SKRIPSI
OLEH
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Zainul Hasan
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Ekonomi Syariah
OLEH
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : AfiliaUrifatulJannah
NIMKO : 2017.12.07.29.0211
Program Studi : Ekonomi Syariah
Judul : Sistem Bagi Hasil Pertanian Bawang Merah Antara Pemilik
Lahan Dengan Petani Pengelola Menurut Perspektif Islam
(Study Kasus Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar
Kabupaten Probolinggo)
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua
Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Zainul Hasan
PENGESAHAN
Hari : Rabu
Tanggal : 6 Oktober 2021
dan telah diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi,
pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 27 Oktober 2021
Tim Penguji :
iii
MOTTO
ْرا
ً يُس ِإ َّن َم َع ْالعُس ِْر, فَإ ِ َّن َم َع ْالعُس ِْر يُس ًْرا
1
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahahnya(Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), 94 : 5 – 6.
iv
ABSTRAK
Kata Kunci : Sistem Bagi Hasil, Pertanian Bawang Merah, Perspektif Islam
Tujuan dari penelitian perjanjian bagi hasil ini adalah untuk
mengetahui bagaimana sistem pelaksanaan, alasan – alasan masyarakat
Desa Liprak Kulon mengapa menerapkan sistem bagi hasil dan sistem bagi
hasil yang dilakukan apakah sesuai dengan apa yang dianjurkan agama
Islam.
v
KATA PENGANTAR
vi
7. Kepada para sahabat Dina Fauziah, Siti Aisyah, Nurul Iqlimah, Rohmatul
Hasanah dan Irma Noviandita yang selalu mendukung saya sehingga bisa
menyelesaikan skripsi ini,
Akhirnya dalam skripsi ini saya sadar masih jauh dari kata sempurna.
Masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunannya, untuk itulah saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan koreksi saya agar
dapat saya perbaiki.
Probolinggo,
Hormat Kami
Penulis,
vii
DAFTAR ISI
MOTTO ................................................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................ v
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................... 58
BAB V P E N U T U P ........................................................................................... 62
A. Kesimpulan .............................................................................................. 62
B. Saran......................................................................................................... 63
ix
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................ 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 66
x
DAFTAR TABEL
Batas Wilayah
3.1 40
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
أي = ya
Bacaan Panjang
ا = â أي = ḭ او = ȗ
Kata Sandang
ال = la- الش = la-sy وال = wa’l-
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang
berasal dari pertanian. Dari ciri perekonomian agraris, maka lahan pertanian
Sektor ini tidak sekedar menjadi kontributor utama, tetapi juga menjadi
2
Mubyanto, Pengantar Ilmu Pertanian (Jakarta : Erlangga, 1985), 35.
1
2
mempunyai potensi yang sangat besar untuk penghasil devisa dan bahkan
akan menjadi mata perdagangan yang dapat memperkecil devisa yang selama
tanam namun tidak memiliki lahan atau modal. Oleh karena itu, sebagai
sarana atau jalan untuk memberikan kesempatan kepada petani yang tidak
pemilik lahan dengan petani pengelola dengan menerapkan sistem bagi hasil
Bagi hasil adalah suatu jenis kerja sama antara pengelola dan pemilik
sedangkan dia tidak memiliki tanah. Dan terkdang ada pemilik tanah yang
1. Pemilik tanah mempunyai lahan luas, akan tetapi tidak memiliki keahlian
itu.
3
terbatas luasnya atau tanah sendiri tidak cukup untuk dapat menghidupi
Dalam hukum Islam, bagi hasil dalam bidang pertanian dikenal dengan
tanah pertanian antara pemilik tanah dengan pengelola, dimana pemilik lahan
Bagi hasil merupakan suatu bentuk kerja sama antara pemilik lahan atau
pemilik lahan yang tidak memiliki kesempatan untuk mengelola suatu jenis
pertanian tersebut dan terkadang juga perjanjian itu muncul karena adanya
pekerja atau pengelola yang memiliki keahlian dalam mengelola suatu usaha
3
Adimarwan Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2008), 14.
4
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah(Jakarta : Gema Insani, 2001), 99.
5
Mubyanto, Pengantar Ilmu Pertanian (Jakarta : Erlangga, 1985), 34.
4
pertanian, namun tidak memiliki lahan atau modal untuk bercocok tanam.
Oleh karena itu, petani melakukan suatu perjanjian bagi hasil, selain untuk
mencari keuntungan antara kedua pihak juga untuk saling mempererat tali
mensyariatkan kerja sama ini sebagai upaya atau bukti saling bertalian dan
mengenai bagian yang akan didapatkan oleh pemilik lahan dan bagian yang
maka bagian yang didapatkan antara petani pemilik modal dan pengelola
oleh pemilik lahan, maka pemilik lahan atau modal mendapatkan dua bagian
dan pengelola lahan mendapatkan satu bagian, dalam hal ini pengelola hanya
dengan tujuan saling tolong – menolong antara petani dan perjanjian bagi
6
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah, (Jakarta : Gema Insani, 2001), 90.
7
Ibid., 99.
8
Ibid., 100.
5
secara lisan atas dasar saling percaya kepada sesama anggota masyarakat.
Demikian juga perjanjian bagi hasil yang terjadi di Desa Liprak Kulon
secara lisan atas dasar saling percaya kepada sesama anggota masyarakat.
Adapunn sistem bagi hasil yang dilakukan masyarakat Desa Liprak Kulon
dari kesepakatan bersama menurut adat dan kebiasaan setempat yang berlaku
dilakukan itu sudah sesuai dengan syari’at Islam atau tidak. Intinya mereka
hanya menganut sistem bagi hasil yang telah berlaku pada masyarakat
Bagi petani berlahan sempit sistem bagi hasil tersebut dinilai lebih
adanya keahlian atau pekerjaan lain yang dimiliki, terutama bagi mereka yang
tidak bersekolah atau generasi muda yang putus sekolah yang secara tidak
6
B. Fokus Penelitian
penulis memfokuskan ini pada mekanisme bagi hasil yang di lakukan oleh
C. Rumusan Masalah
Kabupaten Probolinggo ?
2. Apakah sistem bagi hasil pertanian bawang merah di Desa Liprak Kulon
perspektif Islam?
7
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Toritis
atau ilmu pengetahuan mengenai sistem bagi hasil yang dilakukan oleh
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
hasil yang dilakukan oleh para petani, selain itu penelitian ini
b. Bagi Mahasiswa
F. Metode Penelitian
hitungan lainnya. Bila dilihat dari segi tempat penelitian, penelitian ini
9
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2004),
6.
9
2. Kehadiran Peneliti
penelitian tersebut selesai. Karena hal ini merupakan salah satu kunci
3. Lokasi Penelitian
lahan dan pengelola lahan pertanian bawang merah yang ada di Desa
Kabupaten Probolinggo.
10
4. Sumber Data
a. Data Primer
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data
pemilik lahan dan petani pengelola lahan yang ada di Desa Liprak
10
Saefuddin Anwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), 91.
11
Nur Sindriyanto, Bambang Supono, Metode Penelitian Bisnis (Yogyakarta : BPFE, 1999),
46.
11
b. Data Sekunder
secara tidak langsung dari obyek penelitian yang bersifat publik, yang
berkenaan dengan penelitian ini. Dengan kata lain data sekunder yang
penelitian terdahulu.
lahan dan pengelola lahan yang ada di Desa Liprak Kulon Kecamatan
sebagai berikut:
a. Observasi
12
Nur Sindriyanto, Bambang Supono, Metode Penelitian Bisnis (Yogyakarta : BPFE, 1999),
46 – 147.
12
analisis.14
b. Wawancara
13
Muhammad Teguh, Metode Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi, (Jakarta : PT. Raja
Grafindoersada, 2015), 133.
14
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana,2010), 243.
15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2016), 186.
13
c. Dokumentasi
obyek penelitian.
6. Analisis Data
kemudian dari fakta tersebut ditarik pada kesimpulan yang bersifat umum.
penelitian.
16
Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metode Penelitian Social, (Jakarta : PT. Bumi Aksara,
2003), 73.
14
a. Reduksi Data
b. Penyajian Data
c. Penarikan Kesimpulan
tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
7. Tahapan-tahapan Penelitian
peneliti sesuai dengan proses penelitian. Ada tiga tahapan pokok dalam
tepat pada latar penelitian. Pada tahapan ini peneliti juga menentukan
17
Tim UnzahGenggong, PedomanPenuisan Skripsi, (Kraksaan: Inzah Proses, 2016), 54
16
pekerjaan lapangan. Pada tahap ini peneliti sudah masuk pada inti
penelitian, dalam hal ini dibagi menjadi tiga, yaitu : memahami latar
kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang
17
langkah, diantaranya:
situasi yang sangat releven dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari.
c. Triangulasi
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
G. Sistematika Pembahasan
18
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2017),
49.
19
Sugiono, MetodePenelitianPendidikan, (Bandung: Afabeta, 2015), 36.
