Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen SDM Pendidikan
Dosen Pengampu: Ibnu Aidil Putra, M.Pd.

Disusun Oleh:
Annisa Hafsah Azzahra (19.01.230) Safira Siti Dzakirah (19.01.244)
Alfia Rahma (19.01.231) Siti Hafsah (19.01.247)
Anis Khoerunnisa (19.01.233) Ulya Azzaahra (19.01.252)
Hannah Zulfalaila N (19.01.235) Atikah Azzafira (19.01.251)
Zakiyyah Unsi Syakirah (19.01.238) Patty Banyu Biru (19.01.252)
Zalfa Nazihah (19.01.239) Fadlilah Nurul Zakiah (19.01.253)
Zahra Nadia Shalihah (19.01.240) Nabilla Rifatunisa (19.01.257)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM STIPI MAGHFIRAH


BOGOR – JAWA BARAT
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk menjadi
pemimpin sebagaimana yang sudah dituliskan dalam kitab-Nya yang berbunyi
...‫ وإذ قال ربك للمآلئكة إني جاعل في األرض خليفة‬yang berarti “ ingatlah ketika tuhanmu
berkata kepada malaikat “sesungguhnya aku akan mengangkat Adam menjadi
khalifah di muka bumi” Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwasanya
manusia dikaruniai sifat serta diamanahkan untuk menjadi pemimpin, termasuk
dalam bidang pendidikan kita diharuskan untuk memiliki karakter kepemimpinan
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Menurut Sutisno (2014: 213) Kepemimpinan adalah suatu proses
kegiatan seseorang untuk menggerakan orang lain dengan memimpin,
membimbing, memengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu agar dicapai
hasil yang diharapkan, sedangkan peningkatan mutu pendidikan menurut
djauzah (193: 6) adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan suara
operasional dan efisien terhadap komponen yang ada di sebuah sekolah
sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut
norma atau standar yang telah ditetapkan.
Pengembangan sumber daya manusia dari aspek pendidikan berarti
mengembangkan pendidikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Aspek
kuantitas menekankan pada perluasan sekolah sehingga penduduk akses untuk
mendapatkan pelayanan dalam pendidikan, dan dari aspek kualitas berarti
pengembangan sumber daya manusia haruslah dikembangkan dari waktu ke
waktu.
Dalam konteks otonomi daerah desentralisasi pendidikan, keberhasialan
dan kegagalan pendidikan di sekolah sangat bergantung kepada tenaga
pendidik, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan, karena ke tiga figur tersebut
merupakan kunci yang menentukan juga menggerakan berbagai komponen dan
orientasi sekolah yang lain (Mulyasa, 2012). Dalam posisi tersebut baik
berubahnya komponen sekolah yang lain ditujukan oleh kualitas ke tiga figur
tersebut tanpa mengurangi arti penting tenaga pendidikan yang lain.
Pendidikan bangsa Indonesia saat ini sangat memprihatinkan banyak
kasus yang terjadi di setiap penjuru negeri. Masalah pendidikan yang ada di
Indonesia semakin hari semakin rumit dan bertambah. Salah satu permasalahan
yang di hadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada
setiap dan jenjang dan satuan pendidikan, meskipun mungkin telah banyak
upaya dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya
kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pengadaan
buku, alat pelajaran , pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana serta
peningkatan mutu manajemen sekolah, namun dengan demikian berbagai
indikator mutu pendidikan belum menunjukan peninggalan manaje men
pendidikan yang cukup menggembirakan tetapi sebagian lainya masih
memprihatinkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, fungsi, dan teori kepemimpinan?
2. Apa pengertian, klasifikasi dan macam-macam dalam pengembangan mutu
pendidikan?
C. Kegunaan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian, fungsi, dan teori kepemipinan
2. Untuk mengetahui pengertian, klasifikasi, dan macam-macam dalam
pengembangan mutu pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepemimpinan berarti suatu hal
yang berkaitan dengan cara seorang pemimpin dan cara yang digunakan
seorang pemimpin dalam memimpin. Dalam sebuah tesis, Sumiyati (2018)
mengatakan bahwa, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu
pada situasi tertentu.
