Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TAFSIR MUQARAN
KITAB DURRATUT TANZIL WAQURRATAT TA'WIL KARYA
ALKHATIB ALISKAFI

Disusunoleh:
Muzakkir Kholiq
NIRM : S1.VI.19.19.490
Muhammad Robithoh Asy-sya’Ari
NIRM : S1.VI.19.19.488

DOSENPENGAMPU:
YENNI RAHMAN S,ThI,MA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL QUR'AN (STAIDA)


PAYAKUMBUH
T.A 2020 M/1443H
BAB I

PENDAHULIAN

A. Latar Belakang

Kitab Durratut Tanzil wa Ghurratut Ta'wil adalah kitab pertama yang membahas tentang
penakwilan ayat-ayat mutashabih al lafz yang ada didalam al Qur’an. Khatib al Iskafi
mengatakan didalam muqaddimah kitabnya bahwa sesungguhnya tidak ada Ulama sebelumnya
yang membahas tentang tema ini. Pengarang yang menulis setelah kitab ini adalah Ibn Zubair
(w.708H) dengan kitab Milakal Ta'wil yang menjelaskan kitab Durrahal Tanzil wa Ghurrahal
Ta'wil yang merupakan kitab pertamakali yang dikenal diantara kitab kitab karangan tentang ayat
ayat mutashabihal lafz. Dan tidak diketahui kitab yang lain sebelumnya dengan tema yang sama.
Kitab ini merupakan kitab tafsir yang penjelasannya menitik beratkan pada ta'wil ayat-ayat yang
berulangan (tikrar), kalimat-kalimat yang beredaksi mirip (mutashabih allafz), penggunaan
susunan kalimat (uslub) yang berbeda dikarenakan pendahuluan dan pengakhiran (taqdim wa
ta’khir), serta penambahan dan pengurangan (ziyadah wa nuqsan) unsur-unsur kalimatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiana biografi Al Khatib Al Iskhafi?
2. Bagaimana kitab durraut tanzin wa duratut ta’wil?
3. Bagaimana pendapat ulama tentang kitab tersebut?
4. Bagaimana corak dan penafsiran al khatib is khafi pada kitab tersebut?
5. Apa kelebihan dan kelemahan kitab tersebut?

C. Tujuan
1. Mengetahui biografi Al Khatib Al Iskhafi.
2. Mengetahui kitab durraut tanzin wa duratut ta’wil.
3. Mengetahui pendapat ulama tentang kitab tersebut.
4. Mengetahui corak dan penafsiran al khatib is khafi pada kitab tersebut.
5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan kitab tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi

Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah atau dikenal dengan al khatib al iskafi adalah
seseorang yang menguasi ilmu bahasa daripada orang-rng yang ahli dan beliau adalah orang
yang suka kepada ilmu saking sukanya dia sering kali keluar masuk daerah demu mendapatkan
suatu ilmu dari guru-gurunya hingga ia menguasi ilmu-ilmu bahasa dan adab, dan juga ia
termashur pada bidang tersebut.

Dia belajar ilmu adab kepada sahib bin ibad dan sahabat-sahabatnya pada tahun 326 H
sampai 385 H. dan dari sahabat-sahaabtnya di antaranya bernama yakud pernah berkata
“sesungguhnya guruku ibnu ibad pernah berkata orang yang dapat menguasi ilmu ini hanya tiga
orang, yang ketiga-tiganya ku beri gelar: haiq, dan hallaj, dan isqafi. Adapun al haiq adalah abu
ali al marzuqi dan al hallaj adalah abu mansur al mastdi dan al isqafi adalah abu abdillah al
khatib. Dalam satu riwayat diterangkan al khatib al istkafi wafat pada ahun 420 H atau 1026 M.

