Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di sekolah guru berada dalam kegiatan administrasi sekolah. Sekolah


melaksanakan kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta
mutunya telah ditetapkan. Dalam lingkup administrasi sekolah itu peranan guru
amat penting

.Dalam menetapkan kebijaksanaan dan melaksanakan proses perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiyaan dan penilaian
kegiatan kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, personalia sekolah,
keuangan dan hubungan sekolah-masyarakat, guru harus aktif memberikan
sumbangan, yang sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan yang didasarkan atas
kerja sama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu, semua personel
sekolah termasuk guru harus terlibat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan konsep administrasi pendidikan ?

2. Apa sajakah fungsi administrasi pendidikan ?

3. Bagaimanakah lingkup bidang garapan administrasi pendidikan

menengah ?

4. Apakah peranan guru dalam administrasi pendidikan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan konsep administrasi pendidikan.


2. Untuk mengetahui fungsi administrasi pendidikan.

3. Untuk mengetahui lingkup bidang garapan administrasi pendidikan menengah.

4. Untuk mengetahui peranan guru dalam administrasi pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan

Untuk memahami peranan administrasi pendidikan dalam sistem pendidikan


nasional, perlu di bahas:

1. Pengertian Administrasi Pendidikan

Administrasi Pendidikan seringkali disalah artikan sebagai semata-mata


ketatausahaan pendidikan. Namun dari uraian berikut ini akan diketahui bahwah
pengertian administrasi pendidikan sebenarnya adalah bukan sekedar itu.
Mendefinisikan administrasi pendidikan tidak sebegitu mudah, karena ia
menyangkut pengertian yang luas. Culbertson (1982), mengatakan bahwah
Schwab pada tahun enam puluhan telah mendiskusikan bagaimana kompleksnya
administrasi pendidikan sebagai ilmu. Ia memperkirakan bahwa ada sekitar
50.000 masalah yang mungkin timbul dalam pelaksanaan administrasi pendidikan.
Angka ini ia perkirakan dari berbagai fenomena yang ada kaitannya dengan
administrasi pendidikan, seperti masyarakat, sekolah guru, murid, orang tua, dan
variabel yang berhubungan dengan itu.

Kajian tentang administrasi pendidikan secara mendalam bukan menjadi


tujuan penulisan buku ini, karena hal itu menyangkut masalah pembicaraan yang
lebih mendalam tentang pendekatan, objek, dan etika dalam ilmu itu. Oleh karena
itu, perlu dicari upaya pemahaman tentang administrasi pendidikan sesuai dengan
maksud penulisan buku ini. barangkali pengertian itu akan lebih mudah difahami
kalau kita mencoba melukiskan administrasi pendidikan dari berbagai sudut
pandang, dan mencoba memahaminya dari sudut pandang itu.

Ibarat kita mempelajari manusia, salah satu cara yang dapat kita tempuh
adalah meninjaunya dari keadaan fisik manusia itu. Kita dapat melihat bagian-
bagian tubuhnya, struktur tulangnya, peredaran darahnya, susunan otot-ototnya
atau pencernaannya. Namun kita juga dapat meninjaunya dari reaksi psikisnya,
hubungan dengan kelompoknya atau dari tinjauan aspek kemanusiaan lainnya.
Dengan demikian, kita tidak perlu mendefinisikan manusia. Mendefenisikan apa
itu manusia ternyata sulit, meskipun kelihstannya mudah. Hal ini disebabkan
manusia mempunyai dimensi yang sangat banyak, yang sukar disatukan kedalam
satu defenisi. Kalau misalnya kita mendefenisikan manusia sebagai makluk yang
terdiri dari kepala, perut, dua tangan, dua kaki, dan seterusnya, Kemudian timbul
pertanyaan apakah manusia yang mempunyai satu kaki dan satu tangan bukan
manusia, atau manusia yang berperilaku seperti binatang masi dapat kita sebut
manusia, meskipun organ tubuhnya lengkap. Sebagai akibatnya, akan muncul pula
berbagai pertayaan lainnya, yang juga tidak mudah dijawab dan didefenisikan.

Dengan menggunakan analogi itu, pengertian administrasi pendidikan akan


diterangkan dengan meninjaunya dari berbagai aspeknya. Marilah kita lihat
administrasi pendidikan dari berbagai aspeknya itu, agar kita dapat memahaminya
dengan lebih baik.

Pertama, admisitrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk


mencapai tujuan pendidikan. seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang
dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung
linkup dan tingkat pengrtian pendidikan yang dimaksud. Tujuan pendidikan
dalam satu jam pelajatran di kelas satu sekolah menengah pertama, misalnya,
lebih mudah dirumuskan dan dicapai dibandingkan dengan tujuan pendidikan luar
sekolah untuk orang dewasa atau tujuan pendidikan nasiola. Jika tujuan itu
kompleks, maka cara mencapai tujuab itu juga kompleks, dan sering kali tujuan
demekian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui kerja
sama dengan orang lain, dengan segala aspek kerumitannya.

Pada tingkat sekolah, sebagai salah satu bentuk kerja sama dengan pendidikan
misalnya, terdapat tujuan sekolah, untuk mencapai tujuan penididikan di sekolah
itu di perlukan kerja sama diantara semua personel sekolah (Guru, murid, kepala
sekolah, staf tata usaha), dan orang diluar sekolah yang ada kaitannya dengan
sekolah (orang tua, kepala kantor depertemen P dan K, dokter puskesmas, dll).
Kerja sama dalam menyelengarakan sekolah harus dibina sehingga semua yang
terlibat dalam urusan sekolah tersebut memberikan sumbangannya secara
maksimal. kerja sam untuk mencapai tujuan pendidikan denga berbagai aspeknya
ini dapat dipandang sebagai administrasi pendidikan.

Kedua, administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk


mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Perencanaan meliputi
kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, berao
lama, berapa orang yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan ini
dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan.

Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas kepada


orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan tadi. Karena tugas-tugas ini
demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-
tugas ini dibagi untuk dikerjakan masing-masing anggota organisasi.

Pengkoordinasian mengandung makna menjaga aar tugas-tugas yang telah


dibagi itu tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakannya saja, tetapi
menuruti peraturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian yang telah
ditetapkan atau disepakati. tiap-tiap orang harus mengetahaau tugas-tugas masing-
masing sehingga tumpang tindih yang tidak perlu dapat dihindarkan. Disamping
itu dalam menjalankan tugas pendidikan, pengaturan waktu merupakan hal yang
penting. Ada kegiatan yang harus didahulukan, ada yang harus dilakukan
kemudian dan ada pula yang harys dikerjakan secara berbarengan. Oleh karena
proses ini dilakukan denga kerja sama, bentuk kerja sama ini dapat diibaratkan
seperti kerja sama yang terjadi jika sekelompok orang bermain musik dalam suatu
konser. ada yang memainkan piano, ada yang memainkan gitar, ada yang
memainkan seruling, tetapi semua dalam tempo dan irama yang terkoordinasikan.
Meskipun apa yang dilakukan oleh masing-masing pemain yang berbeda-beda
baik dalam isi tugasnya, waktu melakukan tugasnya, maupun dalam kuat dan
lemahnya bunyi yang dihasilkan, tetapi hasilnya adalah suatu alunan musik yang
indah. semua ini dikoordinasikan leh seorang konduktor.

Pengarahan diperlukan agar kegiatan yang dilakukan bersama itu tetap


melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat
menimbulkan terjadinya pemborosan. semua orang yang bekerja untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelimnya harus tetap ingat dan secara konsisten
menuju tujuan itu kadang-kadang karena beberapa faktor perumusan tujuan itu
tidak jelas, sehingga cara mencapainyapun tidak jelas.dalam keadaan demikian,
diperlukan pul a adanya pengarahan. Agar pengarahan ini sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan, diperlukan pengarah yang mempunyai krmampuan
kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mereka
mau bekerja sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan bersama.

Disamping pengarahan, suatu kerja sama juga memerlukan proses


pemantauan (monitarium), yaitu suatu kegiatan untuk mengumpulkan data dalam
usaha mengetahui sudah sampai seberapa jauh kegiatan pendidikan telah
mencapai tujuannya, dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan itu.
Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan bukti-bukti atau data dalam
menetapkan apakah tujuan tercapai atau tidak. Dengan perkataan lain, kegiatan
pemantauan atau monitorin adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang
penyelenggaraan suatu proses pencapaian tujuan. Data itu mencapai untuk
mengidentifikasikan apakah proses pencapaian tujuan berjalan dengan baik,
apakah ada penyimpangan dalam kegiatan itu, serta kelemahan apa yang
didapatkan dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut
Proses kerja sama pendidika itu akhirnya harus dinilai untuk melihat apakah
tujuan yang telah ditetapkan tercapai, dan kalau tidak apakah hambatan-
hambatannya. Penilaian ini dapat berupa penilaian proses kegiatan atau penilaian
hasil kegiatan itu.

Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikit sitem.


Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu
berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran.
Pengertian ini kelihatannya sulit tetapi sebenarnya tidak demikian. Ambillah
contoh suatu sekolah dasar. Sekolah dasar itu merupakan suatu keseluruhan yang
memproses murid menjadi lulusan. Dalam melihat sekolah sebagai suatu sistem
kita hrus melihat:

a. Masukannya, yaitu bahan mentah yang berasal dari luar sistem


(lingkungannya) yang akan diolah oleh sitem ; dalam sistem sekolah dasar
masukan ini adalah anak-anak yang masuk sekolah dasar itu.

b. prosesnya, yaitu kegiatan sekolah beserta aparatnya untuk mengolah masukan


menjadi keluaran. Contoh proses itu disekolah dasar adalah proses belajar
mengajar, bimbingan kepada murid, kegiatan pramuka, palang merah remaja, dan
sebagainya. Untuk melaksanakan proses ini harus ada sumber baik tenaga, sarana,
dan prasarana, uang maupun waktu. Sumber ini seringkali dinamakan masukan
instrumental.

c. keluaran, yaitu masukan yang telah diolah melalui proses tertentu. Dalam hal
ini berupa lulusan.

Mutu lulusa akan sangat tergantung kepada mutuh masukan, masukan


instrumental, dan proses itu sendiri. Dengan demikian, kemampuan awal murid,
latar belakang murid, dan keadaan orang tua murid sebagai masukan mentah.
Mutu juga sangat tergantung kepada mutu guru, mutu sarana dan prasarana, mutu
dan iklim kerja sama antara guru dengan murid, guru dengan guru, guru dengan
kepala sekolah, sebagai masukan instrumental. Kesemuanya ini menentuka
kualitas proses belajar-mengajar, yang pada gilirannya sangat menentuka kualitas
lulusan itu. hal tersebut dapat diketahui dari berbagai hasil penilitian tentang
unjuk kerja sekolah dan murid.

