Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
SMK PGRI 2 TUBAN adalah lembaga pendidikan merupakan bagian dari berlakunya
sistem pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta perad aban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut di era global
SMK PGRI 2 TUBAN dihadapkan pada sebuah tantangan besar, baik tantangan yang
bersumber dari dalam (internal) maupun tantangan yang berasal dari luar (external).
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan
pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.

Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat


dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia
produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14
tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan
mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.

Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan
agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan
menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui
pendidikan agar tidak menjadi beban. (Permendikbud RI Nomor 70 Tahun 2013)
Adapun tantangan yang bersifat eksternal SMK PGRI 2 TUBAN ke depan di abad ke
21 yaitu antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif
dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi
masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World
Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area

1
(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia,
pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics
and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA)
sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak
menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini
disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak
terdapat dalam kurikulum Indonesia. (Permendikbud RI Nomor 70 Tahun 2013).

Selain itu tantangan kompetensi masa depan pendidikan kita dihadapkan pada upaya
memenuhi kompetensi tuntutan di era global yaitu: kemampuan berkomuni-kasi;
kemampuan berpikir jernih dan kritis; kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan; kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab; kemampuan
mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda; kemampuan hidup
dalam masyarakat yang mengglobal; memiliki minat luas dalam kehidupan; memiliki
kesiapan untuk bekerja; memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya; memiliki rasa
tanggungjawab terhadap lingkungan. Tantangan lain yang harus dihadapi SMK PGRI 2
TUBAN adalah persepsi masyarakat yang terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif;
beban siswa terlalu berat; kurang bermuatan karakter bangsa. Selain itu perkembangan
pengetahuan dan pedagogi; neurologi; psikologi; observation based

(discovery) learning dan collaborative learning yang harus kita pelajari. Fenomena
negatif yang mengemuka sebagai dampak negatif di era globalisasi seperti: pergaulan
bebas, materialisme dan hedonisme, perkelahian pelajar; narkoba; korupsi;
plagiarisme; kecurangan dalam ujian (nyontek); gejolak masyarakat (social unrest) dan
lain sebagainya. (Kemendikbud, 2013).
Tantangan besar tersebut diatas secara sungguh-sungguh harus dihadapi oleh SMK
PGRI 2 TUBAN dengan melakukan perubahan penyesuaian kurikulum 2013 dengan
diawali perubahan mindset dan penyempurnaan pola pikir

Kurikulum 2013 SMK PGRI 2 TUBAN dikembangkan dengan penyempurnaan


perubahan mindset dan perubahan pola pikir yang berfokus pada Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

2
Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 menga-
manatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur
dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan menengah kejuruan SMK
PGRI 2 TUBAN merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam
bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja, dan
mengembangkan diri untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pembangunan di era global.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil.
Keragaman dalam berbagai hal menjadi karakteristik dan keunikan Indonesia.
Keragaman dan keunikan dari segi geografis, potensi sumber daya, ketersediaan sarana
dan prasarana, latar belakang dan kondisi sosia budaya, dan berbagai keragaman
lainnya yang terdapat di setiap daerah. Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan
pula tingkatan kebutuhan dan tantangan pengembangan yang berbeda antar daerah
dalam rangka meningkatkan mutu dan mencerdaskan kehidupan masyarakat di setiap
daerah. Terkait dengan pembangunan pendidikan, masing-masing daerah memerlukan
pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah. Begitu pula halnya dengan
kurikulum sebagai jantungnya pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan
secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, dan peserta didik.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun
dan dilaksanakan oleh tiap satuan pendidikan yang berfungsi sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,
daerah, dan satuan pendidikan serta sesuai dengan kondisi, potensi, dan kebutuhan
peserta didik. Selain itu kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN disusun dengan
memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan jenis pekerjaan,
lingkungan sosial, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta seni.

B. LANDASAN
Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN disusun berdasarkan landasan-landasan
pendidikan sebagai berikut:
1. Landasan Hukum
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

3
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
c. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
d. Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
e. Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Nasional Tahun 2005-2025.
f. Undang undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH)
g. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013


tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional
h. Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 54 tahun 2013 tentang
standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah
i. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
j. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan
Pengelolaan Pendidikan.
k. Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan

l. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65


tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
m. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66
tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan
n. Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
o. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 61 tentang Kurikulum
tingkat Satuan Pendidikan 2014.

2. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN menentukan
kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum,
proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta
didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
4
Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN dikembangkan dengan landasan filosofis
yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik
menjadi manusia Indonesia seutuhnya, yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha
esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
SMK PGRI 2 TUBAN dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa
masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum SMK
PGRI 2 TUBAN dikembangkan berdasar budaya bangsa Indonesia yang
beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk
membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi
kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahawa kurikulum adalah
rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa.
Dengan demikian tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas
utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa
depan peserta didik, Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN mengembangkan
pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa
depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka
sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan
masyarakat dan bangsa masa kini.
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan
filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau
adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari
peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya Menjadi
kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik Dengan
memberikanmakna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari
warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan
sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik Peserta
didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang
5
dalam akademik, Kurikulum SMK Negeri Purwosari Memposisikan
Keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga,
diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi
sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.

c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan


kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah
pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum
memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan
akademik.
d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih
baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan
berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun
kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN
bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan
dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan
untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik
.
3. Landasan Teoritis
Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN dikembangkan atas teori pendidikan
pendidikan berdasarkan standar (standard-based education), dan teori kurikulum
berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara
yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-
luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

Kurikulum 2013 SMK PGRI 2 TUBAN menganut: (1) pembelajaran yang


dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan
berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2)
pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar
6
belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar
langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan
hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

4. Landasan Ekonomi
Pengelolaan SMK PGRI 2 TUBAN dalam mengimplementasikan kurikulum
mempergunakan landasan effisiensi dan efektifitas. Oleh karenanya seluruh
kegiatan sekolah di seluruh bidang yang berpengaruh dalam mencapai misi dan visi
SMK PGRI 2 TUBAN, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
evaluasi dan tindak lanjut mendasarkan pada nilai-nilai efisiensi, efektifitas dan
produktivitas proses dan hasil kinerja.

5. Landasan Psikologi
Pendidikan kejuruan melandaskan diri pada kenyataan bahwa manusia itu
memiliki perbedaan dalam dimensi-dimensi fisik, intelektual, emosional, dan
spiritualnya. Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN (1) mempercayai dan mengakui

bahwa dalam setiap diri peserta didik telah tertanam kemampuan awal dari karunia
Tuhan, tugas pendidik adalah mengkondisikan bagi tumbuhnya berkembangnya
kemampuan peseserta didik melalui pengkondisian proses pembelajaran yang
dilakukan guru dalam bentuk proses pembelajaran di sekolah, kelas, dan
masyarakat serta dunia usaha industri maka kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN
mempergunakan landasan teori pendidikan constructivism theory. (2) pengalaman
belajar peserta didik (experience learning) di sekolah disesuaikan dengan latar
belakang, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik baik dalam pengembangan diri
pribadi, karier dan social berdasarkan azas kebermaknaan. Pengalaman belajar
peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, dengan demikian maka kurikulum
SMK PGRI 2 TUBAN mempergunakan ladasan teori psikologi pendidikan
behaviorism theory.
Mengacu kepada landasan psikologis pendidikan tersebut diatas maka di SMK
PGRI 2 TUBAN dipergunakan berbagai model, pendekatan dan metode
pembelajaran yang variatif, dinamis, inovatif, kreatif, efektif, produktif dan
menyenangkan serta pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-based
learning).
Agar proses pembelajaran berpusat kepada siswa maka diterapkan scientific
approach. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring

7
untuk semua mata pelajaran. Kriteria pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
(scientific approach) di SMK PGRI 2 TUBAN dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan


mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik


sistem penyajiannya.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (scientific approach)
di SMK PGRI 2 TUBAN meliputi:
a. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
b. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
tahu mengapa.
c. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik tahu bagaimana.
d. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik tahu apa.
e. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk
menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan
dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang
meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Beberapa jenis
pembelajaran scientific approach yang diterapkan di SMK PGRI 2 TUBAN ,
antara lain: pembelajaran berbasis proyek (project based learning),
pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), pembelajaran
8
discovery, pembelajaran inquery, pembelajaran berbasis produksi (production-
based learning), contecxtual teaching and learning, pembelajaran berbasis
portofolio, pembelajaran tuntas (mastery learning), pembelajaran berbasis
kompetensi (competency-based learning) dan lain sebagainya.
Kurikulum SMK Negeri Purwosari juga menerapkan penilaian autentik
(authentic assessment). Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah
pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian autentik memiliki relevansi
kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan
kurikulum 2013. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil
belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-
tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan
kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Penilaian autentik dapat
dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta
didik. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting.
Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka
tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan
mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang
lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang
lebih tinggi. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh
dari luar sekolah. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru
mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta
keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses
pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.
Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan
harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan. Penilaian autentik sering
digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus
pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang
subjek. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana
mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum
mampu menerapkan perolehan belajar.
Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian antara lain;

1. pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan


hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja.

9
2. penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja
yang kompleks.
3. analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas
perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar
semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.
Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di

mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik
dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan
pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu
sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata
yang ada di luar sekolah. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa
yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter
waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Penilaian autentik
pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis,
mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian
mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi guru autentik. Peran guru bukan
hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa
melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu:
a. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta
desain pembelajaran.
b. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan
menyediakan sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan
akuisisi pengetahuan.
c. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan meng-
asimilasikan pemahaman peserta didik.
d. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas
dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

6. Landasan Sosial Seni Dan Budaya


Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN dibangun dan dikembangkan berdasarkan
nilai-nilai sosial, seni dan budaya yang berkeadilan serta beradab, baik dalam
hubungan sosial lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan dunia usaha industri
10
sebagai perwujudan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Iklim dan budaya organisasi sekolah yang tercermin dalam nilai-nilai budaya
Pancasila yang Bhineka Tunggal Ika baik dalam input, proses, output dan out-
come menjadi sumber inspirasi, bertindak, dan berperilaku bagi warga sekolah
dalam organisasi sekolah dan pembelajaran.

7. Landasan Ekologi
SMK PGRI 2 TUBAN sebagai sekolah menengah kejuruan yang mendidik,
mengajar, melatih, membimbing para siswanya untuk dapat menghasilkan peserta
didik yang memiliki kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang
professional yang natinya akan menghasilkan tenaga kerja menengah yang terampil
sangat perlu dibekali secara dini pendidikan lingkungan hidup atau ekologi agar
mereka dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan di masyarakat dapat peduli
dalam mengelola, menciptakan, memelihara, menjaga, dan merawat lingkungan
hidup (ekologi) bagi kelangsungan hidup dimuka bumi. Sebagai bentuk perwujudan
landasan ekologi maka di SMK PGRI 2 TUBAN meneguhkan sebagai sekolah
berwawasan lingkungan hidup.

C. TUJUAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


Pengembangan Kurikulum diperlukan karena kurikulum merupakan penunjuk
arah sistem pendidikan dan tujuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran secara
menyeluruh. Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan SMK PGRI 2 TUBAN sebagai lembaga
pendidikan penyelenggaraan pendidikan serta kebutuhan lapangan kerja.
Untuk keperluan pengembangan dan penyesuain kebutuhan dunia kerja dan dunia
industri maka kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN harus melakukan tindakan-tindakan agar
kurikulum senantiasa sesuia dengan tuntutan, tindakan-tindakan tersebut antara lain;

1. Melakukan evaluasi dan validasi untuk perbaikan kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN
agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan perkembangan zaman di era global di abad 21.

2. Menyusun Kurikulum 2013 SMK PGRI 2 TUBAN untuk mempersiapkan manusia


Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia

3. Menyusun kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN secara kolaboratif, aktif, inovatif,


kreatif, efektif, produktif, bermakna agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan
perkembangan zaman di era global di abad 21.
11
4. Menghasilkan kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan perkembangan zaman di era global di abad 21.
5. Menjadikan kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN sebagai acuan operasional
pengelolaan pembelajaran di abad 21 bagi kepala sekolah, guru, siswa dan tata
usaha, orang tua serta masyarakat dunia usaha dan industri.
6. Menjadi acuan operasional bagi Dinas Pendidikan Atau Kantor Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan, Agama Provinsi Dan Kabupaten dalam melakukan
koordinasi dan supervisi penyusunan dan pengelolaan kurikulum di setiap satuan
pendidikan.

D. MEKANISME PENGELOLAAN KURIKULUM


Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN dikembangkan berdasarkan mekanisme
pengelolaan sebagai berikut :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta


didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi
sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral
berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2. Beragam dan terpadu


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak
diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni


Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi
kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

12
4. Tanggap terhadap Lingkungan Hidup
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa pendidikan lingkungan
merupakan salah satu sarana dalam rangka membentuk warga negara yang
berwawasan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh berbagai fakta menunjukkan
bahwa akar penyebab krisis lingkungan adalah manusia. Mengubah segala aspek
psikologis manusia tiada jalan lain kecuali melalui pendidikan.
Dalam kaitannya dengan berpikir ekologis, Swan (1974) memberikan batasan
bahwa pendidikan adalah suatu proses, bukan suatu produk, sehingga semua
program-program pendidikan lingkungan harus diarahkan kepada pengajaran
masyarakat tentang what to think daripada how to think

5. Relevan dengan kebutuhan kehidupan


Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan
sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan


Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

7. Belajar sepanjang hayat


Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik agar mampu dan mau belajar yang berlangsung
sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur
pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.

8. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

13
BAB II

TUJUAN, VISI, MISI, NILAI,


KEBIJAKAN MUTU DAN SASARAN MUTU

A. TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya

B. VISI, MISI, TUJUAN DAN NILAI


1. VISI
Menjadikan SMK PGRI 2 TUBAN sebagai SMK yang potensi dalam menyiapkan
lulusan yang mampu mengembangkan diri dan sikap profesional, serta mampu
berkompetisi secara global.

2. MISI
Mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia bagi para guru
dan karyawan dalam rangka peningkatan manajemen penguatan tata kelola,
akuntabilitas, dan pencitraan publik.
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang berorientasi kepada
pencapaian kompetensi berstandar nasional
Mengembangkan dan mengintensifkan hubungan kerjasama antara sekolah
dengan Dunia Usaha / Industri yang relevan

3. TUJUAN SMK PGRI 2 TUBAN


1.Peningkatan mutu lulusan untuk memasuki dunia kerja, agar dapat
mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlian kejuruan.

2.Menyiapkan diri dalam memiih karier, mampu berkompetensi dan mampu


mengembangkan diri dalam lingkup keahlian kejuruan dan keterampilan.
Membekali peserta didik sikap profesional untuk mengembangkan diri dan
mampu berkompetisi di tingkat regional, nasional dan internasional.

4. Tujuan Program Keahlian Akuntansi


Membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar
kompeten :

1. Mengelola bukti transaksi keuangan


2. Mengelola buku jurnal
3. Mengelola buku besar
4. Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan jasa
5. Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan dagang
6. Menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan manufaktur

14
5. NILAI

Dalam hal ini nilai dapat diartikan sebagai Penilaian terhadap Nilai Sikap yang
ideal akan sangat menentukan keberhasilan dalam melaksanakan proses pendidikan
sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan.
Penetapan nilai yang merupakan dasar sekaligus pemberi arah bagi sikap dan atau
perilaku semua kinerja dalam menjalankan tugas sehari-hari. Selain itu, nilai
tersebut juga akan menyatukan hati dan pikiran seluruh kinerja dalam usaha
mewujudkan visi dan misinya.
Untuk itu, maka kinerja di SMK PGRI 2 TUBAN telah diidentifikasi bahwa nilai-
nilai yang harus dimiliki oleh setiap warga SMK PGRI 2 TUBAN dalam
melaksanakan kegiatan. Nilai-nilai yang diadopsi atau ditangkap oleh pemangku
kepentingan pendidikan dijadikan sebagai masukan yang tepat akan menjalankan
nilai proses dengan baik dalam manajemen organisasi untuk meningkatkan mutu
interaksi di sekolah. Selanjutnya nilai-nilai tersebut dijadikan sebagai dasar
penilaian selama proses pendidikan berlangsung dengan harapan akan
menghasilkan suatu kebijakan yang terfokus pada hal-hal yang diharapkan dalam
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan dengan lebih baik, oleh sebab itu
dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan dinyatakan dalam empat
hal pokok yaitu :

1. SSSPP (S3P2) Salam, Senyum, Sabar, Profesional dan Prestasi


2. Ikhlas
3. Kebersamaan
4. Inovatif
Penjabaran tentang nilai dalam kegiatan organisasi diuraikan sebagai berikut :
SSSP (S3P2)
Dalam menjalankan tugas didasari oleh makna Salam, Senyum, Sabar dan
Profesional, dan Prestasi S3P2 merupakan kiat yang dikembangkan dalam budaya
keseharian warga sekolah. Kesopanan dan kesantunan menjadi dasar pelaksanaan
kiat tersebut.
Ikhlas
Dalam melaksanakan tugas didasari oleh nilai kerelaan, kejujuran dan pengabdian
tanpa paksaan serta rasa ikut memiliki dengan penuh tanggung jawab sebagai
wujud insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kebersamaan
Dalam melaksanakan tugas didasari oleh rasa saling mengenal, menghargai dan
15
saling menghormati, bijaksana dalam pengambilan keputusan

Inovatif
Dalam melaksanakan tugas didasari oleh keinginan terus berkembang,
menyesuaikan dan mencari hal-hal baru sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan berani menghadapi tantangan global. Perwujudan
dari nilai-nilai yang dikembangkan tersebut adalah berbentuk motto :

Bekerja tanpa diperintah


Disiplin tanpa diawasi
Luas dalam wawasan
Luwes dalam bertindak

C. KEBIJAKAN MUTU

SMK PGRI 2 TUBAN bertekad menerapkan Sistem Manajenen Mutu ISO 9001 : 2008
agar menjadi lembaga Pendidikan dan Pelatihan yang bertaraf nasional dan pada tahun
pelajaran 2016/2017 menuju Sekolah Rujukan, dengan kebijakan:
1. Berorientasi mutu pada setiap kegiatannya.
2. Mengedepankan kepuasan pelanggan, serta selalu meningkatkan kinerja pelayanan
3. Mutu menjadi semangat dan budaya kerja kami dalam mencapai kepuasan pelanggan
4. Sumber daya manusia harus bertanggungjawab dan melaksanakan serta melakukan
penyempurnaan dan berperan aktif untuk meninjau dan
5. memperbaiki Sistem Manajemen Mutu secara berkelanjutan di unit kerja masing-
masing
6. Pengembangan kesadaran lingkungan hidup menjadi perhatian kami dalam
melaksanakan proses belajar mengajar
7. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama sebagai sumber kearifan dalam
bertindak

D. SASARAN MUTU
1. Melakukan sinkronisasi dan Validasi kurikulum dengan DUDI minimal 2 tahun
sekali untuk 6 program keahlian yang merangkum 11 Paket Keahlian
2. Prosentase minimal kelulusan 95%, dengan NPR (Nilai Prestasi Rata-rata) 7,00
3. Minimal 70% dari jumlah tamatan memperoleh skor TOEIC 450 atau nilai ujian

16
nasional Bahasa Inggris 7,00
4. Minimal 70% dari jumlah tamatan memperoleh nilai ujian nasional Matematika
7,00
5. Minimal 100% dari jumlah siswa kelas X dan kelas XI mencapai nilai sesuai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
6. Minimal 25% guru produktif mengajar dalam bahasa pengantar Bahasa Inggris
7. Minimal 25% guru normatif, adaptif mengajar dalam pengantar Bahasa Inggris
kecuali guru Bahasa Indonesia kecuali Bahasa Indonesia
8. Minimal 70% dari jumlah tamatan memperoleh nilai ujian nasional Bahasa
Indonesia 7,00
9. Minimal dari 70% jumlah tamatan memperoleh nilai ujian kompetensi produktif
7,50

10. Meningkatkan kedisiplinan siswa dengan menekan pelanggaran siswa tidak


melebihi 5% dalam satu tahun.
11. Evaluasi tingkat kepuasan pelanggan oleh siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan minimal BAIK.
12. Evaluasi tingkat kepuasan pelanggan oleh orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan minimal BAIK.
13. Menempatkan siswa Praktik Kerja di DUDI 100%
14. Mendatangkan Asosiasi dan atau DU/DI dalam uji kompetensi untuk 7 program
keahlian.
15. Evaluasi tingkat kepuasan pelanggan oleh DU / DI dalam penyelenggaraan
pendidikan minimal BAIK.
16. Satu tahun setelah tamat, minimal 50% jumlah tamatan terserap di dunia kerja dan
bekerja mandiri
17. Jumlah kerusakan peralatan yang terkait dengan KBM tidak melebihi 10
pengaduan/permohonan perbaikan dalam satu tahun
18. Jumlah kerusakan sarana pendukung tidak melebihi 25 pengaduan/permohonan
perbaikan dalam satu tahun
19. Pengembangan SDM yang belum memenuhi kompetensi di bidang tugasnya /
kualifikasi pendidikan sebanyak minimal 4 orang tiap tahun melalui diklat /
pendidikan formal.
20. Mengimplementasikan dan memperbaruhi sistem manajemen mutu sesuai dengan
ISO 9001 : 2008
21. Memberikan pelatihan pembekalan kepada siswa yang akan melaksanakan Praktik
Kerja tentang etika kerja di industri minimal satu kali dalam satu tahun
22. Memberikan informasi dan wawasan tentang karir kejuruan secara klasikal kepada
17
siswa kelas XII minimal satu kali dalam satu tahun
23. Tersedianya data jumlah semua fasilitas yang dimiliki sekolah beserta keterangan
keadaannya
24. Tersedianya data aktual keadaan siswa tiap bulan
25. Tersedianya data aktual keadaan guru dan karyawan tiap bulan.
26. Jumlah siswa yang melakukan remidi maksimal 10% pada kompetensi produktif
27. Ketercapaian target kurikulum untuk kompetensi produktif minimal 90% untuk
masing-masing program keahlian

18
BAB III
STRUKTUR KURIKULUM DAN MUATAN KURIKULUM

A. STRUKTUR KURIKULUM

Penyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, berdasarkan Pancasila dan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab, yang tertuang dalam amanat Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 2,
sedangkan Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembang
kan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat,
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil kualifikasi
kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan.
Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan
bahwa standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya
atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta
didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Kompetensi Lulusan
digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar
penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan

prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.


Kerangka dasar kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan merupakan landasan
19
filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis yang berfungsi sebagai acuan
pengembangan struktur kurikulum pada tingkat nasional dan pengembangan muatan
lokal pada tingkat daerah serta pedoman pengembangan kurikulum pada Sekolah
Menengah Kejuruan. Dalam pelaksanaannya Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan merupakan pengorganisasian kompetensi inti, Mata pelajaran, beban belajar,
dan kompetensi dasar pada setiap Sekolah Menengah Kejuruan .
Struktur ini menerapkan prinsip bahwa peserta didik merupakan subjek dalam
belajar yang memiliki hak untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan minatnya.
Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan peminantan, mata pelajaran pilihan ini
memberi corak kepada fungsi satuan pendidikan, dan didalamnya terdapat pilihan
sesuai dengan minat peserta didik. Jumlah mata pelajaran pilihan berfariasi sesuai
dengan Program studi keahlian atau Paket Keahlian yang diminati dengan jumlah
beban belajar 24 jam perminggu, sehingga beban belajar keseluruhan adalah 50 jam
pelajaran per minggu dengan perhitungan satu jam belajar adalah 45 menit.

Struktur Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN, terdiri atas Kelompok Mata


pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib mencakup 9
(sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 24 jam per minggu. Sesuai dengan
Peraturan Gubernur Propinsi Jawa Timur telah ditetapkan bahwa untuk sekolah
diwajibkan memberikan pembelajaran Bahasa Daerah, SMK PGRI 2 TUBAN telah
menetapkan Bahasa Jawa sebagai sebagai Mata Pelajaran muatan lokal yang wajib
diberikan pada peserta didik pada kelas X, XI, dan XII. Sehingga jumlah
Matapelajaran yang Wajib diberikan pada peserta didik berubah menjadi 10 (sepuluh)
Mata Pelajaran dengan beban jam perminggu 26 jam.
Berikut ini berturut-turut sesuai dengan keputusan DirJen Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor : 1464/D3.3/KEP/KP/2014 Tentang
Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan disampaikan struktur kurikulum
mata pelajaran SMK PGRI 2 TUBAN

20
Tabel
SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN

NO Bidang Keahlian Program Keahlian Paket Keahlian No Kode


1 Teknologi Dan TEKNIK MESIN Teknik Pemesinan 013
Rekayasa
Teknologi Dan TEKNIK MESIN Teknik Pengelasan 014
Rekayasa
Teknologi Dan Teknik Otomotif Teknik Kendaraan Ringan 043
Rekayasa
Teknologi Informasi Teknik Komputer dan Rekayasa Perangkat Lunak 063
dan Komunikasi Informatika
Bisnis dan Keuangan Akuntansi 101
Manajemen
Seni Rupa dan Kriya Seni Rupa Desain Komunikasi Visual 114

1. KOMPETENSI INTI
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik
pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti SMK PGRI 2 TUBAN dapat dilihat pada Tabel
berikut.

