Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH LEADERSHIP PENDIDIKAN

MANAJEMEN KONFLIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Leadership Pendidikan

Dosen Pengampu : Istanto, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Duta Soka Buana (G000190127)
2. Mus Indrawin Junaidin (G000180216)
3. Shafira Amelia (G000190161)
4. Nuarta Rosa S (G000190138)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tugas kepala sekolah dalam mengelola sumber daya baik manusia maupun non
manusia merupakan peran yang tidak mudah. Tugas tersebut membutuhkan aneka
keterampilan yang oleh Kimball dan Willes (dalam Soetopo, 2010) dibagi atas dua bagian
yakni lima keterampilan pokok dan dua kemampuan tambahan. Keterampilan pokok
tersebut meliputi keterampilan dalam kepemimpinan, keterampilan dalam hubungan
kemanusiaan, keterampilan dalam proses kelompok, keterampilan dalam administrasi
personalia, dan keterampilan dalam penilaian. Sementara dua kemampuan tambahan yaitu
kemampuan untuk mengambil keputusan secara profesional dan kemampuan mengatasi
konflik yang terjadi di sekolah.
Kemampuan mengelola konflik merupakan suatu kemampuan yang sering menyita
perhatian kepala sekolah secara intensif. Hal ini disebabkan karena dalam mengelola
sumber daya yang ada sering terbentur dengan aneka konflik yang terjadi baik
intrapersonal, interpersonal, intragroup, intergroup, intraorganizational, maupun
interorganizational (Soetopo, 2010). Konflik-konflik tersebut pada umumnya disebabkan
oleh hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya itu sendiri. Misalnya,
kelangkaan sumber daya, struktur organisasi, kejelasan tugas, dan sebagainya.
Pengelolaan konflik yang tepat dan benar dapat diketahui melalui beberapa
kemampuan antara lain kemampuan membuat perencanaan analisis konflik, kemampuan
mengevaluasi konflik, dan kemampuan memilih strategi manajemen konflik
Dalam makalah ini akan dijelaskan kecerdasam emosional kepala sekolah dalam
menangani konflik, mengenai etika dan kepemimpinan, komunikasi efektif dalam
organiasi, peran kepala sekolah dalam mengelola konflik dan sumber konflik dalam
organisasi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kecerdasam emosional kepala sekolah dalam menangani konflik ?


2. Apa yang dimaksud dengan etika dan kepemimpinan ?
3. Bagaimana komunikasi efektif dalam organiasi ?
4. Apa saja peran kepala sekolah dalam mengelola konflik ?
5. Apa saja sumber konflik dalam organisasi ?
C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan kecerdasam emosional kepala sekolah dalam menangani konflik.


2. Untuk menjelaskan mengenai etika dan kepemimpinan.
3. Untuk menjelaskan komunikasi efektif dalam organiasi.
4. Untuk menjelaskan peran kepala sekolah dalam mengelola konflik.
5. Untuk menjelaskan sumber konflik dalam organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kecerdasan Emosional Kepala Sekolah dalam Menangani Konflik

