Pada awal tahun 1981 sejumlah sarjana dan aktivis muslim di Yogyakarta
merasakan perlunya meningkatkan syi`ar dan dakwah Islam di Indonesia
diperlukan lebih banyak kader yang tanguh dan beraqidah. Perasaan bersama ini
yang kemudian mendorong mereka pada tanggal 24 Januari 1983 mendirikan
Yayasan
nomor 46.
Yayasan ini ingin berkhidmat pada syi`ar dan dakwah Islam dengan jalan,
antara lain mendirikan pondok pesantren khusus bagi mahasiswa di Yogyakarta.
Pondok Pesantren Budi Mulia yang menempati tanah 9000 m 2 adalah rahmat
Allah yang dikaruniakan kepada Yayasan Shalahuddin sebagai amanat tempat
pengkajian Islam bagi mahasiswa.
Bahwa Yayasan Shalahuddin berkedudukan di Yogyakarta, barangkali
mempunyai arti khusus. Yogyakarta adalah sebuah kota yang sangat strategis
dilihat dari segi pendidikan, kebudayaan dan masa depan keagamaan di Indonesia.
Yogyakarta bukan hanya kota pelajar dan mahasiswa, tetapi juga sebuah kota
dimana latar belakang Islam, Kristen, Hindu dan Budha bertemu secara intens.
Mudah dimengerti bila berbagai kelompok sosial dan keagamaan di Indonesia
menjadikan Yogyakarta sebagai tempat perkaderan bagi mereka.
Dalam konteks inilah Yayasan Shalahuddin mempunyai cita-cita ikhlas agar
dapat berkhidmat
berusaha agar santri Pondok Pesantren Budi Mulia mampu memadukan secara
ideal ilmu yang mereka pelajari di perguruan tinggi dengan tuntunan Al Qur`an
dan Sunnah yang mereka hayati di Pondok Pesantren.
Selain itu dengan menyadari sepenuhnya bahwa salah satu kelemahan utama
dalam dakwah Islam di Indonesia adalah tindak adanya perenncanaan yang
edukat dan memadai, maka Yayasan Shalahuddin mengupayakan juga sebuah
pusat pengkajian, penelitian dan informasi dakwah, dengan jalan membangun
sebuah Laboratorium Dakwah. Laboratorium Dakwah di samping merupakan
pusat pelayanan bagi ummat / lembaga dakwah yang ada, dimaksudkan juga
sebagai wahana dimana santri Pondok Pewsantren Budi Mulia
melakukan
yang
cerdas,
bermoral,
akhirat.
Terbinanya generasi yang cendekia dan
berakhlak luhur
Tujuan Kurikuler
dan
dimanifestasikan
berbagai
dengan
meniadakan
aspek
ilmu
dikotomis,
guna
mengembangkan
situasi
bagi
yang
tumbuhnya
permasalahan
ummat,
maka
ide
dasar
i`tikaf
kemudian
dikembangkan bukan hanya sekedar berdiam diri dalam masjid, tetapi diperkaya
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap tindak lanjut (follow up)
Bahasan berikut merinci ketiga tahap tersebut.
1.Tahap Persiapan
a. Panitia pelaksana menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan perangkat keras PIR
b. Panitia pengarah dan tim pemandu mempersiapkan perangkat lunak
(soft were) PIR
2. Tahap Pelaksanaan
Pengajian I`tikaf Ramadhan sesungguhnya bergerak dalam tiga sisi
yang saling berkaitan: tranfertasi nilai Islam, kajian permasalahan umat
kontemporer, dan pelatihan pengemabanagn diri peserta. Oleh karena itu
proses pelaksanaan tidak semata-mata tertumpu pad asatu kajian tertentu
saja. Ketiganya adalah suatu rangkaian sitematis. Proses interaksi
kemasyarakatan dalam Pir melibatka dua hal penting yakni hubungan
pengelola prangkat keras dan perangkat lunak dalam kerangka
pencampaian tujuan.
Skema hubungan pengelola dalam rangka pencapaian tujuan PIR
PENYEDIA
PEARNGKAT LUNAK
Yayasan
Kiai
Panitia pengarah
Tim pemandu
PENYEDIA
PERANGKAT KERAS
Yayasan
Panitia Pelasana
TUJUAN
PESERTA
PENGAJARAN
PROSES
BELAJAR
MENGAJAR
PENCERAMAH
TUNTUNAN
ROHANI
KIAI
PENGELOLAAN
KELAS
PEMANDU
PESERTA
Keterangan :
= Tugas utama
= Tugas tambahan
Hal yang esensi dari kedua skema di atas adalah pemberian tanggung jwab
yang besar bagi peserta guna berinisiatif mengatur dirinya dalam proses
pelaksanaan, yang kemudian menimbulkan konsekuensi logis berupa pemahaman
tentang tugas-tugas peserta sebagaimana yang digambarkan dalam buku panduan
kegiatan PIR.
Selain itu bentuk interaksi sebagaimana yang digambarkan di atas juga
menempatkan Kiai/Ustadz sebagai figur rohaninya PIR, menjadi pembimbing,
dan IMAM PIR dalam tiga ranah yang dikembangkan dalam kegiatan PIR yaitu
bimbingan spiritual, pengkajian ilmu pengetahuan dan pelatihan.
PIR sebagai proses bimbingan spiritual merupakan tranferisasi dan
internalisasi keagamaan melalui pengembangan nilai-nilai ibadah dalam situasi
kegiatan tersebut.
Proses rekruitmen melalui tiga pos, yaitu Pengajian I`tikaf Ramadhan (PIR),
Latihan Pengembangan Kader (LPK) yang merupakan bentuk latihan umum di
luar bulan Ramadhan, serta rekomendasi khusus
PROGRAM
PERKULIA
HAN
PENGAJ
IAN
I`TIKAF
RAMAD
HAN
U
M
M
A
T
JAMAAH
KAMPUS
REKOME
NDASI
KHUSUS
LATIHAN
PENGEM
BANGAN
KADER
U
OUT PUT
PON-PES
BUDI
MULIA
M
M
PROGRAM
OTOAKTIVITAS
PROGRAM
PENGABDIAN
UMMAT
LABORATORIU
M DAKWAH
Metode Belajar
Pengajian I`tikaf Ramadhan dilaksanakan dengan menggunakan metode yang
bervariasi, dengan maksud agar betul-betul mencerminkan suatu aktivitas belajar
yang memadukan antara I`tikaf Ramadhan dan pelatihan. Dengan demikian
diharapkan tidak saja aspek kognitif yang diekembangkan, tetapi juga aspek
afektif dan psikomotoris. Metode yang digunakan dalam Pengajian I`tikaf
Ramadhan adalah:
a. Ceramah dan Tanya Jawab
Cerama dibagi menjadi dua macam, yaitu ceramah tetap kiai yang disampaikan
langsung oleh ustadz Suprapto Ibnu Juraimi dan ceramah kuliah yang
disampaikan oleh pembicara yang mengusasi tema yang disajikan panitia. Kedua
ceramah ini selalu membuka kesempatan untuk tanya jawab sehingga peserta
A
T
dibentuk dalam satu tempat yaitu di masjid yang di dalamnya peserta putra dan
putri berkumpul, baik dalam forum besar (seluruh peserta dan panitia), maupun
forum kecil (kafilah). Dalam kegiatan ini tidak diterapkan pemisahan kaku antara
peserta putra dan putri denganpertimbangan diskusi yang terjadi akan lebih hidup
dan wacana yang berkembang tidak timpang atau tidak bias gender dengan tetap
memperhatikan batasan syar`I (aturan). Persoalan etika berinteraksi antara peserta
putra dan putri panitia sepenuhnya yakin antar peserta dapat menjaganya karena
sebagian besar peserta adalah aktivis dakwah kampus sehingga kemungkinan
kecil melakukan tindakan buruk.
f. Refleksi
Refleksi daam kegiatan PIR dilakukan pada malam hari setelah acara yang
diagendakan selesai. Refleksi ini dilakukan menjelang waktu istirahat malam yang
dimaksudkan sebagai evaluasi (perenungan kembali) terhadap kegiatan peserta
yang berlangsung selama satu hari penuh. Dalam refleksi ini penekanannya lebih
bersifat afektif, yaitu penilain terhadap baik-buruk, bermanfaat-sia-sia. Dan juga
dalam reflesi ini peserta diajak untuk melihat kembali nilai-nilai dan sikap
keseharian, apakah telah sesuai dengan yang diharapkan dalam kegiatan PIR atau
belum.
Secara teknis, refleksi dipandu oleh seorang yang diberi tugas oleh panitia
untuk memandu jalannya kegiatan refleksi. Dengan metode cereamah, perenungan
amaupun pengisian lembar evaluasi diri para peserta diajak untuk menilai diri
sendiri penghayatan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama satu hari.
pada
Kapitalisasi
Pendidikan
di
Indonesia;
Dasar
Islam
Tentang
Pendidikan
Intelektual
Progresif;
Prasyarat
bagi
d. Problematika
Pendidikan
Ummat
Islam
Nasional
dan
Implementasi
Laju
Pendanaan;
Transparansi
dan
e. Jalan
Menuju
Berkedaban
Indonesia
Bermartabat
dan
Hari Pertama
Kamis, 04 November 2004
13.00
15.00
15.30
17.30
19.30
15.00
- 15.30
17. 30
19.30
21.30
21.30 22.30
22.30 02.45
Registrasi peserta
Sholat `Asar
Ta`aruf dan Pengorganisasian Peserta
MASHOIS
PEMBUKAAN
f. Gema Wahyu Illahi
g. Dari panitia
h. Sambutan
Ketua dewan direktur LABDA
i. Sambutan Pengurus yayasan
Sholahuddin
KULIAH
IFTITAH
Paradigma
Pendidikan
Nasional
di
Era
Demokratisasi; Mewujudkan Indonesia
Bermartabat dan Berkeadaban
Oleh Prof. DR. Ahmad Syafii Maarif
KONTRAK BELAJAR
Istirahat
Hari Kedua
Jumat, 05 November 2004
02.45
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
09.30 12.00
12.00
12.15
13.00
15.00
15.30
12.15
13.00
15.00
15.30
16.45
16.45 17.45
17.45 19.30
19.30 21.30
21.30 22.00
22.00 02.45
MATERI I
Pandangan Hidup Muslim
Oleh Drs. H.A Cholik Muchtar
Staff pengajar PP. Budi Mulia
Shalat Dzuhur
Kuliah Tetap Kyai
Istirahat
Shalat `Ashar
FORUM UKHUWAH
Seputar Aktifitas Dakwah Peserta
TADARUS MAKNA
MASHOIS
MATERI II
Aqidah Islam
Oleh Fathurrahman Kamal Lc,
Staff pengajar PP. Budi Mulia
REF ( Refleksi dan Evaluasi)
Istirahat
Hari ketiga
Sabtu, 06 November 2003
02.45
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
12.00
12.00
12.15
13.00
15.00
15.30
12.15
13.00
15.00
15.30
16.45
16.45 17.45
17.45 19.30
19.30 21.30
21.30 22.00
22.00 02.45
Hari keempat
Minggu, 07 November 2003
02.45
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
12.00
12.00
12.15
13.00
15.00
15.30
16.45
17.45
19.30
12.15
13.00
15.00
15.30
16.45
17.45
19.30
21.30
21.30 22.00
22.00 02.45
Hari kelima
Senin 08 November 2004
02.45
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
12.00
12.00 12.15
12.15
13.00
15.00
15.30
16.45
17.45
19.30
13.00
15.00
15.30
16.45
17.45
19.30
21.30
21.30 22.00
22.00 02.45
Hari keenam
Selasa, 09 November 2004
02.45
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
12.00
12.00
12.15
13.00
15.00
15.30
16.45
17.45
19.30
12.15
13.00
15.00
15.30
16.45
17.45
19.30
21.30
21.30 22.00
22.00 02.45
Hari ketujuh
Rabu, 10 November 2003
02.45
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
12.00
12.00
12.15
13.00
15.00
15.30
16.45
17.45
19.30
12.15
13.00
15.00
15.30
16.45
17.45
19.30
21.30
21.30 22.00
22.00 02.45
Hari kedelapan
Kamis, 11 November 2004
02.45
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
12.00
12.00
12.15
13.00
15.00
12.15
13.00
15.00
15.30
15.30
16.45
17.45
19.30
16.45
17.45
19.30
21.30
21.30 22.00
22.00 02.45
KEGIATAN MANDIRI
TADARUS MAKNA
MASHOIS
MATERI XV: Masa Depan Islam
Politik; Meneguhkan Peran dalam
Pendidikan Politik Umat. Oleh DR.
Hidayat Nur Wahid.
REF ( Refleksi dan Evaluasi)
Istirahat
Hari kesembilan
Jumat, 12 November 2004
02.45
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
03.45
04.30
05.00
06.00
07.30
09.30
09.30 12.00
12.00
12.15
13.00
15.00
15.30
16.45
17.45
19.30
12.15
13.00
15.00
15.30
16.45
17.45
19.30
21.30
21.30 22.00
22.00 02.45
22.00 02.45
03.45 04.30
04.30 04.45
Qiyamullail
Makan sahur
Sholat subuh dan Pulang