Anda di halaman 1dari 56

TUGAS KELOMPOK

FARMASETIKA TERAPAN
MAKALAH FARMASETIKA TERAPAN PERIHAL “IBU HAMIL”

OLEH :
KELAS B
KELOMPOK I
ELVA SAVIRA (O1A118060)
ZUNNURAIN (O1A118069)
CHATRINA BANTUN (O1A118074)
ANITA PUSPITA SARI (O1A118077)
ELFI ANDRIANI (O1A118079)
FIRA HARTINA SYAMSUDDIN (O1A118083)
FAULIA FAJAR RAHAYU (O1A118084)
TITIN HASNI (O1A118088)
SITTI MUSRIATI (O1A118091)
YULIANA PUTRI (O1A118093)
RITA JAYA MULYA (O1A118096)
MUHAMMAD RAMADHAN AMIRULLAH (O1A118098)
NUR LAILI ANJUNI ISNAINI (O1A118102)
IREN MEYLANI (O1A118109)
MUH ALAN FEBRIAN MASRUL (O1A118110)
WIRDA ELVIRAMADANI (O1A118113)
NUR HIKMAH (O1A118117)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunian-Nya sehingga penyusunan makalah farmasetika terapan
perihal ibu hamil dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah
ini.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni untuk mengenalkan dan
membahas tentang farmasetika terapan perihal ibu hamil. Dengan makalah ini diharapkan
baik penulis sendiri maupun pembaca dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas
tentang farmasetika terapan perihal ibu hamil.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
kami sendiri khususnya.

Kendari, 07 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I...................................................................................................................................4

PENDAHULUAN................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................5

1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................6

2.1 Fisiologi Maternal Selama Kehamilan..................................................................7

2.2 Dampaknya Terhadap Farmakokinetika dan Farmakodinamika.........................14

2.2.1 Dampak Terhadap Farmakokinetika............................................................14

2.2.2 Dampak Terhadap Farmakodinamika..........................................................18

2.3 Kebutuhan Nutrisi................................................................................................19

2.3.1 Masalah Gizi Pada Ibu Hamil......................................................................19

2.3.2 Kebutuhan Zat Gizi Saat Hamil...................................................................20

2.3.3 Prinsip Gizi Seimbang..................................................................................21

2.4 Keluhan Selama Kehamilan dan Terapinya........................................................26

2.5 Hal yang Diperhatikan pada Pengobatan Selama Kehamilan.............................28

2.6 Efek Teratogenik dan Beberapa Obat yang Menyebabkan Efek Teratogen.......31

2.7 Kajian Tatalaksana Pengobatan Hipertensi dan Pre-eklamsia pada Ibu Hamil...37

2.7.1 Pengobatan Hipertensi Pada Kehamilan......................................................37

2.7.2 Penanganan Pre Eklamsia............................................................................45

BAB III...............................................................................................................................48
ii
PENUTUP..........................................................................................................................48

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................48

3.2 Saran....................................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................50

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu
dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama
masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu
hamil adalah persyaratan pentin untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua bagian
unit tersebut.

Obat dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama masa
kehamilan. Selama kehamilan dan menyusui, seorang ibu dapat mengalami berbagai
keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Banyak ibu hamil
menggunakan obat dan suplemen pada periode organogenesis sedang berlangsung
sehingga risiko teijadi cacat janin lebih besar. Di sisi lain, banyak ibu yang sedang
menyusui menggunakan obat-obatan yang dapat memberikan efek yang tidak
dikehendaki pada bayi yang disusui.

Karena banyak obat yang dapat melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada
wanita hamil perlu berhati-hati. Dalam plasenta obat mengalami proses biotransformasi,
mungkin sebagai upaya perlindungan dan dapat terbentuk senyawa antara yang reaktif,
yang bersifat teratogenik/dismorfogenik. Obat-obat teratogenik atau obat-obat yang dapat
menyebabkan terbentuknya senyawa teratogenik dapat merusak janin dalam
pertumbuhan. Beberapa obat dapat memberi risiko bagi kesehatan ibu, dan dapat
memberi efek pada janin juga. Selama trimester pertama, obat dapat menyebabkan cacat
lahir (teratogenesis), dan risiko terbesar adalah kehamilan 3-8 minggu. Selama trimester
kedua dan ketiga, obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara
fungsional pada janin atau dapat meracuni plasenta.

Jika memungkinkan konseling seharusnya dilakukan untuk seseorang waktu


sebelum merencanakan kehamilan termasuk diskusi tentang risiko-risiko yang
berhubungan dengan obat-obat spesifik, obat tradisional, dan pengaruh buruk bahan kimia
4
seperti rokok dan alkohol. Suplemen seperti asam folat sebaiknya diberikan selama
penatalaksanaan kehamilan karena penggunaan asam folat mengurangi cacat selubung
saraf. Obat sebaiknya diresepkan pada kehamilan hanya jika keuntungan yang diharapkan
bagi ibu hamil /dipikirkan lebih besar daripada risiko bagi janin. Semua obat jika
mungkin sebaiknya dihindari selama trimester pertama.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana fisiologi maternal selama kehamilan ?


2. Apa dampak terhadap farmakokinetika dan farmakodinamika terhadap ibu hamil ?
3. Kebutuhan nutrisi apa yang dibutuhkan oleh ibu hamil ?
4. Apa saja keluhan selama kehamilan dan terapinya ?
5. Hal apa saja yang harus diperhatikan pada pengobatan selama kehamilan ?
6. Apa saja efek teratogenik dan obat-obat yang dapat menyebabkan efek teratogen ?
7. Bagaimana kajian tatalaksana pengobatan hipertensi dan pre-eklamsia pada ibu
hamil ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui fisiologi matermal selama kehamilan


2. Untuk mengetahui dampak farmakokinetik dan farmakodinamika pada ibu hamil
3. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh ibu hamil
4. Untuk mengetahui keluhan selama kehamilan dan terapinya
5. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan pada pengobatan selama
kehamilan
6. Untuk mengetahui efek teratogenik dan obat-obat yang dapat menyebabkan
teratogen
7. Untuk mengetahui tatalaksana pengobatan hipertensi dan pre-eklamsia pada ibu
hamil

5
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini yaitu :

1. Dapat mengetahui fisiologi matermal selama kehamilan


2. Dapat mengetahui dampak farmakokinetik dan farmakodinamika pada ibu hamil
3. Dapat mengetahui kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh ibu hamil
4. Dapat mengetahui keluhan selama kehamilan dan terapinya
5. Dapat mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan pada pengobatan selama
kehamilan
6. Dapat mengetahui efek teratogenik dan obat-obat yang dapat menyebabkan
teratogen
7. Dapat mengetahui tatalaksana pengobatan hipertensi dan pre-eklamsia pada ibu
hamil

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fisiologi Maternal Selama Kehamilan


Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil trimester I, II, III, adalah :

1. Sistem Reproduksi (Uterus)

a. Ukuran
Untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat hipertrofi
dan hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi
higroskopik endometrium menjadi desidua ukuran pada kehamilan cukup
bulan 30 x 25 x 20 cm dengan kapitasi lebih dari 4000 cc.

b. Berat
Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram menjadi 1000 gram
pada akhir kehamilan (40 pekan).

c. Bentuk dan Konsistensi


Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk rahim seperti buah alpokat.
Pada kehamilan empat bulan berbentuk bulat dan akhir kehamilan bujur telur.
Rahim yang kira – kira sebesar telur ayam, pada kehamilan dua bulan sebesar
telur bebek dan kehamilan tiga bulan sebesar telur angsa. Pada minggu
pertama, isthmus rahim mengadakan hipertrofi dan bertambah panjang
sehingga bila diraba terasa lebih panjang sehingga bila diraba terasa lebih
lunak (soft) disebut tanda hegar. Pada kehamilan lima bulan, rahim teraba
seperti berisi cairan ketuban, dinding rahim terasa tipis, karena itu bagian-
bagian janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim.

d. Posisi Rahim

 Pada permulaan kehamilan, dalam letak anteflexi atau retroflexi.

7
 Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis.

 Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya


dapat mencapai batas hati.

 Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih mengisi rongga abdomen


kanan atau kiri.

e. Vaskularisasi
Aa. uterin dan aa. Ovarika bertambah dalam diameter panjang dan
anak-anak cabangnya. Pembuluh darah balik (vena) mengembang dan
bertambah.

f. Gambaran besarnya rahim dan tuanya kehamilan

 Pada kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi oleh amnion


dimana desidua kapsularis dan desidua vera (parietalis) telah menjadi satu.
Tinggi fundus uteri terletak antara pertengahan simphisis dan pusat.
Plasenta telah terbentuk seluruhnya.

 Pada kehamilan 20 minggu, tinggi fundus uteri terletak 2-3 jari di bawah
pusat.

 Pada kehamilan 24 minggu, tinggi fundus uteri terlatak setinggi pusat.

 Pada kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri terletak 2-3 jari di atas
pusat. Menurut Spiegelberg dengan mengukur tinggi fundus uteri dari
simpisis adalah 26,7 cm diatas simpisis.

 Pada kehamilan 36 minggu, tinggi fundus uteri terletak 3 jari di bawah


processus xiphoideus.

 Pada kehamilan 40 minggu, tinggi fundus uteri terletak sama dengan 8


bulan tapi melebar ke samping yaitu terletak diantara pertengahan pusat
dan processus xiphoideus.

g. Serviks uteri

8
Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (soft) disebut
tanda goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak
cairan mucus, karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya
menjadi livide disebut tanda Chadwick.

h. Ovarium (indung telur)

Ovulasi terhenti. Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai


terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone
(kira – kira pada kehamilan 16 minggu dan korpus luteum graviditas
berdiameter kurang lebih 3 cm). Kadar relaxin di sirkulasi maternal dapat
ditentukan dan meningkat dalam trimester pertama. Relaxin mempunyai
pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga
aterm.

i. Vagina dan vulva

Vagina dan vulva terjadi perubahan karena pengaruh estrogen. Akibat


hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan.
Warna livid pada vagina atau portio serviks disebut tanda Chadwick.

j. Dinding Perut (Abdominal Well)

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan


robeknya serabut elastik di bawah kulit sehingga timbul striae gravidarum.
Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan disebut linea nigra.

2. Payudara (Mammae)

Selama kahamilan payudara bertambah besar, tegang, berat. Dapat teraba


noduli – noduli, akibat hipertrofi kelenjar alveoli, bayangan vena – vena lebih

9
membiru. Hiperpigmentasi pada puting susu dan areola payudara. Kalau diperas
keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning.