Selain itu, George Terry (1972: 458) berpendapat bahwa kepemimpinan
adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai
tujuan organisasi. Kartono (2011: 187) juga mengatakan bahwa
kepemimpinan ialah suatu bentuk dominasi yang didasari oleh
kapabilitas/kemampuan pribadi, yaitu mampu mendorong dan mengajak
orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi,
mendorong, mengajak, mengarahkan orang lain yang berada dibawah
komandonya untuk melaksanakan sesuatu agar dapat mencapai tujuan
Bersama pada situasi tertentu.
2. Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu hal dalam manajemen yang memiliki
hubungan erat dengan pencapaian tuju

an oranisasi. Kepemimpinan kepala sekolah dalam sebuah lembaga


pendidikan merupakan salah satu komponen yang paling dominan berperan,
baik peran dan fungsinya dalam kepemimpinan maupun manajemen.
Pada hakekatnya kepemimpinan dalam sebuah organisasi memiliki dua
aspek fungsi, yaitu fungsi administrasi dan fungsi sebagai top manajemen.
Fungsi administrasi, yaitu fungsi untuk menyelenggarakan formulasi
kebijaksanaan administrasi dan menyiapkankan fasilitasnya. Sedangkan fungsi
sebagai top manajemen, yaitu menyelenggarakan perencanaan,
pengorganisasian, pendelegasian, pengarahan, pemerintahan, pengontrolan,
dan sebagainya.
Secara umum, fungsi kepemimpinan terdiri atas fungsi perencanaan,
memandang ke depan, pengembangan loyalitas, mengambil keputusan, dan
memberi motivasi. Seorang pemimpin juga harus mampu menjaga hubungan
kerjasama dan kesatuan dalam organisasi agar dapat berjalan dengan efektif,
mampu merumuskan tujuan dan menentukan sarana serta cara-cara yang
efisien dalam mencapai tujuan tersebut, mampu menangani permasalahan
yang muncul dan mengadakan evaluasi revisi, perubahan, inovasi,
pengembangan, dan penyempurnaan dalam organisasi.
Menurut Nawawi (1995:74) ada lima fungsi kepemimpinan dalam sebuah
organisasi, yaitu:
a. Fungsi instruktif, yaitu pemimpin sebagai komunikator yang menentukan
apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana
(waktu memulai, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya), dan di mana
(tempat mengerjakan perintah), sehingga keputusan dapat diwujudkan
secara efektif. Maka dari itu, fungsi orang yang dipimpin hanyalah
melaksanakan suatu perintah.
b. Fungsi konsultatif, pemimpin dapat menggunakan fungsi ini sebagai
komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin 11
Dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan
pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
c. Fungsi partisipasi, pemimpin berusaha untuk mengaktifkan orang-orang
yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun
dalam melaksanakannya, namun tetap dalam batas yang sewajarnya.
d. Fungsi delegasi, dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang
atas adanya dasar kepercayaan kepada orang tertentu untuk
membuat/menetapkan keputusan, dengan persetujuan ataupun tanpa
persetuan dari pimpinan.
e. Fungsi pengendalian, dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan,
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan
Mengingat fungsi kepemimpinan yang sangat penting inilah, hendaknya
sebuah organisasi tidak serta merta memillih seorang pemimipin tanpa
memperhatikan kepribadian dan karakter yang dimilikinya. Apabila pemimpin
dipilih tanpa memperhatikan kemampuannya untuk mengemban dan
menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan ini, dikhawatirkan kepemimpinannya
tidak membawa organisasi untuk dapat mencapai tujuannya, bahkan
menghantarkan kepada hal yang sebaliknya.
