Anda di halaman 1dari 3

Budikdamber

Pada masa pandemic covid 19, budikdamber makin dicari orang terutama masyarakat di
perkotaan. Sebenarnya apakah budikdamber tersebut? Budikdamber adalah kependekan dari
budidaya ikan dalam ember. Budikdamber pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan oleh
Bapak Juli Nursandi, S.Pi, M.Si dari Politeknik negeri Lampung. Teknik budidaya ini merupakan
teknik pengembangan dari akuaponik dimana ikan dan tanaman tumbuh dalam satu tempat.
Sebelum memahami budikdamber lebih lanjut ada baiknya kita pahami dulu apa itu aquaponik.
Akuaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan  akuakultur system
budidaya ikan (akuakultur) dan tanaman (hidroponik) bersama dalam sebuah  ekosistem yang
bersifat simbiotik. Pada system ini, ekosistem yang ada diresirkulasi/saling menguntungkan
dengan menggunakan bakteri alami untuk mengubah kotoran dan sisa pakan ikan menjadi
nutrisi tanaman. Dengan demikian akuaponik adalah penggabungan system tanaman dan ikan
untuk tumbuh bersama. Dengan  menggabungkan kedua sistem tersebut, terjadi daur ulang
sehingga limbah dari  sistem akuakultur merupakan input sistem hidroponik. Pada sistem
akuaponik, limbah yang dibuang ke alam menjadi sangat minimal,sehingga boleh dikatakan
sistem akuaponik adalah sistem yang ramah lingkungan.
Dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air
dan meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan diberikan
kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan dimanfaatkan
oleh tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur. Sistem
hidroponik dan akuakultur sangat beragam bentuknya maka sistem akuaponik pun menjadi
sangat beragam dalam hal ukuran, kerumitan, dan tipe makhluk hidup yang ditumbuhkan.
Kembali ke tehnik budikamber, teknik budidaya ini merupakan teknik pengembangan dari akua
ponik dimana ikan dan tanaman tumbuh dalam satu tempat. Solusi ini didapat untuk mengatasi
masalah lahan dalam budidaya tanaman dan ikan. Budikdamber cocok untuk wilayah perkotaan
dimana lahan pekarangan pun sudah semakin sempit, kualitas dan kuantitas airnya juga sudah
semakin berkurang. System kerja dari Budikdamber ini adalah membudidayakan ikan dan
sayuran dalam satu ember yang merupakan system akuaponik (polikultur ikan dan sayuran).
Biasanya system akuaponik yang berkembang selama ini membutuhkan pompa dan filter yang
akhirnya membutuhkan listrik, lahan yang luas dan biaya yang mahal. Budikdamber kebalikan
dari hal tersebut karena selain mudah dilakukan, budikdamber menggunakan media yang kecil,
portable, hemat air dan tidak membutuhkan listrik. Jenis ikan yang dapat dikembangkan melalui
budikdamber ini adalah ikan yang tahan terhadap kadar oksigen rendah seperti lele, patin,
gabus, sepat dan gurami. Sedangkan tanaman yang dapat ditanam tergantung pada jenis
media yang digunakan, untuk media arang biasanya digunakan kangkung, sawi, pakchoi dan
genjer.
Beberapa keuntungan dari budikdamber adalah

- hemat energy, karena tidak memerlukan aliran listrik seperti yang dilakukan pada budidaya
hidroponik/aquaponik dan tidak perlu suplai oksigen maupun sirkulasi air kolam.
- Sederhana, murah dan tergolong mudah dalam pembuatannya.
- sangat hemat tempat, 1 ember bisa menampung 80 ekor lele. Dibanding kolam atau
keramba.
- Hemat waktu dalam pemeliharaan, saat menguras air, pemanenan tanaman dan ikan. Cukup
membuang air dalam ember, ikan bisa dipanen. Kangkung tinggal potong.
- lahan pekarang dapat berfungsi sebagai sebagai warung hidup yang bisa menyediakan
sayuran dan sumber protein dalam bentuk segar, sehingga kebutuhan gizi bagi keluarga
tersedia setiap saat.

