Anda di halaman 1dari 15

Persiapan kolam ikan gurami

SYARAT LOKASI
Gurami termasuk ikan yang mudah dibudidayakan. Ia bisa hidup di
sembarang tempat. Meskipun demikian, pemilihan lokasi yang tepat
juga perlu diperhatikan. Di lokasi berketinggian 20-400 m dpl
pertumbuhan ikan cukup baik. Namun, di dataran tinggi, 800 m dpl
pertumbuhannya agak lambat.

Lokasi budidaya harus memiliki suhu dan kualitas air sesuai kemauan
gurami. Ia tumbuh baik di daerah bersuhu 25- 28C. Meskipun demikian,
ia sangat peka terhadap perubahan suhu. Lokasi yang memiliki
perbedaan suhu siang dan malam tinggi kurang baik untuk gurami.
Apalagi daerah yang suhunya seringkali berubah-ubah bisa menyebabkan
ikan stres.

Kepekaan gurami terhadap suhu dapat diatasi dengan merekayasa


lingkungan hidupnya. Penyebab naiknya suhu adalah panas matahari.

Ketika cuaca panas tinggi air yang umum digunakan 70 80 cm,


ditingkatkan l0-20 cm. Saat penghujan tiba biasanya suhu dingin dan
diatasi dengan menurunkan tinggi air.

Kualitas air di lokasi mendukung pertumbuhan ikan. Ia harus


mengandung cukup mineral dan zat-zat hara yang dibutuhkan.

Ketersediaan pakan alami yang cukup bisa meningkatkan kelulusan


hidup benih pada tahap awal budidaya.

Kadar oksigen tidak berpengaruhi terhadap kehidupan gurami. Ia


memiliki labirin yang berfungsi untuk mengambil udara. Angka pH air
ideal 6,5- 7, kesadahan 7HD.

Air dan sungai atau irigasi teknis bisa dipakai asal tidak tercemar
limbah pestisida atau sisa-sisa pembuangan rumah tangga.

Gurami menyukai air yang bersih. Air kerub dikhawatirkan mengandung


kotoran. Jika kotoran itu bercampur sisa-sisa pakan akan terjadi
pembusukan. Hal itu memicu timbulnya bakteri, parasit, dan cacing.

Pakan gurami harus tersedia secara kontinyu di lokasi. Pelet bisa


didatangkan dan daerah lain. Namun, daun sente (Alocasia
macrorrhiza), kegemaran gurami terkadang langka. Karena kebutuhan
daun-daunan itu cukup besar sebaiknya petani menanamnya di sepanjang
pematang kolam.
PERSIAPAN KOLAM

Persiapan kolam merupakan langkah awal proses budidaya. Ada 2 cara


yang bisa dilakukan, yakni membuat kolam baru dan pengolahan tanah
seusai panen. Jika membuat kolam baru, konstruksi dibuat kuat dan
kokoh. Bentuk kolam umumnya sama dengan ikan lain. Ukurannva
tergantung kemampuan modal dan luas lahan. Dinding kolam dirancang
agar tak mudah bocor atau terkikis. Kemiringannya 60 derajat dan
dasar kolam.

Pematang antar kolam dibuat kuat dan lebar untuk mengantisipasi


longsor. Tinggi pematang kurang lebih 125 cm diukur dari dasar kolam.

Permukaan dasar kolam dibuat agak miring. Tujuannya untuk memudah


pembuangan air dan panen. Saluran pemasukan dan pengeluaran air pada
setiap kolam dibuat terpisah. Tujuannya untuk menghindari penularan
penyakit ke kolam lain.

Kedua saluran diletakkan di kedua dinding secara diagonal atau


menyilang. Pralon pvc atau bambu umum digunakan. Jumlahnya
tergantung luas kolam, ukuran 100 m2 cukup 2 saluran air. Lubang air
ditutup kasa agar kotoran tidak ikut masuk ke kolam.

Kualitas tanah yang baik menciptakan kondisi lingkungan yang layak


untuk gurami. Karena itu keasamannya harus dipertahankan. Caranya
dengan menaburkan kapur sebanyak 100 g/m2 dan 200 g/m2 garam dapur.

