Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH HORTIKULTURA

OLEH:
KELOMPOK 2
1) Putu Devi Pradnyani (NIM.1913041002)
2) Ni Putu Yulita Ardianitari (NIM.1913041003)
3) Ni Putu Ririn Mirayanti (NIM.1913041004)
4) Made Ayu Malina Dewi (NIM.1913041005)
5) Baiq Mar’atun Sholihah (NIM.1913041008)
6) Peni Fitriani (NIM.1913041010)

KELAS 6A PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI DAN PERIKANAN KELAUTAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2022
A. Judul Project:
Rekayasa Media AHOR (Akuaponik Hortikultura) untuk Menanam Kangkung

B. Tujuan:
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media AHOR (Akuaponik Hortikultura)
terhadap pertumbuhan kangkung

C. Landasan Teori
Akuaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan
akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik (Wikipedia).
Menurut (Habiburrohman, 2018) akuaponik merupakan kombinasi sistem akuakultur dan
hidroponik yang saling menguntungkan. Akuakultur merupakan budidaya ikan,
sedangkan hidroponik dapat diartikan memberdayakan air. Dalam proses akuaponik
tanaman memanfaatkan unsur hara yang berasal dari kotoran ikan. Bakteri pengurai akan
mengubah kotoran ikan menjadi unsur nitrogen, kemudian unsur tersebut akan
dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman. Sehingga pada sistem aquaponik
terdapat simbiosis antara ikan dan tanaman. Kotoran ikan akan memberikan nutrisi
tambahan untuk tanaman, sebagai gantinya tanaman akan memberikan oksigen untuk
ikan. Adanya sinergi antara kegiatan pertanian dan budidaya ikan dalam satu proses
produksi yang saling terkait membuat aquaponik dapat mengasilkan produk pertanian dan
perikanan sekaligus.
Akuaponik sendiri terdiri dari dua bagian utama. Bagian-bagian utama tersebut
adalah bagian akuatik (air) untuk pemeliharaan hewan air dan bagian hidroponik untuk
menumbuhkan tanaman. Salah satu jenis ikan yang dapat digunakan dalam sistem
akuponik adalah ikan lele (Clarias gariepinus). Lele adalah spesies ikan yang hidup di air
tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta
memiliki ciri khas berupa kumis atau sungut yang panjang, yang mencuat dari sekitar
bagian mulutnya.
Tidak semua ikan dapat dibudidayakan dalam sistem akuaponik. Hanya ikan yang
tahan oksigen rendah yang cocok dibudidayakan, seperti ikan lele, patin, betok, gabus,
dan gurame. Lele memiliki alat pernapasan tambahan (accesory breathing organ) berupa
kulit tipis menyerupai spons, yang dengan alat pernapasan tambahan ini lele dapat hidup
pada air dengan kadar oksigen rendah. Sehingga ikan ini lebih mudah untuk bertahan
hidup. Selain itu, ikan lele merupakan ikan yang bernilai ekonomis, serta disukai oleh
masyarakat sebagai salah satu bahan makanan bergizi yang mudah dihidangkan sebagai
lauk. Kandungan gizi ikan lele sebanding dengan daging ikan lainnya. Karena itulah ikan
lele ini cocok digunakan dalam sistem akuaponik.
Dalam budidaya ikan lele pada sistem akuaponik, harus diperhatikan kualitas dan
kuantitas pakan yang akan diberikan pada ikan. Pemberian pakan harus tepat dalam
menentukan jumlah pakan, ukuran pakan, jenis pakan, dan waktu pemberian pakan.
Pemberian pakan tidak boleh berlebihan, karena akan mengakibatkan sisa pakan akan
menjadi bahan beracun dan akan merusak kulitas air serta akan mengakibatkan
pemborosan dalam penggunaan pakan. Panen ikan lele dapat dilakukan dalam 2 bulan
atau 3 bulan, jika benih bagus dan pakan baik. Pada umur ini, ikan lele biasanya memiliki
panjang tubuh sekitar 9-12 cm bahkan lebih.

Tabel 1. Pemberian pakan pada ikan lele

NO Berat badan (gr/ekor) Panjang (Cm) Konsumsi pakan/hari

1 3 – 4,5 3–5 7%

2 4,5 – 7,5 5–7 6%

3 7,5 – 12,5 7–9 5%

4 12,5 – 16,5 9 – 11 4%

5 16 – 25 12 – 15 4%

6 25 – 66 15 – 20 3%

7 66 – 100 20 – 25 3–2%

8 100 – 120 25 – 30 2%
Jenis tanaman yang sering dibudidayakan dalam akuaponik pada umumnya
berupa sayuran daun, salah satunya adalah kangkung (Ipomoea reptans Poir). Kangkung
merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan. Kangkung juga mudah dalam
perawatan karena yang terpenting, kangkung mendapatkan cukup nutrisi. Setiap wadah,
dapat diisi dengan beberapa benih kangkung. Kangkung sudah dapat dipanen dalam 21
hari, dengan panjang tanaman sekitar 20-20 cm dengan berat basah 5-12 gram/tanaman.

D. Alat dan Bahan


Alat: Bahan:
- Pisau/cutter - Kayu reng
- Gunting - Potongan bamboo
- Palu - Plastik tebal
- Tang - Botol bekas (12 buah)
- Gergaji - Gelas plastik bekas (24 buah)
- Pompa air kolam - Tali dan kawat
- Staples tembak - Paku
- Jaring ikan - Pipa (panjang 70 cm)
- Alat ukur (meteran) - Selang ukuran kecil dan sedang
- Alat tulis - Cat Pilox
- Kabel roll - Rockwool
- Solder - Bibit tanaman kangkung dan ikan lele
- Lem pipa
- Stereoform lembaran (tebal 1 cm)

E. Langkah Kerja
1. Kayu reng dipotong sesuai dengan ukuran kolam yang akan dibuat yaitu panjang 100
cm, lebar 60 cm, dan tinggi 70 cm. Khusus untuk rusuk kolam bagian belakang
dibuat lebih tinggi yaitu sepanjang 110 cm karena akan digunakan untuk bagian rak
hidroponik. Berikut ini gambaran desain kolam yang dibuat:

Gambar 1. Desain kolam lele (gambaran bentuk kolam)


2. Kayu reng dipotong kembali untuk membuat bagian rak hidroponik dengan panjang
100 cm, tinggi 20 cm, dan lebar rak bagian bawah 45 cm, sedangkan lebar rak bagian
atas 25 cm (posisi rak akan menumpuk namun rak bagian atas agak menjorok
kebelakang). Berikut ini gambaran desain rak pada kolam (ditandai dengan warna
merah).

Gambar 2. Desain kolam lele (gambaran bentuk rak)


3. Kemudian semua kayu reng dirangkai sesuai dengan desain kolam dan disatukan
dengan bantuan paku dan kawat
4. Bambu dibelah dan dipotong dengan panjang 70 cm dan lebar 5 cm. Potongan bambu
digunakan untuk melapisi bagian dinding kolam dan juga rak. Bambu dipaku di
seluruh bagian dinding kolam dan rak seperti gambar berikut ini (garis hijau
menunjukkan posisi bambu).

Gambar 3. Desain kolam lele (pemasangan bambu)


5. Rangka kolam yang sudah jadi dilapisi dengan plastik tebal pada bagian dasarnya
agar bisa diisi air. Bagian ujung plastik dilipat keluar kolam dan dirapikan dengan
bantuan staples tembak.
6. Lembaran stereoform dipasang di bagian bawah kolam sebagai alas untuk mencegah
plastik bergesekan dengan lantai yang kasar dan robek saat menampung air.