Tujuan kepemimpinan kepala sekolah berbasis kecerdasan emosional antara


lain: (1) Untuk memperbaiki standar isi dan kompetensi sekolah, (2) Untuk
memperbaiki standar proses pembelajaran, (3) Untuk memperbaiki standar
pendidik dan tenaga kependidikan, (4) Untuk memperbaiki standar sarana dan
prasarana, (5) Untuk memperbaiki standar pengelolaan sekolah, (6) Untuk
memperbaiki standar pembiayaan, (7) Untuk memperbaiki standar penilaian
pendidikan, dan (8) Untuk memperbaiki kesiapan sekolah dan dukungan
eksternal.
Upaya penerapan kepemimpinan kepala sekolah berbasis kecerdasan
emosional melalui empat aspek kecerdasan emosional. Pertama, Situasi saat ini.
Pada aspek ini kepala sekolah dalam mengerjakan tugas dan kebijakannya
mengendalikan emosi yang ditimbulkan oleh peristiwa hidup, tekanan pekerjaan,
dan tekanan masalah pribadi agar tidak dapat mengganggu perasaannya, sehingga
dapat mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik dan efektif. Kedua,
Pemahaman kecerdasan emosional. Pada aspek ini kepala sekolah memahami
perasaan dirinya dan orang lain, mengendalikan ekspresi emosi serta
memanfaatkan potensi emosi sebagai sumber energi dan sumber informasi dalam
melaksanakan tugas, tanggungjawab dan kebijakan-kebijakan. Ketiga,
Kemampuan kecerdasan emosional. Pada aspek ini kepala sekolah
mengaktualisasikan potensi diri yang meliputi intensionalitas, kreativitas,
ketangguhan, dan hubungan antar pribadi dalam memotivasi dan menggerakkan
stafnya agar bekerjasama berpartisipasi dalam meraih keberhasilan menuju
kesempurnaan tujuan organisasi sekolah. Sedangkan ketidakpuasan konstruktif
disikapi sebagai suatu rangsangan untuk mendapatkan kualitas dan inovasi.
Kempat, Nilai-nilai dan keyakinan kecerdasan emosional. Pada aspek ini kepala
sekolah mengedepankan kasih sayang, sudut pandang, ituisi, daya pribadi dan
integritas dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan dan dalam kerjasamanya
dengan stafnya.

2. Etika dan Kepemimpinan


a. Pengertian Etika
Etika adalah sistem nilai pribadi yang digunakan memutuskan apa
yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam suatu situasi tertentu;
memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang ada dalam
organisasi dan diri pribadi.
Etika adalah perilaku berstandar normatif berupa nilai-nilai moral,
norma-norma,dan hal-hal yang baikbaik. Etika difungsikan sebagai penuntun
dalam bersikap dan bertindak menjalankan kehidupan menuju ke tingkat
keadaan yang lebih baik.Pada dasarnya arti hakiki etika adalah determinasi
pedoman untuk menjalankanapa-apa yang benar dan tidak melakukan apa-apa
yang tidak benar.

b. Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu seni dan ilmu untuk mempengaruhi orang
lain atau orang-orang yang dipimpin sehingga dari orang-orang yang dipimpin
timbul suatu kemauan, respek, kepatuhan dan kepercayaan terhadap pemimpin
untuk melaksanakan yang dikehendaki oleh pemimpin, atau tugas-tugas dan
tujuan organisasi, secara efektif dan efisien. Dalam Diktat Kepemimpinan
Pendidikan arti dari Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin (leader) tentang bagaimana
menjalankan kepemimpinannya (to lead ) sehingga bawahan dapat bergerak
sesuai dengan yang diinginkandalam mencapai tujuan yang ditetapkan
sebelumnya. Bergeraknya orang-orang harus mengikuti jalur tujuan organisasi
yang hendak dicapai dan bukan merupakan kepura-puraan dari
kepemimpinannya itu sendiri.
Pemimpin adalah seorang yang dipandang memiliki kelebihan dari
yang lainnya untuk jangka panjang maupun jangka pendek dengan
kewenangan dan kekuasaan dalam situasi tertentu. Memimpin (leading )
adalah kegiatan dimana individu-individu atau kelompok dipandang oleh satu
atau lainnya untuk mengarahkan dalam pencapaian tujuan, walaupun tujuan
itu merupakan tujuan individu
Pengertian Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan pendidikan
dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan dan proses mempengaruhi,
membibing, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada
hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran, agar supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan
dapat lebih efisien dan efektif didalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan
dan pengajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
pendidikan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dan
menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan
sukarela.
Berikut pengertian kepemimpinan (leadership) menurut beberapa ahli:
1) Kepemimpinan adalah perilaku dari seseorang ketika dia
mengarahkankegiatakegiatan dari kelompoknya ke arah pencapaian tujuan.
(Hemphilldan Coons).
2) Kepemimpinan adalah hubungan kerja antara anggota-anggota kelompok
dimana pemimpin memperoleh status melalui partisipasi aktif dandengan
mempelihatkan kamempuannya untuk melaksanakan tugas kerjasama
denga usaha mencapai tujuan. (Stogdil).
3) Kepemimpinan adalah cara interaksi dengan orang-orang lain
yangmerupakan suatu proses sosial yang mencakup tingkah laku
pemimpinyang diangkat. (Jenings).
4) Kepemimpinan adalah proses mengarahkan aktivitas kelompok
yangterorganisasi ke arah pencapaian tujuan. (Rauch dan Behling)
Beberapa nilai kepemimpinan yang perlu dimiliki seorang pemimpin antara
lain adalah sebagai berikut :
a. Integritas dan moralitas.
b. Tanggung jawab
c. Visi Pemimpin
d. Kebijaksanaan.
e. Keteladanan.
f. Menjaga Kehormatan.
g. Beriman.
h. Kemampuan Berkomunikasi
i. Komitmen Meningkatkan Kualitas SDM

3. Komunikasi Efektif dalam Organisasi


Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan, seorang pemimpin harus
memahami benar bahwa individu merupakan komponen penting dalam organisasi
sehingga harus dilibatkan dalam pendelegasian tanggung jawab untuk mencapai
tujuan organisasi dengan tanpa mengabaikan aspek budaya dan lingkungan
organisasi, serta adanya persetujuan antara pihak manajemen dengan bawahan
(Conger,1998). Untuk menunjang fungsi inilah dibutuhkan adanya komunikasi
yang berkualitas yaitu dengan sikap antusias terhadap semua kegiatan operasi,
komunikasi dua arah antara pemimpin dengan pekerja, dan perhatian yang cukup
dalam hubungan dengan bawahan
Kesuksesan organisasi sangat dipengaruhi oleh kapabilitas dan kompetensi
masing-masing individual dan kerjasama antar anggota tim dalam organisasi.
Dalam menjalin kerjasama untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya
komunikasi. Ditinjau berdasarkan teknis pelaksanaannya, komunikai dapat
dirumuskan sebagai kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui
media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta memahami
sejauh mana kemampuannya, penerima pesan menyampaikan tanggapan melalui
media tertentu kepada orang yang menyampaikan pesan tersebut kepadanya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan berita atau pesan dari dua orang atau lebih supaya
pesan yang dimaksud bisa dipahami.

a. Peran komunikasi dalam kepemimpinan organisasi yang berkualitas


Komunikasi yang diciptakan dalam melaksanakan kepemimpinan tergantung
pada level kepemimpinan yang meliputi upper level, middle level, dan lower
level. Pada tingkatan tertinggi, tugas pemimpin adalah membuat keputusan
berdasarkan masukan berbagai pihak khususnya bawahan sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan, pada saat inilah peran komunikasi sangat
nyata. Tiga tipe komunikasi meliputi: pertama, perintah komunikasi untuk
mengembangkan kebijakan, menggambarkan, dan menetapkan rencana untuk
membuat keputusan, kedua, memastikan bahwa komunikasi berfungsi secara
tepat, ketiga mengevaluasi hasil komunikasi, mengakses efektifitasnya, dan
membuat beberapa perubahan dasar untuk keputusan selanjutnya.

