Anda di halaman 1dari 36

TUGAS MAKALAH KELOMPOK 6

MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN

“Jenis-Jenis Penelitian Kulitatif”

Di Susun Oleh Kelompok :


Alfian Putra Pradana 21161030
Doni Harianto 21161051
Rizal Akbar 21161045
Ira Arini Azhari 21161016
Weni Rahma Wardani 21161053

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang memberikan pemahaman


yang mendalam tentang fenomena sosial, budaya, dan individu. Dalam penelitian kualitatif,
terdapat beberapa pendekatan yang digunakan, antara lain studi kasus, etnografi,
fenomenologi, dan grounded theory. Masing-masing pendekatan memiliki pengertian,
karakteristik, metode, serta kelebihan dan kelemahan tersendiri.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
studi kasus, etnografi, fenomenologi, dan grounded theory sebagai pendekatan penelitian
kualitatif. Makalah ini akan menjelaskan pengertian, karakteristik, metode, kelebihan, dan
kelemahan dari masing-masing pendekatan. Diharapkan makalah ini dapat menjadi referensi
bagi para mahasiswa prodi Teknologi Pendidikan yang tertarik, serta meningkatkan
pemahaman tentang pendekatan-pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan dalam
konteks penelitian sosial dan budaya.

Kami kelompok 6 (Enam) berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik tentang studi kasus, etnografi, fenomenologi, dan grounded theory sebagai
pendekatan penelitian kualitatif. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi referensi
yang berguna bagi mahasiswa prodi teknologi pendidikan yang ingin menggali pemahaman
yang lebih dalam tentang fenomena sosial, budaya, dan individu melalui pendekatan
penelitian kualitatif.

Mataram, 12 April 2023

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................3
A. Pengertian Penelitian Kualitatif.............................................................................................3
B. Perbedaan Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif....................................................................4
C. Keunggulan dan keterbatasan penelitian kualitatif...............................................................6
D. Metodologi Penilitian Kualitatif.............................................................................................8
E. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif............................................................................................12
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................32
A. Kesimpulan..........................................................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang memiliki fokus pada
pemahaman yang mendalam tentang fenomena sosial, budaya, dan individu. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti berusaha untuk memahami konteks, makna, dan
kompleksitas dari suatu fenomena, dengan menggali data yang bersifat deskriptif dan
interpretatif. Pendekatan ini digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu sosial,
antropologi, psikologi, pendidikan, dan bidang lainnya.

Dalam penelitian kualitatif, terdapat beberapa pendekatan yang digunakan untuk


mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data, antara lain studi kasus,
etnografi, fenomenologi, dan grounded theory. Setiap pendekatan memiliki ciri khas,
metode, serta kelebihan dan kelemahan tersendiri. Oleh karena itu, pemahaman yang
mendalam tentang setiap pendekatan menjadi penting bagi peneliti yang ingin
menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitiannya.

Makalah ini disusun untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang studi
kasus, etnografi, fenomenologi, dan grounded theory sebagai pendekatan penelitian
kualitatif. Melalui makalah ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh gambaran yang
jelas tentang pengertian, karakteristik, metode, kelebihan, dan kelemahan dari masing-
masing pendekatan. Diharapkan makalah ini dapat menjadi referensi bagi para peneliti
yang tertarik atau sedang melakukan penelitian kualitatif, serta dapat meningkatkan
pemahaman tentang pendekatan-pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan dalam
konteks penelitian sosial dan budaya.

Penyusunan makalah ini didasarkan pada tinjauan literatur dari sumber-sumber yang
terpercaya, seperti jurnal ilmiah, buku teks, dan sumber-sumber akademik lainnya.
Melalui pemahaman yang mendalam tentang studi kasus, etnografi, fenomenologi, dan
grounded theory, diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam

1
pengembangan penelitian kualitatif dan memperkaya pemahaman kita tentang fenomena
sosial, budaya, dan individu

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan karakteristik dari pendekatan penelitian kualitatif, termasuk


studi kasus, etnografi, fenomenologi, dan grounded theory?
2. Apa saja metode yang digunakan dalam pendekatan penelitian kualitatif,
khususnya dalam studi kasus, etnografi, fenomenologi, dan grounded theory?
3. Apa kelebihan dan kelemahan dari pendekatan penelitian kualitatif, termasuk studi
kasus, etnografi, fenomenologi, dan grounded theory?

C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan pengertian dan karakteristik dari pendekatan penelitian


kualitatif, termasuk studi kasus, etnografi, fenomenologi, dan grounded theory,
sehingga pembaca dapat memahami esensi dan ciri-ciri utama dari pendekatan
penelitian ini.
2. Untuk menggambarkan metode yang digunakan dalam pendekatan penelitian
kualitatif, khususnya dalam studi kasus, etnografi, fenomenologi, dan grounded
theory, sehingga pembaca dapat memahami langkah-langkah yang dilakukan
dalam implementasi pendekatan ini.
3. Untuk menganalisis kelebihan dan kelemahan dari pendekatan penelitian
kualitatif, termasuk studi kasus, etnografi, fenomenologi, dan grounded theory,
sehingga pembaca dapat memahami pro dan kontra dalam penggunaan
pendekatan ini dalam penelitian.

2
BAB II

PEMBAHASAN
D. Pengertian Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang digunakan untuk


memahami dan menggali makna dari fenomena yang diteliti, baik dalam konteks sosial,
budaya, atau individu, melalui pengumpulan, analisis, dan interpretasi data yang bersifat
deskriptif dan tidak terukur. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggali pemahaman
mendalam tentang pengalaman, persepsi, sikap, nilai, norma, dan interaksi sosial yang
terjadi dalam suatu konteks tertentu. Penelitian kualitatif sering digunakan dalam ilmu
sosial, antropologi, sosiologi, psikologi, pendidikan, dan bidang lainnya untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang kompleks dan kompleksitas yang tidak dapat diukur secara
kuantitatif.

Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan induktif, di mana data yang diperoleh


dari pengumpulan data lapangan atau sumber-sumber lainnya digunakan untuk
menghasilkan konsep, teori, atau kerangka konseptual yang baru. Data dalam penelitian
kualitatif dapat berupa kata-kata, gambar, suara, atau tindakan yang diperoleh melalui
observasi, wawancara, studi dokumen, atau partisipasi langsung dalam situasi yang
diteliti.

Pada penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam


pengumpulan dan analisis data, dan keberadaan peneliti dapat mempengaruhi interaksi
dan dinamika dalam situasi penelitian. Oleh karena itu, refleksi peneliti dalam proses
penelitian kualitatif sangat penting untuk menghindari bias atau kesalahan interpretasi
dalam analisis data.

Hasil dari penelitian kualitatif dapat berupa deskripsi yang mendalam dan kaya
tentang fenomena yang diteliti, teori atau kerangka konseptual baru, atau rekomendasi
untuk pengembangan kebijakan atau praktik yang lebih baik dalam konteks yang diteliti.
Penelitian kualitatif juga dapat digunakan sebagai tahap awal dalam proses penelitian

3
yang lebih lanjut, seperti penelitian kuantitatif, untuk menghasilkan hipotesis atau konsep
yang akan diuji lebih lanjut.

E. Perbedaan Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif

Adapun bebrapa perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif yang dapat di
jelaskan pada berikut ini :
1. Fokus Penelitian: Penelitian kualitatif berfokus pada pemahaman mendalam dan
penggalian makna dari fenomena yang diteliti, sedangkan penelitian kuantitatif
berfokus pada pengukuran dan analisis data berdasarkan angka dan statistik.

2. Pendekatan dan Desain Penelitian: Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan


induktif, di mana data yang diperoleh digunakan untuk menghasilkan konsep atau
teori baru, sementara penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan deduktif, di
mana hipotesis atau teori yang telah ada diuji melalui pengumpulan data yang
dapat diukur. Desain penelitian kualitatif seringkali fleksibel dan dapat berubah
sepanjang penelitian berlangsung, sedangkan desain penelitian kuantitatif
biasanya lebih terstruktur dan telah direncanakan sebelumnya.

3. Karakteristik Data: Data dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan tidak
terukur, dapat berupa kata-kata, gambar, suara, atau tindakan, dan diperoleh
melalui observasi, wawancara, studi dokumen, atau partisipasi langsung.
Sedangkan data dalam penelitian kuantitatif bersifat terukur dan dianalisis
menggunakan angka atau statistik, diperoleh melalui kuesioner, pengukuran, atau
eksperimen.

