Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Isu-isu Pendidikan Dasar


Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd.

Disusun Oleh:

Euis Nur Istiqomah 22106261041

Ari Wijayanti 22106261055

Albi Anggito 22105251057

Sri Wasito 22106261068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022

1
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

A. PENDAHULUAN
Sekolah merupakan suatu organisasi yang bersifat kompleks dan unik. Sebagai suatu
organisasi, di dalam suatu sekolah terdapat berbagai dimensi yang saling berkaitan dan saling
memengaruhi. Sekolah dapat dikatakan bersifat unik karena memiliki ciri khusus yang
membedakan dari organisasi-organisasi lain. Salah satu karakteristik yang membedakan
sekolah dengan organisasi lain adalah keberlangsungan proses belajar mengajar dan tempat
berkembangnya kebudayaan dari generasi ke generasi. Karena sifatnya yang kompleks dan
unik tersebut, sekolah memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi.
Kesuksesan sekolah adalah kesuksesan kepala sekolah. Kepala sekolah berasal dari dua
kata yaitu Kepala dan Sekolah. Menurut Permendikbud Nomor 40 Tahun 2021, dapat diartikan
bahwa kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin pembelajaran
dan mengelola satuan Pendidikan yang meliputi taman kanak-kanak, taman kanak-kanak luar
biasa, sekolah dasar, sekolah dasar luar biasa, sekolah menengah pertama, sekolah menengah
pertama luar biasa, sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, sekolan menengah
atas luar biasa, dan Sekolah Indonesia Luar Negeri.
Kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai kewenangan untuk melakukan
pengaturan dan pengelolaan pada tiga hal pokok yaitu pendidik dan tenaga kependidikan,
sarana, dan pendanaan. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus mempunyai
kemampuan manajerial dalam menjalankan tugasnya. Kemampuan tersebut sangat diperlukan
untuk mengatur sumber daya manusia yang ada di sekolah. Kepala sekolah merupakan figur
yang dipercaya dan diberi kewenangan oleh masyarakat untuk membawa sekolah ke arah
tujuan yang ingin dicapai.
Kepala sekolah merupakan jabatan kepemimpinan yang memerlukan berbagai
pertimbangan dan prosedur dalam penempatannya. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah
mempunyai pengaruh yang kuat dalam meningkatkan kualitas hasil belajar, dan merupakan
orang yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan sekolah yang dipimpinnya. Kapasitas
intelektual, emosional, spiritual dan sosial seorang kepala sekolah berpengaruh besar terhadap
efektifitas kepemimpinannya. Kedalaman ilmu, keluasan pikiran, kewibawaan dan relasi
komunikasinya membawa perubahan signifikan dalam manajemen sekolah.
Seorang kepala sekolah harus terus menerus meningkatkan kapasitas intelektual,
emosional, spiritual dan sosialnya. Hal yang dapat dilakukan yaitu dengan mengembangkan
diri, aktif dalam berbagai forum diskusi, aktif dalam organisasi sosial, dan rajin beribadah. Jika

2
peningkatan kapasitas tersebut dilakukan secara konsisten, maka akan terwujud suatu
keniscayaan kepemimpinan kepala sekolah yang sukses lahir dan batin. Kepemimpinan yang
demikian itu tidak hanya berdampak pada perubahan formal struktural, tetapi juga kultural
yang membekas dalam perilaku seseorang.
Mulyasa (2007) kepala sekolah harus mampu meningkatkan produktivitas satuan
pendidikan. Produktivitas dapat dilihat dari output pendidikan berupa kualitas lulusan dan
prestasi baik di bidang akademik maupun nonakademik. Selain itu, iklim Pendidikan yang
terbangun dalam satuan Pendidikan tersebut tampak pada motivasi belajar, semangat kerja
yang tinggi, serta kepercayaan dari berbagai pihak.

B. KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah subyek yang telah lama menarik perhatian banya orang. Istilah
yang mengkonotasikan citra individual yang kuat dan dinamis yang berhasil memimpin bidang
kemiliteran, pemimpin perusahaan di puncak kejayaan, atau pemimpin negara. Istilah ini sering
digunakan untuk menggambarkan tentang keberanian dan kemampuan memimpin dalam
berbagai legenda dan mitos. Dalam sejarah tercatat beberapa tokoh memimpin dan memiliki
pengaruh yang besar terhadap perubahan dunia. Tokoh seperti nabi Muhammad, Gandhi, Mau
Tse sung semangat dan dedikasinya telah mengispirasi jutaan orang. Bagaimana dengan nama-
nama pemimpin besar di Indonesia seperti gajah mada, Soekarno, Diponegoro jenderal
Sudirman dll juga lekat akan kepemimpinan dibidangnya.
Pada abad 20 berbagai penelitian menitik beratkan pada efektivitas kepemimpinan.
Ilmuwan sosial berusaha untuk mengetahui ciri-ciri, kemampuan, perilaku, sumber-sumber
kekuasaan atau aspek situasi yang menentukan bagaimana pemimpin yang baik dapat
mempengaruhi pengikutnya dan menyelesaikan permasalahan di dalam kelompoknya.
Penelitian tentang efektivitas kepemimpinan dan kepemimpinan manajerial dalam organisasi
formal seperti sekolah, lembaga pemerintah, dan perguruan tinggi terus dilakukan.
1. Definisi kepemimpinan
Istilah kepemimpinan adalah kata yang diambil dari kata-kata yang umum dipakai
dan merupakan gabungan dari kata ilmiah yang tidak didefinisikan kembali secara tepat.
Kata kepemimpinan juga membingungkan karena adanya istilah lain seperti kekuasaan,
wewenang, manajemen, administrasi, pengendalian, dan supervisi yang juga
menjelaskan hal yang sama dengan kepemimpinan. Observasi yang dilakukan Waren
Bennis (1959) dalam yukl (2001:3) masih dianggap benar hingga sekarang seperti
dinyatakan:

3
Sepertinya, konsep kepemimpinan selalu kabur atau kembali menjadi tidak jelas
karena artinya yang kompleks dan mendua. Jadi kita harus berjanji untuk
menemukan dan menghentikan perkembangan istilah kepemimpinan… tetapi tetap
saja konsep ini tidak ada yang mendefinisikan

Menurut Haryono (2015: 1) Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut


leadership. Secara morfologi, leadership berasal dari kata kerja (verb) to lead yang
artinya: memimpin, menggiring, atau mengarahkan. Guru manajemen modern Peter
Drucker menyebutkan betapa pentingnya peranan kepemimpinan para manajer dalam
sebuah organisasi, karena seorang pemimpin mampu merubah keadaan dan membuat
segala impian dan cita-cita organisasi dapat terwujud sesuai dengan harapan (makes thing
happen).
Perkembangan definisi baru kepemimpinan menjadi berkurang setelah stogdill
melaukan observasi. Setelah itu kepemimpinan didefinisikan berdasar ciri-ciri , perilaku,
pengaruh, pola interaksi, hubungan peran, dan posisi jabatan administratif. Berikut
contoh definisi representatif selama 50 tahun terakhir dalam yukl (2021: 4) :
1) Kepemimpinan adalah “perilaku individu yang mengarahkan aktivitas
kelompok untuk mencapai sasaran bersama” (Hemphill&Coon, 1957, h7)
2) Kepemimpinan adalah “pengaruh tambahan yang melebihi dan berda diatas
kebutuhan mekanis dalam mengarahkan organisasi secara rutin” (D.katz &
Kahn, 1978, h 528)
3) “Kepemimpinan dilaksanakan ketika seseorang… memobilisasi…sumber daya
institusional, politis, psikologis, dan sumber-sumber lainnya untuk
membangkitkan, melibatkan dan memenuhi motivasi pengikutnya: ( Burn,
1978, h 18)
4) Kepemimpinan adalah “proses mempengaruhi aktivitas kelompok yang
terorganisir untuk mencapai sasaran (Rouch & Behling, 1984, h 46)
5) Kepemimpinan adalah proses memeberikan tujuan (arahan yang berarti) ke
usaha kolektif, yang menyebabkan adanya usaha yang dikeluarkan untuk
mencapai tujuan (Jacobs & Jaques, 1970, h 281)
6) Kepemimpinan “adalah kemampuan untuk bertindak di luar budaya… untuk
memulai proses perubahan evolusi agar menjadi lebih adaptif” ( E.H. Schein,
1992, h 2)

4
7) “Kepemimpinan adalah proses untuk membuat orang memahami manfaat
bekerja bersama orang lain , sehingga mereka paham dan mau melakukannya”
( drath & paulus, 1994, h 4)
8) “Kepemimpinan adalah cara mengartikulasikan visi , mewujudkan nilai, dan
menciptakan lingkungan guna mencapai sesuatu” ( Richards & eagel, 1986, h
4)
9) Kepemimpinan adalah “Kemampuan individu untuk mempengaruhi,
memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi
efektivitas dan keberhasilan organisasi … “ ( House et al.., 1999, h 184)

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan berkaitan


dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat
terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan
hubungan di dalam kelompok atau organisasi.

2. Kepemimpinan Versus Manajemen


Seseorang bisa menjad pemimpin tanpa harus menjadi manajer (contohnya
pemimpin informal ) , dan seseorang bisa menjadi manajer tanpa harus memimpin
( Manajer keuangan). Beberapa pendapat diuraikan berikut:
a) Manajer menghargai stabilitas, keteraturan, dan efisiensi sementara pemimpin
menghargai fleksibilitas, inovasi, dan adaptasi. Manajer sangat memperhatikan
bagaimana sesuatu diselesaikan , dan mereka berusaha untuk membuat orang
lain dapat melaukannya dengan lebih baik. Para pemimpin sangat
memperhatikan apa arti berbagai hal bagi orang-orang dan berusaha agar orang
menyepakati hal-hal terpenting yang harus dilaukan. ( Bennis & Nanus, 1985;
Zeleznik , 1997)
b) “ manajer adalah orang yang melakukan segala sesuatunya dengan baik dan
memimpin adalah orang yang melakukan hal yang benar” ( Bennis dan nanus
(1985 h 21)
c) Kepemimpinan sebagai salah satu dari 10 peran manajerial, kepemimpinan
meliputi memotivasi bawahan dan menciptakan kondisi yang menyenangkan
dalam melaksanakan pekerjaan. ( Mintzberg (1973)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju
dengan apa yang perlu dilaKukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara

5
efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk
mencapai tujuan bersama.
3. Level Konseptualisasi Kepemimpinan
Level konseptualisasi kepemimpinan digambarkan dalam hierarki sebagai berikut :

(Gambar 1. Level Konseptualisasi Kepemimpinan)


a. Proses Intra Individual: Sejumlah peneliti menggunakan teori psikologi dalam
pembuatan keputusan, motivasi, dan kesadaran untuk menjelaskan perilaku
individual pemimpin. Kepemimpinan diri terhadap kepemimpinan sangat
terbatas karena karena tidak berpengaruh terhadap orang lain.
b. Proses Dyadic: Hubungan antara individu pememimpin dan individu lain
biasanya pengikut. Kepemimpinan sebagai proses timbal balik antara pemimpin
dan orang lain. Pendekatan ini memiliki asumsi implisit bahwa efektivitas
kepemimpinan tidak dapat dipahami tanpa menguji bagaimana pemimpin dan
pengikut saling mempengaruhi setiap waktu
c. Proses kelompok : teori efektivitas kelompok memberikan pengetahuan yang
penting menegenai proses kepemimpinan dan kriteria yang relevan untuk
mengevaluasi efektivitas kepemimpinan. Pertemuan baik formal dan informal
dengan kelompoknya digunakan untuk menyelesaikan masalah dan membuat
keputusan.
d. Proses Organisasi : Analisis level organisatoris menjelaskan kepemimpinan
sebagai proses yang terjadi dalam “ sistem terbuka” yang lebih besar dimana
kelompok merupakan subsistemnya ( Fleishman et. A., 1991; Katz & Kahn,
1978; Mumford 1986).

6
4. Pendekatan dan Teori kepemimpinan
Dalam teori kepemimpinan Gary Yukl (2001) menggolongkan teori dan penelitian
empiris kedalam lima pendekatan yaitu (1) pendekatan ciri; (2) pendekatan perilaku, (3)
pendekatan kekuasaan-pengaruh, (4) pendekatan situasional , (5) Pendekatan terpadu.
Berikut penjelasannya:
(1) Pendekatan ciri : menekankan pada sifat pemimpin seperti kepribadian,
motivasi, nilai, dan ketrampilan.
(2) Pendekatan perilaku : bagaimana perilau manajer menggunakan waktu dan pola
aktivitas, tanggung jawab, dan penanggulangan pada keterbatasan dan konflik.
(3) Pendekatan kekuatan-pengaruh: menguji proses pengaruh yang terjadi antara
pemimpin dengan pengikutnya.
(4) Pendekatan situasional : pentingnya faktor kontekstual yang mempengaruhi
proses kepemimpinan. Variabel yang digunakan sifat pekerjaan, jenis
organisasi, dan lingkungan eksternal.
(5) Pendekatan terpadu : penggunaan lebih dari satu jenis variabel kepemimpinan.
Diterapkan pemimpin kharismatik.

Pendekatan dan variabel kunci bukan satu-satunya landasan untuk membandingkan


teori kepemimpinan. Tiga jenis perbedaan dalam literatur kepemimpinan : (1) Berpusat
pada pemimpin versus berpusat pada pengikut; (2) deskriptif ( memberi gambaran)
versus perspektif ( memberi petunjuk); dan (3) universal versus kontijensi . Setiap jenis
perbedaan ini dapat ditinjau ledengan lebih baik sebagai pendulum (continuen) dimana
teori dapat ditempatkan bukannya sebagai pemisah yang tajam.

(1) Berpusat pada pemimpin versus berpusat pada pengikut: berpusat pada
pemimpin: karakteristik dan tindakan pemimpin menentukan keberhasilan.
Sedangkan berpusat pada pengikut pengikut dapat aktif dan mempengaruhi
peran dan hubungan kerja dengan pemimpin.
(2) deskriptif ( memberi gambaran) versus perspektif ( memberi petunjuk): teori
deskriptip menjelaskan aktivitas pemimpin yang lazim dan menjelaskan
mengapa perilau tertentu terjadi dalam situasi tertentu; perspektif : membahas
apa yang harus dilaukan pemimpin agar menjadi efektif.
(3) universal versus kontijensi: Universal menjelaskan berbagai aspek
kepemimpinal dalam seluruh situasi. (a) universal deskriptif menjelaskan
sebagaian fungsi yang dilaukan pemimpin hingga batas tertentu (b) universal

7
perspektif membahas seluruh fungsi yang harus dilaukan pemimpin agar efektif.
Sementara kontijensi membahas berbagai aspek kepemimpinan yang diterapkan
pada situasi tertentu tetapi tidak untuk situasi yang lain. Kontijensi deskriptif
membahas mengapa pemeimpin berlau berbeda antara satu situasi dengan
situasi yang lain, sedangkan kontijensi perspektif membahas perilau yang paling
efektif dalam setiap situasi.
5. Peran manajerial dari Mintzberg
Mintzberg (1973) menggunakan pengamatan untuk menyusun taksonomi mengenai
peran manajerial para eksekutif. Tiga peran berhubungan dengan perilau antar pribadi,
tiga peran berhubungan dengan pemrosesan informasi, dan empat peran berhubungan
dengan perilaku pengambilan keputusan. Secara rinci diuraikan berikut:
1. Peran proforma pemimpin (FIngurehead Role). Konskwensi kewenangan
formal misal menandatangani dokumen, memmimpin pertemuan, dan kegiatan
seremonial
2. Peran sebagai pemimpin bertanggung jawab sub unit berfungsi dan terintegrasi
untuk mewujudkan tujuan. Merekrut, mengarahkan, kritik, promosi,
memberhentikan.
3. Peran sebagai penghubung. Mencari, menetapkan dan mempertahankan
jaringan sebagai informasi dan dukungan.
4. Peran sebagai pemantau. Mencari informasi, menganalisis, meneruskan
kebawah, atau pihak luar (juru bicara) untuk menemukan masalah atau peluang.
5. Peran sebagai Diseminator (Pembagi informasi). Manajer memiliki akses
informasi ke sumber informasi kemudian meneruskan ke bawahan dalam
bentuk asli atau setelah diinterpretasi dan disunting.
6. Peran sebagai juru bicara. Peran lobbyist (perundingan) dan agar dihormati
pihak luar manajer harus memiliki pengetahuan aktual mengenai organisasi dan
lingkungannya.
7. Peran sebagai Wirausahawan. Pemrakarsa, perancang perubahan terencana,
pengembanagn produk, pembelian alat, dan reorganisasi truktur formal
8. Orang yang menangani gangguan. Menangani konflik, pemogokan, kecelakaan
dengan memberi prioritas.
9. Pengalokasi sumber daya. Uang, personalia, material, peralatan, fasilitas, dan
jasa.

8
Peran sebagai perunding (perundingan apapun yang penting karena memiliki kekuasaan
membuat keputusan).

C. KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH


1. Konsepsi tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah pemimpin yang menjalankan perannya dalam memimpin
sekolah sebagai Lembaga Pendidikan. Ia berperan sebagai pemimpin Pendidikan. Secara
umum kepemimpinan Pendidikan dapat diartikan sebagai kepemimpinan yang
diterapkan dalam bidang Pendidikan. Pengertian kepemimpinan itu sendiri pada
dasarnya mempunyai sifat yang umum dan hal itu juga dapat berlaku dalam bidang
Pendidikan. Secara lebih khusus bila diterapkan pada organisasi pendidikan seperti
sekolah, maka kepemimpinan Pendidikan dalam tataran organisasi sekolah akan
berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah (school leader/principal),hal ini
disebabkan kepala sekolah merupakan orang yang punya otoritas dalam mengelola
sekolah guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Law, Smith dan Sinclair (dalam C Turney, et al 1992: 46) kepemimpinan
merupakan bagian penting dari manajemen. Lebih lanjut mereka mengemukakan posisi
kepemimpinan dalam konteks sekolah sebagai berikut.
“leadership, in the context of school, help bring meaning and a sense of purpose
to the relationship between the leader, the staff, the students, the parents and the
wider school community. Leadership is not only a matter of what a leader does,
but how a leader makes people fell abort themselves in the work situation and about
the organization itself” (C Turney, et al 1992: 48)
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan factor penting yang dapat memberi
makna dan kesatuan tujuan antara pemimpin, staf, siswa, orang tua siswa serta
masyarakat secara keseluruhan. Kepemimpinan tidak hanya berbicara apa yang
dilakukan pemimpin namun juga berkaitan dengan bagaimana pemimpin membuat
nyaman orang dalam bekerja dan dalam organisasi itu sendiri. Sementara itu, Mc Call
(1994:19) mengemukakan pendapatnya tentang kepemimpinan Pendidikan (sekolah)
sebagai berikut:
“Leadership: providing purpose and direction for individuals and groups; shaping
school culture and values, facilitating the development of shared strategic vision for
the school; formulating goals and planning change efforts with staff and setting

9
priorities for one’s school in the context of community and district priorities and student
and staff needs.”
Menyediakan tujuan dan arah bagi anggota organisasi dan kelompok membentuk
budaya dan nilai, mengembangkan visi sekolah yang diduung Bersama, serta
merencanakan perubahan dalam menghadapi tantangan kehidupan masyarakat yang
terus berubah menjdaikan pemimpin pendidikan memegang peran yang menentukan
dalam mempertahankan dan mengembangkan sekolah dalam kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, kepemimpinan Pendidikan/pemimpin Lembaga Pendidikan perlu
terus mengembangkan diri agar dapat berperan efektif dalam membawa organisasi
sekolah kearah yang lebih baik dan berkualitas. Menurut Roland S. Barth (1990:64)
kepala sekolah merupakan kunci sekolah yang baik dan berkualitas, faktor potensial
penentu iklim sekolah, serta sebagai pendorong bagi pertumbuhan para guru. Sementara
itu, berkaitan dengan pemimpin sekolah yang efektif, U.S Department of Education
(2004:3) menyatakan:
“Effective school leaders understand that they are in a position to mobilize others by;
• articulating and modeling core values that support a challenging and
successful education for all;
• establishing a persistent, public focus on learning at the school, classroom,
community, and individual levels;
• working with others to set ambitious standards for learning; and
• demonstrating and inspiring shared responsibility and accountability for
student outcomes.”
Sesuai dengan ciri-ciri sekolah sebagai organisasi yang bersifat kompleks dan unik:
tugas dan fungsi kepala sekolah seharusnya dilihat dari berbagai sudut pandang. Dari sisi
tertentu, kepala sekolah dapat dipandang sebagai pejabat formal, sedang dari sisi lain
seorang kepala sekolah dapat berperan sebagai manajer, sebagai pemimpin, sebagai
pendidik dan yang tidak kalah penting, seorang kepala sekolah juga berperan sebagai
staf. Sebelumnya dapat diuraikan bahwa ada dua buah kata kunci yang dapat dipakai
sebagai landasan untuk memahami lebih jauh tugas dan fungsi kepala sekolah.
Kedua kata tersebut adalah “kepala” dan “sekolah”. Kata “kepala” dapat diartikan
ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang, “sekolah”
adalah sebuah Lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.
Dengan demikian, secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai : seorang

10
tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara
guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Kata “memimpin” dari uraian tersebut mengandung makna luas, yaitu: kemampuan
untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat
didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
praktek organisasi, kata memimpin, mengandung konotasi : “menggerakkan,
mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan
dorongan, memberikan bantuan, dan sebagainya. Banyaknya variable arti yang
terkandung dalam kata memimpin memberika indikasi betapa luas tugas dan peranan
kepala sekolah, sebagai pemimpin suatu organisasi yang bersifat kompleks dan unik.
Dengan kata lain, menurut Koontz bahwa kepala sekolah sebagai seorang
pemimpin harus mampu:
- mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan pecaya diri para
guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing;
- memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta
memberikan doeongan untuk memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan
memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.

2. Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah


“The function of leadership, therefore, is to induce or persuade all subordinates of
followers to contribute willingly to organizational goals in accordance with their
maximum capability”. (Koontz dalam Wahjosumidjo)
Mengacu definisi di atas, agar para bawahan dengan penuh kemauan serta sesuai
dengan kemampuan secara maksimal berhasil mencapai tujuan organisasi, pemimpin
harus mampu membujuk (to induce) dan meyakinkan (persuade) bawahan. Hal ini
berarti, apabila seorang kepala sekolah ingin berhasil menggerakkan para guru, staf dan
para siswa berperilaku dalam mencapai tujuan sekolah, oleh karenanya kepala sekolah
harus memperhatikab beberapa hal dibawah ini.
1. Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau bertindak
keras terhadap para guru, staf dan para siswa;
2. Kepala sekolah harus mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan
untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap para guru, staf dan
siswa, dengan cara ;

11
- meyakinkan (persuade),berusaha agar para guru, staf dan siswa percaya
bahwa apa yang dilakukan adalah benar.
- membujuk (induce), berusaha meyakinkan para guru, staf dan siswa bahwa
apa yang dikerjakan adalah benar.

Sedangkan menurut Hicks dalam Wahjosumidjo bahwa, kepala sekolah sebagai


pemimpin seharusnya dalam praktek sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan
mempraktekkan delapan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah.
1. Adil. Dalam kehidupan sehari-hari kepala sekolah akan dihadapkan kepada sikap
para guru, staf dan para siswa yang mempunyai latar belakang kehidupan,
kepentingan serta tingkat social budaya yang berbeda sehingga tidak mustahil
terjadi konflik antar individu bahkan antar kelompok. Dalam menghadapi hal
semacam ini, kepala sekolah harus bertindak arif, bijaksana, adil, tidak ada pihak
yang dikalahkan atau dianakemaskan. Dengan kata lain, sebagai seorang pemimpin,
kepala sekolah harus dapat memperlakukan sama terhadap orang-orang yang
menjadi bawahannya, sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya dapat
diciptakan semangat kebersamaan di antara mereka yaitu, guru, staf dan para siswa
(arbitrating).
2. Memberikan sugesti. Sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam
melaksanakan tugas. Para guru, staf dan siswa suatu sekolah hendaknya selalu
mendapatkan saran, anjuran, masukan dari kepala sekolah sehingga dengan saran
tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban,
rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing (suggesting).
3. Mendukung tercapainya tujuan. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi
memerlukan dukungan, dana, sarana dan sebagainya. Demikian pula sekolah
sebagai suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah direncanakan,
memerlukan berbagai dukungan. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk
memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf dan
siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung. Tanpa
adanya dukungan yang disediakan oleh kepala sekolah, sumber daya manusia yang
ada tidak mungkin melaksanakan tugasnya dengan baik (supplying objectives).
4. Sebagai katalisator. Kepala sekolah berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu
menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Patah semangat, kehilangan kepercayaan

12
harus dapat dibangkitkan Kembali oleh para kepala sekolah (catalysing). Sesuai
dengan misi yang dibebankan kepada sekolah, kepala sekolah harus mampu
membawa perubahan sikap perilaku, intelektual anak didik sesuai dengan tujuan
pendidikan.
5. Menciptakan rasa aman. Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang,
baik secara individu maupun kelompok. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah
sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di dalam lingkungan
sekolah, sehingga para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugasnya merasa
aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran, serta memperoleh jaminan
keamanan dari kepala sekolah (providing security).
6. Sebagai wakil organisasi. Seorang kepala sekolah selaku pemimpin, akan menjadi
pusat perhatian, artinya semua pandangan akan diarahkan pada kepala sekolah
sebagai orang yang mewakili kehidupan sekolah. Di mana, dan dalam kesempatan
apa pun. Oleh sebab itu, penampilan seorang kepala sekolah harus selalu dijaga
integritasnya, selalu terpercaya, dihormati baik sikap, perilaku maupun
perbuatannya (representing).
7. Sumber inspirasi. Kepala sekolah pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi
para guru, staf dan siswa. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus selalu
membangkitkan semangat, percaya diri para guru, staf dan siswa, sehingga mereka
menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara
bertanggung jawab kea rah tercapainya tujuan sekolah (inspiring).
8. Bersedia menghargai. Setiap orang dalam kehidupan organisasi, baik secara pribadi
maupun kelompok, apabila kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi, akan merasa
senang karena merasa dihargai. Oleh karena itu, kepala sekolah diharapkan selalu
dapat menghargai apa pun yang dihasilkan oleh mereka yang menjadi tanggung
jawabnya. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk, seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti pendidikan dan
sebagainya (praising).

D. KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN


Kemdikbud (2019) telah mengeluarkan sebuah kebijakan yang dinamakan Merdeka
Belajar. Hal ini sebagaimana tercantum dalam kebijakan program Merdeka Belajar Episode 15
kemarin dengan diperkenalkannya sebuah kurikulum baru, yakni Kurikulum Merdeka. Esensi
dari Merdeka Belajar seharusnya dimulai dari peningkatan kompetensi kepala sekolah yang

13
dapat memahami karakteristik dan kemampuan para gurunya (Mustagfiroh, 2020). Karena itu,
kepala sekolah memiliki peran dan kedudukan penting dalam mewujudkan Merdeka Belajar di
sekolah. Kepala sekolah merupakan tonggak terciptanya proses pembelajaran atau pendidikan
yang melahirkan generasi-generasi unggul dan mampu menjawab tantangan abad 21 sekarang

Namun, kenyatannya dilapangan, salah satu faktor elemen pendidikan yang penting
tetapi masih kurang tersentuh dalam program pembangunan pendidikan adalah kepemimpinan
Kepala Sekolah (Ekosiswoyo, 2007). Sebesar apapun input persekolahan ditambah atau
diperbaiki, outputnya tetap tidak akan optimal, apabila faktor kepemimpinan Kepala Sekolah
yang merupakan aspek yang sangat strategis dalam proses belajar mengajar, tidak diberikan
perhatian yang memadai. Hal itu disebabkan Kepala Sekolah adalah pengelola terdepan yang
memutuskan dapat tidaknya setiap input berproses dan berinteraksi secara positip dalam sistem
belajar mengajar. Kepala Sekolah memiliki peranan yang dominan untuk mendorong upaya
inovasi baik yang berasal dari luar maupun yang timbul dari dalam sekolahnya.

Dalam satuan pendidikan, Kepala Sekolah menduduki dua jabatan penting untuk bisa
menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana yang telah digariskan oleh peraturan
perundang-undangan. Pertama, Kepala Sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara
keseluruhan. Kedua, Kepala Sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.
Diartikan sebagai kepala, karena Kepala Sekolah adalah pejabat tertinggi di sekolah
(Mukhlasin, 2017). Tenaga pendidik di sekolah yang temasuknya Kepala Sekolah dan guru
harus mampu menyadari akan peran barunya dalam dunia pendidikan. Tidak hanya berperan
sebagai transfer pengetahuan (tansfer of knowlage) dalam mendidik siswanya. Tetapi Kepala
Sekolah dan guru harus menyediakan iklim yang kondusif di sekolah sehingga diperlukan
manajemen sekolah yang mendukung. Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan kerja yang
aman, nyaman, dan harmonis akan dapat meningkatkan hasil kerja penghuninya. Sebaliknya
lingkungan kerja yang penuh konflik akan menghambat dan menurunkan gairah bekerja
(Mukhlasin, 2021).

Selanjutnya, Mukhlasin (2020) menyatakan bahwa terdapat tiga pilar utama yang
menjadi prasyarat terbangunya akuntabilitas. Pertama, adanya transparansi dalam menetapkan
kebijakan dengan menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai institusi. Kedua, adanya
standar kinerja yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang. Ketiga,
adanya partisipasi untuk saling menciptaka suasana kondusif dalam menciptakan pelayanan
masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah, dan pelayanan yang cepat. Tiga

14
pilar akuntabilitas tersebut juga penting untuk dimiliki lembaga penyelenggara pendidikan
sehingga pelayanan pendidikan bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas.
Akhirnya lembaga pendidikan yang akuntabel dengan didukung oleh personel, proses, dan isi
yang akuntabel akan menghasilkan siswa yang akuntabel sehingga tercapai tujuan pendidikan
yang dicita-citakan.

Bila institusi pendidikan telah memiliki akuntabilitas, tidak perlu diributkan terjadinya
jual beli gelar. Upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat di tempuh dengan beberapa cara
antara lain peningkatan kualitas guru, peningkatan materi, peningkatan dalam pemakaian
metode, peningkatan sarana, peningkatan kualitas belajar. Upaya yang dilakukan tidak terlepas
dari peran Kepala Sekolah sebagai pemimpin di sekolah (Siahaan et al., 2021). Kepemimpinan
dan pengelolaan (manajemen) sekolah tersebut menuntut Kepala Sekolah untuk memiliki
kemampuan dan pengetahuan tentang tujuan, proses dan teknologi yang melandasi pendidikan
di setiap jenjang sekolah, komitmen kepada perbaikan professional secara terus-menerus.

Menghadapi permasalahan yang sangat kompleks, seperti yang dihadapi sekarang ini,
kepemimpinan pendidikan yang bagaimana yang diharapkan? Kepemimpinan yang dianggap
cocok pada dewasa ini ialah pemimpin yang berlandaskan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Sikap keteladanan sangat memegang peranan penting dari kepemimpinan masyarakat. Seorang
pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, mengarahkan, menentukan,
membimbing, mengayomi yang dipimpinnya. Prinsip utama dari kepemimpinan yang
diharapkan pada dewasa ini yaitu ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karso, tut wuri
handayani. Di samping itu, kepemimpinan yang diharapkan adalah kepemimpinan yang
berorientasi ke masa depan, atau menerapkan transformational leadership (Bush & Coleman,
2012: 23) yang bercirikan (a) idealized influence, artinya memberikan pengaruh yang
mendorong tumbuhnya ide-ide baru, (b) inspirational motivation, artinya berupaya
memberikan motivasi terus menerus yang menimbulkan tumbuhnya inspirasi baru yang
membuat berkembangnya suasana kerja yang produktif, (c) intellectual stimulation, yaitu
selalu berusaha memberikan stimulasi intelektual untuk mengembangkan kemampuan dan
keterampilannya bagi peningkatan kerja, dan (d) individualized consideration, artinya
memperhatikan aspek-aspek individual orang yang dipimpinnya, seperti bakat, minat, harapan,
motivasi, sikap dan semacamnya.

Lima hal penting untuk memimpin perjalanan ke masa depan, yang dapat dijadikan
pijakan bagi Kepala Sekolah dalam mengembangkan sekolahnya, yaitu (1) Tidak menunggu,

15
yaitu bahwa Kepala Sekolah harus proaktif dan meraih kemenangan dini, (2) Memiliki karakter
yang berbobot, artinya Kepala Sekolah harus memiliki kredibilitas, (3) Seorang Kepala
Sekolah kepalanya ada di awan, sedangkan kakinya ada di bumi, artinya bahwa “disamping
kepala sekolah itu harus memiliki kesadaran arah dan visi untuk melihat masa depan, tetapi
sekaligus harus dapat mengayomi dan bisa dibanggakan”, (4) memiliki sistem nilai bersama,
artinya bahwa apa yang dikatakan pemimpin harus sesuai dengan harapan pengikutnya, (5)
Kepala Sekolah tidak bisa mengerjakan sendiri, artinya bahwa strategi yang mampu
memenangkan dalam memimpin adalah filosofi “kami” dan bukan “aku” (Ekosiswoyo, 2007).
Norma-norma kepemimpinan yang diperlukan untuk mendukung kesuksesan kepemimpinan
kepala sekolah yang diharapkan ke depan adalah berwibawa, jujur, menegakkan keadilan dan
kebenaran, terpercaya, mengayomi, berani, wawas diri, mampu melihat jauh ke depan, bersikap
wajar, menghormati hak azasi orang lain, memegang teguh prinsip-prinsip/ azas-azas hukum,
sederhana penuh pengabdian pada tugas, berjiwa besar, dan mempunyai sifat ingin tahu
mendorong untuk kemajuan.

