungsional, sedangkan belajar dilakukannya untuk mengusahakan adanya
perubahan perilaku pada yang belajar (Anggraini, 2017:4). Hasil belajar siswa
merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2009:3).
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada
orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti (Hamalik, 2008:30). Hasil belajar yang memerankan selaku
objek penilaian di kelas berupa keterampilan-keterampilan baru yang didapatkan
siswa setelah menyertai proses belajar mengajar tentang mata pelajaran tertentu
(Supratiknya dalam Widodo, 2012:11).
Sistem pendidikan nasional merumuskan tujuan pendidikan mengacu pada
pengelompokan hasil belajar (Yanti & Widya., 2020:8). Hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sikap dan cita-cita. Pendapat dari
Kingsley (dalam Utari, 2021:8) menunjukkan hasil belajar merupakan hasil
perubahan dari semua proses belajar yang tealh dilakukan oleh seseorang. Hasil
belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam
kehidupan siswa tersebut. Priansa (2017:82) berpendapat bahwa hasil belajar
adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh peserta didik berkat adanya usaha atau
pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga tampak perubahan
tingkahlaku pada diri individu. Selain itu menurut Christin (2016:223) hasil
belajar merupakan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pelajaran terjadi
akibat lingkungan belajar yang sengaja dibuat oleh guru melalui model
pembelajaran yang dipilih dan digunakan dalam suatu pembelajaran (Arie dkk.
2020:12).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah suatu evaluasi yang dilakukan dalam bentuk penilaian akhir dari proses
dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tesimpan dalam
jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selamanya karena hasil belajar
turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil
yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan
perilaku kerja yang lebih baik.
Dengan melihat tabel di atas kita dapat menyimpulkan bahwa dalam hasil
belajar harus dapat mengembangkan tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengukur hasil belajar pada ketiga ranah
ranah tersebut yang diambil dari data nilai evaluasi Vektor di kelas X SMA Islam
Nurul Fikri Boarding school Lembang. Sebagai indikator hasil belajar, perubahan
pada tiga ranah tersebut di rumuskan dalam tujuan pengajaran. Dengan demikian
hasil belajar dibuktikan dengan nilai baik dalam bentuk pengetahuan, sikap,
maupun keterampilan yang menjadi ketentuan suatu proses pembelajaran
dianggap berhasil apabila daya serap tinggi baik secara perorangan maupun
kelompok dalam pembelajaran telah mencapai tujuan. Jadi ada dua indikator
keberhasilan belajar yaitu:
1) Daya serap tinggi baik perorangan maupun secara kelompok
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau indikator telah
tercapai secara perorangan atau kelompok. Suatu proses belajar mengajar
dianggap berhasil adalah daya serap tinggi baik secara perorangan maupun
kelompok dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah
dicapai.
Membimbing penyelidikanindividual
TAHAP 3 maupun kelompok
Hal lain yang menjadi kekurangan Problem based learning yaitu meskipun
Problem based learning sudah lama diterapkan akan tetapi masih menjadi barang
baru di dunia pendidikan Indonesia. Perlu adanya training dan pelatihan sebelum
pelaksanaannya sehingga guru menguasai proses dan juga tujuan dari PBL dalam
pembelajaran itu sendiri. Dari pernyataan-pernyataan diatas kelebihan dari
pembelajaran problem based learning melatih siswa memiliki keterampilan sosial,
keterampilan sosial tersebut dapat diperoleh dari kegiatan diskusi bersama
kelompok. Model pembelajaran problem based learning dapat melatih peserta
didik untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan dan di dapat menganalisis
permasalahan tersebut. Sehingga peserta didik terlatih untuk memiliki
keterampilan berpikir. Model pembelajaran problem based learning memiliki
kelamahan, diantaranya membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan
persiapan. Pendidik harus terbiasa memberikan peserta didik suatu masalah untuk
dipecahkan suatu permasalahan.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir yang sesuai untuk menyusun proses penelitian ini sehingga
pembaca dapat mengetahui apa yang akan dilakukan oleh peneliti dan bagaimana
urutan yang dilakukan dalam penelitian ini maka berikut gambar kerangka
berpikir yang peneliti akan dilakukan selama melakukan penelitian.
Kondisi Awal
Motivasi Belajar siswa Rendah:
5,5 (Kategori Motivasi Rendah)
KEGIATAN PERBAIKAN
D.
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dikelas X IPA3 SMA Islam Nurul Fikri
Boarding School Lembang dan waktu penelitian mengikuti jadwal pembelajaran
Matematika Peminatan IPA sesuai dengan kelas dan jadwal yang biasa peneliti
laksanakan ketika mengajar yaitu 2x45 Jam pertemuan dalam seminggu, sehingga
tidak mengganggu aktivitas belajar mengajar di SMA Islam Nurul Fikri Boarding
School Lembang.
2. Subjek penelitian
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA3 SMA Islam
Nurul Fikri Boarding School Lembang dengan jumlah 20 siswa dan siswa tersebut
melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SMA Islam Nurul Fikri
Boarding School Lembang.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian tindakan kelas
(classroom action research). “Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang
dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis
pembelajaran” (Arikunto, 2014:57). Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dalam
suatu kegiatan penelitian dengan mencermati proses kegiatan belajar yang
diberikan tindakan secara sengaja dan dimunculkan dalam sebuah kelas, dengan
tujuan memecahkan masalah hingga menemukan solusi atau meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas tersebut
Desain atau model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Taggart . Model ini didasarkan
atas konsep bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang
juga menunjukkan langkah, yaitu:
a. Perencanaan atau Planning
b. Pelaksanaan atau Acting
c. Pengamatan atau Observing
d. Refleksi atau Reflecting
Menurut Arikunto (2014:65) secara garis besar penelitian tindakan kelas
(PTK) atau Classroom Action Research (CAR) pada umumnya memiliki empat
tahapan yang dilalui. Empat tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Penelitian menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan pada tahap
pelaksanaan.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan penerapan isi rancangan, yaitu
melakukan tindakan kelas.
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh pengamat/observasi.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi bertujuan untuk melakukan evaluasi atas Tindakan
yang dilakukan. Kegiatan ini dilakukan setelah pelaksanaan tindakan.
Siklus-siklus yang dilakukan dalam penelitian ini akan membentuk langkah-
langkah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, berakhirnya siklus
ditandai dengan tercapainya target yang diharapkan. Selama pelaksanaan, data
akan diperoleh dari siswa kelas X IPA3 sebagai jawaban atas permasalahan
penelitian. Penelitian tindakan kelas ini dirancang terdiri dari beberapa siklus.
Permasalahan pembelajaran yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara
atau observasi awal dibutuhkan untuk menyesuaikan pelaksanaan siklus pertama
sedangkan pelaksanaan siklus kedua akan menyesuaikan dengan hasil pada siklus
pertama dan perubahan yang ingin dicapai oleh peneliti, begitu juga untuk siklus
selanjutnya. Pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan seperti pada diagram
alur sebagai berikut.
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Model Kemmis dan Taggart)
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh dokumen-dokumen yang
akan di gunakan sebagai pendukung data-data hasil penelitian seperti
namasiswa, jumlah siswa dan gambar berupa foto-foto kegiatan
pembelajaran dikelas yang diperlukan dalam penelitian. Masijo (dalam
Utari, 2021:30) mengatakan bahwa peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku berupa sumber yang digunakan dalam
mengumpulkan data melalui teknik dokumentasi. Oleh karena itu
dokumentasi berupa foto saat penelitian juga dibutuhkan sebagai arsip
dalam pengumpulan data.
skor total
Skor angket Motivasi= x 100 %
skor maksimal x Jumlah siswa
c. Menghitung skor motivasi belajar siswa dengan rumus sebagai berikut:
Rata−rata observasi+angket
Skor Motivasi belajar siswa=
2
Hasil yang diperoleh akan dibandingkan motivasi belajar siswa pada kondisi
awal dengan kondisi motivasi belajar siswa pada setiap siklus untuk mengetahui
apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa
x=
∑ xi
n
Keterangan :
x : Nilai rata-rata siswa
x i : Jumlah semua nilai yang diperoreh siswa
n : Jumlah siswa
c. Presentase ketuntasan klasikal
R
NP= x 100 %
SM
Keterangan :
NP: Nilai persen yang dicari
R : Jumlah siswa yang tuntas
SM: Jumlah seluruh siswa
3. Banyaknya siswa yang memiliki prestasi belajar yang tinggi yang ditunjukkan
dengan pencapaian KKM sebesar ≥ 80% dari jumlah siswa.
Siswa dinyatakan tuntas apabila memperoleh nilai ≥ 75 sedangkan siswa yang
tidak tuntas memperoleh nilai ¿ 75.
Nilai Kategori
¿ 75 Tidak Tuntas
≥ 75 Tuntas
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dimana penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru dan observer. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika Peminatan dikelas X pada materi Vektor khusus siswa kelas
X IPA3 SMAI NFBS Lembang. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning. Pembelajaran dilaksanakan dalam 2
siklus setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Data kegiatan pembelajaran ini
untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa, dalam proses pembelajaran
yang di amati penerapan model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang di ukur dari lembar observasi dan
angket motivasi belajar. Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa,
pemahaman siswa diukur melalui hasil post test yang dilakukan pada akhir
pembelajaran siklus 1 dan siklus 2. Peneliti dibantu teman sejawat mata pelajaran
serumpun untuk melakukan pengamatan agar berkesesuaian dengan yang
diharapakan
Pada penelitian ini pembelajaran dilakukan secara tatap muka dalam masa
pandemi. Namun seperti masa pandemi Covid-19 saat ini SMAI NFBS Lembang
yang ada di Kabupaten Bandung Barat saat ini tergolong zona hijau. Oleh sebab
itu melakukan pembelajaran offline diperbolehkan dari kelas X sampai dengan
kelas XII, pada pembelajaran tatap muka siswa hanya belajar dari jam 07.30
sampai dengan 14.50 WIB, dan tetap melakukan protokol kesehatan sesuai
dengan standarisasi Covid-19. Didalam kelas siswa dan guru menggunakan
masker dan posisi duduk siswa berjarak satu sama lain.
c. Pengamatan/Observasi
Pada hasil observasi aktivitas motivasi belajar siswa mendapatkan gambaran
perilaku siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran yang sudah diamati
observer. Pengamatan dilakukan bersama-sama peneliti dan observer untuk
mempermudah dalam pengamatan agar pengamatan lebih terfokus. Berdasarkan
catatan lapangan, siswa terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran karena ini
merupakan hal baru yang sebelumnya belum pernah diterima oleh siswa siswa
juga. termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik, hal ini ditunjukkan dari
respon siswa yang bersemangat terhadap dilakukannya pembelajaran menggunakan
model problem based learning yang dilaksanakan. Siswa banyak diberi kesempatan
bertanya terkait materi yang belum jelas.
Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti
pelajaran materi Panjang dan satuan vektor digunakan angket motivasi belajar siswa.
Angket motivasi belajar ini diberikan pada saat akhir pembelajaran. Setelah mendapat
perolehan pada masing-masing siswa dicari nilai rata-rata kelas motivasi belajar siswa
pada materi materi Panjang dan satuan vektor. Data motivasi dapat dilihat pada daftar
motivasi berikut ini:
Tabel 6. Data Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I
No Nama Siswa Motivasi Siklus I Kategori
2. Hasil Pelaksanaan Siklus 2
B. Pembahasan
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.
NewYork: Addison Wesley Longman.Inc.
Dimyati & Mudjiono. (2015). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Eveline, S & Hartini, N. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Sugiyono, Prof. Dr. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N S. (2011). Landasan Psikologi Proses Pemdidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sofian, M. dkk. (2018). Problem Based Learning (PBL) in Teaching English for
Students of Primary School Teacher Education Department. [Online].
Tersedia: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/ELIF. (02 Februari 2022).