Anda di halaman 1dari 11

Fenomena Atheisme

Dosen Pengampuh: Amril,S.Pd.,M.Si.

DI SUSUN OLEH :

Alif (22375053)
Riasni (22375047)
Adhamul Ayil Muqadim(22375033)
Rinaldin Saputra (22375040)
Aril Pombala (22375059)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah bahasa indonesia sains dengan judul
“Fenomena Atheisme.”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kendari,8 Januari 2024

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………….………………1
Daftar Isi................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………….……………………………3
A. Latar Belakang.……………………………………………………………………3
B. Rumusan Masalah.………………………………………………………………3
C. Tujuan Penulisan.…………………………………................................3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….………….4
A.Devinisi Atheisme.……………………………………………………….……...4
B. Sejarah Munculnya Atheisme…………………………….……………....4
C. Bentuk Bentuk Atheime.……………………………….……….………..…5
D. Fenome Atheisme Pada Zaman Modern.……………………….…..7
E. Pandangan Islam Terhadap Atheisme………………………………...8
BABIII PENUTUP………………………………………………………………………..……...9
A. Kesimpulan.……………………………………………………………..…………9
B. Saran.………………………………………………………………………….……...9
DAFTAR PUSTAKA 10.……………………………………………………………………….…….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atheisme muncul lsebaga ireaksi terhadap tradisi keagamaan yang dominan.
Beberapa faktor latar belakang nya meliputi perkembangan ilmu pengetahuan dan
pemikiran rasional pada abad pencerahan,konflik antara ilmu pengetahuan dan
keyakinan keagamaan, serta pluralitas kepercayaan dalam masyarakat modern yang
memungkin kanmuncul nya pandangan yang tidak beragama. Pendidikan, akses
informasi, dan perubahan sosial juga dapat memengaruhi pertumbuhan atheisme.

B. Rumusan Masalah

1. Jelasakan devinisi dari atheisme?


2. Jelaskan sejarah munculnya atheisme?
3. Apa saja bentuk-bentuk dari atheisme?
4. Bagaimana fenomena atheisme pada zaman modern?
5. Bagaiaman pandangan islam terhadap atheisme?

C. Tujuan Penulis

Bertujuan untuk memberikan informasi, mendidik, mempersuasi pembaca,


menginspirasi atau meningkatkan kesadarn pembaca, memperluas pengetahuan,dan
menyajikan solusi. Pembuatann makalah inijuga bertujuan sebagai wadah untuk
memaparkan suatu topik atau ide yang nantinya akan menjawab rumusan masalah yang
ada.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Devinisi Atheisme

Atheisme, secara umum, kritik dan penolakan meta fisik kepercayaan pada
Tuhan atau makhluk spiritual. Oleh karena itu , biasanya di bedakan dari
atheisme, yang menegaskan realitas ketuhanan dan sering kaliberupaya
menunjukkan keberadaan nya. Atheisme juga dibedakan dari agnostisisme, yang
membiarkan pertanyaan apakah tuhan itu ada atau tidak, mengaku menganggap
pertanyaan-pertanyaan itu tidak terjawab atau tidak terjawab.
Dialektika argumen antara bentuk-bentuk kepercayaan dan ketidakpercayaan
menimbulkan pertanyaan mengenai penggambaran, atau karakterisasiyang paling
mencolok,dariatheisme,agnostisisme,dan teisme. Penting untuk tidak hanya
menyelidiki alasan ateisme tetapi juga secara hati-hati mempertimbang kan
definisi ateisme yang paling memadai. Artikel ini akan dimulai dengan definisi
ateisme yang telah diterima secara luas, namun dalam berbagai hal masih keliru
atau menyesatkan, dan beralih kerumusan yang lebih memadai yang dapat
menangkap keseluruhan pemikiran ateis dengan lebih baik dan dengan lebih jelas
memisahkan ketidak percayaan dari keyakinan dan ateisme dari agnostisisme.
Dalam proses penggambaran ini, bagian ini juga akan mempertimbangkan
argumen- argumen utama yang mendukung dan menentang atheisme.

