PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
SMK PGRI 2 TUBAN adalah lembaga pendidikan merupakan bagian dari berlakunya
sistem pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta perad aban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut di era global
SMK PGRI 2 TUBAN dihadapkan pada sebuah tantangan besar, baik tantangan yang
bersumber dari dalam (internal) maupun tantangan yang berasal dari luar (external).
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan
pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan
agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan
menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui
pendidikan agar tidak menjadi beban. (Permendikbud RI Nomor 70 Tahun 2013)
Adapun tantangan yang bersifat eksternal SMK PGRI 2 TUBAN ke depan di abad ke
21 yaitu antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif
dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi
masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World
Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area
1
(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia,
pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics
and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA)
sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak
menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini
disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak
terdapat dalam kurikulum Indonesia. (Permendikbud RI Nomor 70 Tahun 2013).
Selain itu tantangan kompetensi masa depan pendidikan kita dihadapkan pada upaya
memenuhi kompetensi tuntutan di era global yaitu: kemampuan berkomuni-kasi;
kemampuan berpikir jernih dan kritis; kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan; kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab; kemampuan
mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda; kemampuan hidup
dalam masyarakat yang mengglobal; memiliki minat luas dalam kehidupan; memiliki
kesiapan untuk bekerja; memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya; memiliki rasa
tanggungjawab terhadap lingkungan. Tantangan lain yang harus dihadapi SMK PGRI 2
TUBAN adalah persepsi masyarakat yang terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif;
beban siswa terlalu berat; kurang bermuatan karakter bangsa. Selain itu perkembangan
pengetahuan dan pedagogi; neurologi; psikologi; observation based
(discovery) learning dan collaborative learning yang harus kita pelajari. Fenomena
negatif yang mengemuka sebagai dampak negatif di era globalisasi seperti: pergaulan
bebas, materialisme dan hedonisme, perkelahian pelajar; narkoba; korupsi;
plagiarisme; kecurangan dalam ujian (nyontek); gejolak masyarakat (social unrest) dan
lain sebagainya. (Kemendikbud, 2013).
Tantangan besar tersebut diatas secara sungguh-sungguh harus dihadapi oleh SMK
PGRI 2 TUBAN dengan melakukan perubahan penyesuaian kurikulum 2013 dengan
diawali perubahan mindset dan penyempurnaan pola pikir
2
Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 menga-
manatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur
dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan menengah kejuruan SMK
PGRI 2 TUBAN merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam
bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja, dan
mengembangkan diri untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pembangunan di era global.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil.
Keragaman dalam berbagai hal menjadi karakteristik dan keunikan Indonesia.
Keragaman dan keunikan dari segi geografis, potensi sumber daya, ketersediaan sarana
dan prasarana, latar belakang dan kondisi sosia budaya, dan berbagai keragaman
lainnya yang terdapat di setiap daerah. Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan
pula tingkatan kebutuhan dan tantangan pengembangan yang berbeda antar daerah
dalam rangka meningkatkan mutu dan mencerdaskan kehidupan masyarakat di setiap
daerah. Terkait dengan pembangunan pendidikan, masing-masing daerah memerlukan
pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah. Begitu pula halnya dengan
kurikulum sebagai jantungnya pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan
secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, dan peserta didik.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun
dan dilaksanakan oleh tiap satuan pendidikan yang berfungsi sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,
daerah, dan satuan pendidikan serta sesuai dengan kondisi, potensi, dan kebutuhan
peserta didik. Selain itu kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN disusun dengan
memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan jenis pekerjaan,
lingkungan sosial, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta seni.
B. LANDASAN
Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN disusun berdasarkan landasan-landasan
pendidikan sebagai berikut:
1. Landasan Hukum
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
3
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
c. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
d. Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
e. Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Nasional Tahun 2005-2025.
f. Undang undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH)
g. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
2. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN menentukan
kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum,
proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta
didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
4
Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN dikembangkan dengan landasan filosofis
yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik
menjadi manusia Indonesia seutuhnya, yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha
esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
SMK PGRI 2 TUBAN dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa
masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum SMK
PGRI 2 TUBAN dikembangkan berdasar budaya bangsa Indonesia yang
beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk
membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi
kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahawa kurikulum adalah
rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.
Dengan demikian tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas
utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa
depan peserta didik, Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN mengembangkan
pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa
depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka
sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan
masyarakat dan bangsa masa kini.
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan
filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau
adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari
peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya Menjadi
kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik Dengan
memberikanmakna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari
warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan
sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik Peserta
didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang
5
dalam akademik, Kurikulum SMK Negeri Purwosari Memposisikan
Keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga,
diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi
sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
4. Landasan Ekonomi
Pengelolaan SMK PGRI 2 TUBAN dalam mengimplementasikan kurikulum
mempergunakan landasan effisiensi dan efektifitas. Oleh karenanya seluruh
kegiatan sekolah di seluruh bidang yang berpengaruh dalam mencapai misi dan visi
SMK PGRI 2 TUBAN, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
evaluasi dan tindak lanjut mendasarkan pada nilai-nilai efisiensi, efektifitas dan
produktivitas proses dan hasil kinerja.
5. Landasan Psikologi
Pendidikan kejuruan melandaskan diri pada kenyataan bahwa manusia itu
memiliki perbedaan dalam dimensi-dimensi fisik, intelektual, emosional, dan
spiritualnya. Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN (1) mempercayai dan mengakui
bahwa dalam setiap diri peserta didik telah tertanam kemampuan awal dari karunia
Tuhan, tugas pendidik adalah mengkondisikan bagi tumbuhnya berkembangnya
kemampuan peseserta didik melalui pengkondisian proses pembelajaran yang
dilakukan guru dalam bentuk proses pembelajaran di sekolah, kelas, dan
masyarakat serta dunia usaha industri maka kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN
mempergunakan landasan teori pendidikan constructivism theory. (2) pengalaman
belajar peserta didik (experience learning) di sekolah disesuaikan dengan latar
belakang, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik baik dalam pengembangan diri
pribadi, karier dan social berdasarkan azas kebermaknaan. Pengalaman belajar
peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, dengan demikian maka kurikulum
SMK PGRI 2 TUBAN mempergunakan ladasan teori psikologi pendidikan
behaviorism theory.