4. Analisis Data: Analisis data dalam penelitian kualitatif melibatkan


pengorganisasian, pengurutan, dan interpretasi data secara subjektif,
menggunakan teknik seperti koding, kategorisasi, dan pengelompokan data.
Sedangkan analisis data dalam penelitian kuantitatif melibatkan penghitungan,
pemrosesan, dan analisis statistik data secara objektif, menggunakan metode
statistik yang telah ditentukan sebelumnya.

4
5. Generalisasi dan Transferabilitas Hasil Penelitian: Penelitian kualitatif cenderung
tidak melakukan generalisasi hasil penelitian ke populasi yang lebih luas, karena
penelitian kualitatif lebih menekankan pada pemahaman mendalam tentang
konteks spesifik yang diteliti. Sedangkan penelitian kuantitatif seringkali
menghasilkan temuan yang dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas,
karena penggunaan metode statistik yang dapat memberikan representativitas
data. Namun, dalam penelitian kualitatif, transferabilitas hasil penelitian dapat
dicapai melalui pemilihan kasus atau konteks yang representatif dan relevan.

6. Peran Peneliti: Peneliti dalam penelitian kualitatif berperan sebagai instrumen


utama dalam pengumpulan dan analisis data, dan keberadaan peneliti dapat
mempengaruhi interaksi dan dinamika dalam situasi penelitian. Sedangkan dalam
penelitian kuantitatif, peneliti cenderung berperan sebagai pengumpul data yang
objektif dan tidak terlibat dalam situasi yang diteliti.

7. Tujuan Penelitian: Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman


mendalam tentang fenomena yang diteliti, menggali makna, memahami konteks,
atau mengidentifikasi pola-pola yang muncul. Sedangkan penelitian kuantitatif
bertujuan untuk mengukur, menguji hubungan antara variabel, membuat
generalisasi, atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

8. Keabsahan dan Kepercayaan: Keabsahan dalam penelitian kualitatif lebih


berfokus pada keabsahan internal, yaitu kesesuaian antara temuan penelitian
dengan data dan konteks yang ditemukan, serta keabsahan eksternal, yaitu
transferabilitas temuan ke konteks lain. Kepercayaan dalam penelitian kualitatif
terletak pada peran peneliti sebagai instrumen utama dan pengelolaan
subjektivitas peneliti dalam interpretasi data. Sedangkan dalam penelitian
kuantitatif, keabsahan dilihat dari aspek validitas dan reliabilitas data, serta
generalisabilitas temuan ke populasi yang lebih luas.

9. Presentasi Hasil Penelitian: Presentasi hasil penelitian kualitatif cenderung


menggunakan narasi yang menggambarkan temuan secara deskriptif, seringkali
dilengkapi dengan kutipan langsung dari partisipan penelitian atau data yang
ditemukan. Sedangkan presentasi hasil penelitian kuantitatif cenderung

5
menggunakan tabel, grafik, atau angka yang menggambarkan hasil analisis
statistik.

Demikianlah beberapa perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif . Penting


untuk diingat bahwa kedua jenis penelitian memiliki pendekatan, desain, karakteristik
data, analisis data, dan tujuan yang berbeda, serta memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Pemilihan jenis penelitian yang tepat harus didasarkan pada pertanyaan
penelitian, tujuan, dan konteks penelitian yang spesifik.

F. Keunggulan dan keterbatasan penelitian kualitatif

Adapun keunggulan dan keterbatasan penelitian kualitatif :

a) Keunggulan Penelitian Kualitatif:


Kedalaman dan Keberagaman Data: Penelitian kualitatif menghasilkan data yang
kaya, mendalam, dan mendetail mengenai fenomena yang diteliti. Data kualitatif dapat
menggali pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman, persepsi, nilai-nilai, sikap,
dan tindakan individu atau kelompok. Selain itu, penelitian kualitatif juga dapat menggali
keberagaman data yang mencakup variasi dalam konteks, situasi, dan pengalaman peserta
penelitian.
Konteks dan Keberagaman Pendekatan: Penelitian kualitatif memungkinkan peneliti
untuk memahami konteks tempat dan waktu dari fenomena yang diteliti. Peneliti dapat
memahami bagaimana fenomena tersebut terjadi dalam konteks yang lebih luas, dan
bagaimana faktor-faktor kontekstual mempengaruhi fenomena tersebut. Selain itu,
penelitian kualitatif juga memberikan keberagaman pendekatan dan metode dalam
mengumpulkan dan menganalisis data, seperti wawancara, observasi, analisis dokumen,
dan analisis tematis.
Fleksibilitas dan Adaptabilitas: Penelitian kualitatif memungkinkan peneliti untuk
beradaptasi dengan perubahan dalam desain penelitian dan pertanyaan penelitian
sepanjang proses penelitian. Peneliti dapat mengubah pendekatan dan metode yang
digunakan sesuai dengan temuan dan kebutuhan penelitian yang muncul. Fleksibilitas ini
memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi isu-isu yang kompleks dan beragam secara
mendalam.

6
Validitas Ekologi dan Transferabilitas: Penelitian kualitatif dapat memiliki validitas
ekologi yang tinggi, yaitu data yang ditemukan dalam konteks penelitian yang mirip
dengan situasi yang sebenarnya di lapangan. Hasil penelitian kualitatif juga dapat
memiliki transferabilitas, yaitu kemampuan untuk mentransfer temuan penelitian ke
konteks yang berbeda atau situasi yang serupa.
b) Keterbatasan Penelitian Kualitatif:
Subjektivitas dan Keberagaman Interpretasi: Keterlibatan peneliti sebagai instrumen
utama dalam penelitian kualitatif dapat menyebabkan subjektivitas dalam interpretasi
data. Pandangan, nilai-nilai, dan pengalaman peneliti dapat mempengaruhi analisis dan
interpretasi data. Selain itu, keberagaman interpretasi dalam penelitian kualitatif dapat
terjadi karena adanya kompleksitas dan variasi dalam data yang ditemukan.
Validitas Internal dan Reliabilitas: Validitas internal, yaitu kesesuaian antara temuan
penelitian dengan data yang ditemukan, dan reliabilitas, yaitu kestabilan temuan
penelitian, dapat menjadi tantangan dalam penelitian kualitatif. Keterbatasan dalam
pengendalian variabel-variabel yang mempengaruhi temuan penelitian dapat
mempengaruhi validitas internal. Selain itu, reliabilitas dalam penelitian kualitatif dapat
dipertanyakan karena keberagaman interpretasi dan kompleksitas dalam data yang
ditemukan.
Generalisasi dan Replikasi: Penelitian kualitatif cenderung memiliki fokus pada
konteks khusus dan tidak memiliki tujuan untuk generalisasi hasil penelitian ke populasi
yang lebih luas. Oleh karena itu, generalisasi temuan penelitian kualitatif menjadi
keterbatasan karena hasil penelitian tersebut tidak dapat diterapkan secara luas pada
populasi yang lebih besar. Selain itu, replikasi, yaitu kemampuan untuk mengulang studi
dengan metode yang sama untuk memverifikasi temuan, juga dapat menjadi tantangan
dalam penelitian kualitatif karena pengaruh subjektivitas peneliti dan keberagaman dalam
data yang ditemukan.
Waktu dan Sumber Daya: Penelitian kualitatif cenderung memakan waktu yang lebih
lama dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data dibandingkan
dengan penelitian kuantitatif. Selain itu, penelitian kualitatif juga dapat memerlukan
sumber daya yang cukup, seperti waktu, tenaga, dan keahlian peneliti dalam
mengumpulkan dan menganalisis data secara mendalam.
Objektivitas dan Kepercayaan: Penelitian kualitatif sering kali melibatkan interaksi
antara peneliti dan peserta penelitian, yang dapat mempengaruhi objektivitas penelitian.
Selain itu, karena penelitian kualitatif cenderung melibatkan interpretasi dan analisis data

7
yang kompleks, kepercayaan terhadap temuan penelitian juga menjadi tantangan,
terutama dalam hal konfirmabilitas atau kesesuaian antara temuan penelitian dengan data
yang ditemukan.
Volume Data dan Analisis: Penelitian kualitatif sering kali menghasilkan volume data
yang besar dan kompleks. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dapat menjadi
rumit dan memerlukan keahlian khusus dalam mengelola dan menganalisis data yang
ditemukan. Oleh karena itu, analisis data dalam penelitian kualitatif dapat menjadi
keterbatasan karena kompleksitas dan volume data yang besar.
Demikianlah keunggulan dan keterbatasan penelitian kualitatif. Penting bagi peneliti
untuk mempertimbangkan kedua aspek ini dalam merancang dan melaksanakan
penelitian kualitatif guna memperoleh hasil penelitian yang akurat, reliabel, dan valid.

