Pengantar
Secara sederhana Akuaponik dapat digambarkan sebagai kombinasi dari akuakultur dan hidroponik.
Fokus dalam Akuakultur adalah memaksimalkan pertumbuhan ikan di dalam tangki atau kolam
pemeliharaan. Ikan biasanya ditebar pada tangki atau kolam dengan kepadatan yang tinggi. Tingkat
penebaran yang tinggi ini berarti bahwa air untuk budidaya menjadi mudah tercemar oleh kotoran
ikan. Kotoran ikan ini berbentuk Amonia yang beracun bagi ikan. Sementara itu, Hidroponik
bergantung pada aplikasi nutrisi buatan manusia. Nutrisi ini dibuat dari ramuan bahan kimia, garam
dan unsur-unsur mikro. Ramuan nutrisi dicampur dengan teliti untuk membentuk keseimbangan
optimal untuk pertumbuhan tanaman.
Aquaponik menggabungkan kedua sistem tersebut. Aquaponik menggunakan kotoran ikan yang
berisi hampir semua nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Akuaponik juga
menggunakan tanaman dan medianya untuk membersihkan dan memurnikan air. Jadi dalam
akuaponik terjadi simbiosis antara tanaman dan ikan.
Kolam Terpal
Kolam terpal adalah kolam yang biaya pembuatannya sangat murah. Kolam terpal cocok untuk
daerah yang tanahnya tidak bisa menyimpan air. Bahan yang dibutuhkan hanya terpal, sekam dan
batako/bata merah.
Kolam sebaiknya dibuat di tempat yang terkena sinar matahari langsung. Gali tanah dengan luas dan
kedalaman sesuai dengan yang diinginkan. Tanah dari hasil galian kolam digunakan untuk membuat
tanggul. Padatkan tanggul supaya tanggul tersebut kuat. Permukaan tanggul diberi batako/bata
merah.
Setelah penggalian selesai, dasar kolam diberi sekam setinggi kurang lebih 10 cm. Terpal di pasang
dan sisa terpal (10 cm) ditutupi dengan batu bata atau batako. Kolam siap diisi air.
contoh kolam terpal;
kolam terpal bisa juga dibuat dengan tanpa melakukaan penggalian. Sebagai ganti galian kolam, bisa
dibuat kerangka dari tumpukan batu bata atau batako. Cara pembuatan selanjutnya sama dengan
cara di atas.
Air adalah kebutuhan utama dan penentu keberhasilan dalam budidaya ikan. Selain jumlahnya harus
mencukupi, kualitas yang baik menghasilkan output yang baik pula.
Parameter yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air adalah kadar oksigen, temperatur,
derajat keasaman, kandungan amonia dan kekeruhan air. Kualitas air yang diperlukan berbeda untuk
setiap jenis ikan. Seperti lele yang relatif tahan dengan kualitas air yang buruk.
Kadar Oksigen
Kadar oksigen untuk memperoleh hasil produksi optimal adalah diatas 5 ppm. Apabila kadar oksigen
kurang dari 5 ppm, ikan akan berkurang nafsu makannya dan pertumbuhannya terhenti. Untuk
meningkatkan kadar oksigen dapat digunakan aerator atau mengalirkan air secara terus menerus.
Temperatur
Secara umum suhu air 25-32 oC baik untuk budidaya ikan. Pada suhu rendah nafsu makan ikan akan
turun yang mengakibatkan pertumbuhan ikan terganggu. Pada suhu tinggi ikan akan menunjukkan
gejala kekurangan oksigen. Perubahan suhu secara tiba-tiba mengakibatkan ikan stress yang dapat
mengakibatkan kematin.
Derajat Keasaman
Derajat keasaman (pH) yang baik untuk budidaya ikan adalah 5.5-9.0. Meskipun ikan masih dapat
bertahan di luar kisaran pH tersebut namun produksi yang dihasilkan rendah.
Jika pH terlalu rendah dapat dinaikkan dengan menggunakan kapur pertanian (CaCO3).
