Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ALJABAR LINIER ELEMENTER

MATRIKS

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

Drs. YASIFATI HIA, M.Si

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 PSPM 21 E

1. AGNES SURA PATI SINAGA (4213111069)


2. BELLA AMANDA NASUTION (4213111002)
3. CAROLINE NARESWARI NANCY SIBURIAN (4213111085)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa
karena telah memberikan kami kesehatan, kemudahan dan kelancaran. Atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah kami yang berjudul “Matriks” dengan baik dan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Aljabar Linier


Elementer Selain itu, makalah ini bertujuan menambah pengetahuan Matriks,
serta penambahan bahan sumber belajar bagi mahasiswa pada pembelajaran
Aljabar Linier Elementer bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Drs.Yasifati Hia,


M.Si selaku dosen mata kuliah Aljabar Linier Elementer yang sudah memberikan
bimbingannya, serta ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan,24 Februari 2023

Kelompok 2 PSPM E 21

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1. Latar Belakang ........................................................................................ 1


2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
3. Tujuan...................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

1. Matriks Dan Operasi Matriks .................................................................. 3


2. Aturan – Aturan Ilmu Hitung Matriks ...................................................... 8
3. Matriks Elementer Dan Metode Untuk Mencari A−1 ................................ 9
4. Sistem Persamaan Dan Keterbalikan ....................................................13

BAB III. PENUTUP ...........................................................................................16

A. Kesimpulan ............................................................................................ 16
B. Saran .....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Matriks merupakan sebuah cabang dari ilmu Aljabar Linier yang
mana merupakan salah satu bahasan penting dalam Matematika. Matriks
adalah susunan bilangan – bilangan dalam bentuk persegi panjang yang
disusun berdasarkan baris dan kolom. Bilangan yang disusun dalam baris
dan kolom tersebut dinamakan elemen-elemen penyusun matriks.
Bilangan-bilangan yang disusun berdasarkan aturan baris dan kolom
disebut sebagai entri dari matriks. Susunan bilangan seperti ini ditemui
dalam berbagai cabang ilmu matematika terapan. Dalam banyak kasus
susunan ini membentuk koefisien-koefisien transformasi linear atau sistem
persamaan linear.
Pada awalnya matriks ditemukan dalam sebuah studi yang
dilakukan oleh seorang ilmuan yang berasal dari Inggris yang bernama
Arthur Cayley (1821-1895) yang mana studi yang dilakukan untuk meneliti
persamaan linier dan transformasi linear, awal dari semua ini matriks
dianggap sebagai sebuah permainan karena matriks dapat diaplikasikan,
sedangkan pada tahun 1925 matriks digunakan sebagai kuantum dan pada
perkembangannya matriks digunakan dalam berbagai bidang.
Jika dua matriks memiliki dimensi yang sama (masing-masing
matriks memiliki jumlah baris dan jumlah kolom yang sama) maka kedua
matriks tersebut dapat dilakukan penjumlahan atau pengurangan secara
elemen demi elemen. Namun, berdasarkan aturan perkalian matriks, syarat
perkalian matriks, yakni ketika jumlah kolom matriks pertama sama dengan
jumlah baris matriks kedua pada perkalian dua matriks. Maksudnya,
perkalian matriks m x n dengan matriks n x p menghasilkan
matriks m x p. Oleh sebab itu, perkalian matriks tidak bersifat komutatif.
Pada umumnya, matriks digunakan untuk merepresentasikan transformasi
linear, yakni suati generalisasi fungsi linear seperti f (x) = 4x. Sehingga
bagaimana cara kita lebih mudah memahami dan mempelajari matriks.

1
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari matriks ?
2. Bagaimana operasi matriks ?
3. Apa saja aturan – aturan ilmu hitung matriks
4. Apa itu matriks elementer dan bagaimana metode untuk mencari A−1
?
5. Bagaimana sistem persamaan dan keterbalikan matriks ?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu matriks ?
2. Untuk mengetahui bagaimana cara pengoprasian matriks ?
3. Untuk mengetahui apa saja aturan – aturan ilmu hitung matriks ?
4. Untuk menambah pengetahuan mengenai matriks elementer dan
metode untuk mencari A−1 ?
5. Untuk mengetahui bagaimana sistem persamaan dan keterbalikan
matriks?

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Matriks Dan Operasi Matriks


1.1. Pengertian Matriks
Matriks adalah sekumpulan angka yang menyatakan bilangan –
bilangan real yang disusun menyerupai persegi panjang. Selain itu
matriks juga dapat didefinisikan sebagai himpunan elemen-elemen
yang membentuk susunan baris dan kolom ( Anton,Howard.2000 ).
Bilangan yang tersusun dalam matriks disebut elemen/unsur
matriks. Baris adalah susunan bilangan-bilangan yang mendatar
(horizontal), sedangkan kolom adalah susunan bilangan-bilangan yang
tegak (vertikal). Ordo matriks adalah banyaknya elemen baris dan
banyaknya elemen kolom dari suatu matriks. Jika sebuah matriks
memiliki i baris dan j kolom, maka matriks tersebut berordo i x j.

Yang dimaksud dengan matriks nol adalah matriks yang semua


entrinya adalah 0 antara lain :
0 0 0
0 0
[0 0 0], [0 0 0] , [ ]
0 0
0 0 0
1.2. Jenis – jenis Matriks
Selain punya ukuran (ordo), matriks juga terbagi menjadi beberapa
bentuk yang mempunyai sifat khusus. Nah, beberapa jenis matriks
yaitu:
 Matriks baris
Matriks baris adalah matriks yang hanya memiliki satu baris
dengan beberapa kolom. Perhatikan contoh matriks baris berikut.
P = [1 2 3], Q = [1 0 1 1]

3
 Matriks kolom
Matriks kolom adalah matriks yang hanya memiliki satu kolom
dengan beberapa baris. Contohnya :
0
1
P = [0] , Q = [1]
1
0 0
 Matriks nol
Matriks nol adalah matriks yang bernilai nol di semua elemennya.
Contohnya :
0
0 0
P = [0] , Q=[ ]
0 0
0
 Matriks persegi
Matriks persegi adalah matriks yang memiliki jumlah baris yang
sama dengan kolomnya, seperti matriks ordo 2 × 2, 3 × 3, dan
seterusnya.
1 0 1
1 2
P=[ ], Q = [2 1 0]
4 0
0 2 1
 Matriks segitiga atas (upper trigular)
Matriks segitiga atas adalah bentuk matriks persegi yang elemen
di bawah diagonal utamanya bernilai nol, sehingga seolah-olah
berbentuk segitiga.
1 0 1
P = [0 2 0]
0 0 1
Matriks segitiga atas biasanya digunakan sebagai dasar untuk
mencari determinan dengan metode reduksi baris.
 Matriks segitiga bawah (lower trigular )
Matriks segitiga bawah adalah matriks persegi yang elemen di
atas diagonal utamanya bernilai nol.
1 0 0
P = [2 3 0]
0 2 1
 Matriks diagonal
Matriks diagonal adalah matriks persegi yang semua elemennya
bernilai nol, kecuali diagonal utamanya.
4
1 0 0
P = [0 3 0]
0 0 1