Berikut ini disampaikan alat, bahan yang diperlukan dan cara pembuatan serta pemeliharaan
budikdamber :
Alat dan bahan
- Ember ukuran 80 L atau bisa lebih kecil ukuran 15 L
- Benih ikan lele/ikan nila yang tahan terhadap kualitas air.
- Benih kangkung/benih sayuran dataran rendah.
- Gelas plastik ukuran 250 ml
- Arang batok kelapa atau arang kayu.
- Kawat yang agak lentur untuk mengaitkan gelas pada ember
- Tang
- Solder

Cara pembuatan budikdamper :

- Isi ember dengan air sebanyak 60 liter diamkan selama dua hari.
- Sediakan gelas untuk tempat bibit kangkung sebanyak 10-15 buah, lubangi dengan solder
pada bagian samping dan bawah gelas.
- Untuk benih kangkung (ukuran bijinya besar) bisa ditaruh pada arang yang telah dihaluskan,
lalu tutup dengan arang lagi. Jika ukuran benihnya kecil, bisa ditaruh dalam kapas, lalu tutup
dengan arang yang telah dihaluskan.
- Jika ingin menanam kangkung yang sudah disemai terlebih dahulu, kangkung dimasukan
dengan akarnya dengan ukuran bibit kangkung sebesar kurang lebih 10 cm.
- Isikan arang batok kelapa sebanyak 50-80 % ukuran gelas.
- Potong kawat sepanjang 12 cm dan buat kait untuk pegangan gelas dalam ember.
- Isi ember dengan bibit ikan lele ukuran 5-12 cm (semakin besar semakin baik) sebanyak 60-
100 ekor diamkan selama 1-2 hari.
- Setelah itu rangkai gelas kangkung dalam ember
- Letakkan ember di tempat terkena matahari maksimal.

Untuk pemeliharaan budikdamber,

- Berikan pakan kepada ikan sesuai ukuran sekenyangnya bisa 2-3 kali dengan waktu tetap.
- Secara rutin perhatikan keadaan ember, ikan dan tanaman. Amati nafsu makan ikan setiap
hari. Apabila nafsu makan ikan menurun, air berbau busuk (NH3, H2S), ikan menggantung
(kepala di atas, ekor ke bawah) segera ganti air atau lakukan sipon (Penyedotan kotoran di
dasar ember dengan selang).
- Tanaman kangkung akan terlihat tumbuh di hari ke-3. Jangan lupa perhatikan bila ada kutu
di daun kangkung, segera buang daun atau batang karena daun kangkung akan keriting dan
mati.
- Penampakan air akan berubah menjadi warna hijau. Saat pemberian pakan, saat itu pula
tanaman kangkung perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman sebaiknya dilakukan saat pagi
dan sore hari. Penyiraman kangkung menggunakan air yang berasal dari ember.
- Penggantian air biasanya 10-14 hari sekali. Untuk penyedotan 5-8 liter, bisa lebih atau
keseluruhan bila perlu, ganti dengan air bersih. Jika kangkung membesar maka dibutuhkan
air lebih banyak, tambahkan air setinggi leher ember. Hal ini dilakukan agar air menyentuh
akar kangkung.
- Pemanenan kangkung dan ikan lele dilakukan secara terpisah. Waktu panen tanaman
kangkung pertama adalah 14-21 hari sejak tanam. Saat panen sisakan kembali bagian
bawah atau tunas kangkung untuk pertumbuhan kembali.
- Panen ke-2 dan selanjutnya berjarak 10-14 hari sekali. Panen kangkung bisa bertahan 4
bulan.
- Bila benih bagus dan pakan baik, ikan lele dapat dipanen dalam 2 bulan,. Perlu diketahui
tingkat bertahan hidup (survival) ikan lele 40-100%. Cara memanen ikan lele dilakukan
dengan diserok atau dikuras airnya.
- Ikan lele bisa berkurang karena loncat terutama saat hujan atau dimakan oleh kucing.

Anda mungkin juga menyukai