Anda di halaman 1dari 96

SISTEM BAGI HASIL PERTANIAN BAWANG MERAH

ANTARA PEMILIK LAHAN DENGAN PETANI PENGELOLA


MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
(Study Kasus Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar
Kabupaten Probolinggo)

SKRIPSI

OLEH

AFILIA URIFATUL JANNAH


NIMKO: 2017.12.07.29.0211

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONGKRAKSAAN PROBOLINGGO
2021
HALAMAN JUDU L

SISTEM BAGI HASIL PERTANIAN BAWANG MERAH


ANTARA PEMILIK LAHAN DENGAN PETANI PENGELOLA
MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
(Study Kasus Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar
Kabupaten Probolinggo)

SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Zainul Hasan
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Ekonomi Syariah

OLEH

AFILIA URIFATUL JANNAH


NIMKO: 2017.12.07.29.0211

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGON GKRAKSAAN PROBOLINGGO
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi atas nama saudari :

Nama : AfiliaUrifatulJannah
NIMKO : 2017.12.07.29.0211
Program Studi : Ekonomi Syariah
Judul : Sistem Bagi Hasil Pertanian Bawang Merah Antara Pemilik
Lahan Dengan Petani Pengelola Menurut Perspektif Islam
(Study Kasus Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar
Kabupaten Probolinggo)

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqasah

Pembimbing I

Dr. Ahmad Fauzi, M.Pd Tanggal


NIDN: 2114018201

Pembimbing II

Tri. NadhiroturRoifah, S.H,I M.E Tanggal


NIDN: 2117018401

Mengetahui,
Ketua
Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Zainul Hasan

Abdul Ghafur, M.E.I


NIDN: 2117018701
ii
UNIVERSITAS ISLAM
ZAINUL HASAN GENGGONG

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan pada sidang munaqasah di Institut Ilmu


Keislaman Zainul Hasan pada:

Hari : Rabu
Tanggal : 6 Oktober 2021

dan telah diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi,
pada:

Hari : Rabu
Tanggal : 27 Oktober 2021

Kraksaan, 27 Oktober 2021


Mengesahkan
Rektor UNZAH

Dr. Abd. Aziz, M.Ag


NIDN:2105046501

Tim Penguji :

1. Ketua Sidang : Nuntufa, S.E., M.M ( )

2. Sekretaris Sidang : Zahida I’tisomah Billah, M.E ( )

3. Penguji Utama : Dr. Abd. Aziz, M.Ag ( )

iii
MOTTO

‫ْرا‬
ً ‫يُس‬ ‫ ِإ َّن َم َع ْالعُس ِْر‬, ‫فَإ ِ َّن َم َع ْالعُس ِْر يُس ًْرا‬

Artinya : “ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (al – insyirah : 5 – 6).1

1
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahahnya(Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), 94 : 5 – 6.
iv
ABSTRAK

Jannah, AfiliaUrifatul. 2021, Sistem Bagi Hasil Pertanian Bawang Merah


Antara Pemilik Lahan Dengan Petani Pengelola Menurut Perspektif Islam
(Study Kasus Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten
Probolinggo).
Skripsi.Program Studi Ekonomi Syariah Universitas Islam Zainul Hasan
Genggong. Pembimbing (I) Dr. Ahmad Fauzi, M.Pd (II) Tri.
NadhirohturRoifah, S.H,I M.E.

Kata Kunci : Sistem Bagi Hasil, Pertanian Bawang Merah, Perspektif Islam
Tujuan dari penelitian perjanjian bagi hasil ini adalah untuk
mengetahui bagaimana sistem pelaksanaan, alasan – alasan masyarakat
Desa Liprak Kulon mengapa menerapkan sistem bagi hasil dan sistem bagi
hasil yang dilakukan apakah sesuai dengan apa yang dianjurkan agama
Islam.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penulis melakukan


penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif melalui teknik
pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi
dengan teknik deskriptif. Data yang terkumpul kemudian di analisis dan
dikelompokkan berdasarkan permasalahan pengamatan yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa sistem bagi hasil


yang dilakukan oleh masyarakat (pemilik modal dan petani pengelola) di
Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo suah
sesuai dengan sistem bagi hasil yang dianjurkan Syari’at Islam yaitu Al –
Muzara’ahdan Al – Muasaqah.

v
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang. Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayah –
Nya kepada kami sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Suri
Tauladan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang
membawa kebenaran bagi kita semua.
Kami sebagai penulis mengharapkan kemakluman dalam penulisan
proposal skripsi ini karena masih terdapat banyak kekurangan dari segi cara
penulisan, tata bahasa, metodologi penelitian, maupun dari isi mutu penulisan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati yang paling dalam kami harapkan
saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kelengkapan dan
kesempurnaan skripsi ini,
Ucapan terimakasih tak lupa pula kami ucapkan sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya proposal skripsi ini kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi selama penyusunan skripsi ini, yang telah dengan tulus ikhlas
membantu baik secara normal maupun materi, terutama kepada :
1. Bapak Dr. Abdul Aziz Wahab, M.Ag selaku Rektor UNZAH Genggong.
2. Bapak Nuntufa, M.M. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
3. Bapak AbdGhafur, M.E.I selaku Ka Prodi Ekonomi Syariah.
4. Bapak Dr. Ahmad Fauzi, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Ibu Tri
NadhiroturRoifah, S.H,I M.E selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan, saran serta dorongan yang sangat berarti
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh civitas akademik, staf fakultas dan staf program studi yang telah
memberikan pelayanan yang baik serta selalu mengingatkan kami untuk
terselesaikannya skripsi ini.
6. Kepada Ibu dan Bapak kandung tercinta saya yang telah memberikan
dukungan penuh baik dalam segi moral maupun materil sehingga bisa
menyelesaikan skripsi ini.

vi
7. Kepada para sahabat Dina Fauziah, Siti Aisyah, Nurul Iqlimah, Rohmatul
Hasanah dan Irma Noviandita yang selalu mendukung saya sehingga bisa
menyelesaikan skripsi ini,
Akhirnya dalam skripsi ini saya sadar masih jauh dari kata sempurna.
Masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunannya, untuk itulah saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan koreksi saya agar
dapat saya perbaiki.

Probolinggo,
Hormat Kami
Penulis,

AFILIA URIFATUL JANNAH


2017.12.07.29.0211

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... ii

PENGESAHAN ....................................................................................................... iii

MOTTO ................................................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1

B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 6

C. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

F. Metode Penelitian ...................................................................................... 8

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................ 8

2. Kehadiran Peneliti ................................................................................. 9

3. Lokasi Penelitian ................................................................................... 9

4. Sumber Data ........................................................................................ 10

5. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 11


viii
6. Analisis Data ....................................................................................... 13

7. Tahapan-tahapan Penelitian ................................................................ 15

8. Pengecekan Keabsahan Temuan ......................................................... 16

G. Sistematika Pembahasan .......................................................................... 17

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 19

A. Landasan Teori ......................................................................................... 19

B. Landasan Hukum Bagi Hasil ................................................................... 30

C. Rukun dan Syarat Bagi Hasil Dalam Bidang Pertanian ........................... 32

D. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 35

BAB III TEMUAN PENELITIAN ....................................................................... 39

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 39

1. Sejarah Desa ........................................................................................ 39

2. Profil Desa ........................................................................................... 40

3. Letak Geografis ................................................................................... 41

4. Letak Demografi ................................................................................. 42

5. Struktur Desa ....................................................................................... 43

B. Deskripsi Data .......................................................................................... 44

BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................... 58

A. Sistem Bagi Hasil Antara Pemilik Lahan Dengan Petani Pengelola di


Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo. .... 58

B. Sistem Bagi Hasil Antara Pemilik Lahan Dengan Petani Pengelola


Bawang Merah di Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar
Kabupaten Probolinggo menurut Perspektif Islam. ................................. 59

BAB V P E N U T U P ........................................................................................... 62

A. Kesimpulan .............................................................................................. 62

B. Saran......................................................................................................... 63
ix
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................ 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 66

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ 78

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. 81

x
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.2 Sumber Data Primer 10

2.1 Penelitian Terdahulu 35

Batas Wilayah
3.1 40

3.2 Jumlah Penuduk Desa Liprak Kulon 41

xi
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


Struktur Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten
3.1 42
Probolinggo

xii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

Lampiran:1 TRANSKRIP Wawancara 65

Lampiran: 2 TRANSKRIP Dokumentasi 75

xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI

‫ء‬ = a ‫ز‬ = z ‫ق‬ = q


‫ب‬ = b ‫س‬ = s ‫ك‬ = k

‫ت‬ = t ‫ش‬ = sy ‫ل‬ = l


‫ث‬ = ts ‫ص‬ = sh ‫م‬ = m
‫ج‬ = j ‫ض‬ = dh ‫ن‬ = n
‫ح‬ = h ‫ط‬ = th ‫و‬ = w

‫خ‬ = kh ‫ظ‬ = dl ‫ه‬ = h


‫د‬ = d ‫ع‬ = ‘ ‫ي‬ = y

Diftong dan Konsonan Rangkap


‫او‬ = aw

‫أي‬ = ya

Bacaan Panjang
‫ا‬ = â ‫أي‬ = ḭ ‫او‬ = ȗ

Kata Sandang
‫ال‬ = la- ‫الش‬ = la-sy ‫وال‬ = wa’l-

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian memegang

peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini

menyebabkan sebagian besar penduduk atau tenaga kerja menggantungkan

hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang

berasal dari pertanian. Dari ciri perekonomian agraris, maka lahan pertanian

merupakan faktor produksi yang sangat besar bagi petani. Perbedaan

penguasaan terhadap jumlah dan mutu lahan mengakibatkan perbedaan

produksi dan pendapatan dalam sektor pertanian, pendapatan yang diterima

oleh petani menentukan pola konsumsi dan tabungan petani.

Sektor pertanian memiliki peran besar dalam pembangunan perekonomian.

Sektor ini tidak sekedar menjadi kontributor utama, tetapi juga menjadi

sarana penyerapan tenaga kerja, sumber penerimaan devisa melalui kegiatan

ekspor, sumber pendapatan masyarakat, penyeia bahan pangan dan bahan

baku industri serta penanggulangan kemiskinan.

Salah satu tujuan pembangunan sektor pertanian secara khusus adalah

untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, dengan demikian diharapkan

dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik bahkan pasar Internasional2.

Peningkatan produksi tersebut diarahkan pada pencapaian pangan

sehingga dapat mendorong peningkatan taraf hidup petani, selain itu

2
Mubyanto, Pengantar Ilmu Pertanian (Jakarta : Erlangga, 1985), 35.

1
2

mempunyai potensi yang sangat besar untuk penghasil devisa dan bahkan

akan menjadi mata perdagangan yang dapat memperkecil devisa yang selama

ini digunakan untuk mengimpor produk pertanian.

Besarnya penduduk Indonesia yang sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani menyebabkan banyak petani yang ingin bercocok

tanam namun tidak memiliki lahan atau modal. Oleh karena itu, sebagai

sarana atau jalan untuk memberikan kesempatan kepada petani yang tidak

memiliki lahan pertanian, maka diadakanlah suatu bentuk perjanjian antara

pemilik lahan dengan petani pengelola dengan menerapkan sistem bagi hasil

dari lahan yang diusahakan.

Bagi hasil adalah suatu jenis kerja sama antara pengelola dan pemilik

tanah, terkadang pengelola memiliki kemahiran di dalam pengelolaan tanah,

sedangkan dia tidak memiliki tanah. Dan terkdang ada pemilik tanah yang

tidak mempunyai kemampuan untuk bercocok tanam. Maka Islam

mensyariatkan kerja sama seperti sebagai upaya bukti saling tolong –

menolong antara dua belah pihak.

Adapun yang menjadi latar belakang pengelolaan tanah dengan sistem

bagi hasil adalah sebagai berikut :

1. Pemilik tanah mempunyai lahan luas, akan tetapi tidak memiliki keahlian

atau tidak berkesempatan untuk mengerjakan atau mengelola lahannya

itu.
3

2. Pemilik tanah berkeinginan untuk mendapatkan hasil tanpa bersusah

payah, dengan jalan memberikan lahannya kepada orang lain untuk

dikelol dan hasilnya akan dibagi.

3. Pengelola tanah kelebihan waktu untuk bekerja sebab tanah miliknya

terbatas luasnya atau tanah sendiri tidak cukup untuk dapat menghidupi

dirinya serta anak isterinya.

4. Pengelola tanah mempunyai hasrat atau keiginan untuk mendapatkan

hasil dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.

Dalam hukum Islam, bagi hasil dalam bidang pertanian dikenal dengan

istilah Muzara’ah.3Muzara’ahmerupakan sebuah akad kerja sama pengolahan

tanah pertanian antara pemilik tanah dengan pengelola, dimana pemilik lahan

memberikan lahan pertanian kepada petani pengelola untuk ditanami dan

dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.4

Dalam muzara’ahpada umumnya benih disediakan oleh pemilik lahan dan

pengelola tanah hanya bertanggung jawab atas perawatan dan pengelolaan.

Bagi hasil merupakan suatu bentuk kerja sama antara pemilik lahan atau

modal dengan pekerja.5 Munculnya perjanjian ini dikarenakan adanya petani

pemilik lahan yang tidak memiliki kesempatan untuk mengelola suatu jenis

pertanian tersebut dan terkadang juga perjanjian itu muncul karena adanya

pekerja atau pengelola yang memiliki keahlian dalam mengelola suatu usaha

3
Adimarwan Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2008), 14.
4
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah(Jakarta : Gema Insani, 2001), 99.
5
Mubyanto, Pengantar Ilmu Pertanian (Jakarta : Erlangga, 1985), 34.
4

pertanian, namun tidak memiliki lahan atau modal untuk bercocok tanam.

Oleh karena itu, petani melakukan suatu perjanjian bagi hasil, selain untuk

mencari keuntungan antara kedua pihak juga untuk saling mempererat tali

persaudaraan dan tolong – menolong diantara mereka. Maka Islam

mensyariatkan kerja sama ini sebagai upaya atau bukti saling bertalian dan

tolong – menolong antara kedua belah pihak.

