Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Didalam tubuh manusia pasti mengalami yang namanya proses pertumbuhan, dalam pertumbuhan
tersebut seseorang mengalami tahapan-tapan gerak baik yang terbentuk oleh lingkungan keluarga,
maupun lingkungan pergaulan. Proses pertumbuhan ini merupakan proses yang natural yang ada
pada diri seseorang untuk tumbuh besar didalam kehidupan sehari-hari, seseorang akan mengalami
perubahan gerak yang baik manakala proses yang dilakukan tersebut terbentuk dengan baik, dan
sebaliknya manakala proses gerak dilakukan tidak baik jika seseorang tidak melakukan proses latihan
gerak yang tidak baik.

Tahapan gerak ada proses yang biasa dilalui oleh manusia, jika proses tersebut dilalui melalu latihan
yang baik akan terbentuk keterampilan yang bagus didalam melakukan tahapan gerak yang sesuai
dengan pembagian umur. Keterampilan seseorang dapat dipahami sebagai salah satu indikator
kemahiran atau penguasaan gerak yang dimiliki oleh tubuh untuk melakukan unjuk kerja antara
keterampilan dan berkorelasi dengan ransangan organ tubuh. Tahapan gerak akan terbentuk secara
otomatisasi jika organ tubuh dilakukan melalui serangkaian latihan yang berulang-ulang untuk
membentuk gerak yang terampil, dan mahir. Didalam latihan berulang-ulang tersebut harus
mengikuti proses serangkaian tahapan atau melalui fase pembelajaran gerak tertentu dalam
melakukan aktifitas olahraga.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pembelajaran gerak

Pembelajaran gerak adalah serangkaian proses yang berkaitan dengan latihan atau pembekalan
pengalaman yang akan menyebabkan perubahan dalam kemampuan individu untuk bisa
menampilkan gerak yang terampil (Heri rahyubi, 2014).

Fase kehidupan seseorang pasti mengalami proses pertumbuhan pembentukan gerak, seseorang
dituntut untuk belajar mengunakan gerak melalui latihan dan pembekalan yang didapat melalui
lingkungan yang ada disekitarnya, interaksi pembelajaran gerak yang efektif adalah melalui
rangsangan lingkungan keluarga, dan lingkungan umum. Ranngsangan lingkungan akan memberikan
stimulus yang baik untuk seeorang dalam motivasi diri melakukan latihan, guna membentuk
kompetensi didalam melakukan keterampilan gerak. Kemampuan gerak yang terampil harus dibekali
dengan proses rancangan pembelajaran, yang mahir, dan terampil. Tahap Pembelajaran Motorik
Dalam mempelajari keterampilan motorik menurut Fitts & Possner (1967) menyatakan bahwa
proses belajar ada tiga fase/tahapan pembelajaran yaitu: tahap kognitif (Cognitive phase), tahap
asosiatif (Associative phase) dan tahap otomatisasi (Autonomous phase).

1. Tahap Kognitif (Cognitive phase)

Pada tahap kongnitif ini, akan membentuk tahapan rancangan tugas pembelajaran gerak yang harus
disesuaikan dengan seseorang yang dilibatkan. Pemahaman akan gerak terhadap seseorang
diarahkan pada persoalan seberapa jauh seseorang sudah mengenal keterampilan yang diajarkan.
Berdasarkan pengalaman seseorang tadi, maka tingkat kemampuan gerak dapat dikelompokan
berdasarkan tahapan pembelajaran. Tahapan pembelajaran ini akan membantu dalam menentukan
apa dan bagaimana tugas dapat diberikan untuk ditangkap melalui pola pikir yang baik (kognitif).
Tahap pembelajaran ini merupakan tahap dimana seseorang sedang menerima rangsangan pada
alat-alat reseptornya sebagai masukan bagi system memorinya. Untuk kepentingan perancangan
tugas, Berdasarkan pengenalan tersebut akan terbentuk pengalaman gerak.