Kekeruhan
Kekeruhan melindungi ikan dari serangan predator. Selain itu kekeruhan dapat mempengaruhi
pernafasan dan nafsu makan ikan. Kekeruhan 30-40 cm baik untuk budidaya ikan.
Kadar Amonia
Amonia bersifat racun bagi ikan. Amonia dihasilkan dari sekresi/ kotoran ikan. Kadar amonia
optimum untuk budidaya ikan adalah dibawah 1,4 ppm. Cara untuk menurunkan kadar amonia
dalam air adalah dengan mengganti air sebagian atau seluruhnya atau dengan cara filterisasi. Untuk
budidaya ikan hias dalam akuarium atau kolam kecil, filterisasi ini paling sering digunakan karena
lebih praktis dan menghemat waktu.
Klik link Filter ini untuk melihat contoh filter untuk kolam.
Kolam Taman
Bayangkan sebuah tempat yang hijau dan sejuk dengan gemericik air terjun yang mengalir. Tentu
anda merasa nyaman berada di tempat tersebut. Namun tidak mudah menemukan tempat seperti
itu sekarang. Apalagi di kota besar yang semakin gersang dan bising. Tentu saja anda dapat sesekali
melakukan perjalanan ke Puncak atau Bali. Tapi tentu saja tidak bisa setiap saat. Selain karena
membutuhkan biaya juga membutuhkan waktu yang tentu saja sangat berharga.
Salah satu solusinya adalah membuat kolam taman. Kolam kecil yang bisa di buat di halaman rumah
bahkan di dalam rumah. Tidak sulit membuat kolam taman. Cara paling mudah adalah menggunakan
jasa pembuat taman yang ada di sekitar anda. Jika ingin membuat yang lebih sesuai dengan selera
anda dan mau sedikit repot, anda bisa membuatnya sendiri.
Siapkan alat dan bahan-bahan yang diperlukan. Alat: Selang, tali, cangkul/skop, ember dan alat
penggalian lainnya. Bahan: Pasir, Batu/bata, lapisan kedap air (plastik tebal/ terpal/ pond liner),
pelindung lapisan kedap air (koran bekas/ karpet bekas/ underlayment), pompa air, hiasan lain.
Tentukan tempat dimana anda akan membangun kolam. Pertimbangkan letak nya dengan colokan
listrik dan sumber air yang tersedia. Tandai bentuknya dengan kapur atau tali.
Gali kolam sesuai dengan bentuk dan kedalaman yang anda inginkan.
Tutupi lapisan kedap air yang tersisa dengan batu dan tanah sisa penggalian. Tambahkan pompa air
untuk air mancur (!! hati-hati dengan aliran listrik).
Tes pompa air dan kolam dari kebocoran dengan membiarkannya selama sehari. Jika air tidak
berkurang maka kolam sudah jadi.
Pondgard Liner 10 X 15
Pond Underlayment 5 x 15
DANNER Underlayment 15 x 6
Sistem Akuaponik
Dalam akuaponik umumnya tanaman ditanam di dalam media tanam yang terpisah dari tangki ikan.
Air dipompa dari tangki ikan ke media tanam dan dialirkan kembali ke dalam tangki ikan.
Media tanam yang diisi kerikil, expanded clay , atau media lain yang mirip adalah bentuk paling
sederhana dari akuaponik. Sistem ini dapat dilakukan dengan dua cara. Dengan aliran air terus
menerus atau dengan siklus padang surut.
1. bak ikan 2. pompa air 3. bak tanam 4. auto siphon 5. media tanam 6. penyangga
adalah salah satu metode yang sering digunakan secara komersial. Air dipompa
dari tangki ikan melalui sistem filtrasi. Kemudian air dipompa ke saluran panjang di mana rakit
terapung yang diisi dengan tanaman berada permukaan air.
Nutrient Film Technique hanya cocok untuk jenis tanaman tertentu, biasanya sayuran berdaun hijau.
