Anda di halaman 1dari 5

FILSAFAT PERENCANAAN

Memahami suatu konsep dibutuhkan suatu penelaahan dari mulai hulu hingga hilir, perencanaan merupakan
suatu konsep yang tidak terlahir begitu saja melainkan ada proses yang melahirkan konsep perencanaan.
Filsafat dipahami sebagai sebuah proses olah fikir manusia dalam memahami fenomena dan peristiwa yang
terjadi di bumi ini. Cara orang berpikir atau berfilsafat itu yang selanjutnya melahirkan faham-faham
filsafat, yang terus berkembang seiring dengan peradaban dan dinamisasi manusia. Dalam perkembangan
filsafat terdapat beragam aliran, yang diantaranya aliran idealisme, empirisme, rasionalisme, materialisme,
sintesis dan lain sebagainya.
Dalam memahami konsep perencanaan penulis menggunakan dua faham filsafat yaitu rasionalisme dan
empirisme. Seperti yang dikemukakan Usman (2004:53) untuk memahami perencanaan paling tidak dapat
digunakan empat aliran filsafat yaitu rasionalisme, empirisme, sintesis dan pengembangan organisasi. Dua
aliran yang menarik untuk dibahas dalam memahami perencanaan yaitu rasionalisme dan empirisme.
Sebuah ilustrasi yang dapat menggambarkan pertentangan diantara kedua aliran tersebut adalah untuk
mengetahui jumlah gigi keledai menurut aliran empiris buka saja mulutnya dan hitung berapa jumlahnya,
namun menurut rasionalisme tidak demikian, apakah semua keledai giginya sama dan mungkinkah kita
menghitung gigi keledai dari jutaan keledai yang ada di dunia. Untuk mengurai pertentangan tersebut
berikut dibahas aliran filsafat empirisme dan rasionalisme.
1. Filsafat Empirisme
Empirisme merupakan sebuah aliran filsafat yang menekankan kepada peristiwa dan pengalaman
yang dialami. Ajaran empirisme menekankan bahwa segala sesuatu dapat diketahui atau disebut kebenaran
jika dapat dialami atau melalui pengalaman. Dengan kata lain, manusia harus mengalami dahulu sesuatu,
baru sesuatu itu dikatakan kebenaran. Pendiri dari filsafat ini adalah John Locke. Para tokoh empirisisme
lainnya adalah David Hume, Ludwig A. Feuerbach dan lain sebagainya. Empirisme berasal dari kata
Yunani yaitu “empiris” yang berarti pengalaman inderawi. Oleh karena itu empirisme dinisbatkan kepada
faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang dimaksudkan dengannya
adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut
pribadi manusia (Revida, 2003:3).
John Locke sebagai salah seorang tokoh aliran empirisme mengemukakan sebuah teorinya bahwa
zat fisik itu ada serta memiliki sifat primer yang menciptakan kualitas sekunder dalam diri kita. Sementara
itu filsafat Harbert Spencer berpusat pada teori evolusi. Menurut Harbert Spencer segala sesuatu yang ada
di dunia ini dapat diibaratkan sebuah mesin dengan sistem-sistemnya yang dinamis. Berkembang dari hal
sederhana menjadi hal yang kompleks inspirasi dari kuman yang bersel satu yang merupakan awal
kehidupan di bumi. Kemudian sel tersebut berubah menjadi mahluk yang bersel lebih dari satu dan ahirnya
menjadi mahkluk-mahkluk lain yang rumit dan komplek. Dalam teori pengenalan Humme mengajarkan
bahwa manusia tidak membawa pengetahuan bawaan ke dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah
pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal yaitu kesan-kesan (impression) dan pengertian-pengertian
atau ide-ide (ideas).
Ketiga tokoh tersebut menggambarkan bahwa kebenaran dapat diperoleh dari hasil pengindraan
manusia terhadap sesuatu objek, pengalaman yang berulang menghasilkan sebuah kesepahaman
kolektivitas hingga melahirkan kebenaran umum yang diyakini bersama. Kebenaran bersama tersebut
selanjutnya dijadikan dasar dalam mengambil keputusan dan kesepakatan bersama. Dalam memutuskan
sesuatu pengikut aliran empirisme melakukannya dengan mempelajari sesuatu yang telah terjadi dan hal-
hal yang sudah dilakukan sebelumnya.
Dalam konteks perencanaan, aliran empirisme memberikan dasar bahwa dalam memutuskan
sesuatu perlu dipelajari terlebih dahulu apa yang telah dilakukan sebelumnya dan pengalaman yang telah
dilalui lembaga atau individu lain. Usman (2003:53) membagi teori perencanaan empirisme ke dalam dua
kategori yaitu aliran yang memutuskan perhatian pada aspek politik dan realitas ekonomi dan aliran yang
memfokuskan pada politik pembangunan kota. Pembagian tersebut menegaskan bahwa penetapan
perencanaan menggunakan parameter yang jelas seperti halnya alat ukur yang digunakan dalam bidang
ekonomi. Sementara itu aspek politik pembangunan kota mengindikasikan bahwa perencanaan bersifat
progress, memperhatikan perkembangan dari satu periode ke periode lainnya. Hal yang belum dicapai pada
periode sebelumnya menjadi dasar dalam merencanakan kegiatan atau program pada periode selanjutnya.
2. Filsafat Rasionalisme
Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad ke XVIII. Para
tokoh yang mengagas aliran ini adalah Rene Descartes (1596 -1650), Nicholas Malerbranche (1638 -1775),
B. De Spinoza (1632 -1677 M), G.W.Leibniz (1946-1716), Christian Wolff (1679 -1754), Blaise Pascal
(1623 -1662 M). Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-
ide yang masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki (Revida, 2003:4).
Aliran filsafat rasionalisme sangat mengagungkan rasio atau hasil pikir, sesuatu dianggap benar
apabila dapat diterima oleh akal. Selain kebenaran hasil pikir manusia dianggap bukan sesuatu kebenaran.
Para tokoh aliran ini menolak doktrin gereja sebagai kebenaran hakiki, dan menganggap agama sebagai alat
untuk mendapatkan kebenaran.
Pandangan filsafat rasionalisme yang mengetengahkan rasio hasil pikir manusia menginspirasi para
perencana bahwa untuk membuat suatu keputusan harus didasarkan kepada pemikiran causalitas (penyebab
dan yang disebabkan) sehingga semua pihak dapat menerima keputusan yang diambil. Menurut Usman
(2004:53) perencanaan dalam pandangan rasionalisme dipandang sebagai suatu bentuk pengambilan
keputusan, suatu proses yang mengikuti langkah-langkah prosedural dalam pengambilan keputusan.
Penjelasan tersebut menggambarkan bahwa perencanaan merupakan sejumlah keputusan yang ditetapkan
secara bersama atas hasil pikir, rasio anggota organisasi, dan telah disepakati sebagai sesuatu yang dianggap
benar.
Perencanaan dalam pandangan rasionalisme bersifat on the table planning artinya rencana disusun
dengan mengandalkan hasil pikir perencana dengan timbangan rasio. Kelemahan dari pendekatan ini adalah
sesuatu yang dianggap rasional oleh para perencana belum tentu dibutuhkan atau sesuai dengan harapan
masyarakat. Sehingga dalam tataran praktis penggunaan pendekatan perencanaan ini perlu didukung
dengan data dan fakta. Perencanaan berdasarkan filsafat rasionalisme merupakan cikal bakal lahirnya
pendekatan perencanaan yang berorientasi pada kemajuan atau kesejahteraan stakeholders. Model
perencanaan rasionalisme biasanya diawali dengan pertanyaan 5W + 1 H (what, why, when, whom, where
dan how). Sehingga sesuatu yang diputuskan benar-benar dapat diyakini sebagai sesuatu yang dibutuhkan
dan dapat dilaksanakan. Pandangan aliran filsafat ini dipahami penulis sebagai cikal bakal lahirnya
pandangan perencanaan inkremental dan perencanaan strategis yang berorientasi mengatasi masalah dan
mencapai suatu tujuan.
Proses Perencanaan

Proses perencanaan atau planning adalah bagian dari daur kegiatan manajemen yang terutama
berhubungan dengan pengambilan keputusan (decision making) untuk masa depan, baik jangka panjang
maupun jangka pendek, sehubungan dengan pokok pertanyaan: apa, siapa, bagaimana, kapan, di mana, dan
berapa, baik sehubungan dengan lembaga yang dimanajemeni maupun usaha-usahanya.

Proses perencanaan dapat dilaksanakan menyeluruh, misalnya dalam perencanaan korporat,


perencanaan strategis, atau perencanaan jangka panjang. Bisa juga dilakukan per divisi atau unit bisnis
stategis menjadi rencana divisi atau anak perusahaan tertentu di dalam suatu korporasi yang lebih besar.
Bisa juga dilakukan per fungsi baik di dalam korporasi, di dalam divisi maupun unit bisnis individual,
misalnya rencana fungsi pemasaran, rencana fungsi keuangan, rencana fungsi produksi dan distribusi, dan
rencana fungsi personalia. Bagaimanapun lingkup perencanaan yang dilakukan, pokok pertanyaan yang
dipikirkan sama saja: apa, siapa, bagaimana, kapan, di mana, dan berapa. Perbedaannya menyangkut
metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu

Karakter atau Pendekatan Dasar Proses Perencanaan

 Dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan ini mendesak bagian bawah bekerja sesuai
kemauan atasan di dalam perencanaan tanpa memedulikan situasi nyata bagian bawah. Waktu
perencanaan bisa sangat pendek, tetapi ada banyak hal yang terlewatkan karena sempitnya
forum informasi dan komunikasi. Biasanya menimbulkan kepatuhan yang terpaksa namun
untuk sementara waktu efektif.
 Dari bawah ke atas (bottom-up). Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak
sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah keputusan
mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan komitmen sepenuhnya untuk
melaksanakannya. Kelemahannya memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk perencanaan.
Diperlukan pengembangan budaya perusahaan yang sesuai.

Unsur-unsur Proses Perencanaan


Beberapa unsur di bawah ini terdapat dalam proses perencanaan manapun, kendati lingkup dan
metodenya berbeda. Bisa luas, bisa kecil. Bisa kompleks, bisa sederhana. Walau demikian baik jika dikenali
dengan lebih jelas.
1. Audit Situasi
Audit situasi dilaksanakan dengan memeriksa data prestasi beberapa masa yang
lalu. Prinsipnya adalah untuk mendapatkan informasi pengenalan diri sendiri saat ini di sini
dengan segala dimensinya: apa, siapa, mengapa, untuk apa, di mana, bagaimana, berapa?
Mendaftar berbagai aspek kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) internal yang
diketahui.
Selanjutnya teknik forecasting secara statistik biasanya digunakan untuk melihat
ekstapolasi kecenderungan data ke masa depan dalam situasi konstan seperti pada masa
lalu. Tetapi situasi tidak akan tetap sama karena adanya perubahan. Perubahan-perubahan
masa depan diantisipasi dengan berbagai teknik riset masa depan.
2. Riset Masa Depan
Adalah usaha untuk memperkirakan situasi lingkungan eksternal masa depan yang
akan dihadapi. Tujuan riset masa depan (future research) adalah mengenali dan
mempertimbangkan dampak dari kecenderungan perkembangan faktor-faktor dalam
ekonomi makro, bidang industri atau jasa, politik, perubahan sosial, teknologi, budaya dan
gaya hidup masyarakat, keamanan dan lain sebagainya, apakah positif ataukah negatif.
Juga diperkirakan situasi persaingan. Apa yang akan dikerjakan pemain dan pesaing lama?
Berapa banyak pemain dan pesaing baru akan terjun di lapangan (pasar)? Dampak positif
berarti peluang (opportunities) bagi pengembangan karya yang perlu ditangkap dan
dimanfaatkan. Dampak negatif berarti ancaman (threats), hambatan atau kendala bagi
kemajuan. Maka perlu diatasi.
3. Asumsi-asumsi
Gabungan audit situasi (internal) dan riset masa depan (eksternal) yang dipadukan
dengan melakukan metode Analisis SWOT menghasilkan asumsi-asumsi atau pengandaian
situasi atas berbagai faktor variabel. Data basis yang diperoleh di sini seolah-olah siap
memberi penjelasan pada setiap pertanyaan: mengapa.
4. Policy atau kebijakan
Perumusan policy atau kebijakan dasar dimaksudkan sebagai garis pedoman
mengenai apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam rangka
pencapaian tujuan, sasaran, target. Ini memberi warna dasar pada semua rencana usaha,
misalnya orientasi pada kepuasan konsumen yang harus dipertimbangkan di dalam semua
rencana strategi dan taktis.
5. Rencana Strategi
Garis besar ketentuan mengenai bidang-bidang utama mengenai pengembangan
bisnis dan organisasi, pembaruan dan pengembangan produk, strategi persaingan dan
pemasaran, strategi keuangan, strategi investasi prasarana dan sarana, strategi produksi dan
strategi sumber daya manusia.
6. Keunggulan Strategis
Perencanaan yang dengan jelas merumuskan hal-hal berikut dikatakan sudah
mempunyai potensi keunggulan strategis:
 Visi
 Strategi
 Taktik
 Implementasi
 Operasi
 Komitmen Pada Rencana

Peninjauan Ulang Rencana-rencana


Situasi bisa menyebabkan perubahan bahkan pembongkaran rencana dan memutar daur proses perencanaan
berikutnya. Untuk itu diperlukan kepekaan pada situasi dan dampaknya (sensibilitas) dengan selalu
mengadakan audit situasi dalam kurun tertentu (kuartal atau semester) dan fleksibilitas dalam arti kesediaan
untuk berubah di setiap jajaran.
Daftar Pustaka
https://ekafebriani.wordpress.com/2011/12/22/filsafat-perencanaan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Proses_perencanaan

1. Leslie Rue & Phyllis Holland, 1989, Strategic Management, Concepts and Experiences. McGraw
Hill. ISBN 0-07-054308-9
2. Michael Porter, 1980, Competitive strategy. Techniques for Analyzing Industries and
Competitors. The Free Press. ISBN 0-02-925360-8
3. Kenneth Primozic, Edward Primozic dan Joe Leben (1991): Strategic Choices: Supremacy,
Survival or Sayonara. McGrawHill.
4. Henry Mintzberg, James Brian Quinn, 1991, The Strategy Process. Concepts, Contexts, Cases.
Prentice-Hall. ISBN 0-13-851916-1
5. James Cortada, 1993, TQM for Sales and Marketing Management. McGraw Hill. ISBN 0-07-
023752-2

Anda mungkin juga menyukai