Mengacu kepada landasan psikologis pendidikan tersebut diatas maka di SMK
PGRI 2 TUBAN dipergunakan berbagai model, pendekatan dan metode
pembelajaran yang variatif, dinamis, inovatif, kreatif, efektif, produktif dan
menyenangkan serta pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-based
learning).
Agar proses pembelajaran berpusat kepada siswa maka diterapkan scientific
approach. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring
7
untuk semua mata pelajaran. Kriteria pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
(scientific approach) di SMK PGRI 2 TUBAN dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
9
2. penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja
yang kompleks.
3. analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas
perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar
semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.
Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di
mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik
dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan
pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu
sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata
yang ada di luar sekolah. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa
yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter
waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Penilaian autentik
pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis,
mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian
mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi guru autentik. Peran guru bukan
hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa
melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu:
a. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta
desain pembelajaran.
b. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan
menyediakan sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan
akuisisi pengetahuan.
c. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan meng-
asimilasikan pemahaman peserta didik.
d. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas
dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
7. Landasan Ekologi
SMK PGRI 2 TUBAN sebagai sekolah menengah kejuruan yang mendidik,
mengajar, melatih, membimbing para siswanya untuk dapat menghasilkan peserta
didik yang memiliki kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang
professional yang natinya akan menghasilkan tenaga kerja menengah yang terampil
sangat perlu dibekali secara dini pendidikan lingkungan hidup atau ekologi agar
mereka dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan di masyarakat dapat peduli
dalam mengelola, menciptakan, memelihara, menjaga, dan merawat lingkungan
hidup (ekologi) bagi kelangsungan hidup dimuka bumi. Sebagai bentuk perwujudan
landasan ekologi maka di SMK PGRI 2 TUBAN meneguhkan sebagai sekolah
berwawasan lingkungan hidup.
1. Melakukan evaluasi dan validasi untuk perbaikan kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN
agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan perkembangan zaman di era global di abad 21.
12
4. Tanggap terhadap Lingkungan Hidup
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa pendidikan lingkungan
merupakan salah satu sarana dalam rangka membentuk warga negara yang
berwawasan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh berbagai fakta menunjukkan
bahwa akar penyebab krisis lingkungan adalah manusia. Mengubah segala aspek
psikologis manusia tiada jalan lain kecuali melalui pendidikan.
Dalam kaitannya dengan berpikir ekologis, Swan (1974) memberikan batasan
bahwa pendidikan adalah suatu proses, bukan suatu produk, sehingga semua
program-program pendidikan lingkungan harus diarahkan kepada pengajaran
masyarakat tentang what to think daripada how to think
13
BAB II
A. TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya
2. MISI
Mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia bagi para guru
dan karyawan dalam rangka peningkatan manajemen penguatan tata kelola,
akuntabilitas, dan pencitraan publik.
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang berorientasi kepada
pencapaian kompetensi berstandar nasional
Mengembangkan dan mengintensifkan hubungan kerjasama antara sekolah
dengan Dunia Usaha / Industri yang relevan
14
5. NILAI
Dalam hal ini nilai dapat diartikan sebagai Penilaian terhadap Nilai Sikap yang
ideal akan sangat menentukan keberhasilan dalam melaksanakan proses pendidikan
sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan.
Penetapan nilai yang merupakan dasar sekaligus pemberi arah bagi sikap dan atau
perilaku semua kinerja dalam menjalankan tugas sehari-hari. Selain itu, nilai
tersebut juga akan menyatukan hati dan pikiran seluruh kinerja dalam usaha
mewujudkan visi dan misinya.
Untuk itu, maka kinerja di SMK PGRI 2 TUBAN telah diidentifikasi bahwa nilai-
nilai yang harus dimiliki oleh setiap warga SMK PGRI 2 TUBAN dalam
melaksanakan kegiatan. Nilai-nilai yang diadopsi atau ditangkap oleh pemangku
kepentingan pendidikan dijadikan sebagai masukan yang tepat akan menjalankan
nilai proses dengan baik dalam manajemen organisasi untuk meningkatkan mutu
interaksi di sekolah. Selanjutnya nilai-nilai tersebut dijadikan sebagai dasar
penilaian selama proses pendidikan berlangsung dengan harapan akan
menghasilkan suatu kebijakan yang terfokus pada hal-hal yang diharapkan dalam
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan dengan lebih baik, oleh sebab itu
dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan dinyatakan dalam empat
hal pokok yaitu :
Inovatif
Dalam melaksanakan tugas didasari oleh keinginan terus berkembang,
menyesuaikan dan mencari hal-hal baru sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan berani menghadapi tantangan global. Perwujudan
dari nilai-nilai yang dikembangkan tersebut adalah berbentuk motto :
C. KEBIJAKAN MUTU
SMK PGRI 2 TUBAN bertekad menerapkan Sistem Manajenen Mutu ISO 9001 : 2008
agar menjadi lembaga Pendidikan dan Pelatihan yang bertaraf nasional dan pada tahun
pelajaran 2016/2017 menuju Sekolah Rujukan, dengan kebijakan:
1. Berorientasi mutu pada setiap kegiatannya.
2. Mengedepankan kepuasan pelanggan, serta selalu meningkatkan kinerja pelayanan
3. Mutu menjadi semangat dan budaya kerja kami dalam mencapai kepuasan pelanggan
4. Sumber daya manusia harus bertanggungjawab dan melaksanakan serta melakukan
penyempurnaan dan berperan aktif untuk meninjau dan
5. memperbaiki Sistem Manajemen Mutu secara berkelanjutan di unit kerja masing-
masing
6. Pengembangan kesadaran lingkungan hidup menjadi perhatian kami dalam
melaksanakan proses belajar mengajar
7. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama sebagai sumber kearifan dalam
bertindak
D. SASARAN MUTU
1. Melakukan sinkronisasi dan Validasi kurikulum dengan DUDI minimal 2 tahun
sekali untuk 6 program keahlian yang merangkum 11 Paket Keahlian
2. Prosentase minimal kelulusan 95%, dengan NPR (Nilai Prestasi Rata-rata) 7,00
3. Minimal 70% dari jumlah tamatan memperoleh skor TOEIC 450 atau nilai ujian
16
nasional Bahasa Inggris 7,00
4. Minimal 70% dari jumlah tamatan memperoleh nilai ujian nasional Matematika
7,00
5. Minimal 100% dari jumlah siswa kelas X dan kelas XI mencapai nilai sesuai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
6. Minimal 25% guru produktif mengajar dalam bahasa pengantar Bahasa Inggris
7. Minimal 25% guru normatif, adaptif mengajar dalam pengantar Bahasa Inggris
kecuali guru Bahasa Indonesia kecuali Bahasa Indonesia
8. Minimal 70% dari jumlah tamatan memperoleh nilai ujian nasional Bahasa
Indonesia 7,00
9. Minimal dari 70% jumlah tamatan memperoleh nilai ujian kompetensi produktif
7,50
18
BAB III
STRUKTUR KURIKULUM DAN MUATAN KURIKULUM
A. STRUKTUR KURIKULUM
20
Tabel
SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN
1. KOMPETENSI INTI
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik
pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti SMK PGRI 2 TUBAN dapat dilihat pada Tabel
berikut.