G. Metodologi Penilitian Kualitatif

Metodologi penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan atau strategi yang digunakan
dalam merancang, mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam
penelitian kualitatif. Metodologi ini melibatkan serangkaian langkah dan teknik yang
digunakan oleh peneliti untuk memahami dan menggali makna dalam fenomena yang
diteliti.
1. Pendekatan penelitian kualitatif
Pendekatan dalam penelitian kualitatif merujuk pada cara atau strategi yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi
data dalam penelitian. Beberapa pendekatan yang umum digunakan dalam penelitian
kualitatif antara lain:

a) Etnografi: Pendekatan ini digunakan untuk memahami dan menggambarkan budaya


atau komunitas tertentu dengan cara mengamati, berinteraksi, dan berpartisipasi
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang diteliti. Peneliti etnografi biasanya
terlibat dalam observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan analisis data naratif.

b) Studi Kasus: Pendekatan ini fokus pada penyelidikan mendalam terhadap satu kasus
tunggal atau beberapa kasus yang spesifik untuk memahami fenomena atau peristiwa
dalam konteks tertentu. Peneliti studi kasus menggunakan berbagai sumber data
seperti wawancara, observasi, dokumen, dan arsip untuk mengumpulkan data yang
relevan.

8
c) Fenomenologi: Pendekatan ini digunakan untuk memahami pengalaman subjektif
individu atau kelompok dalam konteks tertentu. Peneliti fenomenologi berfokus pada
pemahaman tentang makna, persepsi, dan pengalaman subjektif para partisipan
melalui wawancara mendalam, analisis transkrip, dan pencarian pola-pola atau tema
yang muncul dari data.

d) Grounded Theory: Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan teori yang


muncul dari data yang dikumpulkan, tanpa didasarkan pada teori yang telah ada
sebelumnya. Peneliti grounded theory mengumpulkan data dengan cara wawancara,
observasi, dan analisis data secara berkelanjutan, serta mengidentifikasi pola-pola dan
konsep-konsep yang muncul dari data untuk mengembangkan teori yang sesuai
dengan temuan penelitian.

e) Analisis Naratif: Pendekatan ini menggali data dalam bentuk naratif atau cerita untuk
memahami pengalaman, nilai, dan makna yang terkandung dalam cerita-cerita
individu atau kelompok. Peneliti analisis naratif menggunakan wawancara, observasi,
atau analisis dokumen untuk mengumpulkan data naratif, kemudian melakukan
analisis terhadap struktur cerita, tema, dan makna yang muncul.

f) Studi Fenomenologis: Pendekatan ini fokus pada pemahaman mendalam terhadap


fenomena yang dipersepsikan oleh individu atau kelompok dalam suatu konteks.
Peneliti studi fenomenologis menggunakan wawancara mendalam, analisis data
naratif, serta refleksi dan interpretasi peneliti untuk memahami esensi fenomena yang
diteliti.

Itu adalah beberapa pendekatan umum yang digunakan dalam penelitian


kualitatif. Peneliti harus memilih pendekatan yang sesuai dengan tujuan penelitian,
pertanyaan penelitian, dan konteks penelitian yang sedang dilakukan.

2. Langkah-langkah dalam penelitian kualitatif


Berikut adalah beberapa langkah umum dalam metodologi penelitian kualitatif :

9
a) Menentukan Masalah Penelitian: Langkah pertama dalam penelitian kualitatif adalah
menentukan masalah penelitian yang akan diteliti. Masalah penelitian sebaiknya
bersifat jelas, spesifik, dan relevan dengan bidang studi atau topik yang ingin diteliti.

b) Menyusun Kerangka Konseptual: Setelah masalah penelitian ditentukan, langkah


berikutnya adalah menyusun kerangka konseptual yang menggambarkan landasan
teoritis, konsep, dan kerangka berpikir penelitian. Kerangka konseptual akan menjadi
dasar dalam mengarahkan pengumpulan data dan analisis data dalam penelitian.

c) Merancang Desain Penelitian: Merancang desain penelitian adalah langkah penting


dalam penelitian kualitatif. Desain penelitian mencakup pemilihan pendekatan,
metode, teknik pengumpulan data, serta rencana analisis data yang akan digunakan
dalam penelitian. Desain penelitian harus sesuai dengan tujuan penelitian dan
mempertimbangkan keterbatasan serta kendala yang ada.

d) Pengumpulan Data: Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data. Peneliti kualitatif


dapat menggunakan berbagai teknik pengumpulan data seperti wawancara, observasi,
dokumentasi, atau studi arsip, tergantung pada desain penelitian yang telah
direncanakan. Pengumpulan data dilakukan secara sistematis dan relevan dengan
tujuan penelitian.

e) Analisis Data: Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah analisis data.
Analisis data dalam penelitian kualitatif melibatkan pengorganisasian, pengkodean,
dan interpretasi data untuk mengidentifikasi pola-pola, tema, dan konsep-konsep yang
muncul dari data. Peneliti dapat menggunakan metode analisis data seperti analisis
tematik, analisis naratif, atau analisis grounded theory, tergantung pada pendekatan
penelitian yang digunakan.

f) Interpretasi Hasil: Setelah analisis data, langkah selanjutnya adalah interpretasi hasil
penelitian. Peneliti harus menghubungkan temuan penelitian dengan kerangka
konseptual yang telah disusun sebelumnya, dan menginterpretasi hasil penelitian
dalam konteks masalah penelitian yang diteliti.

10
g) Menyusun Laporan Penelitian: Langkah terakhir adalah menyusun laporan penelitian
yang berisi hasil penelitian, interpretasi, serta kesimpulan dan saran. Laporan
penelitian harus disusun secara sistematis dan dapat dipahami oleh pembaca.
Penyajian hasil penelitian dapat dilakukan dalam bentuk narasi, kutipan, atau ilustrasi
yang relevan.

Itulah langkah-langkah umum dalam melakukan penelitian kualitatif. Peneliti


perlu menjalankan langkah-langkah ini secara sistematis dan sesuai dengan desain
penelitian yang telah direncanakan untuk memastikan validitas, reliabilitas, dan
keandalan hasil penelitian.

3. Validitas dan realibiltas dalam penelitian kualitatif


Validitas dan reliabilitas adalah dua konsep penting dalam penelitian, termasuk
dalam penelitian kualitatif. Namun, dalam konteks penelitian kualitatif, validitas dan
reliabilitas memiliki interpretasi yang berbeda dibandingkan dengan penelitian
kuantitatif.
a. Validitas dalam Penelitian Kualitatif: Validitas dalam penelitian kualitatif
mengacu pada sejauh mana hasil penelitian mencerminkan realitas dan
fenomena yang diteliti dengan akurat. Validitas dalam penelitian kualitatif
lebih berfokus pada penggalian makna, pemahaman mendalam, dan
interpretasi yang kaya terhadap fenomena yang diteliti. Validitas dalam
penelitian kualitatif dapat ditingkatkan melalui penggunaan variasi teknik
pengumpulan data, triangulasi data, penggunaan partisipan yang beragam,
serta keterbukaan dan refleksi peneliti terhadap pengaruh subjektivitas dan
bias dalam penelitian.

b. Reliabilitas dalam Penelitian Kualitatif: Reliabilitas dalam penelitian kualitatif


mengacu pada konsistensi dan ketetapan dalam penelitian. Namun, dalam
penelitian kualitatif, reliabilitas lebih fokus pada konsistensi analisis dan
interpretasi data, yaitu sejauh mana hasil analisis dan interpretasi yang
diperoleh dapat diulang dan dipercaya oleh peneliti lain atau dalam konteks

11
yang berbeda. Reliabilitas dalam penelitian kualitatif dapat ditingkatkan
melalui penggunaan teknik analisis yang sistematis, penggunaan catatan
lapangan atau memo, serta keterlibatan peneliti lain dalam proses analisis data
(triangulasi peneliti).

Namun, penting untuk diingat bahwa dalam penelitian kualitatif, validitas dan
reliabilitas sering dilihat dalam konteks konstruktivisme, di mana realitas
didefinisikan oleh pengalaman dan pemahaman subjektif partisipan, dan peneliti
sebagai instrumen utama dalam proses penelitian. Oleh karena itu, validitas dan
reliabilitas dalam penelitian kualitatif bersifat dinamis dan kontekstual, dan peneliti
perlu melakukan refleksi dan transparansi dalam menjaga kualitas penelitian.