Dalam hal pembagian hasil, harus memberikan ketentuan secara konkrit

mengenai bagian yang akan didapatkan oleh pemilik lahan dan bagian yang

akan didapatkan oleh pengelola apabila biaya ditanggung bersama – sama,

maka bagian yang didapatkan antara petani pemilik modal dan pengelola

masing – masingmenapatkan seperdua ( al – musyarakah).6 Demikian juga

apabila pengelola yang menanggung biaya (benih dari si pengelola), maka

pengelola mendapatkan dua bagian dan pemilik lahan hanya mendapatkan

satu bagian (al – mudharabah).7 Sebaliknya, apabila semua biaya ditanggung

oleh pemilik lahan, maka pemilik lahan atau modal mendapatkan dua bagian

dan pengelola lahan mendapatkan satu bagian, dalam hal ini pengelola hanya

bertanggung jawab atas masalah pengairan atau penyiraman ( al – musaqah).8

Perjanjian bagi hasil yang dilakukan masyarakat pedesaan pada

umumnya adalah atas kemauan bersama (pemilik lahan dan pengelola),

dengan tujuan saling tolong – menolong antara petani dan perjanjian bagi

6
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah, (Jakarta : Gema Insani, 2001), 90.
7
Ibid., 99.
8
Ibid., 100.
5

hasil tanah pertanian yang berlaku di dalam masyarakat umumnya, dilakukan

secara lisan atas dasar saling percaya kepada sesama anggota masyarakat.

Demikian juga perjanjian bagi hasil yang terjadi di Desa Liprak Kulon

Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo pada umumnya dilakukan

secara lisan atas dasar saling percaya kepada sesama anggota masyarakat.

Adapunn sistem bagi hasil yang dilakukan masyarakat Desa Liprak Kulon

Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probilonggo pada dasarnya tergantung

dari kesepakatan bersama menurut adat dan kebiasaan setempat yang berlaku

secara turun – temurun. Mereka tidak menyadari apakah perjanjian yang

dilakukan itu sudah sesuai dengan syari’at Islam atau tidak. Intinya mereka

hanya menganut sistem bagi hasil yang telah berlaku pada masyarakat

umumnya berdasarkan perjanjian yang telah berlaku pada masyarakat

umumnya dan berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama.

Sistem penguasaan lahan pertanian di Desa Liprak Kulon Kecamatan

Banyuanyar Kabupaten Probolinggo lebih banyak terjadi sistem bagi hasil.

Bagi petani berlahan sempit sistem bagi hasil tersebut dinilai lebih

menguntungkan dibanding sistem sewa, karena resiko usaha yang dapat

disebabkan oleh kegagalan tidak hanya ditanggung oleh pengelola, tetapi

ditanggung oleh petani pemilik lahan.

Masyarakat Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten

Probolinggo pada umumnya adalah petani, ini disebabkan karena tidak

adanya keahlian atau pekerjaan lain yang dimiliki, terutama bagi mereka yang

tidak bersekolah atau generasi muda yang putus sekolah yang secara tidak
6

langsung mengantarkan mereka menjadi petani, sehingga banyak dari petani

yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian di Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar

Kabupaten Probolinggo dengan memilih judul “Analisis Sistem Bagi Hasil

Pertanian Bawang Merah Antara Pemilik Lahan Dengan Petani

Pengelola Menurut Perspektif Islam di Desa Liprak Kulon Kecamatan

Banyuanyar Kabupaten Probolinggo”.

B. Fokus Penelitian

Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis penelitiannya, maka

penulis memfokuskan ini pada mekanisme bagi hasil yang di lakukan oleh

petani pemilik lahan dengan petani pengelola lahan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas,

maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana sistem bagi hasil pertanian bawang merah antara pemilik

lahan dan pengelola di Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar

Kabupaten Probolinggo ?

2. Apakah sistem bagi hasil pertanian bawang merah di Desa Liprak Kulon

Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo sudah sesuai dengan

perspektif Islam?
7

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem bagi hasil pertanian bawang antara

pemilik lahan dengan pengelola di Desa Liprak Kulon Kecamatan

Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.

2. Untuk mengetahui apakah sistem bagi hasil pertanian bawang merah

yang diterapkan masyarakat Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar

Kabupaten Probolinggo sudah sesuai dengan perspektif Islam.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Toritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

atau ilmu pengetahuan mengenai sistem bagi hasil yang dilakukan oleh

pemilik lahan dengan pengelola dan perspektif Islam terhadap sistem

bagi hasil tersebut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan

pengetahuan yang luas bagi penulis tentang bagaimana sistem bagi

hasil yang dilakukan oleh para petani, selain itu penelitian ini

sebagai salah satu untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas

Islam Zainul Hasan Genggong.


8

b. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan kemampuan

berfikir dan bisa dijadikan sebagai acuan ataupun sumbangan

pemikiran dalam refrensi skripsi dan lain sebagainya.

c. Bagi Perguruan Tinggi

Penelitian ini bagi Universitas Islam Zainul Hasan Genggong

diharapkan bisa menambah informasi dan masukan untuk peneliti

selanjutnya yang akan membahas hal yang sama serta dapat

menambah koleksi pustaka yang bermanfaat bagi mahasiswa

Universitas Islam Zainul Hasan Genggong.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan

lain-lain. Secara holistik dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.9

Dengan kata lain penelitian kualitatif adalah penelitian yang

mengkaji data secara mendalam tentang semua kompleksitas yang ada

dalam konteks penelitian tanpa melalui prosedur statistik atau bentuk

hitungan lainnya. Bila dilihat dari segi tempat penelitian, penelitian ini

9
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2004),
6.
9

termasuk dalam jenis penelitian lapangan (fieldresearch), yang berusaha

meneliti atau melakukan studi terhadap realitas kehidupan sosial

masyarakat secara langsung.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai

instrument utama yaitu sebagai pengamat sekaligus pengumpul data,

maksudnya adalah peneliti terjun langsung dalam pelaksanaan penelitian

mendapatkan data dari sumber penelitian.

Oleh karena itu, kehadiran peneliti dilokasi penelitian mutlak

diperlukan. Peneliti sebagai pengumpul data hendaknya dapat

menciptakan hubungan baik dengan para penjual pakaian disana.

Hubungan baik ini diciptakan sejak tahap awal penelitian sampai

penelitian tersebut selesai. Karena hal ini merupakan salah satu kunci

keberhasilan dalam penelitian kualitatif.

3. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian bagi peneliti yaitu pemilik

lahan dan pengelola lahan pertanian bawang merah yang ada di Desa

Liprak Kulon tepatnya Dusun Lampek Kecamatan Banyuanyar

Kabupaten Probolinggo.
10

4. Sumber Data

Sumber data merupakan hal penting dalam sebuah penelitian.

Adapun sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:10

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data

primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab

pertanyaan penelitian, ada dua metode yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data primer yaitu: metode survey dan metode berupa

data jawaban responden dari kuisioner yang diberikan.11 Dalam

penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari lokasi

penelitian, diperoleh melalui wawancara dan terjun langsung kepada

pemilik lahan dan petani pengelola lahan yang ada di Desa Liprak

Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.

Tabel 1.2 Sumber Data Primer

Nama Pemilik Nama Petani


Sumber Data Hasil Data
Tanah Pengelola

Wawancara Ibu Sutra Bapak Idrus Wawancara


Wawancara Ibu Us Mas toyyib Wawancara
Wawancara Bapak Husnul Bapak Fauzi Wawancara

10
Saefuddin Anwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), 91.
11
Nur Sindriyanto, Bambang Supono, Metode Penelitian Bisnis (Yogyakarta : BPFE, 1999),
46.
11

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh

secara tidak langsung dari obyek penelitian yang bersifat publik, yang

terdiri atas : struktur organisasi data kearsipan, dokumen, laporan –

laporan, internet serta buku – buku dan lain sebagainya yang

berkenaan dengan penelitian ini. Dengan kata lain data sekunder yang

dipakai adalah beberapa sumber yang relavan dengan penelitian yang

dilakukan, antara lain Al – Qur’an, Hadits, Kitab – Kitab Fiqih, kajian

– kajian yang mengenai Hukum perikatan dalam Islam, perundang –

undangan yang berlaku dan literatur – literatur lainnya yang

mendukung.12 Misalnya berasal dari buku – buku, dokmen, hasil

penelitian terdahulu.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian pada pemilik

lahan dan pengelola lahan yang ada di Desa Liprak Kulon Kecamatan

Banyuanyar Kabupaten Probolinggo. Untuk memperoleh data yang

diperlukan, metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah

sebagai berikut:

a. Observasi

12
Nur Sindriyanto, Bambang Supono, Metode Penelitian Bisnis (Yogyakarta : BPFE, 1999),
46 – 147.
12

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui proses

pencatatan secara cermat dan sistematis terhadap objek yang diamati

secara langsung.13 Seacara umum observasi adalah penglihatan dan

pengamatan. Sedangkan secara khusus dalam dunia penelitian,

observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami,

mecari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosial selama

beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi

dengan mencatat, merekam dan memotret guna penemuan data

analisis.14

Teknik observasi ini digunakan dengan hadir di lapangan (lokasi

penelitian) sebelum penelitian dilakukan. Hal ini bertujuan untuk

memperoleh informasi mengenai lokasi penelitian dengan pemahaman

terhadap sistem bagi hasil pertanian bawang merah antara pemilik

lahan dengan petani pengelola.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi

dengan cara tanya jawab langsung atau melalui kuisioner yang

diajukan kepada informan.15 Wawancara digunakan untuk

memperoleh data. Teknik ini digunakan untuk responden yang

13
Muhammad Teguh, Metode Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi, (Jakarta : PT. Raja
Grafindoersada, 2015), 133.
14
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana,2010), 243.
15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2016), 186.
13

memiliki populasi yang diberikan pertanyaan yang sama, sehingga

diketahui informasi atau data yang penting.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh

melalui dokumen – dokumen.16 Metode ini digunakan untuk

memperoleh dokumen dan berkas – berkas yang berkaitan dengan

obyek penelitian.

6. Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data yaitu dengan

metode analisis deskriptif. Deskriptif yaitu menganalisa data yang bersifat

penjelasan atau penguraian data dan informasi yang kemudian dikaitkan

dengan teori dan konsep yang mendukung pembahasan yang

relavandimana penjelasan ini menggunakan metode kualitatif kemudian

diperoleh kesimpulan dari permasalahan penelitian ini, sedangkan metode

berfikir yang digunakan penulis adalah metode berfikir induktif, metode

yang berangkat dari fakta – fakta khusus, peristiwa – peristiwa konkrit,

kemudian dari fakta tersebut ditarik pada kesimpulan yang bersifat umum.

Metode ini digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis data yang

diperoleh kemudian ditarik kesimpulan yang sesuai dengan kerangka

penelitian.

16
Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metode Penelitian Social, (Jakarta : PT. Bumi Aksara,
2003), 73.
14

a. Reduksi Data

Mereduksi data berati merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan. Reduksi dimulai pada awal kegiatan penelitian sampai

dilanjutkan selama kegiatan pengumpulan data dilaksanakan. Peneliti

harus membuat ringkasan, menelusuri tema, membuat gugus-gugus

dan menulis memo.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya ialah dengan

mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukandalam bentuk uraian singkat, bagian, hubungan antar

kategori dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif ialah dengan teks yang

bersifat naratif. Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang

sebelumnya sudah dipilih oleh peneliti sehingga data-datanya dapat

terorganisir dengan baik sehingga mudah difahami oleh pembaca.

c. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan


15

kesimpulan dan verifikasi.17 Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat

peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

yang dikemukakan merupakan kesimpulan yangkredibel.Pada tahap

ini peneliti berusaha menarik kesimpulan dari lokasi penelitian

terhadap data yang dirumuskan pada fokus penelitian.

7. Tahapan-tahapan Penelitian

Tahap – tahap penelitian adalah langkah kerja yang dilakukan

peneliti sesuai dengan proses penelitian. Ada tiga tahapan pokok dalam

penelitian kualitatif yang peneliti lakukan yaitu :

a. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap pra lapangan (orientasi) peneliti melakukan observasi

ke lokasi untuk mendapatkan data tentang gambaran umum secara

tepat pada latar penelitian. Pada tahapan ini peneliti juga menentukan

langkah – langkah menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan

penelitian, mengurus peridzinan, menjajaki, menilai kondisi dan

keadaan lokasi penelitian, menentukan informan dan subyek studi

serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

17
Tim UnzahGenggong, PedomanPenuisan Skripsi, (Kraksaan: Inzah Proses, 2016), 54
16

b. Tahapan Kegiatan Lapangan

Tahapan selanjutnya adalah tahap eksplorasi fokus atau tahap

pekerjaan lapangan. Pada tahap ini peneliti sudah masuk pada inti

penelitian, dalam hal ini dibagi menjadi tiga, yaitu : memahami latar

penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta

sambil mengumpulkan ata. Setelah melalui tahap – tahap tersebut lalu

peneliti menentukan fokus yang peneliti anggap menarik, dalam hal

ini peneliti memfokuskan masalah tengatang :Analisis Sistem Bagi

Hasisl Pertanian Bawang Antara Pemilik Lahan Dengan petani

Pengelola Menurut Perspektif Islam (Study Kasus Liprak Kulon

Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo).”

c. Tahap Analisis Data

Setelah langkah tersebut di atas dilakukan, selanjutnya adalah

tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data yang telah

diperoleh juga dilakukan penyederhanaan dan revisi data untuk ditulis

dalam laporan hasil penelitian agar dalam pelaporan hasil penelitian

tidak diragukan lagi keabsahannya.

8. Pengecekan Keabsahan Temuan

Analisis data dilakukan dengan metode penelitian kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang
17

diamati.18 Untuk menguji kredibilitas suatu data diperlukan beberapa

langkah, diantaranya:

a. Keikutsertaan Yang Diperpanjang

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan

data. Dalam hal ini keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan

dalam waktu yang singkatakan tetapi memerlukan perpanjangan

keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.

b. Pengamatan Yang Tekun

Ketekunan pengamat adalah ciri-ciri dan unsur-unsur dalam

situasi yang sangat releven dengan persoalan atau isu yang sedang

dicari.

c. Triangulasi

Tekhnik triangulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada

empat macam triangulasi sebagai tekhnik pemeriksaan yang

memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori.19

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan adalah untuk memudahkan pembahasan dalam

penulisan. Sistematika pembahasan ini sebagai berikut :

18
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2017),
49.
19
Sugiono, MetodePenelitianPendidikan, (Bandung: Afabeta, 2015), 36.
18

BAB I PENDAHULUAN, Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penelitian

Terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan

BAB II LANDASAN TEORI, Bab ini berisi tentang pengertian bagi hasil,

Pengertian Bagi Hasil Menurut Para Ahli, Perjanjian Yang Berkaitan Dengan

Bagi Hasil, Perjanjian Bagi Hasil Dalam Bidang Pertanian, Landasan Hukum

Bagi Hasil, Rukun dan Syarat Bagi Hasil.