 Matriks identitas
Matriks identitas ialah matriks diagonal yang setiap elemen
diagonal utamanya bernilai satu. Contoh :
1 0 0
P = [0 1 0]
0 0 1
 Matriks singular
Matriks singular ialah matriks yang determinannya bernilai nol.
Artinya, kamu bisa menentukan singularitas matriks melalui
perhitungan karena tidak bisa dilihat secara visual hanya dari
bentuk matriksnya saja. Perhatikan contoh berikut.
2 4
P=[ ]
4 8
Matriks P termasuk singular karena determinannya bernilai nol.
Det P = (2 × 8)– (4 × 4 )
= 16 – 16 = 0
1.3. Operasi Matriks
 Operasi penjumlahan matriks
Dua buah matriks dapat dioperasikan dengan cara
menjumlahkan keduanya. Syarat agar penjumlahan ini dapat
dilakukan adalah ukuran matriks – matriks tersebut harus sama.
𝑎 𝑏 𝑐 𝑔 ℎ 𝑖
A= [ ] B= [ ]
𝑑 𝑒 𝑓 𝑗 𝑘 𝑙
𝒂+𝒈 𝒃+𝒉 𝒄+𝒊
𝐀+𝐁= [ ]
𝒅+𝒋 𝒆+𝒌 𝒇+𝒍
Contoh :
Diberikan matriks – matriks Adan B yang masing – masing
berukuran
0 1 2 −3 4 −2 1 −3
A= [ ] B= [ ]
4 −2 1 −3 3 −4 8 −1
Hasil penjumlahan A dan B adalah
0+4 1 + (−2) 2 + 1 −3 + (−3)
A+B = [ ]
4+3 −2 + (−4) 1 + 8 −3 + (−1)
5
4 −1 3 −6
A + B == [ ]
7 −6 9 −4
 Operasi pengurangan matriks
Sama seperti pada penjumlahan matriks, pengurangan matriks
hanya dapat dilakukan pada matriks – matriks yang mempunyai
ukuran yang sama. Jika ukurannya berlainan maka matriks hasil
tidak terdefinisikan.
𝑎 𝑏 𝑐 𝑔 ℎ 𝑖
A= [ ] B= [ ]
𝑑 𝑒 𝑓 𝑗 𝑘 𝑙
𝒂−𝒈 𝒃−𝒉 𝒄−𝒊
𝐀−𝐁= [ ]
𝒅−𝒋 𝒆−𝒌 𝒇−𝒍
Contoh soal :
Diberikan matriks – matriks Adan B yang masing – masing
berukuran
1 −5 3 1 2 0
A= [ ] B= [ ]
−1 4 6 9 6 1
Maka hasil pengurangan A dan B adalah
1 − 1 −5 − 2 3 − 0
A−B= [ ]
−1 − 9 4 − 6 6 − 1
0 −7 3
A−B=[ ]
−10 −2 5

 Operasi perkalian matriks dengan skalar


Pada operasi perkalian skalar, sebuah matriks dikalikan dengan
bilangan skalar. Jika diketahui A merupakan suatu matriks dan K
merupakan bilangan real, maka hasil perkalian K dengan matriks
A adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan setiap
elemen A dengan K.
a b a b axk bxk
A= [ ] , kA = k x [ ]=[ ]
c d c d cxk dxk
Contoh soal :
Diberikan skalar k = 2 dan matriks A sebagai berikut :
8 −2 −1
A = [2 0 10 ]
4 −1 3
hasil kali A dan k adalah

6
2 . 8 2(−2) 2(−1) 16 −4 −2
kA = 2. A = [2 . 2 2 . 0 2 . 10 ] = [ 4 0 20 ]
2 . 4 2(−1) 2 . 3 8 −2 6

 Operasi perkalian kedua matriks


Syarat dua buah matriks, misal matriks A dan matriks B, dapat
dikalikan adalah jika banyaknya kolom matriks A sama dengan
banyaknya baris matriks B.
a b 𝑒 𝑓 𝑔
A= [ ], B = [ ]
c d ℎ 𝑖 𝑗
𝑎 .𝑒 +𝑏 .ℎ 𝑎 .𝑓 + 𝑏 .𝑖 𝑎 .𝑔 + 𝑏 .𝑗
AxB=[ ]
𝑐 .𝑒 + 𝑑 .ℎ 𝑐 .𝑓 + 𝑑 .𝑖 𝑐. 𝑔 + 𝑑 . 𝑗
Contoh soal

 Transpos matriks
Transpos matriks adalah matriks baru yang dihasilkan oleh
perpindahan elemen baris menjadi elemen kolom. Penulisan
transpose matriks biasanya dinyatakan sebagai indeks
(superscript) pada matriks awalnya, misal AT, PT, BT, dan
seterusnya.

