BUDIDAYA
3.1 PERSIAPAN BUDIDAYA
3.1.1 Sumber Air
Air merupakan bagian yang terpenting dalam budidaya lobster air tawar. Air
yang berkualitas baik akan membuat pertumbuhan lobster menjadi baik dan
terhindar dari penyakit. Maka air yang akan dipakai dalam budidaya sebaiknya
terhindar dari kandungan penyakit atau pestisida maupun limbah industri.
Berbagai laporan menunjukkan bahwa lobster air tawar muda sensitif
terhadap kadar klorin tinggi. Oleh karena itu sering dianjurkan untuk menuakan
(menandon) air terlebih dahulu sebelum digunakan untuk lobster.
Lobster diketahui pula dapat mengakumulasikan merkuri (Hg) dalam tubuh-
nya sehingga mereka sering dijadikan sebagai indikator pencemaran lingkungan.
lobster sensitif terhadap pestidida, terutama dari golongan organoklorin, begitu pula
residu-residu minyak. Hal ini hendaknya menjadi perhatikan bagi mereka yang ingin
membudidayakan lobster secara terbuka, agar terlebih dahulu memeriksa dengan
seksama sumber air yang akan digunakan.
Kualitas air ini harus senantiasa diperiksa untuk memastikan tidak ada
kandungan yang melebihi ambang toleransi lobster. Kandungan yang perlu diperiksa
umumnya adalah pH, oksigen terlarut dan kekeruhan.
Kualitas air yang baik ini minimal mengandung oksigen terlarut sebanyak
lebih 5 mg/l. Oksigen terlarut ini dapat ditingkatkan dengan menambah oksigen ke
dalam air dengan mengunakan aerator atau air yang terus mengalir (sirkulasi).
Kelebihan plankton dapat menyebabkan kandungan oksigen di dalam air menjadi
berkurang. Maka dengan itu plankton dalam kolam harus selalu dipantau.
Kandungan amoniak yang tinggi dalam air dapat membuat lobster tidak
dapat bertahan hidup. Kandungan amoniak sebaiknya kurang dari 0,05 mg/l. Pakan
yang tidak habis dimakan oleh lobster dapat membusuk di dasar kolam dan akan
meningkatkan amoniak terutama pakan yang berasal dari pellet komersial (kon-
sentrasi protein tinggi).
Keasamaan air atau biasanya disebut pH yang baik untuk budidaya lobster
air tawar adalah stabil di antara 7 - 8.5. Keasaman ini dapat dijaga dengan
mengendalikan jumlah plankton agar tidak berlebihan dan kebersihan dari dasar
kolam/aquarium. Keasaman yang tinggi ini juga dapat dilakukan pengantian seba-
gian dari air pada kolam/aquarium.
Kekeruhan air ini dapat di pantau dengan mengunakan piringan Secci pada
kedalaman antara 20 - 40 cm. Kekeruhan air ini juga bisa disebabkan oleh plankton
yang berlebihan seperti phytoplankton. Sebagai ganti pringan secci ini dapat
menggunakan CD bekas dengan bagian kilap/cermin di atas. Jika dalam kedalaman
20 - 40 cm kita masih dapat melihat CD tersebut maka kekeruhan ini masih dalam
batas yang baik. Untuk mengatasi kelebihan plankton ini adalah dengan mengurangi
nutrisi yang dimasukkan ke dalam kolam tersebut atau dengan menganti air.
Tingkat keasinan air atau salinitas dalam budidaya air tawar ini sebaiknya
tidak melebihi 5 ppt. Semakin asin air maka tingkat pertumbuhan juga akan semakin
melambat hal ini ditandai dengan semakin jarangnya lobster tersebut menganti kulit
dan tingkat keberhasilan hidup juga tinggi. Lobster air tawar akan tumbuh optimal
bila salinitas air 0 ppt.
Air sungai umumnya digunakan oleh peternak pembesaran yang mem-
butuhkan bibit air yang cukup banyak untuk pengisian kolam yang luas. Pengunaan
air sungai ini sebaiknya melihat kebersihan sungai. Limbah dari industri dan rumah
tangga dapat meracuni lobster yang dipelihara. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah pengunaan pestisida pada tanaman-tanaman di sekitarnya.
Air tanah merupakan sumber air yang banyak dipergunakan. Penggunaan
air tanah ini juga sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu. Kandungan zat air
yang tidak sesuai dengan ambang budidaya lobster juga dapat merugikan peternak.