Dalam sistem NFT, air yang kaya nutrisi dipompa ke dalam selokan kecil yang tertutup. Air mengalir
dalam selokan dalam bentuk aliran yang sangat tipis. Tanaman diletakkan dalam wadah plastik kecil
yang memungkinkan akarnya mengakses air. Salah satu elemen penting untuk sistem akuaponik
adalah bakteri menguntungkan. Bakteri ini menguraikan unsur dalam air menjadi bentuk yang dapat
diserap dan digunakan oleh tanaman.
Ada dua jenis bakteri yang berbeda yaitu nitrosomonas dan nitrobacter. Nitrosomonas mengubah
amoniak menjadi nitrit. Nitrit ini kemudian diubah menjadi Nitrat oleh bakteri Nitrobacter. Tanaman
kemudian menyerap nitrat ini untuk pertumbuhannya.
Ikan dan Tanaman dalam Akuaponik
Ikan adalah kunci dalam sistem akuaponik. Ikan menyediakan hampir semua nutrisi bagi tanaman.
Ada berbagai jenis ikan yang dapat digunakan dalam sistem akuaponik. Jenis ikan ini tergantung
pada iklim lokal dan jenis yang tersedia di pasaran.
Dalam prakteknya, ikan nila merupakan ikan yang paling populer dipilih untuk proyek komersial dan
hobi rumahan. Tapi Barramundi, lele, ikan mas, Ikan Mas, Koi, Murray Cod, Silver Perch, Jade Perch,
Trout juga digunakan juga Krustasea air tawar seperti Yabby dan Redclaw.
Akuaponik tidak hanya baik untuk sayuran hijau. Aquaponics akan menumbuhkan hampir semua
jenis sayuran. Beberapa varietas sayuran buah yang berkinerja baik adalah; terung (ungu), Capsicum
(peper lonceng), kacang, kacang polong dan banyak lagi. Wortel dan Bit juga bisa tumbuh. Tanaman
yang tumbuh dalam sistem aqiaponic hanya dibatasi oleh jenis sistem aquaponics, atau lebih
tepatnya, jenis media tanam. Media tanam yang diisi kerikil atau semacamnya, tampaknya menjadi
media tanam yang paling berhasil untuk berbagai jenis tanaman.
Larva merupakan masa kritis dalam fase hidup ikan. Pada fase ini mortalitas sangat tinggi. Tingginya
mortalitas larva disebabkan karena tingginya virulensi (daya serang) penyakit, hama dan terbatasnya
ketersediaan pakan yang cocok bagi larva ikan. Pada fase larva, ikan baru saja melepaskan
ketergantungannya pada makanan cadangan.
Pakan alami adalah pakan yang paling cocok untuk fase larva. Selain karena komponen gizinya lebih
lengkap juga karena pakan alami selalu bergerak sehingga menarik nafsu makan larva ikan.
Pakan alami yang ideal untuk larva ikan harus memenuhi beberapa kriteria yaitu: bentuk dan ukuran
sesuai dengan lebar bukaan mulut larva ikan pemakannya, mudah diproduksi secara massal,
kandungan nutrisinya tinggi, mudah di cerna, cepat berkembangbiak, memiliki toleransi yang tinggi
terhadap perubahan lingkungan, tidak beracun atau mengeluarkan racun, dan gerakannya menarik
bagi larva ikan tetapi tidak terlalu aktif sehingga mudah ditangkap oleh larva ikan pemakannya.
Infusoria , rotifera , kutu air (moina dan daphnia) , artemia, tetraselmis, chlorella, diatomae dan
cacing tubifex (cacing rambut/sutra).
Selain pakan alami, larva ikan juga bisa diberi pakan buatan. Tentu saja pakan buatan untuk larva
ikan ini harus sesuai dengan sifat, cara dan kebiasaan makan larva ikan.
Pakan alami merupakan pakan terbaik bagi pertumbuhan ikan, baik itu bagi larva ikan maupun ikan
dewasa.
Pakan alami pada dasarnya sudah terdapat dalam air kolam. Namun agar jumlahnya
Pemupukan kolam dapat menggunakan pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk organik
yang biasa digunakan dalam pemupukan kolam adalah kotoran ayam atau kotoran puyuh.
