Anda di halaman 1dari 35

Pendidikan

Shalat Anak
Ditinjau dari Psikologi Islam

Agustus
2022 5
Edisi
Follow Sosial
Media Kami:
ebook
ekslusif
langsung klik aja!

Akad
1. E-book ini hanya untuk pelanggan yang mendaftar. Tidak boleh
dibagikan bebas kecuali kepada anggota keluarga inti (suami,
istri, anak)
2. Tulisan dalam e-book ini adalah hak cipta Rumahabit. Dilarang
melakukan plagiasi atau memperbanyak isi baik sebagian atau
seluruhnya, selain melakukan sitasi dengan menyebutkan
sumber
Pendidikan Shalat Anak

Pendidikan
Shalat Anak
Ditinjau dari Psikologi Islam
Bagaimana cara yang tepat mendidik anak
untuk shalat?

Sebagai orang tua, kita pasti pernah memikirkan


pertanyaan tersebut di atas.
Sejatinya Islam telah memberikan petunjuk
pendidikan shalat yang sangat mudah dan
sederhana. Setiap orang tua muslim yang
berkeinginan menjadikan shalat sebagai pondasi
keimanan keluarga pasti bisa melakukannya.

Islam membagi pendidikan shalat menjadi tiga


tahapan. Setiap tahapan memiliki fokusnya
masing-masing. Menariknya, ilmu sains modern
saat ini juga telah membuktikan kebenaran
metode pendidikan shalat yang telah diajarkan
Islam sejak sekitar 1400 tahun yang lalu.

Yuk kita pelajari bagaimana Islam memandu


orang tua dalam mendidik shalat anak-anaknya,
didukung dengan penelitian dari bidang psikologi

1 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Usia 0 sampai 6 tahun:


Memerintahkan/Mengajak Shalat

Pada tahapan ini tugas orang tua dalam mendidik


anak untuk shalat sangatlah sederhana:
mengajak dan mencontohkan. Terkadang orang
tua hanya mengerjakan salah satunya saja.
Mengajak atau memerintahkan secara lisan
kepada anak untuk shalat, namun tidak
mengikutkan anak secara langsung dalam
kegiatan shalat sehari-hari. Shalat seakan
menjadi “ritual” pribadi yang tidak boleh
terganggu oleh anak-anak.

Sebaliknya, orang tua mencontohkan atau


memperlihatkan kegiatan shalat kepada anak-
anak, namun tidak mengajak atau
memerintahkannya. Membiarkan mereka tetap
bermain di luar rumah saat waktu azan tiba,
membiarkan televisi tetap hidup, atau bahkan
membiarkan semuanya masih sibuk dengan
aktivitas masing-masing meski pun telah
terdengar sayup suara azan.

2 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Sejak anak sudah mampu melihat apa yang


dilakukan orang tuanya, maka perlihatkanlah
bagaimana Anda shalat di depan anak-anak. Saat
anak sudah bisa berbicara dan berkomunikasi
dengan Anda, maka ucapkanlah ajakan shalat
secara lisan.

Dalam satu hadis (dhaif) disebutkan Rasulullah


Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda,

“Apabila seorang anak dapat membedakan mana


kanan dan kiri, maka perintahkanlah dia untuk
mengerjakan shalat,”

Tuntunan Islam ini telah dibuktikan kebenarannya


dalam keilmuan psikologi. Berdasarkan
perkembangan, pendidikan yang menekankan
pada membiasakan perilaku adalah metode yang
paling efektif diterapkan untuk anak di rentang
usia 0-6 tahun.

Hal ini dikarenakan pada rentang usia tersebut,


anak membentuk perilakunya melalui apa yang ia
dengarkan dan lihat dari orang-orang yang
mereka percaya, terutama orang tua.

3 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Pada rentang usia tersebut, kemampuan


kecerdasan (kognitif) belum berkembang optimal,
sehingga mereka masih sulit untuk memahami
instruksi yang banyak dan bertingkat-tingkat.

Umumnya anak usia 2-3 tahun bisa mengikuti 1-2


instruksi berurutan, sedangkan 4 tahun ke atas
bisa mengikuti 3-5 instruksi berurutan, namun
dengan banyak pengulangan. Sementara seperti
yang kita ketahui, aktivitas shalat tersusun dari
rukun-rukun yang banyak dan berurutan. Karena
itu, sangat wajar jika anak belum mampu
mengikuti shalat dengan sempurna.

Anak di rentang usia ini belajar dari pembentukan


kebiasaan. Jadi fokus utamanya adalah
membentuk kebiasaan shalat. Bukan memberikan
pemahaman shalat seperti; kalau shalat akan
masuk surga, shalat mendapat pahala,
mendatangkan rezeki, dan lainnya.

Namun jangan sampai salah memahami. Bukan


tidak boleh memberikan pemahaman shalat
kepada anak. Tentu saja kita perlu terus
mengajarkan secara lisan tentang keutamaan
shalat.
4 e-book Rumahabit Edisi 5
Pendidikan Shalat Anak

Namun, jangan terkejut jika mereka masih sulit


memahaminya karena pola pikir sebab-akibat
baru benar-benar berkembang secara optimal di
usia 7-8 tahun.

Fokusnya adalah bagaimana agar anak-anak kita


secara fisik terbiasa melakukan aktivitas shalat.
Terlepas dari apakah mereka mampu:
Melakukan rukun shalat dengan benar
Melakukan shalat dengan tenang
Mengikuti shalat 5 waktu secara disiplin

Jika pun anak-anak mampu melakukan ketiga poin


tersebut di atas, maka itu adalah karunia Allah
yang patut kita syukuri. Jika tidak, maka memang
seperti itulah kemampuan anak-anak di rentang
usia tersebut. Ditambah lagi, memang belum ada
kewajiban menunaikan shalat pada anak-anak
kita.

Karena itu, memaksakan anak-anak untuk


menunaikan shalat dengan sempurna dan tertib di
rentang usia ini bukanlah hal yang wajib dicapai.
Sebab itu artinya kita seperti memaksa pohon
mangga untuk bisa berbuah dalam 7 hari.

5 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Tentu tidak bisa, karena ia butuh waktu untuk


tumbuh dan berkembang, lalu menghasilkan buah
yang bermanfaat.

Selain itu, terlalu memaksa anak melakukan


sesuatu sangat mungkin membuat mereka berada
dalam emosi negatif. Ketika anak berada dalam
kondisi emosi negatif, sulit bagi mereka untuk
memahami sesuatu dengan baik. Sebagaimana
saat kita tertekan, lelah, stres, marah, atau sedih,
sulit bagi kita untuk berpikir secara jernih
menghadapi persoalan.

Bagi anak-anak, harus melakukan shalat


sementara mereka ingin bermain adalah suatu
persoalan. Ditambah lagi, terkait dengan
perkembangan moral, anak belum mampu
memahami dengan baik nilai “benar-salah”
termasuk pemahaman akan “pahala-dosa”.

Anak bisa membedakan mana yang baik dan


buruk berdasarkan kebiasaan perlakuan orang
tua kepada mereka. Karena itulah, menjadikan
meninggalkan shalat sebagai kebiasaan yang
baik pun bisa dibentuk. Namun, apakah itu yang
kita harapkan?
6 e-book Rumahabit Edisi 5
Pendidikan Shalat Anak

Memastikan anak-anak kita merasakan


pengalaman yang menyenangkan dalam aktivitas
shalat adalah ikhtiar yang insyaa Allah tidak sia-
sia. Karena sesuai dengan kemampuan anak.

Maka dari itu, sekali lagi, fokus pada rentang usia


ini sangatlah sederhana: mengajak dan
mencontohkan shalat kepada anak-anak.

Usia 7 sampai 9 Tahun:


Mengajarkan Shalat

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda,

“Perintahkanlah anak kecil untuk shalat apabila


sudah berusia tujuh tahun. Apabila sudah
mencapai usia sepuluh tahun, maka pukullah
untuk shalat.” Hadis Riwayat Abu Dawud

Hadis di atas memberikan tuntunan yang sangat


jelas untuk setiap orang tua. Yang dimaksud dari
“perintahkanlah” adalah mulai memberikan
pengajaran.

7 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Jika di tahapan usia sebelumnya orang tua fokus


mengajak dan mencontohkan, maka di tahapan ini
bertambah menjadi mengajak, mencontohkan,
mengajarkan. Apa saja yang perlu diajarkan?
yaitu:
Rukun shalat
Kewajiban-kewajiban dalam shalat
Pembatal dalam shalat

Berdasarkan psikologi perkembangan anak,


rentang usia 7-9 tahun dikenali sebagai periode
belajar. Kemampuan motorik, kognitif, bahasa,
sosial dan emosional anak sudah berkembang
baik meskipun belum mencapai puncaknya. Di
rentang ini anak-anak sudah lebih baik mengelola
emosinya. Mereka sudah terbiasa dengan
membaca dan menulis. Mereka tidak memiliki
batasan dalam komunikasi.

Selain itu, kemampuan kognitif anak sudah


memampukan mereka untuk belajar dalam
rentang waktu yang lebih panjang, mengerti lebih
dari 5 instruksi, serta kemampuan memori (daya
ingat) yang baik. Karena itulah anak-anak di usia
ini bisa mengikuti proses belajar bermacam
pelajaran di sekolah.
8 e-book Rumahabit Edisi 5
Pendidikan Shalat Anak

Termasuk memahami rukun, wajib-sunnah dan


aturan-aturan yang membatalkan shalat, anak
sudah memiliki kecerdasan yang cukup untuk
memahami ini. Meskipun masih belum ada
kewajiban untuk menunaikan shalat, namun di
rentang usia ini, sangat tepat jika orang tua
mulai memberikan pengajaran yang
terstruktur tentang shalat.

Salah satu kesalahan yang sering terjadi di


rentang usia ini yaitu orang tua banyak
menyerahkan pengajaran shalat kepada guru di
sekolah. Tentu saja hal tersebut boleh dilakukan,
namun peran utama pengajaran shalat ada pada
orang tua.

Yang sering terjadi, orang tua minim sekali


memberikan pengajaran yang terstruktur kepada
anak, namun berharap anak bisa disiplin
menjalankan shalat. Padahal anak-anak kita
belum memahami dengan baik tentang shalat
yang benar, bagaimana wudhunya, bagaimana
berpakaian, bacaan, gerakan, pembatal dan hal-
hal lainnya yang sesuai sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alayhi wa Sallam.

9 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Alhasil, orang tua cenderung memberikan beban


yang kurang tepat kepada anak. Sebagaimana
kita meminta seseorang memasak nasi goreng
yang enak, namun belum diajari bagaimana
membuat nasi goreng yang enak. Lebih parahnya,
kita menghukum ketidakmampuan mereka
membuat nasi goreng yang enak. Padahal
ketidakmampuan tersebut bersumber dari belum
adanya pengajaran yang kita berikan.

Orang tua perlu menunaikan dulu kewajiban


memberikan pengajaran shalat kepada anak.
Baru setelahnya, kita mengingatkan dan
mengajak mereka untuk disiplin menjalankannya

Untuk dapat sukses mengajarkan shalat kepada


anak-anak bukanlah sesuatu yang sulit. Orang
tua hanya perlu melakukan beberapa langkah
penting berikut:

Pelajari rukun thaharah (bersuci) dan shalat


Bagilah rukun-rukun tersebut menjadi
beberapa kelompok yang terdiri dari kurang
lebih 5-7 instruksi. Catatlah ke dalam buku
catatan Anda