3. Teori Kepemimpinan
Seperti dalam bidang keilmuan lainnya, dalam kepemimipinan juga ada
beberapa teori yang digunakan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa gaya
seorang pemimpin dalam memimpin sebuah organisasi mempengaruhi kinerja
anggotanya. Marpaung (2014: 35) mengatakan bahwa teori kepemimipinan
terdiri atas:
a. Teori Psikoanalisis
Seorang pemimpin menunjukkan sifat-sifat sosok seorang ayah sebagai
sumber kasih sayang dan ketakutan, simbol dari super ego, tempat pelampiasan
kekecewaan, frsutasi dan agresivitas para anggota, namun juga tetap menjadi
seorang yang memberi kasih sayang kepada anggotanya. Maka dari itu, aspek
kognitif, efektif, konotatif (evaluasi), perilaku, perasaan, watak, integritas, pribadi
dan potensi unggulan lamanya menjadi tuntutan kapabilitas (kemampuan)
kepemimpinan.
b. Teori antisipasi-interaksi (interaction-expection theory).
c. Leader role theory dan two stage model
Dalam teori ini diterangkan variabel utama dari seorang pemimpin
adalah action, interaction, dan sentiments. Apabila frekuensi interaksi dan
peran serta dalam aktivitas bersama itu meningkat, maka perasaan saling
memiliki akan timbul dan norma-norma kelompok akan makin jelas.
Sedangkan dalam teori two stage model, dikatakan bahwa seorang
pemimpin mampu meningkatkan keterampilan pegawainya, maka secara
bersamaan sebenarnya pemimpin tersebut sedang memberikan motivasi
kepada anggotanya.
d. Teori humanistic
Teori ini menekankan pada hubungan yang kohesif dan efektif dalam
dinamika kelompok. Menurut teori ini, manusia merupakan suatu
organisme yang dapat diberikan motivasi setinggi mungkin. Sedangkan
organisasi sebagai kelengkapan yang bisa dimanipulasi dan dikendalikan.
Sedangkan teori kepemimpinan menurut Wirjana dan Supardo (2009: 16),
ada dua teori adlam kepemimpinan yaitu:
a. Teori kepemimpinan karismatik (charismatic leadership)
Pemimpin karismatik mempunyai visi yang kuat atau mempunyai
kesadaran tujuan yang jelas, mampu menyampaikan visi itu dengan efektif,
mendemonstrasikan konsistensi dan fokus, serta mengetahui kekuatan-
kekuatan sendri dan memanfaatkannya.
e. Teori kepemimpinan transformasional (transformational leadership)
Pemimpin transformasional memberikan pertimbangan yang bersifat
individual, stimulasi intelektual, dan mempunyai kharisma. Kepemimpinan
transformasional berkembang dari kepemimpinan transaksional. Dimana
kepemimpinan transaksional memberikan pengarahan kepada anggotanya
ke arah tujuan yang telah ditentukan dengan cara menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan peran dan tugas mereka.
Sebuah jurnal yang dibuat oleh Ginting dan Rosalina (2012: 7)
menyebutkan bahwa ada tiga teori kepemimpinan, yaitu:
a. Teori pola manajerial. Teori yang berkembang pada tahun 1960-an ini
dipengaruhi oleh dua faktor dasar manajerial, yaitu perhatian terhadap
produksi/tugas dan perhatian terhadap manusia.
b. Contigency theory leadership Menurut teori ini, pemimpin akan efektif jika
gaya kepemimpinannya sesuai dengan kenyataan yang real. Pendekatan
ini menyarankan bahwa diperlukan dua perilaku untuk kepemimpinan yang
efektif, yaitu perilaku tugas dan perilaku hubungan.
c. Teori kalangan moderat yang merupakan perkembangan dari teori
contingency leadership.
4. Gaya Kepemimpinan
Dalam jurnal tersebut disebutkan pula gaya kepemimpinan sesuai dengan
teori yang digunakan pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya.
a. Gaya Kepemimpinan Teori Pola Manajerial
1) Gaya manajemen tugas. Pemimpin memperlihatkan perhatian tinggi
terhadap produksi, namun memperlihatkan perhatian yang rendah
terhadap manusia,
2) Gaya manajemen country club, yaitu kebalikan dari gaya manjemen
tugas.
3) Gaya manajemen miskin, pemimpin tidak terlalu menunjukkan perhatian
terhadap produksi ataupun manusia,
4) Gaya manajemen tim, pemimpin menunjukkan perhatian tinggi terhadap
produksi maupun manusia. Menurut teori pola manajerial, pada
dasarnnya gaya manajemen tim sama dengan gaya demokratis
merupakan gaya kepemimpinan yang terbaik untuk semua orang dalam
segala situasi.
b. Gaya kepemimpinan contingency theory leadership
1) Mengarahkan, gaya kepemimpinan ini perilaku tugas tinggi, perilaku
hubungan rendah
2) Menjual, perilaku tugas maupun perilaku hubungan sama tinggi,
3) Ikut serta, perilaku tugas rendah sedangkan perilaku hubungan tinggi,
4) Mendelegasikan, baik perilaku tugas maupun perilaku hubungan sama
rendah.
c. Gaya Kepemimpinan Teori Kalangan Moderat
1) Mengarahkan (directive), gaya ini sama dengan gaya otokratis. Dimana
anggota mengetahui betul apa yang diharapkan dari mereka,
2) Mendukung (supportive), pemimpin bersifat ramah terhadap bawahan,
3) Berpartisipasi (participative), pemimpin bertanya dan menggunakan
saran anggota.
4) Berorientasi pada tugas (task oriented), pemimpin menyusun
serangkaian tujuan yang menantang untuk anggotanya. Meskipun
demikian, diakui bahwa dalam manajemen modern, gaya
kepemimpinan yang partisipatif atau fasilitatif serta involvement oriented
style yang terpusat pada komitmen dan keterlibatan pegawai.
Menurut Engkoswara dan Komariah (Marzuwun, Harun, Ibrahim: 84)
terdapat empat gaya dasar kepemimpinan yaitu otoriter, pseudo demokratis,
laissez faire, dan demokratis.
a. Gaya Kepemimpinan Otokratis/Otoriter. Menekankan pada kekuasaan dan
kepatuhan anggota secara mutlak.
b. Gaya Kepemimpinan Pseudo. Menekankan pada penciptaan situasi
yangmemberikan kesan demokratis padahal pemimpin sangat pandai
mengiring pikiran/ide anggota untuk mengikuti kehendaknya.
c. Gaya Kepemimpinan Demokratis. Merupakan gaya kepemimpinan yang
mengikutsertakan anggota bawahan dalam pengambilan keputusan dalam
rangka menumbuhkan komitmen kerja untuk mencapai tujuan.
d. Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas. Merupakan gaya kepemimpinan yang
menekankan bahwa pemimpin tidak hanya berusaha untuk menjalankan
kontrol atau pengaruh terhadap para anggota kelompok.
5. Tipe Kepemimpinan
Setiap orang memiliki karakteristik dan kepribadian yang berbeda-beda.
Hal itu berdampak pada perbedaan kepemimoinan yang dilakukan antar
individu. Dalam jurnalnya, Ginting dan Rosalina (2012: 5) tipe kepimpinan
berwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri atas tipe pokok
kepemimpinan dalam sebuah organisasi ada empat, yaitu:
a. Tipe Kepemimpinan Otoriter
Seperti halnya gaya kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan ini
menempatkan kekuasaan di tangan satu orang. Pemimpin bertindak
sebagai penguasa satu-satunya. Kedudukan dan tugas anak buah semata-
mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, bahkan kehendak
pimpinan
b. Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan
otoriter. Pemimpin hanyalah sebagai simbol Kepemimpinan dilaksanakan
dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam
mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan
kepentingan masing-masing, baik secara perorangan maupun kelompok-
kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat.
c. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, kreativitas,
inisiatif yang berbeda-beda dan dihargai disalurkan secara wajar. Tipe
pemimpin ini selalu berusaha untuk memanfaatkan setiap orang yang
dipimpinnya. Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif,
dinamis, dan terarah. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan
sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang
dan di dalam unit masing-masing.