Sedangkan pupuk anorganik yang biasa digunakan adalah urea dan TSP.
Pemupukan kolam dengan menggunakan pupuk organik, dosis yang digunakan adalah 200-500 gram
pupuk per meter persegi luas kolam. Sedangkan jika kolam dipupuk dengan pupuk anorganik, dosis
yang digunakan adalah 10 gram TSP dan 15 gram Urea per meter persegi luas kolam.
Pemupukan kolam biasanya dilakukan pada saat persiapan kolam. Setelah kolam dikeringkan,
pematang dan caren kolam diperbaiki. Tanah dasar kolam di cangkul dan di biarkan kering 2-3 hari.
Pupuk organik atau pupuk anorganik lalu di tebarkan secara merata dan kolam digenangi air 30-40
cm. Kolam di biarkan 5-7 hari agar pakan alami tumbuh.
Sebelum ikan dimasukkan, air kolam ditambah sampai kedalaman yang di inginkan.
Untuk pemupukan pada kolam yang sedang dipergunakan, pemupukan sebaiknya menggunakan
pupuk organik. Pupuk organik tersebut tidak langsung disebarkan ke dalam kolam karena di
khawatirkan akan menurunkan kualitas air kolam.
Pemupukan kolam dilakukan dengan cara memasukkan pupuk organik ke dalam karung, lalu karung
tersebut dimasukkan ke dalam kolam. Pakan alami biasanya tumbuh melimpah setelah 5-7 hari.
Budidaya ikan lele selain biasa dilakukan di kolam tanah atau kolam semen juga bisa dipelihara di
kolam terpal. Ikan lele yang dihasilkan dari budidaya kolam terpal relatif lebih bersih jika
dibandingkan dengan ikan lele hasil budidaya kolam tanah. Selain itu, biaya membuat kolam terpal
juga lebih murah dan cara nya mudah.
Kolam terpal bisa dibuat dengan menggali tanah atau tanpa menggali tanah disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan.
Setelah kolam terpal selesai dibuat dan diisi dengan air, ke dalam kolam terpal dimasukkan garam.
Garam yang dimasukkan sebanyak 200 gram tiap 1 m3 air. Setelah itu kolam terpal didiamkan 3-7
hari.
Bibit ikan lele ditebar pagi atau sore hari. Benih ikan lele dimasukkan ke dalam kolam terpal dengan
wadahnya agar benih ikan lele bisa beradaptasi dengan suhu air kolam. Setelah kurang lebih 15
menit benih ikan lele dibiarkan keluar sendiri dari wadahnya.
Pilihlah bibit ikan lele yang sehat dan berkualitas. Bibit lele yang sehat ditandai dengan gerakannya
yang terlihat aktif, tidak memiliki kelainan fisik atau cacat dan tidak mempunyai luka. Bibit lele juga
harus seragam ukurannya, seumur dan dari induk yang sama. Sebisa mungkin bibit lele berasal dari
kolam terpal atau kolam semen.
Padat tebar ikan lele di kolam terpal 100-300 ekor per meter kubik air. Untuk pemula disarankan
menggunakan padat tebar yang rendah.
Ikan lele mulai di beri makan pada hari ke-2 setelah tebar. Pakan diberikan 2 kali sehari. Pakan yang
diberikan berupa pelet yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran mulut ikan lele . Pakan diberikan
secukupnya saja. Pakan berlebih yang tersisa bisa memicu timbulnya penyakit. Ikan lele adalah ikan
yang membutuhkan pakan berkadar protein relatif tinggi. Kadar protein terbaik untuk pertumbuhan
lele adalah 35-24%
Ikan lele yang mati selama pemeliharaan harus segera dibuang agar tidak membusuh dan
menimbulkan penyakit. Air kolam terpal diganti sebagian jika kualitasnya sudah menurun. Air di
bagian dasar kolam terpal yang mengandung lumpur dibuang dengan menggunakan selang sampai
berkurang setengah atau sepertiganya. Air yang dibuang lalu diganti dengan air baru. Apabila
berjalan lancar, setelah 23 bulan ikan lele akan berukuran 8-12 ekor per kilogram dan bisa dipanen.