21
Tabel
KOMPETENSI INTI

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI


KELAS X KELAS XI KELAS XII
1. Menghayati dan 1. Menghayati dan 1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran mengamalkan ajaran mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya. agama yang dianutnya. agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan
2. Menghayati dan 2. Menghayati dan
Mengamalkan perilaku
mengamalkan perilaku mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung-
jujur, disiplin, tanggung- jujur, disiplin, tanggung-
jawab, peduli (gotong
jawab, peduli (gotong jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama,
royong, kerjasama, royong, kerjasama,
toleran,
toleran, damai), santun, toleran, damai), santun,
damai), santun, responsif
responsif dan pro-aktif responsif dan pro-aktif
dan pro-aktif dan
dan menunjukan sikap dan menunjukan sikap
menunjukan sikap
sebagai bagian dari sebagai bagian dari
sebagai bagian dari
solusi atas berbagai solusi atas berbagai
solusi atas berbagai
permasalahan dalam permasalahan dalam
permasalahan dalam
berinteraksi secara berinteraksi secara
berinteraksi secara
efektif dengan efektif dengan
efektif dengan
lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan
lingkungan sosial dan
alam serta dalam alam serta dalam
alam serta dalam
menempatkan diri menempatkan diri
menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa sebagai cerminan bangsa
sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia. dalam pergaulan dunia.
dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan 3. Memahami, menerapkan, 3. Memahami, menerapkan,


dan menganalisis dan menganalisis dan menganalisis
pengetahuan faktual, pengetahuan faktual, pengetahuan faktual,
konseptual, dan konseptual, prosedural, konseptual, prosedural,
prosedural berdasarkan dan metakognitif dan metakognitif
rasa ingin tahunya berdasarkan rasa ingin berdasarkan rasa ingin
tentang ilmu tahunya tentang ilmu tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, pengetahuan, teknologi, pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan seni, budaya, dan seni, budaya, dan
humaniora dalam humaniora dalam humaniora dalam
wawasan kemanusiaan, wawasan kemanusiaan, wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, kebangsaan, kenegaraan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait dan peradaban terkait dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan penyebab fenomena dan penyebab fenomena dan
kejadian dalam bidang kejadian dalam bidang kejadian dalam bidang
kerja yang spesifik untuk kerja yang spesifik untuk kerja yang spesifik untuk
memecahkan masalah. memecahkan masalah. memecahkan masalah.

22
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS X KELAS XI KELAS XII
4. Mengolah, menalar, dan 4. Mengolah, menalar,
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah menyaji, dan mencipta
menyaji dalam ranah konkret dan ranah
dalam ranah konkret dan
konkret dan ranah abstrak terkait dengan
ranah abstrak terkait
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dengan pengembangan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
dari yang dipelajarinya
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
di sekolah secara
secara mandiri, dan secara efektif dan kreatif,
mandiri, dan mampu
mampu melaksanakan dan mampu
melaksanakan tugas
tugas spesifik di bawah melaksanakan tugas
spesifik di bawah
pengawasan langsung. spesifik di bawah
pengawasan langsung.
pengawasan langsung.

2. KOMPETENSI DASAR
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti.
Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata
pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan
pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
a. kelompok 1 : kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dlm rangka menjabarkan KI-
1,
b. kelompok 2 : kelompok kompetensi dasar sikap sosial dlm rangka menjabarkan
KI-2,
c. kelompok 3 : kelompok kompetensi dasar pengetahuan dlm rangka menjabarkan KI-3,
d. kelompok 4 : kelompok kompetensi dasar keterampilan dlm rangka menjabarkan KI-4.

B. MUATAN KURIKULUM
Kegiatan Ekstrakurikuler SMA/MA, SMK/MAK: Pramuka (wajib), OSIS,
UKS, PMR, dan lain-lain, diatur lebih lanjut dalam bentuk Pedoman Program
Ekstrakurikuler.
Struktur Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN terdiri atas Kelompok Mata
pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib mencakup 10
(sepuluh) mata pelajaran dengan beban belajar 26 jam per minggu. Di wilayah
propinsi Jawa Timur isi kurikulum (KI dan KD) dan kemasan substansi untuk Mata
pelajaran wajib ditambah mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah sesuai dengan
Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 19 tahun 2014 tentang mata pelajaran
bahasa daerah sebagai muatan lokal wajib di sekolah/madrasah. Struktur ini

23
menerapkan
prinsip bahwa peserta didik merupakan subjek dalam belajar yang memiliki hak untuk
memilih mata pelajaran sesuai dengan minatnya.
1. MATA PELAJARAN
Muatan Kurikulum 13 meliputi Mata pelajaran Kelompok Wajib A, Wajib B dan
Peminatan C.
Kelompok Mata Pelajaran Wajib A dan Peminatan C adalah kelompok mata
pelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran kelompok
B adalah kelompok mata pelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat
dan dapat dilengkapi dengan muatan lokal yang dikembangkan oleh pemerintah
daerah.
Mata Pelajaran yang harus ditempuh peserta didik pada setiap jenjang pendidikan
seperti pada tabel berikut ini;
Tabel
MATA PELAJARAN SMK PGRI 2 TUBAN

ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN X XI XII
1 2 1 2 1 2
KELOMPOK A (WAJIB)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
Pendidikan Pancasila dan
2 2 2 2 2 2 2
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
KELOMPOK B (WAJIB)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 2 2
8 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2
Pendidikan Jasmani, Olah Raga &
9 3 3 3 3 3 3
Kesehatan
10 Bahasa Daerah (Bahasa Jawa) 2 2 2 2 2 2
11 PLH 2 2 2 2 2 2
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per
28 28 28 28 28 28
Minggu
KELOMPOK C (PEMINATAN)
Mata Pelajaran Peminatan 24 24 24 24 24 24

Jumlah jam pelajaran yang harus ditempuh 52 52 52 52 52 52

24
Pada Mata Pelajaran Kelompok Peminatan (C) terdiri atas:
a. Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Keahlian (C1);
b. Kelompok Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2);
c. Kelompok Mata Pelajaran Paket Keahlian (C3).
Mata pelajaran serta KD pada kelompok C2 dan C3 ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk
menyesuaikan dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan dunia usaha dan
industri.

Tabel
STRUKTUR KURIKULUM TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 2 TUBAN

BIDANG KEAHLIAN : BISNIS DAN MANAJEMEN


PROGRAM KEAHLIAN : KEUANGAN

KELAS
MATA PELAJARAN X XI XII
1 2 1 2 1 2
Kelompok A (Wajib) *)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4
4 Matematika 4 4 4 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
Kelompok B (Wajib) *)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 2 2
8 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga & Kesehatan 3 3 3 3 3 3
10 Bahasa Jawa 2 2 2 2 2 2
11 PLH 2 2 2 2 2 2
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian *)
11 Pengantar Ekonomi dan Bisnis 2 2 2 2 - -
12 Pengantar Administrasi Perkantoran 2 2 2 2 - -
13 Pengantar Akuntansi 2 2 2 2 - -
C2. Dasar Program Keahlian
14 Simulasi Digital 3 3 - - - -
15 Etika Profesi 3 3 - - - -
16 Dasar-dasar Perbankan 4 4 - - - -
17 Aplikasi Pengolah Angka/Spreadsheet 4 4 - - - -

25
KELAS
MATA PELAJARAN X XI XII
1 2 1 2 1 2
18 Akuntansi Perusahaan Jasa 4 4 - - - -
C3. Paket Keahlian
Akuntansi
19 Akuntansi Perusahaan Dagang - - 4 4 4 4
20 Akuntansi Keuangan - - 6 6 6 6
21 Akuntansi Perusahaan Manufaktur - - - - 4 4
22 Komputer Akuntansi - - 6 6 6 6
23 Administrasi Pajak - - 2 2 4 4
TOTAL 52 52 52 52 52 52

*) sesuai Permendikbud Nomor 70 Tahun 2013

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR


1. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN

MENENGAH

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31


ayat(3) mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang. Atas dasar amanat tersebut telah diterbitkan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sesuai
dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan Pasal 3 menegaskan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil
kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan.
Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan
26
bahwa standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus
dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah.

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan


lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Tujuan
Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan
standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan
standar pembiayaan.

Ruang Lingkup
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi
kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan
masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.

Monitoring dan Evaluasi

Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi


Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang
digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan
evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang
diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi
penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.

2. Standar Isi permen no 64 th 2014

3. (TERLAMPIR PADA FILE PDF nama file KIKD )

27
D. MUATAN LOKAL

Muatan lokal, sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Atas Undang-undang


Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan bahan kajian
yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di
daerah tempat tinggalnya.
Dalam Pasal 77 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional dinyatakan
bahwa : (1) Muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan proses
pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal; (2) Muatan lokal dikembangkan dan
dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.
Selanjutnya, dalam Pasal 77P antara lain dinyatakan bahwa : (1) Pemerintah
daerah provinsi melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada
pendidikan menengah; (2) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan koordinasi
dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar; (3) Pengelolaan muatan
lokal meliputi penyiapan, penyusunan, dan evaluasi terhadap dokumen muatan lokal,
buku teks pelajaran, dan buku panduan guru; dan (4) Dalam hal seluruh kabupaten/kota
pada 1 (satu) provinsi sepakat menetapkan 1 (satu) muatan lokal yang sama, koordinasi
dan supervisi pengelolaan kurikulum pada pendidikan dasar dilakukan oleh pemerintah
daerah provinsi.

Muatan lokal sebagai bahan kajian yang membentuk pemahaman terhadap


potensi di daerah tempat tinggalnya bermanfaat untuk memberikan bekal sikap,
pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik agar:
a. mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya;
b. memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya; dan
c. memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur
budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Sesuai Permendikbud No. 69 tahun 2013 dan No. 81A tahun 2013, kurikulum
2013 dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan perbadaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip
perbedaan kemampuan, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk memiliki tingkat penguasaan di atas di atas standar yang ditentukan dalam

28
sikap, ketrampilan dan pengetahuan, yaitu adanya kelompok mata Pelajaran Wajib A
dan Wajib B, Kelompok Peminatan, dan Lintas Minat, yang semuanya mengusung ke
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan pada tabel 1,sebagai berikut:
Tabel
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

NO. DOMAIN KOMPETENSI

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang


beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan
1. Sikap bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan


metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
2. Pengetahuan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak
fenomena dan kejadian.

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan


kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai
3. Keterampilan
pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara
mandiri.

Kompetensi Lulusan dapat dicapai melalui Kompetensi Inti seperti pada tabel, sebagai
berikut;

29
Tabel
KOMPETENSI INTI

NO. DOMAIN KOMPETENSI INTI


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
1. Sikap damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
1. Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
2. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
2. Pengetahuan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuanfaktual,konseptual,prosedural,dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah

30
NO. DOMAIN KOMPETENSI INTI
1. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
2. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
3. Keterampilan
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan
3. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

Kompetensi Inti tersebut dijabarkan kedalam Kompetensi Dasar yang untuk


selanjutnya dirumuskan menjadi materi ajar dan mata pelajaran.
Kurikulum tahun pelajaran 2016-2017 telah memuat dan mengacu pada
karakteristik kurikulum 2013 dan 7 prinsip pengembangan kurikulum sebagai berikut:
a. Karakteristik kurikulum 2013:
1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotorik;
2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar;
3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran

dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam


31
kompetensi inti;
7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
b. Prinsip pengembangan Kurikulum, terdiri dari 7 prinsip, yaitu:
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik.
2) Beragam dan terpadu.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5) Menyeluruh dan berkesinambungan.
6) Belajar sepanjang hayat.
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Dalam pelaksanaan Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN menggunakan prinsip-
prinsip sebagai berikut.
a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada persamaan jender peserta didik,
potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang berguna bagi dirinya.
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2) belajar untuk memahami dan menghayati,
3) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
4) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan
5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang
bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan
keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan,
keindividuan, kesosialan, dan moral.
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik
yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan
prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di
belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat

dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).


e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan
32
multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi
guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan
lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar,
contoh dan teladan).
f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan
budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan
seluruh bahan kajian secara optimal.
g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran,
muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan,
keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis
serta jenjang pendidikan

1. PEDOMAN MUATAN LOKAL


Pedoman muatan lokal merupakan acuan bagi satuan pendidikan (guru, kepala
sekolah, dan komite sekolah) dalam pengembangan muatan lokal oleh masing-
masing satuan pendidikan.
Pedoman muatan lokal ini juga menjadi acuan bagi : (1) Pemerintah daerah
provinsi dalam melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada
pendidikan menengah, dan (2) Pemerintah daerah kabupaten/kota dalam melakukan
koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar.
Pedoman muatan lokal digunakan bagi:
1. Satuan pendidikan (guru, kepala sekolah, komite sekolah/ madrasah) dalam
mengembangkan materi/substansi/program muatan lokal yang sesuai dengan
kebutuhan dan potensi di sekitarnya.
2. Pemerintah provinsi (dinas pendidikan provinsi, kanwil kementerian agama)
dalam melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada
pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK).
3. Pemerintah daerah kabupaten/kota (dinas pendidikan kabupaten/ kota, kantor
kementerian agama kabupaten/kota) dalam melakukan koordinasi dan supervisi
pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs).

2. DEFINISI OPERASIONAL
Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam pedoman ini adalah sebagai berikut:
1. Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi
33
muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang
dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di
daerah tempat tinggalnya.
2. Pemerintah provinsi adalah gubernur dan berbagai perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah provinsi.
3. Pemerintah kabupaten/kota adalah bupati/walikota dan berbagai perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten/kota.

3. KOMPONEN MUATAN LOKAL


1. Ruang Lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut.
1) Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah. Keadaan daerah adalah segala
sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan
lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya.
Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di
suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf
kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan
daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut
adalah seperti kebutuhan untuk:
a) melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
b) meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai
dengan keadaan perekonomian daerah;
c) meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta didik
dan untuk mendukung pengembangan potensi daerah, seperti potensi
pariwisata; dan
d) meningkatkan kemampuan berwirausaha.

2. Lingkup isi/jenis muatan lokal.


Lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris,
kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan
pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal
yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang bersangkutan.

4. PRINSIP PENGEMBANGAN

34
Pengembangan muatan lokal untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK
perlu memperhatikan beberapa prinsip pengembangan sebagai berikut.

a. Utuh
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan pendidikan
berbasis kompetensi, kinerja, dan kecakapan hidup.
b. Kontekstual
Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan budaya, potensi,
dan masalah daerah.
c. Terpadu
Pendidikan muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan pendidikan,
termasuk terpadu dengan dunia usaha dan industri.
d. Apresiatif
Hasil-hasil pendidikan muatan lokal dirayakan (dalam bentuk pertunjukkan,
lomba-lomba, pemberian penghargaan) di level satuan pendidikan dan daerah.
e. Fleksibel
Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya
bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan.
f. Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan muatan lokal tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga
mengupayakan peserta didik untuk belajar secara terus- menerus.
g. Manfaat
Pendidikan muatan lokal berorientasi pada upaya melestarikan dan
mengembangkan budaya lokal dalam menghadapi tantangan global.

5. STRATEGI PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL Terdapat


dua strategi dalam pengembangan muatan lokal, yaitu:
1. Dari bawah ke atas (bottom up)
Penyelenggaraan pendidikan muatan lokal dapat dibangun secara bertahap
tumbuh di dan dari satuan-satuan pendidikan. Hal ini berarti bahwa satuan
pendidikan diberi kewenangan untuk menentukan jenis muatan lokal sesuai
dengan hasil analisis konteks. Penentuan jenis muatan lokal kemudian diikuti
dengan penyusunan kurikulum yang sesuai dengan identifikasi kebutuhan
dan/atau ketersediaan sumber daya pendukung. Jenis muatan lokal yang sudah
diselenggarakan satuan pendidikan kemudian dianalisis untuk mencari dan

35
menentukan bahan kajian umum/ besarannya.
2. Dari atas ke bawah (top down)
Pada tahap ini pemerintah daerah) sudah memiliki bahan kajian muatan lokal
yang diidentifikasi dari jenis muatan lokal yang diselenggarakan satuan
pendidikan di daerahnya. Tim pengembang muatan lokal dapat menganalisis core
and content dari jenis muatan lokal secara keseluruhan. Setelah core and content
umum ditemukan, maka tim pengembang kurikulum daerah dapat

merumuskan rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk membuat kebijakan


tentang jenis muatan lokal yang akan diselenggarakan di daerahnya.
6. mekanisme pengembangan dan pelaksanaan
Tahapan Pengembangan Muatan Lokal, muatan Lokal dikembangkan melalui
tahapan sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi dan analisis konteks kurikulum.
Identifikasi konteks kurikulum meliputi analisis ciri khas, potensi, keunggulan,
kearifan lokal, dan kebutuhan/tuntutan daerah. Metode identifikasi dan analisis
disesuaikan dengan kemampuan tim.
2. Menentukan jenis muatan lokal yang akan dikembangkan.
Jenis muatan lokal meliputi empat rumpun muatan lokal yang merupakan
persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosio-budaya-politik),
kewirausahaan, pra-peminantan (dimensi ekonomi), pendidikan lingkungan, dan
kekhususan lokal lainnya (dimensi fisik).
a. Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan yang mendasar, nilai-nilai
sosial, dan artifak-artifak (material dan perilaku) yang luhur yang bersifat
lokal.
b. Kewirausahaan dan pra-peminantan adalah muatan lokal yang mencakup
pendidikan yang tertuju pada pengembangan potensi jiwa usaha dan
kecakapannya.
c. Pendidikan lingkungan & kekhususan lokal lainnya adalah mata pelajaran
muatan lokal yang bertujuan untuk mengenal lingkungan lebih baik,
mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan, dan mengembangkan
potensi lingkungan.
d. Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pra-peminantan, lingkungan
hidup, dan kekhususan lokal lainnya yang dapat menumbuhkan suatu
kecakapan hidup.
3. Menentukan bahan kajian muatan lokal
36
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan
muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan
keadaan dan kebutuhan satuan pendidikan. Penentuan bahan kajian muatan lokal
didasarkan pada kriteria berikut:
a. kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
b. kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;
c. tersedianya sarana dan prasarana;
d. tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa;
e. tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan;
f. kelayakan yang berkaitan dengan pelaksanaan di satuan pendidikan;
g. karakteristik yang sesuai dengan kondisi dan situasi daerah;
h. komponen analisis kebutuhan muatan lokal (ciri khas, potensi, keunggulan,
dan kebutuhan/tuntutan);
i. mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti;
j. menyusun silabus muatan lokal.

7. RAMBU-RAMBU PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL


Berikut ini rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pengembangan muatan
lokal:
1. Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar beserta silabusnya dapat melaksanakan mata pelajaran muatan
lokal. Apabila satuan pendidikan belum mampu mengembangkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar beserta silabusnya, maka satuan pendidikan
dapat melaksanakan muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan yang
direncanakan oleh satuan pendidikan, atau dapat meminta bantuan kepada
satuan pendidikan terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Beberapa satuan
pendidikan dalam satu daerah yang belum mampu mengembangkannya dapat
meminta bantuan tim pengembang kurikulum daerah atau meminta bantuan dari
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di propinsinya.
Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang
mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial
peserta didik. Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan
tidak mengganggu penguasaan kurikulum nasional. Oleh karena itu,
pelaksanaan muatan lokal dihindarkan dari penugasan pekerjaan rumah (PR).
2. Program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatannya dengan
37
peserta didik yang meliputi kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat
secara fisik berarti bahwa terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan
sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan kajian
tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencerna informasi
sesuai dengan usia peserta didik. Untuk itu, bahan pengajaran perlu disusun
berdasarkan prinsip belajar yaitu: (1) bertitik tolak dari hal-hal konkret ke
abstrak; (2) dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui; (3) dari
pengalaman lama ke pengalaman baru; (4) dari yang mudah/sederhana ke yang
lebih sukar/rumit. Selain itu, bahan kajian/pelajaran diharapkan bermakna bagi
peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Bahan kajian/pelajaran diharapkan dapat memberikan keluwesan bagi guru
dalam memilih metode mengajar dan sumber belajar seperti buku dan nara
sumber. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat
mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di
lingkungan satuan pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun
satuan pendidikan, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia
usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat.
Selain itu, guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar, baik secara
mental, fisik, maupun sosial.
4. Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti
mengacu kepada suatu tujuan pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada
peserta didik. Namun demikian bahan kajian muatan lokal tertentu tidak harus
secara terus-menerus diajarkan mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI, atau
dari kelas VII sampai dengan kelas IX, atau dari kelas X sampai dengan kelas
XII. Bahan kajian muatan lokal juga dapat disusun dan diajarkan hanya dalam
jangka waktu satu semester, dua semester, atau satu tahun ajaran.
5. Alokasi waktu untuk bahan kajian/pelajaran muatan lokal perlu memperhatikan
jumlah hari/minggu dan minggu efektif untuk mata pelajaran muatan lokal pada
setiap semester.

8. LANGKAH PELAKSANAAN MUATAN LOKAL


Berikut adalah rambu-rambu pelaksanaan pendidikan muatan lokal di satuan
pendidikan:
1. Muatan lokal diajarkan pada setiap jenjang kelas mulai dari tingka pra
38
satuan pendidikan hingga satuan pendidikan menengah. Khusus pada
jenjang pra satuan pendidikan, muatan lokal tidak berbentuk sebagai mata
pelajaran.
2. Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan
kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau pengembangan
diri.
3. Alokasi waktu adalah 2 jam/minggu jika muatan lokal berupa mata pelajaran
khusus muatan lokal.
4. Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester atau satu tahun atau bahkan
selama tiga tahun.
5. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif,
psikomotor, dan action).
6. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan
portofolio.
7. Satuan pendidikan dapat menentukan satu atau lebih jenis bahan kajian mata
pelajaran muatan lokal.
8. Penyelenggaraan muatan lokal disesuaikan dengan potensi dan karakteristik
satuan pendidikan.
9. Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk muatan lokal dapat
bekerja sama atau menggunakan tenaga dengan pihak lain.

9. DAYA DUKUNG PELAKSANAAN MUATAN LOKAL


Daya dukung pelaksanaan muatan lokal meliputi segala hal yang dianggap perlu dan
penting untuk mendukung keterlaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah kebijakan mengenai muatan
lokal, guru, sarana dan prasarana, dan manajemen sekolah.
1. Kebijakan Muatan Lokal
Pelaksanaan muatan lokal harus didukung kebijakan, baik pada level pusat,
provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan.
Kebijakan diperlukan dalam hal:
a. kerja sama dengan lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta;
b. pemenuhan kebutuhan sumber daya (ahli, peralatan, dana, sarana dan lain-
lain); dan
c. penentuan jenis muatan lokal pada level kabupaten/kota/provinsi sebagai
muatan lokal wajib pada daerah tertentu. Yang dimaksud daerah tertentu
39
adalah daerah yang memiliki kondisi khusus seperti: rawan konflik, rawan
sosial, rawan bencana, dan lain-lain.

2. Guru
Guru yang ditugaskan sebagai pengampu muatan lokal adalah yang memiliki:
a. kemampuan atau keahlian dan/atau lulusan pada bidang yang relevan;
b. pengalaman melakukan bidang yang diampu; dan
c. minat tinggi terhadap bidang yang diampu.
Guru muatan lokal dapat berasal dari luar satuan pendidikan, seperti: satuan
pendidikan terdekat, tokoh masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan lain-lain.
3. Sarana dan Prasarana Sekolah
Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal harus dipenuhi oleh satuan
pendidikan. Jika satuan pendidikan belum mampu memenuhi kebutuhan sarana
dan prasarana, maka pemenuhannya dapat dibantu melalui kerja sama dengan
pihak tertentu atau bantuan dari pihak lain.
4. Manajemen Sekolah
Untuk memfasilitasi implementasi muatan lokal, kepala sekolah:
a. menugaskan guru, menjadwalkan, dan menyediakan sumber daya secara
khusus untuk muatan local;
b. menjaga konsistensi pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajaran umum dan muatan lokal khususnya; dan
c. mencantumkan kegiatan pameran atau sejenisnya dalam kalender akademik
satuan pendidikan.

10. PIHAK YANG TERLIBAT


Pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan dan pengelolaan muatan lokal,
antara lain :
1. Satuan pendidikan
Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah/madrasah secara bersama-sama
mengembangkan materi/ substansi/program muatan lokal yang sesuai dengan
kebutuhan dan potensi di sekitarnya.

2. Pemerintah provinsi
Gubernur dan dinas pendidikan provinsi melakukan koordinasi dan supervisi
pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah (SMA dan SMK).
3. Pemerintah Kabupaten/Kota

40
Bupati/walikota dan dinas pendidikan kabupaten/kota melakukan koordinasi dan
supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar (SD dan SMP).

11. PENUTUP
Pengembangan dan pelaksanaan muatan lokal di setiap satuan pendidikan harus
tetap sinergi dengan pengembangan dan pelaksanaan kurikulum setiap satuan
pendidik. Dalam pengembangan muatan lokal perlu keterlibatan berbagai unsur,
terutama di tingkat satuan pendidikan seperti: guru, kepala sekolah, serta komite
sekolah/madrasah. Di sisi lain, pemerintah daerah beserta perangkat daerah yang
melaksanakan pemerintahan daerah di bidang pendidikan perlu mendukung dalam
bentuk supervisi serta koordinasi sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pada
kekhususan jenis muatan lokal, seperti untuk SMK/MAK, berbagai unsur
masyarakat baik dari dunia industri maupun asosiasi profesi dapat dilibatkan.

E. BIMBINGAN KONSELING
1. ARAH DAN BIDANG PELAYANAN BK
a. Arah Pelayanan
Secara keseluruhan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK)
terselenggara dalam lima arah pelayanannya, yaitu (1) pelayanan dasar, (2)
pelayanan pengembangan, (3) pelayan-an peminatan studi, (4) pelayanan
teraputik, dan (5) pelayanan diperluas.
1) Pelayanan Dasar
Yaitu pelayanan mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan peserta
didik yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan minum, udara
segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional. Orang
tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki
peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar peserta didik.
Dalam hal ini, Guru BK atau Konselor pada umumnya berperan secara
tidak langsung dan mendorong para significant persons berperan optimal
dalam memenuhi kebutuhan paling elementer peserta didik.
2) Pelayanan Pengembangan
Yaitu pelayanan untukmengembangkan potensi peserta didik sesuai
dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Dengan
pelayanan pengembangan yang cukup baik peserta didik akan dapat
menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa
beban yang memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan
41
potensi yang dimiliki secara optimal, serta menatap masa depan dengan
cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan pelaksanaan
pelayanan pengembangan bagi peserta didik. Pada satuan-satuan
pendidikan, para pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran
dominan dalam penyelenggaraan pengembangan terhadap peserta didik.
Dalam hal ini, pelayanan BK yang dilaksanakan oleh guru BK atau
Konselor selalu diarahkan dan mengacu kepada tahap dan tugas
perkembangan peserta didik.
Jenis-jenis kompetensi kemandirian dan kemampuan pengendalian
diri yang selaras dengan tahapan perkembangan peserta didik dapat
dilihat dalam lampiran 1 dan 2 tentang Standar Kompetensi Kemandirian
dan Pengendalian diri Peserta didik.

3) Pelayanan Arah Peminatan Studi Peserta didik


Yaitu pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan
peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah
peminatan ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar,
dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan
kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan Bimbingan dan
Konseling. Pelayanan peminatan peserta didik ini terkait pula dengan
aspek-aspek pelayanan pengembangan tersebut di atas.
Catatan:
Bahasan mengenai proses pelayanan peminatan dibahas pada modul
tersendiri.

4) Pelayanan Teraputik
Yaitu pelayananuntuk menangani pemasalahan yang diakibatkan
oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan,
serta pelayanan peminatan. Permasalahan tersebut dapat terkait dengan
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan
belajar, karir. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik,
Guru BK atau Konselor memiliki peran dominan. Peran pelayanan
teraputik oleh Guru BK atau Konselor dapat menjangkau aspek-aspek
pelayanan dasar, pelayanan pengembangan, dan pelayanan peminatan.
Catatan:
Model latihan keterampilan dasar yang dapat dilakukan oleh
konselor untuk melaksanakan layanan teraputik/konseling

5) Pelayanan Diperluas
42
Yaitu pelayanan dengan sasaran di luar diri peserta didik pada
satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan, orang tua, dan
warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait dengan kehidupan

satuan pendidikan dengan arah pokok terselenggaranya dan suskesnya


tugas utama satuan pendidikan, proses pembelajaran, optimalisasi
pengembangan potensi peserta didik. Pelayanan diperluas ini dapat terkait
secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan pelayanan dasar,
pengembangan peminatan, dan pelayanan teraputik tersebut di atas.

b. Bidang Pelayanan
Dengan arah pelayanan sebagaimana tersebut di atas, bidang pelayanan
BK pada satuan-satuan pendidikan pada khususnya adalah :
1) Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan BK yang
membantu peserta didik/ sasaran layanan dalam memahami, menilai, dan
mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi
kehidupan yang berkarakter-cerdas dan beragamai) sesuai dengan
karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
2) Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan BK yang
membantu peserta didik/sasaran layanan dalam memahami dan menilai
serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat, efektif
dan berkarakter-cerdas dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas.
3) Pengembangankemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan BK yang
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar sesuai
program studi dan arah peminatannya, berdisiplin, ulet dan optimal dalam
rangka mengikuti pendidikan pada jenjang/jenis satuan pendidikannya,
serta belajar secara mandiri.
4) Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan BK yang membantu peserta
didik dalam menerima, memahami dan menilai informasi, serta memilih
dan mengambil keputusan arah karir secara jelas, objektif dan
bijak.
Keempat bidang pelayanan BK memperkembangkan pribadi peserta didik
secara simultan dan menyeluruh.
Dengan diselenggarakannya ke empat bidang pelayanan BK tersebut

43
oleh konselor, dalam integrasinya secara menyeluruh dengan pelayanan
pembelajaran oleh guru mata pelajaran, peserta didik diarahkan untuk menjadi
pribadi yang utuh, berkembang secara optimal, tangguh, mandiri dan
berkemampuan mengendalikan diri.
Lebih jauh, terkait kelima arah pelayanan BK yang dikemukakan terlebih
dahulu, gambar menyeluruh bidang dan arah pelayanan yang dikenakan kepada
peserta didik.
Bidang Arah Pelayanan BK
Bidang Pelayanan BK

1. Pelayanan Pengembangan Pribadi


2. Pelayanan Pengembangan Sosial
3. Pelayanan Pengembangan Belajar
4. Pelayanan Minat karir/jabatan

Arah Pelayanan BK
A. Pelayanan Dasar

B. Pelayanan Pengembangan
C. Pelayanan Terapeutik

D. Pelayanan Peminatan
E. Pelayanan Diperluas

2. FUNGSI, PRINSIP DAN ASAS BK


a. Fungsi BK
Pelayanan BK diselenggarakan dalam rangka memenuhi lima fungsi
sebagai berikut.
1) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi pelayanan BK untuk membantu
peserta didik memahami diri, tuntutan studi, peminatan dan
lingkungannya.
2) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi pelayanan
BK untukmembantu peserta didik memelihara dan menumbuh-
kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya
secara optimal sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
3) Fungsi pencegahan, yaitu fungsi pelayanan BK untuk membantu peserta
didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai
permasalahan yang dapat menghambat perkembangan diri pada

umumnya, dan kesuksesan studi serta peminatan pada khususnya.

44
4) Fungsi pengentasan, yaitu fungsi pelayanan BK untuk membantu peserta
didik mengentaskan (mengatasi) masalah yang dialaminya.
5) Fungsi advokasi, yaitu fungsi pelayanan BK untuk membantu peserta
didik memperoleh pembelaan atas hak dan/atau kepentingannya, baik
berkenaan dengan hak-hak kehidupan pada umumnya, maupun khususnya
berkenaan dengan hak kependidikannya, yang kurang atau tidak mendapat
perhatian.
b. Prinsip dan Asas BK
Prinsip dan asas dasar pelayanan Bimbingan dan konseling adalah
sebagai berikut :
1. Prinsip-prinsip pelayanan BK berkenaan dengan kondisi diri peserta
didik, program pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan,
mengacu pada pelayanan yang efektif dan efisien, untuk berkehidupan
yang cerdas dan berkarakterii).
2. Asas-asas pelayanan BK meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan,
keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan,
kenormatifan, keahlian, alih tangan kasus, dan tut wurihandayani.

3. JENIS LAYANAN, KEGIATAN PENDUKUNG, DAN FORMAT LAYANAN BK

Terdapat sepuluh jenis layanan dalam pelayanan BK, meliputi :


a. Jenis Layanan
1) Layanan Orientasi, yaitu layanan BK yang membantu peserta didik
memahami lingkungan baru, seperti lingkungan satuan pendidikan bagi
peserta didik baru, dan obyek-obyek yang perlu dipelajari, untuk
menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran di
lingkungan baru yang efektif dan berkarakter.
2) Layanan Informasi, yaitu layanan BK yang membantu peserta didik
menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar,
karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan bijak.

3) Layanan Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan BK yang


membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yangM
tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/ program studi,
program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler secara terarah,
objektif dan bijak.

45
4) Layanan Penguasaan Konten, yaitu layanan BK yang membantu peserta
didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan
dalam melakukan, berbuat atau mengerjakan sesuatu yang berguna dalam
kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan
tuntutan kemajuan dan berkarakter-cerdas yang terpuji, sesuai dengan
potensi dan peminatan dirinya.
5) Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan BK yang membantu
peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya melalui prosedur
perorangan.
6) LayananBimbingan Kelompok, yaitu layanan BK yang membantu
peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial,
kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta
melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji
melalui dinamika kelompok.
7) LayananKonseling Kelompok, yaitu layanan BK yang membantu peserta
didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami sesuai
dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui dinamika kelompok.

8) Layanan Konsultasi, yaitu layanan BK yang membantu peserta didik dan


atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara
dan atau perlakuan yang perlu dilaksanakan kepada pihak ketiga sesuai
dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
9) Layanan Mediasi, yaitu layanan BK yang membantu peserta didik dalam
menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan dengan pihak
lain sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
10) Layanan Advokasi, yaitu layanan BK yang membantu peserta didik untuk
memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan/atau
mendapat perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas
yang terpuji.
b. Kegiatan Pendukung
Enam kegiatan pendukung dilaksanakan dalam pelayanan BK dalam rangka
menunjang keberhasilan jenis-jenis layanannya, yaitu:

1) Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri


peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen,
baik tes maupun non-tes.
2) Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan

46
pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan,
sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.
3) Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik
dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat
memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah
peserta didik melalui pertemuan, yang bersifat terbatas dan tertutup.
4) Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan
komitmen bagi teren-taskannya masalah peserta didik melalui pertemuan
dengan orang tua dan atau anggota keluarganya.
5) Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyedia-kan berbagai bahan
pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi,
kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/ jabatan.
6) Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memin-dahkan penanganan
masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangan ahli
yang dimaksud.
c. Format Layanan
Layanan BK diselenggarakan melalui berbagai format layanan, yaitu sebagai
berikut :
1) Individual, yaitu format kegiatan BK yang melayani peserta didik secara
perorangan.
2) Kelompok, yaitu format kegiatan BK yang melayani sejumlah peserta
didik melalui suasana dinamika kelompok.
3) Klasikal, yaitu format kegiatan BK yang melayani sejumlah peserta didik
dalam satu kelas rombongan belajar.
4) Lapangan, yaitu format kegiatan BK yang melayani seorang atau
sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau di lapangan.
4. Pendekatan Khusus/Kolaboratif, yaitu format kegiatan BK yang
melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-
pihak yang dapat memberikan kemudahan.

6) Jarak Jauh, yaitu format kegiatan BK yang melayani kepentingan peserta


didik melalui media dan/ atau saluran jarak jauh, seperti surat dan sarana
elektronik.

5. PROGRAM PELAYANAN BK
a. Program Sepanjang Tahun Ajaran
47
Dari segi unit waktu sepanjang tahun ajaran pada satuan pendidikan, ada
lima jenis program yang disusun dan diselenggarakan dalam pelayanan BK,
yaitu sebagai berikut :
1) Program Tahunan, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh
kegiatan selama satu tahun ajaran untuk masing-masing kelas (rombongan
belajar) pada satuan pendidikan.
2) Program Semesteran, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh
kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
3) Program Bulanan, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh
kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4) Program Mingguan, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh
kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5) Program Harian, yaitu program pelayanan BK yang dilaksanakan pada
hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran
dari program mingguan dalam bentuk Satuan Layanan (SATLAN) atau
Rencana Program Layanan (RPL) dan/atau Satuan Kegiatan Pendukung
(SATKUNG) atau Rencana Kegiatan Pendukung (RKP) pelayananBK.

b. Program Peminatan Studi Peserta didik


Untuk satuan pendidikan menengah (SMA, MA, SMK dan MAK), dalam
kaitannya dengan penyelenggaraan kurikulum yang di dalamnya termuat arah
peminatan peserta didik, pelayanan Bimbingan dan Konseling
menyelenggarakan kegiatan yang secara khusus disebut Pelayanan Peminatan
Peserta Didik untuk mengarahkan minat studi peserta didik seba-gaimana
dimungkinkan oleh konstruk dan isi kurikulum yang berlaku. Program
pelayanan arah peminatan studi ini mengacu kepada optimalisasi
pengembangan potensi peserta didik dan kondisi penunjang yang ada terkait
dengan diri pribadi peserta didik, keluarganya, kondisi satuan pendi-dikan,
lingkungan, dan prospek kelanjutan studi serta karir ke depan.
Pelayanan peminatan sebagaimana dikemukakan di atas secara
keseluruhan memuat aspek-aspek yang ada di bidang bimbingan pribadi,
sosial, belajar, dan karir. Dalam kaitan ini Guru BK atau Konselor dituntut
berkinerja secara komprehensif melakukan pelayanan peminatan dengan
menggerakkan berbagai jenis layan-an dan kegiatan pendukung Bimbingan
dan Konseling yang relevan.

48
5. VOLUME, WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
a. Volume
Volume kegiatan pelayanan BK dalam satu minggu adalah sebagai berikut.
1) Volume kegiatan mingguan Guru BK atau Konselor disusun dengan
memperhatikan :
(a) Siswa yang diasuh seorang Guru BK atau Konselor, yaitu minimal
150 orang, dengan catatan :
(b) Semua kegiatan Guru BK atau Konselor dalam pengasuhan siswa tiap
minggu secara langsung ditujukan kepada siswa asuhnya yang
berjumlah minimal 150 orang itu. Dengan kata lain semua siswa asuh
itu setiap waktu sepanjang tahun memiliki hak dan kesempatan untuk
mendapatkan pelayanan dari Guru BK atau Konselor sebagai
pengasuhnya sesuai dengan kebutuhan/masalah yang dirasakan
dan/atau dianggap perlu mendapatkan pelayanan.
(c) Masing-masing Guru BK atau Konselor mendapat kesempatan
mengasuh peserta didik yang ada pada satuan pendidikan dengan cara
bergilir, yaitu mengasuh siswa yang berbeda (secara bergilir) setiap
pergantian tahun ajaran, atau berkelanjutan, yaitu mengasuh peserta
didik terus menerus mulai dari ketika mereka masuk awal satuan
pendidikan sampai menamatkannya.
2) Jumlah jam pembelajaran wajib, sesuai peraturan yang berlaku, yaitu 18-
24 jam pembelajaran per minggu.
3) Satu kali kegiatan layanan atau pendukung BK ekuivalen dengan 2 jam
pembelajaran. Dalam hal ini kegiatan Guru BK atau Konselor tiap minggu
adalah menyelenggarakan minimal berupa 9 (sembilan) kali kegiatan
layanan dan/atau pendukung.

4) Kegiatan pelayanan BK, baik berupa layanan/maupun pendukungnya,


yang diselenggarakan di dalam mau-pun di luar jam pembelajaran dalam
satu minggu dihitung ekuivalensinya dengan jam pembelajaran
mingguan.
b. Waktu dan Tempat
1) Semua kegiatan mingguan (kegitan layanan dan/ atau pendukung BK)
diselenggarakan di dalam kelas(sewaktu jam pembelajaran berlangsung)
dan/atau di luar kelas(di luar jam pembelajaran)
49
(a) Di dalam jam pembelajaran:

Kegiatan tatap muka dilaksanakan secara klasikal dengan


rombongan belajar siswa dalam tiap kelas untuk
menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan
penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta
layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas.

Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per


kelas (rombongan belajar) per minggu dan dilaksanakan secara
terjadwal.

Kegiatan tatap muka nonklasikal diselenggarakan dalam bentuk


layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data,
kunjungan rumah, tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus.

(b) Di luar jam pembelajaran:

Kegiatan tatap muka nonklasikal dengan siswa dilaksanakan


untuk layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan
kelompok, konseling kelompok, mediasi, dan advokasi serta
kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas.

Satu kali kegiatan layanan/pendukung BK di luar kelas/di luar


jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran
tatap muka dalam kelas.

Kegiatan pelayanan BK di luar jam pembelajaran satuan


pendidikan maksimum 50% dariseluruh kegiatan pelayanan BK,
dike-tahui dan dilaporkan kepada pimpinan satuan pendidikan.

2) Program pelayanan BK pada masing-masing satuan pendidikan dikelola


oleh guru BK atau Konselor dengan memperhatikan keseimbangan dan
kesi-nambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan
mensinkronisasikan program pelayanan BK dengan kegiatan pembelajaran
mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler dengan mengefektifkan dan
mengefi-sienkan penggunaan fasilitas satuan pendidikan.

6. PELAKSANA PELAYANAN PADA SATUAN PENDIDIKAN


Pelaksana pelayanan BK pada dasarnya adalah Guru BK atau Konselor,
sebagai pelaksana utama. Pada satu diangkat sejumlah Guru BK atau Konselor
dengan rasio1 : 150 (satu Guru BK atau Konselor melayani 150 orang siswa) pada
setiap tahun ajaran.
50
7. PENILAIAN, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
a. Penilaian
1) Penilaian Proses
Penilaian proses kegiatan pelayanan BK dilakukan melalui analisis
terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam
RKL/SATLAN dan RKP/SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan
efesiensi pelaksanaan kegiatan.
2) PenilaianHasil
Penilaian hasil kegiatan pelayanan BK dilakukan melalui:
(a) Penilaian segera(LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap
jenis layanan dan kegiatan pendukung BK untuk mengetahui
perolehan siswa yang dilayani.
(b) Penilaian jangka pendek(LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu
tertentu (jangka pendek: satu minggu sampai dengan satu
bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung
BK diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/kegiatan
terhadap siswa.
(c) Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam
waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu

atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung BK diselenggarakan


untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan
pendukung BK terhadap peserta didik yang bersangkutan dan arah
tindak lanjut.
3) Fokus penilaian
Fokus penilaian hasil layanan BK adalah dipahami/dikuasainya lima
komponen yang disebut AKURS oleh peserta didik /sasaran layanan,
yaitu:
A = acuan yang perlu digunakan oleh peserta didik/sasaran layanan
berkenaan dengan pengembangan diri dan pengentasan masalahnya

K = kompetensi yang perlu dimiliki dan diimplementasikan peserta


didik/sasaran layanan untuk pengembangan diri dan pengentaskan
masalahnya mengacu kepada acuan yang dimaksud.
U = upaya yang perlu dilakukan untuk mengembangkan diri dan
mengentaskan masalah mengacu kepada acuan dan kompetensi
51
yang dimaksud.
R = suasana perasaan berkenaan dengan komponen A-K-U yang
dimaksud.
S = sungguh-sungguh dalam melaksanakan upaya yang dimaksudkan
dalam rangka pengembangan diri dan penanganan masalah peserta
didik/sasaran layanan yag dimaksud.
Dalam komponen AKURS itu termuat nilai-nilai karakter-cerdas dan
dinamika BMB3 terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam
layanan BK.

b. Pengawasan dan Pembinaan


1) Pengawasan
(a) Kegiatan pelayanan BK pada satuan pendidikan dipantau,
dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan pengawasan.
(b) Pengawasan kegiatan pelayanan BK dilakukan secara:
(a) interen, oleh kepala satuan pendidikan.
(b) eksteren, oleh pengawas satuan pendidikan bidang BK

(c) Fokus pengawasan adalah kemampuan profesional dan


implementasi kegiatan pelayanan BK yang menjadi kewajiban dan
tugas guru BK atau Konselor pada satuan pendidikan. Data yang
termuat pada berbagai format menjadi bukti fisik dalam pelayanan,
baik untuk kepentingan pengawasan interen maupun ekstren.
(d) Pengawasan kegiatan pelayanan BK dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan.
(e) Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti
untuk peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
pelayanan BK pada satuan pendidikan.
2) Pembinaan
Pembinaan terhadap kinerja Guru BK atau Konselor
diselenggarakan :
(a) Oleh pengawas ketika kegiatan pengawasan dilaksanakan
(b) Melalui kegiatan seperti penataran, lokakarya, seminar dan studi
lanjut.
(c) Melalui penilaian dan pembinaan berkelanjutan dalam rangka
kenaikan pangkat/jabatan Guru BK atau Konselor.
52
8. MANAJEMEN PELAYANAN BK
a. Pelayanan BK Menyeluruh
Pelayanan BK membahas berbagaia materi layanan yang secara keseluruhan
ekperkembangkan peserta didik menjadi pribadi yang utuh, berkembang optimal,
tangguh, mandiri, dan mampu mengendalikan diri.Berbagai unssur pelayanan perlu
dikeerahkan seecara terintegrasikan untuk terselenggarakannya pelayanan secara
efektif dan efisien. Gambarannya adalah sebagai berikut:
Materi layanan (dalam bentuk focus pengembangan atau kasus permasalahan
yang dialami sasaran layanan) memerlukan jenis layanan (ada 10 jenis layanan)
dan kegiatan pendukunf ( ada 6 kegiatan pendukung) yang tepat, dalam format
layanan yang efektif. Dalam penyelenggaraan jenis layanan dan kegiatan
pendukung itu strategi transformative dalam dinamika BMB3 benar-benar
diaktifkan mengarah dicapainya hasil layanan dengan AKURS yAng tepat dan
mantap.Prinsip dan asas BK secara konsisten mewarnai seluruh suasana
penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung yang dimaksudkan.

Ke;ancaran jalannya pelayanan BK yang dimaksudkan itu memerlukan


manajemen yang cukup efektif dan efisien, baik manajemen untuk
terlaksanaknannya layanan bagi masaing-masing materi layanan, maupun
ketatalaksanaan keseluruhan pelayanan BK pada satuan unit kerja. Manajemen
pelayanan BK pada satuan pendidikan diuraikan pada bagian berikut.

b. Manajemen BK pada Satuan Pendidikan


Manajemen pelayanan BK pada satuan-satuan pendidikan merupakan bagian
integral dari manajemen pendidikan pada satuan pendidikan yang dimaksud.
Dalam hal ini manajemen pelayanan BK terwadahi dalam Unit Pelayanan BK
(UPBK). Secara khusus manajemen BK pada satuan pendidikan adalah
sebagaimana tergambar pada diagram berikut.

Dengan unsur-unsur dan kewenangan sebagaimana tergambar dalam


penjelasan di atas, kinerja manajemen pelayanan BK terselenggara dengan pola
P3M-T, yaitu:
P = Perencanaan : Perencanaan (Program Tahunan, Semesteran, Bulanan,
Mingguan, dan Harian)

53
P = Pengorganisasian : Pengorganisasian prasarana, sarana, personalia,
tempat, waktu dan administrasi
P = Pelaksanaan : Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan perencanaan dan
pengorganisasiannya
M = Monitoring : Pengontrolan, dalam arti monitoring dan evaluasi
T=Tindak lanjut : Upaya tindak lanjut hasil penilaian

J. EKSTRAKURIKULER
1. Definisi Operasional
Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam Program Kerja ini adalah sebagai
berikut :
1) Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik di
luar jam belajar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan dilakukan di
bawah bimbingan Guru Pembina Ekstrakurikuler dan Pelatih dengan tujuan
untuk mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik
yang lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum.
Berdasarkan definisi tersebut, maka kegiatan di sekolah atau pun di luar sekolah
yang terkait dengan tugas belajar suatu mata pelajaran bukanlah kegiatan
ekstrakurikuler.
2) Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti
oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik dengan kondisi tertentu
yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut.
3) Ekstrakurikuler pilihan merupakan program ekstrakurikuler yang dapat diikuti
oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing.

2. Komponen Kegiatan Ekstrakurikuler


A. Visi
Mewujudkan berkembangnya potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian,
dan kemandirian peserta didik secara optimal melalui kegiatan-kegiatan di luar
kegiatan intrakurikuler.

B. Misi
1. Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih dan diikuti sesuai dengan

54
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat peserta didik.
2. Menyelenggarakan sejumlah kegiatan yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk dapat mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri
secara optimal melalui kegiatan mandiri dan atau berkelompok.

3. Fungsi dan Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler


a. Fungsi
Kegiatan ekstrakurikuler pada SMK PGRI 2 TUBAN memiliki fungsi sebagai
berikut :
1) Fungsi pengembangan, yaitu mendukung perkembangan personal peserta
didik melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan pemberian
kesempatan untuk pembentukan karakter dan pelatihan kepemimpinan.
2) Fungsi sosial, yaitu mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab
sosial peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman sosial,
praktek keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral dan nilai sosial.
3) Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam
suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang
proses perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat
menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih
menarik bagi peserta didik.
4) Fungsi persiapan karir, yakni mengembangkan kesiapan karir peserta didik
melalui pengembangan kapasitas.

b. Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pada SMK PGRI 2 TUBAN
adalah:
1) Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.
2) Mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan
pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.

4. Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler


Kegiatan ekstrakurikuler pada SMK PGRI 2 TUBAN dikembangkan dengan prinsip
sebagai berikut :
1) Bersifat individual, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan

55
sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik masing-masing.
2) Bersifat pilihan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sesuai
dengan minat dan diikuti oleh peserta didik secara sukarela.

3) Keterlibatan aktif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler menuntut


keikutsertaan peserta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan
masing-masing.
4) Menyenangkan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dalam
suasana yang menggembirakan bagi peserta didik.
5) Membangun etos kerja, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan
dan dilaksanakan dengan prinsip membangun semangat peserta didik untuk
berusaha dan bekerja dengan baik dan giat.
6) Kemanfaatan sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan
dan dilaksanakan dengan tidak melupakan kepentingan masyarakat.

5. Jenis dan Diskripsi Kegiatan Pembinaan Ekstrakurikuler


Kegiatan ekstrakurikuler mempunyai peran penting dalam mengembangkan watak
dan kepribadian siswa. Cakupan kompetensi siswa yang dikembangkan dalam
kegiatan ini meliputi : bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam
kehidupan, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan
pemecahan masalah dan kemandirian. Dari beberapa uraian ini maka kegiatan
ekstrakurikuler yang berkaitan dengan pola pendidikan karakter pada anak didik
dapat disalurkan melalui bidang dan jenis kegiatan sebagai berikut :
a. Bidang Keimanan dan Ketakwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa :
1) Seni Baca Al-Quran
Adalah suatu aktivitas yang dilakukan diluar jam pelajaran sekolah dalam
bidang rohani Islam untuk meningkatkan keyakinan, keimanan, penghayatan
dan pengamalan siswa tentang pengetahuan agama Islam sehingga menjadi
muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Tujuan ekstrakurikuler adalah :
a) Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
b) Memberikan pemahaman lebih tentang wawasan keislaman
c) Meningkatkan ukhuwah islamiyah antara siswa SMK PGRI 2 TUBAN
d) Melatih siswa untuk berorganisasi khususnya dalam Islam
e) Melatih siswa dalam berbagai kesenian Islam seperti Al-Banjari,
Qiroah, Kaligrafi dan sebagainya.
56
b. Bidang Kepribadian Unggul, Wawasan Kebangsaan, dan Bela Negara :
1) Pramuka
Kepramukaan pada hakekatnya adalah :

Suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan


bagi anak dan pemuda dibawah tanggung jawab orang dewasa

Yang dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah dan di luar


lingkungan pendidikan keluarga dan di alam terbuka

Dengan menggunakan prinsip dasar dan metode kepramukaan


Gerakan Pramuka bertujuan mendidik siswa dengan prinsip-prinsip dasar dan
metode kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan,
kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat agar supaya menjadi
manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur, tinggi mental, moral, budi
pekerti dan kuat keyakinan beragamanya, tinggi kecerdasan dan
keterampilannya serta kuat dan sehat jasmaninya.

2) Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera)


Merupakan program pembinaan kepribadian siswa khususnya pembinaan
kedisiplinan, kemampuan bekerjasama dalam tim, mengolah emosi dan
ego, bertanggung jawab, sehat jasmani dan rohani serta masih banyak lagi
sisi positif yang dapat dikembangkan.
Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk mengusahakan dan
mematapkan pelaksanaan upacara di sekolah agar dapat berjalan dengan
aman, tertib dan lancar. Materi Latihan Paskibra meliputi : pemimpin
upacara, pengatur upacara, pembawa acara, pembawa naskah Pancasila,
Pembaca Teks Pembukaan UUD 1945, Pembaca janji siswa, pembaca doa,
pengibar bendera, pemimpin pasukan, pengatur baris-berbaris, pengenalan
kepaskibraan, latihan dasar kepemimpinan dan permainan.
d. Bidang Prestasi Akademik dan Olahraga :
1) Karya Ilmiah Remaja
Adalah kegiatan yang bertujuan mengembangkan sikap ilmiah, jujur,
obyektif dan peka dalam memecahkan permasalahan lingkungan dan gejala-
gejala alam dengan meningkatkan kompetensi IPTEK yang berwawasan
IMTAQ. Melatih siswa untuk berfikir kritis dan kreatif sehingga dapat
melakukan inovasi dalam bidang karya tulis ilmiah. Mengoptimalkan segala

57
potensi yang dimiliki oleh sekolah dengan melakukan kegiatan yang bersifat
ilmiah.
2) Olympiade MIPA
Adalah ekstrakurikuler yang bertujuan untuk memberikan wadah bagi siswa
yang ingin menambah pengetahuannya di bidang matematika, fisika dan
kimia.

3) Olah raga
Ekstrakurikulet olahraga yang diselenggarakan meliputi :
a. Atlitik,
b. Bola Volly,
c. Sepak Bola/Futsal
d. Tenes Meja

e. Bidang Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Pendidikan Politik, Kepekaan dan


Toleransi Sosial Dalam Konteks Masyarakat Plural :
1) Palang Merah Remaja (PMR)
Adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI, dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dibidang kesehatan dan siaga
bencana, mempromosikan prinsip-prinsip dasar gerakan palang berah dan
bulan sabit merah internasional serta mengembangkan kapasitas organisasi
PMI.
Materi pokok pelatihan PMR meliputi : gerakan kepalangmerahan,
kepemimpinan, pertolongan pertama, sanitasi dan kesehatan, kesehatan
remaja, kesiapsiagaan bencana dan donor darah.

f. Bidang Kreativitas, Keterampilan dan Kewirausahaan :


1) Kewirausahaan,
2) Koperasi Siswa

g. Bidang Apresiasi Seni dan Budaya :


Ekstrakurikuler dalam bidang ini yang diselenggarakan yaitu :
1) Pengembangan Seni Tari
2) Band
3) Seni Teater
4) Paduan Suara
h. Bidang Komunikasi Dalam Bahasa Inggris :
58
1) English Club dan English Debate

6. Format Kegiatan
Kegiatan ekstrakurikuler dapat diselenggarakan dalam berbagai bentuk.
1) Individual; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format
yang diikuti oleh peserta didik secara perorangan.
2) Kelompok; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format
yang diikuti oleh kelompok-kelompok peserta didik.
3) Klasikal; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang
diikuti oleh peserta didik dalam satu kelas.
4) Gabungan; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format
yang diikuti oleh peserta didik antarkelas.
5) Lapangan; yakni kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format yang
diikuti oleh seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar
sekolah atau kegiatan lapangan.

7. Mekanisme Kegiatan Ekstrakurikuler


Kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum 2013 dikelompokkan berdasarkan kaitan
kegiatan tersebut dengan kurikulum, yakni ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler
pilihan.
1) Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti
oleh seluruh peserta didik, terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu
yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
tersebut. Ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh seluruh siswa adalah
Pramuka, yang dalam pelaksanakan dilakukan secara blok yaitu pada kelas X
dan dilaksanakan secara klasikal serta bekerjasama dengan organisasi
kepramukaan sesuai jenjangnya yaitu Kwartir dan Kwarcab.

2) Ekstrakurikuler pilihan merupakan program ekstrakurikuler yang dapat


dipilih oleh siswa sesuai dengan bakat dan minat siswa. Adapun jenis dan
macam kegiatan ekstrakurikuler disesuaikan dengan minat siswa berdasarkan
angket yang diedarkan setiap awal tahun pelajaran, yaitu sebagaimana yang
tersebut pada bagian E di atas.

8. Peranan dan Tugas Guru / Wali Kelas / Ketua Program Keahlian / Kepala
Sekolah

59
Dalam kegiatan ekstrakurikuler tugas guru/wali kelas/Ketua Program
keahlian/kepala sekolah antara lain memberikan rangsangan dan motivasi serta
arahan - arahan /pembinaan mulai dari persiapan, pelaksanaan, penilaian dan upaya
pengembangan.
Selama kegiatan ekstrakurikuler berlangsung, peranan guru/wali kelas/ketua
Program Keahlian/kepala sekolah adalah sebagai berikut :
1) Sebagai Motivator
Memberikan rangsangan dan dorongan bagi siswa agar dapat mau melakukan
sesuatu secara perorangan, berpasangan, kelompok maupun menurut
rombongan belajar (klasikal)
2) Sebagai fasilitator/tutor
Berperan memberikan materi dan membantu kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler
3) Sebagai Dinamisator/akselelator
Mendorong aktifitas siswa agar dapat melakukan kegiatan yang lebih banyak
dan lebih bervariasi dari segi kualitas dan kreatifitas siswa.
4) Sebagai konselor
Memberikan bimbingan dan menjadi nara sumber, tempat berkonsultasi
untuk kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan, penilaian, tidak lanjut dan
pengembangannya.

9. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Dilaksanakan setelah atau sesudah jam pelajaran (KBM) berlangsung dan


atau pada saat jam KBM sesuai kebutuhan dan dengan persetujuan WK
Kurikulum.
2) Ekstrakurikuler Wajib (Pramuka) harus diikuti oleh seluruh siswa kelas X
secara klasikal sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh Pembina dan
Pelatih.
3) Seluruh siswa kelas X dan XI dapat memilih salah satu dari kegiataan
ekstrakurikuler pilihan sesuai dengan bakat dan minatnya.
4) Siswa kelas XII tidak diwajibkan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
5) Kegiatan ekstrakurikuler wajib dihentikan untuk melaksanakan sholat pada
saat waktu sholat tiba.

60
6) Setiap kegiatan ekstrakurikuler harus mendapat persetujuan pembina
bidang dan WK Kesiswaan serta Kepala Sekolah.
7) Kegiatan ekstrakurikuler di liburkan satu minggu menjelang Ulangan Akhir
Semester, dan Ujian Nasional.
8) Kegiatan ekstrakurikuler wajib didampingi oleh pembina/pelatih.

10. Prosedur Kerja

WAKTU
JENIS KEGIATAN URAIAN
PELAKSANAAN
Kepala sekolah dan WK Kesiswaan
menyusun program ekstrakulikuler
yang didalamnya terdapat jenis-
jenis ekstrakulikuler yang
ditawarkan, Pembina Sebelum awal
Penyusunan Program
ekstrakulikuler, Jadwal tahun pelajaran
ekstrakulikuler, dan program
pengadaan sarana dan prasarana
ekstrakulikuler seluruh jenis
ekstrakulikuler
Promosi jenis kegiatan
ekstrakurikuler dilakukan kepada
peserta didik baru pada saat Masa
Orientasi Sekolah (MOS), dan
diikuti dengan penyebaran angket
Pengumuman Jenis kepada siswa untuk menentukan Awal tahun
ektrakulikuler pilihan jenis ekstra yang akan pelajaran
diikuti. Hasil pengumpulan angket
disusun berdasarkan jenis
ekstrakurikuler dan selanjutnya
diberikan kepada para pembina
eksrakurikuler.
Komitmen siswa dalam mengikuti
Penandatanganan Awal tahun
kegiatan ekstrakulikuler yang di
surat pernyataan pelajaran
pilih.
Pembina Ekstrakulikuler wajib
Awal tahun
Penyusunan Absen mendata kehadiran peserta
pelajaran
(presensi) dan melaporkan kepada

61
WAKTU
JENIS KEGIATAN URAIAN
PELAKSANAAN
Pembina bidang dan atau WK
Kesiswaan secara periodik
Pembina menyusun program
kegiatan ekstrakulikuler masing- Awal
Penyusunan Program
masing sebagai panduan dalam tahunpelajaran
melaksanakan ekstrakulikuler.
Siswa melaksanakan ekstrakulikuler
Pelaksanaan sesuai dengan jadwal dan Tahunpelajaran.
ekstrakulikuler didampingi oleh pembina/pelatihnya (Diluar KBM)
masing-masing.
Program kegiatan yang dilakukan
diluar sekolah dimaksudkan untuk
sarana promosi sekolah dan telah Tahunpelajaran.
Kegiatan Keluar
mendapatkan persetujuan dari (Diluar KBM)
Pembina Bidang dan WK
Kesiswaan/Kepala Sekolah.
Pembina ekstrakurikuler wajib
memberikan penilaian secara
kualitatif kepada peserta berikut
diskripsi capaian dan menyerahkan
Akhir Semester /
Pengawasan dan kepada pembina bidang dan atau
Akhir Tahun
Evaluasi WK Kesiswaan untuk diteruskan ke
Pelajaran
Pokja Kurikulum dan Wali Kelas
pada saat pelaksanaan Ujian Akhir
Semester, dan selanjutnya akan
dituliskan pada Buku Raport siswa

11. Pendanaan
Sumber pendanaan kegiatan ekstrakurikuler adalah berasal dari Pemerintah melalui
RAPB sekolah (BOS, SPP, dll), RAPB Pokja Kesiswaan, Iuran siswa, iuran peserta
maupun sumber-sumber lain yang relevan (hadiah, sponsorship).

12. Pembina Ekstrakurikuler


Adalah orang yang diberti tanggung jawab mengendalikan jalannya kegiatan
ekstrakurikuler berdasarkan bidang ekstrakurikuler yang diberikan kepadanya serta
mengontrol kehadiran anak/siswa/peserta dan pelatih agar kegiatan tersebut berjalan
dengan baik untuk itu perlu dilakukan sebagai berikut :
1) Melakukan pengecekan siswa dan pelatih dan melaporkan kepada koordinator
ekstrakurikuler

2) Membuat rencana program kegiatan jangka pendek dan jangka panjang selama 1
tahun yang dibicarakan dengan pelatih kegiatan

62
3) Menentukan target-target yang akan dicapai bersama pelatih dalam satu tahun,
seperti target juara dll
4) Menentukan jadwal kegiatan latihan rutin maupun yang sifatnya tidak rutin
(seperti kunjungan, eksebisi atau lainnya) dan atau pertandingan persahabatan
5) Mengadakan evaluasi internal bidangnya bersama pelatih dan dilaporkan kepada
koordinator
6) Membuat plan A (pokok) dan plan B (alternatif) sesuai bidang ekstrakurikuler
masing-masing

13. Pelatih Ekstrakurikuler


Adalah orang yang ditunjuk berdasarkan surat tugas dari Kepala Sekolah dan
memberikan kemampuannya kepada anak didik sesuai dengan rencana programnya
dan kepadanya diberikan kewenangan melatih sesuai bidangnya masing-masing,
untuk itu perlu melakukan hal berikut ini :
1) Membuat program kerja selama satu tahun bersama pembina kegiatan
2) Membuat target-target yang akan dicapai bersama pembina selama satu tahun
berjalan
3) Memberikan latihan secara baik dan benar sesuai dengan kaidah ekstrakurikuler
masing-masing
4) Mengenal peserta didiknya dan menjaga hubungan emosional dan keakraban
dengan peserta didiknya dengan pembina dan semua yang termasuk dalam
kepengurusan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan norma dan kaidah yang
berlaku
5) Memberikan laporan kegiatan kepada pembinanya baik diminta maupun tidak
diminta satu bulan sekali
6) Bertanggung jawab penuh terhadap anak didiknya
7) Bila pelatih berhalangan hadir diharapkan memberitahu pembina sehari sebelum
dan atau ada pengganti yang ahli dibinganya
8) Membuat plan A (pokok) dan plan B (alternatif sesuai bidang ekstrakurikulernya
masing-masing

9) Menjaga tata kesopanan sesuai dengan budaya dan nilai-nilai yang dikembangkan
di SMK PGRI 2 TUBAN
10) Bila ada pembelian kostum atau atribut lainnya yang dibebankan kepada peserta
didik harus sepengetahuan pembina dan koordinator ekstrakurikuler

63
14. Penilaian dan Tindak Lanjut Kegiatan Ekstrakurikuler
Penilaian dilakukan oleh Pembina Esktrakurikuler bersama Pelatih setiap akhir
semester dan diserahkan kepada Wali Kelas dan atau Pokja Kurikulum bersamaan
dengan pelaksanaan Ujian Akhir Semester.
Bentuk nilai adalah Nilai Kualitatif dengan kategori sebabagi berikut :

PREDIKAT KRITERIA

A Sangat Baik
B Baik
C Cukup
D Kurang

Peserta Didik wajib meperoleh nilai minimal Baik pada Ekstrakurikuler Wajib yaitu
Pramuka pada setiap semesternya dan Nilai yang diperoleh berpengaruh terhadap
kenaikan kelas Peserta Didik. Bagi Peserta Didik yang belum mencapai nilai minimal
perlu mendapat bimbingan terus menerus untuk mencapainya.