Air PAM juga banyak digunakan oleh peternak budidaya pembenihan
terutama pada lokasi yang sulit mendapatkan air yang sesuai dengan kualitas yang
diinginkan. Karena budidaya lobster air tawar dapat dilakukan di rumah maka banyak
di antaranya yang tidak bisa mendapatkan air tanah yang baik.
Penggunaan air PAM ini harus terlebih dahulu dilakukan aerasi selama 24
jam untuk menghilangkan kandungan kaporit yang ada pada air tersebut. Kan-
dungan kaporit ini juga dapat dihilangkan dengan mengunakan filter kimia dengan
bahan-bahan seperti karbon aktif dan batu zeolit. Karena bahan filter ini ada masa
aktifnya maka pencucian dan pengantian berkala harus dilakukan. Kelalaian dalam
hal ini dapat menyebabkan fungsi filterisasinya menjadi tidak bekerja.
3.1.2 Aquarium
Aquarium pemijahan; dapat dibuat dalam ukuran 80 x 40 x 40 cm (p x l x
t), atau 100 x 50 x 40cm. Luas dari ruang aquarium ini sangat tergantung dengan
ukuran dan jumlah indukan yang ada di dalamnya. Ruangan yang terlalu padat mem-
buat lobster tersebut rentan terhadap kaniblisme dan perkelahian.
Untuk ukuran aquarium 80 x 40 x 40 cm dapat memuat 8 ekor lobster
ukuran 4” sedang untuk 5“ sebaiknya hanya di isi 6 ekor dan 6” sebaiknya hanya
diisi 3 ekor saja.
Aquarium pengeraman; Dalam mengoptimalkan lahan yang sempit maka
aquarium pengeraman sekat dengan luas sekitar 15cm, sehingga bentuk aquarium
tersebut seperti accu. Hal ini akan memudahkan kita dalam memantau telur yang
sudah mendekati masa penetasan. Masa pengeraman telur oleh induk lobster
membutuhkan waktu sekitar 30-40 hari.
Aquarium penetasan; Masa penetasan burayak ini sekitar 10-12 hari pada
masa penetasan ini burayak sudah mulai terlihat lengkap dengan mata, kaki, dan
antenna seperti layaknya lobster dewasa. Sebagian dari burayak tersebut sudah
mulai melepaskan diri dari indukannya.
Burayak yang lepas dari indukan ini bertahap hingga semua burayak ter-
sebut tidak berada pada gonad induknya. Setelah semua burayak lepas dari gonad
induknya maka masa (parent care).
Gambar 8. Aquarium
Sebaiknya kolam semen yang akan dibuat ini di tata sedemikian rupa se-
hingga lahan tersebut pemanfaatannya bisa optimal dan mempermudahkan kita
dalam melakukan pengurasan kolam. Bila ditata sedemikian rupa maka pengurasan
kolam tersebut airnya tidak terbuang dan dapat dipakai kembali.
Untuk dapat memaksimalkan lahan yang ada kolam semen ini dapat juga
dibuat dalam bentuk bertingkat. Namun pembuatan kolam bertingkat ini mengha-
biskan biaya yang lebih besar karena memerlukan rangka besi seperti layaknya
membuat rumah bertingkat. Kolam bertingkat yang umumnya dibuat adalah dengan
menambahkan satu kolam lagi di atas dua kolam semen yang berdekatan dengan
mengambil setengah kolam di bawahnya. Sehingga ukuran kolam tersebut sama
besar atau bisa dibuat lebih kecil. Sebaiknya kolam pada tingkat kedua dibuat pada
ketinggian satu meter, hal ini akan mempermudah dalam pemberian makan dan
pemantauan.
Kolam semen yang baru sebaiknya direndam terlebih dahulu untuk
menghilangkan zat-zat yang ada pada semen yang berbahaya bagi lobster. Kolam
semen tersebut dapat direndam dengan mengunakan pelepah pisang yang dibelah
menjadi beberapa bagian. Perendaman ini dilakukan selama satu minggu. Dan
sebaiknya air diganti setiap 2-3 hari. Sebelum kolam semen mulai digunakan, kolam
tersebut dimasukan dulu beberapa lobster yang kecil atau ikan-ikan hias seperti
guppi sebagai percobaan. Bila dalam satu minggu lobster atau ikan tersebut masih
hidup maka kolam tersebut sudah aman dipakai.
Pipa pembuangan pada kolam semen ini sebaiknya dibuat berbanding
dengan luas kolam yang ada. Pembuangan air pada kolam harus memakan waktu
yang sesingkat mungkin. Karena pada umumnya panen dilakukan pada pagi hari,
maka waktu yang singkat membuat lobster yang berganti kulit pada saat pengiriman
dapat dihindari. Karena hari yang semakin siang lobster yang berganti kulit semakin
banyak, dan lobster tidak tahan terhadap panas.