BAB III TEMUAN PENELITIAN, Bab ini berisi tentang Gambaran Umum

Lokasi Penelitian, seperti Profil Desa, dan Struktur Desa.

BAB IV PEMBAHASAN, Bab ini berisi tentang Sistem Bagi Hasil Pertanian

Bawang Merah Pemilik Lahan Dengan Pengelola Menurut Perspektif Islam.

BAB V PENUTUP, Bab ini berisi tentang Kesimpulan dan Saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengertian Bagi Hasil

Menurut Ensiklopedi Hindia Belanda, dikatakan bahwa:

Bagi hasil merupakan transaksi mengenai tanah yang biasa atau lazim

dikalangan orang – orang pribumi diseluruh Indonesia, dimana pemilik

tanah atau penerima gadai tanah menyerahkan tanah pada pribumi lain

dengan syarat harus menyerahkan bagian panen yang seimbang.20

Secara umum, bagi hasil didefinisikan sebagai bentuk kerja sama

antara dua belah pihak yaitu pemilik lahan dengan pengelola yang

bersepakat untuk melakukan perjanjian bagi hasil dari lahan pertanian.

Bentuk kerja sama ini hampir secara universal terdapat pada masyarakat

kecil diseluruh dunia, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian

kepada pengelola untuk diusahakan sebagai lahan yang menghasilkan

dengan perjanjian bahwa pengelola menyerahkan sebagian yang telah

ditentukan terlebih dahulu (misalnya separuh) dari hasil panennya kepada

pemilik tanah.21

Besarnya penduduk di Indonesia yang sebagian besar penduduknya

bermata pencaharian sebagai petani menyebabkan banyak petani yang

20Scheltema, Bagi Hasil di Hindia Belanda (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985),

hal. 5
21
Van Hoeve, Ensiklopedi Indonesia (Jakarta : PT. Ichtiar Baru, 1980), 354.

19
20

ingin bercocok tanam namun tidak memiliki lahan atau modal. Oleh

karena itu, sebagai sarana atau jalan untuk memberikan kesempatan

kepada petani yang tidak memiliki lahan pertanian, maka diadakanlah

perjanjian antara pemilik lahan dengan pengelola. Perjanjian bagi hasil

ini dilaksanakan oleh pemilik lahan dengan tujuan saling tolong –

menolong antara petani dan perjanjian yang berlaku pada umumnya,

dilakukan secara lisan dan atas dasar saling percaya kepada sesama

anggota masyarakat.22

Bagi hasil itu sendiri berasal dari hukum adat, yang biasa disebut

juga dengan hak mengelola yaitu :

Hak seseorang untuk mengusahakan pertanian di atas tanah milik

orang lain dengan perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi antara kedua

belah pihak berdasarkan persetujuan, dengan pertimbangan agar

pembagian hasil tanahnya antara pemilik dan pengelola dilakukan atas

dasar yang adil dan agar terjamin pula kedudukan hukum yang layak bagi

pengelola dengan menegaskan hak – hak dan kewajiban, baik dari

pengelola maupun pemilik lahan.23

Selanjutnya dapat pula dikatakan bahwa, hak usaha bagi hasil

adalah seseorang atau badan hukum (yang disebut pemilik), dengan

22
P. Parlindungan, Undang – Undang Bagi Hasil di Indonesia (Bandung : CV. Mandar
Maju, 1991), 2.
23
Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah , (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1987), 51.
21

perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi dua menurut imbangan yang

disetujui.24

2. Pengertian Bagi Hasil Menurut Para Ahli

Adapun pengertian bagi hasil yang di kemukakan oleh para ahli

diantaranya yaitu:

a. SayyidSabiq

Menurut SayyidSabiq pengertian bagi hasil yang merupakan

pemberian hasil usaha untuk orang yang mengelola atau menanami

tanah dari yang dihasilkannya seperti setengah atau lebih dari itu atau

pula lebih rendah sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak

(pemilik modal dan pengelola).25

b. Mubyarto

Menurut Mubyarto bagi hasil sebagai suatu jenis kerja sama

antara pemilik modal atau tanah dengan pengelola.26

c. SoerojoWirdjopoero

Menurut SoerojoWidjopoero mengatakan bahwa dasar dari

transaksi bagi hasil adalah pemilik tanah ingin memungut hasil dari

tanahnya atau ingin memanfaatkan tanahnya tapi ia tidak ingin atau

tidak dapat mengerjakan seniri tanahnya.

24
LiliekIstiqomah, Hak Gadai Atas Tanah Sesudah Berlakunya Hukum Agraria Nasional,
(Jakarta : Usaha Nasional Indonesia, 1982), 137.
25
SayyidSabiq, FifihSunnah XI, (Bandung : Al – Ma’arif, 1987), 18.
26
Mubyarto, Pengantar Ilmu Pertanian (Jakarta : Erlangga, 1985), 38.
22

Dari uraian tersebut di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

perjanjian bagi hasil yang dilakukan antara pemilik modal dengan

petani pengelola pada dasarnya tergantung dari kesepakatan bersama

atau menurut kebiasaan setempat. Dalam hal pembagian hasil panen

antara pemilik modal dengan pengelola biasanya dilakukan perjanjian

terlebih dahulu sebelum proses penanaman berlangsung dan harus

dinyatakan secara jelas oleh kedua pihak, agar dalam proses bagi hasil

nantinya tidak terjadi kesalahpahaman, terutama jika terjadi kerugian

atau gagal panen. Perjanjian bagi hasil yang dilakukan antara kedua

belah pihak selain untuk mencari keuntungan juga untuk mempererat

tali persaudaraan dan tolong – menolong diantara mereka.

3. Perjanjian Yang Berkaitan Dengan Bagi Hasil

Akad atau al – aqdyaitu perikatan, perjanjian atau permukafakatan,

dimana pertalian ijab (persyaratan melakukan ikatan) dan qabul

(pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syari’ah yang

berpengaruh pada objek perikatan.27 Dalam pernyataan ijab qabul harus

dinyatakan secara jelas oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak

mereka dalam mengadakan kontrak atau akad. Ulama fiqh

mengemukakan bahwa akad mempunyai kekuatan mengikat terhadap

pihak – pihak yang melakukan sebuah akad dan wajib memenuhi segala

akibat hukum yang ditimbulkan oleh akad tersebut.

27Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syari’ah(Yogyakarta: UII Pres,

2009), 18.
23

Dalam dunia perbankan secara umum terdapat empat akad dalam

prinsip bagi hasil yaitu: Al – Mudharabah, Al – Musyarakah, Al –

Muzara’ahdan Al – Musaqah. Namun sesungguhnya, sistem bagi hasil

yang paling sering digunakan adalah Al – Musyarakahdan Al -

Mudharabahsedangkan Al – Muzara’ahdan Al – Musaqahdipergunakan

khusus pembiayaan pertanian (plantationfinancing).28

a. Al – Mudharabah

Al – Mudharabahberasal dari kata dharb yang berarti memukul

atau berjalan. Akad al – mudharabahadalah persetujuan kongsi antara

harta dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain. Akad al –

mudharabahtelah dikenal oleh umat muslim sejak zaman Nabi,

bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam.

Ketika Nabi Muhammad SAW berprofesi sebagai pedagang, ia

melakukan akad mudharabah dengan Khadijah. Oleh karena itu,

ditinjau dari segi hukum Islam, maka akad mudharabahdibolehkan

baik menurut Al – Qur’an, Sunnah maupun Ijma’.29

Al-mudarabahyaitu perjanjian antara pemilik modal dengan

pengusaha, dimana pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya

suatu proyek/usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola usaha

tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian. Pemilik

modal tidak dibenarkan ikut dalam pengelolaan usaha, tetapi

diperbolehkan membuat usulan dan melakukan pengawasan. Apabila

28
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah(Jakarta: Gema Insani, 2001), 90.
29
Adimarwan Karim, Bank Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), 204.
24

yang dibiayai mengalami kerugian, maka kerugian tersebut

sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal, kecuali apabila kerugian

tersebut terjadi karena penyelewengan atau penyalahgunaan oleh

pengusaha.30

Adapun pengertian lain bahwa Al-mudharabahadalah sebagai akad

antara pihak pemilik modal (shahibul mal) dengan pengelola untuk

memperoleh pendapatan atau keuntungan dimana pendapatan atau

keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati

pada awal akad.31

Dengan adanya akad Mudharabahini diharapkan dapat membantu

orang yang memiliki modal dan tidak mempunyai kecakapan dalam

melakukan bisnis untuk mengembangkan dananya. Dan disisi lain

pengelola yang mempunyai kecakapan bisnis, akan bisa menjalankan

dan melakukan suatu usaha karena mendapatkan modal.32

b. Al – Musyarakah

Al – Musyarakahyaitu sebagai akad kerja sama usaha patungan antara

kedua belah pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu

jenis usaha yang halal dan produktif, dimanapenapatan atau

30Abdurrahman Al-Jaziriy, Kitab al-Fiqh Ala al-Mazahibal-Arba’ah, diterjemahkan

oleh H. Moh. Zuhri dengan judul Fiqih Empat Madzhab(Semarang: Toha Putra, 1994), 66.
31Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),

257.
32Abdul SamiAl-Mishri, Pilar-pilar Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006),

110.
25

keuntungan dibagi sesuai nisbah yang telah disepakati.33 Pengertian

lain dikatakan Al – Musyarakah yaitu, perjanjian kerja sama antara

dua belah pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu

usaha. Keuntungan dari usaha tersebut dibagi sesuai dengan

persetujuan antara pihak – pihak tersebut. Dalam hal terjadi kerugian,

maka pembagian kerugian juga dilakukan sesuai dengan banyaknya

modal masing – masing.34

Islam membenarkan seorang muslim berdagang dan berusaha

secara perorangan maupun penggabungan modal dan tenaga dalam

bentuk perkongsian usaha yang berbagai bentuk. Banyak proyek dan

usaha tidak cukup ditangani oleh seorang diri, melainkan harus

bergabung dan bekerja sama dengan orang lain. Proyek-proyek dan

usaha-usaha yang besar membutuhkan banyak pikiran, modal, tenaga

dan keterampilan. Dengan penggabungan kekuatan perorangan

tersebut, menjadilah suatu kerja sama yang memungkinkan usaha

dapat berjalan lancar. Pada prinsipnya setiap usaha dan pekerjaan

yang menguntungkan seseorang dan masyarakat yang dapat

33Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syari’ah(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),

257.
34Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 33.


26

dikategorikan sebagai halal dan mengandung kebaikan ditekankan

adanya bentuk kerja sama.35

4. Perjanjian Bagi Hasil Dalam Bidang Pertanian

Dalam bidang pertanian terdapat dua akad yang dianjurkan agama

islam dalam melakukan suatu akad kerja sama dengan sistem bagi hasil

yaitu al- Muzara’ahdan al-Musaqah. Dimana akad-akad ini sudah pernah

dilakukan atau dipraktekkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw

pernah memberikan tanah khaibar kepada penduduknya (waktu itu

mereka masih yahudi) untuk digarap dengan pembagian hasil buah-

buahan dan tanaman. Juga diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir yang

mengatakan bahwa bangsa Arab senantiasa mengolah tanahnya secara

Muzara’ahdengan rasio bagi hasil 1/3 : 2/3, 1/4 : 3/4, 1/2 : 1/2.

Musaqah berbeda dengan muzara’ahyaitu dalam musaqah aktivitas

yang dilakukan hanya menyangkut segala hal yang berkaitan dengan

masalah pengarain (penyiraman) dan tidak ada kaitannya dengan

aktivitas diluar itu. Sedangkan pengelola dalam muzara’ahaktivitasnya

mencakup seluruh pengelolaan mulai dari membajak, menanami,

memupuki, menyirami dan memanen tanaman tersebut.

a. Al – Muzara’ah

Al – Muzara’ahberasal dari kata az – zar’uyang artinya ada dua

cara, yaitu menabur benih atau bibit dan menumbuhkan. Dari arti kata

35H. Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Bandung: Diponegoro, 1984),

259.
27

tesebut dapat dijelaskan bahwa al – muzara’ahadalah sebuah akad

kerja sama pengolahan tanah pertanian antara pemilik tanah dengan

pengelola, dimana pemilik tanah memberikan lahan pertanian kepada

pengelola untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian

tertentu dari hasil panen, namun jika terjadi kerugian atau

gagapanen,maka pengelola tidak menanggung apapun, tapi ia telah

rugi atas usaha dan waktu yang telah dikeluarkan.36

Selanjutnya dapat dikatakan bahwa muzara’ahyaitu suatu bentuk

kerja sama pengolahan lahan pertanian antara pemilik lahan dan

pengelola, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada

pengelola untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian

tertentu (persentase) dari hasil panen.37 Dalam muzara’ahpada

umumnya benih disediakan oleh pemilik lahan dan pengelola tanah

hanya bertanggung jawab atas perawatan dan pengelolaan.

Adapun pengertian muzara’ahyang dikemukakan beberapa ahli

fiqih salaf yaitu :

1) Menurut ulama Hanafi, muzara’ahmenurut pengertian syara’

adalah suatu akad perjanjian pengelolaan tanah dengan

memperoleh hasil sebagian dari penghasilan tanah itu. Dalam

bidang kerja sama ini, pengelola boleh bertindak sebagai penyewa

untuk menanami tanah dengan imbalan biaya dari sebagian hasil

tanamannya dan boleh juga pemilik lahan hanya memperkerjakan

36
Abdul Sami Al – mishri, Pilar – pihar Ekonomi Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2006), 110.
37
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah(Jakarta : Gema Insani, 2001), 99.
28

petani dengan upah dari bagi hasil sebagian tanaman yang tumbuh

pada tanah itu.

2) Menurut ulama Maliki, muzara’ah menurut pengertian syara’

adalah perjanjian kerja sama antara pemilik lahan dengan petani

sebagai pengelola. Dalam hal ini, upah dari pengelolaan itu

diambil dari hasil tanaman yang ditanam pada lahan tersebut. Jika

pemilik lahan ikut membiayai pengelolaan itu, seperti

menyediakan bibit, maka pengelola mendapat upah boleh berupa

sebagai dari tanah dan tanaman yang dikelolanya sesuai dengan

kesepakatan mereka berdua.

3) Munurt ulama Syafi’i, muzara’ahadalah kerja sama antara pemilik

tanah dengan pengelola untuk mengelola lahan itu dengan upah

atau imbalan sebagian dari hasil pengelolaannya. Dalam hal ini,

bibit atau benih berasal dari pemilik lahan, pengelola hanya

membuka lahan, menanami dan memeliharanya hingga

memperoleh hasil.

Dari pengertian – pengertian muzara’ah menurut ulama fiqih

salah diatas, maka dapat dipahami bahwa yang disebut

muzara’ahadalah perjanjian kerja sama antara pemilik lahan

pertanian dengan petani pengelola yang upahnya diambil dari hasil

pertanian yang sedang diusahakan dan pembagian hasilnya

tergantung dari kesepakatan antara kedua belah pihak.

b. Al – Musaqah
29

Secara etimologi Al-musaqahberasal dari kata Saqa – Saqyang

berarti As-Saqyyang artinya penyiraman atau pengairan.38 Diberi nama

ini karena pepohonan penduduk Hijaz amat membutuhkan saqi

(penyiraman) ini dari sumur - sumur. Karena itu diberi nama

Musaqah(penyiraman dan pengairan).

Menurut syara’ musaqahberarti penyerahan pohon-pohon atau

tanaman kepada orang yang menyiramnya dan menjanjikannya, bila

sampai buah pohon masak dia akan diberi imbalan buah dalam jumlah

tertentu. Ia merupakan persekutuan perkebunan untuk

mengembangkan pohon. Dimana pohon berada pada satu pihak dan

penggarapan pohon pada pihak lain. Dengan perjanjian bahwa buah

yang dihasilkan untuk kedua belah pihak, dengan persentase yang

mereka sepakati, misalnya: setengah, sepertiga atau lainnya.39

Dari arti kata di atas, maka dapat dijelaskan bahwa Al-

musaqahadalah suatu bentuk kerja sama antara pemilik lahan dengan

pengelola, dimana aktivitas yang dilakukan pengelola hanya

menyangkut segala hal yang berkaitan dengan masalah pengairan dan

penyiraman dan tidak ada kaitannya dengan aktivitas diluar itu, namun

si pengelola berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.32 Akad ini

sangat dibutuhkan oleh pemilik lahan dan pengelola, utamanya bagi

pengelola yang tidak memiliki modal atau lahan pertanian untuk

38
Ahmad WarsonMunawir, al-Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia(Bandung:
Pustaka Progresif, 2002), 642.
39
SayyidSabiq, FiqihSunnah, Terjemahan H. Kamaluddin A. Marzuki, FiqihSunnah
Jilid 12-13-14 (Bandung: PT. Alma’arif, 1987), 183.
30

bertani dan pemilik lahan yang mempunyai modal atau lahan

pertanian namun tidak memiliki kesempatan dalam mengelola.

B. Landasan Hukum Bagi Hasil

Ada beberapa landasan hukum bagi hasil dalam Islam yang menjadi

pegangan bagi para ulama, yaitu:

1. Al – Qur’an

a. Q.S. Al – Zukhruf ayat 32

‫شتَ ُه ْم فِى ْال َح ٰيوةِ الدُّ ْنيَ ۙا‬


َ ‫س ْمنَا َب ْي َن ُه ْم َّم ِع ْي‬َ َ‫ت َربِ َۗ َك ن َْح ُن ق‬
َ ‫ا َ ُه ْم يَ ْق ِس ُم ْونَ َر ْح َم‬
‫ضا‬
ً ‫ض ُه ْم بَ ْع‬ ُ ‫ت ِل َيت َّ ِخذَ َب ْع‬ ٍ ٰ‫ض دَ َرج‬ ٍ ‫ض ُه ْم َف ْوقَ َب ْع‬
َ ‫َو َرفَ ْعنَا َب ْع‬
.َ ‫س ْخ ِريًّا ََۗو َر ْح َمتُ َربِ َك َخي ٌْر ِم َّما َي ْج َمعُ ْون‬ ُ
Artinya:“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka
atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka
dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”40

b. Q.S. Al – Muzzammil ayat 20

....‫ّٰللا‬ َ ‫و ٰاخ َُر ْونَ يُقَا ِتلُ ْونَ ِف ْي‬.....


ِ ‫س ِب ْي ِل ه‬ َ
Artinya: “..dan sebagian dari mereka orang – orang yang berjalan
di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT..”.41

c. Q.S. Al – Maaidah ayat 2

40
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahahnya(Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), 43:32.
41
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahahnya(Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), 73:20.
31

‫اَلثْ ِم‬ َ ‫علَى ْال ِب ِر َوالت َّ ْق ٰو ۖى َو ََل تَ َع َاونُ ْوا‬


ِ ْ ‫علَى‬ َ ‫وت َ َع َاونُ ْوا‬....
َ
ْ
.‫ش ِد ْيد ُ ال ِعقَاب‬ ‫ه‬ ِ ‫َو ْالعُد َْو‬
‫ان َۖواتَّقُواالل َۗ َه ِانَّ ه‬
َ َ‫اّٰلل‬
Artinya:“Dan tolong – menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan takwa, dan jangan tolong – menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya”42

Dari beberapa ayat di atas dapat penulis simpulkan bahwasanya

ayat tersebut memberi petunjuk agar memberikan pinjaman yang baik

dengan jalan menafkah harta dijalan kebaikan untuk individu – individu

dan golongan – golongan, sehingga membawa manfaat bagi mereka

dalam kemajuan peradaban sosial.

2. Hadits

Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru menunjukkan

sesuatu yang dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti yaitu

sesuatu yang diberikan, diperbincangkan dan dipindahkan dari seorang

kepada orang lain.

Hadits menurut istilah syara’ ialah hal – hal yang datang dari

Rasulullah SAW, baik itu ucapan perbuatan atau pengakuan (taqrir).

Hadits menjadi landasan hukum dalam Islam setelah Al – Qur’an, maka

dari tuhadits mempunyai kedudukan tertinggi setelah Al – Qur’an,

sehingga semua persoalan yang ada dalam kehidupan kita maka selain

berpedoman pada Al – Qur’an juga harus berpedoman pada hadits.

Adapun hadits yang berkaitan dengan persoalan bagi hasil yaitu sebagai

berikut:

42
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahahnya(Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004),5:2.
32

Dalam sunnah Nabi Muhammad SAW ditemukan sebuah hadits

yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, bahwa bagi hasil dengan sistem

muzara’ahitu diperbolehkan. Nabi Muhammad SAW mengemukakan

bahwa:

‫ضينَ فَ ْليَ ْْ َر ْع َها أَ ْو‬


ِ ‫ضو ُل أ َ ْر‬ ْ ‫سلَّ َم َم ْن َكان‬
ُ ُ‫َت لَهُ ف‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫فَقَا َل النَّ ِب‬
َ ‫ِك أ َ ْر‬
ُ ‫ضه‬ ْ ‫ِلي ُْْ ِر ْع َها أَخَاهُ فَإ ِ ْن أَبَى فَ ْلي ُْمس‬

Artinya: “Dari Abu Hurairahr.a Berkata: Bersabda Rasulullah


SAW (barang siapa yang memiliki tanah, maka hendaknya
menanaminya atau memberikannya kepada saudaranya, jika tidak
mau maka boleh menahannya)” (HR.Muslim).43

Dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim diatas, bahwa

bagi hasil dengan sistem muzara’ah itu diperbolehkan.

C. Rukun dan Syarat Bagi Hasil Dalam Bidang Pertanian

Dalam melakukan akad bagi hasil dalam bidang pertanian, ada

beberapa rukun dan syarat – syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Rukun dan Syarat Al – Muzara’ah

a. Rukun muzara’ah

1) Pemilik lahan

2) Petani Pengelola

3) Objek muzara’ah yaitu manfaat lahan dan hasil kerja pengelola

4) Ijab dan kabul

b. Syarat – syarat muzara’ah

43
Husein Khalid Bahreisj, Himpunan Hadits Shalih Muslim, (Surabaya : Al – Ikhlas, 1987),
173 – 174.
33

1) Seseorang yang melakukan akad harus baligh dan berakal, agar

mereka dapat bertindak atas nama hukum.

2) Syarat yang berkaitan dengan benih yang akan ditanam narus jelas

dan menghasilkan.

c. Syarat – syarat yang berkaitan dengan lahan pertanian, yaitu:

1) Menurut adat dan kebiasaan dikalangan petani, lahan itu bisa diolah

dan menghasilkan. Sebab ada tanaman yang tidak cocok ditanami

di daerah tertentu.

2) Batas – Batas lahan itu jelas.

3) Lahan itu diserahkan sepenuhnya kepada petani untuk diolah dan

pemilik lahan tidak boleh ikut campur tangan untuk

mengelolahnya.

d. Syarat – syarat yang berkaitan dengan hasil panen, yaitu:

1) Pembagian hasil panen harus jelas.

2) Hasil panen itu benar benar milik bersama orang yang berakad

tanpa ada pengkhususan.

3) Pembagian hasil panen ditentukan pada awal akad untuk

menghindari perselisihan.

2. Rukun dan Syarat Al – Musaqah

a. Rukun musaqah

1) Pernyataan perjanjian

2) Dua orang yang berakad

3) Objek (tanaman atau pohon)


34

4) Adanya pekerjaan.

b. Syarat – syarat musaqah, yaitu:

1) Pernyataan perjanjian (shighat) penerimaan (qabul) itu disyaratkan

dengan lapaz, tidak sah jika hanya dengan serah terima saja tanpa

ada pengertian menunjukkan bahwa penyerahan dari pemilik

modal sudah diterima oleh orang yang akan mengerjakannya

(pengelola).

2) Orang yang mengadakan akad disyaratkan orang cakap (berakal).

3) Barang yang akan dikerjakan atau disekolah itu harus jelas

keberadaannya, ditentukan waktunya, misalnya satu tahun atau satu

kali panen dan sebagainya.

4) Pekerja disyaratkan yang bekerja adalah pekerja, tidak ada campur

tangan pemilik.

5) Bagian masingmasing pihak harus ditentukan, misalnya seperdua,

sepertiga dan seterusnya. Tidak sah jika hanya dikatakan kalau

“anda mengerjakan ini saya berikan sebagian”, karena arti sebagian

itu tidak jelas.

6) Pohon – pohon atau tanaman yang diakadkan (diperjanjikan) tidak

ditentukan saja buat pekerja, sedangkan lainnya untuk pemilik.

Penentuan seperti ini bisa menimbulkan ketidakjujuran sehingga

nantinya terjadi kesalahpahaman antara kedua belah pihak.


35

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang

digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan.

Penulis sadar bahwa topik penelitian ini bukanlah satu - satunya topik

yang meneliti tentang bagi hasil dalam perspektif Islam. Penelitian ini juga

membutuhkan referensi dari penelitian – penelitian yang membalas topik yang

sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Aapun telaah pustakan

yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan menggali apa yang sudah

dikemukakan oleh para peneliti terdahulu dan mengkaji lebih lanjut serta

mengambil kesimpulan dari penelitian – penelitian tersebut.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO Nama Peneliti Judul Persamaan Perbedaan


1 Muh. Ashar Sistem Bagi Hasil Persamaan dari Penelitian ini
Arman Penggarapan Penelitian ini membahas
Sawah Di Desa dengan penelitian tentang sitem
Julubori yang dilakukan bagi hasil
Kecamatan oleh penulis penggarapan
Pallangga yaitu: sama – sawah guna
Menurut Hukum sama membahas meningkatkan
Islam (Study tentang bagi hasil pendapatan
Kasus Desa menurut menurut hukum
Julubori perspektif Islam Islam,
Kecamatan atau hukum sedangkan
Pallangga Islam, yang mana penulis
Kabupaten Gowa) didalamnya sama membahas
– sama ada tentang Analisis
persentase dalam Sistem Bagi
36

pembagian Hasil Pertanian


hasil.44 Bawang Antara
Pemilik Lahan
dengan
Pengelola
Menurut
Perspektif Islam
dan Penelitian
ini dilakukan di
Desa Julobari
sedangkan
penulis
melakukan
penelitian ini di
Desa Liprak
Kulon
Kecamatan
Banyuanyar
Kabupaten
Probolinggo.
2 Muhammad Sistem Bagi Hasil Persamaan dari Penelitian ini
Guntur Garapan Padi penelitian ini membahas
antara petani dengan penelitian tentang sistem
pemilik modal yang dilakukan bagi hasil
dengan petani oleh penulis garapan padi
penggarap yaitu: dalam antara pemilik
ditinjau dari perjanjian modal dengan
syariat islam di kerjasamanya petani
desa bontobiraeng dengan cara rela penggarap
kecamatan sama rela dan ditinjau dari
bontonompo mekanisme syari’at Islam
kabupaten gowa. akadnya secara Botobiraeng
lisan45 Kecamatan
Bontonompo
Kabupaten
Gowa.
Sedangkan
penulis
membahas

44
Muh. Ashar Arman“Sistem Bagi Hasil Penggarapan Sawah di Desa Julubori Kecamatan
Pallangga Menurut Hukum Islam” (Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar, 2013).
45
Muhammad Guntur “Sistem Bagi Hasil Garapan Padi Antara Petani Pemilik Modal
Dengan Petani Penggarap Ditinjau Dari Syari’at Islam di Desa Bontobiraeng Kecamatan
Bontonompo(Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam (UIN) Alauddin Makassar,
2017).
37

tentang analisis
bagi hasil
pertanian
bawang merah
antara pemilik
lahan dengan
pengelola
menurut
perspektif
Islam.
Objek dan
lokasinya
berbeda.

3 Rini Syakhrevi analisis pola bagi Persamaan dari Perbedaan


hasil antara petani penelitian ini penelitian yang
penggarap dengan dengan penelitian dilakukan oleh
petani pemilik yang dilakukan peneliti ini
lahan pertanian oleh penulis dengan penulis
ditinjau dari terletak pada terletak pada
ekonomi islam masalah bagi objek yang
(Study Kasus di hasil yaitu sama diteliti.
Desa Tanak Beak sama mengangkat Penelitian ini
Kecamatan masalah bagi mengkritik
46
Narmada) hasil. tentang pola
bagi hasil antara
petani
penggarap
dengan petani
pemilik lahan
pertanian di
Desa Tanak
Beak
Kecamatan
Narmad,
sedangkan
penulis
membahas
tentang analisis
sistem bagi
hasil pertanian
bawang antara

46
Rini Syakhevi“Analisis Pola Bagi Hasil Antara Petani Penggarap Dengan Petani Pemilik
Lahan Pertanian Ditinjau Dari Ekonomi Islam”(Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam
IAIN Mataram, 2015).
38

pemilik lahan
dengan
pengelola
menurut
perspektif
Islam.
BAB III

TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa

Dari berbagai sumber asal usul Desa Liprak Kulon memiliki

kesamaan cerita dengan Desa Liprak Wetan, Liprak Kidul dan Desa

Liprak Kulon pada waktu itu merupakan hutan belantara yang tak

berpenghuni. Pada waktu itu banyak orang yang berdatangan untuk

mencari permukiman dan menemukan hutan belantara tersebut. Secara

bahu – membahu mereka menebang hutan belantara secara beramai –

ramai untuk dijadikan tempat tinggal, sebagian dari tanah tersebut

mereka jaikan lahan pertanian untuk menghidupi keluarga mereka sehari

– hari.

Dalam hutan tersebut mereka menemukan sebuah pohon yang

aneh yaitu pohon Aren begitu orang menyebutnya, kemudian mereka

mengambil daun pohon aren tersebut. Daun aren tersebut oleh mereka

dinamakan janur. Dari daun / janur tersebut kemudian dibuat untuk bahan

pembungkus makanan ketupat, karena cara membuatnya dilipat – lipat

dengan para pembuatnya dikatakan sebagai ahli lipat, pada waktu itu

mereka mempunyai ahli lipat dari daerah Barat, Timur dan Selatan,

sehingga mereka yang bertempat di daerah tersebut mempunya ide ingin

membagi daerah menjadi tiga bagian diantaranyaLiprak Kulon, Liprak

Wetan dan Liprak Kulon.

39
40

2. Profil Desa

Liprak kulon adalah desa yang berkembang, yang pada saat ini di

pimpin oleh Bpk Lukman Hakim,S.E selaku kepala desa. Beliau adalah

kepala desa yang ke 4 beliau masih baru di lantik sebagai kepala desa. Di

Liprak Kulon yang sudah 4 kali pergantian masa, dengan masa jabatan 5

tahun. . Kepala desa yang menjabat 2 periode adalah kepala Desa ke 4 dan

ke 5.

Mayoritas penduduk Desa Liprak Kulon adalah beragama Islam,

desa liprak kulon dikenal dengan suku jawa. Yang kebanyakan berasal dari

Madura dan akhirnya bahasanya pun campuran (Madura, jawa, bahasa).

Banyak ritual adat yang terkenal diliprakkulon.diantaranya, maulid

nabi, isro’ mi’roj, muharram, lebaran hari raya idul fitri dan idul adha

(josonjo). Sedangkan tradisi yang paling semarak yang dilakukan oleh

masyarakat adalah maulid nabi yang mana diantara setiap warga yang

memiliki rizki yang lebih mereka akan berlomba-lomba memperingati

maulid nabi secara besar-besaran.

Aset yang dimiliki desa liprak kulon adalah balai desa, tanah

pancen, klinik, tanah kas desa.Balai desa berdiri 1975 yang terletak di

daerah dusun ketapang. Letak tata geografis desa liprak kulon sekita 20

KM Dari perkotaan selain itu desa terletak di dataran rendah yang

didominasi oleh sungai sehingga sulit untuk diakses karena saat ini

pembangunan masih dalam perencanaan.Desaliprak kulon terletak di

kecamatan banyuanyar kabupaten probolinggo dengan jumlah penduduk


41

5161 jiwa.Yang tersebar di dusun krajan, kramat, nyabrang, lampek dan

ketapang.

Desa liprak kulon berbatasan dengan beberapa desa sebelah utara

berbatasan dengan sebaung dan sumber kerang, sedangkan batas bagian

selatannya berbatasan dengan desa liprakkidulkacamatanbanyuanyar dan

sebelah barat berbatasan dengan banyuanyar tengah dan banyuanyarkidul,

dan sebelah timur berbatasan dengan liprak wetan kacamatanbanyuanyar.

Secara administratif desa liprak kulon mempunyai 12 RT dan

terdapat 5 dusun.Namun yang menjadi pusat penelitian peneliti yaitu di

Desa Liprak Kulon Dusun Lampek RT 16 RW 06.

3. Letak Geografis

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Liprak Kulon Kecamatan

Banyuanyar Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur, Luas Desa

Liprak Kulon 336,500 Ha.

Tabel 3.1 Batas Wilayah

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan


Sebelah Utara Sumber Kerang BanyuanyarLor Gending
Sebelah Selatan Liprak Kidul Banyuanyar
Sebelah Timur Liprak Wetan Banyuanyar

Sebelah Barat Banyuanyar Kidul, Banyuanyar Banyuanyar


Tengah
42

4. Letak Demografi

Penduduk merupakan obyek pelaksanaan pembangunan dan demi

pembangunan pula diperlukan sumber daya manusia berkualitas.

Banyaknya jumlah penduduk yang dimiliki oleh suatu wilayah merupakan

potensi yang ada pada wilayah itu, sehingga diperlukan langkah

pengembangan dan pengelolaan yang tepat agar potensi tersebut dapat

dimanfaatkan sebaik – baiknya demi kesejahteraan penduduk tersebut.

Dari data yang diperoleh di Desa Liprak Kulon Kecamatan

Banyuanyar Kabupaten Probolinggo diketahui bahwa jumlah penduduk

Desa Liprak Kulon adalah :

Tabel 3.2 Jumlah Penuduk Desa Liprak Kulon

Laki – Laki Perempuan


Jumlah
(Orang) (Orang)
Jumlah penduduk tahun ini 2978 3195
Jumlah penduduk tahun lalu 2901 3136
43

5. Struktur Desa

KEPALA DESA

Lukman Hakim, S.E

SEKERTARIS DESA

Usman Musyarofa

a)
KASI PEMERINTAHAN KASI PEMBANGUNAN KASI KEMASYARAKATAN

A. Rahman Doni Yudi Jayadi A. Hasani

KAUR UMUM KAUR KEUANGAN


KAUR PERENCANAAN

Sholehuddin MahrusSholeh
A. Taufik

KPL DUSUN NYABRANG


KPL DUSUN KRAJAN
KPL DUSUN KRAMAT
Ali Usman Lukman Hakim
1. Nasihin
2. M. Jasim

KPL DUSUN KETAPANG KPL DUSUN LAMPEK

Dulheri KhoironPriandika

Gambar 3.1 Struktur Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar


Kabupaten Probolinggo
44

B. Deskripsi Data

1. Sistem Bagi Hasil Antara Pemilik Lahan Dengan Petani Pengelola di

Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.

Setiap manusia tidak lepas dari bantuan dari orang lain karena

manusia saling membutuhkan satu sama lain, terutama pengelola lahan

yang ingin memenuhi kebutuhan hidup serta pemilik lahan yang ingin

tanahnya bisa bermanfaat dan menghasilkan. Oleh karena itu, masyarakat

Desa Liprak Kulon tepatnya di Dusun Lampek melakukan kerja sama

dengan sistem bagi hasil antara pemilik lahan dan petani pengelola.

Berdasarkanhasil temuan dilapangan Desa Liprak Kulon

merupakan salah satu desa yang memiliki potensi dalam bidang pertanian

di Kabupaten Probolinggo. Desa ini memiliki wilayah pertanian dan kebun

yang cukup luas dan subur, selain itu mayoritas masyarakatnya bermata

pencaharian sebagai petani dan buruh tani.47

Kerja sama yang dilakukan oleh masyarakat Desa Liprak Kulon

tepatnya di Dusun Lampek yaitu pengelola lahan ingin mengelola sawah

dari pemilik lahan, yang mana lahan tersebut ingin dikelola oleh pengelola

atau sebaliknya, pemilik lahan ingin lahannya dikelola oleh petani

pengelola dengan alasan tertentu agar hasil dari pengelolaan lahan tersebut

bisa dibagi antara pemilik lahan dan petani pengelola.

Perjanjian bagi hasil yang dilakukan antara pemilik lahan dengan

petani pengelola yaitu dilakukan secara lisan dan atas dasar saling percaya

47
Observasi, di Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo,,
Tanggal 20 Juli 2021
45

kepada sesama anggota masyarakat. Adapun sistem bagi hasil yang

dilakukan pada dasarnya tergantung dari kesepakatan bersama menurut

adat dan kebiasaan setempat yang berlaku secara turun – temurun, dimana

adat ini dijadikan sumber hukum yang dapat dipatuhi oleh masyarakat

setempat meskipun bersifat tidak tertulis.48

Berdasarkan hasil penelitian pada 6 orang pemilik lahan dan petani

pengelola bawang merah di Desa Liprak Kulon tepatnya di Dusun

Lampek, peneliti dapat mengetahui praktik kerja sama yang dilakukan

oleh kedua belah pihak. Berbagai macam bentuk kerja sama tentang bagi

hasil pertanian yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat, begitu juga

dengan kehidupan masyarakat di desa ini. Bentuk kerja sama antara petani

pengelola dengan pemilik lahan di Desa Liprak Kulon biasanya sering

menerapkan 2 macam sistem bagi hasil, antara lain sistem bagi hasil

mertelu/pertelohdan bagi hasil persepuluh.

a. Mertelu/perteloh

Istilah bagi hasil merteluh/pertelohadalah bentuk besaran

imbangan bagi hasil dengan menggunakan perbandingan 2/3 untuk

pemilik lahan pertanian dan 1/3 hasil unuk petani pengelola. Bentuk

besaran imbangan bagi hasil inilah yang saat ini digunakan

masyarakat Desa Liprak Kulon khususnya Dusun Lampek dalam

melaksankan perjanjian bagi hasil dalam bidang pertanian. Bentuk ini

dianggap adil untuk kedua belah pihak karena perolehan 2/3 pemilik

48
Observasi, di Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo,
Tanggal 20 Juli 2021
46

lahan sebab benih/bibit, pupuk, obat – obatan dan peralatan pertanian

ditanggung sepenuhnya oleh pemilik lahan. Sedangkan 1/3 hasil untuk

petani pengelola sebagai imbalan hasil atas lahan pertanian yang

dikuasakan. Bisa jadi sebaliknya, jika yang menanggung modal adalah

petani pengelola maka yang mendapatkan bagian 2/3 adalah petani

pengelola karena telah mengeluarkan modal. Sedangkan pemilik lahan

akan mendapatkan 1/3 bagian.

Bentuk kerja sama ini biasanya dilakukan terhadap petani

pengelola yang sama sekali tidak memiliki lahan atau modal untuk

melakukan suatu usaha pertanian. Bagi petani berlahan sempit,

perjanjian kerja sama dengan sistem bagi hasil lebih menguntungkan

dibanding sistem sewa, karena resiko yang dapat disebabkan oleh

kegagalan tidak hanya ditanggung oleh pengelola tetapi ditanggung

pula oleh pemilik lahan. Biarpun begitu dalam hal terjadi kerugian

pemilik lahan merasa dirugikan atas seluruh moal yang dikeluarkan,

sedangkan petani pengelola sendiri rugi dalam hal waktu dan tenaga.

b. Persepuluh

Persepuluh ini adalah pembagian hasil dari pengelolaan sawah

dimana petani pengelola hanya bertugas untuk pengairan/penyiraman

saja. Maksudnya, petani pengelola hanya bertugas sebagai

pengairan/penyiraman atau apapun yang menyangkut perairan saja.

Selebihnya bukan tugas petani pengelola melainkan tugas pemilik

lahan, seperti pengeluaran modal dari bibit/benih, obat – obatan,


47

merawat bawang merah tersebut itu yang bertugas adalah pemilik

lahan. Jadi dalam pembagian hasil disini, petani pengelola hanya

mendapat upah/imbalan satu bagian saja, sisanya diambil oleh pemilik

lahan. Biasanya di Desa Liprak Kulon khususnya di Dusun Lampek

menerapkan persepuluh ini dengan rasio 10% diberikan kepada petani

pengelola (yang menyiram atau yang bertugas masalah perairan),

sedangkan 90% diambil pemilik lahan. Akad ini akan berakhir apabila

jangka waktu yang telah disepakati telah habis.

Di Desa Liprak Kulon terdapat 2 (dua) bentuk penyerahan bagi

hasil yakni berupa uang dan bisa juga berupa hasil panen sesuai

dengan kesepakatan awal.

Pelaksanaan bagi hasil di Desa Liprak Kulon dalam hal kerugian

yang disebabkan oleh gagal panen akan ditanggung oleh pemilik lahan

dan petani pengelola karena kegagalan dalam panen akibat kondisi

alam bukanlah sesuatu yang dapat diperkirakan dan tidak dapat

terduga sebelumnya sehingga kedua belah pihak akan menanggung

kerugian bersama apabila terjadi permasalahan ataupun perselisihan

pihak pemilik lahan dan pihak petani pengelola menyelesaikan

permasalahan tersebut secara kekeluargaan. Seperti pernyataan Ibu

Sutra saat diwawancarai:

“Biasanya kerugian sama sama ditanggung. Karena modal kan


ditanggung saya, petani pengelola hanya mengelola. Jadi,saya
48

menanggung rugi modal dan petani pengelola rugi waktu dan


tenaga.”49

Alasan – alasan bagi hasil dalam pengelolaan sawah pemilik

lahan dan petani pengelola di Desa Liprak Kulon Kecamatan

Banyuanyar Kabupaten Probolinggoantara lain:

Warga menjalin kerjasama dengan pengelolanya salah salah

satunya faktor usia, warga yang tetap dimanfaatkan agar tanah

tersebut tetap dimanfaatkan agar tanah tersebut tetap produktif dan

mendapatkan penghasilan, seperti pernyataan Ibu Sutra saat

diwawancarai:

“Saya sudah tua nduk, tidak sekuat dulu saat saya masih muda.
Jadi, saya mencari orang yang sanggup menggarap dan
merawat sawah saya, tapi saya modali bibit dan kebutuhan lain
yang diperlukan disawah tapi tidak semua.”50

Karena sawah yang dimiliki terlalu luas dan tidak ada sanak

ataupun saudara yang bisa membantu pemilik tanah untuk mengelolanya.