B. Kitab Duratut Tanzil Wa Ghuratut Ta’wil

Diantara ulama yang mengkaji al Qur’an secara maudu'I adalah al-Khatib al-Iskafi yang
dituangkan dalam karya fenomenalnya, Durratut Tanzil wa Gurratut Ta’wil. Al-Khatibal-Iskafi
merupakan pakar keilmuan Islam dibidangnya, lebih spesifik bidang al-Qur’an, sekalilagi
sebagaimana tercermin dari Durratut Tanzil wa Gurratut Ta’wil. Tema khusus yang dikaji dalam
karya tersebut adalah aspek mutasyabih dalam al-Qur’an. Dengan lahirnya karya Durratut Tanzil
wa Gurratut Ta’wil dari tangan al-Iskafi di atas, terdapat poin penting bahwa banyak aspek yang
bisa dikaji dan dipelajari dari al-Qur’an, termasuk tidak hanya susunan redaksi dan pemilihan
kosakata,tetapi juga kandungan yang tersurat, tersirat bahkan sampai pada kesan yang
ditimbulkannya.
Banyak sekali dijumpai ayat al Qur’an yang mengandung kesamaan redaksi, hal ini
Menunjukkan kehebatan Allah dalam mengelaborasi kata, kemudian menyajikannya
dalam beragam redaksi. Kenyataan ini biasanya disebut dengan ayat-ayat mutasyabih (serupa
tetapi tidak sama). Dari fenomena ini semakin memperkuat asumsi betapa mukjizat al Qur’an
tidak mungkin dapat tertandingi oleh yang lain.
Kajian tentang mutasyabih al-Qur’an secara khusus fokusnya adalah ayat-ayat yang
Membicarakan satu tema yang sama namun menggunakan beberapa redaksi yang berbeda.
Perbedaan ini mencakup mendahulukan kata atau mengakhirkannya (taqdim wata’khir)
penambahan dan pengurangan (ziyadah wanuqsan), penggunanaan bentuk ma‘rifat dan bentuk
nakirah, bentuk tunggal atau jamak dan mengganti kalimat atau lafal (ibdal). Disamping itu,
kajian ini juga menjelaskan tentang pengulangan ayat yang ada didalam ayat-ayat al Qur’an
(tikrar ayat).
Tahqiq Durratut Tanzil Wa Gurratut Ta’wil, oleh Muhammad Mustafa Iydin, tahqiq ini
menjelaskan ayat mutasyabihat sesuai dengan yang terdapat pada kitab aslinya yakni dimulai
dari ayat-ayat mutasyabihat yang ada pada surat al-Baqarah sampai diakhiri pada surat an Nas.
Yang menjelaskan ayat-ayat mutasyabihat didalamnya terdapat pembahasan penting yaitu:
1. Ayat-ayat yang secara redaksional saling menyerupai, tetapi memiliki beberapa
perbedaan, mendahulukan / mengakhirkan, penambahan dan pengurangan, ma’rifat dan
nakirah, penggantian huruf dengan huruf lain atau penggantian kalimat dengan kalimat
lain.
2. Ayat-ayat yang memiliki kesamaan redaksi. Berdasarkan tinjauan diatas, bisa dilihat
bahwa kajian tentang ayat-ayat mutasyabihat sudah sangat banyak, tetapi dari kajian itu
kebanyakan menfokuskan kajian ayat-ayat mutasyabihat dari segi makna (lawan
muhkam), meskipun ada beberapa tulisan yang kajiannya terkait ayat-ayat mutasyabihat
(ayat serupa tapi tak sama), tetapi penulis belum menemukan fokus pada pandangan al
Khatib al-Iskafi, khususnya terkait ayat-ayat mutasyabihat dalam kitab Durratut Tanzil
wa Gurratut Ta’wil.

C. Pendapat Ulama
Dalam bukunya dapat ditemukan keindahan bahasa telah berkata assafdi, sungguh
bukunya ini sangatlah bagus (perdapat ini di kemukan pada tahun 1325 H), dan banyak juga
pujian daripada ahli adab, dan tersusun disana banyak siasat yang sempurna dan buku ini terlihat
sempurna, dan keindahan bahasa, dan kesempurnaan tulisan sehingga terlihat indah , da buku ini
(duratut tanzil wa ghuratut tanwil) dan buku ini diterbitkan di darul afaq, bairut.

D. Corak dan Metode Penafsiran


Adpun corak ang gunakan dalam kitab ini adalah:
1. Metode yang digunakan Iskafi dalam karyanya yang berjudul Durrah at- Tanzil wa Gurah
at-Ta’wil menggunakan penyajian Maudu’i, dengan bentuk atau corak bi ar-ra’y.
Sistematika yang digunakan dalam kitabnya adalah sistematika at-tartib al-mushafi;
diawali dari QS. al- Baqarah dan diakhiri dengan QS. an-Nas, meskipun tidak semua ayat
al-Qur’an ditafsirkan yakni hanya ayat-ayat tertentu yang memiliki keserupaan antar
surat-surat al-Qur’an. Penafsiran dalam Durrah at-Tanzil wa Gurrah at-Ta’wil terbagi
menjadi dua kategori: pertama, ayat-ayat mutasyabihat yang memiliki perbedaan tidak
sama persis redaksinya. Perbedaan tersebut terletak pada taqdim dan ta’khir, penambahan
dan pengurangan (ziyadah wa nuqsan), penggunaan bentuk nakirah dan ma‘rifah,
penggantian kata atau kalimat (ibdal).
2. Ayat-ayat mutasyabihat yang memiliki kesamaan dalam redaksi dan terulang berkali–kali
dalam al-Qur’an (tikrar al-Ayat). Saat menafsirkan, al-Khatib al-Iskafi merujuk pada
ayat-ayat al- Qur’an itu sendiri (tanasub al-ayat), pada hadis Nabi dan pada pendapat
Sahabat disamping merujuk pada syair Arab.