Dalam menyajikan hasil penelitian kualitatif, peneliti perlu menjelaskan


langkah-langkah yang diambil untuk menjaga validitas dan reliabilitas data, serta
menggambarkan refleksi peneliti terhadap pengaruh subjektivitas dan bias dalam
proses penelitian. Dengan demikian, pembaca dan peneliti lain dapat memahami
dasar-dasar validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif yang dilakukan.

H. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif melibatkan pendekatan yang berfokus pada pemahaman


mendalam, interpretasi, dan penggalian makna terhadap fenomena sosial atau perilaku
manusia. Ada beberapa jenis penelitian kualitatif yang sering digunakan dalam
berbagai bidang ilmu sosial, antropologi, psikologi, sosiologi, pendidikan, dan lain-
lain. Beberapa jenis penelitian kualitatif yang umum termasuk:

1. Studi kasus
a. Pengertian dan karakteristik studi kasus.
Studi kasus adalah suatu pendekatan atau metode dalam penelitian
kualitatif yang digunakan untuk mempelajari secara rinci suatu fenomena atau
peristiwa yang spesifik dalam konteks nyata. Dalam studi kasus, peneliti
menggali informasi mendalam tentang suatu kasus atau situasi tertentu untuk
memahami secara holistik karakteristik, konteks, interaksi, dan dinamika yang
terjadi dalam kasus tersebut.

12
Karakteristik studi kasus meliputi:
> Kedalaman Penyelidikan: Studi kasus memungkinkan peneliti untuk
menyelidiki fenomena atau peristiwa secara mendalam. Peneliti dapat
mengumpulkan data yang kaya dan mendalam tentang kasus yang sedang
diteliti melalui berbagai teknik pengumpulan data, seperti wawancara,
observasi, dan analisis dokumen.

> Konteks yang Kaya: Studi kasus memperhatikan konteks yang kompleks
dan kaya di mana fenomena atau peristiwa tersebut terjadi. Peneliti
memperoleh pemahaman yang dalam tentang konteks sosial, budaya,
ekonomi, dan lingkungan di sekitar kasus yang sedang diteliti.

> Pendekatan Kualitatif: Studi kasus merupakan jenis penelitian kualitatif,


yang mengutamakan pengumpulan dan analisis data yang bersifat deskriptif,
interpretatif, dan mendalam. Peneliti berfokus pada pemahaman yang lebih
dalam terhadap makna, pandangan, dan pengalaman partisipan dalam kasus
tersebut.

> Generalisasi yang Terbatas: Studi kasus tidak bertujuan untuk menghasilkan
generalisasi statistik yang luas, melainkan lebih berfokus pada pemahaman
kasus yang spesifik. Oleh karena itu, hasil dari studi kasus tidak bisa langsung
diterapkan pada populasi atau kasus lainnya, namun dapat memberikan
pemahaman yang kaya dan mendalam tentang fenomena yang sedang diteliti.

> Pendekatan Multidisiplin: Studi kasus sering digunakan dalam berbagai


disiplin ilmu, seperti ilmu sosial, psikologi, bisnis, kesehatan, pendidikan, dan
lain sebagainya. Pendekatan multidisiplin dalam studi kasus memungkinkan
integrasi berbagai perspektif dan pendekatan dalam memahami fenomena
yang kompleks.

b. Metode studi kasus

13
Dalam studi kasus, terdapat beberapa metode yang biasanya digunakan
untuk mengumpulkan data dan menganalisis informasi yang relevan. Beberapa
metode umum dalam studi kasus meliputi:

> Wawancara: Metode wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dari


partisipan yang terlibat dalam kasus yang sedang diteliti. Wawancara dapat
dilakukan secara tatap muka, telepon, atau melalui media komunikasi lainnya.
Wawancara dalam studi kasus sering digunakan untuk mendapatkan
pandangan, pengalaman, dan pemahaman partisipan terhadap kasus yang
sedang diteliti.

> Observasi: Metode observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat


perilaku, interaksi, dan dinamika yang terjadi dalam kasus yang sedang
diteliti. Observasi dapat dilakukan secara langsung (misalnya, mengamati
partisipan dalam situasi nyata) atau tidak langsung (misalnya, mengamati
rekaman atau dokumen yang terkait dengan kasus). Observasi dalam studi
kasus dapat memberikan data yang objektif tentang perilaku dan situasi yang
terjadi.

> Analisis Dokumen: Metode analisis dokumen digunakan untuk menganalisis


dokumen, rekaman, atau materi tertulis lainnya yang terkait dengan kasus
yang sedang diteliti. Dokumen dapat berupa laporan, surat, catatan, atau
dokumen lain yang relevan dengan kasus. Analisis dokumen dalam studi kasus
dapat memberikan informasi yang signifikan tentang konteks, sejarah, atau
perubahan yang terjadi dalam kasus tersebut.

> Triangulasi: Triangulasi merupakan metode yang digunakan untuk


memperoleh keabsahan dan keandalan data dalam studi kasus. Triangulasi
dapat dilakukan dengan menggabungkan data dari berbagai sumber atau
metode yang berbeda dalam pengumpulan data, seperti wawancara, observasi,
atau analisis dokumen. Triangulasi dalam studi kasus dapat mengurangi bias
atau kesalahan dalam data yang diperoleh dan meningkatkan kepercayaan
terhadap hasil penelitian.

14
> Analisis Tema: Metode analisis tema digunakan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis pola atau tema yang muncul dalam data yang telah dikumpulkan.
Analisis tema melibatkan proses mengorganisasi, mengklasifikasikan, dan
menginterpretasi data untuk mengidentifikasi pola atau tema yang relevan
dalam kasus yang sedang diteliti. Analisis tema dapat membantu
mengungkapkan pola-pola yang tersembunyi atau makna yang muncul dalam
data.

c. Kelebihan dan kelemahan studi kasus

Studi kasus adalah metode penelitian kualitatif yang memiliki kelebihan


dan kelemahan yang perlu diperhatikan. Beberapa kelebihan dan kelemahan
studi kasus antara lain:

* Kelebihan studi kasus:

> Kekayaan data: Studi kasus dapat menghasilkan data yang kaya dan detail
mengenai kasus yang sedang diteliti. Data yang diperoleh melalui
wawancara, observasi, analisis dokumen, dan metode lainnya dalam studi
kasus dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang konteks,
karakteristik, dan dinamika yang terjadi dalam kasus tersebut.

> Konteks yang nyata: Studi kasus sering dilakukan dalam setting yang
nyata, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif
tentang situasi atau permasalahan yang sedang diteliti. Studi kasus dapat
menggali informasi yang relevan tentang lingkungan, budaya, nilai, dan
aspek lain dari kasus yang mungkin sulit ditemukan dalam penelitian lain.

> Pendekatan holistik: Studi kasus dapat menghadirkan pendekatan holistik


dalam memahami fenomena atau permasalahan yang kompleks. Studi kasus
memungkinkan peneliti untuk memeriksa hubungan antara berbagai faktor
yang saling berinteraksi dalam kasus yang sedang diteliti, sehingga dapat
memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang permasalahan
yang kompleks.

* Kelemahan studi kasus:

15
> Generalisasi terbatas: Hasil dari studi kasus biasanya tidak dapat
digeneralisasi ke populasi yang lebih luas. Keterbatasan jumlah partisipan
dan fokus pada kasus yang spesifik membuat generalisasi hasil studi kasus
menjadi terbatas. Oleh karena itu, hasil studi kasus perlu diperlakukan
dengan hati-hati dalam mengeneralisasi temuan ke populasi yang lebih besar.

> Potensi bias: Studi kasus rentan terhadap bias dalam pengumpulan dan
interpretasi data. Keterlibatan peneliti sebagai instrumen pengumpulan data
dan proses interpretasi data yang subjektif dapat mempengaruhi hasil studi
kasus. Oleh karena itu, peneliti perlu berhati-hati dalam mengendalikan
potensi bias dalam studi kasus, seperti dengan menggali sudut pandang yang
berbeda dan menggunakan triangulasi data.

> Keterbatasan waktu dan sumber daya: Studi kasus sering memerlukan
waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Selain
itu, studi kasus juga dapat memerlukan sumber daya yang cukup besar, baik
dalam hal finansial, tenaga kerja, atau akses ke sumber data yang relevan.
Keterbatasan waktu dan sumber daya dapat menjadi kendala dalam
melakukan studi kasus yang berkualitas.

2. Etnografi
1. Pengertian dan karakteristik studi kasus

Etnografi adalah metode penelitian yang digunakan untuk memahami


budaya, masyarakat, dan kelompok sosial melalui pengamatan langsung,
interaksi, dan partisipasi dalam konteks alamiah mereka. Etnografi
merupakan pendekatan yang holistik dan deskriptif dalam menggali
pemahaman mendalam tentang norma, nilai, kepercayaan, praktik, dan pola
interaksi dalam suatu kelompok atau masyarakat.