B. Sejarah Munculnya Atheisme

Ateisme atau atheos artinya "tanpa tuhan; tak bertuhan; sekuler; menyangkal
atau menolak tuhan, khususnya tuhan yang diakui resmi") adalah ketiadaan atau
penyangkalan keyakinan keberadaan deitas. Istilah tersebut dipakai setidaknya
sejak awal abad keenam belas dan gagasan-gagasan ateistik dan pengaruhnya
memiliki riwayat yang panjang. Sepanjang berabad-abad, kaum ateis mendukung
kurangnya keyakinan mereka terhadap tuhan melalui berbagai ranah, yang
meliputi catatan saintifik, filsafat dan ideologi.

Pemikiran filsafat ateis mulai muncul di Eropa dan Asia pada abad keenam atau
kelima SM. Dalam The Story of Civilization, Will Durant menjelaskan bahwa
suku-suku pigmi tertentu yang ditemukan di Afrika tak memiliki kultus atau ritus.
Tak ada totem, tak ada dewa, dan tak ada roh. Jasad mereka dikubur tanpa acara
khusus atau penyertaan barang dan tak meraih perhatian lebih lanjut. Mereka
bahkan tampak kurang penjunjungan sederhana, menurut laporan para penjelajah.

Pada abad ke-19, perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran rasionalis


semakin mempengaruhi munculnya gerakan atheisme. Tokoh-tokoh seperti Karl
Marx, Friedrich Nietzsche, dan Sigmund Freud mengembangkan pandangan
pandangan yang menolak keberadaan Tuhan dan menganggap agamas ebagai
bentuk alienasi atau ilusi.

Selama abad ke-20 ,atheisme semakin berkembang dengan adanya gerakan


gerakan seperti Humanisme Sekuler dan Rasionalisme. Pemikir-pemikir seperti
Bertrand Russell, Richard Dawkins, dan Sam Harris menjadi tokoh-tokoh
terkenal dalam gerakan atheisme modern.

Dialektika argumen antara bentuk-bentuk kepercayaan dan ketidakpercayaan


menimbulkan pertanyaan mengenai penggambaran, atau karakterisasi yang paling
mencolok, dariatheisme, agnostisisme, dan teisme. Penting untuk tidak hanya
menyelidiki alasan atheisme tetapi juga secara hati-hati mempertimbangkan
definisi atheisme yang paling memadai. Artikel ini akan dimulai dengan definisi
ateisme yang telah diterima secara luas, namun dalam berbagai hal masih keliru
atau menyesatkan, dan beralih kerumusan yang lebih memadaiy ang dapat
menangkap keseluruhan pemikiran ateis dengan lebih baik dan dengan lebih jelas
memisahkan ketidak percayaan dari keyakinan dan atheisme dari agnostisisme.
Dalam proses penggambaran ini, bagian ini juga akan mempertimbangkan
argumen-argumen utama yang mendukung dan menentang atheisme.

C. Bentuk Bentuk Atheisme

a. Atheisme Praktis

Dalam ateisme praktis atau pragmatis, yang juga dikenal sebagai apateisme,
individu hidup tanpa tuhan dan menjelaskan fenomena alam tanpa menggunakan
alasan paranormal. Menurut pandangan ini, keberadaan tuhan tidaklah disangkal,
tetapi dapat dianggap sebagai tidak penting dan tidak berguna; tuhan tidaklah
memberikan kita tujuan hidup, ataupun memengaruhi kehidupan sehari-hari.

b. Atheisme Teoretis
Ateisme teoretis secara eksplisit memberikan argumen menentang keberadaan
tuhan, dan secara aktif merespon kepada argumen teistik mengenai keberadaan
tuhan, seperti misalnya argumen dari rancangan dan taruhan Pascal. Terdapat
berbagai alasan-alasan teoretis untuk menolak keberadaan tuhan, utamanya
secara ontologis, gnoseologis, dan epistemologis.

c. Argumen Epistemologis Dan Ontologis

Ateisme epistemologis berargumen bahwa orang tidak dapat


mengetahui Tuhan ataupun menentukan keberadaan Tuhan. Dasar
epistemologis ateisme adalah agnostisisme. Dalam filosofi imanensi,
ketuhanan tidak dapat dipisahkan dari dunia itu sendiri, termasuk pula
pikiran seseorang, dan kesadaran tiap-tiap orang terkunci pada subjek.
Menurut bentuk agnostisisme ini, keterbatasan pada perspektif ini
menghalangi kesimpulan objektif apapun mengenai kepercayaan pada
tuhan dan keberadaannya.

