umumnya menggunakan bambu sebagai kerangka pembuatan keramba dengan ukuran yang
bermacam-macam (bervariasi) banyak keuntungan yang di dapat jika ikan patin di budidaya di
keramba. pada pembesaran model ini ikan patin dapat merasakan hidup seperti di habitat aslinya
(alami) meskipun tidak mutlak sama dengan demikian aktivitasnya tidak terlambat. keuntungan lain
pembesaran ikan patin di keramba adalah sebagai berikut :
Ikan patin yang di besarkan di keramba akan terhindar dari gangguan hama maupun ganguan lainya
yang sering menimbulkan kerugian dalam kegiatan usaha.
Pengawasan terhadap pertumbuhan ikan dan dan kesehatan ikan dapat dilakukan dengan mudah
sehingga setiap di temukan gejala yang tidak menguntungkan dapat segera di tanggulangi.
Kebutuhan oksigen dapat terpenuhi bagi ikan karena pergantian air terjadi setiap saat dengan
demikian laju pertumbuhan dan kesehatan ikan dapat mencapai optimal. Sisa makan dan kotoran
hasil dari aktivitas dapat segera hanyut terbawa aliran air sehingga tidak menimbulkan penyakit dan
kekhawatiran terhadap tingginya kadar amoniak maupun zat racun lainya yang akan menghambat
lajupertumbuhan. pemanenan ikan dapat di lakukan dengan mudah sehingga menghemat waktu
dan tenaga.
Selain ditempatkan di sungai, keramba juga dapat di tempatkan di danau atau waduk berdasarkan
letaknya di dalam perairan (sugai, waduk, dan danau) keramba menjadi tiga jenis yaitu keramba
yang di letakan di dasar perairan, keramba yang diletakan di bawah permukaan air, dan keramba
yang diletakan diatas permukaan air.
Dalam prakteknya keramba di dasar perairan ini di bagi menjadi dua jenis yaitu keramba yang di
letakan di dasar perairan dan keramba yang di tanam di dasar perairan keramba di dasar perairan
ini umumnya di gunakan di daerah perairan yang sempit dan tidak terlalu dalam seperti pada
sungai-sungai kecil atau saluran yang lebarnya tidak lebih dari dua meter.
Keramba ini lebih cocok di letakan di sungai yang aliranya deras sehingga tadak mudah terbawa
arus air bila dasar perairanya keras pembangunan keramba tidak perlu di bangun dasar keramba
lagi karena dasar tersebut dapat di jadikan alas.
Keramba tipe ini di bangun dengan cara menanamkan ujung-ujung kerangka keramba kedasar
perairan maupun ketebing sungai matau saluran air.
Oleh karena itu perlu di perhatikan bahwa ukuran kerangka keramba yang di buat harus lebih besar
misalnya, ukuran keramba yang di inginkan adalah 3 m x 2 m x 1 m maka kerangka keambanya
harus mempunyai ukuran 3 m x 2,40 m x 1,2. kerangka keramba yang tertanam di dalam adalah
sepanjang 20 cm bidang permukaan keramba sebelah atas di usahakan berada 20 cm di bawah
permukaan air untuk keramba yang seluruhnya di tanam di dasar perairan lebih tepat di gunakan
pada sungai-sungai atau saluran air yang dangkal dengan dasar yang keras.
Bagi lingkungan sekitar penempatan keramba dengan cara di tanam secara keseluruhan sangat
menguntungkan karena tidak mengganggu aliran air dan tidak menyebabkan terjaringanya samapah
yang terbawa arus air.
Keramba di bawah permukaan air sedikit berbeda dengan keramba yang di letakan di dasar
perairan bagian atas keramba di bawah permukaan air tidak menonjol apalagi nongol ke permukaan
air sebaliknya, bagian dasar tidak di tanam seperti keramba di dasar perairan keramba jenis ini lebih
cocok di letakan di perairan yang agak dalam tetapi tidak bisa di letakan di perairan yang dasar
sekali karena perairan yang seperti ini miskin oksigen agar lebih aman posisi di usahakan tetap
berada 20 cm di bawah permukaan air.
