2, Desember 2007
ABSTRAK
Lobster air tawar yang diperdagangkan dalam keadaan hidup, memerlukan serangkaian
kegiatan yang meliputi penanganan pascapanen, penampungan dan pengemasan sebelum
dilakukan transportasi. Penanganan pascapanen ditujukan untuk sortasi, dengan memisahkan
lobster berdasarkan ukuran dan kebugarannya. Penampungan dilakukan bila lobster yang akan
dipasarkan jumlahnya tidak mencukupi atau lobster perlu dibugarkan terlebih dahulu sebelum
dikirim. Penampungan dapat dilakukan dengan menggunakan rak bertingkat yang dilengkapi
dengan sistem filtrasi dengan sistem aliran tertutup. Lobster sebelum dikirim dilakukan imotilisasi
dengan suhu dingin (12 oC), kemudian dikemas dalam plastik mika yang pada bagian dasarnya
diberi spon basah. Plastik mika kemudian dimasukkan ke dalam kotak styrofoam yang pada
bagian dasar dan atasnya diberi es yang dibungkus dalam plastik. Kotak styrofoam kemudian
direkatkan dengan lakban dan dimasukkan ke dalam karton untuk dikirim. Dengan kemasan
seperti ini transportasi lobster air tawar dapat dilakukan sampai dengan 6 hari dengan sintasan
97%. Ketahanan lobster yang cukup lama di luar media memungkinkan lobster dapat diekspor
dalam keadaan hidup ke berbagai negara dimana peluang pasar lobster air tawar masih sangat
terbuka.
*)
Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
37
Th. D. Suryaningrum, Syamdidi dan D. Ikasari
dengan salinitas air kurang dari 8 per mil. Lobster air sangat tinggi. Cara pemeriksaan lobster yang sehat
tawar bersifat omnivora, yang makan tumbuh- dilakukan dengan mengamati aktivitas lobster dan
tumbuhan dan binatang serta bersifat noktural yang warna cangkangnya. Lobster yang sehat memiliki
hidup aktif pada malam hari. Oleh karena itu lobster cangkang berwarna hijau kebiruan dan mempunyai
lebih menyukai kolam yang berdasar lumpur atau respon yang sensitif terhadap rangsangan yang
jika menggunakan bak semen adanya shelter berupa diberikan, seperti meloncat ke belakang dengan cepat
potongan pipa plastik diperlukan dalam pembesaran bila disentuh. Pada saat diangkat lobster akan
lobster. Produksi budidaya lobster air tawar secara meronta-ronta dengan kuat. Sedangkan lobster yang
intensif dapat mencapai 2 ton/ha/th, namun dalam kurang bugar ditandai dengan respon yang kurang
kolam biasa produksi lobster hanya berkisar antara cepat terhadap rangsangan yang diberikan, diam
600 kg/ha/th (Morrissy, 1992). ketika diangkat, kaki jalan dan kaki renang lemah.
Australia merupakan salah satu negara yang Lobster ini sebaiknya tidak dikemas, karena akan
telah berhasil membudidayakan lobster air tawar mengalami kematian selama transportasi.
secara intensif. Saat ini 70% dari produksinya
diekspor ke Eropa dan Amerika dan sisanya untuk Sistem Penampungan Lobster
pasar lokal ( Lawrence, 2001). Pasar lobster air tawar
Penampungan diperlukan apabila lobster yang
sebetulnya masih sangat terbuka, sehingga
dipasarkan tidak langsung dikirim ke konsumen,
peluangnya dapat dimanf aatkan. Mengingat
atau jumlah lobster yang hendak dijual belum
budidayanya yang relatif mudah, budidaya lobster air
mencukupi sehingga dikumpulkan terlebih dahulu
tawar saat ini sedang dilakukan di tambak udang di
dal am bak penampungan. Adakalanya bak
daerah Tuban, Jawa Timur. Jika budidaya ini dapat
penampung yang dibuat digunakan untuk
berhasil, tidak tertutup kemungkinan bahwa lobster
membesarkan lobster yang baru menetas menjadi
air tawar nantinya dapat menjadi primadona seperti
bibit dengan ukuran 2 cm. Bak penampung lobster
halnya udang windu. Selama ini pasar lobster air tawar
dapat berupa bak semen yang permanen atau bak
ukuran konsumsi baru untuk restoran-restoran yang
fiber glass atau akuarium yang berukuran besar.
sudah tersebar di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.
Hal paling penting yang harus diperhatikan selama
Namun apabila produksi lobster air tawar sudah
penampungan adalah kualitas air, kelarutan oksigen,
melimpah, maka pasar luar negeri untuk ekspor
pH dan suhu air selama penampungan. Jika kondisi
lobster air tawar perlu dijajaki.
air selama penampungan optimal, maka akan
Berikut beberapa hal yang berkaitan dengan teknik diperoleh lobster yang sehat dan bugar. Fasilitas
penanganan dan transportasi lobster air tawar untuk penampungan yang dilengkapi dengan sistem filtrasi
ekspor : dapat menjaga kondisi mutu air tetap baik. Sistem
filtrasi ini dapat dibuat dari bak kaca yang disekat-
Penanganan Pascapanen sekat sedemikian rupa sehingga air dapat mengalir
Segera setelah lobster dipanen dicuci dengan air dari atas dan bawah sekat secara bergantian. Ke
mengalir dalam bak penampungan selama 24 jam dalam sistem filtrasi tersebut dimasukkan koral atau
untuk menghilangkan kotoran terutama kotoran yang batu karang sebagai bahan filtrasi. Dengan sistem
masuk ke dalam karapas, yang dapat menyebabkan filtrasi ini mutu air dapat terjaga dengan baik, tanpa
infeksi insang selama transportasi. Lobster air tawar harus mengganti air, lobster tetap sehat selama
bisa dipanen sesuai dengan ukurannya, semakin penampungan atau bahkan penampungan tersebut
besar ukurannya semakin mahal harga lobsternya. dapat dimanfaatkan untuk pembesaran lobster. Bagi
Lobster ukuran kecil dapat dipanen setelah 6 bulan penampung yang lahannya sempit, penampungan
benih ditebarkan, sedangkan untuk mencapai ukuran dengan rak bertingkat yang dilengkapi dengan sistem
jumbo yang beratnya dapat mencapai 500 g filtrasi dapat menampung lobster dalam jumlah
dibutuhkan waktu 2 tahun. Lobster kemudian banyak tanpa harus menggunakan lahan yang luas
dipisahkan berdasarkan berat dan kualitasnya. Di (Gambar 1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rak
pasaran ada 6 ukuran lobster yang diperdagangkan penampung bertingkat dengan jumlah rak 3 susun
yaitu ukuran kecil (35–50g), ukuran medium (50–70 yang dilengkapi dengan sistem filtrasi dapat
g), ukuran besar (70–90 g), ukuran ekstra besar (90– menampung lobster dengan waktu lebih dari 6 bulan
120 g), ukuran XX (120–150g) dan ukuran jumbo (lebih tanpa penggantian air (Suryaningrum et al., 2001).
dari 150 g). Lobster air tawar hidup yang akan dikirim Kelebihan dari sistem penampungan seperti ini adalah
harus dalam keadaan bugar, sehat, kaki lengkap, tidak dengan ruang yang terbatas dapat menampung
sedang ganti kulit (moulting). Lobster yang sedang lobster air tawar dengan kepadatan yang tinggi
moulting karapasnya lunak dan daya tahannya lemah, dengan waktu yang lama. Hal penting yang perlu
sehingga peluang kematiannya selama transportasi diperhatikan selama penampungan dalam jangka
38
Squalen Vol. 2 No. 2, Desember 2007
Gambar 1. Penampungan/pembesaran lobster air tawar menggunakan rak bertingkat dengan sistem sel.
waktu yang lama adalah ketika lobster mengalami selama transportasi. Adapun respon fisiologis
moulting. Lobster merupakan binatang yang bersifat terhadap penurunan suhu yang dilakukan secara
kanibal, sehingga pada saat moulting lobster sangat bertahap dapat dilihat pada Tabel 1.
lemah dan sering sekali dimakan oleh lobster lainnya. Imotilisasi dilakukan untuk menekan aktivitas
Untuk mengatasi hal tersebut penampungan dengan lobster sehingga pada saat lobster dikemas tidak
sistem sel dapat mengurangi kematian lobster akibat menggigit dan mudah ditangani. Selain itu juga dapat
sifat kanibalisme lobster atau dalam bak penampung menekan proses metabolisme selama transportasi.
diberi shelter berupa potongan pralon, sehingga Imotilisasi yang dilakukan pada suhu 12–14 oC
lobster yang sedang moulting dapat bersembunyi di selama 30–45 menit, menyebabkan lobster diam,
dalam pralon. Selama penampungan lobster air tawar kaki renang dan kaki jalan tidak bergerak dan mudah
diberi pakan berupa pelet dengan jumlah pakan untuk dikemas. Pada dasarnya, imotilisasi dapat
sebanyak 3% dari berat lobster yang ditampung. dilakukan dengan 2 metode yaitu metode penurunan
suhu secara bertahap maupun secara langsung.
Aktivitas dan Metabolisme Lobster Air Imotilisasi dengan penurunan suhu secara bertahap
Tawar pada Suhu Dingin dilakukan dengan cara menurunkan suhu media air
dari suhu air normal (suhu kamar) ke suhu dimana
Suhu dingin merupakan salah satu kunci dalam
lobster mengalami imotil yaitu sekitar suhu 12–14oC
transportasi ikan hidup, pada kondisi ini tingkat
(Suryaningrum et al., 2006). Penurunan dilakukan
metabolisme dan respirasi sangat rendah sehingga
dengan menambahkan air dingin ke dalam media
ikan/krustasea dapat diangkut dengan waktu yang
lobster secara perlahan-lahan, sehingga suhu yang
lama dengan kelulusan hidup yang tinggi (Berka,
diinginkan tercapai. Setelah suhu imotilnya tercapai
1986). Oleh karena itu informasi aktivitas dan
lobster dibiarkan selama 30–45 menit sehingga
metabolisme lobster pada berbagai suhu rendah perlu
aktivitas lobster diam. Lobster dikatakan imotil bila
diketahui sebagai dasar untuk transportasi lobster
diangkat diam, kaki jalan dan kaki renang diam, dan
hidup. Sebelum ditransportasi lobster dikondisikan
mudah dikemas. Dengan metode imotilisasi ini
imotil (tidak bergerak) dengan menggunakan suhu
lobster dapat ditransportasikan selama 6 hari dengan
rendah sebagai suhu shock, demikian juga suhu
kelulusan hidup 97% (Suryaningrum et al., 2006).
media yang di gunakan selama transport asi
seharusnya berkisar pada suhu dimana lobster Sedangkan imotilisasi dengan metode langsung
berada dalam metabolisme basal. Imotilisasi dengan dilakukan dengan cara memasukkan lobster air tawar
suhu dingin merupakan cara yang paling efektif, ke dalam air yang suhunya telah diatur sekitar 12–
ekonomis dan aman dalam mempersiapkan 14oC. Pada saat lobster dimasukkan ke dalam air
transportasi lobster air tawar. Hasil penelitian reaksi lobster akan panik dan berenang sangat cepat
Wibowo et al. (2005), memberikan informasi dengan gerakan mundur. Proses panik ini terjadi
mengenai perubahan fisiologis lobster air tawar pada sekitar 1–2 menit, kemudian lobster rebah atau diam
berbagai suhu. Informasi tersebut digunakan untuk tidak bergerak. Lobster dibiarkan selama 30–45 menit,
menentukan suhu imotil/shock dan suhu media untuk menjaga kenaikan suhu selama imotil ke dalam
39
Th. D. Suryaningrum, Syamdidi dan Diah Ikasari
Tabel 1. Respon aktivitas fisiologi lobster air tawar pada berbagai suhu
o
No Suhu ( C) Perubahan aktivitas Kriteria
1 30.4–25.4 Pada suhu ini lobster bergerak aktif, kaki jalan, kaki Aktivitas normal
renang, dan chelliped (capit) bergerak aktif, lobster
cenderung bergerombol
2 25.4–19.4 Aktivitas lobster mulai berkurang, kaki jalan, kaki Tenang
renang dan chelliped bergerak perlahan-lahan, ekor
melipat ke dalam, lobster cenderung diam
3 19.6–15.4 Lobster gelisah, 1-2 ekor bergerak tidak beraturan Panik
dengan menyentak-nyentakan tubuhnya mundur
kebelakang. Setelah panik lobster tenang kembali,
respon terhadap rangsangan lemah
4 15.4–12.9 Lobster mulai hilang keseimbangan, gerakan lobster Awal disorientasi
lemah, respon terhadap rangsangan lemah, ketika
posisi tubuh dibalik tidak dapat tegak kembali
5 12.9–10.4 Lobster hilang keseimbangan, posisi tubuh Disorientasi
rebah/terbalik, kaki jalan dan kaki renang diam
6 10.4–9.8 Keseimbangan lobster tidak ada, posisi tubuh terbalik, Pingsan
kaki jalan, kaki renang dan chelliped kaku tidak
bergerak, ekor melipat ke arah abdomen. Respon
terhadap rangsangan tidak ada
Sumber : Wibowo et al. (2005)
media ditambah air dingin sehingga suhu imotilnya kondisi ini transportasi lobster lebih lama dan
terjaga. Dengan metode imotilisasi seperti ini kelulusan hidupnya tinggi.
lobster dapat ditransportasikan selama 6 hari dengan
kelulusan hidup 100% lebih baik dan lebih praktis Bahan pengemas yang di gunakan untuk
dibandingkan dengan metode imotilisasi secara transportasi lobster air tawar terdiri dari kemasan
bertahap (Suryaningrum et al., 2006). luar berupa karton, dan kemasan dalam berupa kotak
styrofoam, kotak plastik mika, lakban dan es
Suhu kemasan yang optimum untuk transportasi dalam kantong plastik untuk mempertahankan suhu
lobster sebaiknya berkisar antara 15–20oC, pada kem asan. Kem asan yang digunakan untuk
suhu ini lobster dalam kondisi tenang, sehingga transportasi lobster air tawar biasanya berupa
aktivitas lobster tidak banyak bergerak. Suhu sistem sel, yaitu dengan cara memasukkan lobster
kemasan juga tidak boleh terlalu dingin atau kurang ke dalam kotak plastik mika kemudian dimasukkan
dari 12oC, jika lobster berada pada suhu terlalu dingin ke dalam kotak styrofoam. Pada bagian dasar kotak
dalam jangka waktu yang lama maka lobster akan plastik mika diberi alas berupa media basah untuk
mengalami eklamsia yang dapat menyebabkan mempertahankan kelembaban selama transportasi.
kematian. Media tersebut harus memiliki daya serap air yang
Pengemasan dan Transportasi Lobster Air tinggi, mampu mempertahankan suhu rendah dalam
Tawar waktu yang relatif lama serta kondisi media yang
stabil. Media yang digunakan untuk mengangkut
Salah satu kelebihan dari lobster air tawar lobster dapat berupa kertas koran, sabut kelapa,
dibandingkan dengan lobster air laut adalah batang pisang kering atau spon. Namun media yang
kemampuan hidup di luar media air dalam lingkungan paling praktis, ekonomis, stabil dan memiliki daya
yang lembab dalam waktu yang lebih lama. Oleh serap air dan dapat mempertahankan kelembaban
karena itu lobster air tawar diperdagangkan hidup dan paling baik adalah spon. Spon yang akan digunakan
transportasi dilakukan dengan sistem kering. Media sebagai media dipotong-potong sesuai dengan ukuran
yang digunakan untuk transportasi harus bersifat kotak plastik mika, kemudian dicuci dan direndam
lem bab, dengan suhu di dalam kemasan dalam air dingin (suhu 12–14oC) selama 15 – 30 menit.
dipertahankan berkisar antara 12,9oC–25,4oC. Dalam Spon kemudian digunakan untuk mengalasi kotak
40
Squalen Vol. 2 No. 2, Desember 2007
plastik mika, dan lobster yang telah imotil dimasukkan ke dalam air dengan ketinggian air
dimasukkan ke dalam kotak plastik mika. Kotak setengah dari badan lobster dan lobster dibiarkan
plastik mika yang berukuran 25 x 15 x 6 cm dapat selama 1 jam, untuk menghilangkan kotoran berupa
diisi 6–7 ekor lobster (Gambar 2). Plastik mika yang isi perut selama transportasi. Selanjutnya lobster
sudah diisi lobster kemudian dimasukkan ke dalam baru ditampung dalam bak penampung yang
kotak styrofoam yang berukuran 60 x 40 x 40 cm sebenarnya.
yang didasarnya telah diberi 3 buah es yang Selama transportasi, lobster mengalami
penyusutan berat, semakin lama transportasi semakin
besar penyusutannya. Idealnya dalam pemasaran
lobster penurunan bobot tidak boleh lebih dari 5%,
karena akan berdampak langsung terhadap
menurunnya harga jual lobster. Hasil penelitian
terhadap Cherax tenuimanus menunjukkan bahwa
bobot lobster setelah ditransportasikan selama 24 jam
turun sebesar 3,9% dan setelah lebih dari 24 jam
menjadi 4,3%. Demikian juga dengan populasinya,
semakin padat semakin besar penurunan bobotnya
(Morrissy et al., 2001) .
41
Th. D. Suryaningrum, Syamdidi dan D. Ikasari
lobster air tawar melimpah seperti halnya udang Western Australian Marine Research Laboratories.
vaname, sehingga komoditas ini semakin 2 pp.
memasyarakat dan menjadi sajian prestisius seperti Suryaningrum, Th. D., Wibowo, S. dan Utomo, B.S.B.
halnya lobster air laut. 2001. Pengembangan sistem biofiltrasi untuk
mempertahankan mutu air pada penampungan
DAFTAR PUSTAKA lobster hij au pasir (Panulirus humarus) hidup
dengan rak bertingkat. J. Penel. Perik. Indonesia.
Anonymous. 2007. Pomona aquaculture. http://
7 (4) p. 62-73.
www.pamona spider web.com.au Diakses tanggal 1
Maret 2007. 2 pp. Suryaningrum, Th. D., W ibowo, S., Muljanah, I.,
Berka, R. 1986. The transportation of live fish. A Riview. Rosmawaty, P., Hastarini, E., Syamdidi. dan Ikasari,
EIFAC Tech. Pap, FAO (48), 52 pp. D. 2006. Riset penanganan dan transportasi ikan
Lawrence, C. 2001. Yabbies (Cherax albidus). A hidup air tawar. Laporan Teknis. Balai Besar Riset
Handbook for Farmers and Investors. Fisheries Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
Department of W A. 6 pp. Perikanan.
Morrissy, N.M. 1992. Introduction to Moron and Other W ibowo, S., Suryaningrum, Th.D., Mulj anah, I.,
Freshwater Crayfish Farming. Fishiries Deparment Peranginangin, R., Hastarini, E., Syamdidi. dan
of WA. 36 pp. Ikasari, D. 2005. Riset penanganan dan transportasi
Morrissy, N., Walker, P., Fellows, C. and More, W. 2001. ikan hidup air tawar. Laporan Teknis. Pusat Riset
An Investigation of Weight Loss of Morron (Cherax Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan
fenuimanus) During Live Transportation to Market. Perikanan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
42