Contoh :
Diberikan matriks A berikut ini

7
6 −4 1
A= [ 5 7 22]
−7 2 11
Transpos matriks tersebut adalah
6 5 −7
A𝑡 = [−4 7 2]
1 22 11
2. Aturan – Aturan Ilmu Hitung Matriks
Dengan menganggap bahwa ukuran – ukuran matriks adalah sedemikian
sehingga operasi – operasi yang ditunjukkan dapat diperagakan, maka
aturan aturan ilmu hitung matriks berikut :
 A+B = B+
A Hukum komutatif untuk penambahan
 A + (B + C) = (A + B) + C Hukum asosiatif untuk penambahan
 A (BC) = (AB)C Hukum asosiatif untuk perkalian
 A(B + C) = AB + AC Hukum disributif
 (B + C)A = BA + CA Hukum disributif
 A(B − C) = AB − AC
 (B − C)A = BA − CA
 (A𝑡 )𝑡 = A
 (A + B)𝑡 = A𝑡 + B𝑡
 (kA)𝑡 = kA𝑡

Contohnya
Sebagai berikut gambaran hukum asosiatif untuk perkalian matriks
1 2
4 3 1 0
A = [3 4] B = [ ] C=[ ]
2 1 2 3
0 1
Kemudian
1 2 8 5
4 3
AB = [3 4] x [ ] = [20 13]
2 1
0 1 2 1
Sehingga
8 5 18 15
1 0
(AB)C = [20 13] [ ] = [46 39]
2 3
2 1 4 3
Sebaliknya

8
4 3 1 0 10 9
BC = [ ][ ]= [ ]
2 1 2 3 4 3
Maka
1 2 18 15
10 9
A(BC) = [3 4] [ ] = [46 38]
4 3
0 1 4 3
Jadi, (AB)C = A(BC)

3. Matriks Elementer Dan Metode Untuk Mencari 𝐀−𝟏


3.1. Matriks Elementer
Matriks elementer adalah sebuah matriks 𝑛 × 𝑛 yang diperoleh dengan
melakukan sebuah operasi baris elementer terhadap matriks identitas 𝑛 ×
𝑛.
Atau matriks elementer dapat diartikan sebagai matriks yang diperoleh dari
matriks identitas yang dikenai satu kali OBE (Operasi Baris Elementer).
Contohnya :
2 0
1. [ ] merupakan matriks elementer yang diperoleh dengan
0 1
1 0
mengalikan baris pertama matriks [ ] dengan 2.
0 1
0 0 1
2. [0 1 0] merupakan matriks elementer yang diperoleh dengan
1 0 0
menukar posisi baris pertama dengan baris ketiga dari matriks
1 0 0
[0 1 0]
0 0 1

Operasi baris elementer (OBE) terhadap sebuah matriks 𝐴𝑛×𝑛 akan


menghasilkan matriks yang sama dengan perkalian kiri matriks A dengan
matriks elementer yang bersesuaian dengan operasi baris tersebut.

Contoh Matriks Elementer:

1 0 0 1 0 0
1. I = [0 1 0] 𝐵2 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑘𝑎𝑟 𝐵3 E = [0 0 1]
0 0 1 0 1 0
1 0 0 1 0 2
2. I = [0 1 0] 2 × 𝐵3 + 𝐵1 E = [0 1 0]
0 0 1 0 0 1

9
1 0 1 0
3. I = [ ] − 3 × 𝐵2 E=[ ]
0 1 0 −3

3.2. Invers Matriks

Invers dari matriks kuadrat A, ditulis A−1 ialah suatu matriks yang memenuhi
sifat A. A−1 = A−1 . A = I

Teorema : Sebuah matriks kuadrat A dapat dibalik (invertible) jika dan


hanya jika det(A) ≠ 0.