Sumber:
Pemilihan Induk
Induk di pilih minimum berukuran 5 cm. Induk jantan yang sudah matang kelamin warna tubuhnya
lebih cerah dibanding yang betina. Ikan betina yang siap kawin perutnya lebih gendut dan telur yang
berwarna gelap membayang di perutnya. Cara pemijahan Tempat pemijahan di isi air 25 cm, dan di
lengkapi dengan eceng gondok atau tali rafia. Ikan jantan di lepas dulu. Baru ikan betina di lepas
kemudian. Satu ikan betina mampu menghasilkan 200-500 butir telur. Bila pemijahan selesai,
pisahkan induh betina. Sedangkan ikan jantan di biarkan merawat dan menjaga telur. Telur akan
menetas setelah 36 jam, Larva akan menggantung pada sarang. 3-4 hari kemudian larva sudah bisa
berenang. Induk jantan kemudian di pindahkan.
Pemeliharaan Larva
Secara bertahap, larva akan melepaskan diri dari sarang dan berenang bebas. Selama minggu
pertama larva di beri makan infusoria sebagai makanan utamanya. Selanjutnya mulai awal minggu
kedua, mulai di perkenalkan dengan pakan yang lebih besar ukurannya yaitu rotivera, artemia, kutu
air dan cacing sutra. Setelah 4 minggu, benih bisa di panen untuk pemeliharaan selanjutnya.
Pemilihan Induk
Ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah adalah:
Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor.
Jantan: umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor. Bentuk tubuh secara keseluruhan
mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat.
Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih. Panjang kepala minimal
1/3 dari panjang badan, lensa mata tampak jernih.
Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang pangkal ekor
harus lebih panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
Betina: Badan bagian perut besar, buncit dan lembek. Gerakan lambat, pada malam hari biasanya
loncat-loncat. Jika perut istriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
Jantan: Badan tampak langsing. Gerakan lincah dan gesit. Jika perut distriping mengeluarkan cairan
sperma berwarna putih.
Pembenihan/Pemijahan
Luas kolam pemijahan 5 meter persegi dengan dasar kolam sedikit berlumpur.
Kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari. Kolam pemijahan
juga merupakan kolam penetasan. Untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di permukaan air. Setelah
proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain. Setelah benih berumur 5 hari lalu
pindahkan ke kolam pendederan.
Pemeliharaan Bibit/Pendederan Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah
telur-telur hasil pemijahan menetas dan berumur 5-7 hari. Kegiatan ini dilakukan pada kolam
pendederan yang sudah disiapkan. Kolam dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-
ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan.
Jumlah benih yang disebar mulanya=100-200 ekor/meter persegi. Setelah 1 bulan, ukuran benih
menjadi 2-3 cm, lakukan penjarangan menjadi =50-75 ekor/meter persegi. Setelah 1 bulan, ukuran
benih menjadi 3-5 cm lakukan penjarangan lagi menjadi =25-50 ekor/meter persegi. Setelah
pemeliharaan 1 bulan, ukuran benih menjadi 5-8 cm, perlu penambahan makanan berupa dedak
halus 3-5% dari jumlah bobot benih. Lakukan Penjarangan menjadi =3-5 ekor/meter persegi. Setelah
pemeliharaan 1 bulan, ukuran benih menjadi 8-12 cm sehingga perlu penambahan makanan berupa
dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih. Benih siap di besarkan sampai ukuran konsumsi.
Pembenihan
Ikan gurami banyak dikembangkan oleh petani. Selain karena permintaan pasar cukup tinggi, ikan
gurami mudah dipelihara dan harganya relatif stabil.