Beberapa karakteristik etnografi antara lain:

> Peneliti sebagai alat pengumpulan data: Dalam etnografi, peneliti menjadi
alat pengumpulan data yang utama. Peneliti terlibat dalam pengamatan
langsung, interaksi, dan partisipasi dalam kehidupan sehari-hari kelompok
atau masyarakat yang diteliti. Peneliti menjadi bagian dari konteks yang

16
sedang diteliti dan mengumpulkan data secara langsung dari pengalaman
pribadi dan pengamatan yang dilakukan.

> Pengamatan partisipan: Etnografi melibatkan pengamatan partisipan, yaitu


peneliti turut serta dalam kegiatan dan interaksi sosial yang terjadi dalam
kelompok atau masyarakat yang diteliti. Peneliti berusaha untuk memahami
dan merasakan pengalaman kelompok atau masyarakat tersebut dengan
berpartisipasi dalam kehidupan mereka, sehingga dapat menggali data yang
akurat dan mendalam.

> Pendekatan deskriptif: Etnografi menggunakan pendekatan deskriptif


dalam menggambarkan budaya, masyarakat, atau kelompok sosial yang
diteliti. Peneliti mencatat dan menggambarkan secara detail norma, nilai,
kepercayaan, praktik, dan pola interaksi yang diamati, tanpa mengambil
kesimpulan atau menguji hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif.

> Fokus pada konteks alamiah: Etnografi dilakukan dalam konteks alamiah
atau setting tempat kelompok atau masyarakat yang diteliti berada. Peneliti
berusaha untuk memahami budaya, masyarakat, atau kelompok sosial dalam
konteks aslinya, tanpa melakukan intervensi atau mengubah setting yang
diteliti.

> Analisis induktif: Etnografi menggunakan analisis induktif dalam menggali


temuan atau pola dari data yang diperoleh. Peneliti mengumpulkan data
secara terbuka dan mengidentifikasi tema atau pola yang muncul dari data
tersebut, tanpa menguji hipotesis atau menghadirkan prekonsepsi
sebelumnya.

2. Metode dalam Etnografi

Dalam melakukan penelitian etnografi, terdapat beberapa metode atau


teknik yang sering digunakan oleh para peneliti. Beberapa metode dalam
etnografi antara lain:

> Pengamatan langsung: Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap


kelompok atau masyarakat yang diteliti. Pengamatan dapat dilakukan secara
partisipan, yaitu peneliti turut serta dalam kegiatan dan interaksi sosial yang
terjadi dalam kelompok atau masyarakat tersebut, atau pengamatan non-

17
partisipan, yaitu peneliti mengamati tanpa berpartisipasi dalam kegiatan yang
diamati.

> Wawancara: Peneliti melakukan wawancara dengan anggota kelompok


atau masyarakat yang diteliti. Wawancara dapat dilakukan secara formal
dengan mengajukan pertanyaan terstruktur, atau secara informal dengan
melakukan percakapan bebas atau wawancara mendalam (in-depth
interview). Wawancara digunakan untuk menggali pemahaman lebih dalam
tentang pandangan, pengalaman, dan perspektif anggota kelompok atau
masyarakat yang diteliti.

> Observasi partisipatif: Peneliti turut serta dalam kegiatan dan interaksi
sosial yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat yang diteliti. Peneliti
menjadi bagian dari konteks yang sedang diteliti dan berpartisipasi dalam
kehidupan sehari-hari kelompok atau masyarakat tersebut, dengan tujuan
untuk memahami secara langsung norma, nilai, kepercayaan, praktik, dan
pola interaksi yang terjadi.

> Analisis dokumen: Peneliti mengumpulkan dan menganalisis dokumen-


dokumen yang terkait dengan kelompok atau masyarakat yang diteliti, seperti
catatan, surat, dokumen resmi, buku, artikel, atau media sosial. Analisis
dokumen dapat memberikan informasi yang berharga tentang budaya,
masyarakat, atau kelompok sosial yang diteliti.

> Triangulasi: Peneliti menggunakan triangulasi, yaitu menggabungkan


berbagai metode atau teknik dalam mengumpulkan dan menganalisis data.
Triangulasi dilakukan untuk memperoleh data yang lebih komprehensif,
valid, dan reliabel, serta untuk mengurangi bias atau kesalahan dalam
penelitian.

> Itulah beberapa metode yang sering digunakan dalam penelitian etnografi.
Peneliti dapat memilih metode yang sesuai dengan tujuan penelitian,
karakteristik kelompok atau masyarakat yang diteliti, dan sumber data yang
tersedia. Kombinasi berbagai metode atau teknik dapat meningkatkan
validitas, reliabilitas, dan kedalaman pemahaman dalam penelitian etnografi.

3. Kelebihan dan kelemahan etnografi

18
Etnografi sebagai metode penelitian kualitatif memiliki kelebihan dan
kelemahan yang perlu diperhatikan oleh peneliti. Beberapa kelebihan
etnografi antara lain:

> Kedalaman pemahaman: Etnografi memungkinkan peneliti untuk


memahami fenomena sosial secara mendalam, karena peneliti secara
langsung terlibat dalam kehidupan sehari-hari kelompok atau masyarakat
yang diteliti. Hal ini dapat menghasilkan pemahaman yang komprehensif
tentang budaya, norma, nilai, kepercayaan, praktik, dan pola interaksi yang
terjadi dalam kelompok atau masyarakat tersebut.

> Konteks yang kaya: Etnografi memperhatikan konteks sosial dan budaya
dalam penelitian. Peneliti mengamati dan memahami fenomena dalam
konteks yang sebenarnya, sehingga dapat menggali informasi yang detail dan
kontekstual tentang kehidupan kelompok atau masyarakat yang diteliti.

> Fleksibilitas: Etnografi memberikan fleksibilitas kepada peneliti dalam


mengatur desain penelitian, metode, dan teknik yang digunakan. Peneliti
dapat menyesuaikan pendekatan etnografi sesuai dengan tujuan penelitian,
karakteristik kelompok atau masyarakat yang diteliti, serta perubahan yang
terjadi selama penelitian.

Namun, etnografi juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

> Subyektivitas: Etnografi melibatkan keterlibatan peneliti secara pribadi


dalam pengumpulan data dan analisis, yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Subyektivitas peneliti dalam mengamati, memahami, dan
menginterpretasi fenomena sosial dapat menjadi sumber bias dalam
penelitian etnografi.

> Generalisabilitas: Hasil penelitian etnografi cenderung bersifat kontekstual


dan tidak dapat langsung diberlakukan pada kelompok atau masyarakat yang
berbeda. Hal ini mengurangi generalisabilitas atau kemampuan untuk
menggeneralisasi hasil penelitian etnografi ke populasi yang lebih luas.

19
> Waktu dan sumber daya: Etnografi memerlukan waktu yang cukup lama
dalam pengumpulan data dan analisis, serta sumber daya yang cukup, seperti
biaya perjalanan, akomodasi, dan komunikasi. Penelitian etnografi juga dapat
memerlukan kemampuan ketrampilan komunikasi, observasi, dan analisis
yang tinggi.

Dalam melakukan penelitian etnografi, peneliti perlu memperhatikan


kelebihan dan kelemahan metode ini, serta mengambil langkah-langkah
untuk mengurangi bias, meningkatkan validitas, dan membuat interpretasi
yang tepat terhadap fenomena sosial yang diteliti.

3. Fenomenologi
a. Pengertian dan karakteristik fenomenologi

Fenomenologi adalah salah satu pendekatan dalam penelitian kualitatif


yang berfokus pada pemahaman pengalaman subjektif individu atau
kelompok dalam menghadapi dunia atau fenomena yang ada. Fenomenologi
bertujuan untuk menggali makna dan esensi dari pengalaman subjektif
manusia dalam konteks sosial, budaya, dan konteks yang ditempati. Beberapa
karakteristik fenomenologi antara lain:

> Pemahaman subjektif: Fenomenologi berfokus pada pengalaman subjektif


individu atau kelompok dalam memahami dunia. Peneliti berusaha untuk
memahami pandangan, persepsi, interpretasi, dan pengalaman individu atau
kelompok terhadap fenomena yang diteliti.

> Penggalian makna dan esensi: Fenomenologi bertujuan untuk menggali


makna dan esensi dari pengalaman subjektif yang dialami individu atau
kelompok. Peneliti berusaha untuk memahami aspek-aspek esensial yang
muncul dari pengalaman subjektif, termasuk makna, nilai, keyakinan, dan
konstruksi subjektif dalam memahami dunia.