K. PENGATURAN BEBAN BELAJAR


Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isimaka prinsip


pembelajaran yang digunakan:
2. dari pesertadidik diberi tahu menuju pesertadidik mencari tahu;
3. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajarmenjadi belajar berbasis aneka
sumberbelajar;
4. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;
5. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
6. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
7. daripembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
8. pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
64
9. daripembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
10. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
11. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan pesertadidik
sebagai pembelajar sepanjanghayat;
12. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan(ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

13. pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;


pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja
adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
14. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan
15. Pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang budayapesertadidik.
Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada;
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan memberikan
kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi
memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang
diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap
satuan pendidikan.
Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang
berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melaluiaktivitas mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.Karaktersitik kompetensi beserta
perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk
memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan
tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta
didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat

65
disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah(project based learning).

Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN

Menerima Mengingat Mengamati


Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati, Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
- Mencipta

2. BEBAN BELAJAR.
a Beban belajar dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu. Beban belajar
satu minggu KelasX, XI dan XII adalah 50 jam pelajaran Beban setiap satu jam
pembe-lajaran adalah 45 menit
b Beban belajar di Kelas X, XI, dan XII dalam satu semester paling sedikit 18
minggu dan paling banyak 20 minggu.
c Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan
paling banyak 20 minggu
d Beban belajar di kelas XII pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan
paling banyak 16 minggu.
e Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan paling
banyak 40 minggu.
f Setiap satuan pendidikan boleh menambah jam belajar per minggu berdasarkan
pertimbangan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik,
sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting.
Kurikulum SMK PGRI 2 TUBAN dirancang dalam tiga kelompok Mata pelajaran:
Kelompok A, B, dan C. sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan Pasal 80 menyatakan bahwa ;
1) Penjurusan pada SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat berbentuk bidang
keahlian;
2) Setiap bidang keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri atas 1
(satu) atau lebih program studi keahlian;
3) Setiap program studi keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri atas
1 (satu) atau lebih kompetensi keahlian.
Bidang keahlian pada SMK/MAK meliputi:
a. Teknologi dan Rekayasa;

66
b. Teknologi Informasi dan Komunikasi;
c. Bisnis dan Manajemen;
d. Seni Rupa:

Dalam penetapan penjurusan sesuai dengan bidang/program/ paket keahlian


mempertimbangan Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pemilihan Peminatan Bidang Keahlian dan program keahlian dilakukan saat
peserta didik mendaftar pada SMK/MAK. Pilihan pendalaman peminatan keahlian
dalam bentuk pilihan Paket Keahlian dilakukan pada semester 3, berdasarkan nilai rapor
dan/atau rekomendasi guru BK di SMK/MAK dan/atau hasil tes penempatan
(placement test) oleh psikolog.
Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah beban belajar sistem paket
pada Satuan Pendidikan SMK PGRI 2 TUBAN. Sistem Paket adalah sistem
penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti
seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap
kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban
belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam satuan jam
pembelajaran.
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh
peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka,
penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat
perkembangan peserta didik.
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses
interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka
per jam pembelajaran berlangsung selama 45 menit. Beban belajar kegiatan tatap
muka per minggu pada setiap satuan pendidikan adalah 50 jam pembelajaran.

Beban belajar kegiatan tatap muka keseluruhan untuk setiap satuan pendidikan
adalah sebagaimana tertera pada Tabel 3

Tabel.

67
Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Keseluruhan
Satuan Pendidikan SMK PGRI 2 TUBAN

BEBAN
TINGKAT SATU JAM MINGGU EFEKTIF BEBAN BELAJAR BEBAN BELAJAR
BELAJAR
KELAS TATAP MUKA per tahun per tahun per minggu @ 60 menit
per minggu

1.900 jam pelj. 1.425


X s.d XII 45 50 38
(85.500 menit) (standar minimum)

Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman


materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai
standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh
pendidik.

Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa


pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik
untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh
peserta didik.

Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi
peserta didik pada SMK PGRI 2 TUBAN maksimum 60% dari jumlah waktu kegiatan
tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.

68
BAB IV

NORMA KENAIKAN KELAS DAN KELULUSAN

A. Norma Kenaikan Kelas


Kenaikan Kelas Siswa SMK PGRI 2 TUBAN Kabupaten Bojonegoro berdasarkan
Rapat Dewan Guru dengan menggunakan Kriteria sebagai berikut :

a. Peserta didik telah mengikuti dan menyelesaikan program pembelajaran seluruh mata
pelajaran yang terdapat pada kurikulum 2013 dan telah memenuhi KKM yang telah
ditetapkan Pada Semester 2 dan 4 dengan mempertimbangkan KKM pada Semester 1 dan 3

b. KKM(Kreteria Ketuntasan Minimal) pada aspek pengetahuan dan ketrampilan adalah 2.68
dengan predikat( B-)

c. Minimal dapat Nilai Baik(B) pada aspek sikap

d. Penilaian Berdasar pada semester Genap dengan Pertimbangan KI/Kd yg belum tuntas pada
Semester Ganjil harus tuntas mencapai KKM, jika belum harus di REMIDI

e. Peserta Didik dinyatakan tidak naik ke Kelas XI atau XII apabila tidak mencapai KKM lebih
dari 3 mata pelajaran

f. Peserta didik yang tidak naik kelas harus mengulang seluruh mata pelajaran di tingkat
tersebut

g. Kehadiran dalam 1 Semester minimal 85% dari hari efektip di semester tersebut dengan
tidak memperhitungkan kriteria Ijin (i) dan Sakit (s)

h. Ketidak hadiran (Alpa) dalam 1 semester maksimal 15% dari hari efektip di semester
tersebut

B. Norma Kelulusan
Kelulusan Peserta Ujian dari Satuan Pendidikan SMK PGRI 2 TUBAN
Kabupaten Bojonegoro berdasarkan :

1. Rapat Dewan Guru


2. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran

69
Hal ini berarti peserta didik telah mengikuti dan menyelesaikan program pembelajaran
seluruh mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum yang digunakan dan telah
Memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

3. Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik


4. Lulus ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
a. Ujian sekolah mencakup :

1) Ujian untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan pada mata


pelajaran dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
yang tidak diujikan pada ujian nasional;

2) Ujian praktik untuk mata pelajaran yang tidak dinilai melalui UN.

b. Hasil ujian sekolah digunakan sebagai salah satu pertimbangan

5. Kelulusan peserta didik ditetapkan setelah satuan pendidikan menerimahasil UN


peserta didik yang bersangkutan
6. Peserta didik dinyatakan lulus Ujian Sekolah, apabila peserta didik telah memenuhi
kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan perolehan Nilai
Sekolah
7. Nilai Sekolah diperoleh dari Gabungan antara nilai Ujian S/M dan nilai rata-rata
rapor semester III sampai semester V dengan pembobotan 40% untuk nilai Ujian
Sekolah dan pembobotan 60% untuk nilai rata-rata rapor
8. Nilai Kompetensi Keahlian Kejuruan adalah: Gabungan antara nilai Ujian Praktik
Keahlian Kejuruan dan nilai Ujian Teori Kejuruan dengan pembobotan 70% untuk
nilai Ujian Praktik Keahlian Kejuruan dan 30% untuk nilai Ujian Teori Keahlian
Kejuruan
9. Pembulatan Nilai Sekolah yang merupakan gabungan dari nilai Ujian Sekolah dan
nilai rata-rata rapor dinyatakan dalam rentang 0 sampai dengan 100 dengan ketelitian
satu angka di belakang koma
Apabila salah satu kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi, maka dinyatakan
TIDAK LULUS.

70
BAB V

SITEM PENILAIAN

A. Penilaian hasil belajar peserta didik didasarkan pada prinsip-prinsip:


1. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.
2. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan.
9. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.

B. Teknik dan Instrumen Penilaian


1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa
tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
2. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.
3. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung
dan/atau di luar kegiatan pembelajaran.
4. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas
rumah dan/atau proyek, terstruktur ataupun mandiri.
71
5. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan
(a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi,
adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang
digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta
komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.
6. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk ujian
sekolah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki
bukti validitas empirik.
7. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi
persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta
menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan
antartahun.

C. Mekanisme dan Prosedur Penilaian


1. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan
silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
2. Mengadakan ulangan harian secara periodik untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau
lebih.
3. Mengadakan ulangan tengah semester yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 9 minggu
kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
4. Mengadakan ulangan akhir semester yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
5. Mengadakan ulangan kenaikan kelas yang dilakukan oleh pendidik di akhir
semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir
semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan
ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada semester
tersebut.
6. Ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas
dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan.

72
7. Penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada UN dan aspek
kognitif dan/atau aspek psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
dilakukan oleh satuan pendidikan melalui ujian sekolah/madrasah untuk
memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan
kelulusan dari satuan pendidikan.
8. Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk mata pelajaran kelompok
mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan ditentukan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian
oleh pendidik.
9. Penilaian akhir hasil belajar peserta didik kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
dilakukan oleh satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil
penilaian oleh pendidik dengan mempertimbangkan hasil ujian sekolah.
10. Kegiatan ujian sekolah dilakukan dengan langkah-langkah: (a) menyusun kisi-kisi
ujian, (b) mengembangkan instrumen, (c) melaksanakan ujian, (d) mengolah dan
menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah, dan (e) melaporkan dan
memanfaatkan hasil penilaian.
11. Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan
informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
12. Penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggung jawab
sebagai warga masyarakat dan warganegara yang baik sesuai dengan norma dan
nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa,
adalah bagian dari penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan memanfaatkan
informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
13. Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti penilaian kelompok mata
pelajaran yang relevan.
14. Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan diri dibuktikan dengan surat
keterangan yang ditandatangani oleh pembina kegiatan dan kepala sekolah.

73
15. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan
harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti
pembelajaran remedi.
16. Pembelajaran remidi dilakukan terhadap UH, UTS, UAS/UKK harus diakhiri
dengan mengadakan tes remidi di luar jam tatap muka, paling banyak 3 (tiga) kali
dan peserta didik memperoleh nilai maksimal sama dengan KKM
17. Evaluasi hasil belajar peserta didik mencakup 3 aspek :
a. Kognitif/pengetahuan
b. Psikomotor/keterampilan
c. Afektif/sikap
18. Nilai raport = NH+2UTS+3UAS
6
19. Nilai Rapor adalah nilai konversi dengan rentang nilai 0-4 dengan rumus :
20. Nilai Konversi = (NR x 100)
4
21. Tabel :

Sikap Pengetahuan Keterampilan

Modus Predikat Skor Rerata Huruf Capaian Optimum Huruf

3,85 4,00 A 3,85 4,00 A


4,00 SB (Sangat Baik)
3,51 3,84 A- 3,51 3,84 A-

3,18 3,50 B+ 3,18 3,50 B+

3,00 B (Baik) 2,85 3,17 B 2,85 3,17 B

2,51 2,84 B- 2,51 2,84 B-

2,18 2,50 C+ 2,18 2,50 C+

2,00 C (Cukup) 1,85 2,17 C 1,85 2,17 C

1,51 1,84 C- 1,51 1,84 C-

1,18 1,50 D+ 1,18 1,50 D+


1,00 K (Kurang)
1,00 1,17 D 1,00 1,17 D

22. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk
satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi
kemajuan belajar.
23. Penentuan ranking kelas atas dasar jumlah nilai dari seluruh mata pelajaran,
diurutkan dari yang tertinggi sampai terendah
74
24. Kegiatan penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui UN dengan langkah-langkah
yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS) UN.
25. UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasama
dengan instansi terkait.
26. Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan salah satu syarat
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan salah satu pertimbangan dalam
seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya.
27. Hasil analisis data UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk
pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan serta pembinaan dan pemberian
bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

D. Penilaian oleh Pendidik


Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan
untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan
kriteria penilaian pada awal semester.
2. mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang
sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran.
3. mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik
penilaian yang dipilih.
4. melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
5. mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan
belajar peserta didik.
6. mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar
yang mendidik.
7. memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.
8. melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada
pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik
disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh.
9. melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama dan hasil
penilaian kepribadian kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai informasi
untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan
kategori sangat baik, baik, atau kurang baik.

75
E. Penilaian oleh Satuan Pendidikan
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian
kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Penilaian tersebut meliputi
kegiatan sebagai berikut:
1. menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui
rapat dewan pendidik.
2. mengkoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas.
3. menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan
sistem paket melalui rapat dewan pendidik.
4. menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata
pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik
dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik.
5. menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui
rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan
nilai hasil ujian sekolah/madrasah.
6. menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta didik
dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi
satuan pendidikan penyelenggara UN.
7. melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran
pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku
laporan pendidikan.
8. melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas
pendidikan kabupaten/kota.
9. menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan
pendidik sesuai dengan kriteria:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran estetika;
dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
c. lulus ujian sekolah/madrasah.

76
10. menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik
yang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.
11. menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi
satuan pendidikan penyelenggara UN.

F. Penetapan KKM tahun pelajaran 2016/2017


Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata 67 untuk
keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 67 dan Ketuntasan Nilai Sikap
ditetapkan B (Baik)

77

Anda mungkin juga menyukai