1) Metode Sarus
Matriks A :
a b 1 d −b
A=[ ]  A−1 = 𝑎𝑑−𝑏𝑐 [ ] dimana: ad − bc ≠ 0
c d −c a
Contoh :
Tentukan nilai invers dari matriks berikut :
−2 5
A=[ ]
−7 17
1 d −b
A−1 = [ ]
𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 −c a
1 17 −5 17 −5
A−1 = [ ]=[ ]
(−2 × 17) − (−7 × 5) 7 −2 7 −2
2) Metode Adjoin Matriks (untuk matriks 𝒏 × 𝒏)
Jika matriks A merupakan matriks yang dapat dibalik, maka :
1
A−1 = adjoin (A)
det(A)
Contoh :
3 −2 5
Jika A = [2 1 2], tentukan A−1
3 0 4
Penyelesaian :
𝐜𝐢𝐣 = (−𝟏)𝐢+𝐣 𝐝𝐞𝐭 𝐌
𝟏 𝟐
𝐂𝟏𝟏 = (−𝟏)𝟏+𝟏 [ ] = (𝟏)(𝟒 − 𝟎) = 𝟒
𝟎 𝟒
𝟐 𝟐
𝐂𝟏𝟐 = (−𝟏)𝟏+𝟐 [ ] = (−𝟏)(𝟖 − 𝟔) = −𝟐
𝟑 𝟒
𝟐 𝟏
𝐂𝟏𝟑 = (−𝟏)𝟏+𝟑 [ ] = (𝟏)(𝟎 − 𝟑) = −𝟑
𝟑 𝟎

10
−𝟐 𝟓
𝐂𝟐𝟏 = (−𝟏)𝟐+𝟏 [ ] = (−𝟏)(−𝟖 − 𝟎) = 𝟖
𝟎 𝟒
𝟑 𝟓
𝐂𝟐𝟐 = (−𝟏)𝟐+𝟐 [ ] = (𝟏)(𝟏𝟐 − 𝟏𝟓) = −𝟑
𝟑 𝟒
𝟑 −𝟐
𝐂𝟐𝟑 = (−𝟏)𝟐+𝟑 [ ] = (−𝟏)(𝟎 − (−𝟔)) = −𝟔
𝟑 𝟎
−𝟐 𝟓
𝐂𝟑𝟏 = (−𝟏)𝟑+𝟏 [ ] = (𝟏)(−𝟒 − 𝟓) = −𝟗
𝟏 𝟐
𝟑 𝟓
𝐂𝟑𝟐 = (−𝟏)𝟑+𝟐 [ ] = (−𝟏)(𝟔 − 𝟏𝟎) = −𝟒
𝟐 𝟐
𝟑 −𝟐
𝐂𝟑𝟑 = (−𝟏)𝟑+𝟑 [ ] = (𝟏)(𝟑 − (−𝟒)) = 𝟕
𝟐 𝟏
𝟑 −𝟐 𝟓
𝐀 = [𝟐 𝟏 𝟐 ]
𝟑 𝟎 𝟒
𝐝𝐞𝐭 (𝐀) = (𝟑)(𝟒) + (−𝟐)(−𝟐) + (𝟓)(−𝟑) = 𝟏𝟐 + 𝟒 − 𝟏𝟓 = 𝟏
𝟒 −𝟐 −𝟑
𝐂 = [ 𝟖 −𝟑 −𝟔]
−𝟗 −𝟒 𝟕

𝟒 −𝟐 −𝟑 𝐓 𝟒 𝟖 −𝟗
Adjoin 𝐀 = [ 𝟖 −𝟑 −𝟔] = [−𝟐 −𝟑 −𝟒]
−𝟗 −𝟒 𝟕 −𝟑 −𝟔 𝟕

𝟏
𝐀−𝟏 = 𝐚𝐝𝐣𝐨𝐢𝐧 (𝐀)
𝐝𝐞𝐭(𝐀)

𝐝𝐞𝐭(𝐀) = (𝟑)(𝟒) + (−𝟐)(−𝟐) + (𝟓)(−𝟑) = 𝟏𝟐 + 𝟒 − 𝟏𝟓 = 𝟏

𝟒 𝟖 −𝟗
[−𝟐 −𝟑 −𝟒]
𝐚𝐝𝐣𝐨𝐢𝐧 (𝐀) 𝟒 𝟖 −𝟗
𝐀−𝟏 = = −𝟑 −𝟔 𝟕 = [−𝟐 −𝟑 −𝟒]
𝐝𝐞𝐭(𝐀) 𝟏
−𝟑 −𝟔 𝟕

