Anda di halaman 1dari 21

Penetasan Telur Gurami

Penetasan telur gurami sebaiknya menggunakan bak, karena dengan menggunakan bak akan
mudah dikontrol.
Pemeliharaan di bak selama 8-11 hari, atau dengan melihat melihat perubahan telur dari
warna kuning menjadi kehitam hitaman. Biasanya pada waktu ini tengah ada tanda gerakan
dan mulai lincah bergerak serta peka terhadap gerakan tangan.
Selama 8-11 hari, lakukan penggantian air di bak sebanyak 3-4 kali. Aturan penggantian air
yaitu dengan mengurangi 2/3 banyaknya air lalu ditambah lagi dengan jumlah yang sama.
Catatan :

Bak dan peralatan harus dijaga sterilnya


Air sumur, jernih, tidak berbau (persiapkan selama kurang lebih 3 hari perendaman)

Pengambilan telur yang mati dan lemak yang ditimbulkan pagi dan sore hari

Ganti air bila sudah keruh

Pendederan
1. Pindahkan telur yang telah lincah dan peka terhadap gerakan tangan ke dalam bak. Air
(kolam terpal) dengan ketinggian air kurang lebih10 cm. Beri makan dengan cacing sutra,
pilih yang paling halus dan segar (cacing baru).
2. Kontrol kondisi anak ikan, air, pakan ikan dilakukan per 2 jam selama 7 hari. Pengontrolan
yang dimaksud adalah :

Kelincahan anak ikan terjaga (tidak melemah)


Perubahan air (bau, kejenuhan) terjaga

Pakan ikan yang mati akan menimbulkan kotoran yang berlebihan

Dasar bak terpal yang mulai tumbuh lumut, segera bersihkan bila tumbuh lumut.

Sinar matahari yang bagus hanya pagi hari (06.00-10.00) menggunakan penutup dari
mulsa yang mudah diatur penyinaran matahari.

3. Setelah 7 hari pengontrolan per 2 jam, secara ketat mulai dilonggarkan waktunya, misalnya
pada waktu: pagi, siang dan malam. Untuk 10 hari kemudian kondisikan pakan, sinar
matahari waktu siang dan udara yang bagus.

4. Ketika umur ikan sudah mencapai 25-27 hari, segera dipindahkan ke dalam kolam
pendederan. Kepadatan ikan di kolam ini yaitu 1500-1750 ekor/m air.
Kesiapan kolam harus diperhatikan :

Air telah banyak mengandung plankton dengan tanda air telah berubah warna menjadi
kehijauan.
Kedalaman air kurang dari 80 cm.

Air betul betul stagnan dan jauh dari pembuangan sampah dapur.

Sinar matahari penuh sepanjang hari dan tidak tertutup terlalu lama

Pakan ikan di letakkan pada tempat yang mudah dibersihkan dan hanya10-15 di
bawah permukaan air.

Waspada hama ikan seperti larva capung, ucrit dan kumbang air, serta binatang yang
merugikan seperti kecebong karena menghabiskan paka ikan.

Ketika saya menurunkan tulisan tentang beternak ikan gurami atau gurame atau gurameh
(grameh-Jawa) banyak tanggapan yang menunjukkan ketertarikan. Pertanyaan paling banyak
adalah pengelolaan anakan yang banyak mati karena penyekit dan beberapa faktor lainnya.
Berikut ini saya turunkan lagi tulisan mengenai budidaya ikan gurami yang saya ambil dari
milis agromania sedangkan sumber gambar gurungeblog.wordpress.com dan
bibitgurami.com. Dalam tulisan ini, disinggung tentang beberapa penyakit dan hama yang
biasa menyerang ikan gurami dan penanganannya. Semoga bermanfaat.
Gurami dikenal sebagai ikan yang lambat pertumbuhannya. Untuk membesarkan benih
ukuran 2-3 cm Sampai siap konsumsi (500 g) diperlukan waktu sekitar 1,5 tahun. Wajar bila
banyak yang enggan mengusahakannya. Kini hal ltu bisa diatasi dengan menerapkan pola
budidaya secara bertahap. Pemeliharaan di kolam intensif selama 12-14 bulan Osphronemus
gouramy, itu mencapai bobot 500 g/ekor. Ini adalah beternak dengan cara segmentasi.
Dengan segmentasi ini, Beternak gurami lebih cepat, setiap tahap 3-4 bulan, ujar Azhari,
petani di Dramaga, Bogor.
Pemilik 10 petak kolam ukuran 200 m2 itu menebar berbagai ukuran. Kalau ada yang
membutuhkan, tinggal dipanen. Tak perlu dibesarkan hingga ukuran konsumsi. Untung yang
diraih per segmen budidaya pun jelas. Misalnya, benih ukuran wadah korek (4-5 cm) dibeli
seharga Rp 1.250/ekor. Jika ditebar 3.000 benih di kolam seluas 100 m2. (Maaf, ini adalah
arsip lama, jadi untuk masalah harga bisa diabaikan Om Kicau).
3 bulan berikutnya dipanen ukuran bungkus rokok (10 cm). Harganya bisa 2 kali lipat.
Dengan kematian 10% petani bisa mengantongi Rp 3 juta belum termasuk biaya pakan dan
tenaga kerja.
Pemeliharaan gurami di kolarn intensif per segmen menghemat waktu 2-4 bulan. Dengan
cara itu Perputaran modal juga cepat, tegas Julius Tirta Sendjaya petani di Parung. Selain
itu ukuran kolam budidaya tidak luas, 100-500 m2 tapi dalam jumnlah banyak. Selain kolam
pendederan. ada yang untuk pembesaran. Kesehatan ikan dapat dikontrol sehingga kegagalan
panen akibat penyakit dapat diminimkan.
TERGANTUNG
MODAL
Petani bermodal minim bisa memulai usaha dan pembenihan. Modal besar, pembesaran.
Semua segmen budidaya pun tidak masalah. Toh, jika tidak ada permintaan benih bisa
dibesarkan lagi hingga siap konsumsi.
Pembenih hanya menghasilkan benih ukuran kuku (2-3 cm). Modal yang diperlukan sepasang
induk dan wadah penetasan, seperti ember, bak fiber, atau akuarium. Perawatan larva sampai
burayak di akuarium lebih mudah. Selain kesehatannya mudah di kontrol juga bisa
diusahakan di lahan terbatas. Pembesaran pilihannya lebih banyak.