Keberhasilan kepala sekolah ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melaksanakan


tugas kepemimpinannya dalam mempengaruhi segala sumber daya sekolah. Kepemimpinan
kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan sekolah yang dapat dilihat dari penampilan
kepemimpinannya dalam mencapai sasaran sekolah. Penampilan kepala sekolah meliputi:
kewibawaan (power), sifat-sifat, perilaku (behavior), dan fleksibilitas (Wahjosumidjo, 2008).

a. Kewibawaan
Kewibawaan atau kekuasaan merupakan keunggulan, kelebihan atau pengaruh
yang dimiliki kepala sekolah. kewibawaan kepala sekolah dapat mempengaruhi orang
lain, bahkan menggerakkan, memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk
mencapai tujuan sekolah sesuai dengan keinginan kepala sekolah. sumber-sumber
kekuasaan yang telah diterima secara luas adalah dikotomi antara position power
(kekuasaan karena kedudukan) dan personal power (kekuasaan peribadi).
b. Sifat
Sifat-sifat atau kualitas pribadi kepala sekolah dapat tercermin dari aspek-aspek
fisik dan psikis. Ciri-ciri fisik meliputi: tinggi badan, penampilan, dan tingkat energi.
Sedangkan kepribadian mencakup: harga diri, pengaruh, dan kemantapan emosi.
Selanjutnya keterampilan meliputi kecerdasan, kelancaran berbicara, keaslian dan
wawasan kemasyarakatan. Ciri-ciri keberhasilan kepemimpinan yang ada pada
dasarnya juga merupakan penampilan kepemimpinan kepala sekolah, secara garis

16
besarnya dirasakan, diamati ada tidaknya beberapa indikasi berikut: (1) dorongan yang
kuat untuk bertanggung jawab dan penyelesaian tugas; (2) penuh semangat dan tekun
di dalam meyakinkan tujuan; (3) berani mengambil resiko dan mengambil keputusan;
(4) berusaha untuk berlatih, berpikir ke dalam situasi masyarakat; (5) percaya diri dan
memiliki identitas kepribadian; (6) keinginan kuat untuk menerima konsekuensi
keputusan dan tindakan; (7) tahan uji dalam menghadapi tekanan akibat hubungan antar
pribadi (interpersonal stress); (8) kemampuan untuk bersabar dalam menghadapi
kegagalan penundaan (prestion delay); (9) kecakapan untuk mempengaruhi perilaku
orang lain; dan (10) kemauan untuk menciptakan sistem hubungan kemasyarakatan di
dalam mencapai tujuan.
c. Perilaku
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar, melalui analisis
aktual kepemimpinan, memberikan kesimpulan bahwa tingkah laku, perilaku atau apa
yang dilakukan oleh para pemimpin dalam memberdayakan sumber daya suatu
organisasi lebih dekat hubungannya dengan proses kepemimpinan. Lahirlah akhirnya
studi kepemimpinan pendekatan perilaku dengan tokoh-tokoh seperti Fleishman,
Holpin, Hemphill dan Coan. Ada tiga pola dasar perilaku pemimpin, yaitu: (1) perilaku
pemimpin yang mengutamakan tugas (task oriented); (2) perilaku pemimpin yang
mementingkan hubungan kerjasama (relationship oriented); dan (3) perilaku pemimpin
yang mengutamakan hasil (effectiveness). Dari tiga pola dasar tersebut, tentu saja
perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang diharapkan adalah kepemimpinan kepala
sekolah yang mampu menyeimbangkan antara ketiganya (Equilibrium), artinya
perilaku kepemimpinan kepala sekolah harus mampu mewujudkan tercapainya tugas,
hubungan kerja sama dan hasil yang seimbang.
d. Fleksibilitas
Fleksibilitas merupakan tingkat kelenturan kepemimpinan seorang kepala
sekolah untuk beradaptasi dengan lingkungan atau situasi sekolah yang di dalamnya
berkumpul atau bekerja sama antar SDM, sehingga SDM yang terdiri dari guru,
laboran, pustakawan, tenaga administratif dan para siswa, tujuan organisasi, sarana dan
fasilitas, prosedur dan tata kerja, waktu, tempat dan sebagainya, dapat
diberdayagunakan dalam mencapai tujuan sekolah. Suatu lingkungan atau situasi di
mana proses penampilan kepemimpinan kepala sekolah terjadi pada dasarnya dapat
dikelompokkan ke dalam dua hal pokok, yaitu SDM sebagai bawahan, dan hal-hal
seperti tujuan, struktur organisasi, harapan organisasi, waktu, tempat dan sebagainya.

17
Sebagai faktor situasi di luar organisasi dalam hal ini bawahan merupakan faktor
terpenting kaitannya dengan tingkat fleksibilitas penampilan kepemimpinan kepala
sekolah.
Sedangkan sasaran sekolah meliputi: program pengajaran, sumber daya manusia, kesiswaan,
anggaran belanja dan fasilitas, dan hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat.
Kinerja sekolah hanya dapat dicapai apabila kepala sekolah mampu memaksimalkkan
kepemimpinannya dalam mencapai sasaran sekolah (Marhawati, 2016). Oleh karena itu,
penting bagi kepala sekolah agar memperhatikan dan memaksimalkan kepemimpinannya
dalam mempengaruhi sumber daya sekolah sehingga tujuan sekolah dapat dicapai secara
efektif dan efisien.

E. ISU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH


1. Perbedaan Regulasi Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah
Pada pertengahan tahun 2022 ini, banyak terjadi kekosongan kepala sekolah karena
tingginya angka pensiun. Untuk memenuhi kekurangan tersebut, pemerintah
memberikan penugasan kepada guru untuk menjadi kepala sekolah. Prosedur
pengangkatan kepala sekolah saat ini mengacu pada permendikbud nomor 40 tahun 2021
tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah.
Sebelum lahir permendikbud nomor 40 tahun 2021, penugasan guru sebagai kepala
sekolah mengacu pada permendikbud nomor 6 tahun 2018. Terkait Persyaratan Bakal
Calon Kepala Sekolah dijelaskan dalam pasal 2 dan 3 Permendikbud Nomor 6 Tahun
2018, bahwa guru dapat menjadi bakal calon Kepala Sekolah apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S -1) atau diploma empat (D
-IV) dari perguruan tinggi dan program studi yang terakreditasi paling rendah B;
b. memiliki sertifikat pendidik;
c. bagi Guru Pegawai Negeri Sipil memiliki pangkat paling rendah Penata, golongan
ruang III/c;
d. pengalaman mengajar paling singkat 6 (enam ) tahun menurut jenis dan jenjang
sekolah masing-masing, kecuali di TK/TKLB memiliki pengalaman mengajar
paling singkat 3 (tiga) tahun di TK/TKLB;
e. memiliki hasil penilaian prestasi kerja Guru dengan sebutan paling rendah “Baik”
selama 2 (dua) tahun terakhir;

18
f. memiliki pengalaman manajerial dengan tugas yang relevan dengan fungsi sekolah
paling singkat 2 (dua) tahun;
g. sehat jasmani, rohani, dan bebas NAPZA berdasarkan surat keterangan dari rumah
sakit Pemerintah;
h. tidak pernah dikenakan hukuman disiplin sedang dan/atau berat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
i. tidak sedang menjadi tersangka atau tidak pernah menjadi terpidana; dan
j. berusia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun pada waktu pengangkatan pertama
sebagai Kepala Sekolah.

Adapun mekanisme penyiapan calon kepala sekolah menurut Permendikbud


Nomor 6 Tahun 2018, diawali dengan pengusulan bakal calon kepala sekolah, seleksi
bakal calon, Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah, serta pemberian
pertimbangan, penilaian akseptabilitas, dan pengangkatan. Secara ringkas, mekanisme
penyiapan calon kepala sekolah dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber:https://ainamulyana.blogspot.com/2018/05/permendikbud-nomor-6-tahun-2018-tentang.html

Tahapan seleksi calon kepala sekolah meliputi seleksi administrasi dan seleksi
substansi sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini.

19
Sumber: https://ainamulyana.blogspot.com/2018/05/permendikbud-nomor-6-tahun-2018-tentang.html

Dalam Permendikbudristek 40 tahun 2021 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala


Sekolah disebutkan syarat-syarat penugasan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. memiliki: kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S-1) atau diploma empat (D-
IV) dari perguruan tinggi dan program studi yang terakreditasi;
b. memiliki sertifikat pendidik;
c. memiliki Sertifikat Guru Penggerak;
d. pangkat terendah penata muda tingkat I, golongan ruang III/b bagi Guru PNS;
e. jenjang jabatan paling rendah Guru ahli pertama bagi Guru pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja;
f. hasil penilaian kinerja Guru dengan sebutan paling rendah Baik selama 2 (dua) tahun
terakhir untuk setiap unsur penilaian;
g. pengalaman manajerial paling singkat 2 (dua) tahun di satuan pendidikan, organisasi
pendidikan, dan/atau komunitas pendidikan;
h. sehat jasmani, rohani, dan bebas narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
berdasarkan surat keterangan dari rumah sakit pemerintah;
i. tidak pernah dikenai hukuman disiplin sedang dan/atau berat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
j. tidak sedang menjadi tersangka, terdakwa, atau tidak pernah menjadi terpidana;
k. usia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun pada saat diberi penugasan sebagai
Kepsek.

20
Persyaratan di atas tidak berlaku bagi Guru yang diberikan penugasan sebagai
Kepala Sekolah pada satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dalam hal
memiliki sertifikat pendidik, pangkat paling rendah penata muda tingkat I, golongan
ruang III/b bagi Guru PNS dan jenjang jabatan paling rendah Guru ahli pertama bagi
Guru pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja.
Mekanisme Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah dilaksanakan melalui
pengangkatan calon Kepala Sekolah yang dilakukan oleh pejabat pembina kepegawaian
untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya dan pimpinan penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan
masyarakat, setelah mendapat rekomendasi dari tim pertimbangan pengangkatan Kepala
Sekolah.
Tim pertimbangan pengangkatan Kepala Sekolah bagi satuan pendidikan yang
diselenggarakan Pemerintah Daerah terdiri atas unsur: sekretariat daerah, Dinas
Pendidikan Daerah Provinsi, Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten/Kota, dewan
pendidikan; dan pengawas sekolah. Sesuai kewenangan masing-masing. Ditetapkan oleh
pejabat pembina kepegawaian.
Tim pertimbangan pengangkatan Kepala Sekolah bagi satuan pendidikan yang
diselenggarakan masyarakat terdiri atas unsur penyelenggara satuan pendidikan yang
diselenggarakan masyarakat. Ditetapkan oleh pimpinan penyelenggara satuan
pendidikan yang diselenggarakan masyarakat. Jika jumlah Guru yang memiliki sertifikat
calon Kepala Sekolah atau Sertifikat Guru Penggerak di wilayahnya tidak mencukupi,
Pemerintah Daerah dapat menugaskan Guru sebagai Kepala Sekolah dari Guru yang
belum memiliki sertifikat calon Kepala Sekolah atau Sertifikat Guru Penggerak. Apabila
Pemerintah Daerah tidak memiliki Guru yang memiliki sertifikat calon Kepala Sekolah
dan Sertifikat Guru Penggerak, Pemerintah Daerah dapat melakukan koordinasi untuk
memenuhi kebutuhan penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah sesuai kewenangannya.

2. Tren Kepala Sekolah Penggerak


Program Sekolah Penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi Pendidikan
Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila. Program Sekolah Penggerak
berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup
kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul
(kepala sekolah dan guru).

21
Program Sekolah Penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi
sekolah sebelumnya. Program Sekolah Penggerak akan mengakselerasi sekolah
negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program
dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di
Indonesia menjadi Program Sekolah Penggerak.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh ketika menjadi bagian dari program sekolah
penggerak, yaitu:
a. meningkatkan hasil mutu pendidikan dalam kurun waktu 3 tahun ajaran;
b. meningkatnya kompetensi kepala sekolah dan guru;
c. percepatan digitalisasi sekolah;
d. percepatan pencapaian profil Pelajar Pancasila;
e. mendapatkan pendampingan intensif untuk transformasi sekolah;
f. kesempatan untuk menjadi katalis perubahan bagi sekolah lain.
Untuk menjadi sekolah penggerak, tahapan yang harus dilalui yaitu kepala sekolah
mendaftar melalui akun SIMPKB. Adapun syarat-syarat untuk mendaftar sebagai kepala
sekolah penggerak mencakup syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum kepala
sekolah penggerak antara lain:
a. memiliki sisa masa tugas minimal satu kali (4 tahun)
b. melampirkan izin atasan (surat izin yayasan jika sekolah swasta dan pemda untuk
sekolah negeri)
c. melampirkan surat keterangan sehat dari dokter
d. tidak sedang menjalani hukuman disiplin sedang dan atau berat
e. terakhir tidak sedang menjalani proses hukum
Adapun syarat khusus Kepala sekolah penggerak yaitu harus memiliki tujuan dan
misi, kemampuan mengambil keputusan strategis, kemampuan memimpin perubahan,
kemampuan pelatihan dan pembimbingan, memiliki orientasi pembelajar, daya juang dan
resiliensi, kematangan beretika, mampu memimpin implementasi, dan mendorong
inovasi.

3. Perubahan Paradigma tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah


Dalam pidato yang disampaikan oleh Nadim Makarim pada hari Senin, tanggal 2
Desember 2019, beliau mengajak untuk mengubah paradigma kepemimpinan yang
semula penguasa atau regulator menjadi kepemimpinan yang melayani. Sebelum

22
mangambil keputusan, seorang kepala sekolah harus mempertimbangkan dampak
keputusan tersebut bagi peserta didik sebagai end user.
Dalam paradigma kepemimpinan 2.0, seorang pemimpin harus dapat memberikan
apresiasi terhadap bawahannya dan menciptakan suasana aman untuk bawahan agar
dapat mencetuskan gagasan, mengkritik pemimpin, dan melakukan inovasi. Selain itu,
penting juga bagi seorang kepala sekolah untuk selalu bertanya kepada bawahan, siswa
sebagai end user, dan guru sebagai teman sejawat, untuk menanyakan “bagaimana saya
bisa menjadi pemimpin yang lebih baik untuk anda?”
Dalam melaksanakan tugas, kepala sekolah merupakan sosok yang paling
bertanggung jawab terhadap pelakanaan Pendidikan di sekolah masing-masing.
Tanggung jawab tersebut tidak hanya secara administratif tetapi juga mencakup segala
bentuk kegiatan yang ada di sekolah. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala sekolah
adalah kepanjangan tangan dari dinas Pendidikan. Segala informasi dari dinas
Pendidikan yang saat ini banyak disampaikan melalui media sosial, harus diteruskan dan
dilaksanakan sesuai dengan perintah dalam surat tersebut.
Kepala sekolah dalam melaksanakan tugas juga harus mampu untuk berkolaborasi
dengan seluruh stakeholder yang ada di sekolah maupun di sekitar sekolah. Kolaborasi
tersebut dapat terwujud dengan adanya komunikasi yang baik dengan berbagai
kepentingan, sehingga dapat mendorong terwujudnya visi dan misi sekolah. Kepala
sekolah harus memiliki kematangan dalam cara berpikir sehingga dapat menghasilkan
keputusan yang arif untuk semua pihak.

4. Studi Kasus: Kepala Sekolah sebagai Penanggungjawab Utama

Sumber:https://purworejonews.com/siswa-sdn-pangenjurutengah-2-tewas-tenggelam-saat-studi-tour-
di-gabusan-bantul/

23
F. PENUTUP
Kepala sekolah yang berhasil yaitu kepala sekolah yang apabila mereka memahami
keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan
peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin
sekolah. Disebutkan bahwa, keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah
adalah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Bahkan dapat
disimpulkan bahwa “keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.” Beberapa di
antara kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para guru,
staf dan siswa. Kepala sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugas-tugas mereka
dan mereka yang menentukan irama bagi sekolah mereka.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, dapat terlihat betapa penting peranan kepala
sekolah dalam menggerakkan kehidupan sekolah dalam mencapai tujuan. Ada dua hal yang
perlu diperhatikan;
a. Kepala sekolah berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak
kehidupan sekolah.
b. Kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan sekolah,
serta memiliki kepedulian kepada staf dan siswa.
Sesuai dengan ciri-ciri sekolah sebagai organisasi yang bersifat kompleks dan unik,
tugas dan fungsi kepala sekolah seharusnya dilihat dari berbagai sudut pandang. Dari sisi
tertentu, kepala sekolah dapat dipandang sebagai pejabat formal, sedang dari sisi lain seorang
kepala sekolah dapat berperan sebagai manajer, sebagai pemimpin, sebagai pendidik, dan yang
tidak kalah penting, seorang kepala sekolah juga berperan sebagai staf.
Kepemimpinan kepala sekolah adalah salah satu perwujudan kepemimpinan nasional,
yaitu kepemimpinan Pancasila, satu potensi atau kekuatan yang mampu memberdayakan
segala sumber daya masyarakat dan lingkungan yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila dalam
mencapai tujuan nasional dalam bidang pendidikan. Oleh sebab itu, kepemimpinan kepala
sekolah sebagai salah satu pelaksana kepemimpinan nasional yang bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa, harus mencerminkan terwujudnya kepemimpinan Pancasila yang memiliki
watak dan berbudi luhur:
a. pola piker; berorientasi jauh ke depan; pola piker ilmiah, efisiensi, dan efektif dan
keterbukaan.
b. asas; kebersamaan atau integralistik; kekeluargaan dan gotong royong; persatuan
dan kesatuan dalam kebhinekaan; selaras, serasi dan seimbang.

24
c. watak dan kepribadian yang utuh;
- trilogi kepemimpinan Pancasila: ing ngarsa sung tulodo, ing madia mangun karsa,
tut wuri handayani.
- Ciri-ciri kepribadian universal: berwibawa, jujur, terpercaya, bijaksana,
mengayomi, beriman, mawas diri, mampu melihat ke depa, berani dan mampu
mengatasi kesulitan, wajar, tegas dan bertanggung jawab, sederhana, penuh
pengabdian pada tugas, berjiwa besar dan memiliki sifat ingin tahu.
d. memiliki tiga belas sifat-sifat kepemimpinan:
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ing ngarsa sung tulodo, ing madia mangun
karsa, tut wuri handayani, waspada, purba wisesa, ambeg paramarta, prasaja, setia,
hemat, terbuka, legawa dan ksatria.
e. sikap dan perilaku:
- sikap konsisten;
- perilaku yang selalu berorientasi kepada butir-butir nilai-nilai sila Pancasila.

25
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku dan Jurnal
Barth, Roland S. (1990). Improving School from Within. San Francisco: Jossey Bass.

Bush, T., & Coleman, M. (2012). Manajemen Mutu Kepemimpinan Pendidikan Panduan
Lengkap Kurikulum Dunia Pendidikan Modern. (Alih Bahasa: Fahrurrozi). IRCiSoD.

Ekosiswoyo, R. (2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif Kunci Pencapaian


Kualitas Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan, 14(2), 76–82.
http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/24

Haryono, S. (2015). Intisari Teori Kepemimpinan. PT: Intermedia Personalia Utama, Jakarta

Marhawati, B. (2016). Urgensi Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pencapaian Kinerja


Sekolah. 191.

Mintzberg, H. (1973). The Nature of Managerial Work: New York: Harper & Row.

Mukhlasin. (2017). The Influence of Organizational Culture, Work Motivation, and Stress
Management Against Affective Commitment of Junior High School Teachers in
GunungMeriah Sub-district, Aceh Singkil District. IOSR Journal of Research & Method
in Education (IOSR-JRME), 7(5), 84–91. https://doi.org/10.9790/7388-0705028491

Mukhlasin. (2020). Manajemen Supervisi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan


Profesionalitas Guru Di Sd Swasta Al-Ittihadiah Laut Dendang Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang. Journal Of Education And Teaching Learning (JETL),
2(3), 9–19. https://doi.org/10.51178/jetl.v2i3.12

Mukhlasin, A. (2021). Kepemimpinan Kepala Sekolah Kunci Keberhasilan dalam Pencapaian


Kualitas Pendidikan. Journal Of Administration and Educational …, 4, 193–199.
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/ALIGNMENT/article/view/2566

Mustagfiroh, S. (2020). Konsep “ Merdeka Belajar ” Perspektif Aliran Progresivisme di


Perguruan Tinggi. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 3(1), 141–147.

Siahaan, A., Pasaribu, M. H., Suparliadi, S., Syahputra, M. R., & Mukhlasin, A. (2021). The
Role of The Supervision of The Principal In Improving The Quality of Education in The
State Ibtidaiyah Madrasah, Langkat Regency. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam,
10(2), 20–39. https://doi.org/10.30868/ei.v10i02.1553

26
Suharsaputra, U. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Stogdill, R.M. (1974). Handbook Of Leadership: A Survey of The Literature, New York: Free
Press

Turney, C. (1992). Conceptualising the Management Process. New Jersey: Prentice. Hall Inc.

Wahjosumidjo. (2008). Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoretik, dan


Permasalahannya. Raja Grafindo Persada

Yukl G. (2021). Kepemimpinan dalam Organisasi,ed. Ke-5. Terjemahan: Budi Supriyanto. PT


Indeks, Jakarta 526 hal.

Permendikbud nomor 40 tahun 2021 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah .

Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah.

Pidato Mendikbudristek, Nadim Makarim, Senin, 2 Desember 2019.

https://purworejonews.com/siswa-sdn-pangenjurutengah-2-tewas-tenggelam-saat-studi-
tour- di-gabusan-bantul/
https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/

27

Anda mungkin juga menyukai