> Deskripsi rinci: Fenomenologi mengedepankan deskripsi yang rinci dan


mendalam tentang pengalaman subjektif individu atau kelompok. Peneliti
berusaha untuk menggali detail-detail pengalaman subjektif yang kaya,

20
termasuk sensasi, emosi, persepsi, dan tafsiran yang muncul dalam
pengalaman tersebut.

> Pemahaman konteks: Fenomenologi memperhatikan konteks sosial,


budaya, dan situasional dalam pengalaman subjektif yang diteliti. Peneliti
berusaha untuk memahami bagaimana konteks tersebut mempengaruhi
pengalaman subjektif individu atau kelompok dalam memahami dunia.

> Pendekatan reflektif: Fenomenologi mendorong refleksi dan introspeksi


diri peneliti dalam memahami pengalaman subjektif individu atau kelompok.
Peneliti berusaha untuk mengenali dan mengurangi bias atau prasangka
pribadi dalam menggali makna dan esensi pengalaman subjektif yang diteliti.

Penting untuk diingat bahwa fenomenologi adalah pendekatan yang


kompleks dan memerlukan pemahaman mendalam terhadap teori dan
metodenya. Peneliti perlu memahami prinsip-prinsip fenomenologi dan
memilih metode yang sesuai untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasi data fenomenologi dengan cermat.

b. Metode dalam fenomenologi


Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam penelitian
fenomenologi untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Beberapa metode
umum dalam fenomenologi antara lain:

> Wawancara fenomenologi: Metode ini melibatkan wawancara mendalam


dengan individu atau kelompok yang menjadi subjek penelitian. Wawancara
dilakukan dengan pendekatan yang terbuka, menggali pengalaman subjektif
individu atau kelompok terkait fenomena yang diteliti. Data wawancara
direkam, dianalisis, dan diinterpretasi untuk menggali makna dan esensi
pengalaman subjektif.
> Observasi partisipatif: Metode ini melibatkan partisipasi aktif peneliti dalam
situasi atau konteks yang diteliti, dengan mengamati dan mencatat pengalaman

21
subjektif individu atau kelompok. Observasi dilakukan dengan pendekatan
yang terlibat, memahami pengalaman subjektif dalam konteks situasional yang
lebih luas. Data observasi direkam, dianalisis, dan diinterpretasi untuk
menggali makna dan esensi pengalaman subjektif.
> Jurnal atau catatan refleksi: Metode ini melibatkan pencatatan diri peneliti
terhadap pengalaman subjektif pribadinya dalam konteks penelitian
fenomenologi. Peneliti mencatat pengalaman pribadi, refleksi, dan tafsiran
yang muncul dalam memahami fenomena yang diteliti. Data jurnal atau
catatan refleksi dianalisis dan diinterpretasi untuk menggali makna dan esensi
pengalaman subjektif peneliti sebagai bagian dari penelitian fenomenologi.
> Analisis teks atau dokumen: Metode ini melibatkan analisis teks atau
dokumen yang terkait dengan fenomena yang diteliti, seperti buku, artikel,
catatan, atau dokumen lainnya. Data teks atau dokumen dianalisis secara
kualitatif untuk menggali makna dan esensi pengalaman subjektif yang
tercermin dalam teks atau dokumen tersebut.
> Fokus kelompok fenomenologi: Metode ini melibatkan pengumpulan data
dari kelompok individu yang memiliki pengalaman subjektif yang serupa
terkait fenomena yang diteliti. Diskusi kelompok difasilitasi oleh peneliti
dengan pendekatan yang terbuka, memahami pengalaman subjektif dari
berbagai peserta dalam kelompok. Data fokus kelompok direkam, dianalisis,
dan diinterpretasi untuk menggali makna dan esensi pengalaman subjektif
kelompok tersebut.
c. Kelebihan dan kelemahan fenomelogi
Seperti metode penelitian lainnya, fenomenologi juga memiliki
kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan
dalam menggunakan pendekatan fenomenologi dalam penelitian:

Kelebihan fenomenologi:
> Pemahaman yang mendalam tentang pengalaman subjektif: Fenomenologi
memungkinkan peneliti untuk memahami pengalaman subjektif individu atau
kelompok secara mendalam. Pendekatan ini mendorong peneliti untuk
memahami dunia dalam perspektif peserta penelitian, menggali makna dan
esensi pengalaman subjektif yang tidak dapat diakses dengan metode
penelitian lainnya.

22
> Pengungkapan makna yang tersembunyi: Fenomenologi dapat
mengungkapkan makna yang tersembunyi di balik pengalaman subjektif yang
mungkin tidak langsung terlihat atau dipahami. Pendekatan ini memungkinkan
peneliti untuk menggali makna dan esensi pengalaman subjektif secara
mendalam, mengungkapkan aspek-aspek yang mungkin terabaikan atau
diabaikan dalam penelitian lain.
> Fleksibilitas dalam desain penelitian: Fenomenologi memberikan
fleksibilitas dalam desain penelitian, memungkinkan peneliti untuk
beradaptasi dengan karakteristik unik dari fenomena yang diteliti. Metode dan
pendekatan dalam fenomenologi dapat disesuaikan dengan konteks penelitian,
termasuk metode pengumpulan data, analisis, dan interpretasi, sehingga dapat
dikustomisasi untuk memenuhi kebutuhan penelitian.

Kelemahan fenomenologi:
> Subyektivitas dalam interpretasi: Karena fenomenologi fokus pada
pengalaman subjektif individu atau kelompok, interpretasi oleh peneliti dapat
menjadi subjektif. Peneliti harus sadar akan pengaruh mereka sendiri dalam
memahami dan menginterpretasi data, sehingga dapat mempengaruhi validitas
dan reliabilitas hasil penelitian.

> Pengumpulan data yang intensif: Metode pengumpulan data dalam


fenomenologi, seperti wawancara mendalam dan observasi partisipatif, dapat
memakan waktu dan sumber daya yang intensif. Proses pengumpulan data
yang intensif ini dapat menjadi kendala dalam penelitian fenomenologi,
terutama jika sumber daya terbatas.
> Terbatasnya generalisasi hasil: Hasil penelitian fenomenologi mungkin tidak
dapat langsung digeneralisasi ke populasi yang lebih luas karena fokus pada
pengalaman subjektif individu atau kelompok tertentu. Oleh karena itu,
generalisasi hasil penelitian fenomenologi harus dilakukan dengan hati-hati
dan dalam batasan yang sesuai dengan karakteristik penelitian dan fenomena
yang diteliti.
> Kerumitan dalam analisis data: Proses analisis data dalam fenomenologi
dapat menjadi rumit karena melibatkan penggalian makna dan esensi
pengalaman subjektif yang kompleks. Peneliti harus menggunakan pendekatan

23
analisis yang cermat dan teliti untuk menghindari bias dan memastikan hasil
penelitian yang valid dan reliabel.
4. Grounded theory
a. Pengertian dan karakteristik grounded theory
Grounded theory adalah salah satu pendekatan penelitian kualitatif yang
digunakan untuk menghasilkan teori yang didasarkan pada data yang
diperoleh dari lapangan atau dunia nyata. Pendekatan grounded theory
dikembangkan oleh dua sosiolog, Barney Glaser dan Anselm Strauss, pada
tahun 1960-an, dan sejak itu telah banyak digunakan dalam berbagai bidang
penelitian, termasuk sosiologi, psikologi, antropologi, ilmu politik, dan
bidang-bidang lainnya.
Karakteristik utama dari grounded theory adalah pendekatannya yang
induktif, yang berarti teori dikembangkan berdasarkan data yang diperoleh
dari lapangan, bukan dari teori yang ada sebelumnya. Pendekatan ini
mendorong peneliti untuk menggali makna dan pola dalam data yang
diperoleh secara sistematis, dan mengembangkan teori yang muncul dari data
itu sendiri. Beberapa karakteristik penting dari grounded theory adalah:

> Fokus pada pengembangan teori: Grounded theory bertujuan untuk


menghasilkan teori yang baru dan bermanfaat yang didasarkan pada data yang
diperoleh dari lapangan. Pendekatan ini mendorong peneliti untuk memahami
data secara mendalam, menggali makna dan pola dalam data, dan
menghasilkan teori yang berdasarkan pada temuan yang ditemukan.
> Pendekatan induktif: Grounded theory menggunakan pendekatan induktif, di
mana teori dikembangkan berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan,
bukan dari teori yang ada sebelumnya. Pendekatan ini memungkinkan peneliti
untuk menghindari bias teoritis dan menggali temuan yang baru dan unik dari
data.
> Proses analisis data yang sistematis: Grounded theory melibatkan proses
analisis data yang sistematis, yang melibatkan pembandingan data,
pengkodean data, pengorganisasian data ke dalam kategori-kategori yang
muncul dari data itu sendiri, dan pengembangan teori yang berasal dari temuan
yang ditemukan.

24
> Iteratif dan fleksibel: Grounded theory adalah pendekatan penelitian yang
iteratif dan fleksibel, yang berarti analisis data dan pengembangan teori dapat
berlangsung secara bersamaan dan dapat berubah seiring berjalannya
penelitian. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk beradaptasi dengan
temuan baru yang muncul dari data dan mengikuti alur penelitian yang
berkembang.
> Fokus pada konteks: Grounded theory menekankan pentingnya memahami
konteks di mana data diperoleh. Konteks sosial, budaya, dan situasional
dianggap penting dalam memahami pengalaman dan tindakan individu atau
kelompok yang diteliti.
b. Metode dalam grounded theory
Grounded theory merupakan salah satu metode penelitian kualitatif yang
memiliki langkah-langkah khusus untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
mengembangkan teori dari data yang diperoleh dari lapangan. Berikut adalah
langkah-langkah umum dalam metode grounded theory:
> Pengumpulan data: Langkah pertama dalam grounded theory adalah
pengumpulan data dari lapangan. Data dapat diperoleh melalui wawancara,
observasi, atau dokumen tertulis. Peneliti dapat menggunakan teknik sampling
yang relevan untuk memilih partisipan yang cocok dengan fenomena yang
diteliti.
> Analisis data: Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah analisis
data. Analisis data dalam grounded theory dilakukan secara sistematis, iteratif,
dan induktif. Data dianalisis secara rinci dan berulang-ulang, dengan
mengidentifikasi pola, tema, atau kategori yang muncul dari data.
> Pengkodean data: Pengkodean data merupakan langkah awal dalam analisis
data grounded theory. Data diberikan kode atau label untuk mengidentifikasi
konsep, pola, atau tema yang muncul dari data. Kode-kode ini kemudian
dikelompokkan atau dikategorikan menjadi konsep yang lebih tinggi.
> Pengorganisasian data: Setelah pengkodean data, langkah selanjutnya adalah
pengorganisasian data ke dalam kategori atau konsep yang lebih tinggi.
Kategori-kategori ini kemudian dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan teori yang lebih abstrak.
> Pengembangan teori: Langkah selanjutnya dalam grounded theory adalah
pengembangan teori. Teori dikembangkan secara induktif berdasarkan pada

25
temuan yang muncul dari data. Peneliti dapat mengidentifikasi hubungan
antara konsep atau kategori yang telah dikembangkan dan mengembangkan
teori yang menjelaskan hubungan tersebut.
> Verifikasi teori: Setelah teori dikembangkan, langkah terakhir adalah
verifikasi teori. Teori yang dikembangkan dalam grounded theory harus
divalidasi melalui pengujian lebih lanjut terhadap data yang ada, dan harus
dapat diuji oleh peneliti lain untuk memastikan keberlakuan dan keandalan
teori tersebut.
> Penting untuk diingat bahwa grounded theory merupakan pendekatan yang
fleksibel, dan langkah-langkah di atas dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dan konteks penelitian. Proses analisis dalam grounded theory dapat menjadi
iteratif dan berulang-ulang, dan peneliti harus terus berinteraksi dengan data
untuk mengembangkan teori yang muncul dari temuan yang ditemukan dalam
data yang diperoleh dari lapangan.
c. Kelebihan dan kelemahan grounded theory
Seperti halnya metode penelitian lainnya, grounded theory juga memiliki
kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan
dalam penggunaan grounded theory:

Kelebihan Grounded Theory:


> Teori yang muncul dari grounded theory cenderung berdasarkan pada data
empiris yang diperoleh langsung dari lapangan, sehingga teori yang
dikembangkan memiliki keterhubungan yang erat dengan realitas sosial yang
sedang diteliti.
> Grounded theory mengedepankan pendekatan induktif, yang memungkinkan
peneliti untuk memperoleh wawasan dan temuan baru yang mungkin belum
teridentifikasi sebelumnya dalam literatur atau teori yang ada.
> Grounded theory memberikan fleksibilitas dalam proses analisis, yang
memungkinkan peneliti untuk beradaptasi dengan data yang diperoleh dari
lapangan dan menggali lebih dalam dalam fenomena yang sedang diteliti.
> Grounded theory dapat digunakan untuk mengembangkan teori baru atau
memperluas atau memperdalam teori yang sudah ada dalam suatu bidang
penelitian tertentu.

26
> Grounded theory dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang pengalaman, makna, dan perspektif subjek yang sedang diteliti,
sehingga dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam memahami
fenomena sosial.

Kelemahan Grounded Theory:


> Grounded theory dapat memerlukan waktu dan upaya yang intensif dalam
pengumpulan dan analisis data, karena proses pengkodean dan
pengorganisasian data yang detail dan berulang-ulang.
> Grounded theory memiliki subjektivitas dalam interpretasi data, karena
peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan dan analisis data,
yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam proses pengkodean
dan pengorganisasian data.
> Grounded theory dapat menghadapi tantangan dalam hal validitas dan
reliabilitas, karena proses analisis yang kompleks dan terus menerus, serta
subjektivitas yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
> Grounded theory dapat menghadapi keterbatasan dalam generalisasi hasil
penelitian, karena penelitian grounded theory cenderung bersifat kontekstual
dan tidak selalu dapat diterapkan secara luas pada populasi atau konteks yang
berbeda.
> Grounded theory memerlukan keterampilan analisis kualitatif yang kuat,
serta pemahaman yang mendalam tentang teori dan literatur yang relevan,
sehingga mungkin memerlukan tingkat keahlian yang tinggi untuk
menjalankannya dengan baik.

5. Studi kasus etnografi


a. Pengertian dan karakterisitik studi kasus etnografi
Studi kasus etnografi adalah suatu pendekatan penelitian kualitatif yang
menggabungkan elemen studi kasus dan etnografi. Pendekatan ini melibatkan
pemahaman mendalam tentang suatu kelompok atau individu dalam suatu
konteks tertentu dengan menggunakan metode etnografi yang melibatkan
pengamatan, wawancara, dan analisis terhadap data kualitatif yang diperoleh
secara langsung dari lapangan. Studi kasus etnografi sering digunakan dalam

27
ilmu sosial, antropologi, dan bidang-bidang lain untuk memahami fenomena
sosial secara mendalam dan kontekstual.

Beberapa karakteristik studi kasus etnografi antara lain:


> Pendekatan holistik: Studi kasus etnografi berusaha untuk memahami
fenomena sosial secara holistik, dengan memperhatikan konteks yang
kompleks dan kontemporer di mana kelompok atau individu yang sedang
diteliti berada.
> Pendekatan deskriptif: Studi kasus etnografi berfokus pada deskripsi yang
rinci dan mendalam tentang fenomena yang sedang diteliti, termasuk aspek-
aspek budaya, sosial, ekonomi, politik, dan historis yang relevan.
> Pengumpulan data kualitatif: Studi kasus etnografi menggunakan metode
pengumpulan data kualitatif, seperti pengamatan partisipatif, wawancara
mendalam, dan analisis terhadap dokumen dan artefak, untuk memahami dan
menggali data dari lapangan.
> Pendekatan induktif: Studi kasus etnografi cenderung mengadopsi
pendekatan induktif, di mana peneliti membangun teori atau konsep dari data
yang diperoleh langsung dari lapangan, daripada menerapkan teori atau
konsep yang sudah ada sebelumnya.
> Fokus pada konteks lokal: Studi kasus etnografi sering kali berfokus pada
konteks lokal di mana kelompok atau individu yang diteliti berada, dengan
memahami nilai-nilai budaya, norma, keyakinan, dan praktik yang khas dari
kelompok tersebut.
> Pendekatan fleksibel: Studi kasus etnografi memperhatikan fleksibilitas
dalam proses pengumpulan data, analisis, dan interpretasi, dengan
memberikan ruang bagi perubahan dan penyesuaian dalam penelitian sesuai
dengan perubahan yang muncul dari lapangan.
> Pemahaman subjektivitas: Studi kasus etnografi berusaha untuk memahami
dan menghargai perspektif subjek yang sedang diteliti, dengan mengakui
peran dan pengaruh subjek dalam membentuk fenomena sosial yang sedang
diteliti.
> Penting untuk diingat bahwa karakteristik studi kasus etnografi dapat
bervariasi tergantung pada pendekatan dan konteks penelitian yang digunakan,
serta penafsiran dan penggunaan metode yang dilakukan oleh peneliti.