Agnostisisme rasionalistik Kant dan Pencerahan hanya menerima ilmu


yang dideduksi dari rasionalitas manusia. Bentuk ateisme ini memiliki
posisi bahwa tuhan tidak dapat dilihat sebagai suatu materi secara
prinsipnya, sehingga tidak dapat diketahui apakah ia ada atau tidak.

d. Argumen Metafisika

Ateisme metafisik didasarkan pada monisme metafisika, yakni pandangan


bahwa realitas adalah homogen dan tidak dapat dibagi. Ateis metafisik absolut
termasuk ke dalam beberapa bentuk fisikalisme, sehingga secara eksplisit
menolak keberadaan makhluk-makhluk halus. Ateis metafisik relatif menolak
secara implisit konsep-konsep ketuhanan tertentu didasarkan pada
ketidakkongruenan antara filosofi dasar mereka dengan sifat-sifat yang
biasanya ditujukan kepada tuhan, misalnya transendensi, sifat-sifat personal,
dan keesaan tuhan. Contoh-contoh ateisme metafisik relatif
meliputi panteisme, panenteisme, dan deisme.

e. Argumen Logis Dan Berdasarkan Bukti

Ateisme logis memiliki posisi bahwa berbagai konsep ketuhanan, seperti


tuhan personal dalam kekristenan, dianggap secara logis tidak konsisten. Para
ateis ini memberikan argumen deduktif yang menentang keberadaan Tuhan,
yang menegaskan ketidakcocokan antara sifat-sifat tertentu Tuhan, misalnya
kesempurnaan, status pencipta, kekekalan, kemahakuasaan, kemahatahuan,
kemahabelaskasihan, transendensi, kemahaadilan, dan kemahapengampunan
Tuhan.

f. Argumen Antroposentris

Ateisme aksiologis atau konstruktif menolak keberadaan tuhan, dan


sebaliknya menerima keberadaan "kemutlakan yang lebih tinggi"
seperti kemanusiaan. Ateisme dalam bentuk ini menganggap kemanusiaan
sebagai sumber mutlak etika dan nilai-nilai, dan mengizinkan individu untuk
menyelesaikan permasalahan moral tanpa bergantung pada Tuhan. Marx,
Nietzsche, Freud, dan Sartre semuanya menggunakan argumen ini untuk
menyebarkan pesar-pesan kebebasan, Übermensch, dan kebahagiaan tanpa
kekangan.

D. Fenomena Atheisme Pada Zaman Modern

Pada zaman modern, fenomena atheisme dapat dijelaskan oleh beberapa


faktor yaitu:

1. Peningkatan akses informasi melalui intemet memungkinkan individu untuk lebih


mudah mengakses pemikiran dan argument yang mendukung. pandangan atheis.
Ini memungkinkan penyebaran ide-ide sekuler dan pemikiran kritis secara lebih
luas.

2. Perkembangan sains dan ilmu pengetahuan telah memberikan alternative


pemahaman terhadap fenomena alam dan eksistensi manusia. Beberapa orang
mungkin beralih ke pandangan atheis karena merasa bahwa penjelasan ilmiah
lebih memuaskan dibandingkan dengan kerangka pemahaman agama.

3. Globalisasi membuka pintu bagi pertukaran budaya dan ideologi, memungkinkan


masyarakat untuk terpapar pada variasi pandangan dunia. Individu dapat
terinspirasi oleh pemikiran filosofis atau kebebasan berpikir yang ditemukan di
berbagai belahan dunia.

4. Perubahan sosial dan budaya, termasuk peningkatan pluralism agama, dapat


menciptakan lingkungan yang lebih terbuka terhadap berbagai pandangan
keagamaan atau non-keagamaan. Semua faktor ini bersama-sama membentuk
konteks di mana fenomena atheisme pada zaman modern dapat berkembang.
E. Pandangan islam terhadap atheisme

Tak dapat dipungkiri, Islam dalam sejarah panjangnya telah bersinggungan


dengan banyak agama dan aliran. Awal kemunculan Islam, misalnya, Islam telah
bersinggungan dengan dua kerajaan besar, yaitu Romawi yang mayoritas Nasrani
dan Persia yang mayoritas Zoroaster, dan dua keyakinan, yaitu Yahudi dan
Paganisme.

Namun, bagaimana dengan Atheisme?. Apakah Atheisme dapat ditoleransi dan


tolerankah sikap Islam terhadap Atheisme ini?. Sebelumnya, kita perlu
mengetahui, Atheisme merupakan isu yang hangat diperbincangkan dalam
wacana toleransi, baik di dunia Barat maupun di dunia Islam.

Dalam sejarah kebudayaan Islam, Atheisme (Zindiq) merupakan salah satu dari
sekian banyak isu yang kontoversial dan mengundang banyak perhatian.
Abdurrahman Al-Badawi (w. 2012), misalnya, berpendapat bahwa ada perbedaan
antara Atheisme Barat dengan Atheisme Islam. Jika Atheisme Barat diekspresikan
oleh ungkapan Nietzche "Tuhan telah mati", maka Atheisme Islam menambahkan
"para Nabi telah mati" sebagai bagian dari Atheisme. (lihat Min Tarikh Al-Ilhad Fi
Al-Islam hal:8, karya Abdrrahman Al-Badawi).

Pada awalnya, Atheisme Islam ini hanya mengambil bentuk gerakan ilmiah dan
kemudian ditanggapi secara dialogis dan toleran oleh ulama2 Muktazilah sperti
Wasil Bin Atha, misalnya. Jadi langgkah pertama negara dalam menyikapi
masalah Atheisme bukan memberantasnya hingga ke akar2-nya, melainkan
memberi peluang debat publik melalui terbentuknya lembaga ilmiah yang
bertugas mengajak mereka berdialog. Ini membuktikan bahwa betapa seorang
Atheis-pun sangat ditoleransi oleh Islam.
Baru pada fase berikutnya, kelompok Atheis ini dibantai habis oleh pemerintahan
Abassiyyah. Pembantaian ini sama sekali tidak berkaitan dengan paham mereka
yang mengingkari adanya kenabian, tetapi lebih disebabkan karena generasi
Atheis berevolusi menjadi gerakan separatis yang menentang pemerintah. Jika
kita mencermati, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah Abasiyyah
untuk menumpas Atheisme Islam bukanlah semata-mata karena faktor pemikiran
Atheis-nya. Melainkan lebih disebabkan oleh faktor politis berupa separatisme
terhadap negara.
Dengan demikian, kita dapat menarik suatu pendapat bahwa kebebasan
berpikir benar2 dijunjung tinggi dalam agam Islam, dan sangat ditoleransi.
Bahkan negara menyediakan serta melindungi debat terbuka antara berbagai
aliran dan keyakinan. Sikap dialog seperti inilah yang harus dikembangkan oleh
setiap umat, baik seagama maupun tidak. Sebab, jika dialog telah menemui jalur
buntu dan seluruh pintunya ditutup rapat2, maka kesalahpahaman, sikap saling
mencurigai dan sikap intoleran akan muncul, yang ujung2-nya akan bermuara
kepada anarkisme dan penindasan oleh satu kelompok terhadap kelompok yang
lainnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Atheisme merupakan sebuah pandangan, pemahaman, atau keyakinan yang


menolak bahkan tidak mengakui adanya Tuhan di dunia manusia. Dalam hal
ini pun atheisme terbagi menjadi empat, yaitu; Atheisme Naif, AtheisKlasik,
Atheisme Praktis dan Teoritis, serta Atheisme Materialistis dan Positivistis.
Menjadi seorang atheis pun memiliki sebab-sebab tertentu mengapa ia
menjadi atheis. Sebab-sebab tertentu bisa dari pengalaman-pengalaman ia
dalam menjalani agamanya.

B. Saran

Saran yang bisa kami berikan perlu adanya metode pembelajaran lebih
lanjut akan upaya peningkatan diskusi terhadap fenomena atheisme sebagai
salah satu cara memaksimalkan potensi generasi dalam membentengi dirinya
dari radikalisme agama yang berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.britannica.com/topic/atheism

https://www.acamedia.edu/36092926/ATHEISME

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/2746/5707

https://www.acamedia.edu/36092926/ATHEISME

Anda mungkin juga menyukai