6. Pentingnya Kepemimpinan
Kepemimipinan merupakan salah satu hal yang tidak dapt dipisahkan dari
seorang pemimpin dan organisasi. Sebuah lembaga pendidikan tidak akan
mampu mewujudkan pendidikan yang berkualitas jika kepemimpinan yang
dimiliki kepala sekolah sebagi manajer organisai buruk. Begitupun dengan
guru, jika guru tidak memiliki kepemimpinan yang baik, maka kegiatan
pembelajaran di dalam kelas tidak akan berlangsung dengan kondusif.
Dalam jurnal milik Herawan, Richard Gordon yang menyatakan bahwa
dalam literatur profesional tentang administrasi ditekankan bahwa tanggung
jawab utama administrator sekolah adalah sebagai pemimpin. Umumnya
mereka sependapat bahwa kepemimpinan diperlukan untuk memperbaiki
kinerja sekolah
Selain itu, Wahjosumijo (2013) mengatakan, kepemimpinan adalah suatu
kekuatan penting dalam pengelolaan. Oleh sebab itu, kemampuan memimpin
secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seseorang manajer yang efektif.
Tidak jauh berbeda, Husaini Usman (2012) juga mengatakan mengenai
pentingnya keberadaan kepemimpinan untuk melaksanakan peningkatan mutu
tidak dapat diabaikan. Tanpa kepemimpinan yang bermutu sulit untuk
meningkatkana mutu. Prasyarat untuk meningkatkan mutu adalah
kepemimpinan yang bermutu
Maka, dapat disimpulkan bahwa pemimpin dalam sebuah organisasi
bagaikan kepala dalam tubuh makhluk hidup. Jika tidak ada pemimpin, maka
tidak akan ada orang yang menjalankan fungsi, peran dan tugas
kepemimpinan dalam organisasi. Maka dari itu, kepemimpinan dalam sebuah
organsasi sangatlah penting, sebagai sarana organisasi untuk dapat mencapai
tujuannya
B. Peningkatan Mutu Pendidikan
Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang bermanfaat dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Seperti kebutuhan akan hubungannya untuk
berinteraksi sesama anggota masyarakat. Sementara pendidikan menurut
perspektif pendidikan itu sendiri dapat dilihat dari sisi prestasi siswa, mulai dari
proses pembelajaran, kemampuan lulusan dalam mengembangkan
potensinya di masyarakat serta dalam hal memecahkan masalah dalam
berpikir kritis.
Deskripsi mutu antara satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Untuk itu,
agar ada kejelasan tentang pengertian, dimensi, dan cara meningkatkan mutu
yang dirancang oleh setiap intuisi, dalam bab ini perlu dibahas topik-topik yang
relevan, yaitu: (1) Pengertian dan Klasifikasi Mutu, (2), Dimensi Mutu, (3)
Evolusi Sistem Peningkatan Mutu, (4) Pendekatan Peningkatan Mutu
Berkesinambungan, (5) Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu di Sekolah.
1. Pengertian dan Klasifikasi Mutu
Mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar dengan derajat yang
dapat diperkirakan dari variasi produk/jasa yang dihasilkan yang mengacu
pada standar dengan harga yang rendah.
Lebih detail, Saillis (2005) dalam Sutarto (2015: 20) mendesripsikan
komponen Q dalam definisi TQM (Q: “Quality” in TQM ) is total customer
satisfaction which becomes the center of the all organization managers and
their staff, atau mutu sebagai total kepuasan pelanggan adalah fokus utama
bagi semua manager dan staf. Selanjutnya, ia mengklasifikasi mutu menjadi
dua kategori, yaitu mutu absolut dan mutu relatif.
Mutu absolut adalah mutu yang bermakna atau diakui oleh semua orang.
Indikatornya antara lain, berkelas tnggi (high class), mahal, mewah, eklusif, elit,
dan sebagainya. Mutu relatif adalah jenis atau tingkatan mutu yang sesuai
dengan jangkauan masing-masing pihak yang akan dicapai (fit for their
purpose). Mutu relatif inilah yang dimaksudkan dengan “mutu” pada
manajemen mutu pendidikan yang selalu dinamis meningkat dari waktu ke
waktu sesuai tuntutan pelanggan mereka sendiri.
Di samping deskripsi mutu dari para guru tentang mutu, masih perlu
disadari mengenai adanya perbedaan persepsi terhadap mutu antara pihak
konsumen, produsen, dan internal pihak produsen sendiri. Diantaranya para
manajer dengan divisi produksi, divisi pemasaran, ataupun dengan staf secara
kesuluruhan. Jika terjadi ketidaksamaan persepsi tentang spesifikasi mutu
produk/jasa, artinya ada kesenjangan persepsi mutu antara mereka.
2. Dimensi Mutu
Dalam konteks manufaktur, Tjiptono (2003) dalam Sutarto (2015: 23)
mendeskripsikan dimensi mutu ke dalam delapan jenis dimensi sebagai
berikut:
a. Performa (performance)
Berkaitan dengan fungsi utama dari produk/jasa yang dimilikinya. Di
bidang pendidikan dimensi mutu tentunya merujuk pada output satuan
pendidikan. Dalam spektrum nasioanal, maka dimensi pendidikan tentunya
merujuk pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 3, output
pendidikan adalah manusia yang beriman dan takwa sertaberakhlak mulia,
cerdas dalam berkehidupan dan berbangsa.
Secara operasioanal, produk mutu pendidikan yaitu Standar
Kompetensi Lulusan (SKL). Sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 23 tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk setiap jalur dan jenjang
satuan pendidikan.
b. Tambahan fitur (features)
Dimensi yang berkaitan dengan tambahan fungsi-fungsi dasar, sehingga
produk/jasa menjadi lebih nyaman, praktis, dan ekonomis. Contoh dari dimensi
ini dalam satuan pendidikan, tambahan fitur dapat berupa, kemampuan
berbahasa Arab dan Inggris secara lisan dan tertulis dengan sertifikasi dari
lembaga bahasa yang terakreditasi, keterampilan mengajar dengan
mengaitkan Al-Qur’an, Hadits, dan Sejarah Peradaban Islam.
c. Keandalan (reability)
Dimensi mutu tentang tetap berfungsinya produk/jasa walau dalam
keadaan sulit. Contoh, proses belajar di sekolah termasuk nilai ujian sekolah,
hasil evaluasi sekolah, dan akhlak/perilaku keseharian. Sehingga sekolah
mencerminkan kompetensi yang dimemiliki lulusan yang dapat diandalakan
untuk memprediksi kemampuan ketika bekerja.
d. Konformitas (conformance to requirement)
Memenuhi kebutuhan atau harapan pelanggan dan bahkan memenuhi
standar produk/jasa yang berlaku, misalnya ukuran karakteristik produk/jasa
sesuai standar internasional sehingga produk tersebut compatiabel dengan
produk lain. Contoh di bidang pendidikan, lulusan SMK sesuai dengan
kebutuhan pengguna dan standar industri, sedangkan lulusan SMA bahasa
indonesia yang dikuasai memadai untuk bekal mengikuti kuliah bahasa
indonesia di perguruan tinggi.
e. Daya tahan (durability)
Mutu yang berhubungan dengan lamanya masa bertahan suatu
produk/jasa. Misalnya, dimensi mutu daya tahan ini dapat berupa kegigihan,
daya juang lulusan untuk sukses dalam bekerja atau kuliah.
3. Evolusi Sistem Peningkatan Mutu
a. Era Tanpa Mutu
Masa ini dimulai sebelum abad ke-18 dimana produk yang dibuat tidak
diperhatikan mutunya. Hal ini mungkin terjadi karena pada saat itu belum
ada persaingan (monipoli). Sekarang, praktik seperti ini masih bisa
dijumpai. Pengadaan listrik misalnya, hingga saat ini masih dikuasai oleh
PLN sehingga masyarakat tidak bisa pindah meskipun pelayanan listriknya
sering mati.
b. Era Inspeksi
Berlangsung sekitar tahun 1800-an. Dimana pemilahan produk akhir
dilakukan dengan cara melakukan inspeksi sebelum dilepas ke konsumen.
Tanggung jawab mutu produk diserahkan sepenuhnya ke departemen
inspeksi untuk mengecek produk cacat yang lolos ke konsumen. Di sisi lain,
biaya mutu menjadi merosot karena produk seharusnya sudah bisa dicegah
masuk ke proses berikutnya pada saat depaartemen terkait menemukan
adanya cacat di bagian masing-masing sebelum diperiksa oleh petugas
inspeksi.
c. Era Pengendalian Mutu secara Statistik
Era ini dimulai tahun 1930 oleh Walter Shewart dari Bell Telephone
Laboratories. Departemen Inspeksi dilengkapi dengan alat dan metode
statistik untuk mendeteksi penyimpangan yang terjadi pada produk yang
dihasilkan departemen produksi. Departemen produksi menggunakan data
tersebut untuk melakukan perbaikan terhadap sistem dan proses.
d. Era Penjaminan Mutu
Era ini mulai berkembang tahun 1950-an. Konsep mutu meluas dari
sebatas tahap produksi ke tahap desain dan berkoordinasi dengan
departemen jasa (Maintenance, PPIC, Gudang, dll). Manajemen mulai
terlibat dalam penentuan pemasok (supplier). Konsep biaya mutu mulai
dikenal bahwa aktivitas pencegahan akan mengurangi pengeluaran
daripada upaya perbaikan cacat yang sudah terjadi. Desain yang salah
misalnya akan mengakibatkan kesalahan produksi atau instalasi.
e. Era Manajemen Mutu Terpadu
Dalam era ini keterlibatan manajemen puncak sangat besar dalam
menjadikan kualitas sebagai modal untuk menempatkan perusahaan siap
bersaing dengan kompetitor. Sistem ini didefinisikan sebagai sistem
manajemen strategis dan integratif yang melibatkan semua manajer dan
karwayan menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif unutk
memperbaiki proses organisasi secara berkesinambungan agar dapat
memenuhi dan melampaui harapan pelanggan. Contoh era ini adalah
penggunaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 versi 2000 dan 2008.
4. Pendekatan Mutu Pendidikan Berkesinambungan
Peningkatan Mutu Berkesinambungan (PMB) adalah suatu upaya peningkatan
mutu produk/jasa melalui perbaikan yang menerus dilakukan pada sistem dan
proses kerja dan personil yang terlibat untuk menghasilkan mutu/jasa yang secara
menerus meningkat.
5. Lima Pilar Manajemen Mutu Pendidikan
Dalam manufaktur ada konsep lima pilar Manajemen Mutu Pendidikan, kelima
pilar ini bersinergi dengan komponen organisasi lainnya, antara lain visi dan misi
organisasi, kebutuhan pelanggan, kecakapan staff, motivasi & pengembangan,
dorongan perbaikan, dan partisipatif, yang terdiri dari:
1) Produk barang/jasa dimana hal tersebut merupakan mata pencaharian
suatu organisasi
2) Produk yang bermutu tidak akan tercapai tanpa “proses” kerja yang
bermutu
3) Proses kerja yang bermutu tidak akan terjadi tanpa “organisasi” yang
dikelola dengan baik dan bermutu.
4) Organisasi akan sia-sia tanpa “kepemimpinan” yang baik dan bermutu
5) Komitmen
C. Kepemimpinan dalam Manajemen Sekolah
Kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dalam organisasi, baik
organisasi bisnis, pendidikan, politik, keagamaan, dan sosial. Hal ini disebabkan
dalam proses interaksi untuk mencapai tujuan, orang-orang yang ada didalamnya
membutuhkan seorang yang dapat mengkoordinasikan, mengarahkan, dan
memudahkan orang-orang tersebut untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu
maupun tujuan organisasi.