28
b. Metode dalam kasus studi etnografi
Metode dalam studi kasus etnografi melibatkan serangkaian langkah atau
prosedur yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan, menganalisis,
dan menginterpretasi data dalam rangka memahami fenomena sosial yang
sedang diteliti. Beberapa metode umum yang digunakan dalam studi kasus
etnografi antara lain:

> Pengamatan partisipatif: Peneliti melakukan pengamatan aktif terhadap


kelompok atau individu yang sedang diteliti dengan terlibat dalam kegiatan
mereka dan menjadi bagian dari lingkungan atau konteks sosial yang diteliti.
Pengamatan partisipatif memungkinkan peneliti untuk mengamati secara
langsung praktik-praktik, norma, dan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok
atau individu yang sedang diteliti.
> Wawancara mendalam: Peneliti melakukan wawancara yang mendalam dan
terstruktur dengan anggota kelompok atau individu yang sedang diteliti.
Wawancara mendalam digunakan untuk menggali pemahaman yang lebih
dalam tentang pengalaman, pandangan, keyakinan, dan praktik yang relevan
bagi fenomena sosial yang sedang diteliti.
> Pengumpulan data sekunder: Peneliti mengumpulkan data sekunder, seperti
dokumen, catatan lapangan, arsip, atau rekaman audio/video, yang relevan
untuk fenomena sosial yang sedang diteliti. Data sekunder dapat memberikan
konteks dan informasi tambahan yang dapat digunakan dalam analisis dan
interpretasi data.
> Analisis tematik: Peneliti melakukan analisis tematik terhadap data yang
diperoleh, yaitu mengidentifikasi pola-pola tematik atau kategori-kategori
yang muncul dari data yang dikumpulkan. Analisis tematik membantu dalam
mengorganisasi, mengelompokkan, dan menginterpretasi data yang diperoleh
dari pengamatan, wawancara, dan data sekunder.
> Triangulasi: Peneliti menggunakan triangulasi, yaitu membandingkan dan
memverifikasi temuan atau interpretasi dari berbagai sumber data yang
diperoleh. Triangulasi dapat dilakukan dengan membandingkan data dari
berbagai teknik pengumpulan data, membandingkan data dari berbagai
informan atau sumber data, atau membandingkan data dengan teori atau
konsep yang sudah ada.

29
> Pengembangan teori atau konsep: Studi kasus etnografi dapat melibatkan
pengembangan teori atau konsep baru dari data yang diperoleh.
Pengembangan teori atau konsep dilakukan secara induktif, yaitu teori atau
konsep dikembangkan berdasarkan data yang diperoleh langsung dari
lapangan.
> Interpretasi budaya: Studi kasus etnografi cenderung melakukan interpretasi
budaya, yaitu memahami dan menginterpretasi fenomena sosial yang sedang
diteliti dalam konteks budaya yang relevan, termasuk nilai-nilai, norma,
keyakinan, dan praktik budaya yang dianut oleh kelompok atau individu yang
sedang diteliti.
c. Kelebihan dan kelemahan studi kasus etnografi
Kelebihan studi kasus etnografi:
> Mendalam: Studi kasus etnografi memungkinkan peneliti untuk memahami
fenomena sosial dalam konteks budaya secara mendalam. Peneliti dapat
menggali informasi yang kaya dan mendalam tentang nilai-nilai, norma,
keyakinan, dan praktik sosial dalam kelompok atau masyarakat yang sedang
diteliti.
> Kontekstual: Studi kasus etnografi memungkinkan peneliti untuk memahami
fenomena sosial dalam konteks budaya yang relevan. Peneliti dapat
memahami bagaimana faktor budaya mempengaruhi perilaku, interaksi, dan
pengambilan keputusan dalam kelompok atau masyarakat yang diteliti.
> Fleksibel: Studi kasus etnografi memberikan fleksibilitas dalam
pengumpulan data dan analisis. Peneliti dapat menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data, seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi, sesuai
dengan kebutuhan penelitian. Selain itu, analisis data dalam studi kasus
etnografi sering kali berfokus pada pengembangan teori atau konsep baru,
sehingga metode analisis dapat disesuaikan dengan keperluan penelitian.

> Validitas eksternal: Studi kasus etnografi dapat memberikan kontribusi pada
validitas eksternal dalam penelitian. Dengan memahami fenomena sosial
dalam konteks budaya yang spesifik, hasil penelitian studi kasus etnografi
dapat diaplikasikan pada situasi atau konteks yang serupa di luar kelompok
atau masyarakat yang diteliti.

30
Kelemahan studi kasus etnografi:
> Subjektivitas peneliti: Seperti halnya dalam metode penelitian kualitatif
lainnya, subjektivitas peneliti dapat mempengaruhi hasil penelitian dalam
studi kasus etnografi. Peneliti harus waspada terhadap bias pribadi yang dapat
mempengaruhi interpretasi data, analisis, dan kesimpulan yang diambil.
> Waktu dan sumber daya yang dibutuhkan: Studi kasus etnografi
memerlukan waktu yang cukup lama untuk pengumpulan data dan analisis
yang mendalam. Selain itu, studi kasus etnografi juga memerlukan sumber
daya yang cukup, seperti dana, akses ke lapangan, dan kemampuan bahasa
yang diperlukan untuk berinteraksi dengan kelompok atau individu yang
sedang diteliti.
> Keterbatasan generalisasi: Karena studi kasus etnografi cenderung berfokus
pada kelompok atau masyarakat yang spesifik, generalisasi hasil penelitian
menjadi terbatas. Hasil penelitian studi kasus etnografi mungkin tidak dapat
secara langsung diterapkan pada kelompok atau konteks budaya lainnya,
sehingga tidak dapat digeneralisasi ke populasi yang lebih luas.
> Tantangan etika penelitian: Studi kasus etnografi melibatkan interaksi
langsung dengan kelompok atau individu yang sedang diteliti, sehingga etika
penelitian menjadi penting. Peneliti harus menjaga kerahetika penelitian,
seperti menghormati privasi, kerahasiaan, dan kebijaksanaan budaya
kelompok atau individu yang sedang diteliti. Tantangan etika penelitian dalam
studi kasus etnografi melibatkan pula masalah seperti keikutsertaan peneliti
dalam kehidupan sehari-hari kelompok yang diteliti, hubungan antara peneliti
dan informan, serta penggunaan data sensitif atau kontroversial.
> Subyektivitas interpretasi: Interpretasi data dalam studi kasus etnografi
sering kali subjektif dan bergantung pada perspektif peneliti. Terdapat risiko
interpretasi yang bias atau tidak objektif, karena data dalam studi kasus
etnografi sering kali kompleks dan terdiri dari banyak aspek yang harus
dianalisis dan dipahami.
Demikianlah beberapa kelebihan dan kelemahan studi kasus etnografi.
Sebagai peneliti, penting untuk memahami kualitas, keterbatasan, dan
implikasi dari metode ini sebelum memutuskan untuk menggunakannya dalam
penelitian Anda. Selalu perhatikan konteks penelitian, etika penelitian, dan

31
upaya untuk mengurangi bias yang mungkin muncul dalam studi kasus
etnografi Anda.

32
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Studi kasus, etnografi, fenomenologi, dan grounded theory adalah beberapa


pendekatan yang umum digunakan dalam penelitian kualitatif. Setiap pendekatan
memiliki pengertian, karakteristik, metode, serta kelebihan dan kelemahan tersendiri.
Setiap pendekatan penelitian kualitatif memiliki kelebihan, seperti pengungkapan
detail yang mendalam, fleksibilitas dalam pengumpulan data, dan kemampuan untuk
menggali pemahaman yang kompleks dan kontekstual. Namun, setiap pendekatan juga
memiliki keterbatasan, seperti subjektivitas interpretasi, terbatasnya generalisasi, dan
potensi bias seleksi.
Penting bagi peneliti untuk memahami dan mengenali karakteristik, metode, serta
kelebihan dan kelemahan dari pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan.
Pemahaman yang baik terhadap pendekatan penelitian kualitatif dapat membantu peneliti
dalam merancang dan melaksanakan penelitian kualitatif yang berkualitas dan akurat.
Dalam penelitian kualitatif, etika penelitian juga menjadi hal yang sangat penting.
Peneliti perlu menjaga privasi, kerahasiaan, serta menghormati kebijaksanaan budaya
kelompok atau individu yang diteliti.

33

Anda mungkin juga menyukai