Perkembangan payudara ini karena pengaruh hormon saat kehamilan yaitu


estrogen, progesterone dan somatomamotropin.

a. Fungsi hormon yang mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI, antara


lain:

b. Estrogen, berfungsi:

 Menimbulkan hipertrofi system saluran payudara.

 Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara


tampak makin besar.

 Tekanan serat syaraf akibat penimbunan lemak, air dan garam


menyebabkan rasa sakit pada payudara.

c. Progesteron, berfungsi:

 Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.

 Menambah sel asinus.

d. Somatomamotropin, berfungsi:

 Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin dan


laktoglobulin.

 Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara

10
e. Perubahan payudara pada ibu hamil

 Payudara menjadi lebih besar

 Areola payudara makin hitam karena hiperpigmentasi.

 Glandula Montgomery makin tampak menonjol dipermukaan areola


mamae.

 Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu keluar cairan putih
jernih (kolostrum) yang berasal dari kelenjar asinus yang mulai bereaksi.

 Pengeluaran ASI belum berjalan oleh karena prolaktin ini ditekan oleh PIH
(Prolaktine Inhibiting Hormone).

 Setelah persalinan, dengan dilahirkannya plasenta pengaruh estrogen,


progesterone dan somotomammotropin terhadap hipotalamus hilang
sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan laktasi terjadi.

3. Sistem Endokrin Beberapa kelenjar endokrin terjadi perubahan seperti:

o Kelenjar tiroid: dapat membesar sedikit

o Kelenjar hipofise: dapat membesar terutama lobus anterior

o Kelenjar adrenal: tidak begitu terpengaruh

4. Sistem Perkemihan (Traktus urinarius)


11
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus
yang mulai membesar sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan
makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada
akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul,
keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan
kembali. Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar karena pengaruh
progesterone. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar daripada ureter kiri
karena mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan dengan ureter kiri. Hal ini
disebabkan olehkarena uterus lebih sering memutar ke arah kanan. Mungkin
karena orang bergerak lebih sering memakai tangan kanannya atau disebabkan
oleh letak kolon dan sigmoid yang berada di belakang kiri uterus. Akibat tekanan
pada ureter kanan tersebut lebih sering dijumpai hidroureter dekstra dan pielitis
dekstra. Disamping sering kencing tersebut diatas terdapat pula poliuri. Poliuri
disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan
sehingga filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69 %. Reabsorbsi di tubulus
tidak berubah sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan urea, asam folik dalam
kehamilan.

5. Sistem pencernaan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea).


Mungkin ini akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot
traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga
berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah
dicernakan lebih lama berada dalam usus – usus. Hal ini mungkin baik untuk
resorpsi akan tetapi menimbulkan pola obstipasi yang memang merupakan salah
satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang dijumpai pada bulan – bulan
pertama kehamilan gejala muntah (emesis). Biasanya terjadi pada pagi hari,
dikenal sebagai morning sickness. Emesis, bila terlampau sering dan terlalu
banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum, keadaan ini patologik.

12
Salivasi ini adalah pengeluaran air liur berlebihan daripada biasa. Bila terlampau
banyak, inipun menjadi patologik.

6. Sistem Muskuloskeletal

Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesterone dan elastin dalam


kehamilan menyebabkan kelemahan jaringan ikat dan ketidakseimbangan
persendian. Akibat dari perubahan fisik selama kehamilan adalah: Peregangan
otot - otot dan Pelunakan ligamen – ligament.

Area yang paling dipengaruhi oleh perubahan – perubahan tersebut adalah:

 Tulang belakang (curva lumbar yang berlebihan),

 Otot-otot abdomal (meregang ke atas uterus hamil), dan

 Otot dasar panggul (menahan berat badan dan tekanan uterus).

Bagi ibu hamil, bagian ini merupakan titik-titik kelemahan struktural dan
bagian bermasalah yang potensial dikarenakan beban dan menekan kehamilan.
Oleh karena itu masalah postur merupakan hal biasa dalam kehamilan:
Bertambahnya beban dan perubahan struktur dalam kehamilan merubah
dimensi tubuh dan pusat gravitasi. Ibu hamil mempunyai kecenderungan besar
membentur benda-benda (dan memar biru) dan kehilangan keseimbangan (lalu
jatuh).

7. Sistem Kardiovaskuler (sirkulasi darah)

13
a) Volume darah. Volume dan darah total dan volume plasma darah naik pesat
sejak akhir trimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak, kira-
kira 25 % dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah
jantung (cardiac output) yang meningkat sebanyak kurang lebih 30%.
Akibat hemodilusi yang mulai jelas kelihatan pada kehamilan 4 bulan, ibu
yang menderita penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan dekompensasio
kordis. Kenaikan plasma darah dapat mencapai 40% saat mendekati cukup
bulan.

b) Nadi dan tekanan darah. Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama
selama trimester kedua dan naik lagi seperti pada prahamil. Tekanan vena
dalam batas-batas normal. Pada ekstremitas atas dan bawah cenderung naik
setelah akhir trimester pertama. Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84
kali permenit.

c) Jantung. Pompa jantung mulai naik kira-kira 30%. Setelah kehamilan 3


bulan dan menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan.

8. Sistem Integumen (Kulit)

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu.


Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh Melanophore Stimulating Hormone
(MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang juga
dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen
pada dahi, pipi, dan hidung dikenal sebagai cloasma gravidarum. Di daerah leher
sering terdapat hiperpigmentasi yang sama juga di areola mamae. Linea alba pada
kehamilan menjadi hitam dikenal sebagai linea grisea. Tidak jarang dijumpai kulit
perut seolah- olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-
biruan disebut striae livide. Setelah partus striae livide ini berubah warnanya

14
menjadi putih dan disebut striae albikantes. Pada seorang multigravida sering
tampak striae livide bersama striae albikantes.

9. Metabolisme

Umumnya kehamilan mempunyai efek pada metabolisme, karena itu


wanita hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dan dalam kondisi sehat.

a) Tingkat metabolic basal (basal metabolic rate, BMR) pada wanita hamil
meninggi hingga 15-20%, terutama pada trimester akhir.

b) Keseimbangan asam–alkali (acic base balance) sedikit mengalami


perubahan konsentrasi alkali:

 Wanita tidak hamil:155 mEg/liter,

 Wanita hamil: 145 mEg/ liter,

 Natrium serum: turun dari 142 menjadi 135 mEg/liter, dan

 Bikarbonat plasma: turun dari 25 menjadi 22 mEg/ liter

c) Dibutuhkan protein yang banyak untuk perkembangan fetus,alat kandungan,


payudara, dan badan ibu, serta untuk persiapan laktasi.

d) Hidrat arang: seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan kuat,
sering kencing, dan kadang kala dijumpai glukosuria yang mengingatkan
kita pada diabetes melitus. Dalam keadaaan hamil, pengaruh kelenjar
endokrin agak terasa, seperti somatomamotropin, plasma insulin dan

15
hormonhormon adrenal 17-ketosteroid. Untuk rekomendasi, harus
diperhatikan sungguh-sungguh hasil GTT oral dan GTT intravena.

e) Metabolisme lemak juga terjadi. Kadar kolesterol meningkat sampai 350 mg


atau lebih per 100 cc. Hormon somatomamotropin mempunyai peranan
dalam pembentukan lemak pada payudara. Deposit lemak lainya terdapat di
badan, perut, paha dan lengan.

f) Metabolisme mineral

 Kalsium dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari sedangkan untuk


pembentukan tulang terutama dalam trimester terakhir dibutuhkan 30-
40 gram.

 Fosfor: dibutuhkan rata-rata 2 g/hari.

 Zat besi: dibutuhkan tambahan zat besi kurang lebih 800 mg, atau 30-50
mg sehari. Air: Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.

10. Berat Badan Dan Indeks Masa Tubuh (IMT)

Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5-16,5 kg. Kenaikan berat
badan yang terlalu banyak ditemukan pada keracunan hamil pre-eklamasi dan
eklamsi) kenaikan berat badan wanita hamil disebabkan oleh:

 Janin , uri, air ketuban, uterus.

 Payudara, kenaikan volume darah,lemak, protein,dan retensi air.

16
 Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori yang
dibutuhkan untuk ini terutama diperoleh dari pembakaran zat
arang,khususnya sesudah kehamilan 5 bulan keatas. Namun bila dibutuhkan,
dipakai lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori.

 Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus mengandung


banyak protein. Di Indonesia masih banyak dijumpai penderita defisiensi zat
besi dan vitamin B, oleh karena itu wanita hamil harus diberikan Fe dan
roboransia yang berisi mineral dan vitamin.

11. Sistem Pernafasan

Wanita hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas. Hal ini disebabkan
oleh usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran rahim. Kapasitas
vital paru meningkat sedikit selama hamil. Seorang wanita hamil selalu bernafas
dada (thoracic breathing).

2.2 Dampaknya Terhadap Farmakokinetika dan Farmakodinamika


2.2.1 Dampak Terhadap Farmakokinetika
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi yang mempengaruhi
farmakokinetika obat. Perubahan tersebut meliputi peningkatan cairan tubuh misalnya
penambahan volume darah sampai 50% dan curah jantung sampai dengan 30%. Pada
akhir semester pertama aliran darah ginjal meningkat 50% dan pada akhir kehamilan
aliran darah ke rahim mencapai puncaknya hingga 600-700 ml/menit. Peningkatan
cairan tubuh tersebut terdistribusi 60 % di plasenta, janin dan cairan amniotik, 40% di
jaringan si ibu.

Perubahan volume cairan tubuh tersebut diatas menyebabkan penurunan kadar


puncak obat-obat di serum, terutama obat-obat yang terdistribusi di air seperti
aminoglikosida dan obat dengan volume distribusi yang rendah. Peningkatan cairan

17
tubuh juga menyebabkan pengenceran albumin serum (hipoalbuminemia) yang
menyebabkan penurunan ikatan obat-albumin. Steroid dan hormon yang dilepas plasenta
serta obat-obat lain yang ikatan protein plasmanya tinggi akan menjadi lebih banyak
dalam bentuk tidak terikat. Tetapi hal ini tidak bermakna secara klinik karena
bertambahnya kadar obat dalam bentuk bebas juga akan menyebabkan bertambahnya
kecepatan metabolisme obat tersebut.