Tahap kongnitif pembelajaran gerak dapat dikelompokkan menjadi tiga tahapan rancangan yang
meliputi sebagai berikut:

a. Rangsangan informasi dan memproses informasi

Pada fase rangsangan informasi dan meproses informasi ini, seseorang akan menerima informasi
gerak melalui respon dari gerak yang ditangkap oleh indera seseorang untuk kemudian dilakukan
tahapan proses pengolahan melalui penyaringan informasi positif dan negatif.

Pada dasarnya dalam proses Pembelajaran dasar gerak yang dilakukan oleh seseorang ada tahapan
dasar yang mesti dipahami oleh pendidik/pelatih untuk diimplentasikan ilmu pengetahuannya ke
peserta didik, maupun atletnya yakni bentuk gerak berupa verbal dan kongnitif. Tahapan ini
merupakan tahapan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang baru mengenal keterampilan didalam
aktifitas olahraga, misalnya tahap pembelajaran verbal seorang pendidik dan pelatih
mengintruksikan melalui komunikasi verbal berupa mengerakkan anggota tubuhnya tanpa bersuara,
sehingga informasi ini akan diproses, sedangkan pembelajaran melalui kongnitif (pikiran) diberikan
untuk sebagai rangsangan pengetahuan bagaimana bentuk dan pola gerak melalui penjelasan teori
gerak yang utuh di proses oleh indera yang dimiliki seseorang.

Tahapan Pemahaman Konsep Gerak (Kognitif) Dalam tahap ini juga, pemberian tugas yang
diberikan keseseorang lebih kritis mengenai pembelajaran gerak yang dilakukan sehingga akan
memberikan wawasan baru terhadap hasil tugas tersebut. Contohnya menjelaskan bagaimana posisi
berdiri dalam sikap yang baik, di mana lengan harus disiapkan, kapan gerak harus dimulai, serta ke
mana pandangan harus diarahkan. Sehingga masalah yang dihadapi oleh anak tentang penguasaan
informasi yang berkaitan dengan pola gerak. Pembelajaran tahap gerak perlu difasilitasi bagaiman
cara mempelajari yang inovasi bagi seseorang, sehingga perlu penyampaian informasi yang jelas
yang berkaitan dengan tugas yang diberikan. Baik berupa cara menginstruksikan, demonstrasi,
pemutaran video, mengeksplorasi, sehingga informasi yang disalurkan mampu dirangsang oleh
seseorang melalui pendekatan tahap pembelajran motoric yang ada.

Respon positif informasi yang dominan yang didapatkan peserta didik dan atlet itu bersumber dari
Guru/pelatih yang merencanakan untuk menjelaskan dan mendemonstrasikan ilmu pengetahuan
yang disampaikan, melalui pendekatan yang bermacam-macam yang berdasarkan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern. Hal ini merupakan inovasi pemberian materi yang memungkinkan untuk
seseorang bisa memperkaya ilmu gerak dalam aktifitas sehari-hari. Akan tetapi bekal yang
memumpuni yang dimiliki oleh pendidik/pelatih harus melewati proses yang terpenting dalam
tahap pemberian informasi ke peserta didik/atlet guna dapat terealisasi dengan baik yang sudah
direncanakan. Perencanaan tahapan proses pembelajaran gerak melalui jangka panjang berupa
desaing blue print yang matang, akan memberikan kejelasan informasi yang baik yang dirangsang
oleh peserta didik/atlet yang disampaikan pendidik/pelatih.

Tugas pendidik/pelatih dan peserta didik/atlet sama halnya dengan mata uang yang memiliki sisi dan
fungsi yang berbeda, namun tidak bisah dipisahkan dalam tujuannya yakni sebagai pemberi dan
penerima informasi yang akan diberikan guna untuk mengasah proses latihan yang ada dalam
tahapan pembelajaran gerak. Tugas siswa/atlet memperhatikan, memikirkan, memahami,
menyimak, informasi yang disampaikan baik melalui verbal maupun gerakan yang berupa
pengasahan kongnitif yang di sampaikan oleh pendidik/pelatih.

