Disusun oleh:
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan kuasanya kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah
Dokumentasi Keperawatan . Di dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep
dan asuhan keperawatan anak dengan masalah Asma
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas
yang sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus
dengan manifestasi dengan serangan asma. Kelainan yang didapatkan ialah
otot bronkus akan mengkerut (terjadi penyempitan), selaput lendir bronkus
edema, dan produksi lendir makin banyak, lengket, dan kental sehingga
ketiga hal tersebut menyebabkan saluran lubang bronkus menjadi sempit
dan anak akan batuk bahkan dapat sampai sesak nafas. Serangan demikian
dapat hilang sendiri atau dengan pertolongan obat.
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan
lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang (Nurarif, 2015).
WHO memperkirakan saat ini 250.000 kematian akibat asma.
Bebrapa waktu yang lalu, penyakit asma bukan penyebab kematian yang
berarti. Namun, belakangan ini beberapa negara melaporkan bahwa terjadi
peningkatan kematian akibat penyakit asma, termasuk pada anak. Asma
memberi dampak negatif bagi kehidupan pengidapnya, seperti
menyebabkan anak tidak masuk sekolah dan membatasi kegiatan olahraga
serta aktifitas seluruh keluarga. Terdapat variasi pravelensi, angka
perawatan dan mortalitas asma, baik regional maupun lokal. Masalah
epidemiologi yang lain saat ini adalah mobiditas dan mortalitas asma yang
relatif tinggi. Serangan asma bervariasi mulai dari ringan sampai berat dan
mengancam kehidupan. Beberapa faktor dapat menjadi pencetus
timbulnya serangan asma, antara lain adalah olahraga (exercise) allergen,
infeksi, perubahan suhu udara yang mendadak, atau pajanan terhadap
iritan respiratorik seperti asap rokok, dan lain-lain (Nastiti, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari asma pada anak?
2. Apa penyebab dari asma pada anak?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari asma pada anak?
4. Apa yang dimaksud dengan derajat asma?
5. Bagaimana patofisiologi dari asma pada anak?
6. Bagaimana bagan pathway dari asma pada anak?
7. Bagaimana penatalaksanaan pemeriksaan pada asma anak?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari asma pada anak
2. Mengetahui penyebab dari asma pada anak
3. Mengetahui tanda dan gejala dari asma pada anak
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan derajat asma
5. Mengetahui patofisiologi dari asma pada anak
6. Mengetahui bagan pathway dari asma pada anak
7. Mengetahui penatalaksanaan pemeriksaan pada asma anak
D. Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan
referensi bagi keperawatan dalam mengembangkan ilmu kperawatan
khusunya keperawatan anak.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Tujuan........................................................................................................
C. Manfaat......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Definisi asma.............................................................................................
B. Etiologi......................................................................................................
C. Tanda dan gejala........................................................................................
D. Derajat asma..............................................................................................
E. Patofisiologi...............................................................................................
F. Pathway.....................................................................................................
G. Penatalaksanaan.........................................................................................
H. Asuhan keperawatan..................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Asma
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya dengan gejala klasik asma ada tiga yaitu mengi,
batuk, dan sensasi napas tak normal atau dyspnea. (Diva, 2012)
Asma pada anak adalah penyakit yang ditandai dengan variasi luas dalam
periode waktu yang pendek daripada hambatan aliran udara dalam saluran
napas paru yang bermanifestasi sebagai kerangan berulang batuk atau mengi
yang dipisahkan oleh interfal bebas gejala. Berat atau ringannya serangan dan
sering atau jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu yang
mengakibatkan kelainan ini kadang kala tidak terdiagnosis atau salah
diagnosis (Fadhli, 2010).
B. Etiologi
Menurut Speer, serangan asma dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain :
a. Faktor ekstrinsik
1. Aktivitas
2. Bulu binatang
3. Serbuk bunga
4. Asap rokok
5. Debu
b. Fajtor instrinsik
1. Penyakit
2. Stress
3. Kelelahan
C. Tanda dan Gejala
Penyakit asma tidak menular, ditandai dengan gejala sesak napas
berbunyi, dan batuk-batuk akibat penyempitan saluran napas. Penyempitan
saluran ini dapat terjadi pada sebagian maupun seluruh saluran napas.
Penyempitan ini mengakibatkan timbulnya bunyi “ngik-ngik” pada saat
bernapas, terutama saat buang napas (ekspirasi memanjang). Tetapi jika
serangan asma sudah berat, bunyi dapat terjadi saat menarik napas maupun
buang napas. Pada kasus ringan, bunyi hanya dapat didengar dengan
memakai alat stetokop oleh dokter yang memeriksa (Fadhli, 2010).
D. Derajat asma
Pembagian derajat asma menurut GNA (Global Intitiative For Asthma)
dalam buku Nurarif (2015) :
a. Intermiten gejala
Gejala kurang dari 1 kali/minggu dan berlangsung singkat
b. Persisten ringan
Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari
c. Persisten sedang
Gejala terjadi setiap hari
d. Persisten berat
Gejala terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi
E. Patofisiologi
Asma menyebabkan proses peradangan kronik yang mana
menyebabkan edema mukosa, sekresi mukus, dan peradangan jalan nafas.