Gambar 4. Desain kolam lele (pemasangan plastik pada kolam dan alas stereoform)
7. Pipa dilubangi sebanyak 6 buah dengan menggunakan solder. Ukuran lubang
menyesuaikan dengan ukuran diameter selang kecil yang digunakan.
8. Warnai selang ukuran kecil dengan cat semprot warna hitam. Kemudian selang kecil
dipotong sepanjang kurang lebih 25 cm dan dipasang pada lubang pipa.
9. Bagian tengah pipa dipotong dan disambungkan ke mesin kolam dengan bantuan
selang yang lebih besar. Kedua ujung pipa diberi penutup dan di lem. Pipa kemudian
dipasang di bagian atas kolam (diatas rak hidroponik). Berikut ini gambaran
pemasangan pipa pada kolam.

Gambar 5. Desain kolam lele (pemasangan pipa dan mesin pompa air)
10. Kolam diisi air hingga teiri setengah dari ketinggian kolam, lalu diamkan selama
seminggu. Setelah seminggu kuras kolam dan isi lagi dengan air yang baru. Diamkan
lagi hingga seminggu. Setelah itu barulah bisa diisi dengan bibit ikan lele.
11. Botol dan gelas plastik bekas dibersihkan dari kotoran dan label yang menempel.
Bagian luar botol bekas diwarnai dengan cat semprot warna hitam. Botol kemudian
diberi lubang sebanyak 2 buah di bagian badan botol sebagai tempat untuk
memasukkan gelas plastik. Enam buah botol yang akan dipasang pada rak bagian
atas dilubangi tutupnya dan dipasangi selang kecil
12. Gelas plastik diberi lubang pada bagian bawahnya agar air dapat mengalir masuk ke
gelas. Potong rockwool sesuai ukuran gelas plastik dan pasang pada gelas plastik.
Kemudian masing-masing gelas diisi 5 batang tanaman kangkong yang sebelumnya
sudah disemai selama 2 minggu.
13. Pasang gelas plastik pada botol, kemudian pasang botol pada rak hidroponik. Satu
tingkat rak diisi 6 botol. Jadi totalnya ada 12 botol
14. Setelah semua rangkaian selesai dipasang termasuk tanaman kangkung dan bibit
ikan lele, hubungkan mesin pompa ke sumber listrik dan rangkaian akuaponik siap
digunakan.

F. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tanaman Kangkung
No. Sampel Tanaman Panjang Berat
1. Sampel 1 24,5 cm 0,6 gr
2. Sampel 2 21,5 cm 0,6 gr
3. Sampel 3 30,5 cm 0,8 gr
4. Sampel 4 27 cm 0,7 gr
5. Sampel 5 28,5 cm 0,78 gr
6. Sampel 6 29 cm 0,8 gr
7. Sampel 7 19,5 cm 0,5 gr
8. Sampel 8 26,5 cm 0,7 gr
9. Sampel 9 24,5 cm 0,6 gr
10. Sampel 10 33 cm 0,8 gr
11. Sampel 11 37 cm 1 gr
12. Sampel 12 32 cm 0,75 gr
Rata-rata 27,8 cm 0,72 gr

Tabel 2. Hasil Pengukuran Ikan Lele


No. Sampel Lele Panjang Berat
1. Lele 1 18 cm 33 gr
2. Lele 2 17 cm 25 gr
3. Lele 3 15 cm 28 gr
4. Lele 4 19 cm 56 gr
5. Lele 5 20 cm 65 gr
6. Lele 6 16 cm 42 gr
7. Lele 7 21 cm 71 gr
8. Lele 8 19 cm 51 gr
Rata-rata 18,12 cm 46,38 gr

G. Pembahasan
Akuaponik merupakan perpaduan antara akuakultur (budidaya ikan) dan
budidaya tanaman secara hidroponik dalam satu tempat. Prinsip dasar akuaponik adalah
dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan cara memanfaatkan limbah
kotoran ikan dan sisa makanan ikan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman yang
dibudidayakan (Nugroho et all., dalam Rahmadhani, et all., 2020). Pada project ini,
kami menggunakan ikan lele (Clarias sp.) dan kangkung (Ipomoea reptans Poir) untuk
akuaponiknya. Selain itu, pada project ini kami lebih memfokuskan desain dan
rangkaian sistem dimana kami mencoba membuat rangkaian akuaponik dengan bahan
yang mudah dicari seperti kayu dan bambu.
Rangkaian akuaponik yang kami buat menggunakan kayu sebagai pondasinya
dan bambu sebagai penyangganya. Rangkaian dibuat sebanyak dua tingkat. Satu tingkat
rangkaian akuaponik terdiri dari enam botol aqua yang sudah dilubangi sebelumnya,
sehingga total keseluruhan botol aqua yang kami gunakan untuk tempat kangkung
berjumlah 12 botol. Dalam botol kami menggunakan rockwall sebagai media tumbuh
bagi tanaman kangkung dimana dalam 1 botol berisi 4-5 benih tanaman kangkung yang
telah disemai sebelumnya selama kurang lebih 2 minggu. Adapun untuk kolamnya,
kami menggunakan sterefoam sebagai alas (dasar) dan wadah pelapis kolamnya
menggunakan plastik berwarna biru terang yang kuat dan tebal, untuk menghindari
sewaktu-waktu mengalami kebocoran.
Selain itu, untuk mengalirkan airnya, kami menggunakan pipa plastik bening
yang sebelumnya sudah diwarnai dengan warna hitam piloks, hal ini untuk menghindari
tumbuhnya lumut atau algae pada pipa yang bening. Selain pipa plastik, kami juga
menggunakan pipa tebal sebagai pipa utama untuk mengalirkan air yang bersumber dari
keran air. Adapun tinggi dan lebar rangkaian hidroponik yang kami buat yaitu 100 cm,
dimana tinggi rangkaian dimulai dari dasar kolam sampai rangkaian paling atas
hidroponik. Desain dan rangkaian sistem akuaponik dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 1. Desain dan rangkaian sistem akuaponik


Kangkung (Ipomoea reptans Poir) merupakan komoditas sayuran musiman
dengan permintaan pasar yang terus meningkat tiap tahunnya. Kangkung juga
merupakan sumber nutrisi tinggi dimana tiap 100 gram kangkung mengandung 30 kal,
protein 3,9 gram, lemak 0,6 gram, dan karbohidrat 4,4 gram. Kangkung juga memiliki
masa pertumbuhan dan hidup yang sangat singkat, yaitu dapat panen sekitar 40 hari
setelah tanam serta memiliki laju pertumbuhan yang tinggi. Selain itu, kangkung
memiliki kemampuan penyerapan nitrat yang relatif tinggi sehingga mampu
memanfaatkan produksi nitrat pada sistem akuaponik. Dengan demikian, komoditas
kangkung merupakan komoditas potensial yang dapat dijadikan pilihan pada sistem
akuaponik (Hasan, et all., 2017).
Pada project ini, kami akan mengukur perkembangan lele dan tanaman
kangkung yang dibudidayakan dalam media aquaponik kurang lebih selama 6 bulan.
Pelaksanaannya dimulai dari kangkung disemai terlebih dahulu kurang lebih selama 2
minggu dan dipindahkan ke dalam media tanam berupa rockwool, sekitar 4-5 benih.
Setelah itu, tanaman kangkung ditempatkan pada botol aqua secara bertingkat sesuai
dengan rangkaian akuaponik yang sudah dibuat, dan sumber nutrisi yang diberikan
pada kangkung berasal dari kotoran lele. Tanaman kangkung pada media akuaponik
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Tanaman kangkung pada media akuaponik


Setelah tiga bulan berlangsung, kangkung yang kami tanam pada media
akuaponik mati karena dimakan oleh hama yaitu ulat. Hal ini, menyebabkan kami harus
melakukan pengulangan dalam menyemai kangkung dan menumbuhkannya dalam media
akuaponik. Akhirnya, setelah 11 minggu, kangkung yang kami tumbuhkan pada media
akuaponik tumbuh dengan baik. Setelah itu, kami melakukan pengamatan dengan
mengukur pertumbuhan kangkung, dimana kami menggunakan penggaris untuk
mengukur panjang kangkung, dan neraca digital untuk mengukur berat basahnya.
Pengukuran kangkung dimulai dari ujung akar terpanjang sampai titik tumbuh yang
tertinggi. Sedangkan pengukuran berat basahnya dilakukan dengan cara menimbang
seluruh bagian tanaman (akar, batang dan daun). Hasil pengukuran dapat dilihat pada
tabel 1., dari 12 sampel yang ada didapatkan rerata panjang kangkung adalah 27,8 cm
dan berat basah kangkung adalah 0,72 gram.
Menurut Kresna, et all., (2016) kangkung sudah dapat dipanen dalam 30 hari (4
minggu) setelah ditanam, dengan panjang tanaman sekitar 20-25 cm dan berat basah 10-
15 gram/tanaman. Berdasarkan hal tersebut, rangkaian sistem akuaponik yang kami buat
tidak berhasil. Jika dilihat dari tabel 1, hasil pengukuran panjang tanaman kangkung
selama 81 hari (11 minggu) hanya mencapai 27,8 cm, sedangkan yang seharusnya adalah
55-60 cm (11 minggu). Sedangkan untuk berat basah tanaman kangkung yang
seharusnya adalah 10-15 gram/tanaman selama 4 minggu, namun kangkung dalam media
akuaponik yang kami buat hanya 0,72 gram selama 11 minggu. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman kangkung antara lain cahaya, nutrisi, dan
kebutuhan air .
Faktor penyebab tanaman kangkung pada media akuaponik kami tidak tumbuh
dengan subur, sehingga tidak mencapai panjang dan berat basah yang seharusnya,
disebabkan oleh kurangnya cahaya matahari. Hal ini, karena lokasi yang kami gunakan
teduh, dan tidak dijangkau oleh cahaya matahari. Kurangnya cahaya matahari
berpengaruh terhadap pertumbuhan morfologi tanaman kangkung karena cahaya
matahari dibutuhkan untuk proses penyatuan CO2 dan air dalam pembentukan
karbohidrat (Melandi dan Sa’diyatul, 2021).
Intensitas cahaya akan berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman, hal ini
dapat dilihat dari keadaan morfologinya. Ketika intensitas cahaya yang didapat tanaman
cukup, maka tanaman akan memiliki daun yang lebih besar, lebih tebal, dan lebih banyak
jumlahnya. Sebaliknya jika intensitas cahayanya kurang atau tidak mendapat cahaya
sama sekali menyebabkan tanaman akan kerdil atau pendek, kurus dan tidak subur.
Selain kurangnya cahaya, pada area yang kami gunakan juga terdapat hama berupa ulat
yang menyebabkan pertumbuhan kangkung menjadi lambat, kerdil dan lama kelamaan
menjadi mati. Sedangkan untuk kebutuhan nutrisi dan airnya sudah mencukupi karena,
air mengalir secara terus menerus, sehingga tidak ada masalah terhadap kebutuhan air
maupun nutrisi untuk pertumbuhan kangkung.
Kotoran ikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Produk yang dihasilkan merupakan produk organik karena hanya
menggunakan pupuk dari kotoran ikan yang telah melalui proses biologis. Pada
pembuatan aquaponik kami menggunakan ikan lele. Ikan lele (Clarias sp.) dipilih
dibandingkan jenis ikan lainnya karena pemeliharaannya yang mudah dan perawatannya
tidak terlalu rumit. Air kolam ikan lele dapat dijadikan sebagai pupuk karena
mengandung unsur yang lengkap dan dibutuhkan oleh tanaman, terutama unsur N dan P.
Unsur nitrogen dibutuhkan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis
tersebut digunakan untuk membentuk bagian tanaman, termasuk pembentukan dan
pertumbuhan daun. Air limbah dari kolam ikan lele memiliki bau yang kurang sedap,
tetapi kandungan unsur haranya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk oleh tanaman
(Echo,P.2022). Kadar hara makro air kotoran ikan lele mengandung nitrogen berkisar
0,98 - 1,67%, fosfor 1,89-3,40% dan kalium 0,10-1,03%. Mengandung C-organik 0,28-
0,98 dengan pH 7-8 (Andriyeni, Firman, Nurseha, & Zulkhasyni, 2017).
Ikan lele yang digunakan yang berumur awal 2 minggu pada kolam yang
berukuran tinggi 100 cm, panjang 70 cm dan lebar 100 cm. Tinggi air kolam lele 50 cm.
Kolam berisi 43 ekor ikan lele yang kemudian menyusut hingga menyisakan 8 ekor ikan
lele. Hal ini disebabkan oleh kondisi kolam yang sempit namun jumlah ikan yang banyak
selain itu ikan lele perlu beradaptasi dengan situasi air kolam dan perbedaan kondisi air
sehingga banyak yang mati dalam prosesnya dan menyisakan 8 ekor ikan yang tetap
hidup sampai pengukuran akhir tanaman kangkung.