Penanganan kolam yang sudah produksi lain lagi. Sebelum digunakan


air dibuang habis lalu dasar kolam dijemur hingga kering. Tujuannya
untuk mematikan bakteri, jamur, dan cacing. Kotoran atau sisa-sisa
pakan yang menumpuk dibuang.

Setelah kering, tanah dicangkul sedalam 10-20 cm lalu dibalik dan


ratakan. Lapisan atas dianggap sudah tidak kaya hara sehingga perlu
diganti yang bawah.

Jemur di terik matahari sampai kering. Untuk menjaga keasaman tanah


taburkan kapur 100 g/m2 dan 200g/m2 garam dapur.

PENGISIAN AIR
Kolam yang sudah siap segera diisi air secara bertahap. Setelah
mencapai tinggi 20 cm saluran air ditutup. Taburkan pupuk kandang,
seperti kotoran ayam (postal) sebanyak 500 g/m2. Tujuannya untuk
menumbuhkan plankton. Air dibiarkan menggenang selama beberapa hari
agar terjadi proses dekomposisi atau penguraian.

Yang perlu diperhatikan kehadiran anak katak/percil, burayak mujair,


atau lele yang seringkali ikut terbawa air. Untuk mengatasinya
taburkan saponin sebanyak 5-10 kg. Alternatif lain dengan pemberian
daun lampesan (Hyptis suaveolens) secukupnya.

Saponin bisa mematikan h e w a n - h e w a n berdarah merah sedang


lampesan hanya memabukan. Pesaing atau predator yang sudah mati itu
dibuang agar tidak busuk.

Beberapa hari kemudian air berubah menjadi hijau tanda bibit


plankton sudah ada. Masukkan air secara bertahap hingga mencapai
tinggi 60- 80 cm. Pupuk buatan, seperti SP-36 sebanyak 20 g/m2 dapat
diberikan untuk mempercepat pertumbuhan pakan alami. Diamkan selama
5-7 hari sampai wama air berubah menjadi hijau segar. Saat itu benih
sudah siap ditebar.

TABUR BENIH
Pilih benih sehat untuk ditebar. Ciri benih yang baik, gerakan
renangnya lincah, sisik mengkilap, bebas penyakit, dan ukuran
seragam. Benih kurang seragam menyebabkan persaingan mendapatkan
pakan dan ruang gerak. Ikan berukuran lebih besar dipastikan tumbuh
lebih cepat, sementara yang kecil tetap kuntet.

Ada beberapa jenis gurami yang sudah dikembangkan, seperti paris,


safir, merah, jepang, dan soang. Setiap jenis memiliki kelebihan
masing-masing. Yang perlu diperhatikan asal benih.

Usahakan jaraknya tidak jauh dengan lokasi supaya tidak "mabuk"


selama pengangkutan.

Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari. Saat itu cuaca redup
sehingga penyesuaian berlangsung lebih cepat dan menghindari benih
stres. Secara perlahan-lahan kantung benih dimasukkan ke air.
Biarkan beberapa saat agar suhu di kantung sama dengan air kolam.
Buka kantung lalu tuang ke air. Biarkan benih berenang sendiri.

PERAWATAN BERTAHAP

Gurami yang dipelihara dari benih ukuran 2 cm sampai siap konsumsi


memerlukan waktu lama.

Dengan segmentasi budidaya relatif lebih cepat. Tahapan itu dimulai


dan pembenihan, pendederan hingga pembesaran. Setiap segmen
dilakukan di kolam terpisah dan penanganan berbeda.

a. Pembenihan
Pembenih hanya menyediakan benih sebesar kuku atau ukuran 2-3 cm.
Modalnya sepasang induk, kolam perkawinan. sarang telur, dan
akuarium untuk penetasan sekaligus perawatan.

Induk siap kawin dimasukkan ke kolam. Sarang dan ijuk untuk


melekatkan telur diletakkan di pinggir. Keesokan han dicek, jika
sudah berisi telur, angkat lalu dimasukkan ke akuarium. Sehari
kemudian telur sudah menetas. Larva belum diberi pakan, toh,
persediaan pakan di kantung telur (yolk sack) cukup selama 2 hari.

Setelab cadangan makanannya mulai menipis, kutu air atau artemia


diberikan. Usahakan pemberian tidak terlambat. Larva yang terlanjur
kelaparan kondisinya Iemah. Dua hari berikutnya barulah diberi
cacing rambut. Biasanya pertumbuhan ikan cepat setelah makan cacing
rambut. Dalam waktu 30 hari sejak tetas benih sudah sebesar biji
oyong (1 cm).

Dengan cara ini kelulusan hidupnya mencapai 95%.

Jika menginginkan benih agak besar, perawatan di akuarium


dilanjutkan kembali. Populasi dijarangkan dengan cara memindahkan
sebagian benih ke tempat lain. Pakan utama tetap cacing rambut.
Sistem pemeliharaan dengan air mengalir.
Setelah 1 bulan diperoleh benih ukuran kuku (1-3 cm). Benih ini bisa
dipanen dan siap ditebar ke kolam.

B. Pendederan
Pendederan dilakukan di kolam ukuran 50-100 m2. Benih sebesar kuku
ditebar dengan kepadatan 40 ekor/m2. Contoh, ukuran kolam 100 m2
memerlukan benih sekitar 4.000 ekor. Tinggi air 30-40 cm dengan
debit air 10 liter/menit.

Seminggu atau 10 hari setelah tebar benih belum diberi pakan buatan.
Di samping ukuran mulut belum mampu menelan pelet, pakan alami yang
tersedia di kolam sudah cukup. Pada hari ke-11 pelet baru boleh
diberikan.

Pelet yang diberikan mengandung 50% protein. Kebutuhan pakan per


hari dihitung menurut bobot ikan, biasanya dipatok 1 %. Jumlah pakan
yang diberikan kecil, tapi frekuensinya diperbanyak. Yang umum 2-3
kali, ditingkatkan menjadi 6 kali.

Perawatan sehari-hari selain memberi pakan, ikan selalu dikontrol


kesehatannya. Benih sebesar ini masih rentan serangan penyakit.
Kualitas air yang masuk ke kolam selalu dicek. Bila lingkungan kolam
terlihat ada tanda-tanda berubah segera diberi tindakan pencegahan.

Ketika cuaca panas misalnya, suhu air akan meningkat. Sebelum ikan
stres sebaiknya volume air ditingkatkan. Sebaliknya, ketika suhu
dingin di musim hujan tinggi air dikurangi.

Selain itu, pH air tak luput dan perhatian. Saat penghujan biasanya
pH air turun. Kondisi seperti itu bisa mengundang kehadiran
penyakit. Untuk menstabilkannya taburkan garam secukupnya.

Sampling berat ikan setiap bulan merupakan kegiatan rutin. Dengan


cara itu bisa diketahui pertumbuhan ikan. Keseragaman ukuran sangat
penting untuk menentukan jumlah pakan yang diberikan. Karena itu
perlu dilakukan sortir, ukuran yang tidak standar dipindah ke kolam
lain.

Pemeliharaan selama 45-60 hari menghasilkan benih sebesar dim/silet


atau 4-5cm.

Benih bisa dipanen dan siap dijual. Bila tidak ada permintaan benih,
proses budidaya dilanjutkan lagi. Namun, kepadatan ikan dikurangi
menjadi 30 ekor/m2. Pemeliharaan selama 60 hari diperoleh benih
ukuran wadah korek atau 7-8 cm.

C. Pembesaran
Tahap pembesaran dimulai dan benih sebesar korek atau ukuran 7-8 cm.
Kolam pembesaran yang digunakan berukuran 100-500 m2. Kepadatan
tebar 20 ekor/m2. Contoh, untuk kolam ukuran 500 m2 dibutuhkan benih
sekitar 10.000 ekor. Tinggi air 70 cm dengan debit air yang masuk ke
kolam 15 20 liter/menit.

Pakan buatan per hari diberikan 1% dan bobot ikan. Frekuensi


pemberian 2-3 kali, pukul 07.00, 11.00, dan 13.00. Pelet yang
digunakan harus mengandung 25% protein. Pakan tambahan berupa daun
sente. Kebutuhan-nya per hari 10% dari bobot ikan diberikan sekali
pada sore hari, pukul 17.00.

Perawatan sehari-hari di tahap ini hampir sama dengan tahap


pendederan. Benih masih relatif rentan serangan penyakit dan mudah
stres bila ada gangguan atau perubahan lingkungan secara mendadak.

Untuk menghasilkan benih sebesar bungkus rokok atau 10-12 ekor per
kilo dibutuhkan waktu 75 -100 hari. Benih sebesar itu sudah bisa
dipanen dan dijual. Atau dipindah ke kolam lain untuk dibesarkan
hingga ukuran konsumsi.

Kolam pembesaran berukuran lebih besar. Ukuran kolam 500 m2 tidak


masalah. Yang penting kepadatan ikan dikurangi 10 ekor/m2. Tinggi
air dinaikkan menjadi 80 cm, debit air 20 liter/menit. Pakan buatan
diberikan 2 kali sehari., pukul 08.00 dan 13.00. Pelet harus
mengandung 20%protein. Pakan tambahan daun sente cukup 10% dari
bobot ikan diberikan pada sore hari, pukul 16.00.

Benih sebesar itu sudah agak tahan serangan penyakit. Namun, perlu
diwaspadai kondisi lingkungan kolam. Perawatan dan pengontrolan
setiap hari dianggap perlu. Pemberian garam secukupnya rutin setiap
bulan untuk mencegah munculnya penyakit.

Pembesaran ini memerlukan waktu 90-100 hari untuk mendapatkan ikan


ukuran konsumsi, 500 g/ekor. Ikan sebesar itu bisa dipanen dan siap
dijual ke pasar atau restoran. Bila belum ada order. ikan tetap
dipelihara di kolam. Namun, pemberian pakan tidak terlalu intensif.

Pelet bisa diberikan sekali pada pagi hari, sore daun sente. Ini
dilakukan agar pengeluaran tidak mcmbengkak.

sumber : http://www.mail-
archive.com/agromania@yahoogroups.com/msg01835.html

Pembenihan Ikan Gurami


PEMBENIHAN IKAN GURAME
(Osphronemus gouramy Lac.)

1. PENDAHULUAN
Dalam mengembangkan usaha tani yang berorientasi agribisnis, perlu dipilih dan.
ditetapkan komoditas prioritas yang mempunyai keunggulan komparatif wilayah dan
kompetitif komoditas. Salah satu komoditas perikanan yang cukup prospektif adalah
lkan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.).

Ikan Gurame merupakan salah satu. komoditas unggulan dalam usaha budidaya
ikan air tawar. Permintaan pasar relatif konstan, bahkan cenderung meningkat dengan
harga diatas harga Ikan Mas. Keunggulan harga Ikan Gurame adalah disebabkan
tekstur dagingnya yang lebih kompak sehingga disukai konsumen, disamping
pengadaan dan pasokannya yang terbatas.

Ikan Gurame dikenal sangat gurih dan lezat, ini belum banyak dibudidayakan secara
intensif. Dibeberapa daerah penghasil Gurame seperti Jawa Barat pada umumnya
hanya dipelihara secara tradisional, dengan demikian untuk mendapatkan Gurame
ukuran berat 1 kg/ekor membutuhkan waktu pemeliharaan cukup lama. Dari
pengalaman dan percobaan-percobaan yang ada, ternyata, ikan Gurame ini dapat
dibudidayakan secara intensif.

Membudidayakan Ikan Gurame secara intensif dapat dilakukan dalam skala besar
ataupun Skala kecil.. Pada garis besarnya usaha budidaya, Ikan Gurame meliputi 3 hal,
yakni ; di usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran atau secara, khusus, hanya,
usaha pembenihan atau pendederan ataupun pernbesarannya saja, karena dari
masing-masing jenis usaha ini juga dapat mendatangkan keuntungannya masing-
masing.