21
Tabel
KOMPETENSI INTI
2. Menghayati dan
2. Menghayati dan 2. Menghayati dan
Mengamalkan perilaku
mengamalkan perilaku mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung-
jujur, disiplin, tanggung- jujur, disiplin, tanggung-
jawab, peduli (gotong
jawab, peduli (gotong jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama,
royong, kerjasama, royong, kerjasama,
toleran,
toleran, damai), santun, toleran, damai), santun,
damai), santun, responsif
responsif dan pro-aktif responsif dan pro-aktif
dan pro-aktif dan
dan menunjukan sikap dan menunjukan sikap
menunjukan sikap
sebagai bagian dari sebagai bagian dari
sebagai bagian dari
solusi atas berbagai solusi atas berbagai
solusi atas berbagai
permasalahan dalam permasalahan dalam
permasalahan dalam
berinteraksi secara berinteraksi secara
berinteraksi secara
efektif dengan efektif dengan
efektif dengan
lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan
lingkungan sosial dan
alam serta dalam alam serta dalam
alam serta dalam
menempatkan diri menempatkan diri
menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa sebagai cerminan bangsa
sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia. dalam pergaulan dunia.
dalam pergaulan dunia.
22
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS X KELAS XI KELAS XII
4. Mengolah, menalar, dan 4. Mengolah, menalar,
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah menyaji, dan mencipta
menyaji dalam ranah konkret dan ranah
dalam ranah konkret dan
konkret dan ranah abstrak terkait dengan
ranah abstrak terkait
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dengan pengembangan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
dari yang dipelajarinya
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
di sekolah secara
secara mandiri, dan secara efektif dan kreatif,
mandiri, dan mampu
mampu melaksanakan dan mampu
melaksanakan tugas
tugas spesifik di bawah melaksanakan tugas
spesifik di bawah
pengawasan langsung. spesifik di bawah
pengawasan langsung.
pengawasan langsung.
2. KOMPETENSI DASAR
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti.
Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata
pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan
pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
a. kelompok 1 : kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dlm rangka menjabarkan KI-
1,
b. kelompok 2 : kelompok kompetensi dasar sikap sosial dlm rangka menjabarkan
KI-2,
c. kelompok 3 : kelompok kompetensi dasar pengetahuan dlm rangka menjabarkan KI-3,
d. kelompok 4 : kelompok kompetensi dasar keterampilan dlm rangka menjabarkan KI-4.
B. MUATAN KURIKULUM
Kegiatan Ekstrakurikuler SMA/MA, SMK/MAK: Pramuka (wajib), OSIS,
UKS, PMR, dan lain-lain, diatur lebih lanjut dalam bentuk Pedoman Program
Ekstrakurikuler.
Struktur Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN terdiri atas Kelompok Mata
pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib mencakup 10
(sepuluh) mata pelajaran dengan beban belajar 26 jam per minggu. Di wilayah
propinsi Jawa Timur isi kurikulum (KI dan KD) dan kemasan substansi untuk Mata
pelajaran wajib ditambah mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah sesuai dengan
Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 19 tahun 2014 tentang mata pelajaran
bahasa daerah sebagai muatan lokal wajib di sekolah/madrasah. Struktur ini
23
menerapkan
prinsip bahwa peserta didik merupakan subjek dalam belajar yang memiliki hak untuk
memilih mata pelajaran sesuai dengan minatnya.
1. MATA PELAJARAN
Muatan Kurikulum 13 meliputi Mata pelajaran Kelompok Wajib A, Wajib B dan
Peminatan C.
Kelompok Mata Pelajaran Wajib A dan Peminatan C adalah kelompok mata
pelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran kelompok
B adalah kelompok mata pelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat
dan dapat dilengkapi dengan muatan lokal yang dikembangkan oleh pemerintah
daerah.
Mata Pelajaran yang harus ditempuh peserta didik pada setiap jenjang pendidikan
seperti pada tabel berikut ini;
Tabel
MATA PELAJARAN SMK PGRI 2 TUBAN
ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN X XI XII
1 2 1 2 1 2
KELOMPOK A (WAJIB)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
Pendidikan Pancasila dan
2 2 2 2 2 2 2
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
KELOMPOK B (WAJIB)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 2 2
8 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2
Pendidikan Jasmani, Olah Raga &
9 3 3 3 3 3 3
Kesehatan
10 Bahasa Daerah (Bahasa Jawa) 2 2 2 2 2 2
11 PLH 2 2 2 2 2 2
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per
28 28 28 28 28 28
Minggu
KELOMPOK C (PEMINATAN)
Mata Pelajaran Peminatan 24 24 24 24 24 24
24
Pada Mata Pelajaran Kelompok Peminatan (C) terdiri atas:
a. Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Keahlian (C1);
b. Kelompok Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2);
c. Kelompok Mata Pelajaran Paket Keahlian (C3).
Mata pelajaran serta KD pada kelompok C2 dan C3 ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk
menyesuaikan dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan dunia usaha dan
industri.