Untuk memperhatikan posisi keramba agar tetap berada 20 cm di bawah permukaan air (tidak
mengapung ke bagian atas) pada badan keramba perlu di tambahkan pemberat seperi batu, besi
atau bahan lain yang mempunyai berat yang cukup. kalau arus perairan tersebut agak deras
(misalnya di sungai) maka pada setiap sudut keramba di lengkapi dengan jangkar. hal ini untuk
menjaga agar kekramba tidak hanyut cara lainya adalah mengikatkan keramba itu pada sebatang
pohon yang kuat.
Keramba yang mengambang di permukaan air terutama di gunakan di danau atau waduk yang
berair dalam perbedaan yang mencolok terletak pada posisi keramba terhadap permukaan air yaitu
sepertiga bagian atasnya berada di atas permukaan air sedangkan dua pertiga lainya di dalam air.
Keramba jenis ini juga di lengkapai dengan pemberat dari batu atau besi jumblah pemberat itu harus
di atur agar sepertiga bidang permukaan bagian atas dari keramba dapat timbul di permukaan air
bila pemberat terlalu berat maka keramba akan tertarik kebawah hal ini tidak berpengaruh negatif
namun sebaliknya bila pemberat itu terlalu ringan maka bagian yang muncul ke permukaan semakin
tinggi keadaan seperti ini berbahaya bagi keselamatan ikan.
Keramba yang mengambang di permukaan air ini juga mempunyai resiko apabila keramba di
letakan di sungi yang arusnya agak deras maka di khawatirkan akan terkena hantaman benda-
benda yang hanyut bersama arus akibatnya ketenangan ikan akan terganggu dan dinding
kerambapun cepat rusak. Untuk mennnghindari hal ini keramba pada permukaan air sebaiknya di
letakan di perairan yang relatif tanang dan bebas dari benturan benda yang terbawa arus air.
Agar keramba tidak mudah hanyut terbawa arus maka pada setiap sudut keramba perlu di ikatkan
jangkar. lebih aman lagi bila keramba itu di ikatkan di pohon atau di buatkan semacam tambatan.
Ada peritmbangan khusus mengenai ukuran, berat, dan jumlah benih ikan patin yang akan di
tebarkan di keramba. pertimbangan yang paling utama tergantung pada arus air tempat keramba di
letakan dan juga bahan keramba yang di gunakan.
Faktor arus air akan menghambat gerakan ikan patin di dalam keramba sedangkan bahan keramba
perlu di tingkatkan agar benih tidak mudah lolos.
Oleh karena itu benih patin yang di tebarkan di keramba harus berukuran relatif besar supaya kuat
melawan arus dan tidak mudah meloloskan diri. Secara umum berat awal individu yang akan di
tebarkan di keramba lebih dari 50g.
Hingga kini belum ada literatur yang menyebutkan angka pasti untuk kepadatan penebaran ikan
patin di keramba masih beradasarkan perkiraan.
Kepadatan penebaran secara umum di keramba di tentukan oleh tingkat intensitas usaha. apabila
ikan dalam intensitas usaha. apabila ikan di usahakan dalam intensitas penuh dengan lama
pemeliharaan satu tahun maka kepadatan penebaran sekitar 5 Kg / M2 Total produksi setelah
masa pemeliharaan satu tahun di tarrgetkan mencapai 50-60 Kg / M2 hal ini berlaku untuk semua
jenis ikan.
Penetuan ukuran benih yang di tebarkan tergantung pada lama waktu yang di rencanakan semakin
besar ukuran benih patin yang disebarkan maka waktu pemeliharaan semakin singkat. perlu di ingat
penebaran benih patin yang berukuran kecil kurang mampu mempertahan kan hidupnya di aliran air
yang deras.
Sebagai aturan yang yang di anjurkan dan baik ukuran bibit yang di tebarkan dalam keramba
bagusnya memiliki ukuran yang sama (seragam) sehingga kemampuanya untuk mencari makanan
akan merata sama. dengan demikian pertumbuhan ikanpun akan cenderung serentak besar.
Salah satu faktor utama yang menetukan keberhasilan budidaya ikan patin dalam keramba adalah
pakan yang memadai kebutuhan nutrisi ikan patin selama masa budidaya berlangsung pada
pemeliharaan sistem keramba. secara alami makanan ikan dapat di peroleh dari aliran air yang
mengandung mikro organisme, kutu air lumut dan ganggang. dengan demikian untuk memacu
pertumbuhan patin tidak bisa hanya mengandalkan pakan alami saja untuk itu ikan perlu di berikan
pakan tambahan pelet.
Pelet untuk ikan patin yang di pelihara di keramba adalah pelet yang mengandung protein 25-30%
rasuman pelet yang di berikan sebanyak 2-3 % dari total berat ikan perhari setiap dua minggu atau
paling lama ssetiap satu bulan bobot ikan patin di timbang kembali untuk menyesuaikan jumlah
pakanya.
Agar lebih aman dan tidak stress penimbangan di lakukan dengan cara pengambilan sampel ikan
sebanyak 10 – 25 % saja hasil penimbangan ikan sampel merupakan tolak ukur untuk pemberian
pakan berat rata-rata setiap harinya.
Hasil kali berat rata-rata dan jumlah individu ikan akan di peroleh berat total ikan di dalam keramba.
penebaran pakan di lakukan secara sedikit demi sedikit agar pakan tidak banyak yang hanyut
terrbuang.
jatah pakan di berikan 3-4 kali dalam sehari, di mulai pagi, siang, sore dan malam hari. pada malam
hari pemberian pakan di bedakan sedikit lebih banyak dari yang lain.
Patin yang dipelihara di karamba relatif aman. walau seperti itu tindakan pengontrolan tidak boleh
ditinggalkan tetap harus ada langkah pengontrolan, terutama untuk karamba yang berada pada
perairan berarus deras atau perairan yang banyak bahan hanyutan. Pengontrolan karamba di
perairan berarus deras Iebih ditekankan pada upaya pencegahan agar karamba tidak terbawa arus.
Oleh karena itu, tambatan (ikatan) karamba perlu diamati, barangkali perlu diperbaiki atau diperkuat
ikatannya.
Apabila perairan itu mengandung banyak bahan-bahan hanyutan maka perlu dibersihkan sesering
mungkin. Karena Sampah yang menutupi sisi jari-jari karamba ini akan mengurangi banyaknya
volume air yang masuk ke dalam karamba sehingga sirkulasi air akan terlambat yang dapat memicu
laju pertumbuhan ikan patin.
Karena berada di dalam sungai yang mengali kemungkinan terjadi endapan pasir atau lumpur di
karamba bisa terjadi.
Secara berkala, endapan ini diangkat, terutama setelah hujan deras atau banjir. Apabila bahan
karamba terbuat dari bilah bambu atau papan maka dinding bagian dalam tidak perlu dibersihkan
karena organisme yang turrrbuh menempel merupakan pakan yang baik bagi ikan patin. Salah satu
upaya untuk menghindari banyaknya endapan lumpur atau pasir di dalam karamba, sebaiknya
karamba diletakkan di sungai dengan pola zig zag.
lkan patin yang dibesarkan di karamba sebaiknya tidak terlalu sering ditangguk (ditangkap dengan
serok). Penangkapan ikan di karamba hanya boleh dilakukan pada saat melakukan sampling berat
untuk menentukan jumlah pakan yang akan diberikan. Biia terlalu sering ditangkap, dikhawatirkan
ikan patin akan stres dan selanjutnya mempengaruhi Iaju pertumbuhannya.
Seperti halnya pembesaran patin di media lain, pemanenan di karamba pun dilakukan jika bobot
ikan sudah mencapai ukuran pasar. Para pemilik karamba umumnya memanen ikan setelah
dipelihara selama 6-12 bulan. Pemanenan ikan patin pada jenis karamba di dasar perairan dapat
dilakukan di tempat karena karamba tersebut dibangun secara permanent dan pennukaan airnya
juga tidak terlalu dalam.
Pemanenan dapat dilakukan menggunakan serok jaring atau bisa juga dengan cara menangkap
langsung dengan tangan. Namun, cara panen dengan penangkapan ikan secara langsung tidak
disarankan karena akan mengakibatkan tangan terluka.
Pemanenan ikan patin dapat di mulai melalui jalan pintu pemanenan yang terletak di bagian tengah
atasvpermukaan karamba. Pada jenis karamba di bawah maupun karamba di permukaan air,
pemanenan ikan dapat dilakukan setelah karamba tersebut ditarik ke tepi perairan.
