Anda di halaman 1dari 5

Resensi Sosiologi & Antropologi

Sejarah Fase Perkembangan Sosiologi & Antropologi


Sejarah perkembangan Sosiologi dibagi menjadi 3 tahap atau fase yaitu:
Fase pertama atau disebut juga dengan Tahap Teologi atau Fiktif dimana manusia menafsirkan suatu gejalagejala yang terjadi di sekelilingnya dan semua hal itu ada kaitannya dengan dewa-dewa, roh, dan Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercayaannya. Fase kedua atau disebut juga dengan Tahap Metafisika yaitu manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala yang terjadi di masyarakat terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Fase ketiga yaitu fase atau tahap yang terakhir dari perkembangan ilmu sosiologi. Dalam tahap ini tugas ilmu pengetahuan positif menjadi peran utama. Ilmu pengetahuan positif ialah ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang nyata dan kongkrit tanpa ada halangan dari pertimbangan-pertimbangan lainnya. Di dalam memberikan penilaian terhadap berbagai cabang ilmu pengetahuan yaitu dengan jalan mengukur isinya yang positif serta sejauh mana ilmu tadi dapat mengungkapkan kebenaran yang positif.

Sejarah Perkembangan Antropologi dibagi menjadi 4 tahap atau fase yaitu:


Fase pertama, kira-kira sebelum tahun 1800. Suku-suku bangsa penduduk pribumi afrika, asia dan amerika mulai didatangi oleh orang Eropa Barat sejak akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16. Bersama dengan perkembangan itu mulai terkumpul suatu himpunan besar dari buku-buku kisah perjalanan, laporan, dan sebagainya dari buah tangan para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani, penerjemah Kitab Injil, dan pegawai pemerintah jajahan yang kemudian dibentuk sebuah etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Fase kedua, Kira-kira Pertengahan Abad ke-19. Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. Ilmu antropologi berupa suatu ilmu yang akademikal, dengan tujuan untuk mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Fase ketiga, kira-kira pada permulaan Abad ke-20. Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, dan bertujuan untuk mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks. Fase keempat, kira-kira sesudah 1930. Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangan yang paling luas, baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Ilmu antropologi yang baru dalam fase perkembangannya yang keempat ini dibagi dua, yaitu tujuan akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademikalnya adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Sedangkan tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu. Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

Tokoh-tokoh ilmuan besar sosiologi


o mile Durkheim ilmuwan sosial Perancis berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial. 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat. Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia. Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

o o o

Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tnnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa).

Pengertian Sosiologi & Antropologi


Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial. Antropologi berasal dari kata Yunani (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana menelitai manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal. Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

Ruang Lingkup Kajian Sosiologi


Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara bervariasi. Misalnya seorang sosiologi mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa 2

remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota baik individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya. Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkugan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara lain:

Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam; Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya; Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.

Ruang lingkup dan kajian antropologi memfokuskan kepada Iima masalah, yaitu: 1. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia dilihat dad ciri-ciri tubuhnya secara evolusi yang dipandang dari segi biologi. 2. Masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia dari segi ciri-ciri fisiknya. 3. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di dunia. 4. Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia. 5. Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat suku bangsa di dunia.

Antropologi kemudian rnengalami suatu perkembangan ruang lingkup dan batas keilmuan yang luas. Antropologi ingin memahami: 1. Sejarah asal perkembangan manusia secara biologis dan segala vadasi ciri-ciri tubuh makhluk manusia (paieoantropologi dan antropologi fisik) 2. Sejarah asal, perkembangan dan penyebaran bahasa (etnolinguistik) 3. Sejarah asal perkembangan dan penyebaran serta prinsip-prinsip dasar aneka warna