Tabel
STRUKTUR KURIKULUM TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 2 TUBAN
KELAS
MATA PELAJARAN X XI XII
1 2 1 2 1 2
Kelompok A (Wajib) *)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
Kelompok B (Wajib) *)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 2 2
8 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga & Kesehatan 3 3 3 3 3 3
10 Bahasa Jawa 2 2 2 2 2 2
11 PLH 2 2 2 2 2 2
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian *)
11 Pengantar Ekonomi dan Bisnis 2 2 2 2 - -
12 Pengantar Administrasi Perkantoran 2 2 2 2 - -
13 Pengantar Akuntansi 2 2 2 2 - -
C2. Dasar Program Keahlian
14 Simulasi Digital 3 3 - - - -
15 Etika Profesi 3 3 - - - -
16 Dasar-dasar Perbankan 4 4 - - - -
17 Aplikasi Pengolah Angka/Spreadsheet 4 4 - - - -
25
KELAS
MATA PELAJARAN X XI XII
1 2 1 2 1 2
18 Akuntansi Perusahaan Jasa 4 4 - - - -
C3. Paket Keahlian
Akuntansi
19 Akuntansi Perusahaan Dagang - - 4 4 4 4
20 Akuntansi Keuangan - - 6 6 6 6
21 Akuntansi Perusahaan Manufaktur - - - - 4 4
22 Komputer Akuntansi - - 6 6 6 6
23 Administrasi Pajak - - 2 2 4 4
TOTAL 52 52 52 52 52 52
MENENGAH
Tujuan
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan
standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan
standar pembiayaan.
Ruang Lingkup
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi
kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan
masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
27
D. MUATAN LOKAL
28
sikap, ketrampilan dan pengetahuan, yaitu adanya kelompok mata Pelajaran Wajib A
dan Wajib B, Kelompok Peminatan, dan Lintas Minat, yang semuanya mengusung ke
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan pada tabel 1,sebagai berikut:
Tabel
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
Kompetensi Lulusan dapat dicapai melalui Kompetensi Inti seperti pada tabel, sebagai
berikut;
29
Tabel
KOMPETENSI INTI
30
NO. DOMAIN KOMPETENSI INTI
1. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
2. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
3. Keterampilan
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan
3. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
2. DEFINISI OPERASIONAL
Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam pedoman ini adalah sebagai berikut:
1. Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi
33
muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang
dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di
daerah tempat tinggalnya.
2. Pemerintah provinsi adalah gubernur dan berbagai perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah provinsi.
3. Pemerintah kabupaten/kota adalah bupati/walikota dan berbagai perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten/kota.
4. PRINSIP PENGEMBANGAN
34
Pengembangan muatan lokal untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK
perlu memperhatikan beberapa prinsip pengembangan sebagai berikut.
a. Utuh
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan pendidikan
berbasis kompetensi, kinerja, dan kecakapan hidup.
b. Kontekstual
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan budaya, potensi,
dan masalah daerah.
c. Terpadu
Pendidikan muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan pendidikan,
termasuk terpadu dengan dunia usaha dan industri.
d. Apresiatif
Hasil-hasil pendidikan muatan lokal dirayakan (dalam bentuk pertunjukkan,
lomba-lomba, pemberian penghargaan) di level satuan pendidikan dan daerah.
e. Fleksibel
Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya
bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan.
f. Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan muatan lokal tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga
mengupayakan peserta didik untuk belajar secara terus- menerus.
g. Manfaat
Pendidikan muatan lokal berorientasi pada upaya melestarikan dan
mengembangkan budaya lokal dalam menghadapi tantangan global.
35
menentukan bahan kajian umum/ besarannya.
2. Dari atas ke bawah (top down)
Pada tahap ini pemerintah daerah) sudah memiliki bahan kajian muatan lokal
yang diidentifikasi dari jenis muatan lokal yang diselenggarakan satuan
pendidikan di daerahnya. Tim pengembang muatan lokal dapat menganalisis core
and content dari jenis muatan lokal secara keseluruhan. Setelah core and content
umum ditemukan, maka tim pengembang kurikulum daerah dapat
2. Guru
Guru yang ditugaskan sebagai pengampu muatan lokal adalah yang memiliki:
a. kemampuan atau keahlian dan/atau lulusan pada bidang yang relevan;
b. pengalaman melakukan bidang yang diampu; dan
c. minat tinggi terhadap bidang yang diampu.
Guru muatan lokal dapat berasal dari luar satuan pendidikan, seperti: satuan
pendidikan terdekat, tokoh masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan lain-lain.
3. Sarana dan Prasarana Sekolah
Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal harus dipenuhi oleh satuan
pendidikan. Jika satuan pendidikan belum mampu memenuhi kebutuhan sarana
dan prasarana, maka pemenuhannya dapat dibantu melalui kerja sama dengan
pihak tertentu atau bantuan dari pihak lain.
4. Manajemen Sekolah
Untuk memfasilitasi implementasi muatan lokal, kepala sekolah:
a. menugaskan guru, menjadwalkan, dan menyediakan sumber daya secara
khusus untuk muatan local;
b. menjaga konsistensi pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajaran umum dan muatan lokal khususnya; dan
c. mencantumkan kegiatan pameran atau sejenisnya dalam kalender akademik
satuan pendidikan.
2. Pemerintah provinsi
Gubernur dan dinas pendidikan provinsi melakukan koordinasi dan supervisi
pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah (SMA dan SMK).
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
40
Bupati/walikota dan dinas pendidikan kabupaten/kota melakukan koordinasi dan
supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar (SD dan SMP).
11. PENUTUP
Pengembangan dan pelaksanaan muatan lokal di setiap satuan pendidikan harus
tetap sinergi dengan pengembangan dan pelaksanaan kurikulum setiap satuan
pendidik. Dalam pengembangan muatan lokal perlu keterlibatan berbagai unsur,
terutama di tingkat satuan pendidikan seperti: guru, kepala sekolah, serta komite
sekolah/madrasah. Di sisi lain, pemerintah daerah beserta perangkat daerah yang
melaksanakan pemerintahan daerah di bidang pendidikan perlu mendukung dalam
bentuk supervisi serta koordinasi sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pada
kekhususan jenis muatan lokal, seperti untuk SMK/MAK, berbagai unsur
masyarakat baik dari dunia industri maupun asosiasi profesi dapat dilibatkan.
E. BIMBINGAN KONSELING
1. ARAH DAN BIDANG PELAYANAN BK
a. Arah Pelayanan
Secara keseluruhan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK)
terselenggara dalam lima arah pelayanannya, yaitu (1) pelayanan dasar, (2)
pelayanan pengembangan, (3) pelayan-an peminatan studi, (4) pelayanan
teraputik, dan (5) pelayanan diperluas.
1) Pelayanan Dasar
Yaitu pelayanan mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan peserta
didik yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan minum, udara
segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional. Orang
tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki
peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar peserta didik.
Dalam hal ini, Guru BK atau Konselor pada umumnya berperan secara
tidak langsung dan mendorong para significant persons berperan optimal
dalam memenuhi kebutuhan paling elementer peserta didik.