Ikan hasil dapat segera di letakan dalam jaring yang sudah di sediakan di lokasi air yang mengalir
untuk mengurangi terjadinya ikan stres. jika kondisi ikan sudah tidak brutal Iagi, ikan patin hasil
panenan tersebut segera dipasarka
Dalam melakukan usaha budidaya ikan Patin, petani harus mengetahui dan mengerti apa saja yang harus
dipersiapkan dan dilakukan. Apabila petani sudah mengetahui teknik dan hal-hal dalam pembudidayaan ikan Patin
dengan baik khususnya pada media keramba, kegiatan budidaya tidak akan terlalu rumit.
Hal-hal yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan usaha tani ikan ini adalah pengetahuan mengenai syarat lokasi
budidaya, penyiapan sarana dan prasarana seperti media budidaya, dan peralatan-peralatan pendukung. Media
yang biasa digunakan dalam budidaya ikan ini adalah kolam, jaring apung, dan keramba.
1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Persiapan wadah dan media merupakan salah satu kegiatan yang menunjang keberhasilan pembesaran. Keramba
adalah salah satu wadah yang dapat digunakan untuk kegiatan pembesaran ikan Patin. Bahan-bahan yang
diperlukan untuk pembuatan keramba terdiri dari balok kayu dan bambu. Balok kayu berfungsi sebagai rangka dan
bambu sebagai dinding dan penutup yang diikatkan dengan tali nilon pada rangka kayu. Bentuk keramba adalah
kotak segi empat yang pada bagian bawahnya terbuka dengan ukuran panjang 4 meter, lebar 2 meter dan tinggi 1,5
meter. Penempatan keramba adalah 2/3 di dalam air dan 1/3 diatas permukaan air. Pada bagian tengah penutup
keramba dibuat lubang terbuka berukuran 0,5 x 0,5 meter yang berfungsi sebagai tempat pemberian pakan dan
pengontrolan ikan.
Di bagian dalam karamba dimasukkan jaring yang diikat pada dinding keramba, sebagai wadah penampung ikan
patin yang dipelihara. Ukuran mata jaringnya lebih kecil dari ukuran benih ikan patin yang ditebar. Jaring ukuran
tersebut sudah tersedia dan mudah dibeli di pasaran.
Karamba ditempatkan di pinggir sungai secara berkelompok dan setiap kelompok terdapat 20 – 40 karamba.
Penempatannya secara berpasangan dan diantara pasangan karamba ditempatkan bambu bulat yang berfungsi
sebagai tempat pengikat, sekaligus sebagai pelampung karamba. Di antara tiap karamba dibuat jalan penghubung
dari papan kayu. Kedua ujung bambu tersebut di ikat pada tiang yang ditancapkan kedasar sungai sebagai penahan
agar karamba tidak terbawa arus air sungai. Untuk setiap kelompok, diatas bambu pelampung dibuat pondok ukuran
1,5 x 1,5 x 1,5 meter sebagai tempat berteduh bagi petugas yang jaga di malam hari. Rangka pondok terbuat dari
bambu dan kayu, lantai dari bambu dan atap dari daun rumbia atau nipah
2. Penebaran Benih
Setelah wadah dan media siap, maka dilakukan penebaran benih. Sebelum dilakukan penebaran, dilakukan
aklimatisasi agar benih tidak stress. Proses aklimatisasi ini dengan cara menambahkan sedikit demi sekit air kolam
pemeliharaan ke bak atau kantong benih agar kualitas airnya sama. Benih yang digunakan untuk pembesaran
adalah benih yang memiliki berat antara 50 – 100g/ekor dengan kepadatan 100 – 200 ekor/m3. Penebaran benih
ikan sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pagi hari saat kondisi perairan tidak terlalu panas. Agar ikan tidak
stress, sebelum ikan di tebarkan, perlu dilakukan aklimatisasi (penyesuaian kondisi lingkungan) sekitar 5-10 menit.
3. Pengelolaan Pakan
Pakan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ikan. Pemberian pakan pada ikan Patin dibedakan sesuai
ukuran ikan. Pada umur ikan satu bulan pertama diberikan pakan berupa pakan dengan butiran halus dan
selanjutnya pakan dengan butiran yang agak besar dan kemudian butiran yang besar yang telah disesuaikan dengan
bukaan mulut ikan. Frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
4. Kualitas air
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan. Adapun parameter kualitas air
meliputi
a) Suhu.
Suhu air pada umumnya ditentukan oleh suhu udara, sedangkan suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian lokasi dari
muka laut. Semakin tinggi lokasi di atas muka laut semakin rendah suhu udaranya dan sebaliknya). Suhu air
merupakan salah satu sifat fisika yang dapat mempengaruhi nafsu makan ikan dan pertumbuhan badan ikan.
Perubahan suhu yang mendadak menyebabkan ikan mati, meskipun
kondisi lingkungan lainnya optimal (Purnamawati, 2002). Suhu untuk pemeliharaan ikan patin yang optimal yaitu 25-
33°C.
b) Kecerahan.
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan Secchi
disk. Secchi disk dikembangkan oleh profesor Secci pada sekitar abad 19, yang berusaha menghitung tingkat
kekeruhan air secara kuantitatif. Tingkat kekeruhan air tersebut dinyatakan dengan suatu nilai yang dikenal dengan
kecerahan Secchi disk. Perairan yang aman bagi ikan Patin adalah perairan yang dapat ditembus oleh sinar matahari
hingga kedalaman lebih dari 40 cm.
Jumlah pakan yang diberikan dapat dilihat pada tabel berikut.
b) Bakteri
Penyakit bakteri yang dapat menyerang ikan Patin adalah Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Bakteri ini menyerang
bagian perut, dada dan pangkal sirip sehingga menimbulkan pendarahan dan lendir di tubuh berkurang yang
dicirikan dengan kulit ikan terasa kasap ketika diraba. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan merendam
ikan ke dalam :
✩ Larutan PK (Kalium Permangnat) 10-20 ppm selama 30-60 menit, atau
✩ Larutan Nitrofuran 5-10 ppm selama 12-24 jam, atau
✩ Larutan Oksiterrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
c) Jamur.
Jamur datang karena adanya luka-luka di bagian badan ikan. Penyebab luka dikarenakan penanganan yang kurang
baik pada saat pemanenan atau pengangkutan. Jamur yang menyerang ikan patin dari golongan Achlya sp. dan
Saprolegnia sp.
Apabila Anda menggunakan keramba, Anda perlu memerhatikan kondisi air pada danau
maupun waduk untuk membesarkan benih ikan Patin. Ada dua jenis keramba yang biasa
digunakan yaitu keramba dasar yang dipasang di dasar perairan, keramba bawah
permukaan air.
Keramba sebagai media pembesaran bibit ikan Patin juga perlu dipersiapkan terlebih
dahulu. Anda perlu menentukan tempat di mana keramba akan dipasang. Kemudian Anda
perlu memerhatikan kondisi keramba yang akan dipasang, selanjutnya Anda perlu
memastikan bahwa konstruksi dari keramba yang akan dipasang dapat menahan arus serta
kuat.
Namun, apabila Anda akan menggunakan media kolam terpal sebagai tempat budidaya
ikan Patin, Anda perlu memerhatikan tata ruang, saluran air, kualitas air, suhu air, pH air
dan sebagainyan.
Mempersiapkan kolam untuk tempat budidaya sangatlah penting, karena akan menunjang
proses perawatan bibit serta perkembangan bibit hingga masa panen. Apabila kolam yang
Anda miliki tidak cukup baik, maka akan memungkinkan membawa penyakit kepada ikan
Patin serta menyebabkan hasil panen yang tidak baik.
Berikut beberapa karakteristik atau ciri-ciri dari bibit ikan Patin yang memiliki kualitas baik.
o Ukuran kepala serta badan bibit seimbang, tidak terlalu besar maupun terlalu kecil.
o Bibit ikan bergerak dengan lincah.
o Memiliki warna tubuh yang cerah.
o Pastikan bibit ikan berasal dari indukan ikan yang berkualitas atau memiliki
sertifikasi.
o Menanyakan penggunaan antibiotic, vitamin hingga probiotik dari bibit ikan agar
Anda dapat mengenali penyebab terjangkitnya hama maupun penyakit apabila menyerang
ikan Patin Anda.
Ikan Patin memang sedikit ‘rewel’ dibandingkan dengan ikan air tawar yang biasa
dibudidayakan lainnya. Anda perlu mengontrol kualitas air agar ikan Patin merasa nyaman
dan tidak sakit. Anda dapat menambahkan emolin atau blitzich ke dalam kolam agar
menghambat pertumbuhan jamur, selain itu Anda perlu memerhatikan suhu air yang
berkisar 26-28 derajat celcius serta memeriksa pH air, pH air yang baik untuk ikan Patin
adalah 6,5 sampai 7 tidak terlalu asam serta tidak terlalu basa.
Anda perlu memberikan treatment aklimatisasi serta memastikan bahwa pakan alami
seperti plankton telah tumbuh dalam kolam. Berikut beberapa tahapa treatment aklimatisasi
untuk benih ikan Patin.
Menumbuhkan pakan alami di kolam budidaya ikan akan membuat ikan Patin merasa tidak
bosan serta Anda dapat menghemat biaya pakan. Selain pakan alami tentu Anda perlu
menambah pakan ikan dengan menggunakan pelet. Pilihlah pelet yang memiliki kandungan
protein tinggi, Anda dapat memberikan pakan lain seperti kerrang, keong dan lain-lain.
Anda perlu memerhatikan kandungan pakan yang akan Anda berikan. Usahakan bahan
baku pakan ikan tidak mengandung karoten yang terlalu tinggi, serta proses produksi pakan
ikan higienis. Gunakan pakan dengan kandungan yang sudah sesuai dengan SNI serta
tekstur pakan tidak mudah hancur dalam air.
Selain mengganti air kolam secara berkala, Anda juga perlu memerhatikan ikan apabila
terjangkit penyakit atau hama. Anda perlu mengetahui gejala awal ketika ikan sakit agar
tidak terjadi penyebaran. Anda dapat melakukan pencegahan hama dengan menggunakan
sinar lampu, dengan begitu ikan Anda terbebas dari hama maupun penyakit.
7. Masa panen
Ikan Patin hasil budidaya dapat Anda panen setelah 5 hingga 6 bulan setelah penyebaran
benih. Dibandingkan jenis ikan air tawar lain seperti lele dan nila, ikan Patin memang
membutuhkan waktu yang cukup lama agar bisa dipanen.
Selama proses panen, Anda perlu melakukan panen dengan hati-hati serta memerhatikan
beberapa hal berikut ini.
Idealnya, ikan Patin yang layak panen memiliki berat sekitar 500 gr hingga 1kg. Untuk
mencapai berat tersebut dalam sekali panen, Anda perlu memerhatikan pakan, nutrisi
tambahan yang dimakan oleh ikan Patin hingga kondisi lingkungan. Ikan Patin adalah jenis
ikan yang mudah panik, sehingga Anda perlu memilih tempat budidaya yang tenang dan
tidak berisik agar tidak membuat ikan stress, sehingga memengaruhi perkembangan ikan.
1. Mencegah kardiovaskular
Ikan Patin atau Pangasius memiliki kandungan lemak tak jenuh mencapai 50% dari total
keseluruhan gizinya. Lemak tak jenuh tersebut dapat mengurangi kandungan lemak jenuh
yang telah menumpuk serta menyumbat pembuluh darah, sehingga dapat mencegah
penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung serta stroke.
2. Menurunkan kolesterol
Selain mencegah penyakit kardiovaskular, lemak tak jenuh pada ikan Patin juga dapat
menurunkan kolesterol.
Setelah Anda mengetahui jenis-jenis ikan Patin dari Indonesia serta manfaatnya, apakah
Anda tertarik untuk mulai mencoba membudidayakan ikan Patin lokal? Apabila Anda dapat
merawat serta membudidayakan dengan baik, Anda dapat meraup keuntungan yang cukup
besar terlebih lagi apabila Anda berhasil mengekspor ikan Patin. Simak cara
membudidayakan ikan Patin berikut ini agar Anda dapat membudidayakan ikan Patin
dengan baik.