Peserta didik/atlet merupakan salah satu bagian yang ada di diperencanaan program
pendidik/pelatih, sehingga dengan demikian efek positif dari pembelajaran tersebut mampu
memberikan informasi yang meyakinkan kepada siswa bahwa informasi yang disampaikan
memberikan jaminan bahwa siswa/atlit bisa meningkatkan keterampilan yang didapat, sehingga
siswa juga mersa percasa diri, disiplin, ulet, untuk mengikuti program yang disampaikan oleh
pendidik/pelatih. Perkembangan informasi kepada respon tersebut sebagai bagian tahapan dalam
pembelajaran motorik yang dipelajari oleh Siswa/atlet yang tidak terlepas dari tahapan proses
analisis, seleksi respons, dan desaing respons.

Respons kinetik merupan out-put dari proses system yang dipelajari yang berakselerasi dengan
kecepatan memberikar rangsangan reaksi secepat munkin untuk diberikan keputusan. Untuk
mengimplementasikan respon kinetik dengan efektif, dan efisien perlu di asah potensi yang dimiliki
sehingga memiliki keterampilan yang baik.

b. Tahap Proses pengendalian dan memberikan keputusan

Dari tahapan awal yakni Rangsangan informasi dan memproses informasi sebagai penguat dari
proses pengendalian dan memberikan keputusan pada perilaku didalam tahap pembelajaran
motorik dalam olahraga. Siswa/atlet akan mendapatkan Informasi dan memproses informasi positif
dan negatif yang didapat dari eksternal, dari informasi tersebut seseorang akan
mengimplementasikan gerak yang dominan yang memberikan keuntungan positif pada dirinya dan
orang lain. Sehingga proses tersebut akan melangkah pada proses pengendalian diri terhadap
rangsangan informasi dan memprosesnya dengan pengendalian yang baik, serta dikelola dengan
bagus.

Proses pengendalian tahap pembelajaran motorik merupaan salah satu uji mental yang harus
dilewati dalam melakukan keterampilan, dan latihan. Olahraga yang dilakukan oleh peserta
didik/atlet dengan tujuan agar mentalnya dapat diasah dalam bentuk medan apapun. Pengendalian
diri merupakan salah satu pembentukan karakter seseorang untuk menyikapi maslah dalam
melakukan latihan yang membentuk nilai-nilai percaya diri seseorang (self control).

Setelah mendapatkan percaya diri (self control) peserta didik/atlet akan terangsang hasrat
karakternya melalui proses pemberian keputusan. Keputusan tersebut akan berdampak secara
sistimatis pada bentuk melakukan gerak, pemberian keputusan tersebut sebagai bentuk respon
terhadap informasi yang didapat untuk melaksanakan instruksi pada unjuk kerja yang dilakukan oleh
seseorang. Karena informasi tersebut merupakan salah satu bentuk yang sistematis yang sudah di
rencanakan dengan matang, dan yang meberi informasi juga diyakini sebagai orang yang
berkompetensi pada bidangnya masing-masing. Indikator keyakinan ini merupakan salah satu
pemicu untuk memotivasi diri bahwa sesegera mungkin diberikan keputusan yang bagus sehingga
membuahkan hasil yang sukses yakni keterampilan motorik. Keputusan tersebut akan berdampak
pada perubahan gaya keterampilan yang inovasi manakala melalui proses dan serangkaian latihan
yang diikuti oleh seseorang. Namun dilain sisi keputusan akan memberikan sesuatu masalah yang
buruk terhadapa gerak manakala seseorang tersebut tidak mengikuti serangkaian informasi latihan
yang bagus yang didapat dari orang yang berkompetensi, sehingga akan berdapampak pada suatu
kegagalan gerak yang terampil.