2) Pelayanan Pengembangan
Yaitu pelayanan untukmengembangkan potensi peserta didik sesuai
dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Dengan
pelayanan pengembangan yang cukup baik peserta didik akan dapat
menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa
beban yang memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan
41
potensi yang dimiliki secara optimal, serta menatap masa depan dengan
cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan pelaksanaan
pelayanan pengembangan bagi peserta didik. Pada satuan-satuan
pendidikan, para pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran
dominan dalam penyelenggaraan pengembangan terhadap peserta didik.
Dalam hal ini, pelayanan BK yang dilaksanakan oleh guru BK atau
Konselor selalu diarahkan dan mengacu kepada tahap dan tugas
perkembangan peserta didik.
Jenis-jenis kompetensi kemandirian dan kemampuan pengendalian
diri yang selaras dengan tahapan perkembangan peserta didik dapat
dilihat dalam lampiran 1 dan 2 tentang Standar Kompetensi Kemandirian
dan Pengendalian diri Peserta didik.
4) Pelayanan Teraputik
Yaitu pelayananuntuk menangani pemasalahan yang diakibatkan
oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan,
serta pelayanan peminatan. Permasalahan tersebut dapat terkait dengan
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan
belajar, karir. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik,
Guru BK atau Konselor memiliki peran dominan. Peran pelayanan
teraputik oleh Guru BK atau Konselor dapat menjangkau aspek-aspek
pelayanan dasar, pelayanan pengembangan, dan pelayanan peminatan.
Catatan:
Model latihan keterampilan dasar yang dapat dilakukan oleh
konselor untuk melaksanakan layanan teraputik/konseling
5) Pelayanan Diperluas
42
Yaitu pelayanan dengan sasaran di luar diri peserta didik pada
satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan, orang tua, dan
warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait dengan kehidupan
b. Bidang Pelayanan
Dengan arah pelayanan sebagaimana tersebut di atas, bidang pelayanan
BK pada satuan-satuan pendidikan pada khususnya adalah :
1) Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan BK yang
membantu peserta didik/ sasaran layanan dalam memahami, menilai, dan
mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi
kehidupan yang berkarakter-cerdas dan beragamai) sesuai dengan
karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
2) Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan BK yang
membantu peserta didik/sasaran layanan dalam memahami dan menilai
serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat, efektif
dan berkarakter-cerdas dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas.
3) Pengembangankemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan BK yang
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar sesuai
program studi dan arah peminatannya, berdisiplin, ulet dan optimal dalam
rangka mengikuti pendidikan pada jenjang/jenis satuan pendidikannya,
serta belajar secara mandiri.
4) Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan BK yang membantu peserta
didik dalam menerima, memahami dan menilai informasi, serta memilih
dan mengambil keputusan arah karir secara jelas, objektif dan
bijak.
Keempat bidang pelayanan BK memperkembangkan pribadi peserta didik
secara simultan dan menyeluruh.
Dengan diselenggarakannya ke empat bidang pelayanan BK tersebut
43
oleh konselor, dalam integrasinya secara menyeluruh dengan pelayanan
pembelajaran oleh guru mata pelajaran, peserta didik diarahkan untuk menjadi
pribadi yang utuh, berkembang secara optimal, tangguh, mandiri dan
berkemampuan mengendalikan diri.
Lebih jauh, terkait kelima arah pelayanan BK yang dikemukakan terlebih
dahulu, gambar menyeluruh bidang dan arah pelayanan yang dikenakan kepada
peserta didik.
Bidang Arah Pelayanan BK
Bidang Pelayanan BK
Arah Pelayanan BK
A. Pelayanan Dasar
B. Pelayanan Pengembangan
C. Pelayanan Terapeutik
D. Pelayanan Peminatan
E. Pelayanan Diperluas
44
4) Fungsi pengentasan, yaitu fungsi pelayanan BK untuk membantu peserta
didik mengentaskan (mengatasi) masalah yang dialaminya.
5) Fungsi advokasi, yaitu fungsi pelayanan BK untuk membantu peserta
didik memperoleh pembelaan atas hak dan/atau kepentingannya, baik
berkenaan dengan hak-hak kehidupan pada umumnya, maupun khususnya
berkenaan dengan hak kependidikannya, yang kurang atau tidak mendapat
perhatian.
b. Prinsip dan Asas BK
Prinsip dan asas dasar pelayanan Bimbingan dan konseling adalah
sebagai berikut :
1. Prinsip-prinsip pelayanan BK berkenaan dengan kondisi diri peserta
didik, program pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan,
mengacu pada pelayanan yang efektif dan efisien, untuk berkehidupan
yang cerdas dan berkarakterii).
2. Asas-asas pelayanan BK meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan,
keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan,
kenormatifan, keahlian, alih tangan kasus, dan tut wurihandayani.
45
4) Layanan Penguasaan Konten, yaitu layanan BK yang membantu peserta
didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan
dalam melakukan, berbuat atau mengerjakan sesuatu yang berguna dalam
kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan
tuntutan kemajuan dan berkarakter-cerdas yang terpuji, sesuai dengan
potensi dan peminatan dirinya.
5) Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan BK yang membantu
peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya melalui prosedur
perorangan.
6) LayananBimbingan Kelompok, yaitu layanan BK yang membantu
peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial,
kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta
melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji
melalui dinamika kelompok.
7) LayananKonseling Kelompok, yaitu layanan BK yang membantu peserta
didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami sesuai
dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui dinamika kelompok.
46
pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan,
sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.
3) Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik
dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat
memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah
peserta didik melalui pertemuan, yang bersifat terbatas dan tertutup.
4) Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan
komitmen bagi teren-taskannya masalah peserta didik melalui pertemuan
dengan orang tua dan atau anggota keluarganya.
5) Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyedia-kan berbagai bahan
pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi,
kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/ jabatan.
6) Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memin-dahkan penanganan
masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangan ahli
yang dimaksud.
c. Format Layanan
Layanan BK diselenggarakan melalui berbagai format layanan, yaitu sebagai
berikut :
1) Individual, yaitu format kegiatan BK yang melayani peserta didik secara
perorangan.
2) Kelompok, yaitu format kegiatan BK yang melayani sejumlah peserta
didik melalui suasana dinamika kelompok.
3) Klasikal, yaitu format kegiatan BK yang melayani sejumlah peserta didik
dalam satu kelas rombongan belajar.
4) Lapangan, yaitu format kegiatan BK yang melayani seorang atau
sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau di lapangan.
4. Pendekatan Khusus/Kolaboratif, yaitu format kegiatan BK yang
melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-
pihak yang dapat memberikan kemudahan.
5. PROGRAM PELAYANAN BK
a. Program Sepanjang Tahun Ajaran
47
Dari segi unit waktu sepanjang tahun ajaran pada satuan pendidikan, ada
lima jenis program yang disusun dan diselenggarakan dalam pelayanan BK,
yaitu sebagai berikut :
1) Program Tahunan, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh
kegiatan selama satu tahun ajaran untuk masing-masing kelas (rombongan
belajar) pada satuan pendidikan.
2) Program Semesteran, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh
kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
3) Program Bulanan, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh
kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4) Program Mingguan, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh
kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5) Program Harian, yaitu program pelayanan BK yang dilaksanakan pada
hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran
dari program mingguan dalam bentuk Satuan Layanan (SATLAN) atau
Rencana Program Layanan (RPL) dan/atau Satuan Kegiatan Pendukung
(SATKUNG) atau Rencana Kegiatan Pendukung (RKP) pelayananBK.
48
5. VOLUME, WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
a. Volume
Volume kegiatan pelayanan BK dalam satu minggu adalah sebagai berikut.
1) Volume kegiatan mingguan Guru BK atau Konselor disusun dengan
memperhatikan :
(a) Siswa yang diasuh seorang Guru BK atau Konselor, yaitu minimal
150 orang, dengan catatan :
(b) Semua kegiatan Guru BK atau Konselor dalam pengasuhan siswa tiap
minggu secara langsung ditujukan kepada siswa asuhnya yang
berjumlah minimal 150 orang itu. Dengan kata lain semua siswa asuh
itu setiap waktu sepanjang tahun memiliki hak dan kesempatan untuk
mendapatkan pelayanan dari Guru BK atau Konselor sebagai
pengasuhnya sesuai dengan kebutuhan/masalah yang dirasakan
dan/atau dianggap perlu mendapatkan pelayanan.
(c) Masing-masing Guru BK atau Konselor mendapat kesempatan
mengasuh peserta didik yang ada pada satuan pendidikan dengan cara
bergilir, yaitu mengasuh siswa yang berbeda (secara bergilir) setiap
pergantian tahun ajaran, atau berkelanjutan, yaitu mengasuh peserta
didik terus menerus mulai dari ketika mereka masuk awal satuan
pendidikan sampai menamatkannya.
2) Jumlah jam pembelajaran wajib, sesuai peraturan yang berlaku, yaitu 18-
24 jam pembelajaran per minggu.
3) Satu kali kegiatan layanan atau pendukung BK ekuivalen dengan 2 jam
pembelajaran. Dalam hal ini kegiatan Guru BK atau Konselor tiap minggu
adalah menyelenggarakan minimal berupa 9 (sembilan) kali kegiatan
layanan dan/atau pendukung.
53
P = Pengorganisasian : Pengorganisasian prasarana, sarana, personalia,
tempat, waktu dan administrasi
P = Pelaksanaan : Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan perencanaan dan
pengorganisasiannya
M = Monitoring : Pengontrolan, dalam arti monitoring dan evaluasi
T=Tindak lanjut : Upaya tindak lanjut hasil penilaian
J. EKSTRAKURIKULER
1. Definisi Operasional
Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam Program Kerja ini adalah sebagai
berikut :
1) Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik di
luar jam belajar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan dilakukan di
bawah bimbingan Guru Pembina Ekstrakurikuler dan Pelatih dengan tujuan
untuk mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik
yang lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum.
Berdasarkan definisi tersebut, maka kegiatan di sekolah atau pun di luar sekolah
yang terkait dengan tugas belajar suatu mata pelajaran bukanlah kegiatan
ekstrakurikuler.
2) Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti
oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik dengan kondisi tertentu
yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut.
3) Ekstrakurikuler pilihan merupakan program ekstrakurikuler yang dapat diikuti
oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing.
B. Misi
1. Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih dan diikuti sesuai dengan
54
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat peserta didik.
2. Menyelenggarakan sejumlah kegiatan yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk dapat mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri
secara optimal melalui kegiatan mandiri dan atau berkelompok.
b. Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pada SMK PGRI 2 TUBAN
adalah:
1) Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.
2) Mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan
pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.
55
sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik masing-masing.
2) Bersifat pilihan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai
dengan minat dan diikuti oleh peserta didik secara sukarela.
57
potensi yang dimiliki oleh sekolah dengan melakukan kegiatan yang bersifat
ilmiah.
2) Olympiade MIPA
Adalah ekstrakurikuler yang bertujuan untuk memberikan wadah bagi siswa
yang ingin menambah pengetahuannya di bidang matematika, fisika dan
kimia.
3) Olah raga
Ekstrakurikulet olahraga yang diselenggarakan meliputi :
a. Atlitik,
b. Bola Volly,
c. Sepak Bola/Futsal
d. Tenes Meja
6. Format Kegiatan
Kegiatan ekstrakurikuler dapat diselenggarakan dalam berbagai bentuk.
1) Individual; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format
yang diikuti oleh peserta didik secara perorangan.
2) Kelompok; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format
yang diikuti oleh kelompok-kelompok peserta didik.
3) Klasikal; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang
diikuti oleh peserta didik dalam satu kelas.
4) Gabungan; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format
yang diikuti oleh peserta didik antarkelas.
5) Lapangan; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang
diikuti oleh seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar
sekolah atau kegiatan lapangan.
8. Peranan dan Tugas Guru / Wali Kelas / Ketua Program Keahlian / Kepala
Sekolah
59
Dalam kegiatan ekstrakurikuler tugas guru/wali kelas/Ketua Program
keahlian/kepala sekolah antara lain memberikan rangsangan dan motivasi serta
arahan - arahan /pembinaan mulai dari persiapan, pelaksanaan, penilaian dan upaya
pengembangan.
Selama kegiatan ekstrakurikuler berlangsung, peranan guru/wali kelas/ketua
Program Keahlian/kepala sekolah adalah sebagai berikut :
1) Sebagai Motivator
Memberikan rangsangan dan dorongan bagi siswa agar dapat mau melakukan
sesuatu secara perorangan, berpasangan, kelompok maupun menurut
rombongan belajar (klasikal)
2) Sebagai fasilitator/tutor
Berperan memberikan materi dan membantu kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler
3) Sebagai Dinamisator/akselelator
Mendorong aktifitas siswa agar dapat melakukan kegiatan yang lebih banyak
dan lebih bervariasi dari segi kualitas dan kreatifitas siswa.