Gambar 3. Pengukuran Ikan Lele


Ikan lele diberi makan 2 kali sehari 1-2 tutup botol pelet. Makanan sisa yang
tidak dimakan disaring agar tidak menimbulkan residu pada kolam. Kotoran yang
dihasilkan oleh ikan lele adalah nutrisi yang kami gunakan pada tanaman kangkung.
Berat akhir dari ikan lele setelah 83 hari (2 bulan 3 minggu) kurang lebih berkisar antara
3 gr – 120 gr per ekor dengan panjang berkisar antara 3 cm -30 cm per ekor. Kami
mengganti air pada kolam 1 kali selama proses pemeliharaan.
Lele dewasa siap panen adalah yang berusia 90 hari atau 3 bulan. Pada umur ini,
ikan lele biasanya memiliki panjang tubuh sekitar 9-12 cm (Ramadhani,N. 2021). Jika
dilihat dari ukuran panjang ikan lele sebanyak 6 dari 8 ekor ikan lele sudah dapat
dikatakan bisa di panen. Namun, Ikan lele bisa dipanen setelah mencapai ukuran 9-12
ekor per kg. Ukuran sebesar itu bisa dicapai dalam tempo 2,5-3,5 bulan dari benih
berukuran 5-7 cm. Jika dilihat dari ukuran berat ikan lele, ikan lele yang kami pelihara
belum dapat dipanen karena masih memiliki bobot yang kurang dari 1 kg per 1-9 ekor
ikan. Hal ini dapat disebabkan karena pemberian pakan yang kurang. Oleh karenanya
agar ikan lele dapat dipanen maka perlu diberikan pakan sesuai dengan bobot ikan lele
sehingga setelah 6-7 bulan ikan lele sudah bisa dipanen.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan tanaman kangkung yang ditanam dengan media AHOR (Akuaponik
Hortikultura) belum optimal karena faktor lingkungan yaitu kurangnya pencahayaan dan
hama ulat yang mengganggu pertumbuhan kangkung.
I. Daftar Pustaka
Andriyeni, Firman, Nurseha, & Zulkhasyni. (2017). Studi potensi hara makro air limbah
budidaya lele sebagai bahan baku pupuk organik. Jurnal Agroqua, 15(1),71–75.
Anonym. 2013. Panduan lengkap budidaya ikan lele. Diakses melalui
https://alamtani.com/budidaya-ikan-lele/, 30 Juni 2022.
Echo, P. 2022. Manfaat Air Limbah Kolam Lele untuk Tanaman Padi.
https://www.pertanianku.com/manfaat-air-limbah-kolam-lele-untuk-tanaman-padi/
(diakses pada 2 Juli 2022).
Hasan, Z., Y. Andriani, Y. Dhahiyat, A. Sahidin, dan M. R. Rubiansyah. 2017. Pertumbuhan
Tiga Jenis Ikan dan Kangkung Darat yang Dipelihara dengan Sistem Akuaponik.
Jurnal Ihtiologi Indonesia. 17(2), 175 – 184.
Hidayat, Taufik. 2019. “Respon Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir.) terhadap
Konsentrasi Pupuk Organik Cair Nasa”. Skripsi. Padang: Universitas Andalas.
Kresna, I. Gusti Putu Dwi Bayu, I. Made Sukerta, and I. Made Suryana. 2016. Pertumbuhan
dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Kangkung Darat (Ipomea Reptans P.) Pada
Tanah Alluvial Coklat Kelabu. Agrimeta. 6(12), 52-65.
Kusnanto, Tri., Suryani. 2018. Budidaya dan Produksi Benih Kangkung. Diakses melalui
https://www.dinastph.lampungprov.go.id/detail-post/budidaya-dan-produksi-benih-kangkung, 30 juni
2022.
Rahmadhani, Laela Endah, Laily Ilham Widuri, and Parawita Dewanti. 2020. Kualitas Mutu
Sayur Kasepak (Kangkung, Selada, dan Pakcoy) dengan Sistem Budidaya Akuaponik
dan Hidroponik. Jurnal Agroteknologi. 14(1), 33-43.
Ramadhani, N. 2021. Mulai Budidaya Ikan Lele, Beserta Cara Perhitungan Lengkapnya.
https://www.akseleran.co.id/blog/budidaya-ikan-lele/ (diakses pada 2 juli 2022).
Sastro, Yudi, 2019. Teknologi Akuaponik Mendukung Pengembangan Urban Farming.
Jakarta Selatan: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).
Sastro, Yudi. 2016. Teknologi Akuaponik Mendukung Pengembangan Urban Farming. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta. Jakarta.
Wimudi, Melandi, and Sadiyatul Fuadiyah. 2021. Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.). Prosiding Seminar Nasional
Biologi. 1(1).
J. Lampiran
Logbook kegiatan praktikum:
LOGBOOK PELAKSANAAN PROJECT MANDIRI