2. LINGKUNGAN HIDUP IKAN GURAME


Ikan Gurame merupakan ikan air tawar sampai sedikit payau, berair jernih dan dasar
kolam yang kurang lumpurnya. Lokasi pemeliharaan yang cocok ialah pada ketinggian
50 - 400 m di atas permukaan laut, dengan subu 24 - 28°C, kedalaman air
sekurangkurangnya 75 cm. Ikan ini sangat baik dipelihara, walaupun pertumbuhannya
lambat. Untuk pertumbuhan yang ideal pH-nya berkisar antara 7 - 8. Karena Ikan
Gurame merupakan ikan golongan labyrinth (mempunyai alat pernapasan tambahan),
maka Ikan Gurame tahan terhadap zat beracun dan air yang rendah kadar oksigennya
dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya.

3. SELEKSI INDUK
Untuk memperoleh benih dengan lebih. terjamin, haruslah pasangan Ikan Gurame itu
dijodohkan, oleh karena itu. harus diketahui mana Ikan Gurarne Jantan dan mana Ikan
Gurame Betina.

Tanda-tanda Ikan Gurame Jantan dan Ikan Gurame Betina diantaranya :


Ikan Gurame Jantan
1. Ada tonjolan di atas kepala;
2. Dasar sirip dada agak putih;
3. Tutup insang agak kuning;
4. Ujung sirip ekor rata.

Ikan Gurame Betina


1. Tidak ada tonjolan di atas kepala
2. Dasar sirip dada agak hitam;
3. Tutup insang putih kecoklatan;
4. Ujung sirip ekor membulat.

4. INDUK YANG BAIK

1. Bentuk Tubuh
■ Panjang, berisi dan mulus;
■ Tidak cacat atau luka;
■ Sirip tidak rusak.
2. Warna
■ Kuning bersemu putih;
■ Bersih tidak belang.
3. Umur
■ Umur mencapai 5 tahun lebih;
■ Umur lebih dari lO tahun tak baik lagi menjadi induk, karena telurnya mulai berkurang
dan kurang bagus benihnya.

5. PEMBENIHAN

1. Mengawinkan Induk
Seekor induk jantan yang cukup umur(4 - 5 tahun) dengan berat 6 - 7 kg, dapat
mengawini 4 ekor betina. Induk yang sudah dewasa dan timbul birahinya akan tampak
saling berkejaran, yang jantan akan mengejar induk betina. Biasanya seekor jantan
yang baru mulai birahi bisa. mengawini 2 ekor betina.

2. Membuat Kolam Perkawinan

a. Buat kolam dengan ukuran 10 x 7 m atau kurang lebih 40 m2;


b. Buat pematang dengan ukuran : bagian atas lebar 1/2 meter, bagian bawah/dasar 1
meter, tinggi 1 meter;
c. Pasang pipa/ bambu/ paralon untuk pemasukkan dan pengeluaran air;
d. Cangkul tanah dasar kolam agar gembur lalu diratakan lagi dan dasar kolam dibuat
miring kearah pintu air,
e. Buat saluran ditengah-tengah kolam memanjang dari pintu pemasukkan air ke pintu
pengeluaran dengan lebar saluran 1/2 meter dan dalamnya. 15 cm,
f. Keringkan kolam selama 1 minggu agar hama yang dapat menimbulkanpenyakit mati.
g. Pupuk dengan pupuk kandang sebanyak kurang lebih 1 karung, disebarkan merata,
baru kemudian masukkan air biarkan selama kurang lebih 1 minggu, tujuannya agar
pupuk hancur dan meresap ke tanah dan membentuk lumut yang menjadi makanan
ikan;

h. Siapkan kerangka sarang (sosog) yang dibuat dari bambu, berbentuk kerucut,
panjang 80 cm, garis tengah 30 cm, tiap sarang diisi seekor induk, karena betina yang
akan kita isi ada 3 ekor, maka dibuat 3 buah kerangka (sarang);

i. Pasang kerangka sarang dipinggir kolam dengan jarak agak berjauhan. Pemasangan
kerangka sarang bisa ditancapkan pada tebing tanah kolam, atau bisa juga di antara 3
potong, tiang bambu yang ditancapkan di dasar kolam. Dalamnya dari permukaan air
kolam kurang lebih 15 - 20 cm;

j. Letakkan bahan pembuat sarang yang terdiri dari rumput kering/ijuk/sabut kelapa yang
telah diural. Bahan sarang dipisah agar ikan Gurame mudah mengambilnya dan
membawanya ketempat sarang.