18
BAB II LANDASAN TEORI, Bab ini berisi tentang pengertian bagi hasil,
Pengertian Bagi Hasil Menurut Para Ahli, Perjanjian Yang Berkaitan Dengan
Bagi Hasil, Perjanjian Bagi Hasil Dalam Bidang Pertanian, Landasan Hukum
BAB III TEMUAN PENELITIAN, Bab ini berisi tentang Gambaran Umum
BAB IV PEMBAHASAN, Bab ini berisi tentang Sistem Bagi Hasil Pertanian
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
Bagi hasil merupakan transaksi mengenai tanah yang biasa atau lazim
tanah atau penerima gadai tanah menyerahkan tanah pada pribumi lain
antara dua belah pihak yaitu pemilik lahan dengan pengelola yang
Bentuk kerja sama ini hampir secara universal terdapat pada masyarakat
pemilik tanah.21
20Scheltema, Bagi Hasil di Hindia Belanda (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985),
hal. 5
21
Van Hoeve, Ensiklopedi Indonesia (Jakarta : PT. Ichtiar Baru, 1980), 354.
19
20
ingin bercocok tanam namun tidak memiliki lahan atau modal. Oleh
dilakukan secara lisan dan atas dasar saling percaya kepada sesama
anggota masyarakat.22
Bagi hasil itu sendiri berasal dari hukum adat, yang biasa disebut
orang lain dengan perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi antara kedua
dasar yang adil dan agar terjamin pula kedudukan hukum yang layak bagi
22
P. Parlindungan, Undang – Undang Bagi Hasil di Indonesia (Bandung : CV. Mandar
Maju, 1991), 2.
23
Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah , (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1987), 51.
21
disetujui.24
diantaranya yaitu:
a. SayyidSabiq
tanah dari yang dihasilkannya seperti setengah atau lebih dari itu atau
b. Mubyarto
c. SoerojoWirdjopoero
transaksi bagi hasil adalah pemilik tanah ingin memungut hasil dari
24
LiliekIstiqomah, Hak Gadai Atas Tanah Sesudah Berlakunya Hukum Agraria Nasional,
(Jakarta : Usaha Nasional Indonesia, 1982), 137.
25
SayyidSabiq, FifihSunnah XI, (Bandung : Al – Ma’arif, 1987), 18.
26
Mubyarto, Pengantar Ilmu Pertanian (Jakarta : Erlangga, 1985), 38.
22
dinyatakan secara jelas oleh kedua pihak, agar dalam proses bagi hasil
atau gagal panen. Perjanjian bagi hasil yang dilakukan antara kedua
pihak – pihak yang melakukan sebuah akad dan wajib memenuhi segala
2009), 18.
23
a. Al – Mudharabah
harta dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain. Akad al –
28
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah(Jakarta: Gema Insani, 2001), 90.
29
Adimarwan Karim, Bank Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), 204.
24
pengusaha.30
b. Al – Musyarakah
kedua belah pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu
oleh H. Moh. Zuhri dengan judul Fiqih Empat Madzhab(Semarang: Toha Putra, 1994), 66.
31Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
257.
32Abdul SamiAl-Mishri, Pilar-pilar Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006),
110.
25
dua belah pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu
33Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syari’ah(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),
257.
34Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait
islam dalam melakukan suatu akad kerja sama dengan sistem bagi hasil
buahan dan tanaman. Juga diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir yang
Muzara’ahdengan rasio bagi hasil 1/3 : 2/3, 1/4 : 3/4, 1/2 : 1/2.
a. Al – Muzara’ah
cara, yaitu menabur benih atau bibit dan menumbuhkan. Dari arti kata
35H. Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Bandung: Diponegoro, 1984),
259.
27
36
Abdul Sami Al – mishri, Pilar – pihar Ekonomi Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2006), 110.
37
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah(Jakarta : Gema Insani, 2001), 99.
28
petani dengan upah dari bagi hasil sebagian tanaman yang tumbuh
diambil dari hasil tanaman yang ditanam pada lahan tersebut. Jika
memperoleh hasil.
b. Al – Musaqah
29
sampai buah pohon masak dia akan diberi imbalan buah dalam jumlah
penyiraman dan tidak ada kaitannya dengan aktivitas diluar itu, namun
si pengelola berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.32 Akad ini
38
Ahmad WarsonMunawir, al-Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia(Bandung:
Pustaka Progresif, 2002), 642.
39
SayyidSabiq, FiqihSunnah, Terjemahan H. Kamaluddin A. Marzuki, FiqihSunnah
Jilid 12-13-14 (Bandung: PT. Alma’arif, 1987), 183.
30
Ada beberapa landasan hukum bagi hasil dalam Islam yang menjadi
1. Al – Qur’an
40
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahahnya(Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), 43:32.
41
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahahnya(Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), 73:20.
31
2. Hadits
sesuatu yang dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti yaitu
Hadits menurut istilah syara’ ialah hal – hal yang datang dari
sehingga semua persoalan yang ada dalam kehidupan kita maka selain
Adapun hadits yang berkaitan dengan persoalan bagi hasil yaitu sebagai
berikut:
42
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahahnya(Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004),5:2.
32
yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, bahwa bagi hasil dengan sistem
bahwa:
a. Rukun muzara’ah
1) Pemilik lahan
2) Petani Pengelola
43
Husein Khalid Bahreisj, Himpunan Hadits Shalih Muslim, (Surabaya : Al – Ikhlas, 1987),
173 – 174.
33
2) Syarat yang berkaitan dengan benih yang akan ditanam narus jelas
dan menghasilkan.
1) Menurut adat dan kebiasaan dikalangan petani, lahan itu bisa diolah
di daerah tertentu.
mengelolahnya.
2) Hasil panen itu benar benar milik bersama orang yang berakad
menghindari perselisihan.
a. Rukun musaqah
1) Pernyataan perjanjian
4) Adanya pekerjaan.
dengan lapaz, tidak sah jika hanya dengan serah terima saja tanpa
(pengelola).
tangan pemilik.
D. Penelitian Terdahulu
Penulis sadar bahwa topik penelitian ini bukanlah satu - satunya topik
yang meneliti tentang bagi hasil dalam perspektif Islam. Penelitian ini juga
sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Aapun telaah pustakan
yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan menggali apa yang sudah
dikemukakan oleh para peneliti terdahulu dan mengkaji lebih lanjut serta
44
Muh. Ashar Arman“Sistem Bagi Hasil Penggarapan Sawah di Desa Julubori Kecamatan
Pallangga Menurut Hukum Islam” (Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar, 2013).
45
Muhammad Guntur “Sistem Bagi Hasil Garapan Padi Antara Petani Pemilik Modal
Dengan Petani Penggarap Ditinjau Dari Syari’at Islam di Desa Bontobiraeng Kecamatan
Bontonompo(Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam (UIN) Alauddin Makassar,
2017).
37
tentang analisis
bagi hasil
pertanian
bawang merah
antara pemilik
lahan dengan
pengelola
menurut
perspektif
Islam.
Objek dan
lokasinya
berbeda.
46
Rini Syakhevi“Analisis Pola Bagi Hasil Antara Petani Penggarap Dengan Petani Pemilik
Lahan Pertanian Ditinjau Dari Ekonomi Islam”(Skripsi, Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam
IAIN Mataram, 2015).
38
pemilik lahan
dengan
pengelola
menurut
perspektif
Islam.
BAB III
TEMUAN PENELITIAN
1. Sejarah Desa
kesamaan cerita dengan Desa Liprak Wetan, Liprak Kidul dan Desa
Liprak Kulon pada waktu itu merupakan hutan belantara yang tak
– hari.
mengambil daun pohon aren tersebut. Daun aren tersebut oleh mereka
dinamakan janur. Dari daun / janur tersebut kemudian dibuat untuk bahan
dengan para pembuatnya dikatakan sebagai ahli lipat, pada waktu itu
mereka mempunyai ahli lipat dari daerah Barat, Timur dan Selatan,
39
40
2. Profil Desa
Liprak kulon adalah desa yang berkembang, yang pada saat ini di
pimpin oleh Bpk Lukman Hakim,S.E selaku kepala desa. Beliau adalah
kepala desa yang ke 4 beliau masih baru di lantik sebagai kepala desa. Di
Liprak Kulon yang sudah 4 kali pergantian masa, dengan masa jabatan 5
tahun. . Kepala desa yang menjabat 2 periode adalah kepala Desa ke 4 dan
ke 5.
desa liprak kulon dikenal dengan suku jawa. Yang kebanyakan berasal dari
nabi, isro’ mi’roj, muharram, lebaran hari raya idul fitri dan idul adha
masyarakat adalah maulid nabi yang mana diantara setiap warga yang
Aset yang dimiliki desa liprak kulon adalah balai desa, tanah
pancen, klinik, tanah kas desa.Balai desa berdiri 1975 yang terletak di
daerah dusun ketapang. Letak tata geografis desa liprak kulon sekita 20
didominasi oleh sungai sehingga sulit untuk diakses karena saat ini
ketapang.
3. Letak Geografis
4. Letak Demografi
5. Struktur Desa
KEPALA DESA
SEKERTARIS DESA
Usman Musyarofa
a)
KASI PEMERINTAHAN KASI PEMBANGUNAN KASI KEMASYARAKATAN
Sholehuddin MahrusSholeh
A. Taufik
Dulheri KhoironPriandika
B. Deskripsi Data
Setiap manusia tidak lepas dari bantuan dari orang lain karena
yang ingin memenuhi kebutuhan hidup serta pemilik lahan yang ingin
dengan sistem bagi hasil antara pemilik lahan dan petani pengelola.