Pralon ini dinilai kurang efektif pada saat panen karena jumlahnya yang
banyak sehingga akan memakan waktu yang banyak untuk mengumpulkannya.
Selain itu juga pralon ini juga mahal.
Batu bata roaster merupakan alternatif penyembunyian lobster yang sering
digunakan pada kolam baik untuk pembesaran burayak maupun untuk pembesaran
hingga ukuran konsumsi.
Kelemahan dari batu bata roaster ini adalah ukurannya yang berat bila
sudah terendam di dalam air. Dan batu bata ini juga rapuh bila sudah digunakan
dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila pengunaan dalam jumlah yang banyak
juga memakan waktu dan tenaga yang cukup besar juga.
Tanaman air seperti slada air atau eceng gondok merupakan media yang
sangat baik buat budidaya pembenihan, terutama dalam ukuran burayak. Pajangnya
akan yang terurai membuat burayak senang bermain di dalamnya. Dengan akarnya
yang panjang ini membuat burayak tersebut aman dari kanibalisme. Akar tanaman
air ini juga menjadi makanan untuk burayak tersebut.
Selain sebagai media sembunyian tanaman air ini juga dapat menyerap
racun yang terkandung dalam air. Dalam pengunaan selada air (pistia) burayak
lobster mempunyai pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kolam yang
tanpa diberi tanam sayur tersebut (Jones, 1995).
Ban mobil atau motor ini banyak digunakan sebagai media sembuyian
terutama dalam pembesaran hingga ukuran konsumsi. Ban bekas ini dikumpulkan
dan disusun sedemikian rupa pada kolam tanah sehingga lobster menjadi nyaman
dalam persembunyian tersebut.
Sebelum digunakan ban bekas ini sebaiknya dicuci dengan bersih dan diberi
lobang pada berberapa sisi untuk memudahkan dalam pengangkatan dari dasar
kolam. Ban bekas ini menjadi sangat berat seiring dengan banyaknya kandungan air
di dalam ban tersebut. Selain itu kotoran seperti lumpur juga membuat ban tesebut
terendam di dalam dasar kolam.
Media persembunyian dapat dikombinasikan untuk mendapat hasil yang
maksimal serta memberi kenyamanan kerja.
3.2 PEMBENIHAN
3.2.1 Persiapan Induk
Calon induk jantan memiliki tonjolan didasar tangkai kaki jalan ke-5 jika
penghitungan dimulai dari kaki jalan dibawah mulut. Ciri lobster air tawar betina
adalah adanya lubang bulat yang terletak didasar kaki ke-3. Berdasarkan capitnya,
calon induk jantan memiliki ukuran capit 2-3 kali lebar buku pertama (tangkai capit)
dan calon induk betina memiliki ukuran capit yang sama atau 1,5 kali buku pertama.
Dilihat dari ciri-ciri sekunder, warna tubuh calon induk jantan lebih cerah
dibandingkan dengan warna dasar tubuh calon induk betina, jika wadah dan
perlakuan yang diberikan dalam pemeliharaannnya sama. Jika perbandingan ini
dilakukan dalam lingkungan pemeliharaan yang berbeda, kecerahan dan tingkat
ketajaman dari warna dasar itu akan berbeda pula. Warnam pigmen dalam cangkang
tubuh sangat dipengaruhi oleh warna air, jenis pakan, dan kandungan dasar pigmen
yang dimiliki oleh setiap spesies ikan.
Gambar 12. Perbedaan Jenis Kelamin - Jantan (kiri) dan betina (kanan)
Sementara itu, induk jantan dan betina yang digunakan dalam pemijahan
alami secara individu berukuran 16-18cm dengan perbandingan jantan dan betina
1:1 per aquarium. Dalam mempersiapkan peralatan untuk pemijahan dan pembe-
saran burayak, perlu diperhatikan bahwa aquarium tidak boleh kena sinar matahari
langsung, usahakan berada dalam suasana yang teduh dan tenang. Hal ini penting
untuk merangsang lobster melakukan perkawinan, dan lobster mengerami telurnya.
Sedangkan bak semen lebih baik kalau berada di luar ruangan dan dapat sinar
matahari, agar tumbuh lumut dan plankton yang sangat berguna untuk pertumbuhan
burayak yang dibesarkan.