b. Membangun komunikasi yang efektif


Kemampuan komunikasi merupakan faktor penentu kesuksesan setiap
individu maupun organisasi untuk bertahan dalam persaingan bisnis yang sangat
kompetitif saat ini. Kemampuan komunikasi seseorang dalam organisasi
diperlukan dalam setiap kondisi misalnya pada saat mempersiapkan sebuah
presentasi bisnis, menyampaikan ide-ide atau gagasan dalam suatu rapat,
negosiasi bisnis, melatih tim, membangun sebuah tim kerja, dan dalam setiap
aktivitas organisasi. Melihat pentingnya komunikasi dalam organisasi, efektivitas
komunikasi akan sangat menentukan kesuksesan organisasi baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang (Griffith, 2002).
Kemampuan individu untuk menyampaikan pesan atau informasi dengan baik,
menjadi pendengar yang baik, menggunakan berbagai media audio-visual
merupakan bagian penting dalam melaksanakan komunikasi yang efektif dalam
suatu organisasi. Faktor penting dalam komunikasi tidak sekadar pada apa yang
ditulis atau dikatakan seseorang, tetapi lebih pada karakter seseorang dan
bagaimana sesorang dapat menyampaikan pesan kepada penerima pesan.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa syarat utama
komunikasi yang efektif adalah karakter dan integritas pribadi yang
menyampaikan pesan tersebut.
Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik yang memiliki
makna melakukan komunikasi untuk mengerti dan memahami karakter dan
maksud dan peran orang lain yang menerima pesan (Knutson, et al., 2003). Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih media apakah akan
menggunakan saluran personal ataukan non personal. Media komunikasi personal,
bisa digunakan dalam bentuk penyampaian pesan via telpon, surat atau internet,
sedangkan media komunikasi non personal mencakup media utama (media massa,
papan reklame, poster, media on line), suasana lingkungan (perusahaan yang
dirancang sedemikian rupa untuk memperkuat daya tarik bagi konsumen), dan
event (acara-acara yang khusus untuk meningkatkan “eksistensi” dan image
positif perusahaan tur promosi, pameran, ikut serta dalam acara social
kemasyarakatan).
Hal terakhir yang perlu dilakukan dalam mengembangkan suatu komunikasi
yang efektif adalah mengumpulkan umpan balik yang bertujuan untuk
mengevaluasi keberhasilan penyampaian informasi pada penerima informasi.
4. Peran Kepala Sekolah dalam Mengelola Konflik
Tugas seorang pemimpin yaitu mampu memecahklan masalah dengan baik,
mampu mengembangkan konflik sehingga dapat mencapai titik kritis namun
jangan sampai tiba pada titik kepatahan atau “breaking point”, adalah betul-betul
mengandung resiko dan bahaya dan merupakan tugas yang sangat berat. Seorang
Pemimpin memerlukan jiwa yang dinamis, kreatif, berani, bertanggung jawab dan
berdedikasi penuh pengabdian, yang hanya dimiliki oleh pribadi pemimpin yang
berkarakter kuat.
Pemimpin modern harus mampu mendorong bawahannya agar menemukan
ide-ide sendiri, berpartisipasi aktif dan mau menerima banyak perbedaan dan
keragaman. Lalu menciptakan kondisi yang merangsang konflik positif yang
terkendali dan menyelesaikannya dengan baik. Adapun cara pemimpin untuk
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi,yaitu:
1. Konflik dari dalam diri individu (individual conflict)
Konflik yang terjadi dalam organisasi jika dibiarkan akan menimbulkan
keadaan yang tidak menyenangkan, konflik yang ada didalam diri individu
dapat menyebabkan seseorang merasa bimbang bingung sehingga dalam
menyelesaikan pekerjaan tidak bisa dilakukan dengan maksimal. Peran
seorang pemimpin harus dapat memberikan arahan terhadap bawahannya,
yaitu :
a. Memberikan waktu kepada bawahan untuk merenung dan memikirkan
jalan keluarnya
b. Apabila cara tidak berhasil, pimpinan mencarikan beberapa alternatif,
saran, masukan yang baik dan memberikan rasa percaya diri kepada
bawahan supaya yakin apa yang akan dipilih adalah solusi terbaik untuk
menentukan tujuan yang dilaksanakannya.
2. Konflik antar individu maupun antar kelompok
Banyak cara untuk memecahkan persoalan konflik antar pribadi maupun antar
kelompok, misalnya membuka diri, menerima umpan balik, menaruh
kepercayaan terhadap orang lain.

5. Sumber Konflik dalam Organisasi


Ketika kamu masuk ke dalam sebuah organisasi akan sangat wajar terjadi
suatu konflik. Meskipun konflik terlihat seperti adanya sisi buruk atau negatif dari
organisasi, justru dengan adanya konflik semua masalah atau hal yang memiliki
permikiran berbeda akan segera mendapatkan sebuah solusi. Padahal jika terdapat
konflik dalam organisasi, masalah kecil bisa menjadi sangat besar jika tidak
segera diselesaikan. Terkadang konflik juga kurang baik untuk organisasi, karena
akan meningkat menjadi argument yang menghambat produktivitas tim.
Meskipun tidak selalu mungkin untuk menghindari konflik dalam organisasi
sepenuhnya, ada baiknya untuk mengenali penyebab umum konflik dalam
organisasi dan membantu menahannya. Untuk kamu yang penasaran dengan
penyebab konflik dalam organisasi, berikut di bawah ini beberapa penyebabnya
yang dapat kamu hindari:
1) Kesalahpahaman
Kesalahpahaman merupakan penyebab utama terjadinya konflik dalam
organisasi, ketika salah satu orang yang tidak memahami tugas, peran, dan
tanggung jawab mereka dengan baik, maka akan timbulah konflik. Karena ini
pentingnya bagi ketua atau pemimpin untuk memperkenalkan tugas, peran,
dan tanggung jawab masing-masing. Jika tidak mengerti biasanya sulit untuk
mengerjakan tugas mereka, serta akan menjadi komunikasi yang buruk dari
tim ke pemimpin.
2) Perbedaan Pribadi
Perbedaan pribadi merupakan penyebab yang paling mendasar dari adanya
konflik interpersonal di dalam organisasi. Perbedaan ini biasanya terjadi ketika
individu yang memiliki berbagai alasan seperti latar belakang keluarga, nilai-
nilai sikap, trasidi, budaya, pendidikan, dan proses sosialisasi. Selain itu
perbedaan kepribadian juga akan menciptakan konflik di antara orang-orang
yang akan mempengaruhi emosi individu.
3) Kekurangan Informasi
Gangguan komunikasi sangat berakibat buruk dalam sebuah organisasi.
Kurangnya komunikasi yang erat dan transformasi informasi yang kaku akan
menciprakan kesalahpahaman antara masyarakat. Hal ini juga akan
menciptakan masalah ketidakpercayaan dan konflik. Oleh karena itu, penting
untuk mengkomunikasikan infromasi yang tepat pada waktu yang tepat
terhadap orang-orang teterkait
4) Selisih
Organisasi yang terdiri dari beberapa peran yang diisi lebih dari 3-5 orang
tentu akan memiliki pencapaian sendiri. Tentu semua kegiatan individu dalam
organisasi akan berkonsentrasi terhadap pencapaian tujuan yang telah
ditentukan. Oleh karena itu, jika individu dalam kelompok yang lebih merasa
hebat padahal memimiliki tujuan yang berbeda dari individu lain, maka dapat
menyebabkan konflik antara anggota kelompok.
5) Kurang Klarifikasi Peran
Apa itu klarifikasi peran? Setiap individu dalam kelompok tentu memiliki
peran. Peran inilah yang terkadang berbeda dari satu individu dengan individu
lainnya, peran tersebut tentu memiliki tujuan yang berbeda tapi tetap satu visi
dan misi. Tidak adanya eksposisi peran di antara orang-orang akan
menghasilkan konflik. Hal inilah yang akan menimbulkan konflik peran.
6) Ancaman Terhadap Status
Status merupakan peringkat sosial yang diperoleh seseorang dalam sebuah
organisasi. Seperti menjadi ketua, tim inti, sekretaris, bendahara, dan lainnya.
Hal inilah yang menjadi dasar pengetahuan dan posisi, ketika individu
mendapat ancaman dari atasan kemungkinan akan mendapatkan sebuah
konflik. Padahal tanggung jawab sebuah manajemen puncak adalah menjaga
keseimbangan diantara bawahan yang bekerja sama untuk tujaun bersama.
7) Kurangnya Kepercayaan
Kurangnya kepercayaan juga menjadi salah satu penyebab konflik dalam
sebuah organisasi. Semua individu yang bekerja dalam suatu kelompok tentu
harus memiliki rasa saling percaya untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini
membuat mereka untuk memerlukan kegiatan atas dasar gotong royong dan
dukungan. Kurangya rasa saling percaya dianatara anggota kelompok akan
menciptakan konflik, hal inilah yang akan menghasilkan hambatan untuk
mencapai tujuan.
8) Sumber Daya Langka
Alasan umum untuk konflik adalah sumber daya yang langka. Ketika sumber
daya organisasi terbatas maka dapat meningkatkan keinginan individu dalam
kelompok. Sumber daya yang terbatas juga akan menghasilkan konflik karena
kurangnya memotivasi orang untuk bersain dengan yang lainnya untuk
mencapai tujuan. Untuk itu diperlukan manajemen yang tepat untuk
mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
9) Komunikasi Yang Buruk
Komunikasi merupakan sarana pertukaran intruksi dan saran antara anggota
organisasi. Sistem komunikasi yang buruk dalam sebuah organisasi akan
menciptakan masalah transformasi informasi yang tepat diantara anggota
kelompok, hal ini juga akan mengarah pada konflik diantara mereka.
Demikian sangat penting untuk memiliki sistem komunikasi dua arah agar
komunikasi dapat berjalan dengan baik.
10) Perubahan Organisasi
Adanya perubahan struktur organisasi, pembagian kerja, dan tanggung jawab
maka sangat penting untuk mengatasi adanya perubahan lingkungan.
Perubahan tersebut dapat mengubah tanggung jawa pekerjaab, stastus, posisi,
dan otoritas orang-orang dalam sebuah kelompok.Hal ini juga dapat mengubah
hubungan formal dan tanggung jawab pekerjaan anggota kelompok. Selain itu
hal ini juga akan mungkin menjadi alasan konflik di antara anggota kelompok
dan organisasi.