10 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Buatlah jadwal belajar sederhana untuk


mengajarkan rukun-rukun tersebut sekurang-
kurangnya satu kali setiap pekan
Berikan waktu kepada anak untuk latihan
menerapkannya selama satu pekan. Amati
setiap hari sambil pelan-pelan memperbaiki
Setelah merasa anak cukup mampu
melakukannya dengan baik - tidak harus
sempurna - maka masuklah ke agenda belajar
selanjutnya
Evaluasi kemampuan anak. Jika anak dapat
memahami dengan cepat, maka persingkat
jadwal belajar menjadi dua kelompok rukun
per pekan. Jika anak masih kesulitan, maka
jangan ragu untuk memperlambat jadwal
belajar, memberikan anak ruang untuk latihan
menerapkan selama 2 pekan atau bahkan
lebih
Tidak perlu terburu-buru karena Anda
memiliki waktu selama kurang lebih 3 tahun
(7-9 tahun) untuk terus mengajarkan shalat
kepada anak-anak

11 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Jadilah fleksibel, terus sesuaikan rencana


belajar Anda berdasarkan kemampuan anak
dan kepadatan rutinitas sehari-hari. Tidak
perlu terlalu kaku dalam penerapannya. Sekali
waktu dilonggarkan karena ada kesibukan
tidaklah mengapa.
Terus terapkan metode ini untuk bagian
lainnya dari shalat yaitu mengajarkan
kewajiban shalat, sunnah shalat, pembatal
shalat.

Kuncinya adalah selalu membagi materi Anda


menjadi 5-7 poin/instruksi saja. Contohnya, dari
banyaknya hal-hal yang disunnahkan dalam
shalat, cukup ajarkan anak 5 poin dulu saja
seperti: menggunakan pakaian yang baik,
membaca doa iftitah yang baik, melakukannya di
awal waktu, melakukannya di masjid, dan berdoa
setelah shalat.

5 sampai 7 instruksi adalah angka optimal


berdasarkan kemampuan kognitif rata-rata anak.
Selain itu, anak-anak di rentang usia ini sangat
menyukai jika dipuji karena melakukan sesuatu
tugas dengan baik.

12 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Sebagian besar anak di rentang usia ini akan


berusaha menunaikan dengan baik jika diberikan
tanggung jawab. Karena itu, jangan ragu untuk
menyebutkan hal-hal kecil yang sudah berhasil
dilakukan anak sebagai pujian. Contohnya dari 5
poin sunnah shalat yang tadi diajarkan, saat anak
terlihat berusaha langsung bersiap shalat begitu
azan terdengar, maka jangan ragu untuk
memujinya, memberikan elusan di kepala,
melakukan tos, mengucapkan alhamdulillah dan
berbagai bentuk penghargaan lainnya.

Tidak perlu memberikan penghargaan dalam


bentuk hadiah barang. Tidak perlu juga
menjanjikannya. Jika ingin, orang tua boleh
memberikan hadiah sewaktu-waktu, khususnya
saat anak sudah mampu mengikuti pengajaran
shalat dalam waktu tertentu, misalnya setelah
satu atau dua bulan. Tidak perlu berlebihan,
namun usahakan sebagai sesuatu yang ia sukai.
Ingat, kunci di periode ini adalah:
Mengajarkan shalat
Mengajak shalat
Mengingatkan untuk shalat
Lakukanlah secara konsisten hingga memasuki
usia 10 tahun
13 e-book Rumahabit Edisi 5
Pendidikan Shalat Anak

Usia 10 Tahun: Menerapkan Aturan

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda,

“Perintahkanlah anak kecil untuk shalat apabila


sudah berusia tujuh tahun. Apabila sudah
mencapai usia sepuluh tahun, maka pukullah
untuk shalat.” Hadis Riwayat Abu Dawud

Hadis di atas menyebutkan secara jelas tentang


“Apabila sudah mencapai usia sepuluh tahun,
maka pukullah untuk shalat.” Apa yang dimaksud
dari “pukullah” di sini?

Memukul dalam hadis ini menunjukkan perlunya


ada aturan dan ketegasan sikap orang tua dalam
mendidik shalat kepada anak. Jika pada tahap
pertama fokusnya adalah membiasakan, lalu
tahap kedua fokusnya adalah mengajarkan, di
tahap ketiga ini idealnya anak sudah mengetahui
sebagian besar yang perlu diketahui untuk bisa
menunaikan shalat dengan baik sesuai sunnah.
Bersamaan dengan itu, maka tidak ada lagi
alasan karena “belum terbiasa” atau “belum
paham cara shalat yang benar”.

14 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Saat inilah anak bisa diajak untuk melatih disiplin


dengan mengikuti aturan.

Ada alasan lainnya yang juga sangat penting


terkait membiasakan aturan pada usia sepuluh
tahun, yaitu karena semakin dekatnya anak
kepada periode dewasa, pubertas atau baligh.
Pada umumnya periode pubertas terjadi di usia 12
tahun. Sebagian anak lebih cepat dari itu. Dalam
Islam, periode ini sangatlah penting karena
membedakan antara individu sebagai anak-anak
dan seorang dewasa. Anak yang baligh berarti
telah terlepas dari pengecualian kewajiban dan
larangan dalam Islam. Artinya mereka telah
bertanggung jawab penuh terhadap dirinya
sendiri, khususnya dalam menunaikan pondasi
Islam: shalat.

Sebagian orang tua cenderung menyikapi fase


transisi ini sebagai sesuatu yang biasa saja. Saat
anak mengalami menstruasi atau mimpi basah,
barulah orang tua mulai memerintahkan anak
untuk tidak meninggalkan shalat. Padahal, gejala
fisik yang dialami anak hanyalah sebagian kecil
dari proses menuju dewasa.

15 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Kesiapan anak secara psikologis-lah yang


menjadi tantangan utamanya.

Islam memahami pentingnya fase transisi dari


anak menuju dewasa ini. Untuk itulah Rasulullah
Shallallahu ‘alayhi wa Sallam memberikan
tuntunan agar anak mulai terbiasa dengan aturan
syariat sejak usia 10 tahun. Namun, apakah
pengertian “memukul” pada tahapan ini berarti
harus dengan segera memukul anak jika mereka
meninggalkan shalat?

Untuk dapat memahami ini dengan tepat, kita


perlu memahami tentang tingkatan kesalahan
yang dilakukan pada anak. Islam telah
memberikan tuntutan yang jelas tentang hal ini,
seperti yang dijelaskan dalam Prophetic Parenting
berikut
Kesalahan karena pemahaman. Anak
melakukan kesalahan karena ia memang
belum memahami. Kesalahan ini jika terjadi
pada anak usia pra sekolah, maka sesuatu
yang wajar. Jika terjadi pada anak usia 10
tahun, maka tugas orang tua adalah
memberikan pemahaman melalui pengajaran
terlebih dulu.
16 e-book Rumahabit Edisi 5
Pendidikan Shalat Anak

Bukan langsung memberikan hukuman. Karena


menghukum anak atas sesuatu yang tidak mereka
ketahui tidaklah adil
Kesalahan dalam aplikasi. Saat orang tua
mendidik anak shalat, tentu saja mereka
masih banyak salah dalam
mengaplikasikannya. Mungkin orang tua telah
mendidik cara rukuk dengan benar, namun
anak masih perlu belajar untuk
menyempurnakan rukuk dan bacaannya.
Yang diperlukan dalam tahapan ini adalah
terus mengajak anak untuk melatih dan
mengulangi shalatnya setiap hari.
Kesalahan yang disengaja. Anak sudah
memahami rukun shalat, sudah mampu
mempraktikkannya dengan benar, namun
mereka dengan sadar dan sengaja
melalaikannya. Inilah bentuk kesalahan yang
berhak untuk diingatkan secara tegas hingga
memberi pukulan. Bentuk kesalahan seperti
inilah yang perlu disikapi dengan tegas oleh
orang tua pada usia anak 10 tahun. Hal ini
karena anak yang melalaikan perintah Allah di
usia ini, mereka secara perlahan telah
dipengaruhi oleh syaitan.