Induk yang baru selesai melakukan pemijahan dan berhasil terjadi pembu-
ahan biasanya ditandai dengan lipat ekor yang hingga kipas ekornya mengenai kaki
ke lima dan adanya busa atau foam pada badannya. Pada awal-awal bertelur betina
lebih sering diam dan berbalik seolah-olah mati. Setelah beberapa hari betina mulai
melakukan aktivitas seperti biasanya namun lebih banyak diam dengan ekor tetap
terlipat.
Lobster betina yang sedang bertelur dapat dijadikan satu dengan lobster
betina lain yang sedang bertelur dalam satu wadah. Apabila lobster anda perhatikan
telurnya sudah berbentuk seperti juventil (lobster muda), maka indukan yang sedang
bertelur lainnya segera dipindahkan ke tempat yang lain.
Salah satu akibat perubahan lingkungan yang mendadak adalah membuat
induk lobster yang sedang bertelur terkejut. Karena terkejut, gerakan lobster menjadi
tidak beraturan dan telur yang ada diantara kaki-kaki renang akan berhamburan
keluar. Untuk menghindari lobster terkejut, penangkapan induk yang sedang bertelur
tidak boleh menggunakan alat tangkap, tetapi hanya menggunakan tangan.
Tidak disarankan menangkap induk yang berada didalam PVC. Disarankan
menangkap dengan hati-hati dan memanen secara individu. Cara menangkap induk
yang sedang bertelur dimulai dengan mengeluarkan induk-induk dari pelindung
secara perlahan-lahan, kemudian menangkapnya secara langsung dengan posisi
tangan kiri ada didepan kepala dan tangan kanan dibagian ekor. Selanjutnya, tangan
kanan memegang bagian antara kepala dan badan.
3.2.3 Pengeraman
Teknik pengeraman dan penetasan telur lobster air tawar itu tidak terlepas
dari karakteristik biologi reproduksi. Karenanya dalam persiapan wadah dan
melaksanakan pengelolaannya dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan personal
yang tinggi. Dalam perkembangan telur hingga terbentuknya juvenil, ada 3 tahapan
kejadian alamiah, yakni:
perkembangan embrio dalam telur (pre-larva)
perkembangan larva saat diasuh (larva),
dan saat juvenil lepas dari abdomen (post-larva).
Di samping itu kejadian alam lain yang perlu diketahui adalah tidak ba-
nyaknya aktifitas induk betina, terutama dalam mengonsumsi pakan saat mengerami
telur. Berkaitan dengan fakta alam, strategi yang perlu dilaksanakan adalah:
Induk yang sedang bertelur harus dipelihara secara terpisah dengan induk yang
mengandung telur dan induk jantan;
Pakan yang diberikan relatif sedikit;
Kualitas air, terutama oksigen terlarut lebih dari 5 ppm dan fluktuasi suhu air
harus rendah.
Wadah harus diberi pelindung yang sesuai dengan jumlah individu, untuk:
Untuk menghindari terjadinya gangguan atau serangan dari luar yang
menyebabkangangguan fisik;
Menghindari peluang terjadinya kanibal;
Sejak embrio hingga berbentuk juvenil, lobster air tawar membutuhkan oksigen
terlarut yang tinggi;
Agar lingkungan lebih nyaman karena pada fase embrio, nauplius, dan
protozoa, juvenil memiliki karakteristik sensitivitas yang tinggi terhadap
perubahan suhu air.
3.2.4 Penetasan
Indukan yang baru bertelur sebaiknya jangan dipindahkan terlebih dahulu,
karena dalam pemindahan ini mungkin pembuahan belum sempurna sehingga telur
tidak terbentuk dengan baik dan pertumbuhan telur juga terganggu. Untuk indukan
yang akan dipindahkan sebaiknya pada masa terlur sudah terlihat dengan warna
krim atau telur berumur 7 hari. Indukan yang baru bertelur masih akan dijaga oleh
jantannya selama 3 hari. Pemindahan indukan yang bertelur sebaiknya dilakukan
dengan sangat hati-hati, hal ini untuk menghindari perontokan telur oleh indukan
akibat stress.
Cara terbaik untuk memindahkan induk bertelur adalah dengan memin-
dahkan indukan bersamaan dengan tempat sembunyiannya secara pelahan-lahan
diangkat dari tempat pemijahannya. Bila indukan tidak berada dalam tempat
sembunyian, kita harus dengan hati-hati mengiring indukan tersebut masuk ke dalam
tempat persembunyian tersebut baru dipindahkan.
Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan maka sebaiknya indukan yang
akan dipindahkan itu tidak terlalu jauh antara tempat pemijahan dengan tempat
pengeraman.
Selama pengeraman ekor lobster akan lebih cenderung sering menutup dan
melengkung menutupi telurnnya, kecuali apa bila telur sudah berbentuk juventil maka
induk mulai sering membuka ekornnya.