Konflik dalam sebuah organisasi memang hal yang sangat wajar terjadi.
Beberapa konflik jika bisa mencari jalan keluar dan solusinya akan menjadi
tambah erat hubungan antar individu dan akan semakin terbuka satu sama lain.
Hubungan yang baik dalam sebuah organisasi juga diinginkan oleh setiap
orang dalam sebuah organisasi, jadi ketika kamu bingung dan belum jelas
penyampaian di organisasi bisa minta tolong untuk menjelaskan ulang agar
tidak terjadi kesalahpahaman diantara individu dalam organisasi.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Organisasi tanpa pemimpin ibarat kapal perang yang besar tanpa nahkodanyayang
terjadi nantinya adalah kemuduran produktivitas didalam organisasi. Pemimpin mempunyai
hubungan dalam mempengaruhi jalannya organisasi dengan visi misi yang sedang dijalankan
dengan berbagai sudut pandang sebagai seorang pemimpin, susdut pandang structural,
sumber daya manusia,politik dan simbolik.

Konflik dapat diartikan dengan perbedaan,pertentangan dan perselisihan. Konflik


merupakan masalah yang serius dalam setiap organisasi yang dapat merugikan kinerja suatu
organisasi maupun mendorong kerugian bagi banyak karyawan yang baik. Konflik dapat
bersifat menguntungkan atau konstruktif bagi organisasi, namun ada konflik yang bersifat
destruktif yang dapat mengganggu laju perkembangan organisasi akan menurun, dan
mengakibatkan kemunduran dalam organisasi.

Peran pemimpin dalam menangani konflik antara lain harus dapat membuat keputusan
yang tepat dan tidak merugikan kedua belah pihak atau pihak yang berkonflik. Pendekatan
konflik yang digunakan oleh pemimpin untuk mengurangi konflik yang ada di organisasi
antara lain adalah Memecahkan masalah melalui sikap kooperatif, Mempersatukan tujuan,
Menghindari konflik, Memperhalus konflik, Kompromi, Tindakan yang otoriter, Mengubah
struktur individual dan struktur organisasi. Beberapa pendekatan yang digunakan untuk
menangani konflik yang terjadi di organisasi tergantung pada permasalahan dan situasi
konflik.
DAFTAR PUSTAKA

Muslim, A. (2020). Manajemen konflik interpersonal di sekolah. Jurnal Paedagogy, 1(1), 17-


27.

Nurrohim, H., & Anatan, L. (2009). Efektivitas komunikasi dalam organisasi. Jurnal


Manajemen Maranatha, 8(2), 11-20.

UDDIN, S. (2016). Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbaisi Kecerdasan Emosional di


SMAN 1 Soppeng Riaja Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan. Fikrotuna, 3(1).

Yuniaty, D. (2013). Peran Pimpinan Dalam Menyelesaikan Konflik Di Organisasi.

Anda mungkin juga menyukai