PEMIJAHAN

a. Induk-induk ikan Gurame dimasukkan ke dalam kolam pemijahan;

b. induk betina yang matang telurnya akan tampak mengembung perutnya, warna
badannya lebih terang, sedangkan induk jantannya berwarna gelap;

c. Selanjutnya si jantan mulai membuat sarang telur dengan menyusun rumput


kering/sabut kelapa/ijuk di dalam sarang yang telah disediakan;

d. Setelah sarang selesai, ikan akan kawin. Mula-mula ikan jantan akan kawin dengan
betina pertama, pada minggu pertama pula mulut sarang akan tertutup, ini berarti telur
sudah dimasukkan ke dalam sangkar. Induk betina akan menjaga diseki tar sarang;
e. Pada minggu kedua, induk jantan akan kawin lagi dengan induk betina yang kedua,
tapi setelah induk jantan selesai membuat sarang yang lain;

f. Selanjutnya jantan akan kawin lagi dengan induk betina yang ketiga setelah sarang
selesai dibuat oleh si jantan;

g. Untuk membuktikan bahwa ada telur dalam. sarang, maka coba ditusuk dengan lidi
ditengah-tengah sarang telur, bila keluar butiran minyak berarti memang, ada telur di
dalam sarang tersebut;

h. Kalau dibiarkan di kolam pemijahan maka induk jantan akan kawin lagi dengan induk
pertama, kedua dan ketiga. Sebaiknya dibatasi hingga 3 kali, setelah itu diistirahatkan
selama 6 bulan bagi induk betina dan 3 bulan bagi induk jantan. Masa istirahat ini
dimaksudkan agar ikan yang dihasilkan nanti lebih baik.

7. MERAWAT TELUR

❑ Cara tradisional.:
■ Telur dibiarkan saja di kolam pemijahan bersama induk-nya. Biasanya pada hari ke-11
atau ke-12, telur akan menetes sendiri.;
• Sebagai tempat berlindung, Letakkan daun kelapa kering di dekat sarang telur,
tujuannya agar anak Ikan Gurame akan berlindung dibawahnya.

❑ Menetaskan di baskom plastik/ gentong. Keuntungannya :


■ Lebih aman dari hama penyakit;
• Mudah pengawasannya;
■ Sehat dan kaya oksigen.-
■ Lebih banyak telur yang menetas.

❑ Cara menetaskan:

A. Siapkan. baskom/gentong 2 buah diisi air jernih sebanyak setengah Lebih;

B. Untuk 1 sarang diperlukan 2 buah tempat gentong 1 baskom besar;

C. Letakkan baskom di atas air kolam pemijahan (terapung), diatasnya dibuat atap agar
tidak kehujanan.

D. Diusahakan kena sinar matahari pagi;

E. Pindahkan sangkar berisi telur ke dalam baskom, lalu lepas ijuk sampai telur jatuh ke
dalam baskom;

F. Letakkan daun-daun sebagai pelindung di atas permukaan air,

G. Air dalam gentong diganti 2 kali sehari pagi dan sore, gunakan selang plastik, agar
air yang keluar dan masuk tidak terguncang;

H. Kalau ada minyak sebaiknya dibuang;

1. Telur akan menetas setelah 2 minggu. Setelah menetas, anak Gurame tidak diberi
makan, baru setelah 10 hari anak ikan diberi makanan berupa dedak halus atau cairan
kuning telur.

8. PENDEDERAN.
• Tempat pendederan anak Ikan Gurame bisa di kolam, sawah atau di dalam hapa;
• Anak Ikan Gurame (benih.) yang ditaburkan di kolam urnur 2 minggu sebanyak 200
ekor/ m2;

■ Untuk pemeliharaan di sawah benih berukuran 3 - 5 cm (3 bulan).

9. HAMA DAN PENYAKIT.

Penyakit yang banyak menyerang Ikan Gurame diantaranya adalah disebabkan karena
: Saprolegniasis sp.

Penyebab :
• Cendawan

Penyerangan :
■ Luka-luka pada kulit, temperatur dingin.

Gejala klinis :
■ Tubuh ikan ditumbuhi benang - benang halus seperti kapas, berwarna putih;
■ Menyerang tutup insang, kepala sirip;
■ Telur ikan diliputi benang-benang halus seperti kapas.
Pengobatan:
■ Pengobatan terhadap telur yang diserang dengan cara mencelupkan telur ke dalam
larutan Malachite Green Oxalate dengan dosis 60 gr/m3 air, selama 15 menit.

Pencegahan:
■ Menjaga kebersihan kolam dan kwalitas air;
■ Jangan sampai memelihara ikan. yang luka.
sumber : http://hobiikan.blogspot.com/2009/02/pembenihan-ikan-gurame-osphronemus.html

Konstruksi dan Pembuatan Kolam Budidaya Ikan


Konstruksi kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh
pemilihan lokasi yang tepat. Untuk membuat kolam maka tanah yang akan dijadikan kolam
harus mampu menyimpan air atau kedap air sehingga kolam yang akan di buat tidak bocor.
Bentuk kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan ada beberapa macam
antara lain adalah kolam berbentuk segi empat/empat persegipanjang, berbentuk bujur
sangkar, berbentuk lingkaran atau berbentuk segitiga. Dari berbagai bentuk kolam ini yang
harus diperhatikan adalah tentang persyaratan teknis konstruksi kolam.

Persyaratan teknis konstruksi suatu kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan
sebaiknya mempunyai :

A. Pematang kolam Budidaya Ikan.


Pematang kolam dibuat untuk menahan massa air didalam kolam agar tidak keluar dari dalam
kolam. Oleh karena itu jenis tanah yang akan digunakan untuk membuat pematang kolam
harus kompak dan kedap air serta tidak mudah bocor.

Jenis tanah yang baik untuk pematang kolam adalah tanah liat atau liat berpasir.Kedua
jenis tanah ini dapat diidentifikasi dengan memperhatikan tanah yang ciricirinya antara lain
memiliki sifat lengket, tidak poros, tidak mudah pecah dan mampu menahan air. Ukuran
pematang disesuaikan dengan ukuran kolam. Tinggi pematang ditentukan oleh kedalaman
air kolam, sebaiknya dasar pematang kolam ini ditanam sedalam 20 cm dari permukaan dasar
kolam.

Bentuk pematang yang biasa dibuat dalam kolam budidaya ikan ada dua bentuk yaitu
berbentuk trapesium sama kaki dan bentuk trapesium tidak sama kaki. Bentuk pematang
trapesium sama kaki artinya perbandingan antara kemiringan pematang 1 : 1 (Gambar 2.16),

Gambar 2.16. Bentuk pematang trapesium sama kaki

sedangkan bentuk pematang trapesium tidak sama kaki artinya perbandingan antara
kemiringan pematang 1 : 1,5 (Gambar 2.17).

Gambar 2.17. Bentuk pematang trapesium tidak sama kaki


Sebagai acuan dalam membuat pematang kolam untuk kolam yang berukuran 200 m2 lebar
pematang dibagian atas adalah 1 m maka lebar pematang pada bagian bawahnya adalah 3
m untuk pematang bentuk trapesium sama kaki pada kedalaman kolam 1m, jika kolam
tersebut dibuat dengan pematang trapesium tidak sama kaki maka lebar pematang pada
bagian atas adalah 1 m maka lebar pematang pada bagian bawahnya adalah 4,5 m pada
kedalaman kolam 1 m.

B. Dasar kolam dan saluran budidaya ikan


Dasar kolam untuk budidaya ikan ini dibuat miring ke arah pembuangan air, kemiringan dasar
kolam berkisar antara 1-2% yang artinya dalam setiap seratus meter panjang dasar kolam
ada perbedaan tinggi sepanjang 1-2 meter (Gambar 2.18).

