Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
John Bowlby mmencetuskan pendekatan behavioris terhadap psikologi
pada awal abad 20. Beliau meyakini bahwa perilaku manusia dapat dipahami
dalam kaitan dengan pengalaman dan pembelajaran, menolak pendekatan
introspektif dari para teoris dari akhir abad 19, yang mencoba memahami
pengalaman mental internal berdasarkan laporan diri. Beliau mendorong studi
objektif terhadap perilaku yang dapat diamati dan diukur. Beliau meyakini
bahwa sebuah perilaku merupakan produk lingkungan dan pengalaman dan
faktor-faktor biologis tidak berperan dalam perkembangan.
John Bowlby meyakini bahwa semua pembelajaran terjadi melalui
pengondisian operan, suatu proses asosiasi antara perilaku dan konsekuensi
perilaku tersebut. Konsekuensi dapat menguatkan perilaku, membuatya lebih
mungkin untuk diulang, atau aversif, yang mengurangi kemungkinan
diulangnya perilku tersebut. Penguat adalah setiap peristiwa yang
memperkuat atau meningkatkan perilaku yang diikuti, yaitu penguat positif
dan penguat negatif. Hukuman terjadi ketika suatu hasil yang merugikan
menyebabkan penurunan dalam perilaku yang diikutinyam, yaitu hukuman
positif dan hukuman negatif.
Beliau meyakini bahwa perkembangan jauh lebih kompleks daripada
yang dapat dijelaskan oleh behaviorisme, kendati penerapan gagasan-gagasan
tersebut dimasa kini masih dapat ditemukan dalam analisis perilaku terapan
(ABA – Applied Behavioural Analisis), suaut program intervensi yang kerap
digunakan pada anak-anak dengan masalah-masalah perilaku ataupun
belajar.1

1
Penney Upton, Psychology Express: Developmental Psychology, PT. Gelora Aksara Pratama,
Erlangga, hlm.17-18
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari kelekatan?
2. Bagaimana Perkembangan kelekatan?
3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi kelekatan?
4. apa saja fungsi dan manfaat kelekatan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kelekatan.
2. Untuk mengetahui perkembangan kelekatan.
3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kelekatan.
4. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat kelekatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kelekatan (attachment)


Istilah attachment (kelekatan) pertama kali dikemukakan oleh seorang
psikolog dari Inggris pada tahun 1985 bernama John Bowlby. Kemudian
formulasi yang lebih lengkap dikemukkan oleh Mary Ainsworth pada tahun
1969. Menurut Bowlby kelekatan adalah adanya suatu relasi atau hubungan
antara figur sosial tertentu dengan suatu fenomena tertentu yang dianggap
mencerminkan karakteristik relasi yang unik.2 Kelekatan akan bertahan cukup
lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak
pada ibu atau figur lain pengganti ibu.
Penekanan pentingnya kelekatan pada tahun pertama kehidupan dan
juga pentingya sikap tanggap orang tua yang mengasuh bayinya juga
dijelaskan oleh psikiater Inggris, John Bowlby (1969). Bowlby meyakini
adanya kelekatan secara naruliah antara ibu dan bayinya. Sang bayipun
melakukan usaha-usaha untuk mempertahankan kedekatannya dengan sang
ibu.
Jadi dapat disimpulkan kelekatan (attacment) merupakan suatu
hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu
lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan
ditujukan pada Ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal
balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walupun figur lekat
tidak tampak dalam pandangan anak.

2
Maulana Malik Ibrahim. Pengertian Attachment. Diakses pada 2 Maret 2018 pukul 15.10 Wita
di Etheses.uin-malang.ac.id/2196/6/08410044_Bab_2/
B. Perkembangan Kelekatan (attacment)
Semua perkembangan merupakan peroses perubahan yang terus
menerus,kadang cepat dan jelas , di waktu lain perlahan dan sulit di
lihat.Perubahan perkembangan tidak serampang melainkan berjalan secara
teratur dan sepanjang hayat. Sebenernya masa kanak kanak hanyalah satu
tahapan dalam siklus perkrmbangan kehidupan yang berpuncak pada usia tua
dan kematian.
Menurut John Bowlby, kelekatan memiliki nilai keberlangsungan hidup
yag bukan hanya fisik. Menjadi psikonoalis melali pendidikan, Bowlby
meyakini bahwa kelekatan memberikan “keterhubungan psikologis yang
abadi sesama manusia” (Bowlby, 1969:194). Ia juga meyakini bahwa ikatan-
ikatan paling awal yang terbentuk antara anak-anak dengan orang-orang yang
mengasuh mereka berdampak pada pembentukan hubungan yang berlanjut
sepanjang hidup. Kelekatan diyakini merupakan mekanisme evolusioner yang
didesain untuk memastikan keberlangsungan hidup bayi yang rentan dan
bergantung pada orang lain. Karena itu, bayi dan pengasuh utamanya
(biasanya sang ibu) secara biologi cenderung mendukung kelekatan. Bayi
dilahirkan dengan kemampuan untuk memunculkan perilaku lekat pada diri
pengasuhnya melalui perilaku-perilaku refleks, seperti perilaku menempel,
meangis, dan mencari kedekatan, yang membuat pengasuh tetap berada
didekatnya dan memerhatikan kebutuhan-kebutuhan bayi, sekaligus
memaksimalkan tingkat keberlangsungan hidupnya.
Kendati memiliki dasar biologis, kelekatan tidak otomatis dan
responsivitas serta sentivitas ibu terhadap kebutuhan-kebutuhan anak
dianggap sebagai kunci bagi perkembangan kelekatan yang kuat. Bayi yang
tidak mampu mengembangkan hubungan dengan ibu yang permanen
dikatakan menderita deprivasi maternal ; menurut Bowlby ini dapat
memberikan dampak negatif yang berat bagi kesejahteraan psikologis dimasa
mendatang. Kelekatan spesifik berkembangan secara bertahap seiring
keterampilan dipengasuh dalam menginterpretasikan dan merespon sinyal-
sinyal yang diberikan bayi, dan bayi mulai mengenali individu-individu yang
berbeda dan perilaku-perilaku mereka. Setelah kelekatan spesifik berkembang
pada usia sekitar 6 bulan, bayi mulai menunjukkan perilaku lekat lain seperti
rasa takut kepada orang yang tidak dikenal dan kecemasan akan perpisahan.
Hubungan-hubungan awal memberikan suatu purwa rupa bagi hubungan
selanjutnya dimasa remaja dan dewasa melalui pembentukkan model kerja
internal (IWM-internal working model). IWM dapat dimodifikasi seiring bayi
mengembangkan jenis-jenis hubungan baru : karena itu, kontak dengan
beragam orang dengan siapa bayi dapat membentuk kelekatan dapat
menghasilkan IWM yang berkembang lebih penuh, sehingga mempersiapkan
si anak dengan lebih baik untuk membentuk hubungan dengan orang-orang
yang jauh lebih beragam dikemudian hari dalam hidupnya. IWM diduga
mempengaruhi respon-respon anak kepada orang lain bahkan dimasa
dewasanya (Bretherton & Mulholland, 2009). Karena itu, anak dengan IWM
yang didasarkan pada hubungan yang tidak adaptif kemungkinan mengulangi
pola perilaku ini sepanjang hidup.

Anda mungkin juga menyukai