3) Operasi Baris Elementer (OBE) (untuk matriks 𝒏 × 𝒏)

Untuk menentukan kebalikan (invers) dari matriks A yang dapat dibalik


dengan menggunakan metode OBE (Operasi Baris Elementer). Hal yang
dilakukan ialah mengoperasikan sejumlah OBE (Operasi Baris Elementer)

11
untuk mereduksi A menjadi matriks identitas serta melakukan operasi yang
sama terhadap 𝐼𝑛 untuk memperoleh 𝐀−1

Tahapan langkah penyelesaian :

1. Gabungkan matriks identitas ke sebelah kanan A [𝐀|𝐈|]


2. Kemudian, lakukan operasi baris elementer (OBE), sehingga [𝐀|𝐈|]
menjadi [𝐈|𝐀−𝟏 |]

Contoh Soal :

Tentukan balikan dari matriks berikut dengan menggunakan operasi baris


elementer (OBE)

3 −2 5
A = [2 1 2]
3 0 4

Penyelesaian :

3 −2 5 1 0 0 𝟏
(𝐀)(𝐈) = [2 1 2] [0 1 0] 𝐁𝟏
𝟑
3 0 4 0 0 1

2 5 1
1 − 0 0 𝐁 − 𝟐𝐁
[ 3 3] [3 ] 𝟐 𝟏
2 1 2 0 1 0 𝐁𝟑 − 𝟑𝐁𝟏
3 0 4 0 0 1

2 5 1
1 − 0 0
3 3 3 𝟑
(𝐀)(𝐈) = 7 4 2 𝐁𝟐
0 − 1 0 𝟕
3 3 3
[0 2 −1 ] [−1 0 1]

2 5 1
1 − 0 0 𝟐
3 3 3 𝐁𝟏 + 𝐁𝟐
(𝐀)(𝐈) = 4 2 3 𝟑
0 1 − − 0 𝐁 − 𝟐𝐁
7 7 7 𝟑 𝟐
[0 2 −1 ] [ −1 0 1]

12
9 1 2
1 0 0
7 7 7
4 2 3
(𝐀)(𝐈) = 0 1 − − 0 𝟕𝐁𝟑
7 7 7
1 3 6
[ 0 0 − − 1]
7 ][ 7 7

9 1 2
1 0 0 𝟗
7 7 7 𝐁𝟏 − 𝐁𝟑
(𝐀)(𝐈) = 4 2 3 𝟕
0 1 − − 0 𝐁 + 𝟒𝐁
7 7 7 𝟐
[0 0 1 ] [ −3 𝟕 𝟑
−6 7]

1 0 0 4 8 −9
(𝐀)(𝐈) = [0 1 0] [−2 −3 4 ]
0 0 1 −3 −6 7

𝟒 𝟖 𝟗
𝐌𝐚𝐤𝐚 ∶ 𝐀−𝟏 = [−𝟐 −𝟑 𝟒]
−𝟑 −𝟔 𝟕

4. Sistem Persamaan Dan Keterbalikan Matriks

4.1. Sistem Persamaan

Theorema : Jika A merupakan matriks n × n yang dapat dibalik, maka untuk


setiap matriks b, n × 1, sistem persamaan 𝐀𝐱 = 𝐛 memiliki tepat satu solusi,
yaitu :

𝐱 = 𝐀−𝟏 𝐛

Pembuktian :

Karena A(A−1 b) = b, maka x = A−1 b adalah solusi dari persamaan Ax = b.

Misal x0 merupakan sebarang solusi yang lain. Maka akan ditunjukkan bahwa
x0 juga merupakan solusi dari Ax = b

Karena x0 merupakan sebarang solusi, maka berlaku Ax0 = b. Dengan


mengalkukan kedua ruas dengan A−1 , diperoleh x0 = A−1 b

Dengan demikian 𝐱 𝟎 = 𝐱 atau 𝐀𝐱 = 𝐛 hanya memiliki tepat satu solusi.