Gambar 2.18. Kemiringan dasar kolam

Cara pengukuran yang mudah untuk mengetahui kemiringan dasar kolam adalah dengan
menggunakan selang air yang kecil. Pada masing-masing ujung pintu pemasukan dan pintu
pengeluaran air ditempatkan sebatang kayu atau bambu yang sudah diberi ukuran, yang
paling bagus meteran, kemudian selang kecil yang telah berisi air direntangkan dan
ditempatkan pada bambu, kayu atau meteran. Perbedaan tinggi air pada ujungujung selang
itu menunjukkan perbedaan tinggi tanah/ kemiringan dasar kolam.

Saluran didalam kolam budidaya ada dua macam yaitu saluran keliling atau caren dan saluran
tengah atau kemalir. Saluran didalam kolam ini dibuat miring ke arah pintu pengeluaran air.
Hal ini untuk memudahkan di dalam pengeringan kolam dan pemanenan ikan (Gambar 2.19).

Gambar 2.19. Saluran tengah atau kemalir

C. Pintu air kolam budidaya ikan


Kolam yang baik harus memiliki pintu pemasukan air dan pintu pengeluaran air secara
terpisah. Letak pintu pemasukkan dan pengeluaran air sebaiknya berada di tengah-
tengah sisi kolam terpendek agar air dalam kolam dapat berganti seluruhnya (Gambar
2.20).

Gambar 2.20. Pintu pemasukkan air dan pengeluaran air ditengah

Ada juga letak pintu pengeluaran dan pemasukan air berada disudut secara diagonal
(Gambar 2.21).

Gambar 2.21. Pintu pengeluaran dan pemasukanair berada disudut

Letak pintu air tersebut ada kelemahannya yaitu air dikedua sudut yang lain tidak
berganti dan memperpanjang saluran pengeringan sehingga penangkapan ikan relatif
berlangsung agak lama.

Pada kolam tanah pintu pemasukan dan pengeluaran air dibuat dari bambu atau pipa paralon.
Bentuk pintu pemasukan diletakkan sejajar dengan permukaan tanggul sedangkan pintu
pengeluaran dapat dibuat dua model yaitu pertama sama dengan pintu pemasukkan
dengan ketinggian sesuai dengan tinggi air kolam dan kedua dibuat dengan model
huruf L (Gambar 2.22).

Gambar 2.22. Pintu pemasukan dan pengeluaran air bentuk L


Pada kolam beton pintu pemasukan dan pengeluaran air menggunakan sistem monik. Pada
pintu air sistem monik ini ada celah penyekatnya dan dapat dibuat lebih dari satu. Celah
penyekat ini berfungsi untuk menempatkan papan-papan kayu yang disusun bertumpuk.
Papanpapan kayu ini dapat dibuka dan diatur yang pengaturannya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pada pintu air ini papan penyekatnya dapat diganti dengan saringan (Gambar
2.23).

Gambar 2.23. Pintu pemasukan dan pengeluaran air menggunakan sistem monik

Persyaratan konstruksi teknik dalam membuat bak yang akan digunakan untuk budidaya ikan
secara prinsip hampir sama dengan kolam dimana harus mempunyai pintu pemasukan dan
pengeluaran air tetapi dasar bak pada umumnya adalah rata. Konstruksi pintu dan pemasukan
air pada bak dapat dibuat dengan model pembuatan instalasi air untuk pemasukan air dan
pengeluaran airnya menggunakan pipa paralon(PVC) dengan bentuk huruf L (Gambar 2.24).

Gambar 2.24 Pemasukan dan pengeluaran air pipaparalon (PVC)

Demikian artikel "Konstruksi dan Pembuatan Kolam Budidaya Ikan" ini saya susun teman
teman semoga apa yang telah kita pelajari beberapa saat yang lalu dapat bermanfaat untuk
kita semua, Terutama bagi teman teman yang ingin mempelajari pembuatan kolam budidaya
lebih dalam lagi.

sumber : http://www.sentra-edukasi.com/2011/04/konstruksi-dan-pembuatan-kolam-
budidaya.html

Anda mungkin juga menyukai