Proses terbentuknya juventil sbb:
(1) Pada minggu pertama s/d minggu ke-dua terlur akan berwarna orange.
(2) Pada minggu ke-tiga warna telur akan berubah menjadi lebih muda & terlihat
agak transparan di bagian tertentu. Di sekitar telur muncul 2 titik hitam yang
merupakan bakal mata juventil.
(3) Pada minggu ke-empat juventil muda terbentuk, namun masih sangat lemah
sehingga butuh waktu 2-3 hari untuk melakukan perontokkan setelah anda
perhatikan juventil sering bermain ke luar tubuh induk pertama kali.
luarkan air dengan sifoning dan jika berupa bak atau kolam tanah, tinggal membuka
lubang pengeluran.
Setelah itu benih lobster ditangkap menggunakan scoopnet secara perlahan
dan hasil tangkapan dimasukan kedalam ember yang telah dilengkapi air jernih dan
alat lain. Perlu diketahui, tingkat sensitivitas benih berukuran 20 hari terhadap
perubahan lingkungan drastis lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran lebih besar.
Tingkat sensitivitas juga akan tinggi pada semua ukuran benih lobster air tawar saat
pergantian cangkang (moulting) terjadi.
3.2.10 Pengemasan
Pengemasan Plastik. pengemasan menggunakan plastik rangkap dua yang
di dalamnya diisi air dan ditambahkan beberapa lembar daun pepaya di dalamnnya
atau campurkan getah pohon atau buah pepaya muda dalam larutan airnnya.
Lapisi bagian bawah, samping kiri & kanan bawah serta bagian atas kiri &
kanan mika dengan tissue refiile. Media tissue refille dapat juga digantikan dengan
media yang lain seperti tissue makan, kapas filter, atau bahkan kertas koran.
Ketebalan dari pada tissue yang digunakanpun tergantung pada seberapa
lama jarak yang akan ditempuh saat pengiriman. Biasanya saya menggunakan dua
helai tissue yang dilipat sebanyak tiga kali untuk bagian samping atas mika, dua
belas helai tissue reffile untuk bagian bawah dasar mika dan empat helai tissue yang
dilipat dua untuk bagian samping bawah mika. Jangan lupa untuk mensteples tissue
yang ditempelkan pada bagian atas kiri dan kanan serta bagian bawah samping kiri
dan kanan agar tissue tidak jatuh ataupun berubah.
Langkah selanjutnya adalah menyiapkan lobster yang akan dikirim, yaitu
dengan memberikan isolasi kertas pada kedua sisi capitnya. Hal ini tentunya untuk
mencegah saling capit selama perjalanan & sempitnya mika yang kita gunakan.
Memang sangat lucu jadinya seperti orang yang sedang kita beri sarung tinju bahkan
ketika ditaruh di dalam mika maka akan tampak seperti petinju yang siap bertarung
di dalam ringnya. Tapi walau tampaknnya menjadi lucu namun lobster dapat sampai
di tujuan dengan badan utuh.
Basahi tisu dibagian atas mika, dasar dan juga samping secukupnnya
sehingga permukaan tissue menjasi lembab dan becek. Setelah itu masukkan
lobster kedalamnnya. Sstaples bagian samping mika agar lobster tidak keluar
selama perjalanan. Satu buah mika biasanya mampu memuat lobster ukuran 2 inchi
sebanyak 25 ekor, 3 inchi sebanyak 20 ekor, 4 inchi 1 set dan 5 inchi 4 sampai
dengan 5 ekor.
Penggunaan mika dalam pengemasan sangat tergantung jumlah susunan
yang akan dibuat, apabila kita akan membuat mika menjadi 3 susun maka mika
paling bawah usahakan dirangkap 2 sampai dengan 3 mika. Hal tersebut dilakukan
agar lobster tidak terhimpit akibat mika tertekan.
Langkah terakhir adalah lapisi styrofoam bekas buah anggur atau buah pear
dengan koran untuk kemudian muatlah lobster yang telah kita masukkan dalam mika
untuk selanjutnya kita tutup kemudian diberi plester ataupun lakban dan akhirnya
lobster siap kita kirimkan.
Satu styrofoam bekas buah anggur biasanya mampu memuat 6 kotak mika.
Untuk lebih aman apabila pengiriman di atas 30 jam maka sebaiknnya di samping
bagian dalam sterofom diberi es batu yang dibungkus koran agak tebal agar tidak
mudah mencair, tujuan pemberian es batu adalah untuk menjaga kelembaban
selama pengiriman.