13
Contoh Soal :

Tentukan solusi dari sistem persamaan linear

x1 + 2x2 + 3x3 = 5
2x1 + 5x2 + 3x3 = 3
x1 + 8x3 = 17

Penyelesaian :

Sistem dapat dinyatakan kedalam bentuk 𝐀𝐱 = 𝐛, dimana :

1 2 3 x1 5
A = [2 x
5 3] , x = [ 2 ] , b = [ 3 ]
1 0 8 x3 17

−40 16 9
A−1 = [ 13 −5 −3]
5 −2 −1

sehingga ∶

−40 16 9 5 1
𝐱 = 𝐀−𝟏 𝐛 = [ 13 −5 −3] [ 3 ] = [−1]
5 −2 −1 17 2

4.2. Keterbalikan Matriks


4.2.1. Sifat Matriks yang Dapat dibalik

Teorema :

1. Misalkan A merupakan matriks bujursangkar, maka :


 Jika B matriks bujursangkar yang memenuhi BA = I, maka B = A−1
 Jika B matriks bujursangkar yang memenuhi AB = I, maka B = A−1

2. Jika A merupakan matriks 𝑛 × 𝑛, maka :


 A dapat dibalik
 Ax = 0 hanya memiliki solusi trivial
 Bentuk eselom baris tereduksi dari A adalah 𝐼𝑛

14
 A dapat dinyatakan sebagai hasil kali dari matriks – matriks elementer
 Ax = b konsisten untuk setiap matriks b, n × 1
 Ax = b memiliki tepat satu solusi untuk setiap matriks b, n × 1

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan materi makalah di atas, dapat ditarik kesimpulan,


yaitu matriks adalah sekumpulan angka yang menyatakan bilangan – bilangan
real yang disusun menyerupai persegi panjang. Bilangan yang tersusun dalam
matriks disebut elemen/unsur matriks. Baris adalah susunan bilangan-bilangan
yang mendatar (horizontal), sedangkan kolom adalah susunan bilangan-
bilangan yang tegak (vertikal). Dala matriks dikenal istilah ordo, yaitu
menyatakan banyaknya elemen baris dan banyaknya elemen kolom dari suatu
matriks. Jika sebuah matriks memiliki i baris dan j kolom, maka matriks tersebut
berordo i x j.

Selain itu, matriks terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu matriks baris,
kolom, nol, persegi, segitiga atas, segitiga bawah, diagonall, identitas, dan
singular. Matriks juga memiliki beberapa sistem pengoperasian, yaitu : operasi
penjumlahan pada matriks, operasi pengurangan, operasi perkalian skalar
pada matriks, operasi perkalian kedua matriks, dan transpos matriks. Lalu,
pada matriks juga dikenal beberapa aturan ilmu hitung matriks, matriks
elementer, invers matriks, sistem persamaan dan keterbalikan matriks, dimana
kesemuanya itu dibahas secara mendalam pada sub bab sebelumnya, dan
seluruh bahagian tersebut memiliki keterkaitan antar satu sama lain.

B. SARAN

Bagi pembaca diharapkan dalam mempelajari makalah ini menggunakan


buku – buku referensi lainnya sebagai pendukung materi pada makalah ini.
Hal tersebut ditujukan agar pembaca lebih dapat memahami dan mengerti
topik – topik pembahasan mengenai matriks yang telah dipaparkan pada
makalah mata kuliah Aljabar Linear Elementer ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anton, Howard. 1987. Aljabar Linear Elementer Edisi kelima. Jakarta: Erlangga
Arif, Nugroho Sudibyo. 2021. “Metode Eliminasi Gauss-Jordan”,
https://www.academia.edu/45564528/Metode_Eliminasi_Gauss_Jordan,
diakses pada 17 Februari 2023 pukul 12.15.
Profematika. 2019. “Eliminasi Gauss dan Contoh Penerapannya”, diakses pada
19 Februari 2023 pukul 09.32.
Rusdi, Andi. 2016.” Eliminasi Gauss Jordan”, https://docplayer.info/33798514-
Eliminasi-gauss-jordan-oleh-andi-rusdi.html , diakses pada 17 Februari
2023.

17
18

Anda mungkin juga menyukai