17 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Maka kita perlu terus berulang-ulang mengajak


dan memerintahkan anak untuk shalat.

Meskipun orang tua boleh memukul anak, bukan


berarti orang tua boleh berlaku zalim pada anak.
Islam memberikan tuntunan yang jelas dalam hal
memukul anak sebagai berikut:
Menjewer daun telinga adalah bentuk
pukulan yang pertama
Memukul tidak lebih dari 10 kali
Memukul tidak boleh pada satu tempat yang
sama
Tidak boleh menggunakan alat yang sangat
keras atau sangat lunak
Harus ada jeda antara pukulan
Pemukul tidak boleh mengangkat lengannya
terlalu tinggi sehingga pukulannya terlalu
keras
Tidak boleh memukul kepala, wajah, pantat
dan kemaluan. Diprioritaskan pada bagian
kaki atau telapak tangan
Harus berhenti memukul jika anak
menyebutkan nama Allah

18 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Batasan-batasan ini sangatlah penting dipahami


orang tua. Karena batasan ini yang
membedakan antara pukulan untuk mendidik
dengan pukulan untuk menyakiti. Jika orang tua
berlebihan dalam memukul anak, apalagi disertai
ekspresi kemarahan yang berlebihan, tujuan
mendidik dari hukuman jadi tidak tercapai. Justru
anak akan semakin buruk sikapnya terhadap
perintah Allah.

Sungguh lengkap tuntunan yang telah diajarkan


dalam Islam. Lebih luar biasa lagi, ilmu
pengetahuan psikologi membuktikan
kebenarannya. Berdasarkan psikologi
perkembangan anak, usia 10 tahun ditandai
dengan baiknya kemampuan kognitif, bahasa,
sosial dan emosional mereka. Anak-anak di usia ini
telah bisa berinteraksi seperti orang dewasa. Satu
tanda kecerdasan di usia ini adalah anak sudah
memahami nilai-nilai baik dan buruk. Mereka
sudah memahami tentang nilai moral dan norma
umum yang berlaku. Mereka menyadari bahwa
ada aturan dalam agama dan masyarakat yang
perlu kita taati agar tercipta kebaikan.

19 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Dengan kemampuan kecerdasan seperti itu, anak


sejatinya sudah siap membiasakan diri terhadap
aturan-aturan. Tidak hanya aturan tentang
shalat, namun aturan lainnya yang boleh
diterapkan seperti tentang kemandirian,
mengurus pekerjaan rumah, aturan di sekolah dan
lainnya.

Namun satu hal penting yang harus diperhatikan


orang tua, pada rentang usia ini anak-anak sudah
memiliki kemampuan bahasa yang baik. Hikmah
dari ciri perkembangan ini adalah orang tua perlu
lebih banyak melatih aturan lewat diskusi yang
baik. Orang tua perlu membiasakan diri
membangun komunikasi yang baik kepada anak.
Orang tua perlu melatih diri untuk mendengarkan
anak. Kenapa?

Karena di tahapan usia ini, tidak hanya hanya


orang tua yang perlu menerapkan aturan; anak
juga memiliki pemikiran dan pendapatnya. Mereka
memiliki akal yang sempurna. Sehingga
menerapkan apa pun dengan cara musyawarah
adalah yang terbaik.

20 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Bukan dengan memberikan perintah satu arah


dan anak tidak boleh memberikan pendapat apa-
apa. Justru dengan musyawarah, orang tua
dalam melatih akal anak, menyempurnakan cara
berpikir mereka untuk memahami perintah dan
larangan Allah.