Seperti pernyataan yang diberi Ibu Us :

“Rata - rata saudara saya juga punya lahan sendiri yang harus
dikelola juga, sehingga mereka tidak ada yang bisa saya ajak untuk
bekerja sama dengan saya disawah saya dan pada akhirnya saya
mencari orang – orang sini. Orang lain wilayah juga tidak apa – apa
asal dapat dipercaya dan tekun, sehingga tujuan saya dan petani
pengelola bisa terwujud yaitu berhasil panen.”51

49
Wawancara engan Ibu Us (Pemilik Lahan di Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar
Kabupaten Probolinggo), Tanggal 21 Juli 2021.
50
Wawancara Dengan Ibu Sutra (Pemilik Lahan di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal 20 Julii 2021.
51
Wawancara Dengan Ibu Us (Pemilik Lahan di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal, 21 Juli 2021.
49

Selain beberapa hal diatas, yang menjadikan pemilik lahan

menggunakan sistem kerja sama dengan teknik bagi hasil dengan

pengelolanya ini adalah karena tidak mempunyai waktu yang cukup untuk

mengelola sawah yang dimiliki, seperti penuturan Bapak Husnul :

“Setiap pagi saya sudah harus berangkat kerja ke pasar dan


pulangnya sore, kadang saya harus pergi ke pasar – pasar lainnya
untuk menjual dan melihat sapi, sehingga saya tidak memiliki
waktu untuk mengelola sawah saya. Jadi, saya mencari orang untuk
mengurusnya”.52

Jadi, ada salah satu pemilik lahan yang tidak mempunyai waktu

yang cukup untuk mengelolah sawah yang dimilikinya. Sehingga

membutuhkan orang untuk mengelola sawah tersebut agar tetap bisa

mendapatkan penghasilan dari sawah tersebut.

Warga yang menjadi petani pengelola mayoritas adalah warga yang

hanya memiliki sedikit modal yang tidak cuku jika untuk menyewa tanah

sendiri, sehingga memutuskan untuk bekerja sama dengan pemilik tanah

dengan sistem bagi hasil. Seperti pernyataan Bapak Idrus :

“Saya tidak memiliki cukup modal untuk menyewa atau membeli


tanah untuk ditanami sendiri, karena modal saya juga sedikit.
Akhirnya saya bekerja sama dengan orang yang memiliki lahan
yang butuh tenaga pengelola tapi bukan pekerja lepas yang dibayar
harian”.53

Alasan petani pengelola menggunakan sistem bagi hasil ini

berbeda – beda, ada juga yang merasa lebih nyaman dengan menggunakan

sistem bagi hasil. Seperti ini pernyataan Mas Toyyib:

52
Wawancara Dengan Bapak Husnul ( Pemilik Tanah di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal 22 Juli 2021.
53
Wawancara Dengan Bapak Idrus (Petani Pengelola di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal 21 Juli 2021.
50

“Saya lebih nyaman kerjasama seperti ini karena rasa


kekeluargaannya sangat erat, biasanya pemilik lahan juga
menemani, memberi makanan dan minuman kepada saya di sawah,
meskipun tidak setiap hari. Dan yang paling penting tidak ada
istilah pemilik lahan adalah juragan, namanya kerja sama ya berarti
kedudukannya sama.”54

Selain beberapa faktor diatas, pemilik sawah juga mengaku bahwa

dari sistem kerja sama yang semacam ini banyak keunggulannya karena

tidak adanya kewajiban untuk menganggung upah harian seperti yang

dilakukan disistem kerja sama biasa, seperti ungkapan Bapak Fauzi:

“Menurut saya bagi hasil ini sangat mudah, kita lihat saja misalkan
saya menggunakan sistem pekerja harian, membayar upah harian
adalah menjadi kewajiban saya yang harus dibayarkan setiap hari.
Terus modal yang saya keluarkan juga sangat besar, tapi kalau
sistem seperti ini modalnya bisa dipikul berdua, misalnya waktunya
penyemprotan obat ditanggung pengelola seperti itu, terus kalau
ada apa – apa ada yang bisa saya ajak musyawarah jadi enak
menggunakan sistem ini”.55

Adapun awal kerja sama dengan teknik bagi hasil ini tidak

diketahui dengan tepat kapan mulai dilaksanakan, akan tetapi berdasarkan

informasi dari beberapa responden memberikan pernyataan bahwasanya

mengetahuin sistem ini sejak lama, kemungkinan sistem kerja sama

dengan bagi hasil ini sudah lama terlaksana sejak nenek moyang, sehingga

turun – menurun dari generasi ke generasi atau bahkan menjadi kebiasaan

warga setempat. Seperti jawaban yang diberi Bapak Husnul:

“Tepatnya sejak kapan ada sistem seperti ini saya juga tidak tahu.
Hanya saja kerja sama dengan teknik bagi hasil ini sudah turun –
temurun, bahkan kakek nenek saya dulu juga menggunakan sistem

54
Wawancara Dengan Mas Toyyib (Petani Pengelola di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal 22 Juli 2021.
55
Wawancara Dengan Bapak Fauzi (Pemilik Lahan di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal 25 Juli 2021.
51

ini dulu. Sistem ini juga dilakukan dengan rasa saling percaya satu
sama lain”.56

2. Sistem Bagi Hasil Antara Pemilik Lahan Dengan Petani Pengelola

Bawang Merah di Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten

Probolinggo menurut Perspektif Islam.

Sistem bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan pada

umumnya adalah berdasarkan dari kesepakatan bersama antara pemilik

lahan dan petani pengelola menurut hukum adat kebiasaan setempat yang

berlaku secara turun – temurun, dimana hukum adat kebiasaan setempat

yang berlaku secara turun – menurun, dimana hukum adat itu dijadikan

sumber hukum yang dapat dipatuhi oleh masyarakat setempat dan

perjanjian bagi hasil yang terjadi biasanya dilakukan secara lisan dengan

saling mempercayai antara sesama anggota masyarakat, sebagaimana

yang terjadi di Desa Liprak Kulon tepatnya di Dusun Lampek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa munculnya perjanjian bagi

hasil di Desa Liprak Kulon dikarenakan adanya keinginan dari kedua

belah pihak untuk bekerja sama dalam pengolahan lahan pertanian agar

menjadi lahan yang menghasilkan. Dalam hal ini antara pemilik lahan dan

petani pengelola saling membutuhkan, terbentuknya kerja sama ini

biasanya terjadi karena ada dari pemilik lahan yang tiak mampu atau tidak

mempunyai waktu untuk mngelolalahanyya dan terkadang perjanjian itu

muncul karena adanya petani pengelola yang tidak memiliki lahan untuk

56
Wawancara Dengan Bapak Husnul (Pemilik Lahan di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal 22 Juli 2021.
52

bercocok tanam. Oleh karena itu, petani melakukan suatu perjanjian bagi

hasil, selain untuk mencari keuntungan antara kedua belah pihak juga

saling mempererat tali persaudaraan dan tolong – menolong diantara

mereka.

Sebagaimana diketahui bahwa agama Islam membenarkan seorang

muslim berusaha secara perorangan maupun penggabungan modal dan

tenaga, karena banyak usaha yang tidak cukup ditangani oleh seorang diri,

melainkan harus bergabung dan bekerja sama dengan orang lain, yang

memungkinkan usaha tersebut dapat berjalan lancar. Pada prinsipnya

setiap usaha dan pekerjaan yang menguntungkan seseorang dan

masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai halal dan mengandung

kebaikan ditekankan adanya bentuk kerja sama. Maka Islam

mensyari’atkan bentuk kerja sama dengan sistem bagi hasil khususnya

dalam bidang pertanian yaitu Al – Muzara’ahdan Al – Musaqahagar

terhindar dari segala hal yang tidak dianjurkan agama Islam seperti

penyimpanan, kecurangan dan ketidakjujuran dalam perjanjian bagi hasil

tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An – NisaAyat 29

‫ع ْن‬ َ ‫َِل ا َ ْن ت َ ُك ْونَ ِت َج‬


َ ً ‫ارة‬ ِ َ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تَأ ْ ُكلُ ْٰٓوا ا َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
ٰٓ َّ ‫اط ِل ا‬
َۗ ‫اض ِم ْن ُك ْم‬
ٍ ‫ت َ َر‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu


saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak
benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka
53

sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh


dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.”57

Dari firman Allah SWT diatas dapat kita ketahui bahwa jangan

pernah kita memakan harta dengan jalan yang tidak benar, kecuali dalam

perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka antara kedua belah

pihak.

a. Al – Muzara’ah

Sebagaimana kita ketahui bahwa al – muzara’ahmerupakan

bentuk kerja sama engan sistem bagi hasil yang dianjurkan syari’t

Islam, khususnya dalam bidang pertanian. Al – Muzara’ah yang

artinya ada dua cara, yaitu menabur benih/bibit dan menumbuhkan.

Dari arti kata tersebut dapat dijelaskan bahwa al – muzara’ahadalah

sebuah akad kerja sama pengolahan lahan pertanian antara pemilik

lahan dengan petani pengelola, dimana pemilik lahan memberikan

lahan pertanian kepada petani pengelola untuk ditanami dan

dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen, namun

jika terjadi kerugian atau gagal panen, maka petani pengelola tidak

menanggung apapun, tapi telah rugi atas usaha dan waktu yang telah

dikeluarkan.58

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem bagi hasil yang

terjadi di Desa Liprak Kulon yaitu sangat bergantung dari

57
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahan (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), 4 : 29
58
Abdul Sami Al – Mishri, Pilar – pilar Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), 110.
54

kesepakatan antara pihak – pihak yang mengadakan perjanjian bagi

hasil, alam hal ini pemilik lahan dan petani pengelola, dimana

pemilik lahan memberikan lahan pertaniannya kepada petani

pengelola untuk diusahakan sampai berhasil dan petani pengelola

berhak mendapatkan imbalan atau upah dari hasil panen dengan

pembagiannya tergantung dari kesepakatan antara kedua belah pihak.

Sebagaimana firman Allah dalam AtTalaq Ayat 6 :

‫ض ْعنَ لَ ُك ْم فَ ٰات ُ ْو ُهنَّا ُ ُج ْو َر ُه َّن‬


َ ‫فَا ِْن ا َ ْر‬
Artinya: “...Jika mereka menyusukan (anak – anak)mu
untukmu, maka berikanlah kepada mereka upah...”59

Perjanjian bagi hasil yang dilakukan di Desa Liprak Kulon

dapat dikatakan sangat beragam, intinya perjanjian bagi hasil tersebut

dapat terlaksanakan apabila terdapat kata sepakat antara pemilik lahan

dengan petani pengelola. Berdasarkan perjanjian bagi hasil yang

terjadi, apabila biaya atau modal ditanggung oleh pemilik lahan

seperti bibit, pupuk, obat – obatan dan lain – lain, sedangkan

pengelola aktivitasnya mencakup pemeliharaan dan pengelolaan,

maka besarnya bagian yang akan didapat oleh masing – masing pihak

dari hasil panen ditentukan, misalnya dua bagian untuk pemilik lahan

dan satu bagian untuk petani pengelola atau menurut kesepakatan

antara kedua belah pihak yang telah disepakati pada awal akad.

Namun, apabila seluruh biaya kebutuhan lahan pertanian ditanggung

59
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahan (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2004), 65 : 6.
55

oleh petani pengelola, dalam hal ini pemilik lahan hanya mendapatkan

memberikan lahan pertaniannya kepada si petani pengelola, maka

pembagian hasilnya akan dibagi sesuai dengan imbangan yang telah

disepakati pada awal akad, misalnya petani pengelola mendapatkan

dua bagian dan pemilik lahan hanya mendapatkan satu bagian.

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem

bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat Desa Liprak Kulon sudah

sesuai dengan sistem yang dianjurkan Islam. Dimana dari hasil

penelitian dan penjelasan dari sistem bagi hasil diatas bahwa ini sudah

sesuai dengan sistem muzara’ahyang dianjurkan oleh Islam khususnya

dalam bidang pertanian.

b. Al – Musaqah

Al – Musaqahadalah salah satu bentuk kerja sama yang

dianjurkan agama Islam dalam bidang pertanian, sebenarnya

musaqahhampir sama dengan sistem muzara’ahhanya saja

musaqahbentuknya lebih sederhana. Musaqahberasal dari kata as –

saqyyang artinya penyiraman dan pengairan. Dari arti kata tersebut,

maka dapat dijelaskan bahwa al – musaqahaalah suatu bentuk kerja

sama antara pemilik lahan dengan petani pengelola, dimana aktivitas

yang dilakukan pengelola hanya menyangkut segala hal yang berkaitan

dengan masalah pengairan dan penyiraman dan tidak ada kaitannya


56

dengan aktivitas diluar itu, namun petani pengelola berhak atas nisbah

tertentu dari hasil panen.60

Dalam musaqahumumnya biaya atau modal untuk kebutuhan

lahan disediakan oleh pemilik lahan dan petani pengelola hanya

bertanggung jawab atas pengairan dan penyiraman. Jadi bentuk kerja

sama musaqahdalam hal ini pemilik lahan yang menanggung seluruh

kebutuhan lahan seperti menyediakan pupuk, benih, obat – obatan dan

lain – lain. Sedangkan petani pengelola bertanggung jawab atas

pengairan dan penyiraman, dalam hal ini petani pengelola

menyediakan waktu dan tenaganya.