E. Kelebihan dan Kekurangan


1. Kelebihan
a. Kejelasan penafsiran dikarenakan menggunakan corak bil ra’yi
b. Bahasanya yang mudah difahami
c. Kekayaan bahasa yang digunakan sangat terstruktur
d. Lebih mengutamakan ayat ayat yang serupa sehingga mengantarkan
pemahaman yang baik terhadap pemaknaan ataupun penafsiran Al-qur’an
2. Kekurangan
a. Tidak mengambil pendapat ulama terdahulu.
b. Terlalu mengedepankan pemahaman dan logika sendiri
c. Lebih mengutamakan ayat-ayat mutasyabihat daripada muhkamat, sehingga
demi menafsirkan satu ayat sering melampaui dan melewati ayat ayat lain.
d. Tidak mengambil pendapat sahabat, thabi’in dan ulama – ulama terdahulu.
e. Sedikit mengambil landasan penafsiran dari hadits Nabi.
BAB III
KESIMPULAN
Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah atau dikenal dengan al khatib al iskafi
adalah seseorang yang menguasi ilmu bahasa daripada orang-rng yang ahli dan beliau adalah
orang yang suka kepada ilmu saking sukanya dia sering kali keluar masuk daerah demu
mendapatkan suatu ilmu dari guru-gurunya hingga ia menguasi ilmu-ilmu bahasa dan adab, dan
juga ia termashur pada bidang tersebut.

Dia belajar ilmu adab kepada sahib bin ibad dan sahabat-sahabatnya pada tahun 326 H
sampai 385 H. dan dari sahabat-sahaabtnya di antaranya bernama yakud pernah berkata
“sesungguhnya guruku ibnu ibad pernah berkata orang yang dapat menguasi ilmu ini hanya tiga
orang, yang ketiga-tiganya ku beri gelar: haiq, dan hallaj, dan isqafi. Adapun al haiq adalah abu
ali al marzuqi dan al hallaj adalah abu mansur al mastdi dan al isqafi adalah abu abdillah al
khatib. Dalam satu riwayat diterangkan al khatib al istkafi wafat pada ahun 420 H atau 1026 M.

Tahqiq Durratut Tanzil Wa Gurratut Ta’wil, oleh Muhammad Mustafa Iydin, tahqiq ini
menjelaskan ayat mutasyabihat sesuai dengan yang terdapat pada kitab aslinya yakni dimulai
dari ayat-ayat mutasyabihat yang ada pada surat al-Baqarah sampai diakhiri pada surat an Nas.
Yang menjelaskan ayat-ayat mutasyabihat didalamnya terdapat pembahasan penting yaitu:
3. Ayat-ayat yang secara redaksional saling menyerupai, tetapi memiliki beberapa
perbedaan, mendahulukan / mengakhirkan, penambahan dan pengurangan, ma’rifat dan
nakirah, penggantian huruf dengan huruf lain atau penggantian kalimat dengan kalimat
lain.
4. Ayat-ayat yang memiliki kesamaan redaksi. Berdasarkan tinjauan diatas, bisa dilihat
bahwa kajian tentang ayat-ayat mutasyabihat sudah sangat banyak, tetapi dari kajian itu
kebanyakan menfokuskan kajian ayat-ayat mutasyabihat dari segi makna (lawan
muhkam), meskipun ada beberapa tulisan yang kajiannya terkait ayat-ayat mutasyabihat
(ayat serupa tapi tak sama), tetapi penulis belum menemukan fokus pada pandangan al
Khatib al-Iskafi, khususnya terkait ayat-ayat mutasyabihat dalam kitab Durratut Tanzil
wa Gurratut Ta’wil.
DAFTAR PUSTAKA
Dhurratun Tanzil Wa Qurratut Ta’wil, Abu Abdillah Muhammad Bin Abdillah Al-Khatib Al-
Iskafi, Darul Afaq, Beyrut.

Anda mungkin juga menyukai