Adapun fungsi kepemimpinan menyangkut seluruh aspek, yaitu berhubungan
dengan proses pengambilan keputusan dalam perencanaan, pengorganisasian,
pemberian motivasi, pengawasan dan penilaian. Sementara dalam suatu
organisasi, fungsi dan peran pemimpin dalam mendorong pembentukan
organisasi yang diharapkan menjadi dominan. Pada era globalisasi kepemimpinan
yang dibutuhkan adalah yang memiliki nilai kompetensi yang tinggi, diperoleh jika
pemimpin tersebut memiliki pengalaman ilmu pengetahuan yang maksimal.
Disisi lain, pemimpin juga harus bertanggung jawab terhadap seluruh proses
yang terjadi dalam oraganisasI. Mampu menjalakan tugas, memiliki visi yang jelas,
memiliki kekuatan untuk berinovasi terhadap setiap kegiatan yang dilakukan.
Memahami setiap masalah lebih mendalam dibandingkan dengan orang lain, serta
mampu memberikan keputusan terhadap permasalahan tersebut.
Dorongan dan semangat kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin
mampu menggerakan suatu organisasi kearah yang diinginkan, namun begitu
pula sebaliknya jika kualitas dan kompetensi seorang pemimpin adalah belum
mencakup untuk membantu mendorong kearah kemajuan maka pemimpin
tersebut hanya memimpin dengan tujuan pribadinya dan bukan untuk tujuan
organisasi.
SIMPULAN

Kepemimpinan yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk


membimbing, mempengaruhi, mengarahkan orang lain agar tercapainya tujuan
sangatlah dibutuhkan dalam peningkatan sebuah mutu pendidikan, karena untuk
meningkatkan sebuah mutu pendidikan, lembaga akan melibatkan banyak orang
yang perlu diselaraskan pemikirannya dalam pencapaian tujuan yang telah
direncanakan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sutarto. (2015). Manajemen Mutu Terpadu Teori dan Penerapan. Yogyakarta:
UNY Press.
2. Chintia. (Mei 7, 2012). Perkembangan Mutu Pendidikan.
3. Syaputri, Nur Afni. Peningkatan Mutu Pendidikan melalui Manajemen berbasis
Sekolah (MBS). Universitas Negeri Padang.
4. Sumiyati. (2018). Peranan Kepemimpinan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Melalui Manajemen Berbasis Sekolah di SD Negeri Depok I, Depok Sleman
Yogyakarta. Yogyakarta.
5. Rivai, V., dan Mulyadi, D. (2011). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:
Rajawali Pers.
6. Kartono, dan Kartini. (2011). Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah
Kepemimpinan Abnormal Itu?. Jakarta: Rajawali Pers.
7. Ginting, Rosalina dan Haryati, Titik. (Juli 2012). Kepemimpinan dan Konteks
Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Ilmiah CIVIS (2) 2.
8. Hafniati. (2018). Aspek-Aspek Filosofi Kepemimpinan Dalam Al-Quran Dan As-
Sunnah. Jurnal: Al-adyan (13) 1.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/alAdyan
DOI: http://dx.doi.org/10.24042/adyan.v13i1.2947
9. Prasojo, Lantip Diat. (2016). Manajemen Mutu Pendidikian. Yogyakarta: UNY
Press
10. Marzuwun, Sakdiah Ibrahim; dan Cut Zahari Harun. Kepemimpinan Kepala
Sekolah Sebagai Manajer dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Sma Negeri 1
Meureudu: Jurnal Administrasi Pendidikan ISSN 2302-0156 Pascasarjana
Universitas Syiah Kuala (4) 3.
11. Herawan, Endang. Kepemimpinan Mutu Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan: Jurnal Ilmu Pendidikan.
12. Sidiq, Umar. (2014). Kepemimpinan dalam Islam: Kajian Tematik Dalam Al-Quran
Dan Hadits: Junal Dialogia (12) 1.
13. https://core.ac.uk/download/pdf/234022392.pdf
14. https://www.dosenpendidikan.co.id/teori-kepemimpinan/
15. (http://ikasartika.staff.ipdn.ae.id/?p-13)

Anda mungkin juga menyukai