Keempat, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi manajemen.


Jika administrasi dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk
melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan
pendidikan sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam
pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan .Sumber yang dimaksud dapat
berupa sumber manusia,uang, sarana dan prasarana maupun waktu. Upaya harus
dicari dalam memanfaatkan sumber yang tersedia dengan sebaik-baiknya.
Seringkali sarana dan prasarana yang ada dalam proses belajar mengajar, misalnya
belum dimanfaatkan secara baik . Buku paket atau bantuan alat-alat seperti
mikroskop disekolah hanya menjadi pajangan saja. Disamping itu, sering pula kita
temukan bahwa waktu kontrak antara guru dan murid tidak dimanfaatkan secara
baik,dan murid disibukkan oleh kegitan-kegiatan yang kurang perlu, seperti
menyambut pejabat datang kedesa, mencatat bahan pelajaran yang sudah ada
dalam buku, menunggu guru yang terlambat masuk kelas.

Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan.


Administrasi pendidikan dilihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk
menjawab pertanyaan bagaimana kemampuan administrator pendidikan itu,
apakah ia dapat melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo mangu karso dan
ing ngarso sungtulodo dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dengan perkataan
lain, bagaimana ia menggerakkan orang lain untuk bekerja lebih giat dengan
mempengaruhi dan mengawasi, bekerja bersama-sama, dan memberi contoh.
Sudah barang tentu administrator yang ingin berhasil harus memahami teori dan
praktek kepemimpinannya, serta mampu dan mau melaksanakan penetahuan dan
kemauannya itu.

Keenam, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan


keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegitan
kelompok orang bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap kali, administrator
dihadapkan kepada bermacam-macam masalah, ia harus memecahkan masalah
itu. Untuk memecahkan masalah tersebut di`perlukan kemampuan, dalam
mengambil kepurusan, yaitu memilih kemungkinan tidakan yang terbaik dari
sejumlah kemungkinan-kemungkianan tindakan yang dapat dilakukan. Setiap hari
kita sebagai individu pun harus juga mengambil keputusan, sebab memang untuk
setiap aspek kehidupan kita mem`punyai tugas menjadi guru atau memimpin
organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap saat guru harus mengambil
keputusan apa yang terbaik bagi muridnya. Karena mengambil keputusan selalu
ada risikonya, maka guru harus mempelajari bagaimana mengambil keputusan
yang baik. Administrasi pendidikan merupakan ilmu yang dapat menuntun
pengambilan keputusan pendidikan yang baik.

Ketujuh, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kominikasi.


Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang
lain mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang kita
maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain itu. Jika
dalam kerja sama pendidikan tidak ada komunikasi, maka orang yang bekerja
sama itu saling tidak mengetahui apa yang dikerjakan atau apa yang dimaui teman
sekerjanya. Bila hal ini terjadi, sebenarnya kerja sama itu tidak ada dan oleh
karena itu administrasi pun tidak ada.

Kedelapan, administrasi seringkali diartikan dalam pengertian yang sempit


yaitu kegiatan tatausaha yang intinya adalah kegiatan rutin catat-mencatat,
mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala
aspeknya, serta mempersiapkan laporan. Pengertian yang demikian tidak terlalu
salah, karena setiap aspek kegiatan administrasi dengan pengertian diatas, selalu
memerlukan kegiatan pencatatan. Hanya yang perlu diingat, Kegiatan tata usaha
itu tidak seluruhnya mencerminkan pengertian administrasi dalam arti seperti
yang dipaparkan pada butir-butir satu sampai tujuh diatas.

Uraian diatas mencoba menjelaskan pengertian administrasi pendidikan,


tanpa mengemukakan definisi dengan satu pengertian saja. Seperti telah
disinggung dimuka, satu definisi saja tidak dapat menjelaskan dengan gamblang
administrasi pendidikan, karena administrasi pendidikan mempunyai banyak
muka (dimensi). Perlu pula dicatat, bahwa administrasi pendidikan dapat ditinjau
pula dari cakupannya. Ada administrasi pendidikan pada satuan pendidikan
seperti administrasi pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah, pergruan tinggi
serta kursus-kursus dan ada pula administrasi pendidikan yang dilihat dari
cakupan wilayah,yaitu tingkat kecamatan, kabupaten,provinsi, dan nasional. Pusat
perhatian pada bagian ini adalah administrasi pendidikan pada tingkat sekolah
menengah.

2. Konsep Administrasi Pendidikan

Untuk memahami konsep-konsep yang erat hubungannya denga administrasi


pendidikan disekolah kita perlu menelusuri konsep sistem pendidikan nasional itu.

a. Sistem Pendidikan Nasional

Barangkali cara yang paling baik untuk memahami sistem pendidikan


nasional adalah dengan membaca definisi sistem pendidikan nasional itu dari
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem
Pendidikan Nasional. Supaya otentik dan tidak keliru, ada baiknya dikutip
langsung Bab I Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang tersebut, sebagai berikut:

Sistem pendidikan nasional adalah satu kesatuan yang terpadu dari semua
satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk
mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Dalam penjelasan undang-undang tersebut, dikemukakan bahwa sebutan


sistem pendidikan nasional merupakan perluasan dari pengertian sistem
pengajaran nadsional yang termasud dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989
tidak membatasi pada pengajaran saja, melainkan meluas ke`pada masalah yang
berhubungan dengan pembentukan manusia indonesia. Beberapa hal lain yang
kita temukan mengenai sistem pendidikan nasional dalam Undang-Undang itu
adalah :
a. Sistem pendidikan nasional merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat
penting dalam mencapai cita-cita nasional

b. Sistem pendidikan nasional dilaksanakan secara semesta, menyeluruh dan


terpadu. Semesta diartikan sebagai terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di
seluruh wilayah negara, menyeluruh diartikan sebagai mencakup semua jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan dan terpadu diartikan sebagai kesalingterkaitan
sistem pendidikan nasional itu dengan seluruh usaha `pembangunan nasional

c. Pengelolaan sistem pendidikan nasional adalah tanggung jawab Menteri P dan K


( UUS~PN No.2/89 ~Pasal 49 ). Dari pengertian itu dapat dikemukakan unsur-
unsur penting dalam sistem pendidikan yang akan kita pakai sebagai titik tolak
pembahasan.

Pertama, sistem pendidikan nasional mempunyai satuan dan kegiatan. Satuan


pendidikan adalah lembaga kegiatan belajar-mengajar yang dapat mempunyai
wujud sekolah, kursus, kelompok belajar, ataupun bentuk lain yang berlangsung
dalam bangunan tertentu atau tidak. Yang terakhir ini misalnya satuan pendidikan
yang penyelenggaraannya menggunakan sistem jarak jauh.

kedua, sistem pendidikan nasional adalah alat dan tujuan dalam mencapai
cita-cita pendidikan nasional. Sebagai alat berarti sistem itu merupakan wadah
yang alaminya terdapat kegitan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sebagai tujuan, sistem pendidikan nasional memberikan rambu-rambu ke mana
arah dan bagaimana seharusnya pendidikan nasional dikelola.

Ketiga, sebagai suatu sistem, pendidikan nasional harus dilihat sebagai


keseluruhan unsur atau komponen dan kegiatan yang ada dinusantara. Unsur-
unsur yang membentuk sistem ini saling berkaitan satu sama lain dan saling
menunjang dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Jika kita
mengacu kepada penjelasan Undang-Undang Nomor 2/1989, maka dapat kita
temukan bahwa ciri sistem pendidikan nasional itu adalah :

a. Berakar kepada kebudayaan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945


b. Merupakan suatu kebulatan yang dikembangkan dalam usaha mencapai tujuan
nasional

c. Mencakup jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah

d. Mengatur jenjang, kurikulum, penetapan kebijaksanaan, tanggung jawab


penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah dan masyarakat, kebebasan
penyelenggaraan pendidikan, serta kemudahan untuk mendapatkan pendidikan
yang sesuai dengan peserta didik.

Unsur-unsur sistem pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor


2/1989 itu dapat dibedakan atas :

a. Unsur I : Dasar, Fungsi, dan tujuan sistem ( Bab I )

b. Unsur II : Norma yang dipakai dalam sistem ( Bab III, X, XI, XII, XIII,
Bab XVIII, XV, XVI, Bab XIX, Bab XX )

c. Unsur III : Jenjang pendidikan ( Bab V )

d. Unsur IV : Peserta didik ( Bab VI )

e. Unsur V : Tenaga Ke`pendidikan ( Bab VIII )

f. Unsur VI : Sumber daya `pendidikan ( Bab VIII )

g. Unsur V : Kurikulum ( Bab IX )

h. Unsur VII : Organisasi ( Bab XIV, XV )

b. Sekolah sebagai Bagian Sistem Pendidikan Nasional

Telah disebutkan bahwa jenjang pendidikan adalah unsur atau komponen


sistem pendidikan nasional, yaitu termasuk dalam komponen organisasi. Jenjang
pendidikan terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan perguruan
tinggi. Pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri dari
program pendidikan enam tahun disekolah dasar dan program pendidikan tiga
tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama ( PP Nomor 1990 ). Bentuk satuan
pendidikan dasar terdiri atas sekolah dasar dan sekolah dasar luar biasa. Jika kita
bicara tentang sekolah menengah, maka kita berbicara tentang dua jenjang
sekolah, karena sekolah menengah pertama berada di jenjang pendidikan dasar,
sedangkan sekolah di atas sekolah menengah pertama berada pada jenjang
pendidikan menengah. Program pendidikan S1 dan LPTK, dirancang untuk
mengajar pada jenjang pendidikan menengah, meskipun dengan kurikulum yang
fleksibel ( luwes ) lulusan S1 itu juga mampu mengajar pada jenjang pendidikan
dasar.

Didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990


tentang pendidikan menengah,pendidikan menengah didefinisikan sebagai
pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan pendidikan dasar. Pendidikan
menengah mempunyai bentuk satuan pendidikan yang terdiri atas:

a. Sekolah menengah umum

b. Sekolah menengah kejuruan

c. Sekolah menengah keagamaan

d. Sekolah menengah kedinasan

e. Sekolah menengah luar biasa


Skema Sistem Pendidikan Nasional

Keterangan:

Kotak di sebelah kiri adalah masukan, di tengah adalah proses, dan di kanan
adalah keluaran sistem pendidikan nasional.

B. Fungsi Administrasi Pendidikan

Paparan tentang fungsi administrasi pendidikan terutama dalam konteks


sekolah perlu dimulai dari tinjauan tentang tujuan pendidikan, dalam hal ini tujuan
sekolah menengah. Hal ini disebabkan oleh adanya prinsip bahwa pada dasarnya
kegiatan administrasi pendidikan dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan
itu. Tujuan itu dicapai melalui serangkaian usaha, mulai dari perencanaan sampai
melaksanakan evaluasi terhadap usaha tersebut. Pada dasarnya fungsi administrasi
merupakan proses pencapaian tujuan melalui serangkaian usaha itu. Oleh karena
itu, fungsi administrasi pendidikan dibicarakan sebagai proses perangkaian kerja
sama untuk mencapai tujuan pendidikan itu.

1. Tujuan Pendidikan Menengah

Tujuan pendidikan menengah perlu dibicarakan di sini karena alasan sebagai


berikut, tujuan pendidikan menengah merupakan jabaran dari tujuan pendidikan
nasional. Oleh karena itu, pemahaman tentang keduanya perlu dilakukan, tujuan
pendidikan menengah merupakan titik berangkat administrasi pendidikan pada
jenjang sekolah menengah, dan tujuan pendidikan menengah itu juga merupakan
tolak ukur keberhasilan kegiatan administrasi pendidikan dijenjang pendidikan
itu.

Tujuan institusional sekolah menengah adalah tujuan yang dijabarkan dari


tujuan pendidikan nasional. Di dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat 2, disebutkan
bahwa: Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, merupakan undang-undang yang
dimaksud dalam UUD 1945 itu. Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun1989
itu disebutkan bahwa tujuan nasional pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, memiliki kepribadian
yang mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.

Tujuan nasional tersebut kemudian dijabarkan dalam tujuan institusional,


yaitu tujuan untuk tiap jenjang pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 1990 adalah peraturan yang mengatur institusi pendidikan menengah.
Dalam peraturan pemerintah tersebut dinyatakan bahwa tujuan pendidikan
menengha adalah meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diti sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, dan
meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan
hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya.

Tujuan sekolah menengah merupakan bagian dari tujuan pendidikan di atas.


Di dalam PP No. 29 Tahu 1990 itu, tidak kita temukan tujuan dari berbagai jenis
sekolah menengah secara rinci. Namun demikian, kita dapat menemukan contoh
rinciantujuan sekolah menengah itu di dalam kurikulum sekolah menengah tahun
1975. Sebagai contoh tujuan khusus SMA dalam kurikulum 1975 berdasarkan
keputusan Menteri No. 008-E/U/1975[1] yang untuk keperluan pemahaman
sekolah menengah, tujuan ini masih relevan untuk kita kemukakan. Tujuan itu
khusus SMA mencakup bidang pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap.
Menurut kurikulum itu, tujuan khusus SMA ialah agar lulusan SMA dapat
memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Di bidang pengetahuan:

1. Memiliki pengetahuan tentang agama dan atau kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

2. Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar kenegaraan dan pemerintahan sesuai


dengan UUD 1945.

3. Memiliki pengetahuan yang fungsional tentang fakta dan kejadian pen[2]ting


aktual, baik lokal, regional, nasional maupun internasional.

4. Menguasai pengetahuan dasar dalam bidang matematika, ilmu pengetahuan alam,


ilmu pengetahuan sosial, dan bahasa (khususnya bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris), serta menguasai pengetahuan lanjutan yang cukup dalam satu atau
beberapa cirri dari bidang pengetahuan tersebut di atas.
5. Memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis dan jenjang pekerjaan yang ada di
masyarakat serta syarat-syaratnya.

6. Memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis unsur kebudayaan dan tradisi


nasional.

7. Memiliki pengetahuan dasar tentang kependudukan, kesejahteraan keluarga, dan


kesehatan.

b. Di bidang keterampilan

1. Menguasai cara belajar yang baik

2. Memiliki keterampilan memecahkan masalah dengan sistematik

3. Mampu membaca/memahami isi bacaan yang agak lanjut dalam bahasa


Indonesia dan bacaan sederhana dalam bahasa Inggris yang berguna baginya.

4. Memiliki keterampilan mengadakan komunikasi sosial dengan orang lain, lisan


maupun tulisan, dan keterampilan mengekspresi diri sendiri, lisan maupun tertulis.

5. Memiliki keterampilan olah raga dan kebiasaan olah raga.

6. Memiliki keterampilan sekurang-kurangnya dalam satu cabang kesenian

7. Memiliki keterampilan dalam segi kesejahteraan keluarga dan segi kesehatan

8. Menguasai sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan untuk bekerja sesuai


dengan minat dan kebutuhan lingkungan.

c. Di bidang nilai dan sikap

1. Menerima dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945

2. Menerima dan melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan


Yang Maha Esa yang dianutnya, serta menghormati ajaran agama dan
kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa yang dianut orang lain.

3. Mencintai sesame manusia, bangsa, dan lingkungan sekitarnya.


4. Memiliki sikap demokratis dan tenggang rasa.

5. Memiliki rasa tanggung jawab dalam pekerjaan dan masyarakat.

6. Dapat mengapresiasikan kebudayaan dan tradisi nasional.

7. Percaya pada diri sendiri dan bersikap mahakarya.

8. Memiliki minat dan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan.

9. Memiliki kesadaran akan disiplin dan patuh pada peraturan yang berlaku bebas
dan jujur.

Tujuan nasional serta tujuan institusional itu harus selalu dijadikan pedoman
sekolah dan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Untuk guru, tujuan-tujuan
tersebut perlu dijabarkan lagi ke dalam tujuan yang lebih sempit sehingga dapat
dijadikan pedoman operasional dalam mengajar. Berturut-turut institusional itu
dijabarkan secara hirarkis menjadi tujuan, kurikuler, instruksional umum, dan
instruksional khusus.

Adapun penjelasan masing-masing tujuan itu adalah:

a) Tujuan kurikuler, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam suatu institusi,
misalnya tujuan pengajaran sejarah di sekolah menengah umum.

b) Tujuan instruksional umum, yaitu tujuan suatu pokok bahasan tertentu suatu
mata pelajaran dalam suatu tingkat dan dalam suatu jenjang institusi; misalnya
tujuan pengajaran sejarah kelas dua dan sekolah menengah umum.

c) Tujuan instruksional khusus, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam suatu
periode atau unit waktu tertentu dalam suatu tingkat pada jenjang institusi;
misalnya tujuan pengajaran sejarah selama tiga minggu masing-masing tiga jam
pengajaran di kelas satu sekolah menengah umum.

2. Proses sebagai Fungsi Administrasi Pendidikan Menengah


Agar kegiatan dalam komponen administrasi pendidikan menengha dapat
berjalan dengan baik dan mencapai tujuan, kegiatan tersebut harus dikelola
melalui suatu tahapan proses yang merupakan siklus, mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan, pemantauan, dan
penilaian seperti telah disinggung secara garis besar pada bagian terdahulu.

a. Perencanaan

Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan


prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk
mencapai tujuan tersebut. Yang dimaksud dengan sumber meliputi sumber
manusia, material, uang, dan waktu. Dalam perencanaan, kita mengenal beberapa
tahap, yaitu tahap identifikasi masalah, perumusan masalah, penetapan tujuan,
identifikasi alternatif, pemilihan alternatif, dan elaborasi alternatif.

Proses perencanaan di sekolah harus dilaksanakan secara kolaboratif, artinya


dengan mengikutsertakan personil sekolah dalam semua tahap perencanaan itu.
Pengikutsertaan ini akan menimbulkan perasaan iktu memilki (sense of
belonging) yang dapat memberikan dorongan kepada guru dan personil sekolah
yang lain untuk berusaha agar rencana tersebut berhasil. Lingkup perencanaan
meliputi semua komponen administrasi pendidikan seperti yang telah disebutkan
di muka, yaitu perencanaan kurikulum, kemuridan, keuangan, prasarana dan
sarana, kepegawaian, layanan khusus, hubungan masyarakat, proses belajar
mengajar (fasilitasnya), dan ketatausahaan sekolah.

Perencanaan pendidikan di pendidikan menengah dapat dibedakan atas


beberapa kategori menurut: jangkauan waktunya, timbulnya, besarnya,
pendekatan, dan pelakunya.

Menurut jangkauan waktunya, perencanaan di pendidikan menengah dapat


dibagi menjadi perencanaan jangka pendek (perencanaan yang dibuat untuk
dilaksanakan dalam waktu seminggu, sebulan sampai dua tahun) perencanaan
jangka menengah (perencanaan yang dibuat untuk jangka tiga sampai tujuh
tahun), dan perencanaan jangka panjang (perencanaan yang dibuat untuk jangka 8
sampai 25 tahun). Pembagian waktu ini bersifat kira-kira, dan tiap ahli dapat saja
memberikan batas yang berlainan. Jadi pemenggalan waktu hanya merupakan
ancar-ancar.

b. Pengorganisasian

Ada beberapa hal pokok yang dapat dipedomani diperhatikan dalam


hubungannya dengan pengorganisasian ini. Seringkali orang menanamkan hal
pokok tersebut sebagai prinsip. Seagian (1985) mengemukakan prinsip
pengorganisasian itu adalah organisasi itu mempunyai tujuan yang jelas, tujuan
organisasi harus dapat dipahami oleh setiap anggota organisasi, tujuan organisasi
harus dapat diterima oleh setiap orang dalam organisasi, hanya ada kesatuan arah
dari berbagai bagian organisasi, adanya kesatuan perintah, adanya keseimbangan
antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam melaksanakan tugasnya,
adanya pembagian tugas yang jelas, stuktur organisasi permanen, adanya jaminan-
jaminan terhadap jabatan-jabatan dalam organisasi itu, adanya balas jasa yang
setimpal yang diberikan kepada setiap anggota organisas, dan penepatan orang
yang bekerja dalam organisasi itu hendaknya sesuai dengan kemampuannya

c. Pengarahan

Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah
direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki. Suharsimi Arikunto (1988)
memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan
dan bimbingan terhadap para petugas yang terlibat, baik secara stuktural maupun
fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar.

Kegiatan pengarahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
melaksanakan orientasi tentang pekerjaan yang maupun dilakukan individu atau
kelompok, dan membrikan petunjuk umum dan petunjuk khusus, baik secara lisan
maupun tertulis, secara langsung maupun tidak langsung.

d. Pengkoordinasian
Pengkoordinasian disekolah diartikan sebagai usaha untuk menyatupadukan
kegiatan dari berbagai individu atau unit di sekolah agar kegiatan mereka berjalan
selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah.
Usaha pengkoordinasian dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti
melaksanakan penjelasan singkat, mengadakan rapat kerja, memberikan petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis, dan memberikan balikan tentang hasil suatu
kegiatan.

e. Pembiayaan

Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelolah


anggaran pendapatan dan belanja pendidikan menengah. Kegiatan ini dimulai dari
perencanaan biaya, usaha untuk mendapatkan dana yang mendukung rencana itu,
penggunaan serta pengawasan penggunaan anggaran tersebut.

f. Penilaian

Dalam waktu-waktu tertentu, sekolah pada umumnya atau anggota organisasi


sekolah seperti guru, kepala sekolah, dan murid pada khususnya harus melakukan
penilaian tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai, serta
mengetahui kekuatan dan klemahan program yang dilaksanakan, secara rinci
maksud penilaian adalah untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada
akhir suatu periode kerja pekerjaan tersebut berhasil, menjamin cara bekerja yang
efektif dan efesien, memperoleh fakta-fakta tentang kesukarang-kesukaran dan
untuk menghindarkan situasiyang dapat merusak, serta memajukan kesanggupan
para guru dan orang tua murid dalam mengembangkan organisasi sekolah.

C. Lingkungan Bidang Garapan Administrasi Pendidikan Menengah

Dari uraian di atas, tampak bahwa administrasi pendidikan menengah pada


pokoknya adalah semua bentuk usaha bersama untuk mencapai tujuan pendidikan
menengah dengan merancang, mengadakan, dan memamfaatkan sumber-sumber
(manusia, uang, peralatan, dan waktu). Tujuan pendidikan menengah memberikan
arah kegiatan serta kriteria keberhasilan kegiatan itu. Tujuan pendidikan
menengah juga merupakan landasan kegiatan administrasi pendidikan menengah
tersebut.

Untuk memahami apa yang telah diuraikan secara lebih baik secara ringkas
perlu ditegaskan hal-hal berikut:

1. Administrasi pendidikan menengah merupakan bentuk kerja suatu personel


pendidikan menengah untuk mencapai tujuan pendidikan menengah. Tujuan
umum yang akan dicapai dalam kerja sama itu adalah membentuk keprbadian
murid sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sesuai dengan tingkat
perkembangannya pada usia pendidikan menengah. Tujuan itu dapat dijabarkan
kedalam tujuan antara lain yaitu tujuan kurikuler, tujuan instrusional umum, dan
tujuan instrusional khusus.

2. Administrasi pendidikan menengah merupakan suatu proses yang merupakan


daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan menengah, di mulai dari perencanaan,
diikuti oleh pengorganisasian pengarahaan, pelaksanaan, pemantauan, dan
penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuannya.

3. Admistrasi pendidikan menengah merupakan usaha untuk melakukan


manajemen sistem pendidikan menengah.

4. Administrasi pendidikan menengah merupakan kegiatan pemimpin, mengambil


keputusan, serta komunikasi dalam organisasi sekolah sebagai usaha untuk
mencapai tujuan pendidikan menengah itu.

Sekolah merupakan bentuk organisasi pendidikan. Seperti telah dijelaskan,


organisasi diartikan sebagai wadah dari kumpulan manusia yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu dengan memamfaatkan manusia itu sendiri
sebagai sumber, material, dan waktu. Agar kerjasama itu berjalan dengan baik,
maka perlu da aturan. Karena orang yang bekerja sama serta situasi yang berbeda
dari satu tempat ketempat yang lain,terjadi suasana yaqng berlainan antara satuan
kerja sama yang satu dengan yang lain. Sekolah adalah orgnisasi yang diadakan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal pendidikan menengah, maka
organisasi itu diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan menengah.

Bila diamati lebih lanjut ada beberapa hal yng penting yang menjadi ciri
organisasi sekolah, termasuk pendidikan menengah. Ciri itu adalah:

1. Adanya interaksi (saling pengaruh) antara berbagai unsur sekolah. Interksi itu
mempunyai tujuan, pola, dan aturan. Yang dimaksud dengan tujuan adalah suatu
yang ingin dicapai sekolah melalui kerja sama antarunsur itu. Misalnya,
bagaimana perbaikan proses belajar mengajar dalam pelajaran matematika dapat
diperbaikai secara kontinu melalui kerja sama dalam kelompok guru sejenis. Pola
mengandung pengertian bentuk perilaku yang relatif tetap, misalnya kelompok
guru tersebut menetapkan untuk mengadakan diskusi setiap dua minggu sekali.
Sedangkan aturan mempunyai arti bahwa kelompok tersebut menganut norma-
norma tertentu dalam melaksankan interaksi itu. Misalnya jika ada dua orang guru
yang tidak datang dalam pertemuan, maka pertemuan dimaksud tidak dapat
dilaksanakan.

2. Interaksi antarunsur disekolah meliputi: (1) interaksi yang ada di sekolah itu
sendiri, yaitu antara kepala sekolah dengan guru, antara guru dengan guru, antara
guru dengan karyawan, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa,
antara siswa dengan karyawan, dan antara karyawan denga karyawan, (2)
interaksi antara sekolah dengan lembaga pendidikan lainnya, misalnya antara
sekolah dengan sekolah lain yang setingkat atau sekolah lain yang mempunyai
jenjang yang tinggi, atau antara sekolah dibawah Departemen P dan K dengan
sekolah lain dibawah Departemen Agama seperti mandrasa, (3) interaksi antara
sekolah dengan lembaga nonkependidikan, seperti interaksi antara pendidikan
menengah dengan karangtaruna, klompencapir, organisasi pemuda dikampung,
dan sebagainya, serta (4) interaksi antara sekolah dengan masyarakat, misalnya
interaksi sekolah dengan orangtua murid, dengan pemerintah kota, dengan
kepolisian, dan sebagainya.

3. Adanya kegiatan. Kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah sangat banyak.


Untuk mudahnya kegiatan ini dapat ditinjau dari dua dimensi pengajaran dan
dimensi pengolahan. Ada kegiatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan
pengajaran dan ada yang tidak langsung. Demikian pula, ada kegiatan yang
langsung berhubungan dengan kegiatan pengelolahan dan ada yang tidak. Jika
dimensi itu digabungkan kiya dapat membedakan kegiatan itu menjadi empat
kategori pokok, dan satu kategori pendukung yang merupakan titik temu dari
keempat karegori pokok tadi. Empat kategori pokok dan satu kategori pendukung
yaitu:

a) Yang berhubungan langsung dengan pengajaran sekaligus langsung dengan


pengolahannya, meliputi:

1) Kurikulum.

2) Supervisi.

b) Yang berhubungan langsung dengan pengelolahan tetapi tidak langsung dengan


pengajaran, yaitu:

1) Kemuridan.

2) Keuangan.

3) Prasarana dan sarana.

c) Yang tidak berhubungan langsung, baik dengan pengajaran, maupun dengan


pengelolaan.

1) Hubungan sekolah-masyarakat (Husemas)

2) BP3

d) Yang tidak berhubungan dengan pengelolaan tetapi langsung dengan pengajaran.


e) Kegiatan pendukung, yaitu pengelolaan ketata-usahaan, yang diperlukan oleh
semua kegiatan butir 1) dan 4).

Dari kedua aspek itu kemudian dilihat sifatnya hubungan tersebut yang ada
yang langsung dan tidak langsung. Dengan demikian diperoleh lima buah
klasifikasikegiatan yaitu yang berhubungan langsung dengan pengajaran dan juga
langsug denga pengelolahan, yang berhubungan langsung dengan pengajaran
tetapi tidak berhubungan langsung dengan penelolaan, yang tidak berhubungan
langsung dengan pengajaran tetapi berhubungan langsung dengan pengelolaan,
yang tidak berhubungan langsung dengan pengajaran dan tidak berhubungan
langsung dengan pengelolaan, serta yang langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan keempat jenis kegiatan tersebut.

D. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan

Sekolah merupakan subsistem pendidikan nasional dan disamping sekolah,


sistem pendidikan nasional itu juga mempunyai komponen-komponen lainnya.
Guru harus memahami apa yang terjadi di lingkungan kerjanya.

Di sekolah guru berada dalam kegiatan administrasi sekolah. Sekolah


melaksanakan kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta
mutunya telah ditetapkan. Dalam lingkup administrasi sekolah itu peranan guru
amat penting. Dalam menetapkan kebijaksanaan dan melaksanakan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiyaan dan
penilaian kegiatan kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, personalia
sekolah, keuangan dan hubungan sekolah-masyarakat, guru harus aktif
memberikan sumbangan, yang sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan yang
didasarkan atas kerja sama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu, semua
personel sekolah termasuk guru harus terlibat.

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992, Pasal 20 disebutkan


bahwa: Tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja sebagai
pengelola dan satuan pendidikan dan pengawas pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah dipilih dari kalangan guru. Ini berarti, bahwa selain peranannya untuk
menyukseskan kegiatan administrasi disekolah, guru perlu secara sungguh-
sungguh menimba pengalaman dalam administrasi sekolah, jika karier yang
ditempuhnya nanti adalah menjadi pengawas, kepala sekolah atau pengelola
satuan pendidikan yang lain.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Admisitrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai


tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pemantauan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan
menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, berao lama, berapa
orang yang diperlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan ini dibuat
sebelum suatu tindakan dilaksanakan.

Lingkup pembicaraan tentang administrasi pendidikan itu juga tergantung


pada aras (level ) tujuan pendidikan yang ingin dicapai, yaitu pada tingkat kelas
sampai pada tingkat sistem pendidikan nasional. Makin meluas cakupannya makin
banyak yang terlibat dan makin kompleksnya permasalahannya.

Sebagai tenaga kependidikan, khususnya guru, wawasan tentang administrasi


pendidikan amat penting karena pemahaman tentang latar kerja guru. Wawasan
itu dapat membatunya mengambil keputusan yang tepat dalam melaksanakan
tugasnya.

B. Saran
Sebagai orang yang menggeluti duania pendidikan, marilah kita bersama
untuk memperbaiki dan mau ikut ber`partisipasi dalam kegiatan administrasi
sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1988. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan


Kejuruan. Jakarta: Ditjen Dikti.

Culbertson, j. 1982. Educational administration and planning at a crossroads in


knowledge development. Nigeria: Universitas of Ibadan. 1982.

Departemen dalam negeri, dep. Pendidikan dan kebudayaan, dan dep. Keuangan.
1983. Petunjuk administrasi program pengajaran. Jakarta: depdikbud.

Departemen pendidikan dan kebudayaan RI. 1990. Peraturan pemerintah republic


Indonesia no. 28 tahun 1990 tentang pendidikan menengah. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Jakarta: Ditjen Dikti.

Harris, ben M.. 1975.supervisory behavior in education. New Jersey: prentice hall.

Milstein, M.M. and Belasco, J.A. (Ed.). 1973. Educational administration and the
behavioral sciences; a system perspective. bostom: allyn and bacom, inc

Sondang P. siagian. 1985. Filsafat administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

Anda mungkin juga menyukai