Karena itu pula, tahapan memberi pengajaran,


mengajak dan mengingatkan adalah langkah
yang harus dilewati terlebih dahulu sebelum anak
berhak menerima pukulan, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya.

Bagaimana Jika Ketiga Tahapan Pendidikan


Shalat Sudah Terlewatkan?
Penting untuk orang tua pahami, tahapan
pendidikan shalat yang telah kita pelajari tidaklah
dapat dilompati begitu saja. Untuk dapat
mencapai kesempurnaan pendidikan shalat, kita
perlu melewati ketiga tahapan: mengajak shalat,
mengajarkan, menerapkan aturan.

Maksudnya, sangat mungkin jika orang tua baru


mencoba menerapkan pendidikan shalat yang
lebih serius saat anak sudah berusia 10 tahun.

21 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Yang berarti ada di tahapan menerapkan aturan.


Namun anak-anak kita belum terbiasa diajak
shalat dan belum memahami rukun shalat secara
benar. Tentu orang tua tidak bisa sekonyong-
konyong langsung memberikan aturan-aturan dan
menghukum anak jika ia tidak shalat.

Meskipun usia anak sudah 10 tahun, maka orang


tua perlu untuk mulai dari tahapan
mengajak/memerintahkan anak untuk shalat, dan
mulai menyusun jadwal pendidikan shalat. Secara
sederhana, orang tua perlu dengan segera
mengejar ketertinggalan tersebut. Namun, karena
aspek perkembangan anak sudah berkembang
baik, maka orang tua bisa mempercepat
prosesnya. Tentu mengajarkan shalat kepada
anak 10 tahun lebih mudah dibandingkan kepada
anak 5 tahun. Orang tua perlu menyempurnakan
tahapan-tahapannya meskipun usia anak tidak
berada di tahapan yang seharusnya.

Pentingnya Pergaulan yang Baik Dengan Anak


Seringkali dalam memberikan pengajaran kepada
anak, tidak hanya shalat, orang tua mengeluh
tentang sulitnya mengajak anak bekerja sama.

22 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Anak-anak sulit untuk menuruti instruksi orang


tua. Alhasil orang tua lebih banyak menggunakan
paksaan dan kemarahan untuk membuat anak
menuruti yang diajarkan.

Inilah pentingnya orang tua bergaul dengan baik


kepada anak. Anak sulit diajak bekerja sama
karena mereka kurang memiliki trust atau rasa
percaya yang kuat kepada orang tuanya. Rasa
percaya yang lemah terjadi karena orang tua
terlalu sering membuat anak berada dalam
kondisi emosi negatif akibat dipaksa dan dimarahi.

Membangun rasa percaya bisa dilakukan dengan


beberapa langkah berikut
Memperbanyak aktivitas bersama anak.
Aktivitas yang ringan dan menyenangkan.
Khususnya aktivitas yang mengandung
komponen kerja sama tim seperti memasak
bersama, berkebun, permainan olahraga,
bersepeda dan lainnya. Orang tua perlu lebih
banyak melebur ke dalam aktivitas yang
disukai anak. Tidak perlu ada tuntutan dan
target dalam aktivitas bersama. Lakukanlah
untuk bersama-sama anak merasakan
kesenangan.
23 e-book Rumahabit Edisi 5
Pendidikan Shalat Anak

Perbanyak bentuk kasih sayang secara fisik.


Psikologi telah membuktikan bahwa kasih
sayang secara fisik berdampak besar
terhadap rasa aman dan nyaman anak
kepada orang tua. Contoh bentuk kasih
sayang fisik adalah memeluk, mengelus
kepala, merangkul, mencium, melakukan tos,
menggendong, memijat, mengacak-acak
rambut dan banyak lagi. Banyak orang tua
meninggalkan kebiasaan ini khususnya saat
anak sudah berusia 5 tahun ke atas, terlebih
oleh para ayah kepada anak laki-laki.
Kecanggungan menjadi alasan. Padahal,
kasih sayang fisik inilah yang menjadi bukti
bahwa tidak ada batasan kepercayaan
antara orang tua dan anak. Orang tua
mempercayai anak, begitupun anak akan
mempercayai orang tua. Saat anak percaya,
maka mereka lebih ingin mendengarkan orang
tua. Mereka lebih bersedia bekerja sama
meski pun harus menjalankan perintah yang
sulit.

