Anda di halaman 1dari 32

Teknologi Pengelolaan Air

Pada Tanaman Padi


Oleh
Anna Sinaga

BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERTANIAN


BPTP BALITBANGTAN JAWA BARAT
2019
Latar Belakang
a) ketersediaan air semakin terbatas,
b) anomali iklim kemarau panjang,
c) intensifikasi tanam masih rendah,
d) efisiensi pemanfaatan air masih rendah,
e) pendistribusian air antara wilayah hulu
dan hilir bahkan antar golongan air
masih terdapat kesenjangan yang tinggi
Keuntungan Pengairan berselang
1. menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat
diairi menjadi lebih luas.
2. memberi kesempatan pada akar tanaman untuk
mendapatkan udara sehingga dapat berkembang
lebih dalam.
3. mencegah timbulnya keracunan besi.
4. mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S
yang menghambat perkembangan akar.
5. mengaktifkan jasad renik mikroba yang
bermanfaat
Keuntungan Pengairan berselang
6. mengurangi kerebahan
7. mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif
8. menyeragamkan pemasakan gabah dan
mempercepat waktu panen
9. memudahkan pembenaman pupuk ke dalam
tanah (lapisan olah).
10. memudahkan pengendalian hama keong mas,
mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan
penggerek batang, dan mengurangi kerusakan
tanaman padi karena hama tikus.
Kebutuhan Air Dengan Lisimeter
Langkah pembuatan alat Pengairan
Basah Kering (PBK/AWD)
1. Siapkan pipa (paralon atau bambu) dengan
diameter 10 - 15 cm sepanjang 30-35 cm.
2. Buatlah lubang kecil-kecil setinggi 20 cm
pada pipa dengan jarak antar lubang masing-
masing 2 - 5 cm dan diameter 0,5 cm.
3. Pipa yang sudah diberi lubang ditanam pada
petakan sawah dan di atas permukaan tanah
setinggi 15 cm.
Langkah Pemasangan Alat PBK/AWD
• Alat PBK/AWD dipasang pada jarak 50 – 75 cm dari
pematang sebelum/sesaat setelah tanam.
• Untuk lahan datar dibutuhkan hanya satu alat untuk
luas lahan 0,25 ha dan diperlukan dua alat untuk luas
lahan yang sama dengan kemiringan 5 persen.
• bagian silinder yang telah dilubangi dibenamkan ke
dalam tanah sedalam 20 cm dan 15 cm bagian yang
tidak dilubangi berada di atas permukaan tanah.
• Tanah yang ada dalam silinder sedalam 15 cm
dikeluarkan dan diratakan pada bagian dasarnya.
• Agar permukaan alat dalam posisi horizontal maka
setelah silinder dipasang diperiksa dengan waterpas.
Langkah Pemasangan Alat PBK/AWD
Cara Aplikasi Alat AWD
1. Pengukuran dimulai pada 7-10 hst pada
sistem tapin dan 21 HST pada sistem tabela
2. Tingkat level air dimonitor/dipantau setiap
dua hari sekali dan dicatat
3. Bila tinggi air dalam pipa kurang dari 5 cm,
lahan sawah segera dialiri air
4. Padi tidak perlu digenangi air setiap waktu
5. Petakan sawah digenangi terus mulai fase
pembentukan malai sampai pengisian biji.
6. Pada 7-10 hari sebelum panen sawah
dikeringkan.
Terima Kasih
PATBO SUPER

INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SPESIFIK LAHAN


SAWAH TADAH HUJAN

Oleh
Nana Sutrisna

BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERTANIAN


BPTP BALITBANGTAN JAWA BARAT
2017
KONDISI PERBERASAN DI JAWA BARAT
• Ketergantungan pangan pokok beras Produksi padi
ditingkatkan
• Provinsi Jawa Barat SURPLUS (43,02 juta penduduk; tingkat
konsumsi 105,87 kg/kap/th).
• Provinsi Jawa Barat memberikan kontribusi terhadap produksi
beras nasional >17 %.
• Pemerintah: target produksi beras di Provinsi Jawa Barat
terus meningkat.
Tahun 2016 = 12,0 juta ton
Tahun 2017 = 12,5 juta ton
Tahun 2018 = 13,0 juta ton
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI PADI