b. Tahapan praktek kerja keterampilan motorik

Tahapan praktek kerja keterampian motorik ini merupakan turunan dari tahapan seseorang
mendapatkan rangsangan informasi, memproses informasi, Tahap Proses pengendalian, dan
memberikan keputusan. Tahapan ini membuktikan pengetahuan gerak yang didapat dari sumber
informasi dari pendidik/pelatih yang memiliki kualitas kompetensi bagus, karena di tahapan ini
siswa/atlet akan melakukan keterampilan motorik guna untuk mengetahui hasil yang maksimal yang
sudah direncanankan oleh pendidik/pelatih. Gerakan-gerakan yang dihasilkan diharapkan mampu
merangsang seseorang untuk melakukan gerak yang terampil melalui serangkaian proses latihan
panjang, komponen-kompenen latihan yang diberikan juga tidak boleh setengah-setengah guna
keterampilan yang dihasilkanpun mampu diukur, diuji, dikembangkan, dihaluskan gerak. Pengasahan
kompetensi keterampilan yang dilakukan seseorang akan maksimal manakala kemampuannya
tersebut diasah secara bertahap, dan berjenjang melalui rancangan program latihan gerak.

Pembelajaran mototik memiliki beberapa intensi yang meliputi perkembangan ranah psikomotor,
ranah kongnitif, dan ranah afektif. Pada ranah psikomotor intensi pembelajaran motorik memuat
dan tujuan utama, yaitu kemampuan bergerak dan kemapuan fisik. Kemampuan bergerak memuat
masing-masing kemampuan lokomotor, kemampuan gerak manipulasi, dan kemapuan gerak
stabilisasi, sedangkan kemampuan fisik memuat masing-masing kesegaran jasmani dan kesegaran
gerak (Heri rahyubi, 2014).

Intensi dalam praktek keterampilan motorik mampu merangsang olah pikir, olah rasa, olah fisik.
Melalui tiga komponen ranah domain yakni, psikomotor, kongnitif, afektif. Didalam praktek
keterampilan gerak olahraga peserta didik/atlet di asah betul pada nilai-nilai keterampilan, sehingga
dari keterampilan tersebut dapat diperoleh nilai-nilai positif yakni perubahan perilaku keterampilan
gerak yang baik.

2. Tahap asosiatif (Associative phase)

Tahapan asosiatif adalah pelajar/atlet mampu memberikan rangsangan yang baik dari informasi
untuk mendeteksi dan memperbaiki gerak yang salah ketika melakukan penampilan (performance).
Seseorang yang melakukan penampilan gerak akan berfokus pada dinamika dan pola keterampilan,
supaya mampu melakukan keterampilan yang halus untuk memperbaiki gerakan. Peserta didik/atlet
melakukan keterampilan gerak untuk menunjukan konsistensi yang lebih efektif dan efisien dalam
melakukan gerak, sehingga terbentuklah keterampilan yang ditargetkan secara sistematis yang
diinginkan berupa gerakan yang lebih halus dari gerakan sebelumnya. Aspek dan pola gerakan yang
terpenting dilakukan seseorang adalah melakukan pengulangan latihan yang konsisten terhadap
gerak-gerak yang dianggap mampu memberikan potensi perubahan dalam aktifitas tahap belajar
gerak.
Dalam tahap asosiatif, ini masalah pemahaman akan gerakan mampu dipecahkan melalui konsisten
latihan, sehingga fokus langkah berikutnya yang dilakukan oleh seseorang yaitu mengorganisasikan
pola gerak yang lebih aktif dan efektif untuk perubahan gerakan yang meniingkat dari gerakan yang
dilakukan sebelumnya. Urgensi dari pembelajaran asosiatif ini adalah dimana proses pemberian
pengetahuan mengenai pemahaman untuk menguasai bentuk dan urutan pola gerak yang
ditampilkan dalam gerak tubuh yang sistimatis.

Proses pemahaman tahap asosiatif kepada seseorang akan memberikan dampak yang baik terhadap
peningkatan keterampilan dari tahap sederhana menuju tahap pola gerak yang maksimal (lebih
rumit). Siswa mulai menunjukkan sikap dan kontrol yang terjaga, disertai keyakinan yang meningkat.
Pembentukan keterampilan melalui konsisten pengontrolan diri akan terbentuk kecepatan gerak
dalam melakukan aktifitas olahraga, karena didalam olahraga tidak akan mungkin membentuk gerak
yang efektif jika tanpa melalui proses latihan yang berulang-ulang dan sikap yang tenang untuk
membentuk gerak yang halus.