24 e-book Rumahabit Edisi 5


Pendidikan Shalat Anak

Semoga Allah memudahkan langkah kita untuk


menjadi orang tua yang pantas mendapatkan
pahala jariyah dari anak-anak yang beriman dan
bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
aamiin.

“Ajarilah diri kalian dan keluarga kalian kebaikan.”


~ Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu

Ditulis oleh:
Alddino G. Rachmadi, S.Psi
Founder & Pengajar @cerdas.emosi
Rumahabit Parenting

Daftar Referensi:
Harlow, H.F. (1958). The nature of love. American Psychologist, 13,
673-685.
Marotz, L.R. & Allen, K.E. (2013). Developmental Profiles: Pre-Birth
through Adolescence. Belmont: Wadsworth
Santrock, J.W. (2011). Child development: an introduction. New York:
McGraw-Hill
Suwaid, M.N.A.H. (2010). Prophetic Parenting Cara Nabi Mendidik
Anak. Yogyakarta: Pro-U Media

25 e-book Rumahabit Edisi 5


kelas
cerdas
emosi

Adakah tanda-tanda
berikut ini pada dirimu?
Mudah cemas, overthinking
Sering menunda kerjaan
Mudah "pelampiasan" ke
smartphone berjam-jam, atau
nonton, atau belanja online, atau
Mudah iri dan dengki
Mudah "ngedumel" terhadap
orang lain
Sulit bicara jujur terbuka kepada
suami/istri
Mudah "down" atau putus asa
Sering merasa rendah diri di
hadapan orang lain
Susah memotivasi diri
Cenderung menyakiti diri sendiri
Mudah merusak barang
Mudah mengucapkan perkataan
"menusuk" kepada orang lain
kelas
cerdas
emosi

Kalau salah satu atau beberapa ciri


tadi kita rasakan, kemungkinan kita
mengalami kesulitan mengelola
emosi

Dan, ya, emosi memang besar dan


luas sekali dampaknya dalam
kehidupan kita

Telah banyak menghambat tumbuh


kembang kita sebagai orang
dewasa. Entah itu sebagai diri
sendiri, sebagai orang tua,
profesional, pelajar, apa pun
perannya

Mungkin, Kelas Cerdas Emosi bisa


jadi komunitas belajar yang tepat
untukmu...
kelas
cerdas
emosi

KELAS CERDAS EMOSI udah


membantu mereka yang tadinya,

Gampang
Menjadi sosok
marah-marah
yang sabar dan
karena hal
penuh pengertian
sepele

Nggak lagi ngomel-ngomel yang


menyakitkan hati orang lain

atas izin Allah


kelas
cerdas
emosi

GIMANA SIH KEGIATAN


BELAJAR & FASILITAS KELAS
CERDAS EMOSI?

1. Kita akan latihan secara


bertahap selama 30 hari lewat
grup WA
2. Ada 5x diskusi langsung lewat
Zoom setiap hari Sabtu pukul
13:00 WIB
3. Bebas tanya-jawab kapan aja
di grup WA
4. Dibimbing langsung oleh Kak
Alddi, konselor psikologi yang
fokus pada parenting dan emosi
5. Boleh mengulang kelas secara
GRATIS bareng alumni
angkatan sebelumnya
6. Teman-teman "galau bersama"
yang seru, hehehe
Pendaftaran Kelas Langsung
Klik Logo WhatsApp
Pendaftaran Kelas Langsung
Klik Logo WhatsApp

Anda mungkin juga menyukai