PENINGKATAN PRODUKSI PADI

PRODUKTIVITAS TARGET SURPLUS


LUAS
PRODUKSI BERAS
AREAL INTENSIFIKASI
(SWASEMBADA
PANEN (Inovasi Teknologi
BERKELANJUTAN)
Spesifik Lokasi)
• Luas: 942.974 ha (BPS, 2014)
• Alih fungsi • SRI
• Perubahan iklim • PTT SLPTT - GPPTT (L. Sawah Irigasi)
• 40% lahan sawah irigasi • JARWO SUPER
• 60% atau seluas 565.784 ha lahan
sawah tadah hujan.
PATBO SUPER Tadah Hujan
Produktivitas SLPTT-GPPTT: Tadah Hujan 4-5 t/ha
PATBO: Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik

PATBO SUPER : Sistem budidaya padi spesifik lahan


sawah tadah hujan yang terdiri atas
beberapa komponen teknologi dengan
memanfaatkan kekuatan biologis tanah
sebagai pabrik pupuk alami dalam
ekosistem tanah, diimbangi dengan
penggunaan pupuk anorganik dan
dipadukan dengan tata kelola air
secara terencana

Mendukung perkembangan sistem perakaran


padi sehingga memacu pertumbuhan dan
produktivitas tanaman padi
5 KOMPONEN TEKNOLOGI PATBO SUPER
1. Penggunaan Varietas Unggul
Baru (VUB) kelompok ampibi
VUB padi amfibi ada 14 varietas,
yaitu:
a. Limboto
b. Batutegi
c. Towuti
d. Situ Patenggang
e. Situ Bagendit
f. Inpari 10 laeya
g. Inpago 4
h. Inpago 5
i. Inpago 6
j. Inpago 7
k. Inpago 8
l. Inpago 9
m. Inpari 38 Agritan
n. Inpari 39 Agritan
2. Manajemen air
 Padi bukan tanaman air tetapi memerlukan air.
 Untuk menghasilkan 1 kg gabah hanya dibutuhkan rata-rata 1.432
liter air dibandingkan 1.150 liter air untuk menghasilkan 1 kg jagung.

a. Pengaturan air mikro dengan


memberikan air di lahan sawah sesuai
dengan kebutuhan tanaman (fase
pertumbuhan tanaman vegetatif s.d.
generatif).
 fase pembentukan anakan aktif,
 anakan maksimum,
 inisiasi pembentukan malai,
 fase bunting
 fase pembungaan.
b. Pengaturan air tingkat makro, dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya air
yang tersedia (sungai, embung, dll.)
seefisien mungkin untuk meningkatkan IP
Tata Kelola Air
 Pada lahan sawah tadah hujan yang
mengandalkan air hujan sangat mudah
melakukan pengaturan air.
 Untuk menjaga agar kondisi sawah aerob dapat
diatur dengan membuat saluran drainase.
 Sistem drainase pada lahan sawah tadah hujan
lebih mudah dibandingkan dengan pada lahan
sawah irigasi.
3. Penggunaan bahan organik

 Prioritas
menggunakan bahan
organik in situ, yaitu
jerami padi dengan
menggunakan
dekomposer (M-Dec,
dll.) kemudian di
gelebeg menggunakan
traktor tangan,
 Penggunaan pupuk
hayati (Agrimeth)
Tek. Pengelolaan Jerami Sistem Gelebeg Dengan Dekomposer

% Kandugan
Unsur Hara
Sebelum Sesudah
..................... (%)..................
N 0.64 1,5-2,0
P 0.05 2,0-3,0
K 2.03 1,5-2,0
Ca 0.29 1,5-2,0
Mg 0.14 0,5
Zn 0.02 -
Si 8.80 -

1. Efisiensi pupuk N 25% dan K >


75%.
2. Meningkatkan produktivitas
padi > 20%
3. Mempercepat waktu tanam
Memperbaiki struktur tanah
4. Penggunaan alsintan: Alsintan yang digunakan untuk
pengolahan tanah, tanam, pemeliharaan, dan panen)
5. Pengendalian/penyiangan) gulma
 Mengendalikan dengan menggunakan herbsida pra tumbuh yang
selektif.
 Menggunakan alsintan “Power Weeder”
Kompoten Penunjang
1. Pemupukan An-organik Padi Sistem PATBO SUPER

 Pemupukan tambahan dari luar diberikan sesuai dengan yang


kebutuhan oleh tanaman dengan jumlah dan komposisi yang
tepat guna mencapai hasil yang optimal (BWD, Uji tanah),
baik unsur hara makro dan mikro.