Ikan gurami pada dasarnya dapat memijah sepanjang tahun. Tapi produktifitasnya lebih tinggi pada
musim kemarau. Kualitas air untuk pemijahan yang baik adalah bersuhu 25-30 oC dan pH-nya
berkisar 6,5 8,0. Ketinggian air kolam 40 60 cm dengan laju pergantian air 10-15 % per hari.
Induk jantan mempunyai ciri berupa benjolan di kepala bagian atas. Selain itu, rahang bagian bawah
lebih tebal dan tidak ada bintik hitam pada kelopak sirip dada. Sedangkan induk betina bentuk
kepala bagian atasnya datar. Rahang bawahnya tipis dan ada bintik hitam pada kelopak sirip dada.
Pemijahan
Induk ditebar dengan kepadatan 1 ekor tiap 5 m2. Perbandingan jumlah jantan dan betina 1:3-4.
Induk betina dapat memproduksi 1500 sampai dengan 2500 butir telur tiap kg berat induk. Sarang
diletakkan 1-2 m dari tempat bahan sarang. Kedalaman sarang 10 -15 cm dari permukaan air. Sarang
dipasang mendatar sejajar dengan permukaan air dan menghadap ke arah tempat bahan sarang.
Bahan sarang berupa ijuk atau sabut kelapa. Tempat bahan sarang berupa anyaman kasar dari
bambu atau bahan lain dan diletakkan di permukaan air. Pembuatan sarang dapat berlangsung
selama 1 sampai dengan 2 minggu bergantung pada kondisi induk dan lingkungannya. Pemeriksaan
sarang yang sudah berisi telur dilakukan dengan cara meraba dan menggoyang sarang secara
perlahan. Dapat juga dengan menusuk sarang menggunakan lidi. Jika sarang sudah berisi, akan
keluar minyak atau telur ke permukaan air. Jika sarang sudah dipastikan berisi, sarang diangkat.
Telur lalu dipisahkan dari sarang dengan cara membukanya secara hati-hati. Telur yang baik akan
berwarna kuning bening. Sedangkan telur yang jelek berwarna kuning keruh. Telur yang jelek harus
dibuang karena tidak akan menetas.
Penetasan Telur
Telur ditebar dalam pasu atau ember hitam dengan kepadatan 4 sampai 5 butir tiap cm2. Ketinggian
air dijaga 15 20 cm dan suhu 29 30 oC. Tambahkan aerasi kecil untuk mempertahankan kandungan
oksigen terlarut. Telur akan menetas setelah 36 48 jam.
Pemeliharaan Larva
Setelah telur menetas, larva dapat terus dipelihara di tempat penetasan. Setelah 6 hari dipindahkan
ke akuarium dengan padat tebar 15 20 ekor/liter . Pakan mulai diberikan pada saat larva berumur
5 sampai dengan 6 hari. Pakan berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia. Penggantian air
hanya sudah banyak kotoran dan sisa pakan.
Pendederan
Pendederan dapat dilakukan di dalam akuarium atau kolam. dalam akuarium, perlakuannya sama
seperti halnya memelihara larva. Hanya saja perlu dilakukan penjarangan. Sedangkan jika
pendederan dilakukan di dalam kolam, sebelumnya perlu dilakukan persiapan kolam. Persiapan
tersebut meliputi pengolahan tanah dasar kolam, pengeringan, pengapuran, pemupukan, pengisian
air dan pengkondisian air kolam.
tekhnik Aquaponik
Akuaponik merupakan salah satu cara mengurangi pencemaran air yang dihasilkan oleh
budidaya ikan dan juga menjadi salah satu alternatif mengurangi jumlah pemakaian air yang dipakai
oleh sistem budidaya.
Teknologi akuaponik merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam rangka
pemecahan keterbatasan air. Disamping itu teknologi akuaponik juga mempunyai keuntungan
lainnya berupa pemasukan tambahan dari hasil tanaman yang akan memperbesar keuntungan para
peternak ikan.