merupakan salah satu desa yang memiliki potensi dalam bidang pertanian
yang cukup luas dan subur, selain itu mayoritas masyarakatnya bermata
dari pemilik lahan, yang mana lahan tersebut ingin dikelola oleh pengelola
pengelola dengan alasan tertentu agar hasil dari pengelolaan lahan tersebut
petani pengelola yaitu dilakukan secara lisan dan atas dasar saling percaya
47
Observasi, di Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo,,
Tanggal 20 Juli 2021
45
adat dan kebiasaan setempat yang berlaku secara turun – temurun, dimana
adat ini dijadikan sumber hukum yang dapat dipatuhi oleh masyarakat
oleh kedua belah pihak. Berbagai macam bentuk kerja sama tentang bagi
dengan kehidupan masyarakat di desa ini. Bentuk kerja sama antara petani
menerapkan 2 macam sistem bagi hasil, antara lain sistem bagi hasil
a. Mertelu/perteloh
pemilik lahan pertanian dan 1/3 hasil unuk petani pengelola. Bentuk
dianggap adil untuk kedua belah pihak karena perolehan 2/3 pemilik
48
Observasi, di Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo,
Tanggal 20 Juli 2021
46
pengelola yang sama sekali tidak memiliki lahan atau modal untuk
pula oleh pemilik lahan. Biarpun begitu dalam hal terjadi kerugian
sedangkan petani pengelola sendiri rugi dalam hal waktu dan tenaga.
b. Persepuluh
sedangkan 90% diambil pemilik lahan. Akad ini akan berakhir apabila
hasil yakni berupa uang dan bisa juga berupa hasil panen sesuai
yang disebabkan oleh gagal panen akan ditanggung oleh pemilik lahan
diwawancarai:
“Saya sudah tua nduk, tidak sekuat dulu saat saya masih muda.
Jadi, saya mencari orang yang sanggup menggarap dan
merawat sawah saya, tapi saya modali bibit dan kebutuhan lain
yang diperlukan disawah tapi tidak semua.”50
Karena sawah yang dimiliki terlalu luas dan tidak ada sanak
“Rata - rata saudara saya juga punya lahan sendiri yang harus
dikelola juga, sehingga mereka tidak ada yang bisa saya ajak untuk
bekerja sama dengan saya disawah saya dan pada akhirnya saya
mencari orang – orang sini. Orang lain wilayah juga tidak apa – apa
asal dapat dipercaya dan tekun, sehingga tujuan saya dan petani
pengelola bisa terwujud yaitu berhasil panen.”51
49
Wawancara engan Ibu Us (Pemilik Lahan di Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar
Kabupaten Probolinggo), Tanggal 21 Juli 2021.
50
Wawancara Dengan Ibu Sutra (Pemilik Lahan di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal 20 Julii 2021.
51
Wawancara Dengan Ibu Us (Pemilik Lahan di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal, 21 Juli 2021.
49
pengelolanya ini adalah karena tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
Jadi, ada salah satu pemilik lahan yang tidak mempunyai waktu
hanya memiliki sedikit modal yang tidak cuku jika untuk menyewa tanah
berbeda – beda, ada juga yang merasa lebih nyaman dengan menggunakan
52
Wawancara Dengan Bapak Husnul ( Pemilik Tanah di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal 22 Juli 2021.
53
Wawancara Dengan Bapak Idrus (Petani Pengelola di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal 21 Juli 2021.
50
dari sistem kerja sama yang semacam ini banyak keunggulannya karena
“Menurut saya bagi hasil ini sangat mudah, kita lihat saja misalkan
saya menggunakan sistem pekerja harian, membayar upah harian
adalah menjadi kewajiban saya yang harus dibayarkan setiap hari.
Terus modal yang saya keluarkan juga sangat besar, tapi kalau
sistem seperti ini modalnya bisa dipikul berdua, misalnya waktunya
penyemprotan obat ditanggung pengelola seperti itu, terus kalau
ada apa – apa ada yang bisa saya ajak musyawarah jadi enak
menggunakan sistem ini”.55
Adapun awal kerja sama dengan teknik bagi hasil ini tidak
dengan bagi hasil ini sudah lama terlaksana sejak nenek moyang, sehingga
“Tepatnya sejak kapan ada sistem seperti ini saya juga tidak tahu.
Hanya saja kerja sama dengan teknik bagi hasil ini sudah turun –
temurun, bahkan kakek nenek saya dulu juga menggunakan sistem
54
Wawancara Dengan Mas Toyyib (Petani Pengelola di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal 22 Juli 2021.
55
Wawancara Dengan Bapak Fauzi (Pemilik Lahan di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal 25 Juli 2021.
51
ini dulu. Sistem ini juga dilakukan dengan rasa saling percaya satu
sama lain”.56
lahan dan petani pengelola menurut hukum adat kebiasaan setempat yang
yang berlaku secara turun – menurun, dimana hukum adat itu dijadikan
perjanjian bagi hasil yang terjadi biasanya dilakukan secara lisan dengan
belah pihak untuk bekerja sama dalam pengolahan lahan pertanian agar
menjadi lahan yang menghasilkan. Dalam hal ini antara pemilik lahan dan
biasanya terjadi karena ada dari pemilik lahan yang tiak mampu atau tidak
muncul karena adanya petani pengelola yang tidak memiliki lahan untuk
56
Wawancara Dengan Bapak Husnul (Pemilik Lahan di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal 22 Juli 2021.
52
bercocok tanam. Oleh karena itu, petani melakukan suatu perjanjian bagi
hasil, selain untuk mencari keuntungan antara kedua belah pihak juga
mereka.
tenaga, karena banyak usaha yang tidak cukup ditangani oleh seorang diri,
melainkan harus bergabung dan bekerja sama dengan orang lain, yang
terhindar dari segala hal yang tidak dianjurkan agama Islam seperti
Dari firman Allah SWT diatas dapat kita ketahui bahwa jangan
pernah kita memakan harta dengan jalan yang tidak benar, kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka antara kedua belah
pihak.
a. Al – Muzara’ah
bentuk kerja sama engan sistem bagi hasil yang dianjurkan syari’t
jika terjadi kerugian atau gagal panen, maka petani pengelola tidak
menanggung apapun, tapi telah rugi atas usaha dan waktu yang telah
dikeluarkan.58
57
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahan (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), 4 : 29
58
Abdul Sami Al – Mishri, Pilar – pilar Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), 110.
54
hasil, alam hal ini pemilik lahan dan petani pengelola, dimana
maka besarnya bagian yang akan didapat oleh masing – masing pihak
dari hasil panen ditentukan, misalnya dua bagian untuk pemilik lahan
antara kedua belah pihak yang telah disepakati pada awal akad.
59
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahan (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2004), 65 : 6.
55
oleh petani pengelola, dalam hal ini pemilik lahan hanya mendapatkan
bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat Desa Liprak Kulon sudah
penelitian dan penjelasan dari sistem bagi hasil diatas bahwa ini sudah
b. Al – Musaqah
dengan aktivitas diluar itu, namun petani pengelola berhak atas nisbah
pengelola yang sama sekali tidak memiliki modal atau lahan untuk
tanahnya, namun apabila dari sanak saudara tidak ingin atau tidak
60
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah(Jakarta: Gema Insani, 2001), 100.
57
ي ْاَلَ ِمي ُْن َ ت ا ْستَأ ْ ِج ْرهُ ۖا َِّن َخي َْر َم ِن ا ْستَأ ْ َج ْر
ُّ ت ْالقَ ِو ِ ت ا ِْح ٰدى ُه َم ٰ ٰٓايا َ َب
ْ َقَال
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita berkata: “Wahai
ayahku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita).
Karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi
dapa dipercaya”.62
salah seorang diantara putri ahli tenung berkata : Upahlah Musa untuk
disimpulkan bahwa bentuk kerja sama dengan sistem bagi hasil yang
namun sistem bagi hasil tersebut sudah sesuai dengan sistem musaqah
61
Wawancara Dengan Ibu Us (Pemilik Lahan di Desa Liprak Kulon Kecamatan
Banyuanyar Kabupaten Probolinggo), Tanggal, 21 Juli 2021.
62
Departemen Agama RI, Al – Qur’an dan Terjemahan (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2004), 28 : 26.
63
Al – Maraghi, Tafsir al – Maraghi, Jilid XX (Mesir: Mushafaal – Bab alHalab, 1974),
93.
BAB IV
PEMBAHASAN
Seperti yang telah dikemukakan dalam bab III, data yang terkumpul dalam
dan wawancara.
penelitian pada 6 orang pemilik lahan dan petani pengelola bawang merah di
praktik kerja sama yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Berbagai macam
bentuk kerja sama tentang bagi hasil pertanian yang diterapkan dalam
Bentuk kerja sama antara petani pengelola dengan pemilik lahan di Desa
Liprak Kulon 2 macam sistem bagi hasil, antara lain sistem bagi hasil
pihak karena perolehan 2/3 pemilik lahan sebab benih/bibit, pupuk, obat –
Sedangkan 1/3 hasil untuk petani pengelola sebagai imbalan hasil atas lahan
58
59
modal adalah petani pengelola maka yang mendapatkan bagian 2/3 adalah
merah tersebut itu yang bertugas adalah pemilik lahan. Jadi dalam pembagian
hasil disini, petani pengelola hanya mendapat upah/imbalan satu bagian saja,
masalah perairan), sedangkan 90% diambil pemilik lahan. Akad ini akan
petani pengelola yaitu dilakukan secara lisan dan atas dasar saling percaya
kepada sesama anggota masyarakat. Adapun sistem bagi hasil yang dilakukan
kebiasaan setempat yang berlaku secara turun – temurun, dimana adat ini
karena banyak usaha yang tidak cukup ditangani oleh seorang diri, melainkan
harus bergabung dan bekerja sama dengan orang lain, yang memungkinkan
usaha tersebut dapat berjalan lancar. Pada prinsipnya setiap usaha dan
bentuk kerja sama. Maka Islam mensyari’atkan bentuk kerja sama dengan
Al – Musaqahagar terhindar dari segala hal yang tidak dianjurkan agama Islam
hasil tersebut.
terlaksanakan apabila terdapat kata sepakat antara pemilik lahan dengan petani
pengelola. Berdasarkan perjanjian bagi hasil yang terjadi, apabila biaya atau
modal ditanggung oleh pemilik lahan seperti bibit, pupuk, obat – obatan dan
pengelolaan, maka besarnya bagian yang akan didapat oleh masing – masing
pihak dari hasil panen ditentukan, misalnya dua bagian untuk pemilik lahan
61
dan satu bagian untuk petani pengelola atau menurut kesepakatan antara kedua
belah pihak yang telah disepakati pada awal akad. Namun, apabila seluruh
biaya kebutuhan lahan pertanian ditanggung oleh petani pengelola, dalam hal
pengelola mendapatkan dua bagian dan pemilik lahan hanya mendapatkan satu
bagian.
pengelola yang melakukan bentuk kerja sama ini, khususnya petani pengelola
yang sama sekali tidak memiliki modal atau lahan untuk melakukan usaha
pertanian dan bentuk kerja sama ini biasanya dilakukan oleh pemilik lahan
dengan menawarkan terlebih dahulu kepada sanak saudara atau kerabat dekat
yang ingin mengolah tanahnya, namun apabila dari sanak saudara tidak ingin
atau tidak bisa, barulah menawarkan kepada orang lain yang ingin
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem bagi hasil yang terjadi di Desa Liprak Kulon antara pemilik lahan
belah pihak menurut hukum adat kebiasaan setempat yang berlaku secara
turun – temurun, dimana adat itu dijadikan sumber hukum yang dapat
dipatuhi oleh masyarakat setempat dan perjanjian bagi hasil yang terjadi
2. Bentuk kerja sama dengan sistem bagi hasil yang dianut oleh masyarakat
agama Islam dalam arti sudah sesuai atau sejalan dengan sistem yang
kerja sama dengan sistem bagi hasil muzara’ahdan sistem bagi hasil
pupuk, obat – obatan dan lain – lain, sedangkan petani pengelola hanya
63
pengelola berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen disebut musaqah.
B. Saran
1. Sampai saat ini bentuk kerja sama dengan sistem bagi hasil di Desa Liprak
secara lisan oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini, penulis menyarankan
agar dalam setiap melakukan suatu bentuk kerja sama dengan sistem bagi
hasil sebaiknya dilakukan bersama saksi. Hal ini penting agar dari kedua
melalui sistem bagi hasil. Oleh karena itu, antara pemilik lahan dan petani
pengelola dalam melakukan suatu bentuk kerja sama engan sistem bagi
hasil harus mengetahui sistem bagi yang ianjurkan agama Islam khususnya
dalam bidang pertanian, agar sesuai dengan sistem yang dianjurkan agama
Islam dan diridhoi Allah SWT. Hal ini penting agar terhindar dari hal – hal
pengelola.
DAFTAR RUJUKAN
Abdul Sami Al – Mishri, 2006. Pilar – pilar Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar..
Azwar Karim Adimarwan. 2008. Sejarah Pemikiran Ekonomi, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Istiqomah, Liliek. 1982. Hak Gadai Atas Tanah Sesudah Berlakunya Hukum
Agraria Nasional, Jakarta: Usaha Nasional Indonesia.
Saleh, Wantjik. 1987. Hak Anda Atas Tanah, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sami, Abdul. 2004. Pilar – Pilar Ekonomi Islam, Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro.
64
Sugiono.2021. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:
CV. Alfabeta.
Usman, Husnaini dan Purnomo Setiady. 2003. Metode Penelitian Social, Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA
1. Kode : 01/1-W/F-1/20-VII/2021
Nama Informan : Ibu Sutra (Pemilik Sawah)
Tanggal : 20 Juli 2021
Jam : 09.00 – 11.00 WIB
Disusun Jam : 18.00 – 20.00 WIB
Tempat Wawancara : Rumah Ibu Sutra
Topik Wawancara : Pengenalan pemilik lahan dan mengenai sistem bagi
hasil yang dilakukan masyarakat di Desa Liprak
Kulon Kecamatan Banyuanyar Kabupaten
Probolinggo.
Materi wawancara
Peneliti - Sebelumnya boleh tau identitas Ibu, seperti nama,
umur dan pendidikan terakhir?
Informan - Boleh,
Nama : Ibu Sutra
Umur : 52 thn
Pendidikan Terakhir : SD
Peneliti - Sistem apa yang sering diterapkan masyarakat Desa
Liprak Kulon ini dalam melakukan pertanian
bawang merah bu?
Informan - Karena umur saya sudah tua, tidak kuat lagi untuk
bertani seperti saat muda dulu. Jadi, saya mencari
orang yang sanggup menggarap dan merawat sawah
saya.
66
Peneliti - Sebagai pemilik lahan, apakah ibu sendiri
mengeluarkan modal mengenai benih, obat – obatan
dan lain – lain?
67
2. Kode : 02/2-W/F-1/21-VII/2021
Materi wawancara
Peneliti - Sebelumnya boleh tau identitas Ibu, seperti nama,
umur dan pendidikan terakhir?
Informan - Boleh,
Nama : Ibu Us
Umur : 49 thn
Pendidikan Terakhir : SMP
Peneliti - Disini ibu berperan sebagai siapa? Pemilik lahan
atau petani pengelola?
68
Informan - Saya dan petani pengelola bersepakat bahwa petani
pengelola mendapat 10% dan saya mendapatkan
90%. Karena petani pengelola hanya bertugas dalam
hal pengairan saja. Untuk perawatan dan modal itu
saya yang bertugas. Biasanya sistem seperti ini
sering disebut dengan persepuluh.
Peneliti - Apa salah satu alasan ibu memilih sistem bagi hasil
ini?
Informan - Karena lahan sawah saya itu cukup luas , jadi saya
butuh petani yang lain untuk membantu saya. Rata –
rata saudara saya juga punya lahan sendiri yang
harus dikelola juga, sehingga mereka tidak ada yang
bisa saya ajak untuk bekerja sama dengan saya.
Akhirnya saya mencari orang – orang sini. Orang
lain juga tiak apa – apa asal dapat dipercaya dan
tekun, sehingga tujuan saya dan petani pengelola
bisa terwujud yaitu berhasil panen.
69
3. Kode : 03/3-W/F-1/22-VII/2021
Materi wawancara
Peneliti - Sebelumnya boleh tau identitas bapak, seperti nama,
umur dan pendidikan terakhir?
Informan - Boleh,
Nama : Bapak Husnul
Umur : 54 thn
Pendidikan Terakhir : SMP
Peneliti - Disini bapak berperan sebagai siapa? Pemilik lahan
atau petani pengelola?
70
Informan - Saya dan petani pengelola bersepakat bahwa dua
bagian milik petani pengelola dan satu bagian
adalah saya. Biasanya di Desa sini sering disebut
mertelu/perteloh.
71
4. Kode : 04/4-W/F-1/21-VII/2021
Materi wawancara
Peneliti - Sebelumnya boleh tau identitas bapak, seperti nama,
umur dan pendidikan terakhir?
Informan - Boleh,
Nama : Bapak Idrus
Umur : 58 thn
Pendidikan Terakhir : SD
Peneliti - Disini bapak berperan sebagai siapa? Pemilik lahan
atau petani pengelola?
72
tanaman yang ditanam hingga batas waktu panen.
73
5. Kode : 04/4-W/F-1/22-VII/2021
Materi wawancara
Peneliti - Sebelumnya boleh tau identitas masnya, seperti
nama, umur dan pendidikan terakhir?
Informan - Boleh,
Nama : Toyyib
Umur : 26 thn
Pendidikan Terakhir : SMA
Peneliti - Disini masnya berperan sebagai siapa? Pemilik
lahan atau petani pengelola?
74
setiap hari. Dan yang paling penting tidak ada
istilah pemilik lahan adalah juragan, namanya kerja
sama ya berarti kedudukannya sama.
75
TRANSKRIP DOKUMENTASI
1. Koding : 01/D/F-1/20-VII/2021
Bentuk : Gambar
Bukti
Dokumentasi
76
Refleksi Pada saat wawancara kebetulan ada salah satu sawah yang
ditanami bawang merah sedang dalam proses panen.
Koding : 02/D/F-2/20-VII/2021
Bentuk : Gambar
Bukti
Dokumentasi
77
Koding : 03/D/F-3/20-VII/2021
Bentuk : Gambar
Bukti Dokumentasi
Koding : 04/D/F-4/21-VII/2021
Bentuk : Gambar
Bukti Dokumentasi
78
Koding : 05/D/F-5/22-VII/2021
Bentuk : Gambar
Bukti Dokumentasi
79
RIWAYAT HIDUP
80
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nama : AfiliaUrifatulJannah
NIMKO : 2017.12.07.29.0211
Program Studi : Ekonomi Syariah
Dengan ini, menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambil-alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai tulisan
atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kraksaan,
Yang Membuat Pernyataan
81