2. Penanaman sitem jajar legowo 2:1 atau 4:1

3. Pengendalian OPT dengan PHT

4. Pemeliharaan sesuai kebutuhan di lapang


Aplikasi Pupuk Anorganik dan Pengukuran BWD

Pengukuran BWD setelah 14 hst;


25-28 hst; dilanjutkan setiap 7
hari
Penanaman Jajar Legowo
Pemeliharaan Tanaman
Biota Tanah (Bakteri Penambat N)
No. Paeameter Hasil Metode
Sebelum penelitian 4,2 x 105 Total Plate Count
PATBO SUPER
1. Ulangan 1 2,20 x 106 Total Plate Count
2. Ulangan 2 3,00 x 106 Total Plate Count
3. Ulangan 3 2,04 x 106 Total Plate Count
4. Ulangan 4 2,20 x 106 Total Plate Count
Rata-rata 2,36 x 106
PTT
1. Ulangan 1 6,2 x 105 Total Plate Count
2. Ulangan 2 5,4 x 105 Total Plate Count
3. Ulangan 3 4,2 x 105 Total Plate Count
4. Ulangan 4 3,6 x 105 Total Plate Count
Rata-rata 4,85 x 105
Hasil analisis Laboratorium Mikrobiologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran
Hasil analisis unsur hara jerami

No Unsur % Kandungan
Hara Sebelum Setelah
1 N 0,64 1,52
2 P 0.05 1,98
3 K 2,03 2,13
4 Ca 0,29 1,25
5 M 0,14 0,50
6 Zn 0,02 -
7 Si 8,80 -
Pertumbuhan Tanaman
Perbandingan Dua Nilai Rata-rata Tinggi Tanaman Umur 30, 46,
dan 60 hst pada Perlakuan PATBO SUPER dan Eksisting.
Tinggi Tanaman 30 hst (cm)
No Perlakuan PATBO
Eksisting
SUPER
1. Tinggi Tanaman 30 hst (cm) 74,6ns 74,0
2. Tinngi Tanaman 46 hst (cm) 95,1* 85,9
3. Tinngi Tanaman 60 hst (cm) 116,3* 107,7
4. Jumlah anakan 30 hst 13,1ns 12,1
5. Jumlah anakan 46 hst 19,4ns 16,5
6. Jumlah anakan 60 hst 26,6* 20,1
Keterangan: ns = tidak berbeda nyata dan * = berbeda nyata

Varietas Inpari 32
Perbandingan Dua Nilai Rata-rata Gabah Hampa, Gabah Isi,
Bobot 1000 butir, dan Produktivitas Padi pada Perlakuan
PATBO SUPER dan Eksisting.

Gabah Hampa (butir/malai)


No Ulangan
PATBO SUPER Eksisting
1. Gabah Hampa (butir/malai) 9,50* 14,20
2. Gabah Isi (butir/malai) 196,20* 187,50
3. Bobot 1000 butir 28.44ns 28,38
4. Produktivitas (t/ha) 7,65* 5,74
Produktivitas (t/ha)
Keterangan: ns = tidak berbeda nyata dan * = berbeda nyata

Rendemen Beras PATBO SUPER = 70%


Kelayakan Finansial Penerapan Sistem PATBO SUPER
No. Perlakuan PATBO SUPER Eksisting
1 Biaya Produksi
a. Sarana Produksi 2.187.500 2.387.500
- Benih 187.500 187.500
- Pupuk Urea 200.000 400.000
- Pupuk Phonska 500.000 750.000
- Pupuk Organik 175.000
- Pupuk Hayati 450.000 -
- Dekomposer 150.000 -
- Pestisida 700.000 875.000
b. Tenaga Kerja 9.640.000 9.192.000
Jumlah 11.827.500 11.579.500
2 Penerimaan 26.200.000 22.960.000
3 Keuntungan 14.372.500 11.380.500
4 BC Ratio 1,22 0,98
5 MBCR 12,06
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai