Dan, keistimewaan yang paling menarik dari jenis ikan mas koki adalah bentuk
strainnya yang jauh berbeda dengan ikan mas koki aslinya. Sampai sekarang ini,
di negeri China telah banyak dihasilkan strain strain baru dari ikan mas koki ini.
Berdasarkan penelitian kromosom, spesies ikan yang di temukan di Cina yang
masih berhubungan erat dengan maskoki. Nama ikan itu karper crucian (crucian
carp). Bentuk karper crucian seperti ikan mas yang terdapat di Indonesia tak lain
adalah karper. Nama ikan mas untuk karper itu lazim di gunakan penduduk Jawa,
khususnya di Jawa Timur.
Adanya pertalian kromosom itu, para ahli yakin bahwa karper crucianlah yang
merupakan asal muasal maskoki. Kalau kini tidak ada lagi persamaan bentuk
antara maskoki dan karper crucian, penyebabnya telah terjadi mutasi dan kawin
silang pada turunannya. Sebagai ikan hias akuarium, maskoki terkenal di seluruh
dunia, terutama di Cina, Jepang,Amerika, dan Eropa.
Kendati sudah diketahui negara sal maskoki, tetapi sampai sekarang belum di
temukan catatan sejak kapan pertama kali maskoki di jadikan ikan hias. Hanya
dikabarkan, karper crucian yang menjadi nenek moyang naskoki dijinakkan
pertama kali sekitar 1000 tahun silam, ketika dinasti Sung berkuasa (960-1279).
Sedangkan perkembangannya baru pesat setelah teknik budidaya air tawar
dikenal, yakni semasa pemerintahan Dinasti Ming (1368-1644).
Pada era Dinasti Ming baru bermunculan ikan mas berwarna aneh-aneh. Ikan mas
generasi baru ini disebut goldfish di luar negri dan dikenal dengan nama maskoki
di Indonesia.
Saat ini di Cina tipe maskoki diperkirakan sudah ratusan. Untuk memudahkan
mengenalnya, tipe-tipe maskoki diberi mana berdasarkan keunikan yang terdapat
pada tubuhnya. Misalkan: berdasarkan bentuk kepala, mata, tutup insang, selaput
hidung, dan selaput mata.
Sekitar tahun 1500an semasa Shogun berkuasa maskoki masuk ke Jepang dan
merupakan piaraan kaum elit pada masa itu. Namun seirung dengan perjalanan
waktu akhirnya maskoki dapat di pelihara masyarakat luas. Maskoki dari Jepang
di pasarkan ke seluruh dunia. Antara lain ke USA, Inggris, Jerman, Prancis, dan
juga ke Indonesia.
Menurut Yoshichi Matsui, dalam bukunya Goldfish Guide, maskoki di Jepang
dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan asalnya. Masing-masing adalah inpor dari
cina (wakin, maruko, ryukin, domekin), hasil seleksi (jikin, nankin, tosakin,
tetsuonaga, osaka ranchu, hanafusa, oranda shishigashira), hasil dari silangan
(kiranshi, shubunkin, shukin, kaliko, azumanishiki).
Ikan maskoki dapat tumbuh hingga mencapai 23 inch (53 cm) dan maksimum
mencapai berat 9.9 pounds (4.5 kg), namun hal ini sangat jarang terjadi; sebagian
besar maskoki hanya mencapai separuh dari ukuran maksimal tadi dalam masa
pertumbuhannya. Dalam kondisi yang optimal, maskoki mampu bertahan hidup
hingga 40 tahun, tetapi sebagian besar maskoki umumnya hidup antara 6 - 8
tahun.
Syarat hidup maskoki secara umum dapat dikatakan bahwa maskoki termasuk
ikan yang mampu beradaptasi dengan berbagai variasi kualitas air dan juga suhu.
1.
pH
Kesadahan
Komposisi
sangat membantu agar air akuarium maskoki dapat selalu terjaga kadar amonianya
dibawah nilai 2 ppm, atau bahkan 0 ppm.
Logam berat terlarut seperti Zn (seng) atau Cu (tembaga) bersifat racun bagi
maskoki dan juga jenis ikan lainnya. Oleh karena itu, sangat tidak
direkomendasikan untuk memelihara atau meletakkan maskoki dalam bak-bak
yang terbuat dari bahan seng atau bahan lainnya yang dapat melepaskan seng atau
tembaga kedalam air. Meskipun demikian, diketahui toleran terhadap kadar besi
dalam air hingga batasan tertentu. Bagi mereka yang akan memelihara maskoki
dengan menggunakan air alami, tidak ada salahnya diwaspadai pula kemungkinan
hadirnya berbagai bahan pencemar yang mungkin masuk dari lingkungan
sekitarnya, seperti phenol; merkuri, minyak, kadmium, dan juga insektisida.
4.
Suhu
Suhu ideal bagi maskoki berada pada kisaran 20 derajat - 25 oC. Fluktuasi
perubahan suhu direkomendasikan tidak lebih dari 5 oC, terutama dalam proses
pergantian air atau proses transportasi. Fluktuasi suhu diatas 5 oC akan sangat
membahayakan ikan yang bersangkutan. Berbagai varietas maskoki sendiri
dikembangkan diberbagai tempat dengan variasi suhu yang berbeda yaitu mulai
dari 4 derajat C - 35 oC. Meskipun demikian selalu disarankan agar mereka
dipelihara pada suhu tidak kurang dari 10 oC.
5.
Kepadatan
Kepadatan ikan dalam volume air tertentu akan sangat menentukan tingkat
keberhasilan memelihara maskoki, kemudahan dalam mengelola air dan
menghindarkan terjadinya stress yang dapat memicu terjadinya berbagai masalah
ikutan lainnya. Selalu disarankan agar maskoki dipelihara dengan kepadatan
serendah mungkin, atau dipelihara sesedikit mungkin dalam suatu wadah. Aturan
secara umum menyebutkan bahwa kepadatan maskoki dapat dihitung berdasarkan
porsi 1 cm panjang ikan untuk setiap liter air. Pada tempat-tempat pemeliharaan
yang didukung dengan peralatan pendukung kehidupan yang baik kepadatan
maskoki dapat ditingkatkan hingga 0.5 gm panjang ikan per liter air.
Menurut Redaksi AgroMedia (2008), memelihara dan merawat koki dalam rumah
cukup mudah. Hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas air, pemberian pakan,
dan sarana penunjang akuarium.
1.
Persiapan akuarium
Kualitas Air
Air yang digunakan untuk ikan koki sebaiknya terbebas dari bahan-bahan yang
dapat menyebabkan ikan sakit. Idealnya, air yang digunakan untuk akuarium koki
memiliki tingkat keasaman (pH) 6-7 dan bersuhu 22-260C. Mengingat koki
merupakan ikan yang termasuk rakus, sehingga kotorannya juga banyak, air
akuarium atau kolam harus diganti rutin setiap minggu disertai juga dengan
pembersihan media filter. Jika media filter sudah jenuh sebaiknya diganti saja.
3.
Pemberian Pakan
Makanan yang terbaik untuk koki adalah makanan alami seperti cuk, kutu air,
cacing sutra, dan cacing darah. Namun, untuk menunjang perttumbuhannya, koki
juga perlu diberi pelet yang memiliki komposisi gizi lebih komplet. Namun
pemberian pelet jangan sampai berlebihan. Pasalnya, sisa pelet yang mengendap
didasar akuarium atau kolam dapat mengubah kondisi air yang pada akhirnya
membuat ikan stres dan mudah terserang penyakit. Mengingat koki merupakan
ikan yang terkenal rakus, pemberian pakan sebaiknya dilakukan secara rutin tiga
kali sehari. Dosis pakannya disesuaikan dengan daya makan koki. Hentikan
pemberian pakan saat koki terlihat sudah tidak bernafsu memangsa pakan yang
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Redaksi AgroMedia. 2008. Buku Pintar Ikan Hias Populer. AgroMedia Pustaka.
Jakarta.
Latar Belakang
Di Indonesia, komet termasuk ikan hias yang banyak memiliki
penggemar.Hal ini dapat dibuktikan dengan seringnya diadakan kontes komet
dengan peserta yang boleh dibilang sangat banyak. Jenis ikan dengan telur
diserakkan, ini merupakan yang terbanyak. Ikan ini menempatkan telurnya di
sembarang tempat, bisa di tanaman air atau di jatuhkan begitu saja di dasar
perairan.
Komet (Carassius auratus) pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat
Cina pada tahun 1729. Awalnya bentuk komet sama seperti ikan koki. Karena
memang kedua ikan ini berasal dari satu kerabat, yakni dari keluarga Cyprinidae.
Kemudian pada zaman Dinasti Ming (1368-1644) popularitas komet semakin
menanjak. Saat inilah bermunculan ikan koki dengan tubuh yang unik dan
bervariasi. Setelah itu, penyebaran komet berkembang ke Jepang. Di negara
Matahari Terbit, komet terus mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga
dihasilkan jenis-jenis baru dengan bentuk yang lebih variatif seperti saat ini.
Ikan komet merupakan ikan yang cukup rentan penyakit, hal ini
disebabkan karena kondisi air pada tempat pemeliharaan ikan komet cepat
menjadi kotor disebabkan oleh hasil buangan dari ikan komet yang banyak
(kotoran). Komet (carassius auratus) adalah jenis ikan air tawar yang hidup di
perairan dangkal yang airnya mengalir tenang dan berudara sejuk. Ikan ini
digemari masyarakat karena keindahan warna, gerak-gerik, dan bentuk tubuhnya
yang unik. Berbeda dengan ikan hias lainnya, komet termasuk ikan ikan hias
sepanjang masa. Hal ini dibuktikan dengan selalu tersedianya komet disetiap toko
penjual ikan hias, sehingga harga jual cenderung stabil.
Masalah yang sering dihadapi dalam pembenihan ikan komet pada
pemijahan alami ini adalah membutuhkan sarana yang harus sesuai dengan syarat
hidup dan kenyamanan ikan hias agar tingkat kegagalan dapat diminimalisir.
Namun ikan komet ini memiliki banyak kelebihan sehingga mahasiswa dapat
melakukan kegiatan pembenihan ikan komet (Carassius auratus) yang terdiri dari
mengenal bentuk dan fungsi, wadah, bahan dan peralatan, dapat membedakan
induk jantan dan betina yang matang gonad, mengetahui tingkat penetasan telur,
perkembangan telur, dan membedakan bentuk telur yang terbuahi dan tidak
terbuahi. Oleh karena itu dilakukanlah praktikum ini untuk menghasilkan larva
ikan komet (Carassius auratus).
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta.