Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

IMPROVING INTRUCTIONAL SUPERVISION


Disusun untuk Memenuhi Tugas
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN EVALUASI SUPERVISI
PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU: Dr. H. MUHAMMAD SALEH, M. Pd.

Disusun oleh:
KELOMPOK I
Agni Risdianto 20201113101151
Norhadijah 2020111320108

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Tujuan Makalah....................................................................................3

1.3 Manfaat Makalah..................................................................................3

BAB II PERMASALAHAN..........................................................................4

BAB III PEMBAHASAN..............................................................................5

2.1 Meningkatkan Supervisi Pengajaran....................................................5

2.2 Peran dan Fungsi Supervisor................................................................8

2.3 Kewajiban dan Tanggung Jawab Supervisor........................................9

2.4 Evaluasi atas Supervisor.....................................................................10

2.4.1 Evaluasi oleh Atasan Supervisor.................................................11

2.4.2 Evaluasi Diri................................................................................13

2.4.3 Evaluasi Program Supervisor......................................................14

2.5 Arah Masa Depan dalam Pengawasan................................................16

BAB III PENUTUP......................................................................................18

3.1 Kesimpulan.........................................................................................18

3.2 Saran...................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19

i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Realita rendahnya layanan pendidikan dari guru kepada peserta didik
dimungkinkan karena rutinitas mengajar guru, kurangnya pemahaman, rendahnya
minat dan motivasi siswa, kurangnya kuantitas layanan supervisi, dan lain
sebagainya. Apabila mutu layanan guru terhadap peserta didik rendah, maka hasil
prestasi belajar peserta didik juga akan rendah. Sehingga dalam hal ini peranan
supervisor dalam perbaikan pelayanan pendidikan sangat diperlukan dalam rangka
peningkatan kualitas kinerja guru. Oliva (1984 : 341) menyatakan : “The
supervisor has the responsibility for identifying teachers’ in-service need through
surveys, requests from teachers, and operation” (Oliva, 1984).
Kepala Sekolah di dalam menolong guru dalam memperbaiki mutu layanan
pendidikan harus benar-benar mengetahui kebutuhan yang diharapkan oleh guru,
hal ini dapat dilakukan dengan cara survei, dialog dengan guru, kunjungan kelas,
dan lain sebagainya
Menurut Peter F. Oliva dalam bukunya Supervision for Today’s Schools
merumuskan bahwa: “Supervision is defined a service provided to teachers for
the purpose of improving instruction. It is the student who is the ultimate
beneficiary of instructional improvement”. Dari definisi tersebut, menambah
penjelasan bahwa pengawasan digambarkan sebagai suatu jasa/layanan yang
diberikan kepada guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini siswa menjadi objek terakhir sebagai penerima
proses pembelajaran (Oliva, 1984).
Supervisor dikonsepsikan sebagai individu yang memiliki tugas untuk
membantu guru dalam mengembangkan mengembangkan pengajaran dan
kurikulum untuk membantu para guru. Supervisor pengajaran adalah suatu
pelayanan berorientasi kepada staf atau perorangan yang mungkin lebih efektif
jika terlepas dari tanggung jawab administratif. Tanggung jawab pengawas secara
tidak langsung menunjukkan sejumlah peran yaitu: Pakar pembelajaran, Pakar
Kurikulum, Pengelola, Guru ahli, Pemimpin kelompok, Penilai, Stimulator,
Koordinator, Pengarah. Sebagai humas, Peneliti, Agen perubahan (Oliva, 1984).

1
2

Masyarakat telah memberikan kepercayaan (confidence) penuh kepada guru


untuk mendidik dan mengajar putra-putrinya. Oleh masyarakat, figur guru telah
mendapatkan sebuah pengakuan (recognition), pengesahan/ persetujuan
(endorsement), penerimaan (acceptance), kepercayaan (trust) untuk mendidik dan
mengajar putra-putrinya sebagai siswa. Di samping itu guru juga diberikan
kepercayaan untuk membantu menumbuhkan dan mengembangkan potensi-
potensi yang dimiliki siswa.
Sebagai implikasi dari adanya pengakuan-pengakuan dari masyarakat
sebagaimana tersebut di atas maka guru dituntut untuk selalu mengupayakan
peningkatan kualitasnya sebagai seorang guru. Upaya peningkatan sumber daya
manusia sebagai seorang guru tidak hanya sebatas pada tataran normatif saja akan
tetapi juga harus mampu mengembangkan kompetensi yang dimilikinya, baik
kompetensi personal, profesional maupun kemasyarakatan.
Upaya-upaya peningkatan kompetensi guru harus selalu dilaksanakan dan
diwujudkan sebagai konsekuensi profesi guru yang menjadi penentu keberhasilan
pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial. Upaya
meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru dan tenaga
kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun
kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang profesional pula.
Berbagai fasilitas dan metode sebagai upaya meningkatkan kualitas atau
kompetensi guru dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Pemerintah sebagai penentu kebijakan bersama stakeholder terus memfasilitasi
langkah-langkah tersebut. Peningkatan kompetensi guru maupun tenaga
kependidikan dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, di antaranya adalah dalam
wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah (MKKS), Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), In House Training (IHT),
dan sebagainya termasuk melalui Supervisi Pendidikan.
Dari beberapa sarana maupun bentuk-bentuk kegiatan tersebut di atas
hingga kini belum terlihat hasil analisis yang menyatakan suatu keberhasilan dari
kegiatan itu sendiri. Sampai sejauh mana keberhasilan kegiatan sebuah MGMP
Bidang Studi Bahasa Indonesia dalam meningkatkan kualitas atau kompetensi
guru misalnya, sampai sekarang belum bisa kita ketahui dengan jelas. Bagaimana
3

kompetensi seorang Kepala Sekolah setelah sekian kali mengikuti kegiatan


MKKS? Juga belum bisa kita ketahui secara pasti. Bagaimana kegiatan supervisi
pendidikan telah meningkatkan kompetensi guru dalam melakukan kegiatan
pembelajaran di kelas? Kita juga belum bisa mengetahuinya secara pasti.
Dalam melakukan perbaikan dan peningkatan, evaluasi merupakan pintu
masuk pertama yang harus dilalui, tanpa itu, mustahil perbaikan dan peningkatan
bisa dilakukan. Suatu evaluasi yang baik memerlukan instrumen evaluasi yang
baik. Supervisi pengajaran yang dilakukan oleh supervisor pada guru dapat
menggunakan berbagai macam metode/teknik. Secara ilmiah bila melakukan
suatu kegiatan dengan metode/teknik yang berbeda maka digunakan instrumen
untuk mengamati atau mengevaluasi yang berbeda pula. Kegiatan supervisi
pengajaran selalu dihadapkan pada situasi dan kondisi yang berubah/berbeda
seperti kurikulum, kondisi guru/siswa, globalisasi, dan lain-lain. Untuk ini maka
tidak ada instrumen penilaian kinerja yang baku. Pengetahuan , pemahaman, dan
kreativitas seorang supervisor sangat diperlukan dalam menyusun instrumen
evaluasi pengajaran. Instrumen seyogyanya bukan hanya untuk menilai seseorang
tetapi juga harus dibuat sebuah instrumen untuk mengevaluasi diri sendiri
(Suharsimi & Yuliana, 2008).
1.2 Tujuan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memiliki
pengetahuan dalam hal-hal berikut:
1. merancang sebuah instrumen dimana administrator dapat mengevaluasi
supervisor;
2. merancang alat untuk evaluasi diri dari supervisor;
3. merancang alat untuk evaluasi pengawas oleh guru;
4. merancang rencana untuk mengevaluasi program pengawasan; dan
5. memprediksi kemungkinan perkembangan dalam pengawasan di masa
depan.
1.3 Manfaat Makalah
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu
antara lain:
4

1. Bagi Penulis: untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang


meningkatkan supervisi instruksional.
2. Bagi Pembaca: untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang
meningkatkan supervisi instruksional.
BAB II PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat beberapa alternatif upaya
meningkatkan kualitas dalam bentuk kompetensi guru maupun tenaga
kependidikan. Pada kesempatan ini kami hanya akan membahas beberapa
permasalahan seputar kegiatan supervisi pendidikan, yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang harus diperbaiki/ditingkatkan dalam supervisi pengajaran?
2. Bagaimana merancang sebuah instrumen dimana administrator dapat
mengevaluasi supervisor?
3. Bagaimana merancang alat untuk evaluasi diri dari supervisor?
4. Bagaimana merancang alat untuk evaluasi pengawas oleh guru?
5. Bagaimana merancang rencana untuk mengevaluasi program pengawasan?
6. Bagaimana memprediksi kemungkinan perkembangan dalam pengawasan di
masa depan?

5
6

BAB III PEMBAHASAN


2.1 Meningkatkan Supervisi Pengajaran

Peter F. Oliva di dalam bukunya “Supervision for Today’s Schools”,


mendefinisikan supervisi akademik, Oliva mengatakan bahwa: “....supervision is
conceived as a service to teachers, both as individuals and in groups. To put it
simply, supervision is a means of offering to teachers specialized help in
improving instruction.” (Oliva, 1984).
Menurut Peter Oliva dalam “Supervision for Today’s Schools” bahwa
kegiatan supervisi akademik dimaksudkan untuk:
a. Membantu guru dalam merencanakan pembelajaran;
b. Membantu guru dalam penyajian materi pembelajaran;
c. Membantu guru dalam mengevaluasi pembelajaran;
d. Membantu guru dalam mengelola kelas;
e. Membantu guru memgembangkan kurikulum;
f. Membantu guru dalam mengevaluasi kurikulum;
g. Membantu guru dalam mengevaluasi diri mereka sendiri;
h. Membantu guru bekerja sama dengan kelompok;
i. Membantu guru melalui inservice program
Secara umum tujuan supervisi pengajaran adalah
(1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar-mengajar,
(2) mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan,
(3) menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang
berlaku sehingga segala sesuatunya berjalan lancar dan diperoleh hasil yang
optimal,
(4) menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya, dan
(5) memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan,
kekurangan dan kekhilafan serta membantu memecahkan masalah yang
dihadapi sekolah sehingga dapat dicegah kesalahan dan penyimpangan yang
lebih jauh (Suprihatin, 1989).
Pihak atasan yang mempunyai wewenang memberi pengarahan atau
bimbingan kepada guru-guru tidak perlu terbatas kepada administrator terdepan
7

saja. Semua administrator atau petugas senior lainnya dapat memberi bantuan, hal
itu bergantung kepada situasi atau kebutuhan. Proses atau situasi belajar mengajar
yang menjadi objek yang diperbaiki dititikberatkan kepada situasi belajarnya .
Sebab dengan majunya teknologi pendidikan sangat mungkin siswa akan belajar
sendiri tidak dihadapan guru, dia hanya berhubungan langsung dengan materi
pelajaran dan perlengkapan belajar. Namun situasi belajar seperti ini tidak boleh
selalu terjadi, sebab belajar berperilaku sangat sulit dilakukan tanpa disertai guru.
1. Profesionalisme Guru

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen BAB
III Prinsip Profesionalitas Pasal 7 disebutkan bahwa ;
1) Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas;
d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja;
g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.
2) Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen
diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara
demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan
8

menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,


kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
2. Perlunya Guru Disupervisi

Guru yang baik adalah yang mau menerima perubahan, yang peka terhadap
kekurangan dirinya akan memandang bahwa supervisi adalah sebuah bantuan
untuk meningkatkan kemampuannya dalam menjalankan tugas dan akhirnya nanti
meningkatkan profesionalisme dirinya sendiri sebagai guru. Hubungan
komunikasi antara supervisor dengan orang yang disupervisi dapat digambarkan
dengan Johari windows (Jendela Johari). Johari windows yang dikembangkan
oleh Joseph Luft dan Harrington Ingham, mengembangkan konsep Johari
Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang mengenali dirinya (self
awareness).
3. Peranan supervisi pengajaran dalam membangun profesionalisme guru
dan pengawas sekolah

Tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk


meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan
mengajar tetapi juga mengembangkan potensi kualitas guru (Sahertian, 2000).
Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan
pendidikan dasar adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat
otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang
menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima
sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus
dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif (Sahertian, 2000).
4. Supervisi sesuai Kategori dan Prototipe dalam pengajaran

Suharsimi Arikunto memaparkan beberapa tipe supervisi, yaitu : 1) tipe


inspeksi, 2) tipe laisses Faire, 3) tipe coersive, 4) tipe training and guidance, 5)
tipe demokratis. Tidak dijelaskan bahwa satu tipe supervisi tertentu lebih baik
dari tipe supervisi yang lainnya. Namun dari kelima tipe supervisi tersebut
tentu memiliki karakteristik dan pendekatan yang berbeda-beda. Sebuah tipe
supervisi akan efektif diterapkan pada seorang guru, maka tipe supervisi yang
9

sama belum tentu akan efektif untuk diterapkan kepada guru lainnya. setiap
guru juga memiliki karakteristik maupun perilaku yang tidak sama (Suharsimi
A. , 2013).
2.2 Peran dan Fungsi Supervisor

Peter F. Olivia menyebutkan ada lima tugas seorang supervisor,


diantaranya:
a. The improvement of the teaching act (peningkatan pelaksanaan pengajaran)
b. The improvement of teachers in service (peningkatan pelayanan guru)
c. The selection and organization of subject matter (pemilihan dan
pengorganisasian mata pelajaran)
d. Testing and measuring (pengetesan dan pengukuran)
e. The rating and of teachers (pengaturan tingkatan atau jabatan guru) (Oliva,
1984)
Adapun peran dan fungsi supervisor menurut pendapat Peter F. Oliva dapat
mencakup:
a. Sebagai Koordinator, yakni mengkoordinasikan program pendidikan dan
pembelajaran, tugas-tugas anggota staf dan berbagai kegiatan lain.
b. Sebagai ahli kurikulum, yakni seorang yang berpengalaman dalam
kurikulum, berpengetahuan tentang kurikulum dan cara-cara untuk
mengembangkannya, dan sebagai seorang yang berpengalaman dalam
pengajaran, berpengetahuan tentang metodologi terbaru dan terbaik,
c. Sebagai komunikator, karena dapat menghubungkan informasi dan ide untuk
guru dan merupakan pendengar yang baik.
d. Sebagai konsultan, ia dapat memberikan bantuan, mengkonsultasikan
masalah yang dialami guru, baik secara individual maupun kelompok.
e. Sebagai pemimpin dalam kelompok, ia dapat memimpin sejumlah staf guru
dalam mengembangkan potensi kelompok, mengembangkan kurikulum,
materi pendidikan, dan kebutuhan guru bersama-sama.
f. Sebagai organisator, karena terampil dalam membangun berbagai jenis
program yang berharga kepada guru.
g. Sebagai evaluator, ia dapat membantu guru dalam menilai hasil dan proses
belajar, dan dapat menilai kurikulum yang sedang dikembangkan. Sedangkan
10

yang menjadi objek atau bidang garapan supervisi akademik bagi dosen
adalah proses kegiatan pendidikan dan pembelajaran atau perkuliahan
h. Sebagai stimulator, yakni seorang pemacu, yang memberikan saran dan ide
kepada pengajar untuk dipertimbangkan.
i. Sebagai orienter, yakni seorang yang mampu menyesuaikan diri (orienter),
dalam komunitas guru yang seperti apapun.
j. Sebagai hubungan masyarakat, yakni Seorang yang berhubungan dengan
masyarakat/umum, yang mungkin saja diundang untuk menerjemahkan
kurikulum sekolah kepada publik/masyarakat umum manapun, baik dalam
komunikasi tertulis maupun dalam berbicara secara lisan (seminar).
k. Sebagai guru master, yakni seorang guru utama/senior, mampu
mendemonstrasikan cara mengajar maupun perbincangan/pembimbingan
terhadap cara mengajar.
l. Sebagai peneliti, Pengawas adalah seorang peneliti, yang dapat
menghasut/memacu untuk belajar melakukan penelitian, terutama sekali
penelitian tindakan (action)
m. Sebagai agen perubahan, seorang katalisator untuk menolong pengajar/guru
untuk berubah dan meningkat (Oliva, 1984).
Menurut Peter Oliva (1976:14) ada tiga sasaran atau domain dari layanan
supervisi, yaitu perbaikan pembelajaran, pengembangan kurikulum dan
pengembangan staf. Konsep ini kemudian dikembangkan menjadi empat bidang,
yaitu: 1) pembinaan dan pengembangan kurikulum, 2) perbaikan proses
pendidikan dan pembelajaran, 3) pengembangan staf, dan 4) pemeliharaan dan
perawatan moral / semangat kerja.
2.3 Kewajiban dan Tanggung Jawab Supervisor

Tugas supervisor bukanlah untuk mengadili tetap untuk membantu,


mendorong, dan memberikan keyakinan kepada guru, bahwa proses belajar
mengajar harus dapat diperbaiki. Baik itu pengetahuan, sikap, dan keterampilan
guru harus dibantu secara profesional sehingga guru tersebut dapat berkembang
dalam pekerjaannya. Kegiatan supervisi dilaksanakan melalui berbagai proses
pemecahan masalah pengajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
11

efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar secara terus menerus (Oliva,
1984).
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang supervisor memiliki kewajiban dan
tanggung jawab yaitu:
1. berpartisipasi dalam kegiatan in-service untuk pengembangan profesional,
2. secara teratur dan sistematis mengevaluasi dirinya sendiri,
3. secara teratur dan sistematis meminta guru untuk mengevaluasinya atau
efektivitasnya,
4. membentuk perpustakaan pribadi mengenai kepengawasan,
5. membaca jurnal-jurnal profesional yang memiliki signifikansi untuk mereka
dan guru (Oliva, 1984).
Perkembangan konsep supervisi pendidikan selanjutnya menuju kepada
sasaran khusus. Oliva (1984) menitikberatkan pada supervisi pengajaran,
mengemukakan beberapa pandangan bahwa supervisi pengajaran ialah segala
sesuatu yang dilakukan oleh personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah
apa yang dilakukan sekolah dengan cara langsung mempengaruhi proses belajar-
mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa (Oliva, 1984).
Supervisi harus mampu membangun pendidikan dan pengajaran ke arah
yang lebih baik dengan mengembangkan aktivitas, daya kreasi dan inisiatif orang-
orang yang disupervisinya. Supervisi harus dilakukan berdasarkan hubungan
profesional, bukan berdasarkan hubungan pribadi/ konco. Supervisi hendaklah
progresif tekun, sabar, tabah dan tawakal. Supervisi hendaklah dapat
mengembangkan potensi, bakat dan kesanggupan untuk mencapai kemajuan.
Supervisi hendaklah senantiasa memperhatikan kesejahteraan serta hubungan baik
yang dinamik. Supervisi hendaklah bertolak dari keadaan yang kini nyata ada
(Das Sein) menuju sesuatu yang dicita-citakan (Das Sollen). Supervisi harus jujur,
objektif dan siap mengevaluasi diri sendiri demi kemajuan
2.4 Evaluasi atas Supervisor

Untuk tetap up to date dan untuk memelihara efektivitas seorang pengawas


harus
• Berpartisipasi dalam aktivitas pelayanan ke dalam untuk perkembangan
profesional,
12

• Secara regular/teratur dan sistematis evaluasi dirinya sendiri.


• Dan secara teratur dan sistematis meminta guru mengevaluasi efektivitas
Pengawas bisa meningkatkan kemampuan diri mereka dengan cara
mengambil bagian dalam kegiatan workshop, institut/lembaga, atau konferensi
yang disponsori oleh keduanya yaitu lembaga pendidikan guru serta asosiasi
profesional. Dalam sistem persekolahan, pengawas bisa datang bersama-sama
secara periodik untuk mendiskusikan permasalahan timbal balik.
Supervisor pengajaran, tentu memiliki peran berbeda dengan “pengawas”.
Supervisor, lebih berperan sebagai “gurunya guru” yang siap membantu kesulitan
guru dalam mengajar. Supervisor pengajaran bukanlah seorang pengawas yang
hanya mencari-cari kesalahan guru. Mengingat beratnya beban dan tanggung
jawab yang harus diembannya maka seorang supervisor harus selalu
mengembangkan diri dalam pengetahuan dan keterampilannya, serta harus selalu
mengevaluasi, dan selalu siap dievaluasi.
Pengawas harus secara kontinyu mengevaluasi efektifitas mereka. Dalam
mengevaluasi, pengawas bertindak sebagai model, dan secara kontinyu
melakukan evaluasi kinerja mereka. Umpan balik terhadap kinerja adalah
profesional yang terus tumbuh dan berkembang. Pengawas mendapat umpan balik
dari pelaksanaan mereka dengan 3 cara. Pertama, mereka secara biasa dievaluasi
oleh administrator mereka. Kedua, mereka dapat mengevaluasi pelaksanaan
mereka sendiri. Ketiga, mereka dapat mensurvei persepsi dari pengajar/guru
tentang pekerjaan/kinerja mereka (Oliva, 1984)
2.4.1 Evaluasi oleh Atasan Supervisor

Dalam praktiknya evaluasi administrasi pengawas dilakukan oleh yang lebih


tinggi (atasan/dewan pengurus) dari mereka (pengawas). Pengawas biasanya
berawal dari seorang pengajar/guru. Untuk lazimnya, pengawas perlu dievaluasi
oleh yang kedudukannya lebih tinggi agar dapat mengubah dan diperbaiki. Jika
atasan/dewan pengurus merasa tidak puas dengan kinerja pengawas dan mungkin
berkeberatan untuk memperbaharui kontraknya mungkin dapat
membebaskan/memecatnya hingga akhir masa kontrak.
Administrator dan Pengawas dievaluasi untuk dua tujuan : (1) untuk
menyediakan mereka dengan umpan balik sehingga mereka bisa meningkatkan
13

kinerja mereka dan (2) untuk menyediakan atasan mereka data mengenai
keputusan dasar personel, apakah akan dipertahankan dalam posisi kepengurusan
dan kepengawasan.
Dalam sistem persekolahan, untuk melihat kemajuan administratif dan
pengawasan menggunakan instrumen yang dijabarkan dengan ukuran-ukuran
spesifik yang mempertimbangkan alasan dalam sistem, seperti di bawah ini:
Uraian 1 2 3 4 5
A. KUALITAS PERSONAL/PRIBADI RATING          
1.     menunjukkan stamina dan energi yang cukup untuk
melaksanakan tugas dengan efektif          
2.     menunjukkan kehadiran yang teratur dan tepat waktu          
3.     menunjukkan kontrol diri          
4.     berperilaku dan bersikap sesuai peran khususnya          
5.     memiliki kualitas berbicara dengan lancar sesuai nada dan
volumenya          
6.     menunjukkan kompetensi dalam penggunaan bahasa          
B. HUBUNGAN ANTAR MANUSIA DAN PERSEORANGAN          
1.     menerima kritik yang membangun dengan positif          
2.     membangun dan mempertahankan hubungan positif dengan
guru          
3.     membangun dan mempertahankan hubungan baik dengan
karyawan          
4.     membangun dan mempertahankan hubungan baik dengan
masyarakat          
5.     mendukung dengan baik program sekolah          
C. MUTU/KUALITAS PROFESIONAL          
1.     bangga dengan mengajar dan mendukung pekerjaanya          
2.     menunjukkan kerjasama dalam hal tanggung jawab yang
diberikan dalam sekolah dan sistem sekolah          
3.     secara aktif mengikuti program peningkatan mutu diri          
4.     mengetahui kewajiban untuk memahami dan mendukung
kebijakan dan prosedur administratif dengan cara yang
membangun          
D. PRESTASI PROFESIONAL          
1.        menunjukkan pengetahuan yang cukup dalam hal
pertanggungjawaban          
2.        mengenal kekuatan dan kelemahan orang/program pengawas
atau koordinasi          
3.        memberikan bantuan yang pantas bagi guru untuk perbaikan
prestasi mereka          
4.        berkomunikasi yang jelas serta efektif dengan guru/staf
sekolah          
14

Uraian 1 2 3 4 5
5.        menciptakan keadaan/suasana yang mendorong minat dan
semangat untuk mengajar          
6.        menyokong pengambilan kebijakan dan prosedur sistem
sekolah          
7. menunjukkan kemampuan mengatur dan mengelola bidang
tanggung jawab          
Komentar penilai
......................................................................................................................
Komentar yang dinilai
......................................................................................................................
(Oliva, 1984)
2.4.2 Evaluasi Diri

Seorang pengawas yang teliti akan berhenti secara periodik untuk


pengkajian lebih tajam sendiri. Seperti seorang pengawas akan mengangkat
pertanyaan yang dibantu oleh guru dalam mengukur kemampuannya dengan
menggunakan instrumen. Pengawas harus memperhatikan objektif mereka, yang
telah menetapkan tahun atau periode waktu dalam menentukan pertemuan
mereka. Tidak hanya mengkaji efektivitas program pengawasan mereka sendiri
tetapi juga mengevaluasi kualitas peran mereka yang telah melaksanakan/terlibat
dalam program pengawasan. Seorang pengawas profesional mengevaluasi kinerja
mereka sendiri secara kontinyu (Oliva, 1984).
Pengawas harus menyimpan dalam pikiran sedikit pertanyaan dasar untuk
yang akan merespon secara periodik, seperti :
• Apakah saya sudah mencapai tujuan saya ?
• Apakah saya memberikan bantuan nyata untuk pengajar ?
• Dimana gap/jarak dalam bantuan saya ?
• Apakah saya menggunakan waktu saya dengan bijaksana ?
• Pada bagian mana saya memerlukan pendidikan dalam memberikan
pelayanan?
• Apakah saya telah melakukan kegiatan secara kontinyu?
Berikut contoh instrumen untuk evaluasi diri seorang supervisor
Uraian 1 2 3 4
1.     Saya memberikan bantuan yang diperlukan
15

Uraian 1 2 3 4
2.     Saya terbuka untuk berkomunikasi
3.     Saya memberikan perhatian kepada guru
4.     Saya memberikan informasi yang berhubungan dengan
tugas dan kewajiban guru
5.     Saya mau menerima ide dan kritik orang lain
6.     Saya berkomunikasi dengan jelas
7.     Saya aktif berinteraksi dengan guru
8.     Saya menyediakan materi kepemimpinan dalam
perkembangan kurikulum
9.     Saya mengikuti perkembangan kurikulum terbaru
10.  Saya efektif menjadi contoh bagi guru
11.  Saya ahli untuk menentukan langkah-langkah untuk
perbaikan pengajaran
12.  Saya efektif untuk menjadi pemimpin kelompok
13.  Saya melibatkan guru-guru dalam pengambilan keputusan

14.  Saya ahli dalam memimpin konferensi dengan para guru

15.  Saya merencanakan kegiatan layanan jasa dalam


menanggapi kebutuhan guru
16.  Saya mengakui sebagai pembantu guru

2.4.3 Evaluasi Program Supervisor

Evaluasi program pengawas dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan


yaitu evaluasi berdasarkan tujuan sesuai dengan pendekatan administrasi yang
disebut sebagai manajemen berdasarkan tujuan dan evaluasi dengan pertanyaan
evaluatif. Dalam mengevaluasi program pengawasan, pengawas dapat dengan
mudah menentukan tujuan mana yang telah dicapai. Selain menilai keberhasilan
mereka dalam memenuhi peran yang ditentukan, pengawas harus menilai hasil
pengawasan. Evaluasi program harus mengungkapkan tidak hanya seberapa baik
fungsi supervisor tetapi juga apa hasilnya. Jika kedua pendekatan untuk evaluasi
program diikuti yaitu, jika tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dinilai dan
jika diselidiki; pertanyaan evaluatife menjawab penilaian program secara
menyeluruh dapat dilakukan. Pertanyaan Evaluatif Supervisor yang
menggunakannya untuk menilai hasil yang dicapai. Contoh pertanyaan evaluatife
adalah Bagaimana skor siswa pada tes prestasi. Jawaban untuk pertanyaan seperti
16

ini akan mengungkapkan banyak hal tentang efektivitas pengawasan Jika


kekurangan ditemukan, penyelia harus membuat rencana untuk mengatasi mereka.
(Oliva, 1984).
Sangat jarang ditemukan apabila seorang pengawas dievaluasi kinerjanya
dalam mengelola dan menyupervisi oleh bawahan (guru). Dalam pandangan
tradisional administrasi pengawas kebal dari evaluasi. Menurut sejarah,
pendekatan birokratis pada administrasi dan supervisi didominasi sebagian besar
organisasi formal. Otoritas dan komunikasi dalam organisasi birokrasi berasal dari
puncak ke bawahan, bukan sebaliknya. Baru pada era demokratis ini mendorong
perubahan dan mengizinkan bawahan dalam organisasi mengevaluasi pimpinan
atau atasan secara pendekatan administrasi. Di sekolah sama halnya dengan guru
dievaluasi oleh siswa dan oleh orang tua siswa mereka.
Pengawas dapat disupervisi oleh guru secara periodik dalam mengevaluasi
prestasinya. Ini merupakan umpan balik guru dalam menemukan cara benar atau
tidaknya pengawas memenuhi tugas dalam melayani guru, dan mereka dapat
menilai apakah yang mereka lakukan sebelumnya lebih efektif. Pengawas dapat
merancang satu instrumen dan diisi oleh guru. Untuk memperoleh hasil yang sah,
instrumen diisi oleh binaan dalam lingkungan kepengawasan itu sendiri.
Contoh instrumen evaluasi supervisor oleh guru
Karakteristik
Uraian Kuran Tidak
Istimewa Bagus Cukup
g Tahu
1.     Memberikan bantuan yang diperlukan
2.     Terbuka untuk berkomunikasi
3.     Menunjukkan kepedulian terhadap guru
4.     Menunjukkan informasi
5.     Mau menerima ide orang lain
6.     Berinteraksi dengan guru secara efektif
7.     Berkomunikasi dengan jelas
8.     Menyediakan materi kepemimpinan
yang berhubungan dengan
perkembangan kurikulum
9.     Apakah mengikuti perkembangan
kurikulum terbaru
10.  Apakah efektif menjadi contoh bagi
guru
17

Karakteristik
Uraian Kuran Tidak
Istimewa Bagus Cukup
g Tahu
11.  Apakah ahli dalam mendiagnosa
kesulitan/masalah pengajaran
12.  Apakah ahli dalam menentukan
langkah-langkah dalam perbaikan
pembelajaran
13.  Apakah efektif menjadi seorang
pemimpin kelompok
14.  Melibatkan guru dalam mengambil
keputusan
15.  Apakah ahli memimpin pertemuan
dengan guru
16.  Merencanakan kegiatan layanan jasa
dalam menanggapi kebutuhan guru
17. Mengakui peran utamanya sebagai
pembantu guru

2.5 Arah Masa Depan dalam Pengawasan

Menurut Made Pidarta (2009), ada 3 macam kecenderungan supervisi di


masa mendatang, yaitu:
1. supervisi ditinjau dari sudut dari profesionalisme guru, disebabkan oleh
laju perkembangan teknologi yang begitu pesat, anak-anak yang akan
menjadi anggota dari masyarakat perlu dipersiapkan lebih awal, dan
tugas itu dipegang oleh para guru. Teknologi pembelajaran juga
berkembang dengan cepat, baik segi dari metode, teknik, dan juga
kurikulum. Oleh karena itu guru perlu memiliki wawasan dan
keterampilan baru dalam membimbing siswa dalam menghadapi dan
menyelesaikan tantangan sosial yang kompleks dan dinamis.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka perlu dikembangkan tipe
supervisi baru yang lebih mengutamakan pada pengembangan profesi,
potensi dan bakat guru atau supervisi yang bisa menumbuhkan
kemandirian guru dalam memimpin diri sendiri (supervisi
pengembangan)
2. Supervisi ditinjau dari sudut politik, sebagian pemimpin negara
memandang bahwa pendidikan adalah sebagai alat vital dalam
18

menegakkan dan memajukan bangsa dan negara. Lihatlah jargon-jargon


yang didengungkan oleh kandidat dalam Pemilihan Presiden atau
Pilkada. Dalam visi misinya pasti pendidikan menjadi isu utama,
misalnya tentang pendidikan gratis, akan memasukkan kurikulum
tertentu, dll. Jika terjadi kondisi semacam ini, maka kegiatan supervisi
yang akan terjadi adalah dalam rangka memuaskan tujuan politik dari
penguasa. Namun Mark dalam Pidarta (2009) mengharapkan hal
tersebut tidak boleh terjadi. Supervisor hendaklah mengambil jalan
tengah, yaitu tetap mengembangkan profesi guru dengan tidak
mengabaikan politik negara.
3. Supervisi ditinjau dari kondisi daerah. Karakteristik pendidikan di satu
daerah dengan daerah lain tentu berbeda. Keragaman suatu daerah tidak
mungkin dihapuskan atau dibuat homogen. Kecenderungannyaa kalau
perbedaan-perbedaan itu dikelola secara sehat maka justru akan timbul
kompetisi yang sehat untuk memajukan daerah masing-masing. Peran
supervisor yang mampu melihat keragaman dan menggali potensi dalam
suatu daerah sangat diperlukan. Dalam hal ini tipe supervisi yang cocok
adalah supervisi kontekstual.
Menurut hemat kami, hal pada poin 3 di atas dapat lebih spesifik lagi yaitu
supervisi ditinjau dari tingkat satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu kurikulum terkini
yang diterapkan adalah KTSP, walaupun beban kurikulum sebagian besar
masih bersifat sentral.
Di samping ketiga kecenderungan supervisi masa depan di atas perlu
ditambahkan penggunaan teknologi informasi dalam pelaksanaan supervisi.
Dengan menggunakan teknologi informasi, maka:
1. Pengawas maupun guru berkeinginan melihat kembali
pelajaran/pengajaran mereka sehingga mereka dan pengawas dapat
meneliti kembali kinerja guru secara hati-hati. Hal ini digunakan agar
memudahkan dalam perbaikan untuk membantu guru dan pengawas
sendiri, dan tentu tidak mengganggu siswa siswa dengan adanya
peralatan video tsb.
19

2. Supervisor dapat membuat instrumen dan mengolah data dengan lebih


akurat dan efisien
3. Supervisor dapat menyupervisi beberapa guru sekaligus dalam satu
kesempatan
4. Supervisor dapat memberikan layanan kapan pun dan dimana pun.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka kesimpulan dari penulisan


makalah ini adalah:
1. Kemampuan seorang supervisor perlu diperbaiki/ditingkatkan karena
supervisor selalu berhadapan dengan situasi dan kondisi yang dinamis
seperti kondisi guru, kurikulum, kebijakan-kebijakan, dan lain-lain.
2. Untuk memperbaiki/meningkatkan kualitan supervisor adalah dengan secara
berkesinambungan diadakan evaluasi. Evaluasi untuk supervisor adalah
evaluasi dari atasan/koordinator, evaluasi terhadap diri sendiri, dan evaluasi
dari bawahan/guru.
3. Prediksi supervisi di masa mendatang adalah
a. tipe supervisi baru yang lebih mengutamakan pada pengembangan
profesi, potensi dan bakat guru atau supervisi yang bisa menumbuhkan
kemandirian guru dalam memimpin diri sendiri.
b. Supervisi yang tidak mengabaikan politik negara
c. Supervisi yang dapat menumbuhkan keunggulan satuan pendidikan
(kontekstual)
d. Supervisi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
3.2 Saran

Berdasarkan hasil makalah tersebut, maka penulis menyarankan beberapa


hal sebagai berikut:
1. Sebaiknya supervisi lebih variatif, tidak hanya kunjungan kelas seperti sering
yang dilaksanakan selama ini.
2. Seorang supervisor harus membuat instrumen evaluasi diri, membuat
instrumen dimana administrator dapat mengevaluasi kinerja pengawas,
membuat instrumen dimana guru dapat mengevaluasi kinerja pengawas.
3. Seorang supervisor mencari dan melaporkan satu atau lebih instrumen
evaluasi diri untuk pengawas yang sedang digunakan dalam sistem sekolah.
4. Supervisor dapat mengembangkan instrumen sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

20
21
DAFTAR PUSTAKA
Mantja W., 2007. Profesionalisme Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan
dan Supervisi Pengajaran. Malang. Elang Mas
Oliva, P. P. (1984). Supervision for Today's Schools. New York: Longman Inc.
Sahertian, P. A. (2000). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suharsimi, & Yuliana, L. (2008). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media dan FKIP UNY.
Suharsimi, A. (2013). Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Suprihatin. (1989). Administrasi Pendidikan (Fungsi dan Tanggung Jawab
Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah. Semarang:
IKIP Semarang Press.

22

Anda mungkin juga menyukai