4) Sebagai konselor
Memberikan bimbingan dan menjadi nara sumber, tempat berkonsultasi
untuk kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan, penilaian, tidak lanjut dan
pengembangannya.
9. Pelaksanaan Kegiatan
60
6) Setiap kegiatan ekstrakurikuler harus mendapat persetujuan pembina
bidang dan WK Kesiswaan serta Kepala Sekolah.
7) Kegiatan ekstrakurikuler di liburkan satu minggu menjelang Ulangan Akhir
Semester, dan Ujian Nasional.
8) Kegiatan ekstrakurikuler wajib didampingi oleh pembina/pelatih.
WAKTU
JENIS KEGIATAN URAIAN
PELAKSANAAN
Kepala sekolah dan WK Kesiswaan
menyusun program ekstrakulikuler
yang didalamnya terdapat jenis-
jenis ekstrakulikuler yang
ditawarkan, Pembina Sebelum awal
Penyusunan Program
ekstrakulikuler, Jadwal tahun pelajaran
ekstrakulikuler, dan program
pengadaan sarana dan prasarana
ekstrakulikuler seluruh jenis
ekstrakulikuler
Promosi jenis kegiatan
ekstrakurikuler dilakukan kepada
peserta didik baru pada saat Masa
Orientasi Sekolah (MOS), dan
diikuti dengan penyebaran angket
Pengumuman Jenis kepada siswa untuk menentukan Awal tahun
ektrakulikuler pilihan jenis ekstra yang akan pelajaran
diikuti. Hasil pengumpulan angket
disusun berdasarkan jenis
ekstrakurikuler dan selanjutnya
diberikan kepada para pembina
eksrakurikuler.
Komitmen siswa dalam mengikuti
Penandatanganan Awal tahun
kegiatan ekstrakulikuler yang di
surat pernyataan pelajaran
pilih.
Pembina Ekstrakulikuler wajib
Awal tahun
Penyusunan Absen mendata kehadiran peserta
pelajaran
(presensi) dan melaporkan kepada
61
WAKTU
JENIS KEGIATAN URAIAN
PELAKSANAAN
Pembina bidang dan atau WK
Kesiswaan secara periodik
Pembina menyusun program
kegiatan ekstrakulikuler masing- Awal
Penyusunan Program
masing sebagai panduan dalam tahunpelajaran
melaksanakan ekstrakulikuler.
Siswa melaksanakan ekstrakulikuler
Pelaksanaan sesuai dengan jadwal dan Tahunpelajaran.
ekstrakulikuler didampingi oleh pembina/pelatihnya (Diluar KBM)
masing-masing.
Program kegiatan yang dilakukan
diluar sekolah dimaksudkan untuk
sarana promosi sekolah dan telah Tahunpelajaran.
Kegiatan Keluar
mendapatkan persetujuan dari (Diluar KBM)
Pembina Bidang dan WK
Kesiswaan/Kepala Sekolah.
Pembina ekstrakurikuler wajib
memberikan penilaian secara
kualitatif kepada peserta berikut
diskripsi capaian dan menyerahkan
Akhir Semester /
Pengawasan dan kepada pembina bidang dan atau
Akhir Tahun
Evaluasi WK Kesiswaan untuk diteruskan ke
Pelajaran
Pokja Kurikulum dan Wali Kelas
pada saat pelaksanaan Ujian Akhir
Semester, dan selanjutnya akan
dituliskan pada Buku Raport siswa
11. Pendanaan
Sumber pendanaan kegiatan ekstrakurikuler adalah berasal dari Pemerintah melalui
RAPB sekolah (BOS, SPP, dll), RAPB Pokja Kesiswaan, Iuran siswa, iuran peserta
maupun sumber-sumber lain yang relevan (hadiah, sponsorship).
2) Membuat rencana program kegiatan jangka pendek dan jangka panjang selama 1
tahun yang dibicarakan dengan pelatih kegiatan
62
3) Menentukan target-target yang akan dicapai bersama pelatih dalam satu tahun,
seperti target juara dll
4) Menentukan jadwal kegiatan latihan rutin maupun yang sifatnya tidak rutin
(seperti kunjungan, eksebisi atau lainnya) dan atau pertandingan persahabatan
5) Mengadakan evaluasi internal bidangnya bersama pelatih dan dilaporkan kepada
koordinator
6) Membuat plan A (pokok) dan plan B (alternatif) sesuai bidang ekstrakurikuler
masing-masing
9) Menjaga tata kesopanan sesuai dengan budaya dan nilai-nilai yang dikembangkan
di SMK PGRI 2 TUBAN
10) Bila ada pembelian kostum atau atribut lainnya yang dibebankan kepada peserta
didik harus sepengetahuan pembina dan koordinator ekstrakurikuler
63
14. Penilaian dan Tindak Lanjut Kegiatan Ekstrakurikuler
Penilaian dilakukan oleh Pembina Esktrakurikuler bersama Pelatih setiap akhir
semester dan diserahkan kepada Wali Kelas dan atau Pokja Kurikulum bersamaan
dengan pelaksanaan Ujian Akhir Semester.
Bentuk nilai adalah Nilai Kualitatif dengan kategori sebabagi berikut :
PREDIKAT KRITERIA
A Sangat Baik
B Baik
C Cukup
D Kurang
Peserta Didik wajib meperoleh nilai minimal Baik pada Ekstrakurikuler Wajib yaitu
Pramuka pada setiap semesternya dan Nilai yang diperoleh berpengaruh terhadap
kenaikan kelas Peserta Didik. Bagi Peserta Didik yang belum mencapai nilai minimal
perlu mendapat bimbingan terus menerus untuk mencapainya.
65
disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah(project based learning).
2. BEBAN BELAJAR.
a Beban belajar dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu. Beban belajar
satu minggu KelasX, XI dan XII adalah 50 jam pelajaran Beban setiap satu jam
pembe-lajaran adalah 45 menit
b Beban belajar di Kelas X, XI, dan XII dalam satu semester paling sedikit 18
minggu dan paling banyak 20 minggu.
c Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan
paling banyak 20 minggu
d Beban belajar di kelas XII pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan
paling banyak 16 minggu.
e Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling
banyak 40 minggu.
f Setiap satuan pendidikan boleh menambah jam belajar per minggu berdasarkan
pertimbangan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik,
sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting.
Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN dirancang dalam tiga kelompok Mata pelajaran:
Kelompok A, B, dan C. sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan Pasal 80 menyatakan bahwa ;
1) Penjurusan pada SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat berbentuk bidang
keahlian;
2) Setiap bidang keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri atas 1
(satu) atau lebih program studi keahlian;
3) Setiap program studi keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri atas
1 (satu) atau lebih kompetensi keahlian.
Bidang keahlian pada SMK/MAK meliputi:
a. Teknologi dan Rekayasa;
66
b. Teknologi Informasi dan Komunikasi;
c. Bisnis dan Manajemen;
d. Seni Rupa:
Beban belajar kegiatan tatap muka keseluruhan untuk setiap satuan pendidikan
adalah sebagaimana tertera pada Tabel 3
Tabel.
67
Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Keseluruhan
Satuan Pendidikan SMK PGRI 2 TUBAN
BEBAN
TINGKAT SATU JAM MINGGU EFEKTIF BEBAN BELAJAR BEBAN BELAJAR
BELAJAR
KELAS TATAP MUKA per tahun per tahun per minggu @ 60 menit
per minggu
Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi
peserta didik pada SMK PGRI 2 TUBAN maksimum 60% dari jumlah waktu kegiatan
tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.
68
BAB IV
a. Peserta didik telah mengikuti dan menyelesaikan program pembelajaran seluruh mata
pelajaran yang terdapat pada kurikulum 2013 dan telah memenuhi KKM yang telah
ditetapkan Pada Semester 2 dan 4 dengan mempertimbangkan KKM pada Semester 1 dan 3
b. KKM(Kreteria Ketuntasan Minimal) pada aspek pengetahuan dan ketrampilan adalah 2.68
dengan predikat( B-)
d. Penilaian Berdasar pada semester Genap dengan Pertimbangan KI/Kd yg belum tuntas pada
Semester Ganjil harus tuntas mencapai KKM, jika belum harus di REMIDI
e. Peserta Didik dinyatakan tidak naik ke Kelas XI atau XII apabila tidak mencapai KKM lebih
dari 3 mata pelajaran
f. Peserta didik yang tidak naik kelas harus mengulang seluruh mata pelajaran di tingkat
tersebut
g. Kehadiran dalam 1 Semester minimal 85% dari hari efektip di semester tersebut dengan
tidak memperhitungkan kriteria Ijin (i) dan Sakit (s)
h. Ketidak hadiran (Alpa) dalam 1 semester maksimal 15% dari hari efektip di semester
tersebut
B. Norma Kelulusan
Kelulusan Peserta Ujian dari Satuan Pendidikan SMK PGRI 2 TUBAN
Kabupaten Bojonegoro berdasarkan :
69
Hal ini berarti peserta didik telah mengikuti dan menyelesaikan program pembelajaran
seluruh mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum yang digunakan dan telah
Memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
2) Ujian praktik untuk mata pelajaran yang tidak dinilai melalui UN.
70
BAB V
SITEM PENILAIAN
72
7. Penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada UN dan aspek
kognitif dan/atau aspek psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
dilakukan oleh satuan pendidikan melalui ujian sekolah/madrasah untuk
memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan
kelulusan dari satuan pendidikan.
8. Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk mata pelajaran kelompok
mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan ditentukan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian
oleh pendidik.
9. Penilaian akhir hasil belajar peserta didik kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
dilakukan oleh satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil
penilaian oleh pendidik dengan mempertimbangkan hasil ujian sekolah.
10. Kegiatan ujian sekolah dilakukan dengan langkah-langkah: (a) menyusun kisi-kisi
ujian, (b) mengembangkan instrumen, (c) melaksanakan ujian, (d) mengolah dan
menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah, dan (e) melaporkan dan
memanfaatkan hasil penilaian.
11. Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan
informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
12. Penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggung jawab
sebagai warga masyarakat dan warganegara yang baik sesuai dengan norma dan
nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa,
adalah bagian dari penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan memanfaatkan
informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
13. Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti penilaian kelompok mata
pelajaran yang relevan.
14. Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan diri dibuktikan dengan surat
keterangan yang ditandatangani oleh pembina kegiatan dan kepala sekolah.
73
15. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan
harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti
pembelajaran remedi.
16. Pembelajaran remidi dilakukan terhadap UH, UTS, UAS/UKK harus diakhiri
dengan mengadakan tes remidi di luar jam tatap muka, paling banyak 3 (tiga) kali
dan peserta didik memperoleh nilai maksimal sama dengan KKM
17. Evaluasi hasil belajar peserta didik mencakup 3 aspek :
a. Kognitif/pengetahuan
b. Psikomotor/keterampilan
c. Afektif/sikap
18. Nilai raport = NH+2UTS+3UAS
6
19. Nilai Rapor adalah nilai konversi dengan rentang nilai 0-4 dengan rumus :
20. Nilai Konversi = (NR x 100)
4
21. Tabel :
22. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk
satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi
kemajuan belajar.
23. Penentuan ranking kelas atas dasar jumlah nilai dari seluruh mata pelajaran,
diurutkan dari yang tertinggi sampai terendah
74
24. Kegiatan penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui UN dengan langkah-langkah
yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS) UN.
25. UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasama
dengan instansi terkait.
26. Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan salah satu syarat
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan salah satu pertimbangan dalam
seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya.
27. Hasil analisis data UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk
pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan serta pembinaan dan pemberian
bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
75
E. Penilaian oleh Satuan Pendidikan
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian
kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Penilaian tersebut meliputi
kegiatan sebagai berikut:
1. menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui
rapat dewan pendidik.
2. mengkoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas.
3. menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan
sistem paket melalui rapat dewan pendidik.
4. menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata
pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik
dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik.
5. menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui
rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan
nilai hasil ujian sekolah/madrasah.
6. menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta didik
dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi
satuan pendidikan penyelenggara UN.
7. melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran
pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku
laporan pendidikan.
8. melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas
pendidikan kabupaten/kota.
9. menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan
pendidik sesuai dengan kriteria:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran estetika;
dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
c. lulus ujian sekolah/madrasah.
76
10. menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik
yang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.
11. menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi
satuan pendidikan penyelenggara UN.
77