Di Desa Liprak Kulon terapat petani pemilik lahan dan petani

pengelola yang melakukan bentuk kerja sama ini, khususnya petani

pengelola yang sama sekali tidak memiliki modal atau lahan untuk

melakukan usaha pertanian dan bentuk kerja sama ini biasanya

dilakukan oleh pemilik lahan dengan menawarkan terlebih dahulu

kepada sanak saudara atau kerabat dekat yang ingin mengolah

tanahnya, namun apabila dari sanak saudara tidak ingin atau tidak

bisa, barulah menawarkan kepada orang lain yang ingin mengerjakan

lahannya dan seseorang yang ditawarkan yaitu seseorang yang apat

dipercaya dalam arti dapat mempertanggung jawabkan pekerjaannya

yang diamanahkan oleh pemilik lahan sehingga lahan yang

60
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah(Jakarta: Gema Insani, 2001), 100.
57

diusahakan tersebut dapat menghasilkan keuntungan.61 Sebagaimana

firman Allah SWT dalam QS. Al – Qashash Ayat 26 :

‫ي ْاَلَ ِمي ُْن‬ َ ‫ت ا ْستَأ ْ ِج ْرهُ ۖا َِّن َخي َْر َم ِن ا ْستَأ ْ َج ْر‬
ُّ ‫ت ْالقَ ِو‬ ِ ‫ت ا ِْح ٰدى ُه َم ٰ ٰٓايا َ َب‬
ْ َ‫قَال‬
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita berkata: “Wahai
ayahku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita).
Karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi
dapa dipercaya”.62

Ayat tersebut memberi indikasi tentang kerja sama Nabi Musa

dengan tukang tenung dari Madyan beserta putri – putrinya, yaitu

salah seorang diantara putri ahli tenung berkata : Upahlah Musa untuk

mengembalakan kambingmu, karena sebaik – baiknya orang kuat

dalam menjaga dan mengurus kambing ialah seorang yang apat

dipercaya yang tidak dikhawatirkan akan mengkhianati amanat.63

Dari penjelasan diatas dan berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa bentuk kerja sama dengan sistem bagi hasil yang

terjai di Desa Liprak Kulon yaitu sangat bergantung dari kesepakatan

antara pemilik lahan dengan petani pengelola yang mengadakan akad

dan walaupun sistem bagi hasil yang dilakukan bermacam – macam

namun sistem bagi hasil tersebut sudah sesuai dengan sistem musaqah

yaitu sistem yang dianjurkan agama Islam.

61
Wawancara Dengan Ibu Us (Pemilik Lahan di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal, 21 Juli 2021.
62
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahan (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), 28 : 26.
63
Al – Maraghi, Tafsir al – Maraghi, Jilid XX (Mesir: Mushafaal – Bab alHalab, 1974),
93.
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari bab IV ini dikemukakan tentang pembahasan temuan penelitian.

Seperti yang telah dikemukakan dalam bab III, data yang terkumpul dalam

penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi

dan wawancara.

A. Sistem Bagi Hasil Antara Pemilik Lahan Dengan Petani Pengelola di

Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.

Dari data wawancara yang peneliti dapatkan, berdasarkan hasil

penelitian pada 6 orang pemilik lahan dan petani pengelola bawang merah di

Desa Liprak Kulon tepatnya di Dusun Lampek, peneliti dapat mengetahui

praktik kerja sama yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Berbagai macam

bentuk kerja sama tentang bagi hasil pertanian yang diterapkan dalam

kehidupan masyarakat, begitu juga dengan kehidupan masyarakat di desa ini.

Bentuk kerja sama antara petani pengelola dengan pemilik lahan di Desa

Liprak Kulon 2 macam sistem bagi hasil, antara lain sistem bagi hasil

mertelu/pertelohdan persepuluh bagi hasil.

Pertama, mertelu/perteloh, bentuk ini dianggap adil untuk kedua belah

pihak karena perolehan 2/3 pemilik lahan sebab benih/bibit, pupuk, obat –

obatan dan peralatan pertanian ditanggung sepenuhnya oleh pemilik lahan.

Sedangkan 1/3 hasil untuk petani pengelola sebagai imbalan hasil atas lahan

pertanian yang dikuasakan. Bisa jadi sebaliknya, jika yang menanggung

58
59

modal adalah petani pengelola maka yang mendapatkan bagian 2/3 adalah

petani pengelola karena telah mengeluarkan modal. Sedangkan pemilik lahan

akan mendapatkan 1/3 bagian.

Kedua, persepuluh, persepuluh ini adalah pembagian hasil dari

pengelolaan sawah dimana petani pengelola hanya bertugas untuk

pengairan/penyiraman saja. Maksudnya, petani pengelola hanya bertugas

sebagai pengairan/penyiraman atau apapun yang menyangkut perairan saja.

Selebihnya bukan tugas petani pengelola melainkan tugas pemilik lahan,

seperti pengeluaran modal dari bibit/benih, obat – obatan, merawat bawang

merah tersebut itu yang bertugas adalah pemilik lahan. Jadi dalam pembagian

hasil disini, petani pengelola hanya mendapat upah/imbalan satu bagian saja,

sisanya diambil oleh pemilik lahan. Biasanya di Desa Liprak Kulon

khususnya di Dusun Lampek menerapkan persepuluh ini dengan rasio 10%

diberikan kepada petani pengelola (yang menyiram atau yang bertugas

masalah perairan), sedangkan 90% diambil pemilik lahan. Akad ini akan

berakhir apabila jangka waktu yang telah disepakati telah habis.

Perjanjian bagi hasil yang dilakukan antara pemilik lahan dengan

petani pengelola yaitu dilakukan secara lisan dan atas dasar saling percaya

kepada sesama anggota masyarakat. Adapun sistem bagi hasil yang dilakukan

pada dasarnya tergantung dari kesepakatan bersama menurut adat dan

kebiasaan setempat yang berlaku secara turun – temurun, dimana adat ini

dijadikan sumber hukum yang dapat dipatuhi oleh masyarakat setempat

meskipun bersifat tidak tertulis.


60

B. Sistem Bagi Hasil Antara Pemilik Lahan Dengan Petani Pengelola

Bawang Merah di Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar

Kabupaten Probolinggo menurut Perspektif Islam.

Sebagaimana diketahui bahwa agama Islam membenarkan seorang

muslim berusaha secara perorangan maupun penggabungan modal dan tenaga,

karena banyak usaha yang tidak cukup ditangani oleh seorang diri, melainkan

harus bergabung dan bekerja sama dengan orang lain, yang memungkinkan

usaha tersebut dapat berjalan lancar. Pada prinsipnya setiap usaha dan

pekerjaan yang menguntungkan seseorang dan masyarakat yang dapat

dikategorikan sebagai halal dan mengandung kebaikan ditekankan adanya

bentuk kerja sama. Maka Islam mensyari’atkan bentuk kerja sama dengan

sistem bagi hasil khususnya dalam bidang pertanian yaitu Al – Muzara’ahdan

Al – Musaqahagar terhindar dari segala hal yang tidak dianjurkan agama Islam

seperti penyimpanan, kecurangan dan ketidakjujuran dalam perjanjian bagi

hasil tersebut.

Perjanjian bagi hasil yang dilakukan di Desa Liprak Kulon dapat

dikatakan sangat beragam, intinya perjanjian bagi hasil tersebut dapat

terlaksanakan apabila terdapat kata sepakat antara pemilik lahan dengan petani

pengelola. Berdasarkan perjanjian bagi hasil yang terjadi, apabila biaya atau

modal ditanggung oleh pemilik lahan seperti bibit, pupuk, obat – obatan dan

lain – lain, sedangkan pengelola aktivitasnya mencakup pemeliharaan dan

pengelolaan, maka besarnya bagian yang akan didapat oleh masing – masing

pihak dari hasil panen ditentukan, misalnya dua bagian untuk pemilik lahan
61

dan satu bagian untuk petani pengelola atau menurut kesepakatan antara kedua

belah pihak yang telah disepakati pada awal akad. Namun, apabila seluruh

biaya kebutuhan lahan pertanian ditanggung oleh petani pengelola, dalam hal

ini pemilik lahan hanya mendapatkan memberikan lahan pertaniannya kepada

si petani pengelola, maka pembagian hasilnya akan dibagi sesuai

enganimbangan yang telah disepakati pada awal akad, misalnya petani

pengelola mendapatkan dua bagian dan pemilik lahan hanya mendapatkan satu

bagian.

Di Desa Liprak Kulon terapat petani pemilik lahan dan petani

pengelola yang melakukan bentuk kerja sama ini, khususnya petani pengelola

yang sama sekali tidak memiliki modal atau lahan untuk melakukan usaha

pertanian dan bentuk kerja sama ini biasanya dilakukan oleh pemilik lahan

dengan menawarkan terlebih dahulu kepada sanak saudara atau kerabat dekat

yang ingin mengolah tanahnya, namun apabila dari sanak saudara tidak ingin

atau tidak bisa, barulah menawarkan kepada orang lain yang ingin

mengerjakan lahannya dan seseorang yang ditawarkan yaitu seseorang yang

dapat dipercaya dalam arti dapat mempertanggung jawabkan pekerjaannya

yang diamanahkan oleh pemilik lahan sehingga lahan yang diusahakan

tersebut dapat menghasilkan keuntungan.


62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berasarkan uraian yang telah penulis paparkan, makas dapat

disimpulkan hal – hal seperti berikut:

1. Sistem bagi hasil yang terjadi di Desa Liprak Kulon antara pemilik lahan

dengan petani pengelola yaitu berdasarkan dari kesepakatan antara kedua

belah pihak menurut hukum adat kebiasaan setempat yang berlaku secara

turun – temurun, dimana adat itu dijadikan sumber hukum yang dapat

dipatuhi oleh masyarakat setempat dan perjanjian bagi hasil yang terjadi

pada umumnya dilakukan secara lisan dengan saling mempercayai antara

sesama anggota masyarakat.

2. Bentuk kerja sama dengan sistem bagi hasil yang dianut oleh masyarakat

Desa Liprak Kulon memiliki persamaan dengan sistem yang dianjurkan

agama Islam dalam arti sudah sesuai atau sejalan dengan sistem yang

dianjurkan agama Islam khususnya dalam bidang pertanian yang bentuk

kerja sama dengan sistem bagi hasil muzara’ahdan sistem bagi hasil

musaqah. Dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada

petani pengelola untuk dikelola dan dirawat dengan imbalan bagian

tertentu dari hasil panen disebut muzara’ah. Apabila seluruh pembiayaan

kebutuhan lahan pertanian ditanggung oleh pemilik lahan seperti benih,

pupuk, obat – obatan dan lain – lain, sedangkan petani pengelola hanya
63

bertanggung jawab atas pengairan dan penyiraman, namun petani

pengelola berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen disebut musaqah.

B. Saran

Berasarkan kesimpulan diatas, maka penulis akan menyampaikan beberapa

saran – saran sebagai berikut :

1. Sampai saat ini bentuk kerja sama dengan sistem bagi hasil di Desa Liprak

Kulon masih menggunakan hukum adat kebiasaan setempat dengan saling

mempercayai antara sesama anggota masyarakat dan biasanya dilakukan

secara lisan oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini, penulis menyarankan

agar dalam setiap melakukan suatu bentuk kerja sama dengan sistem bagi

hasil sebaiknya dilakukan bersama saksi. Hal ini penting agar dari kedua

belah pihak dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan

memperhatikan hak – hak dan kewajibannya dari masing – masing pihak.

2. Sistem penguasaan lahan di Desa Liprak Kulon lebih banyak terjadi

melalui sistem bagi hasil. Oleh karena itu, antara pemilik lahan dan petani

pengelola dalam melakukan suatu bentuk kerja sama engan sistem bagi

hasil harus mengetahui sistem bagi yang ianjurkan agama Islam khususnya

dalam bidang pertanian, agar sesuai dengan sistem yang dianjurkan agama

Islam dan diridhoi Allah SWT. Hal ini penting agar terhindar dari hal – hal

yang tidak diinginkan atau yang dapat merugikan seperti adanya

penyimpangan, kecurangan dan ketidakadilan dari salah satu pihak yang

mengadakan perjanjian bagi hasil, baik pemilik lahan maupun petani

pengelola.
DAFTAR RUJUKAN

Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahannya. 2004. Bandung: CV.


Penerbit Diponegoro.

Abdul Sami Al – Mishri, 2006. Pilar – pilar Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar..

Anwar, Saefuddin. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Logos Wacana Ilmu.

Azwar Karim Adimarwan. 2008. Sejarah Pemikiran Ekonomi, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Bahreisj, Khalid. 1987. Himpunan Hadits Shalih Muslim, Surabaya: Al – Ikhlas.

Hoeve, Van. 1980. Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: PT. Ichtiar Baru.

Istiqomah, Liliek. 1982. Hak Gadai Atas Tanah Sesudah Berlakunya Hukum
Agraria Nasional, Jakarta: Usaha Nasional Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mubyanto. 2013. Pengantar Ilmu Pertania, Jakarta: Erlangga.

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian, Edisi 7, Jakarata: Ghalia Indonesia.

Parlindungan, P. 1991. Undang – Undang Bagi Hasil di Indonesia, Bandung: CV.


Mandar Maju.

Sabiq, Sayyid. 1987. FiqihSunnah XI, Bandung: Al – Ma’arif.

Saleh, Wantjik. 1987. Hak Anda Atas Tanah, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sami, Abdul. 2004. Pilar – Pilar Ekonomi Islam, Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro.

Sindriyanto, Nur dan Bambang Supono. 1999. Metode Penelitian Bisinis,


Yogyakarta: BPFE.

Soekamto, Soejono. 2000. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas


Indonesia.

64
Sugiono.2021. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:
CV. Alfabeta.

Syafi’i A, Muhammad. 2001. Bank Syari’ah, Jakarta: Gema Insani.

Teguh, Muhammad. 2015. Metode Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi,


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Usman, Husnaini dan Purnomo Setiady. 2003. Metode Penelitian Social, Jakarta:
PT. Bumi Aksara.

65
LAMPIRAN-LAMPIRAN

TRANSKRIP WAWANCARA

1. Kode : 01/1-W/F-1/20-VII/2021
Nama Informan : Ibu Sutra (Pemilik Sawah)
Tanggal : 20 Juli 2021
Jam : 09.00 – 11.00 WIB
Disusun Jam : 18.00 – 20.00 WIB
Tempat Wawancara : Rumah Ibu Sutra
Topik Wawancara : Pengenalan pemilik lahan dan mengenai sistem bagi
hasil yang dilakukan masyarakat di Desa Liprak
Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten
Probolinggo.
Materi wawancara
Peneliti - Sebelumnya boleh tau identitas Ibu, seperti nama,
umur dan pendidikan terakhir?

Informan - Boleh,
Nama : Ibu Sutra
Umur : 52 thn
Pendidikan Terakhir : SD
Peneliti - Sistem apa yang sering diterapkan masyarakat Desa
Liprak Kulon ini dalam melakukan pertanian
bawang merah bu?

Informan - Kalau saya sendiri menerapkan sistem bagi hasil


nduk dan yang saya taudisini itu kebanyakan
menerapkan sistem bagi hasil kalau dalam pertanian
bawang merah.

Peneliti - Mengapa Ibu memilih atau tertarik untuk


melakukan sistem bagi hasil?

Informan - Karena umur saya sudah tua, tidak kuat lagi untuk
bertani seperti saat muda dulu. Jadi, saya mencari
orang yang sanggup menggarap dan merawat sawah
saya.

66
Peneliti - Sebagai pemilik lahan, apakah ibu sendiri
mengeluarkan modal mengenai benih, obat – obatan
dan lain – lain?

Informan - Tentu saja, saya yang membeli benih dan obat –


obatan tersebut.

Peneliti - Lalu, biasanya tugas petani pengelola itu seperti apa


Ibu?

Informan - Tugas petani pengelola biasanya disini itu menanam


dan merawat atau memelihara tanaman atau sayuran
yang ditanam hingga batas waktu panen.

Peneliti - Bagaimana cara bapak membagi hasil pertanian


tersebut kepada petani pengelola atau dengan rasio
bagi hasil berapakah yang ibu lakukan jika sudah
panen dengan petani pengelola?

Informan - Kalau saya biasanya karena saya yang menanggung


benih dan obat – obatanya, jadi saya dan petani
pengelola bersepakat bahwa dua bagian milik saya
dan satu bagian adalah milik petani pengelola.
Biasanya di Desa sini menyebutnya
mertelu/perteloh.

Peneliti - Lalu, mengenai kerugian. Siapa yang menanggung


kerugian jika misalnya ada kerugian seperti
bawangnya mati?

Informan - Biasanya kerugian sama sama ditanggung. Karena


modal kan ditanggung saya, petani pengelola hanya
mengelola. Jadi,saya menanggung rugi modal dan
petani rugi tenaga.

67
2. Kode : 02/2-W/F-1/21-VII/2021

Nama Informan : Ibu Us (Pemilik Lahan)

Tanggal : 21 Juli 2021

Jam : 10.00 – 12.00 WIB

Disusun Jam : 18.00 – 20.00 WIB

Tempat Wawancara : Sawah Ibu Us

Topik Wawancara : Pengenalan pemilik lahan, alasan memilih bagi hasil

dan sistem bagi hasil pertanian bawang merah yang

sedang diterapkan Ibu Us.

Materi wawancara
Peneliti - Sebelumnya boleh tau identitas Ibu, seperti nama,
umur dan pendidikan terakhir?

Informan - Boleh,
Nama : Ibu Us
Umur : 49 thn
Pendidikan Terakhir : SMP
Peneliti - Disini ibu berperan sebagai siapa? Pemilik lahan
atau petani pengelola?

Informan - Saya disini sebagai pemilik lahan nduk.

Peneliti - Sebagai pemilik lahan, apakah ibu sendiri


mengeluarkan modal mengenai benih, obat – obatan
dan lain – lain?

Informan - Iya, disini saya yang mengeluarkan modal.

Peneliti - Bagaimana cara ibu membagi hasil pertanian


tersebut kepada petani pengelola atau dengan rasio
bagi hasil berapakah yang bapak lakukan jika sudah
panen dengan petani pengelola?

68
Informan - Saya dan petani pengelola bersepakat bahwa petani
pengelola mendapat 10% dan saya mendapatkan
90%. Karena petani pengelola hanya bertugas dalam
hal pengairan saja. Untuk perawatan dan modal itu
saya yang bertugas. Biasanya sistem seperti ini
sering disebut dengan persepuluh.

Peneliti - Apa salah satu alasan ibu memilih sistem bagi hasil
ini?

Informan - Karena lahan sawah saya itu cukup luas , jadi saya
butuh petani yang lain untuk membantu saya. Rata –
rata saudara saya juga punya lahan sendiri yang
harus dikelola juga, sehingga mereka tidak ada yang
bisa saya ajak untuk bekerja sama dengan saya.
Akhirnya saya mencari orang – orang sini. Orang
lain juga tiak apa – apa asal dapat dipercaya dan
tekun, sehingga tujuan saya dan petani pengelola
bisa terwujud yaitu berhasil panen.

69
3. Kode : 03/3-W/F-1/22-VII/2021

Nama Informan : Bapak Husnul (Pemilik Lahan)

Tanggal : 22 Juli 2021

Jam : 09.00 – 11.30 WIB

Disusun Jam : 18.00 – 20.00 WIB

Tempat Wawancara : Sawah Bapak Husnul

Topik Wawancara : Pengenalan pemilik lahan, alasan memilih bagi hasil

dan sistem bagi hasil pertanian bawang merah yang

sedang diterapkan Bapak Husnul.

Materi wawancara
Peneliti - Sebelumnya boleh tau identitas bapak, seperti nama,
umur dan pendidikan terakhir?

Informan - Boleh,
Nama : Bapak Husnul
Umur : 54 thn
Pendidikan Terakhir : SMP
Peneliti - Disini bapak berperan sebagai siapa? Pemilik lahan
atau petani pengelola?

Informan - Saya disini sebagai pemilik lahan.

Peneliti - Sebagai pemilik lahan, apakah bapak sendiri


mengeluarkan modal mengenai benih, obat – obatan
dan lain – lain?

Informan - Tidak nduk. Petani pengelola yang mengeluarkan


modal.

Peneliti - Bagaimana cara bapak membagi hasil pertanian


tersebut kepada petani pengelola atau dengan rasio
bagi hasil berapakah yang bapak lakukan jika sudah
panen dengan petani pengelola?

70
Informan - Saya dan petani pengelola bersepakat bahwa dua
bagian milik petani pengelola dan satu bagian
adalah saya. Biasanya di Desa sini sering disebut
mertelu/perteloh.

Peneliti - Apa salah satu alasan bapak memilih sistem bagi


hasil ini?

Informan - Karena saya tidak mempunyai waktu yang cukup


untuk mengelola lahan saya. Setiap pagi saya sudah
harus berangkat kerja ke pasar dan pulangnya sore,
kadang saya harus pergi ke pasar – pasar lainnya
untuk menjual dan melihat sapi, sehingga saya tidak
memiliki waktu untuk mengelola sawah saya. Jadi,
saya mencari orang untuk mengurusnya.

Peneliti - Menurut bapak alasan apa saja yang membuat


masyarakat di Desa Liprak Kulon ini memilih untuk
menerapkan sistem bagi hasil?

Informan - Terkadang ada yang memiliki lahan tetepi tidak


memiliki kemahiran dalam bercocok tanam nduk.
Sedangkan di Desa Liprak Kulon mayoritas mata
pencahariannya adalah petani yang terkadang
tamatan SMA, SMP bahkan SD jadi butuh sekali
pekerjaan, salah satunya yang paling gampang
dicari di Desa Liprak Kulon ini adalah bertani .
Zaman sekarang kan memang harus tamatan
sekolah tinggi kalau mau melamar pekerjaan yang
tinggi seperti pejabat, kantoran atau admin toko
sekalipun.

71
4. Kode : 04/4-W/F-1/21-VII/2021

Nama Informan : Bapak Idrus (Petani Pengelola)

Tanggal : 21 Juli 2021

Jam : 12.00 – 13.00 WIB

Disusun Jam : 18.00 – 20.00 WIB

Tempat Wawancara : Di sawah tempat Pak Idrus bertani

Topik Wawancara : Pengenalan petani pengelola, alasan memilih bagi

hasil dan sistem bagi hasil pertanian bawang merah

yang sedang diterapkan Bapak Husnul.

Materi wawancara
Peneliti - Sebelumnya boleh tau identitas bapak, seperti nama,
umur dan pendidikan terakhir?

Informan - Boleh,
Nama : Bapak Idrus
Umur : 58 thn
Pendidikan Terakhir : SD
Peneliti - Disini bapak berperan sebagai siapa? Pemilik lahan
atau petani pengelola?

Informan - Sebagai petani pengelola nduk.

Peneliti - Mengapa bapak mau menerapkan sistem bagi hasil


ini?

Informan - Karena saya tidak memiliki cukup modal untuk


menyewa atau membeli tanah untuk ditanami
senidri. Akhirnya saya bekerja sama dengan orang
yang memiliki lahan yang butuh tenaga pengelola
tapi bukan pekerja lepas yang dibayar harian.

Peneliti - Lalu, biasanya tugas bapak sebagai petani pengelola


apa saja?

Informan - Tugas petani pengelola biasanya disini itu menanam


dan merawat (memupuk, memberi obat – obatan)

72
tanaman yang ditanam hingga batas waktu panen.

Peneliti - Sejauh ini, bapak dan pemilik lahan yang sedang


bapak kelola saat ini pernah mengalami kerugian?

Informan - Alhamdulillah, kalau saya belum pernah nduk.


Sejauh ini masih stabil. Terkadang harga bawang
turun, tapi itu masih stabil. Masih memiliki
keuntungan walaupum sedikit. Selama bawang
dirawat dengan baik, InsyaAllah masih stabil
keuangannya nduk. Biasanya bawang yang tidak
dirawat dengan baik itu terkadang banyak ulatnya,
kering, kecil – kecil bawangnya, banyak yang busuk
dan lain – lain. Itu yang membuat rugi banyak.
Makanya harus dirawat dengan baik agar
bawangnya tumbuh bagus, hasil panennya juga akan
memuaskan.

73
5. Kode : 04/4-W/F-1/22-VII/2021

Nama Informan : Mas Toyyib (Petani Pengelola)

Tanggal : 22 Juli 2021

Jam : 12.00 – 13.30 WIB

Disusun Jam : 18.00 – 20.00 WIB

Tempat Wawancara : Di sawah tempat Pak Idrus bertani

Topik Wawancara : Pengenalan petani pengelola, alasan memilih bagi

hasil dan sistem bagi hasil pertanian bawang merah

yang sedang diterapkan Bapak Husnul.

Materi wawancara
Peneliti - Sebelumnya boleh tau identitas masnya, seperti
nama, umur dan pendidikan terakhir?

Informan - Boleh,
Nama : Toyyib
Umur : 26 thn
Pendidikan Terakhir : SMA
Peneliti - Disini masnya berperan sebagai siapa? Pemilik
lahan atau petani pengelola?

Informan - Saya disini sebagai petani pengelola mbak.

Peneliti - Sebagai petani pengelola, apakah masnya sendiri


mengeluarkan modal mengenai benih, obat – obatan
dan lain – lain?

Informan - Tidak mbak, disini saya hanya mengairian


menyiram sawah saja.

Peneliti - Mengapa masnya tertarik bekerja sebagai petani


pengelola disini?

Informan - Saya lebih nyaman kerja sama seperti ini karena


rasa kekeluargaannya sangat erat, biasanya juga
pemilik lahan juga menemani, memberi makanan
dan minuman kepaa saya disawah, meskipun tidak

74
setiap hari. Dan yang paling penting tidak ada
istilah pemilik lahan adalah juragan, namanya kerja
sama ya berarti kedudukannya sama.

Peneliti - Untuk pembagian keuntungannya itu biasanya


berapa per perapa? Untuk keuntungan yang masnya
sendiri itu berapa?

Informan - Karena saya hanya mengairi atau menyiram


tanaman saja, jadi saya mendapatkan 10% ari hasil
panen tersebut.

Peneliti - Untuk tanaman yang dipinggir pinggir atau di


ladang sawahnya ini kan terdapat tanaman cabe.
Nah, ini bagaimana sistem pembagiannya?

Informan - Kalau dipinggir pinggir sawah ini saya sendiri yang


menanamnya, saya sudah minta ijin dan
kesepakatannya itu tanaman cabe ini milik saya
sendiri, pemilik lahan tidak dapat bagian. Pemilik
lahan memang sudah memberi wewenang kepada
saya untuk menanami tanaman disekitar lahan yang
bermanfaat dan menguntungkan. Tapi, jika saya
ingin memberikan ke pemilik lahan atau pemilik
lahan meminta ke saya itu tidak apa – apa.

75
TRANSKRIP DOKUMENTASI

1. Koding : 01/D/F-1/20-VII/2021

Bentuk : Gambar

Isi Dokumentasi : Panen Bawang Merah

Tanggal : 20 Juli 2021

Jam : 09:00 WIB

Bukti
Dokumentasi

76
Refleksi Pada saat wawancara kebetulan ada salah satu sawah yang
ditanami bawang merah sedang dalam proses panen.

Koding : 02/D/F-2/20-VII/2021

Bentuk : Gambar

Isi Dokumentasi : Proses Pemupukan dan Penyiraman Bawan Merah

Tanggal : 20 Juli 2021

Jam : 10:00 WIB

Bukti
Dokumentasi

Refleksi Proses pengairan dan penyiraman.

77
Koding : 03/D/F-3/20-VII/2021

Bentuk : Gambar

Isi Dokumentasi : Wawancara dengan Ibu Sutra

Tanggal : 20 Juli 2021

Jam : 09:00 WIB

Bukti Dokumentasi

Refleksi Wawancara dengan Ibu Sutra

Koding : 04/D/F-4/21-VII/2021

Bentuk : Gambar

Isi Dokumentasi : Wawancara dengan Ibu Us

Tanggal : 21 Juli 2021

Jam : 10:00 WIB

Bukti Dokumentasi

Refleksi Wawancara dengan Ibu Us

78
Koding : 05/D/F-5/22-VII/2021

Bentuk : Gambar

Isi Dokumentasi : Wawancara dengan Bapak Husnul

Tanggal : 22 Juli 2021

Jam : 09:00 WIB

Bukti Dokumentasi

Refleksi Wawancara dengan Bapak Husnul

79
RIWAYAT HIDUP

AfiliaUrifatulJannah, Dilahirkan pada tanggal 08 April 1999


tepatnya di Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar
Kabupaten Probolinggo. Penulis menyelesaikan pendidikan
sekolah dasar di SDN Liprak Kulon I pada tahun 2011.
Pendidikan berikutnya penulis melanjutkan di MTs.
Walisongo 3 dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun itu juga
penulis melanjutkan pendidikan di SMK Zainul Hasan
Genggong lulus pada tahun 2017. Lalu pada tahun 2017 itu
pula penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Zainul
Hasan Genggong dan mengambil jurusan Ekonomi Syariah.

80
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : AfiliaUrifatulJannah
NIMKO : 2017.12.07.29.0211
Program Studi : Ekonomi Syariah

Dengan ini, menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambil-alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai tulisan
atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kraksaan,
Yang Membuat Pernyataan

AFILIA URIFATUL JANNAH

81

Anda mungkin juga menyukai