Seseorang akan mulai membentuk dirinya untuk melakukan gerak yang mandiri manakala sudah
menemukan pola-pola yang terstruktur baik didalam olahraga. Pada pola gerak akan mulai
meningkat, dan sekaligus efisiensi pengeluaran energi makin berkurang karena otot yang berfungsi
pada gerakan yang semakin relevan dengan tugas gerak telah terbentuk, gerak fisik harus
berakselerasi dengan melibatkan pengetahuan pikiran (kongnitif knowledge). Keajengan antara
gerakan fisik dan pengetahuan pikiran akan mengatur ketepatan dan keakuratan dalam waktu
melakukan gerak. Karena sudah membentuk antisipasi gerak yang afisiensi melalui pemahaman
pengetahuan yang didapat melalui latihan pembentukan fisik, hal ini ditandai sikap perubahan gerak
yang bagus dari setiap sesi latihan yang dilakukan.

3. Tahap otomatisasi (Autonomous phase).

Tahap otomatisasi (Autonomous phase) adalah mencakup tahapan capaian gerak yang yang efisiensi
setelah seseorang melewati proses latihan yang berulang-ulang. Secara sistimatis pada tahap ini,
seseorang tidak lagi menguras tenaga dan pikiran untuk bagaimana membentuk pola gerakan,
karena pola gerakan telah terbentuk pada tahap sebelumnya, sehingga seseorang secara leluasa dan
terkontrol baik gerakanya melalui pola yang sudah terbentuk. Didalam tahap otonom/otomatisasi ini
sangat minim sekali kesalahan-kesalahan gerak yang dilakukan seseorang, kalaupun ada kesalahan
gerak seseorang secara cepat melakukan evaluasi diri guna dapat menyempurnakan gerak yang baik.

Seteah peserta didik banyak melakukan latihan, secara berangsur-angsur memasuki tahap
otomatisasi. Disini motor program sudah berkembang dengan baik dan dapat mengontrol gerak
dalam waktu singkat.

Peserta didik sudah menjadi lebih trampil dan setiap gerakan yang dilakukan lebih efektif dan
efisien. Bahkan untuk suatu keterampilan olahraga tertentu Nampak dilakukan dengan gerakan yang
rileks tapi mantap, (Amung Ma’mun, dkk. 1999)

Terjadinya tahap ini disebabkan oleh meningkatnya otomatisasi indera dalam menganalisis pola-pola
lingkungan. Menurunnya tuntutan perhatian pada cara pelaksanaan gerak, membebaskan seseorang
untuk menampilkan kegiatan kognitif tingkat tinggi. Keputusan-keputusan tentang strategi
permainan, bentuk dan gaya semakin ditingkatkan. Keyakinan diri dan kemampuan untuk menilai
kesalahan diri lebih terkembangkan. Perkembangan penampilan memang berjalan lamban, sebab
kemampuan siswa sudah sangat tinggi. Akan tetapi proses pembelajaran masih sangat jauh dari
selesai. Masih banyak terjadi penambahan-penambahan dalam hal otomatisasi. Usaha fisik dan
mental dalam menghasilkan keterampilan akan berkurang. Perkembangan gaya, bentuk, dan irama
gerak, serta faktor lainnya akan terus meningkat.

Pada gerak otomatisasi ini juga seseorang sudah matang/mahir dalam membentuk gerak, dan
mengembangkan gerak yang sesuai dengan yang ditergetkan. Tahap otonom ini terbentuk melalui
banyak melakukan latihan yang melibatkan perkembangan gerak otomatis. Artinya secara disengaja
maupun tidak disengaja pola gerakan yang sudah terbentuk dari rangsangan sensor indera yang
optimal yang dilakukan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Tahap kongnitif seseorang menerima rangsangan pada alat-alat reseptornya sebagai masukan
bagi system memorinya. Untuk kepentingan perancangan tugas, Berdasarkan pengenalan akan
terbentuknya pengalaman gerak.

2. Tahap asosiatif proses pemberian pengetahuan mengenai pemahaman untuk menguasai bentuk
dan urutan pola gerak yang ditampilkan dalam gerak tubuh yang sistimatis.

3. Tahap otomatisasi sangat minim sekali kesalahan-kesalahan gerak yang dilakukan seseorang,
karena gerak harus sudah terbentuk dengan baik melalui proses latihan yang berulang-ulang secara
disiplin.

Anda mungkin juga menyukai

  • WILLY
    WILLY
    Dokumen67 halaman
    WILLY
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Genre Sastra
    Genre Sastra
    Dokumen15 halaman
    Genre Sastra
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • WIDIA
    WIDIA
    Dokumen7 halaman
    WIDIA
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab%201
    Bab%201
    Dokumen7 halaman
    Bab%201
    Adian
    Belum ada peringkat
  • Widia 2
    Widia 2
    Dokumen2 halaman
    Widia 2
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Cause and Effect
    Cause and Effect
    Dokumen11 halaman
    Cause and Effect
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • 3
    3
    Dokumen1 halaman
    3
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • 3
    3
    Dokumen1 halaman
    3
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Willy 2
    Willy 2
    Dokumen15 halaman
    Willy 2
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Kerajaan Islam
    Kerajaan Islam
    Dokumen22 halaman
    Kerajaan Islam
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Kerajaan Islam
    Kerajaan Islam
    Dokumen16 halaman
    Kerajaan Islam
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gerak Refleks
    Makalah Gerak Refleks
    Dokumen9 halaman
    Makalah Gerak Refleks
    Mazida
    Belum ada peringkat
  • WILLY
    WILLY
    Dokumen32 halaman
    WILLY
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • BAB II Edit
    BAB II Edit
    Dokumen28 halaman
    BAB II Edit
    fitriani munthe
    Belum ada peringkat
  • Putri Edtresya
    Putri Edtresya
    Dokumen48 halaman
    Putri Edtresya
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Kerajaan Islam
    Kerajaan Islam
    Dokumen22 halaman
    Kerajaan Islam
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen6 halaman
    1
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Bahan Ajar Dan Media Pembelajaran
    Bahan Ajar Dan Media Pembelajaran
    Dokumen33 halaman
    Bahan Ajar Dan Media Pembelajaran
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Komponen Perencanaan Induk Tujuan Dan Sasaran Organisasi
    Komponen Perencanaan Induk Tujuan Dan Sasaran Organisasi
    Dokumen5 halaman
    Komponen Perencanaan Induk Tujuan Dan Sasaran Organisasi
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • 1 Pajak
    1 Pajak
    Dokumen1 halaman
    1 Pajak
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • 1 Pajak
    1 Pajak
    Dokumen1 halaman
    1 Pajak
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Perkembangan Gerak Refleks
    Perkembangan Gerak Refleks
    Dokumen14 halaman
    Perkembangan Gerak Refleks
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • 3 P
    3 P
    Dokumen21 halaman
    3 P
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen17 halaman
    2
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Willy 3
    Willy 3
    Dokumen1 halaman
    Willy 3
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Seluruh Kegiatan Dijalankan Secara Efektif Dan Efisien
    Seluruh Kegiatan Dijalankan Secara Efektif Dan Efisien
    Dokumen49 halaman
    Seluruh Kegiatan Dijalankan Secara Efektif Dan Efisien
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • DIKY
    DIKY
    Dokumen22 halaman
    DIKY
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gerak Refleks
    Makalah Gerak Refleks
    Dokumen9 halaman
    Makalah Gerak Refleks
    Mazida
    Belum ada peringkat
  • Pemerintahan Islam Pada Masa Bani Umayyah
    Pemerintahan Islam Pada Masa Bani Umayyah
    Dokumen22 halaman
    Pemerintahan Islam Pada Masa Bani Umayyah
    Tarisha Regina Putri
    Belum ada peringkat