Hubungan antara Antropologi dan Ilmu-ilmu Lain 1. Ilmu Geologi membantu antropolog mengetahui umur dari lapisan-lapisan bumi tempat fosil berada. 2. Ilmu Paleontologi paleontologi sebagai ilmu yang meneliti fosil makhluk-makhluk dari zaman dahulu untuk membuat suatu rekontruksi tentang proses evolusi bentuk makhluk dari zaman dahulu hingga sekarang membantu ilmu antropologi dalam menentukan umur relatif dari fosil dan artefak yang ada. 3. Ilmu Anatomi membantu terutama pada cabang antropologi fisik untuk mempelajari asal mula dan penyebaran ras-ras manusia di dunia. 4. Ilmu Kesehatan Masyarakat membantu praktisi kesehatan masyarakat untuk bisa beradapatasi dengan budaya dari penduduk sekitar. 5. Ilmu Psikiatri 3

membantu mempelajari manusia dan kebudayaannya secara psikologi praktis 6. Ilmu Linguistik Adanya Etnolinguistik mengisyaratkan bahwa bahasa bagi ilmu antropologi menjadi hal yang sangat penting untuk memahami kebudayaan masyarakat. 7. Ilmu Arkeologi dan sejarah sebagai ilmu sejarah kebudayaan purbakala yang fokus pembelajarannya sangat berkaitan erat dengan prehistori antropologi. 8. Ilmu Geografi memahami kebudayaan manusia yang selalu kait-mengait dengan lingkungan alamnya. 9. Ilmu Ekonomi dan administrasi seorang ahli ekonomi yang akan membuat aturan-aturan ekonomi di daerah baru, harus membuat pembelajaran komparatif mengenai tata cara masyarakat di tempat tersebut. 10. Ilmu Hukum Adat hukum adat muncul dan hidup langsung dari masalah-maslah perdata yang muncul dalam kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan kebudayaan mereka. 11. Ilmu Politik dalam menganalisis kekuatan politik lawan, seorang ahli politik harus mengetahui latar belakang politik lawannya.

Hubungan sosiologi dengan ilmu lainnya 1) Hubungan sosiologi & antropologi : masyarakat dan kebudayaan

2) Hubungan sosiologi & sejarah : memperhatikan masa lampau 3) Hubungan sosiologi & ilmu politik : pola umum dalam masyarakat 4) Hubungan sosiologi & ilmu ekonomi : pemenuhan dan kegiatan ekonomi masyarakat 5) Hubungan sosiologi & psikologi : menguraikan gejala sosial kebudayaan dari sudut psikologis

Sosiologi sebagai metode Metode dari bahasa yunani yaitu methodor, artinya cara atau jalan. Metodologi adalah merencanakan cara-cara yang berhubungan dengan pengkajian ilmu-ilmu sosial. Ciri ciri dari metode, antara lain: Ada permasalahan yang akan dikaji atau diteliti Ada hipotesis (kesimpulan sementara) 4

Ada usulan mengenai cara kerja atau cara penyelesaian permasalahan dan hipotesis yang ada.

METODE SOSIOLOGI Metode yang digunakan dalam sosiologi adalah metode ilmiah. Berikut adalah penggolongan metode sosiologi: 1) Metode Kualitatif Metode kulitatif menggunakan bahan-bahan yang sukar dihitung dan lebih berdasarkan pemahaman. Metode kualitatif dalam sosiologi meliputi: - Metode historis menggunakan analisis atau peristiwa-peristiwa masa silam untuk menentukan prinsip-prinsip umum. Contoh: menyelidiki akibat revolusi secara umum dengan menggunakan bahan sejarah yaitu dengan meneliti revolusi yang terjadi pada masa silam. - Metode komparatif mementingkan perbandingan macam masyarakat dari berbagai aspek untuk memperoleh persamaan dan perbedaan dalam rangka member petunjuk perikelakuan masyarakat pada masa silam dan masa sekarang serta masyarakat yang mempunyai tingkat peradaban yang berbeda atau sama. Metode historis komparatif adalah kombinasi dari kedua metode sebelumnya

Metode studi kasus adalah metode yang mempelajari salah satu gejala nyata dalam kehidupan masyarakat dengan sedalam-dalamnya guna mendapatkan dalil-dalil umum.

2) Metode Kuantitatif Metode kuantitatif menggunakan bahan keterangan dengan angka sehingga gejala yang diteliti dapat diukur dengan skala indeks, table, dan formula yang sedikit banyak menggunakan ilmu pasti. Metode kuantitatif meliputi: Metode statistik: mengukur gejala gejala sosial secara matematis untuk mengetahui korelasi atau hubungannya. Metode eksperimen: metode dengan menggunakan percobaan-percobaan.

Anda mungkin juga menyukai