No Kegiatan yang Kegiatan real/Progres Waktu pelaksanaan Kehadiran Dokumentasi


direncanakan anggota
kelompok
1 Penyiapan tempat dan alat, Karena ada kendala yakni tempat yang Sabtu, 5 Maret 2022 Semua Hadir
bahan direncakan tidak bisa digunakan maka
kami melakukan survey ke beberapa
tempat yakni kos baiq dan rumah malina
yang kemudian ditetapkan tempat
pelaksanaannya di rumah lama malina
yaitu di Sambangan

2 Pembersihan tempat Pembersihan tempat dilakukan secara Selasa, 8 Maret 2022 Semua hadir
gotong royong oleh semua angota
kelompok kemudian dilakukan pengukuran
tempat untuk mempermudah penyiapan
alat dan bahan
3 Pembuatan kerangka Pembuatan kerangka kolam dilakukan di Minggu, 13 Maret 2022 Semua hadir
kolam dan mengecat botol sambangan oleh 4 orang dan pengecatan
botol menggunakan pilox dilakukan oleh 2
orang.

4 Pemasangan bambu pada Pemasangan bambu dilakukan untuk Minggu, 20 Maret 2022 Baiq Mar’atun
kerangka kolam memperkuat kerangka kolam. Sholihah (izin)
5 Menyelesaikan rangakian 1) Mengecat botol dengan pilox berwarna Minggu, 10 April 2022 Semua hadir
sistem aquaponik hitam, setelah kering botol dilubangi
sesuai ukuran gelas plastic
2) Melubangi sisi gelas plastic agar air
dapat mengalir masuk ke gelas
3) Melubangi pipa sebagi tempat air
keluar, kemudian memasangnya di
bagian atas kolam
4) Pemasangan selang pada pompa
kemudian disambung ke pipa
5) Pemasangan botol pada bagian rak
hidroponik
6) Pemasangan gelas plastik pada botol

6 Menyelesaikan rangakian 1) Mengecat sisa botol yang belum dicat Minggu, 17 April 2022 Ni Putu Yulita
sistem aquaponik 2) Melubangi tutup botol sebagai tempat Ardianitari
memasang selang-selang kecil untuk (izin)
mengalirkan air ke rak bagian bawah
hidroponik
3) Mengecat selang kecil dengan pilox
berwarna hitam, setelah kering selang
diukur sesuai kebutuhan, kemudian
dipotong dan dipasang pada lubang
pipa dan tutup botol
4) Mengisi air kolam
5) Melepaskan benih ikan lele ke dalam
kolam
7 Perawatan dan Perawatan dan pemeliharaan sistem 18 April-25 Juni 2022 Semua
pemeliharaan aquaponik dilakukan dengan sistem piket. melakukan piket
Dalam satu minggu terdapat dua orang
yang bertugas untuk mengecek dan
melaporkan kondisi sistem aquaponik,
serta memberikan makan ikan lele.
Pengecekan yang dilakukan meliputi
pengecekan kondisi tanaman kangung,
kondisi ikan lele, kondisi kolam dan sistem
aquaponik secara keseluruhan.

8 Pengecekan ikan lele Karena banyak benih ikan lele yang mati, 24 April 2022 Peni Fitriani
maka dilakukan pengecekan kondisi ikan (izin)
lele. Ikan lele yang mati dikeluarkan agar Baiq Mar’atun
tidak mengotori kolam dan mengganggu Sholihah (izin)
leel yang masih hidup.

9 Pembersihan kolam dan 1) Memindahkan ikan lele dari kolam ke Sabtu, 21 Mei 2022 Baiq Mar’atun
selang sistem aquaponik wadah yang lain Sholihah (izin)
2) Menguras air kolam
3) Melepaskan gelas plastic tanaman dari
botol, botol kemudian dibersihkan
4) Membersihkan selang-selang kecil
yang mengalirkan air
5) Memasangkan kembali selang-selang
kecil dan botol serta gelas plastic
tanaman kangkung
6) Mengisi air kolam
7) Mengembalikan ikan lele ke dalam
kolam

10 Pembersihan kolam, pipa, 1) Memindahkan ikan lele dari kolam ke Sabtu, 11 juni 2022 Ni Putu Yulita
dan selang sistem wadah yang lain Ardianitari
aquaponik 2) Menguras air kolam (izin)
3) Melepaskan gelas plastic tanaman dari
botol, gelas plastic dan botol kemudian
dibersihkan
4) Melepaskan selang penghubung pipa
dengan pompa, lalu dibersihkan
5) Melepaskan pipa di bagian atas
rangakaian hidroponik, lalu
dibersihkan
6) Membersihkan selang-selang kecil
yang mengalirkan air
7) Memasangkan kembali selang-selang
kecil dan botol serta gelas plastic
tanaman kangkung
8) Mengisi air kolam
9) Mengembalikan ikan lele ke dalam
kolam
11 Pengambilan data tanaman 1) Menguras air kolam hingga Sabtu, 25 Juni 2022 Semua hadir
kangkung dan ikan lele menyisakan sedikit untuk
mempermudah pengambilan ikan lele
2) Ikan lele ditangkap lalu dipindahkan ke
wadah lain
3) Mengukur berat dan panjang ikan lele
4) Mengukur berat dan panjang tanaman
kangkung

Link video dokumentasi:


https://youtu.be/98JV0FgPfQU

Anda mungkin juga menyukai