Pertama, membesarkan benih ukuran kuku hingga sebesar wadah korek (4-5cm).
Petani juga bisa memulai usaha dan benih ukuran wadah korek, lalu dibesarkan hingga
seukuran bungkus rokok (9-10cm). Atau dimulai dan benih ukuran bungkus rokok sampai
siap konsumsi.
Sebelum mulai usaha perlu mengetahui syarat-syarat gurami tumbuh dengan baik. Di
antaranya pemilihan lokasi, konstruksi kolam, benih berkualitas, dan perawatan yang benar.
SYARAT
LOKASI
Gurami termasuk ikan yang mudah dibudidayakan. Ia bisa hidup di sembarang tempat.
Meskipun demikian, pemilihan lokasi yang tepat juga perlu diperhatikan. Di lokasi
berketinggian 20-400 m dpl pertumbuhan ikan cukup baik. Namun, di dataran tinggi, 800 m
dpl pertumbuhannya agak lambat.
Lokasi budidaya harus memiliki suhu dan kualitas air sesuai kemauan gurami. Ia tumbuh baik
di daerah bersuhu 25- 28C. Meskipun demikian, ia sangat peka terhadap perubahan suhu.
Lokasi yang memiliki perbedaan suhu siang dan malam tinggi kurang baik untuk gurami.
Apalagi daerah yang suhunya seringkali berubah-ubah bisa menyebabkan ikan stres.
Kepekaan gurami terhadap suhu dapat diatasi dengan merekayasa lingkungan hidupnya.
Penyebab naiknya suhu adalah panas matahari.
Ketika cuaca panas tinggi air yang umum digunakan 70 80 cm, ditingkatkan l0-20 cm. Saat
penghujan tiba biasanya suhu dingin dan diatasi dengan menurunkan tinggi air.
Kualitas air di lokasi mendukung pertumbuhan ikan. Ia harus mengandung cukup mineral dan
zat-zat hara yang dibutuhkan.
Ketersediaan pakan alami yang cukup bisa meningkatkan kelulusan hidup benih pada tahap
awal budidaya.
Kadar oksigen tidak berpengaruhi terhadap kehidupan gurami. Ia memiliki labirin yang
berfungsi untuk mengambil udara. Angka pH air ideal 6,5- 7, kesadahan 7HD. Air dan sungai
atau irigasi teknis bisa dipakai asal tidak tercemar limbah pestisida atau sisa-sisa pembuangan
rumah tangga.
Gurami menyukai air yang bersih. Air kerub dikhawatirkan mengandung kotoran. Jika
kotoran itu bercampur sisa-sisa pakan akan terjadi pembusukan. Hal itu memicu timbulnya
bakteri, parasit, dan cacing.
Pakan gurami harus tersedia secara kontinyu di lokasi. Pelet bisa didatangkan dan daerah
lain. Namun, daun sente (Alocasia macrorrhiza), kegemaran gurami terkadang langka.
Karena kebutuhan daun-daunan itu cukup besar sebaiknya petani menanamnya di sepanjang
pematang kolam.

PERSIAPAN
KOLAM
Persiapan kolam merupakan langkah awal proses budidaya. Ada 2 cara yang bisa dilakukan,
yakni membuat kolam baru dan pengolahan tanah seusai panen. Jika membuat kolam baru,
konstruksi dibuat kuat dan kokoh. Bentuk kolam umumnya sama dengan ikan lain.
Ukurannva tergantung kemampuan modal dan luas lahan. Dinding kolam dirancang agar tak
mudah bocor atau terkikis. Kemiringannya 60 derajat dan dasar kolam.
Pematang antar kolam dibuat kuat dan lebar untuk mengantisipasi longsor. Tinggi pematang
kurang lebih 125 cm diukur dari dasar kolam. Permukaan dasar kolam dibuat agak miring.
Tujuannya untuk memudah pembuangan air dan panen. Saluran pemasukan dan pengeluaran
air pada setiap kolam dibuat terpisah. Tujuannya untuk menghindari penularan penyakit ke
kolam lain.
Kedua saluran diletakkan di kedua dinding secara diagonal atau menyilang. Pralon pvc atau
bambu umum digunakan. Jumlahnya tergantung luas kolam, ukuran 100 m2 cukup 2 saluran
air. Lubang air ditutup kasa agar kotoran tidak ikut masuk ke kolam.
Kualitas tanah yang baik menciptakan kondisi lingkungan yang layak untuk gurami. Karena
itu keasamannya harus dipertahankan. Caranya dengan menaburkan kapur sebanyak 100
g/m2 dan 200 g/m2 garam dapur.
Penanganan kolam yang sudah produksi lain lagi. Sebelum digunakan air dibuang habis lalu
dasar kolam dijemur hingga kering. Tujuannya untuk mematikan bakteri, jamur, dan cacing.
Kotoran atau sisa-sisa pakan yang menumpuk dibuang.
Setelah kering, tanah dicangkul sedalam 10-20 cm lalu dibalik dan ratakan. Lapisan atas
dianggap sudah tidak kaya hara sehingga perlu diganti yang bawah. Jemur di terik matahari
sampai kering. Untuk menjaga keasaman tanah taburkan kapur 100 g/m2 dan 200g/m2 garam
dapur.
PENGISIAN
AIR
Kolam yang sudah siap segera diisi air secara bertahap. Setelah mencapai tinggi 20 cm
saluran air ditutup. Taburkan pupuk kandang, seperti kotoran ayam (postal) sebanyak 500
g/m2. Tujuannya untuk menumbuhkan plankton. Air dibiarkan menggenang selama beberapa
hari agar terjadi proses dekomposisi atau penguraian.
Yang perlu diperhatikan kehadiran anak katak/percil, burayak mujair, atau lele yang
seringkali ikut terbawa air. Untuk mengatasinya taburkan saponin sebanyak 5-10 kg.
Alternatif lain dengan pemberian daun lampesan (Hyptis suaveolens) secukupnya.
Saponin bisa mematikan hewan-hewan berdarah merah sedang lampesan hanya memabukan.
Pesaing atau predator yang sudah mati itu dibuang agar tidak busuk.

Beberapa hari kemudian air berubah menjadi hijau tanda bibit plankton sudah ada. Masukkan
air secara bertahap hingga mencapai tinggi 60- 80 cm. Pupuk buatan, seperti SP-36 sebanyak
20 g/m2 dapat diberikan untuk mempercepat pertumbuhan pakan alami. Diamkan selama 5-7
hari sampai wama air berubah menjadi hijau segar. Saat itu benih sudah siap ditebar.
TABUR
BENIH
Pilih benih sehat untuk ditebar. Ciri benih yang baik, gerakan renangnya lincah, sisik
mengkilap, bebas penyakit, dan ukuran seragam. Benih kurang seragam menyebabkan
persaingan mendapatkan pakan dan ruang gerak. Ikan berukuran lebih besar dipastikan
tumbuh lebih cepat, sementara yang kecil tetap kuntet.
Ada beberapa jenis gurami yang sudah dikembangkan, seperti paris, safir, merah, jepang, dan
soang. Setiap jenis memiliki kelebihan masing-masing. Yang perlu diperhatikan asal benih.
Usahakan jaraknya tidak jauh dengan lokasi supaya tidak mabuk selama pengangkutan.
Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari. Saat itu cuaca redup sehingga penyesuaian
berlangsung lebih cepat dan menghindari benih stres. Secara perlahan-lahan kantung benih
dimasukkan ke air. Biarkan beberapa saat agar suhu di kantung sama dengan air kolam.
Buka kantung lalu tuang ke air. Biarkan benih berenang sendiri.
PERAWATAN
BERTAHAP
Gurami yang dipelihara dari benih ukuran 2 cm sampai siap konsumsi memerlukan waktu
lama.
Dengan segmentasi budidaya relatif lebih cepat. Tahapan itu dimulai dan pembenihan,
pendederan hingga pembesaran. Setiap segmen dilakukan di kolam terpisah dan penanganan
berbeda.
a.
Pembenihan
Pembenih hanya menyediakan benih sebesar kuku atau ukuran 2-3 cm. Modalnya sepasang
induk, kolam perkawinan. sarang telur, dan akuarium untuk penetasan sekaligus perawatan.
Induk siap kawin dimasukkan ke kolam. Sarang dan ijuk untuk melekatkan telur diletakkan di
pinggir. Keesokan han dicek, jika sudah berisi telur, angkat lalu dimasukkan ke akuarium.
Sehari kemudian telur sudah menetas.
Larva belum diberi pakan, toh, persediaan pakan di kantung telur (yolk sack) cukup selama 2
hari. Setelab cadangan makanannya mulai menipis, kutu air atau artemia diberikan. Usahakan
pemberian tidak terlambat. Larva yang terlanjur kelaparan kondisinya Iemah. Dua hari
berikutnya barulah diberi cacing rambut. Biasanya pertumbuhan ikan cepat setelah makan
cacing rambut. Dalam waktu 30 hari sejak tetas benih sudah sebesar biji oyong (1 cm).
Dengan cara ini kelulusan hidupnya mencapai 95%.

Jika menginginkan benih agak besar, perawatan di akuarium dilanjutkan kembali. Populasi
dijarangkan dengan cara memindahkan sebagian benih ke tempat lain. Pakan utama tetap
cacing
rambut.
Sistem
pemeliharaan
dengan
air
mengalir.
Setelah 1 bulan diperoleh benih ukuran kuku (1-3 cm). Benih ini bisa dipanen dan siap
ditebar ke kolam.
b.
Pendederan
Pendederan dilakukan di kolam ukuran 50-100 m2. Benih sebesar kuku ditebar dengan
kepadatan 40 ekor/m2. Contoh, ukuran kolam 100 m2 memerlukan benih sekitar 4.000 ekor.
Tinggi air 30-40 cm dengan debit air 10 liter/menit.
Seminggu atau 10 hari setelah tebar benih belum diberi pakan buatan. Di samping ukuran
mulut belum mampu menelan pelet, pakan alami yang tersedia di kolam sudah cukup. Pada
hari ke-11 pelet baru boleh diberikan. Pelet yang diberikan mengandung 50% protein.
Kebutuhan pakan per hari dihitung menurut bobot ikan, biasanya dipatok 1 %. Jumlah pakan
yang diberikan kecil, tapi frekuensinya diperbanyak. Yang umum 2-3 kali, ditingkatkan
menjadi 6 kali.
Perawatan sehari-hari selain memberi pakan, ikan selalu dikontrol kesehatannya. Benih
sebesar ini masih rentan serangan penyakit. Kualitas air yang masuk ke kolam selalu dicek.
Bila lingkungan kolam terlihat ada tanda-tanda berubah segera diberi tindakan pencegahan.
Ketika cuaca panas misalnya, suhu air akan meningkat. Sebelum ikan stres sebaiknya volume
air ditingkatkan. Sebaliknya, ketika suhu dingin di musim hujan tinggi air dikurangi. Selain
itu, pH air tak luput dan perhatian. Saat penghujan biasanya pH air turun. Kondisi seperti itu
bisa mengundang kehadiran penyakit. Untuk menstabilkannya taburkan garam secukupnya.
Sampling berat ikan setiap bulan merupakan kegiatan rutin. Dengan cara itu bisa diketahui
pertumbuhan ikan. Keseragaman ukuran sangat penting untuk menentukan jumlah pakan
yang diberikan. Karena itu perlu dilakukan sortir, ukuran yang tidak standar dipindah ke
kolam lain.
Pemeliharaan selama 45-60 hari menghasilkan benih sebesar dim/silet atau 4-5cm.
Benih bisa dipanen dan siap dijual. Bila tidak ada permintaan benih, proses budidaya
dilanjutkan lagi. Namun, kepadatan ikan dikurangi menjadi 30 ekor/m2. Pemeliharaan selama
60 hari diperoleh benih ukuran wadah korek atau 7-8 cm.
c.
Pembesaran
Tahap pembesaran dimulai dan benih sebesar korek atau ukuran 7-8 cm. Kolam pembesaran
yang digunakan berukuran 100-500 m2. Kepadatan tebar 20 ekor/m2. Contoh, untuk kolam
ukuran 500 m2 dibutuhkan benih sekitar 10.000 ekor. Tinggi air 70 cm dengan debit air yang
masuk ke kolam 15 20 liter/menit.

Pakan buatan per hari diberikan 1% dan bobot ikan. Frekuensi pemberian 2-3 kali, pukul
07.00, 11.00, dan 13.00. Pelet yang digunakan harus mengandung 25% protein. Pakan
tambahan berupa daun sente. Kebutuhan-nya per hari 10% dari bobot ikan diberikan sekali
pada sore hari, pukul 17.00.
Perawatan sehari-hari di tahap ini hampir sama dengan tahap pendederan. Benih masih relatif
rentan serangan penyakit dan mudah stres bila ada gangguan atau perubahan lingkungan
secara mendadak.
Untuk menghasilkan benih sebesar bungkus rokok atau 10-12 ekor per kilo dibutuhkan waktu
75 -100 hari. Benih sebesar itu sudah bisa dipanen dan dijual. Atau dipindah ke kolam lain
untuk dibesarkan hingga ukuran konsumsi.
Kolam pembesaran berukuran lebih besar. Ukuran kolam 500 m2 tidak masalah. Yang
penting kepadatan ikan dikurangi 10 ekor/m2. Tinggi air dinaikkan menjadi 80 cm, debit air
20 liter/menit. Pakan buatan diberikan 2 kali sehari., pukul 08.00 dan 13.00. Pelet harus
mengandung 20%protein. Pakan tambahan daun sente cukup 10% dari bobot ikan diberikan
pada sore hari, pukul 16.00.
Benih sebesar itu sudah agak tahan serangan penyakit. Namun, perlu diwaspadai kondisi
lingkungan kolam. Perawatan dan pengontrolan setiap hari dianggap perlu. Pemberian garam
secukupnya
rutin
setiap
bulan
untuk
mencegah
munculnya
penyakit.
Pembesaran ini memerlukan waktu 90-100 hari untuk mendapatkan ikan ukuran konsumsi,
500 g/ekor.
Ikan sebesar itu bisa dipanen dan siap dijual ke pasar atau restoran. Bila belum ada order,
ikan tetap dipelihara di kolam. Namun, pemberian pakan tidak terlalu intensif. Pelet bisa
diberikan sekali pada pagi hari, sore daun sente. Ini dilakukan agar pengeluaran tidak
mcmbengkak.
PENYAKIT
GURAMI
Penyakit merupakan masalah utama budidaya gurami. Kehadirannya perlu diwaspadai, sebab
serangannya bisa menyebabkan kematian sehingga gagal panen. Penyebab yang kerap
dijumpai seperti bakteri, jamur, parasit, dan cacing.
Mereka muncul akibat lingkungan kolam yang kotor. Karena itu periu dicermati kepadatan
tebar kualitas air dan pakan berlebihan. Berikut beberapa penyakit yang kerap ditemui di
kolam.
Kutu
ikan
Penyakit ini disebabkan parasit Argulus indicus. Serangannya dengan cara menempel lalu
menggigit tubuh. Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan. Penularan ke ikan lain

melalui air atau kontak langsung. Parasit ini muncul pada kolam-kolam yang kualitas airnya
buruk.
Cara pengendalian dengan mengeringkan kolam seusai panen sehingga telur-telurnya mati.
Ikan yang sudah terserang diobati. Caranya dengan menaburkan garam sebanyak 10-15
kg/m3 ke kolam.
Usahakan saat pengobatan saluran masuk ditutup, air diturunkan 10-20 cm. Sehari kemudian
air bisa ditambahkan. Atau ikan sakit direndam air yang sudah dibubuhi garam sebanyak 1015 gr/l selama 15 menit.
Cacing
ikan
Penyebabnya parasit Dactylogyrus dan Gyrodactylus. Kualitas air yang buruk, kurang pakan,
kepadatan tinggi. dan perubahan lingkungan mendadak memicu munculnya keluarga cacing
itu.
Gejala awal ditandai nafsu makan ikan menurun, sering muncul di permukaan air, dan
terkadang berbaring dengan insang terbuka. Dactylogyrus lebih menyukai insang
Gyrodactylus menyerang bagian badan dan sirip.
Cara penanggulangannya dengan mengganti air dalam jumlah besar. Taburkan garam dapur
40 g/m3 ke kolam, lalu tutup saluran air selama 24 jam. Ikan sakit direndam kelarutan garam
dapur sebanyak 40 mg/l air.
Mata
BELO
Gejala penyakit ini ditandai mata membengkak dan menonjol keluar dan kelopaknya. Ikan
yang terserang akan buta. Lama-kelamaan kondisi tubuh lemah dan akhirnya mati. Penyebab
penyakit ini diduga karena virus/cacing. Serangan awal ditandai kondisi ikan lemah, nafsu
makan kurang, dan sering muncul ke permukaan. Saat itu bisa dilakukan pengobatan dengan
cara menaburkan garam 1 kg/m3. Saluran air dihentikan selama 24 jam. Keesokan harinya
baru diganti total.
Cara lain dengan memberikan antibiotik yang dicampur dengan pakan. Selama pengobatan
air bisa diganti total. Biasanya pengobatan itu hanya menyelamatkan ikan yang masih sehat.
Ikan yang sudah mati diambil lalu dibakar.
Jamur
Gejala awal serangan ditandai benang-benang halus mirip kapas menempel pada tubuh yang
terluka.
Penyebabnya jamur Saprolegnia dan Achyla. Dalam waktu relatif cepat jamur ini menyebar
keseluruh ikan di kolam. Jamur ini tidak menimbulkan kematian, tapi kondisi ikan lemah,

nafsu makan kurang. dan akhirnya kurus. Lemahnya daya tahan tubuh membuka peluang
kehadiran penyakit lain.
Cara penanggulannya dengan memberi garam sebanyak 400 mg/m3. Pada saat pengobatan
saluran air dihentikan. Perlakuan itu diulang 3 kali secara berurutan dan dilanjutkan setiap
bulan. Ikan yang sakit direndam dalam larutan garam 20 mg/l air atau malachyte oxalate 1
mg/l atau dosis 0.1 0,5 mg/l selama 12-24 jam. Alternatif lain dengan merendam ikan ke
larutan formalin 200 ppm selama 2jam.
Bakteri
Penyebabnya Aeromonas sp dan Pseudomonas sp. Bakteri ini sering dijumpai pada kolam
yang tercemar bahan organik. Keduanya seringkali ditemui di musim kemarau atau
menjelang penghujan. Air kolam kurang baik atau perbedaan suhu siang dan malam hari juga
berperan munculnya penyakit ini.
Gejala klinis dicirikan luka di tubuh dan berdarah, perut membesar, lendir mencair, sisik
mengelupas, dan timbul borok. Dalam waktu singkat kondisi ikan lemah. sering muncul ke
permukaan, lalu mati. Serangan penyakit ini perlu diwaspadai sebab tak jarang berakibat
kematian massal.
Cara penanggulangannya dengan merendam ikan sakit ke larutan oxytetracycline 2 5 mg/l air
selama 24 jam. Perlakuan itu diulang 3 kali secara berurutan. Ikan yang terinfeksi bisa
direndam larutan malachite green oxalat 0,5 mg/l selama 1 jam. Satu bulan kemudian ikan
diberi pakan yang mengandung oxytetracycline 60 mg/kg pakan selama 7 hari berturut-turut.
Bercak
putih
Parasit Ichthyophthyrius sp merupakan penyebab penyakit ini. Ia menyerang kulit ikan dan
menimbulkan bercak-bercak putih. Gejala klinis ditandai bercak putih menyebar di tubuh,
warna sisik pucat. ikan sering menggosokkan badan dan tampak megap-megap seolah
kekurangan oksigen. Ikan yang terserang direndam dengan larutan formalin 25 mg/l ditambah
malachite green oxalat 0,2 mg/l selama 24 jam.
PANEN
Panen merupakan akhir kegiatan budidaya. Keberhasilan usaha dapat diketahui dari jumlah
tonase atau pertumbuhan selama periode waktu tertentu. Ada 2 cara panen, yaitu benih dan
ukuran konsumsi.
Panen benih dilakukan dengan cara menurunkan air sampai ketinggian tertentu. Aliran air
diperkecil sampai tersisa di kowen (lubang kecil di sudut kolam). Di atas kowen diberi
dedaunan, seperti daun pepaya talas, atau pisang agar benih merasa aman dan nyaman. Benih
yang sudah terkumpul ditangkap dengan saringan atau jaring mesh size kecil. Satu per satu
benih dimasukkan ke ember. Kemudian angkut ke tempat penampungan sementara berupa
hapa yang dipasang di kolam atau saluran air.

Seleksi ukuran dan kesehatan ikan, lalu pindahkan ke wadah lain. Sebelum dikirim ke tempat
tujuan
sebaiknya
benih
dibera
atau
dipuasakan
selama
1
hari.
Panen ukuran konsumsi sebaiknya menggunakan jaring. Cara ini lebih mudah dan ikan tidak
rusak. Selama proses pemanenan kolam tidak perlu dikeringkan. Air kolam cukup dikurangi
sesuai tinggi jaring.
Jaring direntangkan dan ujung kolam dan ditarik secara perlahan-lahan. Prinsipnya untuk
memperkecil ruang gerak ikan sampai terkumpul di saiah satu sisi kolam. Masukkan
beberapa lembar daun pisang kering atau talas agar ikan merasa nyaman. Kemudian satu per
satu ikan ditangkap dengan hati-hati, lalu dimasukkan ke wadah penampungan. Sebelum
diangkut ikan sebaiknya dipuasakan selama 1- 2 hari.
PASCA
PANEN
Pengangkutan gurami harus hati-hati. Tak jarang kasus ikan mati di tempat tujuan akibat
salah angkut, seperti kepadatan tinggi dan dilakukan secara mendadak tanpa ada proses
penyesuaian. Yang perlu diperhatikan selama pengangkutan kondisi ikan harus segar.
Pengangkutan benih sampai ukuran 5 cm masih memerlukan oksigen. Sebab, alat pernafasan
tambahan (labirin) belum terbentuk sempurna.
Kepadatan benih disesuaikan ukuran dan lokasi pengiriman. Untuk pengiriman jarak dekat
(25 km) atau selama 1 jam, jumlah benih bisa diperbanyak. Lain hal bila lokasi tujuan
relatifjauh (100 km) sebaiknya benih tidak terlalu padat. Masalah akan timbul jika gurami
ukuran konsumsi yang diangkut terlalu padat. Duri sirip atau tutup insang akan saling
melukai sehingga ikan menjadi stres, lalu mati.
Untuk mengurangi stres gerakan ikan diupayakan seminimal mungkin. Caranya dengan
menurunkan suhu air atau obat bius, seperti phenoxyethanol, dosis 0,15 mg/l air. Gurami
dengan bobot 500-600 gr dapat diangkut dengan kepadatan 15 ekor/ 10 liter air selama 6 jam.
Cara tradisional dengan wadah terbuka seperti jirigen, atau drum khusus yang diletakkan
mendatar. Tinggi air mencapai 10-15 cm sehingga ikan bisa menghirup udara. Pengangkutan
dapat dilakukan dengan kepadatan tinggi 1 ekor/liter air. (Sumber: Milis Agromania).

Kegiatan pendederan meliputi pemeliharaan benih berukuran 10 15 g/ekor sampai ukuran


150 gram/ekor. Bobot gurami sebesar ini biasanya dicapai saat benih berumur enam bulan
dari penetasan telur. Ada juga pendederan yang dimulai dari ukuran yang lebih besar, yakni
15-30 g/ekor, tetapi ada juga yang mendederkan atau memelihara benih gurame dari larva
atau ketika seukuran biji oyong.

Pendederan Ikan Gurame Berjenjang


Pendederan berjenjang adalah pendederan yang dilakukan di tempat terbuka seperti di rawa
atau kolam pendederan. Cara pendederan ini banyak dilakukan oleh para petani gurami di
Ciamis, Jawa Barat. Pendederan berjenjang memiliki keunggulan, terutama gurami menjadi
cepat besar sehingga dapat segera dimasukkan ke dalam kolam pembesaran. Pendederan
berjenjang dilakukan pada benih ukuran 10 15 g/ekor. yang dalam waktu singkat dapat
dipanen dengan bobot 150 g/ekor. Berikut ketentuan dalam melakukan pendederan sistem
berjenjang.
Pendederan I dilakukan ketika ketika gurami berbobot 10 15 g/ekor, berikut ketentuanketentuannya:

padat tebar 100 ekor/m2


ukuran benih 1 cm

pakan 20% berat badan

pemberian pakan 2 kali/hari

waktu pemeliharaan 20 hari

Pendederan II dilakukan ketika gurame berbobot 15 30 g/ekor, berikut ketentuanketentuannya:

padat tebar 80 ekor/m2


ukuran benih 2 cm

pakan 20% berat badan

pemberian pakan 2 kali/hari

waktu pemeliharaan 30 hari

Pendederan III dilakukan ketika gurami mencapai bobot 30 50 g/ekor, berikut ketentuanketentuannya:

padat tebar 60 ekor/m2


ukuran benih 4 cm

pakan 10% berat badan

pemberian pakan 3 kali/hari

waktu pemeliharaan 40 hari

Pendederan IV dilakukan ketika gurame sudah berbobot 150 g/ekor, berikut ketentuanketentuannya:

padat tebar 45 ekor/m2


ukuran benih 6 cm

pakan 5% berat badan

pemberian pakan 3 kali/hari

waktu pemeliharaan 40 hari

a. Persiapan Kolam Pendederan Gurame


Luas kolam pendederan yang dipakai 50-100 meter persegi. Kolam pendederan harus
dikeringkan terlebih dulu hingga muncul retakan-retakan tanah. Setelah itu, kolam dipupuk
dengan kotoran ayam sebanyak 300 g/m2 ditambah TSP dan urea masing-masing 8-10 g/m2.
Selain dipupuk, kolam juga ditebari kapur sebnyak 25 g/m2. Pupuk dan kapur tersebut
ditebarkan merata ke dasar kolam terutama di bagian pemasukan air. Kemudian kolam diisi
dengan air dengan ketinggian 60-80 cm. biarkan selama lima hari, kemudian ketinggian air
dapat ditambah hingga mencapai 1 m.

b. Penebaran Benih
Setelah kolam siap, benih ditebar pada pagi atau sore hari untuk mencegah stres. Sebelum
ditebar, benih diadaptasikan terlebih dulu dengan air kolam. Caranya, biarkan wadah
mengapung di permukaan air kolam sehingga terjadi penyesuaian suhu. Setelah itu, buka
wadah agar benih keluar dengan sendirinya dan maberksuk ke kolam. Langkah adaptasi ini
perlu dilakukan agar gurami tidak stres ketika masuk kolam baru.

c. Pemberian Pakan
Pemberian pakan disesuaikan dengan ukuran atau umur benih. Ikan gurami di pendederan
dapat diberi pakan berupa tepung dan pelet terapung yang jumlahnya tergantung pada
besarnya benih. Misalnya bobot benih 10 g dapat diberikan pakan tepung berkadar protein
36%, sedangkan benih 10-50 g diberi pakan pelet dengan diameter 2 mm yang berkdar
protein 26%. Jika bobot ikan lebih dari 50 g diberi pelet berdiameter 3 mm dengan kadar
protein 26%. Jumlah dan frekuensi pemberian pakan disesuaikan dengan ukuran benih.
Misalnya untuk benih gurami ukuran kecil di bawah 50 g/ekor diberi pakan 4% dari bobot

badannya, dengan frekuensi 4 kali sehari. Gurami ukuran di atas 50 g/ekor diberi pakan 3%
dari bobot badannya, dengan frekuensi 3 kali sehari.
Pemberian pakan pada gurame di kolam pendederan.

Umur 0 14 hari : Jenis pakan yang disukai berupa pakan cadangan


yang dibawa sejak keluar dari telur ditambah suspensi pakan berupa
kuning telur ayam yang telah direbus kemudian dicairkan.
Umur 15 45 hari : Jenis pakan yang disukai berupa rayap ulat, telur
semut, dedak atau tepung halus.

Umur 46 100 hari : Jenis pakan yang disukai berupa tumbuhan yang
dihaluskan, seperti paku airdan azzola, bungkil, dan dedak atau tepung.

Umur 3,5 8 bulan : Jenis pakan yang disukai berupa daun tumbuhan,
kangkung, sente, singkong, genjer ditambah pelet.

d. Pemanenan Gurame
Pemanenan gurame dilakukan setelah benih dipelihara selama satu bulan untuk setiap
tahapan. Pemanenan benih dilakukan menggunakan jaring halus dan harus dilakukan hati-hati
supaya tidak terjadi luka yang nantinya dapat menyebabkan penyakit. Dengan perlakuan yang
hati-hati dan pemeliharaan yang telaten, tingkat kelangsungan hidup benih gurami dapat
mencapai 90%.
Pada kolam yang luas, air mulai dikuras sehari sebelum pemungutan benih. Pengangkatan
benih dilakukan keesokan harinya, sebelum pukul 09.00. Hal ini dimaksudkan agar gurami
tidak stres akibat udara yang terlalu panas pada siang hari. Pemanenan benih dilakukan
dengan tangguk atau seser.
Benih gurami yang akan diangkut ke tempat yang jauh harus dimasukkan terlebih dahulu ke
dalam kolam pemberokan untuk mengurangi kotoran yang terkandung di tubuh benih.
Selama pemberokan benih boleh diberi makanan seperti kangkung, azolla, dan daun talas
dengan jumlah 1/3 dari pemberian pakan biasanya. Lamanya pemberokan tergantung pada
besarnya benih, tetapi pada umumnya setelah tiga hari semua kotoran (feses) benih keluar
seluruhnya.
Pengangkutan untuk benih yang masih kecil dilakukan dengan menggunakan kantong plastik
yang diberi air dan oksigen. Unuk menjaga agar suhu air tidak mudah berubah, kantong
plastik berisi benih tersebut dimasukkan lagi ke dalam kotak karton atau kotak styrofoam
yang tebal.

Untuk melakukan pengangkutan, air yang digunakan diberi oksigen murni per 10 liternya.
Dengan air sebanyak ini, benih dapat bertahan hidup selama 10 jam pengangkutan tanpa ada
yang mati, asalkan benih memang sehat saat dipanen.
Adapun kapasitas pengangkutan benih per 10 liter air adalah sebagai berikut.

Ukuran ikan 3 5 cm : 5.000 ekor


Ukuran ikan 5 8 cm : 3.000 ekor

Ukuran ikan 8 12 cm : 1.000 ekor

Ketika sampai di tempat tujuan, benih tidak boleh langsung ditebar ke kolam arena akan mati
saat mengalami perubahan suhu yang mendadak. kantong benih sebaiknya diletakkan duu di
air kolam selama 15 menit agar benih dapat beradaptasi. Setelah itu kantong dibuka, lalu diisi
air kolam dan biarkan beberapa saat. Jika sudah terlihat beradaptasi, barulah benih ditebar ke
kolam.

Pendederan di Jaring Apung

Pendederan
Lama pemeliharaan benih tergantung pada target yang dikehendaki. Benih
berumur 40 hari dapat mencapai ukuran 1-2 cm (setara ukuran kuku di
masyarakat), benih berumur 80 hari dapat mencapai ukuran 2-4 cm (setara
ukuran jempol), benih berumur 120 hari dapat mencapai ukuran 4-6 cm (setara
ukuran silet), dan benih berumur 160 hari dapat mencapai ukuran 6-8 cm (setara
ukuran bungkus korek).
Pendederan dilaksanakan setelah larva berumur 12 hari. Perawatan yang
dilakukan selama pendederan di bak atau akuarium antara lain pergantian air,
penyiponan, pengambilan benih yang mati, serta pemberian obat.
Pergantian air dilakukan dengan menambah volume air dari ketinggian 21 cm
menjadi 30 cm atau sekitar 40%. Selama pemasukan air, penyiponan dilakukan
memakai selang air untuk membuang sisa makanan dan Feases benih yang ada
dalam bak atau akuarium. Pergantian air dianggap selesai setelah air kelihatan
jernih.
Pakan yang diberikan pada benih berupa daphnia sp. yang berukuran kecil
dengan frekuensi pemberian 2 kali dalam 24 jam. Daphnia sp. dibiarkan agar
tetap hidup Karena ikan gurame lebih cenderung suka mengejar makanannya.
Setelah berumur 22 hari, benih dipanen dari hapa / akuarium untuk ditempatkan
di kolam pendederan. Sebelum digunakan, kolam dipupuk memakai pupuk
kandang sebanyak 10 kg satu minggu sebelumnya. Tujuan pemupukan adalah
untuk menumbuhkan pakan alami. Setelah 4-5 hari air kolam dipupuk, perairan
kolam akan dipenuhi diatome sehingga perairan terlihat berwarna kecoklatan.
Selain pakan alami, pakan buatan yang diberikan berupa pellet. Cara
pemberiannya dengan menghaluskan pellet tersebut memakai blender. Hal itu
dilakukan agar pakan dapat termakan oleh benih, karena sisa pakan yang tidak
termakan akan mencemari perairan kolam. Frekuensi pemberian pakan sebanyak
dua kali dalam satu hari, yaitu pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB.
6.

1.
2.
3.
4.

Hama dan Penyakit


Faktor utama terjadinya hama penyakit pada ikan secara tidak langsung adalah
pada kolam itu sendiri. Kolam yang akan dengan mudah dijangkiti penyakit
adalah kolam yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Kolam yang banyak mengandung bahan-bahan organik yang berupa sampah
domestik, sisa-sisa pemupukan dan pakan tambahan yang tertimbun di dasar
kolam.
Pengairan kolam yang tidak lancar
Suhu yang terlalu tinggi
Penebaran ikan yang terlalu padat

Penyakit yang menyerang benih ikan gurame adalah ektoparasit jamur jenis
Saprolegnia sp, parasit tersebut merupakan penyakit sekunder pada benih.
Penyebab kematian diindikasikan karena pengaruh nonparasit. Gejala tersebut
tampak pada perilaku benih yang selalu berenang ke permukaan kolam dan
adanya benang-benang yang berwarna krem dan bergumpal menyerupai kapas
pada tubuhnya, karena gumpalan tersebut diperkirakan benih mengalami
gangguan saluran pernafasan.
Kondisi tersebut mengakibatkan daya tahan tubuh benih lemah sehingga
ektoparasit ikan lebih mudah menempel pada daerah tubuh tertentu dan akan
menjadi sumber infeksi penyakit. Dalam budidaya ikan, penambahan vitamin C
dalam diet dapat meningkatkan daya tahan toleransi terhadap kontaminasi
lingkungan, stress dan peningkatan daya tahan tubuh terhadap patogen. Dalam
keadaan stress, kesehatan benih akan mudah terganggu akibat nafsu makan
menurun dan akhirnya pertumbuhan terlambat bahkan mengalami kematian.
Penanggulangan benih yang terserang parasit tersebut memakai bahan alami,
seperti kunyit dalam bentuk serbuk. Sedangkan pengobatan yang dilakukan
adalah dengan menggunakan oxcytetraclin sebanyak 55 ppm selama satu kali
dalam dua hari.

7. Pakan Ikan Gurame


1. Pakan alami hewani : Daphnia sp, Rotifera, Infusoria, Kutu Air, Artemia, Jentik
Nyamuk, Cacing sutera
2. Pakan alami nabati : daun dan batang sente, daun talas/lompong/bolang, daun
emprak, daun solempat, daun badur, daun pepaya kuning / kering, kecambah
kacang hijau / kedelai, daun kangkung, daun sawi, daun kol, daun ubi jalar, dll
3. Pakan buatan : Pelet, Emulsi, Suspensi, Roti Kukus
4. Cara Pemberian Pakan Benih Ikan Gurame :
- Umur 0 12 hari : tidak diberi pakan
- Umur 13 30 hari : Pakan alami hewani
- Umur 1 bulan
: Pakan alami hewani, pellet halus
- Umur 2 bulan
: Pakan alami hewani, pellet halus
- Umur 3 bulan
: Pakan alami hewani, pellet halus
- Umur 4 bulan
: Pakan alami hewani, pellet kecil
- Umur 5 bulan
: pellet besar, daun-daunan
8.

Pengeringan Kolam
Pengeringan kolam dilakukan dengan membuka pintu air keluar dan menutup
pintu air masuk. Pengeringan dilakukan kurang lebih 3 hari atau ketika dasar
kolam terlihat retak-retak. Tujuan pengeringan kolam ini adalah untuk
mematikan bibit penyakit atau hama ikan kecil yang masuk secara tidak sengaja
melalui pintu masuk dan nantinya akan mengganggu dalam proses pemijahan
dan juga sebagai kompetitor dalam memperoleh makanan, serta untuk
memberikan rangsangan alami bagi induk-induk yang sedang matang gonad.

Bau yang muncul dari pengeringan tersebut terbukti mampu sebagai


perangsang terutama pada ikan yang dipijahkan dengan memanipulasi
lingkungan.
9.

Perbaikan Kolam
Perbaikan kolam dilakukan dengan cara memperbaiki pematang yang bocor
dengan jalan menambalnya. Tindakan ini sekaligus berfungsi untuk
memusnahkan sarang hama yang terdapat disekitar pematang. Saluran air juga
harus diperhatikan pada saat perbaikan kolam. Di dalam pengaliran kolam
terdapat saluran-saluran yang berfungsi untuk mengalirkan air (inlet) yang
tentunya terdapat penyumbatan yang disebabkan oleh sampah baik itu plastik
maupun rumput, yang akan menyebabkan air yang mengalir tidak lancar atau
terjadi penyumbatan total. Perbaikan kolam ini meliputi penggantian pemancang
/ tiang yang telah rusak, para-para / sarigsig, pergantian sosog / wadah serta
ikatan wadah pada pemancang. Perbaikan ini bertujuan supaya pada saat
pengisian air, wadah (tempat sarang) tidak hanyut atau mengapung, selain itu
juga memudahkan pengontrolan telur (sarang) nantinya.

10. Pengapuran
Pengapuran dilakukan pada saat kolam masih kering, dengan cara menebarkan
kapur ke dasar dan dinding kolam. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikan PH
tanah dan air, mendukung kegiatan bakteri pengurai bahan organik sehingga
garam dan zat hara terbebas, mengendapkan koloid yang melayang-layang
dalam air kolam, selain itu juga untuk membunuh ikan-ikan kecil dan crustacea.
Perairan yang terlalu asam dapat menyerap fosfat yang merupakan nutrien
penting sebagai bahan penyubur perairan sehingga kesuburan kolam akan
terganggu.
11. Pemupukan
Setelah beberapa hari dari pengapuran dilakukan pemupukan yang berfungsi untuk
menambah unsur hara yang nantinya akan menumbuhkan plankton sebagai pakan
alami. Pemupukan dilakukan setelah kolam dialiri air terlebih dahulu. Ketinggian air
pada saat pemupukan sekitar 40 cm. Setelah kolam dialiri air barulah pemupukan
dilakukan, tujuannya untuk menghindari polusi udara di sekitar kolam yang di
sebabkan oleh bau dari pupuk tersebut. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
kandang, Karena pupuk tersebut lebih ekonomis dan tahan lama di perairan (tidak
mudah terbawa arus) sehingga memungkinkan kesuburan perairan yang lebih stabil.
Selain itu juga pupuk kandang
(organik) akan mengalami penguraian yang
menghasilkan unsur anorganik. Pemupukan dilakukan dengan cara ditebarkan kolam

dengan dosis pemberian 500 g/m2. Penyediaan pakan alami bagi larva, benih, dan
induk merupakan faktor penentu untuk keberhasilan pengembangan budidaya ikan.
Pemupukan kolam dilakukan dengan cara menaruh karung yang berisi pupuk
kandang. Bagian bawah kemudian dibuka dan bagian atasnya ditarik perlahan
mengelilingi kolam agar pupuk tersebar merata atau ditebar secara langsung.
12. Analisa Usaha
Analisa Usaha Pemijahan Ikan Gurame Skala Kecil ;
A. Modal yang dibutuhkan :
1. Lahan dan Perlengkapan :
- Sewa lahan (12 bulan) 200 m x Rp.1.500
Rp. 300.000
Kolam induk 15 m, saung penetasan 30 m,
kolam pendederan 50 m, Kolam pemijahan 80 m,
kebun sente 25 m
- Alat / Perlengkapan
Rp. 311.500
2 buah Sarigsig bambu
Rp.
10.000
2 buah Sosog bambu
Rp.
10.000

2 Bambu untuk tiang sarigsig

Rp.

10.000

Karung Plastik/Sabut Kelapa

Rp.

10.000

5 buah Bak plastik @ 12.000

Rp.

60.000

1 buah Ember plastik

Rp.

5.000

1 Saringan teh

1.500

Paralon saluran keluar masuk air

Rp.

3 buah Hapa halus @ 50.000

Rp.

150.000

3 buah Seser halus @ 5.000

Rp.

15.000

Rp.

40.000

- Saung penetasan telur gurame 2 m x 3 m x Rp. 35.000 Rp. 210.000

Jumlah Biaya I
821.500
2. Biaya Produksi
- 10 Ekor Induk Gurame x @ 75.000
Rp. 750.000
- Pakan alami 2 Lbr daun sente x 10 x Rp. 50 x 365 hari Rp. 365.000
- Pakan Toko Dedak + Kuning telur
(dengan perbandingan 1 : 1 ) x @ Rp. 2000 x 4 priode Rp.
8.000
- Pakan Larva (Kuning Telur/Cacing Sutra/Indofeed)
Rp. 9.000 x 12 bulan
Rp. 108.000

Rp.

- Pakan (pellet) induk gurame Rp. 2.000 x 365 hari


Upah Pengolahan lahan 7 hari x Rp. 30.000
- Upah Kerja Rp.20.000 x 12 bulan (2 paket)

Rp. 730.000
Rp. 210.000
Rp. 240.000
Jumlah

Biaya II

Rp. 2.406.000

B.
Hasil
1. Kemampuan indukan gurame bertelur mencapai 1.500 - 4000 butir telur.
2. Jika 1 indukan betina mampu bertelur rata-rata 2.500 butir dan dalam 1 tahun
masing-masing bertelur 4 kali, maka untuk 8 ekor indukan betina menghasilkan
telur 80.000 butir telur
3. Taruhlah tingkat kematiannya (mortalitas) 30 % dari mengangkat telur sampe
benih ukuran biji kwaci, maka yang dipanen adalah 56.000 ekor
4. Jika harga benih umur 1 bulan (sebesar biji kwaci) Rp. 100 /ekor, maka
penghasilan yang didapat Rp. 5.600.000-,C.

Keuntungan
Rp.
Rp.

5.600.000
3.227.500

Rp.

2.372.500

Rp. 2.372.500 : 12 Bulan = Rp. 197.708 pendapatan per bulan.

Anda mungkin juga menyukai