Gerakan saluran cerna menurun pada kehamilan tetapi tidak menimbulkan efek
yang bermakna pada absorpsi obat. Aliran darah ke hepar relatif tidak berubah. Walau
demikian kenaikan kadar estrogen dan progesteron akan dapat secara kompetitif
menginduksi metabolisme obat lain, misalnya fenitoin atau menginhibisi metabolisme
obat lain misalnya teofilin.

Peningkatan aliran darah ke ginjal dapat mempengaruhi bersihan (clearance) ginjal


obat yang eliminasi nya terutama lewat ginjal, contohnya penicilin.

Perpindahan obat lewat plasenta.

Perpindahan obat lewat plasenta umumnya berlangsung secara difusi sederhana


sehingga konsentrasi obat di darah ibu serta aliran darah plasenta akan sangat
menentukan perpindahan obat lewat plasenta.

Seperti juga pada membran biologis lain perpindahan obat lewat plasen tadi pengaruhi
oleh hal-hal dibawah ini.

 Kelarutan dalam lemak


Obat yang larut dalam lemak akan berdifusi dengan mudah melewati
plasenta masuk ke sirkulasi janin. Contohnya, thiopental, obat yang umum
digunakan pada dapat menyebabkan apnea (henti nafas) pada bayi yang baru
dilahirkan.

 Derajat ionisasi

18
Obat yang tidak terionisasi akan mudah melewati plasenta. Sebaliknya obat
yang terionisasi akan sulit melewati membran Contohnya suksinil kholin dan
tubokurarin yang juga digunakan pada seksio sesarea, adalah obat-obat yang
derajat ionisasinya tinggi, akan sulit melewati plasenta sehingga kadarnya di di
janin rendah. Contoh lain yang memperlihatkan pengaruh kelarutan dalam lemak
dan derajat ionisasi adalah salisilat, zat ini hampir semua terion pada pH tubuh
akan melewati akan tetapi dapat cepat melewati plasenta. Hal ini disebabkan oleh
tingginya kelarutan dalam lemak dari sebagian kecil salisilat yang tidak terion.
Permeabilitas membran plasenta terhadap senyawa polar tersebut tidak absolut.
Bila perbedaan konsentrasi ibu-janin tinggi, senyawa polar tetap akan melewati
plasenta dalam jumlah besar.

 Ukuran molekul
Obat dengan berat molekul sampai dengan 500 Dalton akan mudah melewati
pori membran bergantung pada kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi. Obat-
obat dengan berat molekul 500-1000 Dalton akan lebih sulit melewati plasenta
dan obat-obat dengan berat molekul >1000 Dalton akan sangat sulit menembus
plasenta. Sebagai contoh adalah heparin, mempunyai berat molekul yang sangat
besar ditambah lagi adalah molekul polar, tidak dapt menembus plasenta
sehingga merupakan obat antikoagulan pilihan yang aman pada kehamilan.

 Ikatan protein.
Hanya obat yang tidak terikat dengan protein (obat bebas) yang dapat
melewati membran. Derajat keterikatan obat dengan protein, terutama albumin,
akan mempengaruhi kecepatan melewati plasenta. Akan tetapi bila obat sangat
larut dalam lemak maka ikatan protein tidak terlalu mempengaruhi, misalnya
beberapa anastesi gas. Obat-obat yang kelarutannya dalam lemak tinggi
kecepatan melewati plasenta lebih tergantung pada aliran darah plasenta. Bila
obat sangat tidak larut di lemak dan terionisasi maka perpindahaan nya lewat
plasenta lambat dan dihambat oleh besarnya ikatan dengan protein. Perbedaan
ikatan protein di ibu dan di janin juga penting, misalnya sulfonamid, barbiturat
dan fenitoin, ikatan protein lebih tinggi di ibu dari ikatan protein di janin. Sebagai

19
contoh adalah kokain yang merupakan basa lemah, kelarutan dalam lemak tinggi,
berat molekul rendah (305 Dalton) dan ikatan protein plasma rendah (8-10%)
sehingga kokain cepat terdistribusi dari darah ibu ke janin.

Metabolisme obat di plasenta dan di janin.

Dua mekanisme yang ikut melindungi janin dari obat disirkulasi ibu adalah.

1. Plasenta yang berperan sebagai penghalang semipermiabel juga sebagai tempat


metabolisme beberapa obat yang melewatinya. Semua jalur utama metabolisme obat
ada di plasenta dan juga terdapat beberapa reaksi oksidasi aromatik yang berbeda
misalnya oksidasi etanol dan fenobarbital. Sebaliknya , kapasitas metabolisme
plasenta ini akan menyebabkan terbentuknya atau meningkatkan jumlah metabolit
yang toksik, misalnya etanol dan benzopiren. Dari hasil penelitian prednisolon,
deksametason, azidotimidin yang struktur molekulnya analog dengan zat-zat
endogen di tubuh mengalami metabolisme yang bermakna di plasenta.

2. Obat-obat yang melewati plasenta akan memasuki sirkulasi janin lewat vena
umbilikal. Sekitar 40-60% darah yang masuk tersebut akan masuk hati janin,
sisanya akan langsung masuk ke sirkulasi umum janin. Obat yang masuk ke hati
janin, mungkin sebagian akan dimetabolisme sebelum masuk ke sirkulasi umum
janin, walaupun dapat dikatakan metabolisme obat di janin tidak berpengaruh
banyak pada metabolisme obat maternal.

Obat-obat yang bersifat teratogenik adalah asam lemah, misalnya talidomid, asam
valproat, isotretinoin, warfarin. Hal ini diduga karena asam lemah akan mengubah pH
sel embrio. Dan dari hasil penelitian pada hewan menunjukkan bahwa pH cairan sel
embrio lebih tinggi dari pH plasma ibu, sehingga obat yang bersifat asam akan tinggi
kadarnya di sel embrio.

2.2.2 Dampak Terhadap Farmakodinamika


Mekanisme kerja obat ibu hamil.

20
Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada kehamilan
kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase kehamilan. Efek obat pada
jaringan tidak berubah bermakna karena kehamilan tidak berubah, walau terjadi
perubahan misalnya curah jantung, aliran darah ke ginjal. Perubahan tersebut kadang
menyebabkan wanita hamil membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak
hamil. Contohnya glikosida jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan
karena peningkatan beban jantung pada kehamilan. Atau insulin yang dibutuhkan untuk
mengontrol glukosa darah pada diabetes yang diinduksi oleh kehamilan.

Mekanisme kerja obat pada janin.

Beberapa penelitian untuk mengetahui kerja obat di janin berkembang dengan


pesat, yang berkaitan dengan pemberian obat pada wanita hamil yang ditujukan untuk
pengobatan janin walaupun mekanismenya masih belum diketahui jelas. Contohnya
kortikosteroid diberikan untuk merangsang matangnya paru janin bila ada prediksi
kelahiran prematur. Contoh lain adalah fenobarbital yang dapat menginduksi enzim hati
untuk metabolisme bilirubin sehingga insidens jaundice (bayi kuning) akan berkurang.
Selain itu fenobarbital juga dapat menurunkan risiko perdarahan intrakranial bayi kurang
umur. Anti aritmia juga diberikan pada ibu hamil untuk mengobati janinnya yang
menderita aritmia jantung.

Kerja obat teratogenik.

Penggunaan obat pada saat perkembangan janin dapat mempengaruhi struktur


janin pada saat terpapar. Thalidomid adalah contoh obat yang besar pengaruhnya pada
perkembangan anggota badan (tangan, kaki) segera sesudah terjadi pemaparan.
Pemaparan ini akan berefek pada saat waktu kritis pertumbuhan anggota badan yaitu
selama minggu ke empat sampai minggu ke tujuh kehamilan. Mekanisme berbagai obat
yang menghasilkan efek teratogenik belum diketahui dan mungkin disebabkan oleh
multi faktor.

 Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak langsung
21
mempengaruhi jaringan janin.

 Obat mungkin juga menganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat plasenta
sehingga mempengaruhi jaringan janin.

 Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan jaringan janin,
misalnya vitamin A (retinol) yang memperlihatkan perubahan pada jaringan
normal. Dervat vitamin A (isotretinoin, etretinat) adalah teratogenik yang
potensial.

 Kekurangan substansi yang esensial diperlukan juga akan berperan pada


abnormalitas. Misalnya pemberian asam folat selama kehamilan dapat
menurunkan insiden kerusakan pada selubung saraf , yang menyebabkan
timbulnya spina bifida.
Paparan berulang zat teratogenik dapat menimbulkan efek kumulatif. Misalnya
konsumsi alkohol yang tinggi dan kronik pada kehamilan, terutama pada kehamilan
trimester pertama dan kedua akan menimbulkan fetal alcohol syndrome yang
berpengaruh pada sistem saraf pusat, pertumbuhan dan perkembangan muka.

2.3 Kebutuhan Nutrisi


Kecukupan gizi ibu dimasa kehamilan banyak disorot sebab berpengaruh sangat
besar terhadap tumbuh kembang anak. Masa kehamilan merupakan salah satu masa kritis
tumbuh kembang manusia yang singkat; masa lainnya adalah masa sebelum konsepsi,
masa menyusui, dan masa bayi/anak 0-2 tahun. Kekurangan gizi yang terjadi di masa
tersebut akan meimbulkan kerusakan awal pada kesehatan, perkembangan otak,
kecerdasan. Artinya, janin atau bayi 0-2 tahun yang mengalami kekurangan gizi, akan
memiliki risiko mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

2.3.1 Masalah Gizi Pada Ibu Hamil


Salah satu kebutuhan reproduksi sehat adalah terpenuhinya kebutuhan energi,
protein, karbohidrat, vitamin dan mineral serta serat. Kurangnya asupan zat gizi
makro (karbohidrat,protein, dan lemak) maupun zat gizi mikro (asam folat, zat besi,
22
seng, kalsium, iodium, dan lain-lain) dapat menimbulkan masalah gizi dan kesehatan
pada ibu dan bayinya.
Ibu hamil sehat dengan status gizi baik :
1. LiLA ≥ 23,5 cm
2. IMT Pra hamil (18,5-25,0)
3. Selama hamil, kenaikan BB sesuai usia kehamilan
4. Kadar Hb normal > 11 gr/dL
5. Tekanan darah Normal (Sistol <120 mmHg dan Diastol < 80 mmHg)
6. Gula darah urine negatif
7. Protein urine negatif

2.3.2 Kebutuhan Zat Gizi Saat Hamil


Kebutuhan gizi untuk ibu hamil mengalami peningkatan dibandingkan dengan
ketika tidak hamil. Bila kebutuhan energi perempuan sebelum hamil sekitar 1.900
kkal/hari untuk usia 19—29 tahun dan 1.800 kkal untuk usia 30—49 tahun, maka
kebutuhan ini akan bertambah sekitar 180 kkal/hari pada trimester I dan 300 kkal/hari
pada trimester II dan III. Demikian juga dengan kebutuhan protein, lemak, vitamin
dan mineral, akan meningkat selama kehamilan. Berikut Tabel 2.1 Angka Kecukupan
Gizi Rata-Rata (AKG, 2004) yang dianjurkan (per orang per hari) bagi ibu hamil usia
19—29 tahun dengan BB/TB 52 kg/156 cm dan ibu hamil usia 30—49 tahun dengan
BB/TB 55 kg/156 cm.

23
2.3.3 Prinsip Gizi Seimbang

1. Variasi Makanan
Prinsip PGS (Pedoman Gizi Seimbang), asupan zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil
sebagai berikut.
a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat gizi makro yang meliputi gula, pati, dan serat.
Gula dan pati merupakan sumber energi berupa glukosa untuk sel-sel darah
24
merah, otak, sistem saraf pusat, plasenta, dan janin. Pemenuhan kebutuhan
energi yang berasal dari karbohidrat dianjurkan sebesar 50—60% dari total
energi yang dibutuhkan, terutama yang berasal dari karbohidrat pati dan serat,
seperti nasi, sereal, roti, dan pasta, juga jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar.
b. Protein
Protein merupakan komponen yang penting untuk pembentukan sel-sel
tubuh, pengembangan jaringan, termasuk untuk pembentukan plasenta.
Kebutuhan protein untuk ibu hamil sekitar 17 g/hari. Jenis protein yang
dikonsumsi seperlimanya sebaiknya berasal dari protein hewani, seperti daging,
ikan, telur, susu, yogurt, dan selebihnya berasal dari protein nabati, seperti tahu,
tempe, kacang-kacangan, dan lainlain.
c. Lemak
Lemak merupakan zat gizi penting yang berperan meyakinkan pada
perkembangan janin dan pertumbuhan awal pascalahir. Asam lemak omega-3
DHA penting untukperkembangan dan fungsi saraf janin selama kehamilan.
Konsumsi PUFA selama kehamilan memengaruhi transfer PUFA ke plasenta
dan ASI. Kebutuhan energi yang berasal dari lemak saat hamil sebaiknya
tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi total per hari.
Asam linoleat banyak terdapat pada minyak kedelai, minyak jagung,
minyak bunga matahari, minyak biji kapas. DHA dan ALA banyak terdapat
dalam minyak ikan (ikan laut seperti lemuru, tuna, salmon), selain juga terdapat
dalam sayuran berdaun hijau tua seperti bayam dan brokoli, minyak kanola, biji
labu kuning, dan minyak flaxseed. Kebutuhan minyak dalam pedoman gizi
seimbang dinyatakan dalam 4 porsi, di mana satu porsi minyak adalah 5 gram.
d. Vitamin dan mineral
Ibu hamil membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral dibandingkan
dengan ibu yang tidak hamil. Vitamin membantu berbagai proses dalam tubuh
seperti pembelahan dan pembentukan sel baru. Contohnya, vitamin A untuk
meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan sel serta jaringan janin; vitamin B
seperti tiamin, riboflavin, dan niasin untuk membantu metabolisme energi,
sedangkan vitamin B6 untuk membantu protein membentuk sel-sel baru;
vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi yang berasal dari bahan
makanan nabati; dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium.
25
Mineral berperan dalam berbagai tahap proses metabolisme dalam tubuh,
termasuk pembentukan sel darah merah (besi), dalam pertumbuhan (yodium
dan seng), serta pertumbuhan tulang dan gigi (kalsium).
e. Air
Walau tidak menghasilkan energi, air merupakan zat gizi makro yang
berperan sangat penting dalam tubuh. Air berfungsi untuk mengangkut zat-zat
gizi lain ke seluruh tubuh dan membawa sisa makanan keluar tubuh.
Ibu hamil disarankan untuk menambah asupan cairannya sebanyak 500
ml/hari dari kebutuhan orang dewasa umumnya minimal 2 liter/hari atau setara
8 gelas/hari. Kebutuhan pada ibu hamil lebih banyak lagi karena perlu
memperhitungkan kebutuhan janin dan metabolisme yang lebih tinggi menjadi
10—13 gelas/hari.
2. Suplementasi untuk ibu hamil
Sebagian zat gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil tidak dapat dicukupi
hanya dari makanan yang dikonsumsi ibu hamil sehari-hari, contohnya zat besi,
asam folat dan kalsium. Oleh karena itu ibu hamil diharuskan menambah zat-zat
gizi tersebut dalam bentuk suplemen, antara lain:
a. Zat Besi
Zat besi dibutuhkan untuk pembentukan komponen darah, yaitu
hemoglobin, yang terdapat dalam sel darah merah, yang beredar di dalam
darah dan berfungsi antara lain mengangkut oksigen ke seluruh jaringan
tubuh. Pada ibu hamil, kebutuhan zat besi lebih tinggi daripada sebelum
hamil, oleh karena dibutuhkan untuk meningkatkan massa hemoglobin karena
adanya penambahan massa tubuh ibu (plasenta, payudara, pembesaran uterus,
dan lain-lain) dan janin. Kebutuhan tambahan total selama kehamilannya,
diperkirakan 1.000 mg. Kekurangan zat besi dapat mengganggu pembentukan
sel darah merah, sehingga terjadi penurunan hemoglobin. Selanjutnya, dapat
menyebabkan penurunan kadar oksigen di jaringan. Akibatnya, jaringan tubuh
ibu hamil dan janin mengalami kekurangan oksigen, sehingga menurunkan
kemampuan kerja organ-organ tubuhnya. Akibat pada janin antara lain bayi
lahir dengan simpanan besi yang rendah sehingga berisiko menderita anemia,
mempunyai berat badan lahir lebih rendah dari yang seharusnya, dan lain-
lainnya.
26
Bahan makanan sumber zat besi yang terbaik adalah makanan yang berasal
dari sumber hewani seperti daging dan hati. Sementara zat besi yang berasal
dari sumber makanan nabati, misalnya serealia, kacang-kacangan, dan
sayuran hijau
b. Asam Folat
Asam folat termasuk dalam kelompok vitamin B. Jumlah yang
dibutuhkan hingga trimester akhir kehamilan adalah 0, 4 mg/hari per orang.
Idealnya, zat gizi ini dikonsumsi sebelum ibu mengalami kehamilan. Asupan
asam folat pada saat telah hamil, biasanya sudah terlambat untuk mencegah
terjadinya kelainan yang disebut “neural tube defect” a.l. spina bifida
(sumsum tulang belakang yang terbuka) dan anencephalus (tidak memiliki
batok kepala), mengingat perkembangan susunan saraf pusat, terutama terjadi
dalam 8 minggu pertama kehamilan. Sumber asam folat antara lain sayuran
berwarna hijau seperti brokoli dan bayam, telur, dan daging.
c. Kalsium
Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan sel-selnya. Jika
kebutuhannya kurang terpenuhi, janin akan mengambil cadangan kalsium dari
tulang ibu. Kejadian ini tidak akan menimbulkan gejala pada ibu, karena
jumlah kalsium yang diambil hanya sedikit (2,5% dari kalsium yang ada).
Namun, kekurangan zat gizi ini pada saat kehamilan tetap menyimpan
beberapa risiko. Penelitian menunjukkan, peluang terjadinya tekanan darah
tinggi dalam kehamilan pada kelompok masyarakat tertentu (misalnya,
kehamilan pada remaja, ibu hamil yang defisiensi kalsium) akan meningkat
bersamaan dengan kurangnya kalsium pada ibu. Jumlah kebutuhan kalsium
bagi ibu hamil sendiri sebesar 1.000 mg/hari selama kehamilan. Sumber
kalsium antara lain telur, susu, keju, mentega, daging, ikan, dan bayam.
3. Pola Hidup bersih dan Sehat
Dalam kehamilan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan ibu
hamil menyangkut pola hidup bersih dan sehat, yaitu:
a. Menjaga kebersihan tubuh
Menjaga kebersihan tubuh merupakan hal yang sangat penting
dilakukan oleh ibu hamil. Membersihkan tubuh secara teratur berarti
menghilangkan berbagai kuman, termasuk jamur dan bakteri, yang melekat di
27
tubuh. Dengan demikian akan menghilangkan sumber berbagai macam
penyakit infeksi. Ibu hamil dianjurkan mandi sedikitnya dua kali sehari dan
mengganti baju dengan baju yang bersih. Secara khusus, ibu hamil juga perlu
menjaga kebersihan vagina agar vagina tidak terpapar kuman yang dapat
menjalar ke saluran reproduksinya dan menyebabkan infeksi. Antara lain
dengan selalu membersihkan vagina setiap kali buang air dan mengganti
pakaian dalam sedikitnya dua kali sehari.
b. Cukup tidur
Kebutuhan tidur ibu hamil pada dasarnya sama dengan orang dewasa,
yakni 8 jam per hari. Masalahnya, semakin besar kehamilan, tidur akan
semakin sulit karena rasa sesak akibat perut yang semakin membesar,
sehingga ibu pun kurang tidur. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut dapat
memengaruhi stamina ibu dan mungkin akan menyebabkan ibu mudah sakit.
Oleh karena itu ibu hamil perlu mencari cara agar dapat tidur nyaman,
misalnya dengan mencari posisi tidur yang paling nyaman, dan upayakan tidur
bila ada kesempatan.
c. Pemberian imunisasi
Ibu hamil perlu mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk
mencegah penyakit tetanus. Bakteri tetanus masuk melalui luka. Ibu yang baru
melahirkan bisa terpapar kuman tetanus pada waktu proses persalinan,
sementara bayi terpapar kuman tetanus melalui pemotongan pusar bayi.
Imunisasi ini dapat diberikan menjelang menikah. Namun, bila terlewat, bisa
diberikan saat hamil sebanyak dua kali dengan jarak satu bulan dan harus
sudah lengkap 2 bulan sebelum persalinan.
d. Tidak merokok, menggunakan narkoba, dan mengonsumsi alkohol

Berbagai perilaku ibu hamil dapat memberikan dampak yang tidak baik,
bahkan serius, terhadap bayinya. Merokok selama kehamilan akan
menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan dapat meningkatkan risiko berat
badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram). Risiko keguguran pada
perempuan perokok 2—3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan
yang tidak merokok. Karbon monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan
kadar oksigen. Begitu pun penggunaan narkoba selama hamil amat berbahaya
28
bagi janin dan si ibu sendiri, dengan risiko dari kelainan yang ringan sampai
kecacatan pada janin, keguguran, bayi lahir prematur, hingga kematian janin
dan ibu. Adapun asupan alkohol selama kehamilan meningkatkan risiko
kerusakan sistem otak pusat bayi yang dikenal dengan istilah fetal alcohol
syndrome (FAS).

2.4 Keluhan Selama Kehamilan dan Terapinya


Ada beberapa Keluhan yang muncul pada kehamilan yaitu :
1. Mual dan muntah, dapat muncul pada bulan ke-1 dan hilang setelah bulan ke-3, mual
muntah terjadi saat pagi hari yang disebut dengan morning sickness. Berbagai upaya
preventif yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk ibu hamil yang mengalami
mual muntah agar tidak menjadi kondisi yang parah dilakukan dengan cara modifikasi
lifestyle menghindari stress dan istirahat yang cukup, mengatur diet yaitu mengatur
pola makan sedikit namun sering tidak mengkonsumsi minuman bersoda. Terapi
farmakologi diberikan obat-obatan berupa antiemetik. Terapi nonfarmakologi yaitu
terapi-terapi tradisional, yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual dan muntah pada
ibu hamil seperti akupuntur dan acupressure, dengan cara menekan pada titik
pericardium 6 atau P6 selama sepuluh menit atau lebih beberapa kali sehari, namum
tidak semua ibu hamil tahu dan paham dimana posisi titik akupuntur tersebut.
Pengobatan herbal yaitu, dengan mengkonsumsi ramuan obat yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti jahe, kulit pohon elm dan teh rempah-rempah pada kondisi
yang di alami mual muntah tersebut ibu hamil dengan spontan akan memuntahkan
sesuatu yang masuk kedalam mulutnya maka pengobatan herbal hanya sebagian kecil
berhasil. Terapi aroma pengobatan alternaternatif yang menggunakan minyak
essensial dimana pengobatan ini bersifat noninstruktif, noninvasif, murah, sederhana,
efektif dan tanpa efek samping yang merugikan bagi ibu dan janinnya.
2. Sakit pinggang, sebagian besar dikarenakan perubahan sikap badan selama kehamilan
dan titik berat badan pindah kedepan disebabkan perut yang membesar. Upaya untuk
menganani nyeri pinggang ada farmakologis dan non farmakologis, terapi
farmakologis bisa dberikan dengan agen antiinflamasi non-steroid, analgesic, relaksan
otot. Untuk terapi non farmakologis dengan memberikan relaksasi, imajinasi, kompres
dingin atau hangat.

29
3. Varises, Dipengaruhi oleh factor keturunan, berdiri lama dan usia, ditambah faktor
hormonal (progesterone) dan bendungan dalam panggul. Ada beragam cara untuk
mengatasi dan mencegah varises pada ibu hamil, antara lain:
a. Menaikkan kaki
Saat berbaring, posisikan kaki lebih tinggi dari pada jantung. Caranya
adalah dengan menumpukkan beberapa buah bantal dan letakkan kaki di atasnya.
Posisi ini dapat membantu melancarakan sirkulasi darah.
b. Mengubah posisi duduk dan berdiri
Hindari berdiri atau duduk terlalu lama. Jika sudah terlalu lama berdiri,
maka istirahatkan kaki dengan duduk sejenak. Sebaliknya, jika sudah terlalu lama
duduk, cobalah untuk berdiri atau berjalan beberapa saat. Hindari
pula duduk dengan menyilangkan kaki.
c. Menjaga berat badan
Berat badan berlebih dapat membuat beban kerja pembuluh darah semakin
berat dan dapat memicu timbulnya varises.
d. Melakukan olahraga secara rutin
Rutin berolahraga selama hamil dapat membantu meningkatkan sirkulasi
darah dan mencegah timbulnya varises.
e. Mengenakan stoking kompresi
Stoking kompresi dirancang sedemikian rupa untuk membantu mencegah
darah menumpuk di kaki. Stoking ini bisa didapatkan di toko farmasi atau pusat
pelayanan kesehatan.
f. Memerhatikan posisi tidur
Disarankan untuk tidur dalam posisi miring. Posisi tidur ini akan
mengurangi tekanan pada pembuluh vena di kaki dan membuat sirkulasi darah
kembali normal.
g. Mengonsumsi makanan berserat
Untuk mencegah timbulnya wasir, jenis varises yang terjadi di sekitar anus
dan rektum, Anda disarankan untuk mengonsumsi makanan berserat dan minum
air putih yang banyak. Pasalnya, kebiasaan ini dapat membantu mencegah
sembelit saat hamil yang merupakan pemicu dari wasir.
h. Menghindari penggunaan sepatu berhak tinggi

30
Disarankan mengenakan sepatu flat (rata) untuk menjaga sirkulasi darah di
sekitar kaki dan betis. Jadi selama hamil dianjurkan untuk menghindari
penggunaan sepatu berhak tinggi.
i. Membatasi asupan garam
Dengan membatasi asupan garam (sodium) selama kehamilan, maka akan
meminimalkan pembengkakan pada pembuluh darah vena.
4. Sakit kepala, biasa di rasakan pada ibu hamil muda yang sukar menyebutkan
penyebabnya. Beberapa terapi ditawarkan untuk mengatasi nyeri sakit kepala tersebut
baik secara farmakologis (medis) maupun non farmakologi (non medis). Teknik
penanganan nyeri non farmakologi antara lain relaksasi, imajinasi terbimbing,
akupuntur, akupresur, psikoterapi.
5. Oedema adalah pembengkakan yang sering terjadi pada kaki dan tungkai bawah.
Terapi rendam kaki dapat digunakan sebagai alternatif non-farmakologis dengan
menggunakan metode yang lebih murah dan mudah. Rendam air hangat sangat mudah
dilakukan oleh semua orang, tidak membutuhkan biaya yang mahal, dan tidak
memiliki efek samping yang berbahaya. Selain itu, terapi rendam air hangat juga
dapat digunakan untuk menghindari komplikasi dari terapi farmakologis (diuretikum)
yang jika digunakan secara tidak hati-hati dapat menyebabkan kehilangan volume
cairan hingga memperburuk perfusi utero-plasenta, meningkatkan hemokonsentrasi,
menimbulkan dehidrasi janin, dan menurunkan berat janin.

2.5 Hal yang Diperhatikan pada Pengobatan Selama Kehamilan

Tujuan pedoman pemantauan penggunaan obat adalah untuk mengoptimalkan efek


terapi obat dan mencegah atau meminimalkan efek merugikan akibat penggunaan obat.

Tatalaksana pemantauan penggunaan obat :

a. Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang


patofisiologi, terutama pada ibu hamil dan menyusui, prinsip-prinsip farmakoterapi,
cara menafsirkan hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan diagnostik yang
berkaitan dengan penggunaan obat, danketrampilan berkomunikasi yang memadai.
31
b. Mengumpulkan data ibu hamil/menyusui, yang meliputi :
- Deskripsi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, nama ruang
rawat/poliklinik, nomor registrasi)
- Riwayat penyakit terdahulu- Riwayat penggunaan obat (termasuk riwayat alergi,
penggunaan obatnon resep)
- Data hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan diagnostik
- Masalah medis yang diderita
- Data obat-obat yang sedang digunakan

Data /informasi dapat diperoleh melalui :

- wawancara dengan ibu hamil / menyusui atau


- catatan medis
- kartu indeks (kardeks)
- komunikasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, perawat)
c. Berdasarkan data/informasi pada (b), selanjutnya mengidentifikasi adanya masalah-
masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
d. Memberikan masukan/saran kepada tenaga kesehatan lain mengenai penyelesaian
masalah yang teridentifikasi.
e. Mendokumentasikan kegiatan pemantauan penggunaan obat pada formulir yang dibuat
khusus.

Obat Yang Digunakan Pada Masa Kehamilan


 Pertimbangkan perawatan pada masa kehamilan
 Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang diperolah ibudiharapkan
lebih besar dibandingkan risiko pada janin
 Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari pemakaiannya selamatrimester pertama
kehamilan
 Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang telah dipakai secara luaspada
kehamilan dan biasanya tampak aman diberikan daripada obat baruatau obat yang
belum pernah dicoba secara klinis

32
 Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktusesingkat
mungkin
 Hindari polifarmasi
 Pertimbangkan perlunya penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatanpada beberapa
obat (misalnya fenitoin, litium)

Sebagian besar obat yang digunakan oleh wanita hamil akan melewati sawar uri dan
masuk kedalam aliran darah janin, sehingga dapat dikatakan bahwa jika seorang wanita
hamil minum obat, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk janin yang
dikandungnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi berat ringannya masalah yang timbul
akibat penggunaan obat selama kehamilan yaitu :

a) Potensi obat yaitu kemampuan obat untuk menimbulkan efek teratogenik dan efek-
efek yang merugikan lainnya.
b) Dosis dan kemampuan obat mencapai sirkulasi.
c) Umur kehamilan, kelainan yang terjadi pada janin tergantung pada usia berapa janin
terpapar oleh obat.
d) Kondisi ibu yang mendorong atau memperberat terjadinya pengaruh-pengaruh buruk
tersebut.

Obat-obat yang paling sering dipakai selama kehamilan adalah zat besi, vitamin,
antiemetik, analgesik ringan. Obat-obat yang sudah dibuktikan dengan pasti aman untuk
embrio hanya sedikit. Lebih banyak yang lain adalah tidak diketahui atau Teratogen
(substansi yang menyebabkan kelainan pertumbuhan). Pada manusia, periode teratogenik
berlangsung dari beberapa hari setelah menstruasi terakhir. Sampai 10 minggu
berikutnya, ini adalah periode organogenesis (pertumbuhan struktur-struktur utama dan
organ-organ).

Interaksi Obat
Interaksi obat adalah interaksi yang terjadi ketika efek suatu obat berubah karena
adanya obat lain, makanan, dan lingkungan bahan kimia yang diberikan secara
bersamaan. Dari peristiwa ini ada 2 kemungkinan, yakni meningkatkan efek toksik atau
efek samping obat atau berkurangnya efek klinik yang diharapkan.
33
Penatalaksanaan interaksi obat dapat dilakukan melalui beberapa strategi yaitu
dengan mengganti obat untuk menghindari kombinasi obat yang berinteraksi,
penyesuaian dosis untuk mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat, memantau
pasien atau melanjutkan pengobatan bila interaksi tidak bermakna secara klinik. Efek dari
interaksi dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu major jika efek yang dihasilkan dari
interaksi obat membahayakan hidup pasien atau menyebabkan kerusakan yang permanen,
moderate jika interaksi obat mengganggu status klinik pasien sehingga perlu terapi
tambahan, dan minor jika efek yang di hasilkan tidak membahayakan dan tidak perlu
terapi tambahan.

Penggunaan Obat yang Rasional

Penggunaan obat yang rasional mencakup kriteria sebagai berikut:


a) Obat yang benar
b) Indikasi yang tepat, yaitu alasan menulis resep di dasarkan pada pertimbangan medis
yang baik.
c) Obat yang tepat, mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokan bagi pasien
dan harga.
d) Dosis, pemberian dan durasi pengobatan yang tepat.
e) Pasien yang tepat, yaitu tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan reaksi yang
merugikan adalah minimal.
f) Dispensing yang benar, termasuk informasi yang tepat bagi pasien tentang obat yang
di tulis.
g) Kepatuhan pasien terhadap pengobatan .
Penggunaan obat yang tidak rasional dapat terjadi di semua rumah sakit dan dalam
masyarakat. Hal ini mencakup penulisan obat yang tidak perlu, obat yang tidak aman,
obat efektif yang tersedia kurang di gunakan, dan obat yang di gunakan secara tidak
benar.

Pertimbangan yang digunakan pada masa kehamilan

a) Pertimbangan perawatan pada masa kehamilan.

34
b) Obat hanya diresepkan pada ibu hamil bila manfaat yang diperoleh ibu diharapkan
lebih besar dibandingkan resiko pada janin.
c) Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari pemakaiannya selama trimester pertama
kehamilan.
d) Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang telah dipakai secara luas pada
kehamilan dan biasanya aman diberikan daripada obat baru atau obat yang belum
pernah dicoba secara klinis.
e) Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu sesingkat
mungkin.
f) Menghindari polifarmasi.
g) Mempertimbangkan penyesuaian dosis untuk kehamilan.

2.6 Efek Teratogenik dan Beberapa Obat yang Menyebabkan Efek Teratogen
Teratogen adalah kerja yang menimbulkan kerusakan janin dan khususnya cacat
termasuk dalam efek samping obat terberat. Teratogenesis meliputi gangguan
perkembangan normal baik pada embrio maupun janin didalam rahim, menyebabkan
kondisi abnormal pada bayi yang baru lahir. Gangguan ini dapat terjadi dalam berbagai
bentuk dan karenanya tidak ada mekanisme umum yang mendasari jenis respon ini.
Bahan-bahan teratogenik dapat berupa obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan,
bahan-bahan pencemar lingkungan, bahan-bahan kimia di tempat kerja.

Kerentanan suatu embrio atau janin terhadap suatu teratogen bersifat variabel (tidak
tetap), tergantung pada tahap perkembangan dimana pemaparan itu terjadi untuk
abnormalitas-abnormalitas yang nyata. Periode kritis organogenesis merupakan yang
paling rentan terhadap kerentanan.

Organogenesis yang merupakan segregasi (pemisahan) sel-sel, kelompokkelompok


sel dan jaringan-jaringan membentuk primordia yang nantinya akan menjadi organ-organ,
terutama bersifat sensitif terhadap teratogen meskipun tidak semata-mata demikian.
Diferensiasi histologis terjadi secara bersamaan dengan organogenesis dan berlanjut
setelahnya, dan saat itu mulai terjadi pembentukan fungsi. Kedua tahap ini dapat
menyebabkan cacat, meskipun umumnya cacat struktural yang nyata.

35
Periode sensitif untuk induksi malformasi adalah periode 5-14 hari pada tikus, dan
minggu ke-tiga hingga bulan ke-tiga pada manusia. Periode perkembangan janin
berikutnya, seperti halnya tahap proliferatif awal, kurang bersifat rentan terhadap efek-
efek spesifik. Jenis-jenis teratogen yang berbeda dapat menyebabkan abnormalitas yang
sama apabila diberikan selama periode-periode kritis yang sama, dan sebaliknya teratogen
yang sama diberikan pada saat yang berbeda dapat menghasilkan efek yang berbeda.

Menurut Katzung, suatu zat atau senyawa dianggap teratogenik, jika proses zat
tersebut :

a). Menghasilkan rangkaian malformasi yang khas, mengindikasikan selektivitas organ


tertentu.

b). Memberikan efeknya pada tahap pertumbuhan jenis tertentu, yaitu selama
organogenesis organ target dalam periode waktu yang terbatas.

c). Memperlihatkan insiden yang tergantung dosis (Katzung, 1998).

Malformasi cenderung terjadi oleh pemaparan selama organogenesis, sedangkan


gangguan fungsional diduga disebabkan oleh pemaparan pada tahap-tahap akhir
perkembangan. Periode perkembangan janin bersifat rentan dan agen-agen yang
mengganggu pada masa ini dapat menyebabkan pertumbuhan yang lambat.

Pemaparan tunggal suatu obat selama kehamilan dapat mempengaruhi struktur


tubuh janin yang tumbuh pesat pada waktu tersebut. Thalidomid merupakan contoh obat
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anggota pada setelah pemaparan yang singkat.
Namun pemaparan tersebut harus terjadi pada waktu kritis dalam pertumbuhan anggota
badan. Resiko phocomelia akibat thalidomid terjadi selama minggu ke-empat dan ke-
tujuh karena selama waktu ini lengan dan kaki tumbuh.

Mekanisme terjadinya efek teratogen akibat obat-obat sulit diketahui dan mungkin
mempunyai berbagai faktor. Sebagai contoh, obat-obat dapat mempunyai efek sekunder
atau tidak langsung pada janin. Obat dapat mengganggu jalur oksigen ataupun makanan
yang masuk melalui plasenta sehingga memberikan efek pada jaringan yang
bermetabolisme cepat dalam janin. Akhirnya obat mungkin dapat mempunyai kerja

36
langsung pada proses diferensiasi jaringan yang berkembang. Contohnya vitamin A
(retinol) mempunyai kerja terarah pada diferensiasi jaringan normal.

Dalam upaya mencegah terjadinya efek yang tidak diharapkan dari obat-obat yang
diberikan selama kehamilan, maka Australian Drug Evaluation Commitee maupun Food
and Drug Administration (FDA-USA), obat-obatan dikategorikan menjadi 5 yaitu
kategori A, kategori B, kategori C, kategori D, kategori X. Kategori A, B, C, D, X ini
memaparkan tentang seluk beluk obat yang boleh dan tidak boleh diberikan ketika hamil,
dimana uraian tersebut sampai saat ini masih dipakai sebagai rujukan atau acuan di
penjuru dunia, termasuk Indonesia. Australian Drug Evaluation Commitee maupun Food
and Drug Administration (FDA-USA) membuat kategori obat menurut tingkat bahayanya
terhadap janin. Australian Drug Evaluation Commitee dikategorikan sebagai berikut :

a). Kategori A

Obat dalam kategori ini adalah obat-obat yang telah banyak digunakan oleh wanita
hamil tanpa disertai kenaikan frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya,
seperti asam folat.

b). Kategori B

Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakaian pada wanita hamil
masih terbatas, tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau pengaruh
buruk lainnya pada janin. Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian pada wanita
hamil, maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuantemuan pada studi
toksikologi pada hewan, yaitu :

B1: Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan
janin (fetal damage). Contohnya simetidin, dipiridamol

B2: Data dari penelitian pada hewan belum memadai, tetapi ada petunjuk tidak
meningkatnya kejadian kerusakan janin. Contohnya amfoterisin, dopamine.

B3: Penelitian pada hewan menunjukan peningkatan kejadian janin, tetapi belum
tentu bermakna pada manusia. Contohnya pirimetamin, mebendazol.

c). Kategori C

37
Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa disertai
malformasi anatomik semata-mata karena farmakologiknya. Umumnya bersifat
Reversibel (membaik kembali). Contoh adalah fenotiazin, rifampisin, aspirin.

d). Kategori D

Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatkatnya kejadian malformasi janin


pada manusia atau menyebabkan kerusakan janin yang bersifat Irreversibel (tidak dapat
membaik kembali). Obat-obat dalam kategori ini juga mempunyai efek farmakologik
yang merugikan terhadap janin. Contohnya fenitoin, pirimidon, fenobarbiton.

e). Kategori X

Obat-obat yang terbukti dalam kategori ini adalah yang terbukti mempunyai resiko
tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (Irreversibel) pada janin jika diminum
pada masa kehamilan. Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi mutlak selama
kehamilan. Contohnya adalah isotretinoin dan dietilstilbestrol.

Sedangkan Food and Drug Administration (FDA-USA) membuat klsifikasi obat


menurut tingkat bahayanya terhadap janin, yakni :

a). Kategori A

Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko bagi janin pada
trimester pertama kehamilan dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester kedua
dan ketiga. Kemungkinan adanya bahaya terhadap janin rendah. Contohnya asam folat.

b). Kategori B

Studi tentang reproduksi binatang percobaan yang tidak memperlihatkan adanya


resiko pada janin tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil atau sistem reproduksi
binatang percobaan yang menunjukkan efek samping, dimana tidak ada penegasan
dengan studi kontrol pada wanita saat trimester pertama dan tidak ada bukti resiko janin
pada trimester berikutnya. Contohnya beberapa antibiotika seperti amoksisilin dan
eritromisin.

c). Kategori C

38
Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping pada janin
(teratogenik) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita dan binatang yang tersedia. Obat
dalam kategori ini hanya boleh diberikan kepada ibu hamil jika manfaatnya yang
diperoleh lebih besar dari resiko yang mungkin terjadi janin. Contohnya asam mefenamat
dan aspirin.

d). Kategori D

Terdapat bukti adanya resiko terhadap janin manusia, tapi keuntungan


penggunaannya bagi wanita hamil boleh dipertimbangkan (terjadi situasi yang dapat
mengancam ibu hamil, dimana obat lain tidak dapat digunakan atau tidak efektif).
Contohnya karbamazepin dan phenitoin serta beberapa anti kanker atau kemoterapi.

f). Kategori X

Studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya kelainan
janin (abnormalitas) atau terbukti beresiko terhadap janin. Resiko penggunaan obat pada
wanita hamil jelas lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Obat kategori X merupakan
kontraindikasi bagi wanita hamil. Contohnya isotretinoin, simvastatin.

Sebagian besar obat yang digunakan oleh wanita hamil akan melewati sawar uri dan
masuk kedalam aliran darah janin, sehingga dapat dikatakan bahwa jika seorang wanita
hamil minum obat, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk janin yang
dikandungnya. Beberapa faktor yang mempengarihi berat ringannya masalah yang timbul
akibat penggunaan obat selama kehamilan yaitu :

a). Potensi obat yaitu kemampuan obat untuk menimbulkan efek teratogenik dan efek-
efek yang merugikan lainnya.

b). Dosis dan kemampuan obat mencapai sirkulasi.

c). Umur kehamilan, kelainan yang terjadi pada janin tergantung pada usia berapa janin
terpapar oleh obat.

d). Kondisi ibu yang mendorong atau memperberat terjadinya pengaruh-pengaruh buruk
tersebut

Efek teratogenik dan beberapa obat yang menyebabkan efek teratogen


39
- Obat yang terbukti kuat menimbulkan efek teratogenik

No Obat Efek Teratogenik


1. Aminopterin, metotreksat Malformasi system saraf pusat dan
anggota gerak.
2. Angiotensin-converting-enzyme Gagal ginjal berkepanjangan pada bayi,
(ACE) inhibitors penurunan osifikasi tempurung kepala,
disgenesis tubulus renalis.
3. Obat-obat antikolinergik Ileus enzodia neonates.
4. Obat-obat anti tiroid Gondok pada janin dan bayi
(propiltiourasil dan metimazol) hipotiroidismus, dan aplasia kutis
(metimazol).
5. Karbamazepin Defek neural tube.
6. Siklofosfamid Malformasi system saraf pusat.
7. Danazol dan obat androgenic Maskulinisasi pada janin perempuan.
lainnya
8. Dietilstilbestrol Ca vagina dan defek system urogenital
pada janin.
9. Obat hipoglikemik Hipoglikemia neonatal.
10. Litium Ebstein’s anomaly.
11. Misoprostol Moebius sekuens.
12. Antiinflamasi nonsteroid Konstriksi duktus arteriosus,
(NSAIDs) enterokolitis nekrotikans .
13. Parametadion Defek wajah dan system saraf pusat
(SSP)
14. Fenitoin Sistem saraf pusat (SSP).
15. Obat-obat psikoaktif (Barbiturat, Gangguan pertumbuhan dan deficit SSp.
opoid, dan enzodiazepine) Neonatal Withdrawel Syndrome jika
obat diminum pada akhir periode
kehamilan.
16. Retinoid sistemik (isotretinoin Defek SSP, kardiovaskular dan
and atretinat) kraniofasial.
17. Tetrasiklin Anomali pada gigi dan tulang.
18. Talidomid Fokomedia dan defek organ internal.
19. Trimetadion Defek pada wajah dan SSP.
20. Asam valpronat (valproic acid) Defek neural tube.
21. Warfarin Defek skeletal dan SSP, Dandy-Walker
Sindrom.

40
2.7 Kajian Tatalaksana Pengobatan Hipertensi dan Pre-eklamsia pada Ibu Hamil
2.7.1 Pengobatan Hipertensi Pada Kehamilan
Obat yang umum digunakan dalam pengobatan hipertensi pada kehamilan adalah
labetalol, methyldopa, nifedipine, clonidine, diuretik, dan hydralazine. Labetalol adalah
obat yang paling aman. Diuretik dan CCB (nifedipine) mungkin aman tetapi data minimal
dan tidak digunakan sebagai firstline drug (Karthikeyan, 2015). Menurut ACC/AHA 2017
dan ESC/ESH 2018 obat antihipertensi pada kehamilan yang direkomendasikan hanya
labetalol, methyldopa dan nifedipine, sedangkan yang dilarang adalah ACE inhibitor,
ARB dan direct renin inhibitors (Aliskiren).

Ada satu studi meta regresi di Kanada dengan 45 RCT melibatkan 3773 wanita
hamil, obat antihipertensi yang digunakan adalah methyldopa, acebutolol, atenolol,
labetalol, metoprolol, oxprenolol, pindolol, propranolol, bendroflumethiazide,
chlorothiazide, hydrochlorothiazide, ketanserin, hydralazine, isradipine, nicardipine,
nifedipine, verapamil, clonidine. Kapan memulai pengobatan hipertensi pada kehamilan?
Guideline ESH/ESC 2018 menyarankan tekanan darah sistolik ≥ 140 atau diastolik ≥ 90
mmHg tetapi pada kasus-kasus tertentu disarankan pada tekanan darah sistolik ≥ 150 atau
diastolik ≥ 95 mmHg. Pada tekanan darah sistolik ≥ 170 mmHg atau diastolik ≥ 110
mmHg pada wanita hamil dianggap emergensi dan diperlukan rawat inap di rumah sakit.

Pada hipertensi krisis dengan kehamilan obat yang direkomendasikan labetalol IV,
nicardipine IV, magnesium. Pada pre-eklampsia yang disertai odema paru obat yang
direkomendasikan nitroglycerin infus.

Tabel 1. Obat Anti Hipertensi Oral Golongan ACE dan ARB Yang Tidak Boleh
Diberikan Pada Kehamilan

41
a. Labetalol

Labetalol adalah obat pilihan untuk penurun hipertensi pada kehamilan.


Labetalol adalah golongan Beta blockers—combined alpha- and beta-receptor,
dosisnya 200-800 mg, diberikan 2 kali sehari. Di Indonesia obat labetalol belum
dimasukkan dalam Formularium Nasional. Penelitian besar pengobatan hipertensi
pada kehamilan dengan menggunakan beta blocker adalah obat labetalol.
Atenolol tersedia di Formularium Nasional dalam bentuk tablet 50 mg
diberikan 1 kali sehari. Sedangkan metoprolol tersedia di Formularium Nasional
sebagai metoprolol tartat dalam bentuk injeksi 1 mg/mL dan diindikasikan untuk
emergency anaesthesia, krisis hipertiroid.

42
Tabel 2. Obat Anti Hipertensi Oral Golongan Beta Blocke

43
b. Methyldopa

Methyldopa adalah golongan central alpha 1- agonist and other centrally


acting drugs, dosisnya 250-1000 mg, diberikan 2 kali sehari. Methyldopa
direkomendasikan sebagai obat penurun hipertensi pada kehamilan, bahkan
wanita usia produktif dengan hipertensi yang ingin hamil dianjurkan mengganti
obat antihipertensi dengan methyldopa atau nifedipine, labetalol. Ternyata dalam
penelitian beta blocker dan CCB lebih superior daripada methyldopa dalam
pencegahan pre-eklampsia. Di Indonesia obat methyldopa tersedia di
Formularium Nasional bentuk tablet 250 mg dan dapat diberikan 3 kali sehari
selama sebulan.

Walaupun methyldopa telah digunakan secara luas pada pengobatan


hipertensi dengan kehamilan tetapi dianjurkan tetap mempertimbangkan manfaat
dan kerugiannya pada saat menyusui.
Methyldopa dipakai untuk pengobatan hipertensi pada wanita hamil. Tidak
teratogenik, tidak ada efek yang tidak diinginkan pada uterus. Methyldopa dapat
dipakai sebagai pengganti clonidine, karena clonidine dapat menyebabkan
rebound hypertension atau terjadi efek yang tidak diinginkan. Methyldopa dalam
bentuk injeksi sering digunakan untuk hipertensi emergensi. Dosisnya 20-40
mg/kgBB tiap hari diberikan setiap 6 jam tetapi bentuk injeksi tidak tersedia di
Indonesia.
Efek yang tidak dikehendaki pada methyldopa adalah sedasi, drowsiness,
mulut kering, depresi, postural hypertension, rebound hypertension, withdrawal
syndrome, dan beberapa kejadian autoimune.
c. Nifedipine

Nifedipine adalah golongan CCB-dihydropyridines, yang dianjurkan adalah


long acting (Nifedipine LA / adalat oros ®). Penelitia besar pengobatan
hipertensi dan kehamilan dengan menggunakan CCB adalah obat nifedipine
(Dahlof et al., 2002). Nifedipine digunakan secara luas pada hipertensi dengan
kehamilan, tetapi walaupun demikian pada browsur obat / SPC 2010 tidak
dianjurkan pada kehamilan sebelum 20 minggu dan menyusui.

44
Tabel 9. Obat Anti Hipertensi Oral Golongan Calcium Channel Blocker (CCB)

d. Clonidine

Clonidine adalah golongan centrally acting α2 adrenergic agonist and


imidazoline receptor agonist. Biasa digunakan untuk pengobatan hipertensi yang
dapat menimbulkan efek samping seperti gangguan menjadi tidak aktif,
kecemasan, withdrawal syndrome, migrain dan gejala nyeri kronik. Bisa juga
digunakan sebagai obat anti muntah pada hyperemesis gravidarum (HG). Preparat
yang digunakan pada hyperemesis gravidarum adalah transdermal clonidine
patch. Studi tentang penggunaan transdermal clonidine patch kemungkinan efektif
untuk HG berat, tetapi diperlukan studi lebih besar untuk membandingkan dengan
obat lain.

Tabel 10. Obat Antihipertensi Central Acting

45
Mekanisme kerja clonidine sebagai obat antihipertensi adalah sama seperti
methyldopa tetapi masa kerjanya lebih singkat. Efek samping serius lebih sering
ditemukan pada clonidine. Dilaporkan bahwa clonidine aman dan baik sebagai
antihipertensi pada kehamilan.
Clonidine sebaiknya dihindari pada awal kehamilan karena dapat
menyebabkan kelainan embrio, pada kondisi ini methyldopa lebih aman.
Clonidine sering menyebabkan rebound hypertension bila dihentikan mendadak.

e. Diuretik

Diuretik dipakai secara luas pada pengobatan hipertensi non-kehamilan.


Diuretik dapat menurunkan tekanan darah dan odema, oleh karena itu doktek
obsetri menggunakan diuretik pada kehamilan. Tahun 1985 ada studi meta-
analisis melibatkan 7000 subjek yang diberi diuretik (hydrochlorethiazide/HCT)
untuk mencegah pre-eklampsia. Studi ini melibatkan 11 RCT. Hasilnya adalah
kejadian perinatal mortaliti tidak signifikan. Efek samping yang bisa terjadi
trombositopenia, ikterik, pankreatitis, hipokalemia, hiponatremi.

Tabel 11. Obat Antihipertensi Golongan Diuretik

46
f. Hydralazine

Hydralazin pada semua trimester kehamilan dan tidak teratogenik, efek


samping lain adalah trombositopenia, penurunan aliran darah ke uterus dan
hipotensi. Hydralazin oral dapat digunakan untuk hipertensi kronis pada trimester
kedua dan ketiga. Hydralazine IV direkomendasikan untuk hipertensi emergensi
pada kehamilan, termasuk labetalol IV dan nifedipin oral.
Tabel 12. Obat Antihipertensi Direct Vasodilators

47
Tabel 7. Obat Antihipertensi Untuk Hipertensi Pada Kehamilan

Berdasarkan Tabel 13. ternyata tidak ada obat antihipertensi yang sangat aman untuk
trimester I kehamilan.
Rekomendasi klinis manajemen hipertensi pada kehamilan (Leeman et al., 2016)

>> Wanita dengan hipertensi gestasional atau pre-eklampsia ringan sebaiknya


merencanakan persalinan pada minggu ke-37 kehamilan.
>> Magnesium sulfat lebih efektif daripada diazepam (valium) atau phenytoin (dilatin)
dalam mencegah kejang eklampsia dan menurunkan mortaliti ibu hamil.
>> Intravenous labetalol atau hydralzine atau oral nifedipine boleh digunakan untuk
mengobati hipertensi parah selama kehamilan.
>> Wanita pre-eklampsia berat pada minggu 24-34 kehamilan dirawat dan dipantau ketat
untuk mengurangi komplikasi neonatal dan tinggal di ICU.
>> Aspirin dosis rendah dapat berdampak kecil sampai menengah dalam mencegah pre-
eklampsia.
>> Suplemen kalsium dapat mengurangi insiden hipertensi, pre-eklampsia dan mortaliti
wanita dengan intake rendah kalsium. Tetapi, wanita USA dan negara maju tidak
terlalu berpengaruh.
2.7.2 Penanganan Pre Eklamsia

Gambar 1. Penanganan preeklamsia Ringan berdasarkan buku pedoman pengelolaan


hipertensi dalam kehamilan di Indonesia Tahun 2005.

Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dilakukan rawat inap maupun rawat
jalan. Pada rawat jalan ibu hamil dianjurkan banyak istirahat (tidur miring ke kiri). Pada
umur kehamilan diatas 20 minggu tidur dengan posisi miring dapat menghilangkan
tekanan rahim pada vena kava inferior yang mengalirkan darah dari ibu ke janin, sehingga
meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula
meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan
meningkatkan laju filtrasi glomerolus dan meningkatkan diuresis sehingga akan
meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan reaktivitas kardiovaskuler, sehingga
mengurangi vasospasme. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah
ke rahim, menambah oksigenasi plasenta dan memperbaiki kondisi janin dan rahim. Pada
preeklampsia tidak perlu dilakukan retriksi garam jika fungsi ginjal masih normal. Diet

49
yang mengandung 2 g natrium atau 4-6 g NaCl (garam dapur) adalah cukup. Diet diberikan
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam secukupnya. Tidak diberikan obat-
obatan diuretik, antihipertensi dan sedative.

Pre-eklamsia berat

Gambar 2. Penanganan pre-eklamsia berat berdasarkan buku pedoman pengelolaan


hipertensi dalam kehamilan di Indonesia Tahun 2005.

Pengelolaan preeklampsia berat mencakup pencegahan kejang,


pengobatanhipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan supportif terhadap penyulit organ
yang terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan. Penderita preeklampsia berat harus
segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tidur miring ke kiri.
Pengelolaan cairan pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya edema paru
dan oliguria. Diuretikum diberikan jika terjadi edema paru dan payah jantung. Diuretikum
yang dipakai adalah furosemid. Pemberian diuretikum secara rutin dapat memperberat
hipovolemi, memperburuk perfusi utero-plasenta, menimbulkan dehidrasi pada janin, dan

50
menurunkan berat janin. Antasida digunakan untuk menetralisir asam lambung sehingga
bila mendadak kejang dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung.
Pemberian obat antikejang pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya
kejang (eklampsia). Obat yang digunakan sebagai antikejang antara lain diazepam, fenitoin,
MgSO4. Berdasarkan buku Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten Tahun 2007, antikejang yang digunakan adalah MgSO4 yaitu dengan pemberian
dosis awal 8 gram IM (4 gram bokong kanan dan 4 gram bokong kiri) dengan dosis
lanjutan setiap 6 jam diberikan 4 gram.

51
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil trimester I, II dan III meliputi
system reproduksi (uterus), payudara (mammae), system endokrin, system perkemihan,
system pencernaan, system musculoskeletal, system kardiovaskuler (sirkulasi darah), system
intergumen (kulit), metabolisme, berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT), dan system
pernafasan.
2. Dampak terhadap farmakokinetika meliputi perpindahan obat lewat plasenta, metabolisme
obat di plasenta dan di janin. Sedangkan dampak terhadap farmakodinamika meliputi
mekanisme kerja obat pada ibu hamil, mekanisme kerja obat pada janin, dan kerja obat
teratogenic.
3. Kurangnya asupan zat gizi makro (karbohidrat,protein, dan lemak) maupun zat gizi mikro
(asam folat, zat besi, seng, kalsium, iodium, dan lain-lain) dapat menimbulkan masalah gizi
dan kesehatan pada ibu dan bayinya. Kebutuhan gizi untuk ibu hamil mengalami
peningkatan dibandingkan dengan ketika tidak hamil. Prinsip gizi seimbang yang
dibutuhkan ibu hamil meliputi variasi makanan, suplementasi untuk ibu hamil, serta pola
hidup bersih dan sehat.
4. Ada beberapa Keluhan yang muncul pada kehamilan yaitu : Mual dan muntah (dapat diatasi
dengan terapi antiemetic), sakit pinggang (dapat diatasi dengan agen antiinflamasi non-
steroid, analgesic, relaksan otot), varises (dapat diatasi dengan melakukan olahraga secara
rutin), sakit kepala (dapat diatasi dengan akupuntur, akupresur, relaksasi), dan oedema
(dapat diatasi dengan diuretikum).
5. Hal yang diperhatikan pada pengobatan selama kehamilan adalah obat yang digunakan pada
masa kehamilan serta interaksi obatnya, dengan tujuan untuk mengoptimalkan efek terapi
obat dan mencegah atau meminimalkan efek merugikan akibat penggunaan obat.
6. Teratogen adalah kerja yang menimbulkan kerusakan janin dan khususnya cacat termasuk
dalam efek samping obat terberat. Teratogenesis meliputi gangguan perkembangan normal

52
baik pada embrio maupun janin di dalam Rahim, menyebabkan kondisi abnormal pada bayi
yang baru lahir. Obat-obatan yang memiliki efek teratogen antara lain antikolinergik,
hipoglikemik dan lain-lain.
7. Obat yang umum digunakan dalam pengobatan hipertensi adalah labetalol, methyldopa,
nifedipine, clonidine, diuretic, dan hydralazine. Ibu hamil dengan pre-eklamsia ringan dapat
dilakukan rawat inap maupun rawat inap. Sedangkan pre-eklamsia berat mencakup
pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap
penyulit organ yang terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan kami sendiri
khususnya.

53
DAFTAR PUSTAKA

Aberg, J.A., Lacy, C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L. 2008. Drug Information
Handbook, 17 Edition. Lexi-Comp for the American Pharmacists Association

Anonim, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Yogyakarta : UGM Press

Anonim. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui.
Jakarta: Bakti Husada

Deswani, N.S., dkk. 2018. Asuhan Keperawatan Prenatal Dengan Pendekatan Neurosains.
Malang : Wineka Media

Dhilon, D.A dan Azni,R., 2018, Pengaruh Pemberian Terapi Aroma Jeruk Terhadap Intensitas
Rasa Mual Dan Muntah Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya,
Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Vol.2(1)

Fitriahadi.E. 2017. Buku Ajar Asuhan Kehamilan di Sertai Daftar Tilik. Yogyakarta : Universitas
Aisyiyah

Kee, J., dan Hayes, E. R. 1993. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta : EGC

Karthikeyan, V.J. 2015. Hypertension in pregnancy; in Nadar, S. and Lip, G.Y.H., Hypertension,
Ch. 22, 2nd Ed. Oxford : Oxford Cardiology Librar

Katzung, B.G, 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi IV. Jakarta : EGC

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.
Jakarta : Kemenkes RI

Kurniyati, E.M., Satriawati A.C., dan Camila H.E., 2020, Pengaruh Akupresur Terhadap
Pengurangan Nyeri Kepala pada Ibu Hamil Trimester 1 di Tempat Praktek Mandiri
Bidan Muarofah Surabaya, Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.5(1)

54
Leeman, L., Dresang, L.T., and Fontaine, P., 2016, Hypertensive Disorder of Pregnancy,
American Family Physicians. Vol.93(2) : 121-7.

Lukman., dan Ningsih, N. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskulosketal. Jakarta : Salemba Medika

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Edisi V, 88. Bandung : ITB Press

National Institute For Health And Clinical Excellence (NICE). 2011. Hypertension In
Pregnancy: The Management Of Hypertensive Disorder During Pregnancy. London :
Royal College Of Obstetricians And Gynaecologists

Pritasari, Didit D., dan Nugraheni T.L. 2017 Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia

Purwaningsih, W., dan Fatmawati, S. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta :


Nuha Medika

Putra, Y., dan Siregar E.S., 2019, Pengaruh Terapi Rendam Air Hangat Terhadap Edema
Tungkai Bawah Ibu Hamil, Jurnal Kesehatan, Vol.10(2)

Regitz-Zagrosek, V., 2018, ‘Ten Commandments’ Of The 2018 Esc Guidelines For The
Management Of Cardiovascular Diseases During Pregnancy, Eur Heart J, Vol.39(35) :
3269

Singer, C.J.P. 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori Dan Penerapan. Jakarta : EGC

Stockley, I.H. 1999. Drug Interaction. Cambridge : Cambridge University Press

Timbrell, J. A. 1996. Principles of Biochemical Toxicology 2nd ed. London : Taylor & Francis

Williams, B., Mancia, G., Spiering, W., Et Al., 2018, 2018 ESC/ESH Guidelines For The
Management Of Arterial Hypertension, European Heart Journal, Vol.39(33)

55

Anda mungkin juga menyukai