Aquaponik yaitu memanfaatkan secara terus menerus air dari pemeliharaan ikan ke tanaman dan
sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan. Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air
yang optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan system re-sirkulasi. Sistem
teknologi akuaponik ini muncul sebagai jawaban atas adanya permasalahan semakin sulitnya
mendapatkan sumber air yang sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit,
akuaponik yang merupakan salah satu teknologi hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan
dengan berbagai tanaman sayuran. Beberapa hal berkaitan dengan pemeliharaan ikan agar baik
dalam teknologi akuaponik adalah sebagai berikut:
Wadah Pemeliharaan
Wadah pemeliharaan ikan prinsipnya mempunyai pembuangan air yang dapat menyedot
kotoran ikan ataupun sisa pakan yang digunakan untuk dialirkan kedalam bak filter misalnya dengan
menggunakan ember ember plastik ukuran 10-20 l atau papan kayu yang dibentuk menjadi
seperti bak saluran air yang dilapisi plastik. luasan ember sebagai filter yang digunakan adalah 25%
dari permukaan wadah pemeliharaan ikan seperti pada gambar. Sehingga air yang kotor menjadi
bersih kembali. Medianya terdiri dari : batu kerikil atau batu apung lebih dianjurkan untuk digunakan
karena jika memakai tanah maka seringkali jalannya air lebih terhambat karena tanah-tanah halus
juga ikut hanyut dan menyumbat lubang pengeluaran Sistem Resirkulasi
Secara ringkasnya dapat digambarkan sebagai berikut, air yang berasal dari wadah
pemeliharaan ikan dialirkan dengan menggunakan pompa air ke filter yang juga berfungsi sebagai
tempat untuk menanam tanaman, kemudian air yang sudah difilter tersebut dialirkan kembali
kedalam kolam ikan dialirkan secara terus menerus, sehingga amoniak yang berada di kolam akan
tersaring sampai 80 % oleh tanaman tersebut..jenis tanaman yang sudah dicoba dan berhasil cukup
baik adalah kangkung, tomat, sawi dan fetchin atau pokchai. Karena media filter tidak menggunakan
tahah maka agar tanaman dapat tumbuh baik perlu disemaikan dulu sampai bibit berumur 1-1,5
bulan baru siap dipindahkan pada system akuaponik dengan jarak tanam :
Kangkung - 10 cm
Cabai - 40 cm
Tomat - 40 cm
Terong sayur - 40 cm
Akuaponik merupakan sebuah alternatif menanam tanaman dan memelihara ikan dalam satu
wadah. Proses dimana tanaman memanfaatkan unsur hara yang berasal dari kotoran ikan yang
apabila dibiarkan di dalam kolam akan menjadi racun bagi ikanya. Lalu tanaman akan berfungsi
sebagai filter vegetasi yang akan mengurai zat racun tersebut menjadi zat yang tidak berbahaya bagi
ikan, dan suplai oksigen pada air yang digunakan untuk memelihara ikan. Dengan siklus ini akan
terjadi siklus saling menguntungkan dan bagi kita yang mengaplikasikanya tentu saja akan sangat
menguntungkan sekali, karena lahan yang dipakai tidak akan terlalu luas.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sistem budidaya ikan secara akuaponik ,
diantaranya adalah :
Bak beton, untuk wadah budidaya, ukurannya disesuaikan dengan luas area
berukuran 2 x 3 m,
Pipa, untuk jalur sirkulasi air, ukurannya disesuaikan dengan luas area yang
buah,
sebanyak 8 buah,
disesuaikan dengan ukuran bak dan keinginan, dalam sistem akuaponik ini
menggunakan 36 ember,
Benih ikan, sebagai objek budidaya, ikan yang digunakan beragam, dalam
sistem akuaponik ini menggunakan ikan mas dan ikan nila, kepadatannya
sendiri disesuaikan dengan ukuran bak, dalam sistem akuaponik ini dilakukan
Arang, sebagai media hidup tanaman dan filter air, banyaknya disesuaikan
dengan jumlah tanaman yang ditanam, dalam sistem akuaponik ini sebanyak 2
adalah :
ke kolam,
Penebaran ikan.
Ket :
1. Kolam Ikan
2. Pompa
7. Tandon