Ketika seseorang dengan asma terpapar dengan zat pemicu alergi dan
iritasi (seperti debu, serbuk, rokok, jamur, obat-obatan, makanan, infeksi
jalan nafas), jalan nafas mereka akan menjadi radang, memproduksi nafas
yang pendek, dada terasa sesak, dan bunyi wheezing. Beberapa
manifestasi klinis, diawali dengan reaksi fase awal berkembang dengan
segera dan berakhir dalam satu jam per setiap saat.
Ketika seseorang terpapar oleh zat pemicu alergi, maka
imunoglobulin E (IgE) akan diproduksi oleh limfosit B. Antibodi IgE akan
menyerang ke sel mast dan basofil ke dinding bronkus. Sel mast yang
kosong akan melepaskan mediator senyawa kimia dari peradangan, seperti
histamine, bradikinin, prostat glandin, dan reaksi lambat dari substansi
anafilaksis (SRS-A/Slow-Reacting Substance of Anaphylaxis). Substansi
tersebut menyebabkan pelebaran pembuluh darah kapiler, menimbulkan
edema di jalan nafas dalm upaya untuk mencairkan alergi dan
membuangnya. Zat tersebut juga menyebabkan penyempitan saluran nafas
dalam upaya untuk menutup jalan nafas dan mencegah inhalasi dari alergi
itu sendiri.
Setengah dari keseluruhan klien dengan asma juga mengalami
penundaan raksi (keterlambatan fase) meskipun naifestasi klinisnya sama
dengan beberapa gejala di fase awal, mereka tidak dimulai 4-8 jam setelah
terpapar, beberapa jam atau hari.
Fase kedua, kehilangan mediator senyawa kimia yang
menyebabkan respon di jalan nafas. Respon di fase akhir, mediator akan
menyerang ke sel peradangan yang lainnya dan dapat memperpanjang
siklus dari kerusakan dan peradangan itu sendiri. Peradangan kronik dapat
mengakibatkan hipersensitif dari jalan nafas. Hipersensitif disebabkan oleh
episode respon yang tidak hanya berada allergen tertentu tapi juga
rangsangan seperti laitahn fisik dan bernafas di udara dingin. Manifestasi
klinis mungkin akan ditemukan peningkatan frekuensi dan keparahannya.
Reseptor alpha-adrenergic dan beta-adrenergic dari system saraf
simpatis ditemukan di bronkus. Stimulasi dari reseptor alpha-adrenergic
menyebabkan penyempitan pada bronkus; sebaliknya, stimulasi dari
reseptor beta-adrenergic menyebabkan perluasan bronkus. Siklus dari
adenosine monophosphate (cAMP) mampu menyemimbangkan dari kedua
reseptor tersebut. Beberapa teori beranggapan bahwa asma dapat
disebabkan karena kurangnya stimulasi beta-adrenergic (Black, 2009).
F. Pathway
G. Penatalaksanaan
Menurut Padila (2013) yaitu:
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat.
Ventilasi mekanik diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat
dipertahankan.
b. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri.
c. Bersihkan jalan nafas yang tersumbat.
d. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume
cairan.
e. Terapi antimikrobiol berdasarkan kultur dan sensitivitas.
f. Berikan obat analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik.
1. Tumbuh
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan yang bersifat
kuantitatif, yang mengacu pada jumlah, besar, luas, serta bersifat konkret
yang biasanya menyangkut ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan
merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari kematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal dalam perjalanan
waktu tertentu. Hasil pertumbhan contohnya berupa betumbuhnya ukuran
kuantitatif dari fisik anak, seperti tinggi dan berat badan, kekuatan atau
proporsi. Dengan semikian dapat disimpulkan secara ringkas
bahwapertumbuhan adalah proses perubahan dan kematngan fisik yang
menyangkut ukuran atau perbandingan (Mansur, 2011).
2. Kembang
Mnerutut Mansur (2011) perkembangan adalah perubahan-perubahan yang
dialami individu atau organism menuju ke tingkat kedewasaannya atau
kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan, baik menyakut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah).
H. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Pekerjaan
5) Agama
6) Alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Sesak napas
5) Riwayat alergi
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas-latihan
5) Pola istirahat-tidur
6) Pola kognitif-preseptual
Keadekuatan keterampilan kognitif bahasa dan presepsi yang
berhunbungan dengan aktivitas yang dibutuhkan atau diinginkan
termasuk presepsi nyeri
8) Pola hubungan-peran
d. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
2) Kulit
d) Edema
e) Edema periorbital
4) Hidung
5) Dada
6) Pola pernafasan
e. Pemeriksaan Penunjang
2. Diagnose keperawatan
Menurut Nurarif (dalam buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC,2015)
a. Ketidakeefektifan bersihan jalan nafas.
1. Definisi
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
2. Batasan karakteristik
a. Suara napas tambahan
b. Perubahan frekuensi napas
c. Perubahan irama napas
d. Sianosis
e. Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara
f. Penurunan bunyi napas
g. Dispnea
h. Sputum dalam jumlah berlebihan
i. Batuk yang tidak efektif
j. Orthopneu
k. Gelisah
3. Factor –faktor yang berhubungan
a. Lingkungan : perokok pasif, menghisap asap rokok, dan
perokok pasif.
b. Obstruksi jalan napas: spasme jalan napas, mucus berlebihan,
eksudat dalam jalan alveoli, terdapat benda asing di jalan
napas, adanya napas buatan, dan secret di bronki.
c. Fisiologis: disfungsi neuromuscular, hiperplasi dinding
bronchial, PPOK, infeksi,asma, jalan napas alaergik.
4. Hasil NOC:
a. Pencegahan aspirasi : tindakan personal untuk mencegah
masuknya cairan dan partikel padat ke paru.
b. Ststus pernapasan: kepatenan jalan napas, yaitu jalan napas
trakeobronkial terbuka dan bersih untuk pertukaran gas.
c. Status pernapasan: ventilasi, yaitu pergerakan udara masuk dan
keluar paru.
5. Intervensi NIC
a. Manajemen jalan napas: memfasilitasi kepatenan jalan udara.
b. Pengisapan jalan napas : mengeluarkan secret dari jalan napas
dengan memasukkan sebuah kateter pengisapan ke dalam jalan
napas oral atau trakea.
c. Kewaspadaan aspirasi: mencegah atau meminimalkan factor
risiko pada pasien yang berisiko mengalami respirasi.
d. Manajeman asam: mengidentifikasi, menangani dan mencegah
reaksi inflamasi/konstriksi di dalam jalan napas.
e. Peningkatan batuk: meningkatkan inhalasi dalam pada pasien
yang memiliki riwayat keturunan mengalami tekanan
intratoraksik dan komresi parenkim paru yang mendasari untuk
pengarahan tenaga dalam menghembuskan udara.
f. Pengaturan posisi pasien atau bagian tubuh pasien secara
sengaja untuk memfasilitasi kesejahteraan fisiologi dan
psikologis.
g. Pemantauan pernapasan: mengumpulkan dan menganalisis data
pasien untuk memastikan kepetenan jalan napas dan pertukaran
gas yang adekuat.
h. Bantuan ventilasi: meningkatkan pola napas spontan yang
optimal, yang memaksimalkan pertukaran oksigen dan
karbondioksida dalam paru.
6. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan beberapa intervensi diatas, evaluasi yang
diharapkan akan terjadi pada klien sesuai dengan kriteria evaluasi
NOC yaitu pasien akan :
a. Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan disepnea (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips).
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1. Definisi
Intake cairan tidak cukup untu keperluan metabolisme tubuh.
2. Batasan karakteristik
a. Berat badan kurnag dari 20% atau lebi diawah berat badan
ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh.
b. Kram abdomen
c. Nyeri abdomen (dengan atau tanpa penyakit)
d. Menolak makanan
e. Melaporkan perubahan sensasi rasa
f. Melaporkan kurangnya makanan
g. Merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan
h. Pembuluh kapiler rapuh
i. Diare atau steatore
j. Adanya bukti kekurangan makanan
k. Kehilangan rambut yang berlebihan
l. Bising usus hiperaktif
m. Kurang minat terhadap makanan
n. Membrane mukosa pucat
o. Rongga mulut terluka (inflamasi)
p. Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau
mengunyah
3. Hasil NOC
a. Memperlihatkan status gizi : asupan makanan dan cairan yan
dibuktikan dengan indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5:
tidak adekuat, sedikit adekuat, cukup adkuat, adekuat,sangat
adekuat)
b. Makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi
parenteral total
c. Asupan cairan oral atau IV.
4. Intervensi NIC
a. Bantu pemberian ASI: mempersiapkan ibu baru untuk
menyusui bayinya
b. Manajemen gangguan makanan: mencegah dan menangani
pembatasan diet yang sangat ketat dan aktivitas berlebihan atau
memasukkan dan minum dalam jumlah banyak kemudian
berusaha mengeluarkan semuanya.
c. Manajemen elektrolit: meningkatkat keseimbangan elektrolit
dan pencegahan komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum
yang tidak normal atau di luar harapan.
d. Pemantauan elektrolit : mengumpulkan dan menganalisis data
pasien atau mengatur keseimbangan cairan.
e. Pemantauan cairan: pengumpulan dan analisis data pasien
untuk mengatur keseimbangan cairan.
f. Manajemen cairan/elektrolit: mengatur dan mencegah
komplikasi akibat perubahan kadar cairan /elektrolit.
g. Manajemen nutrisi: membantu dan menyediakan asuoan
makanan dan cairan seimbang.
h. Terapi nutrisi : pemberian makanan dan cairan untuk
mendukung proses metabolic pasien yang malnutrisi atau
berisiko tinggi terhadap malnutrisi.
i. Pemantauan nutrisi : mengumpulkan dan menganalisis data
pasien untuk mencegah dan meminimalkan kurang gizi.
j. Bantuan meningkatkan berat badan : memfasilitasi pencapaian,
kenaikan berat badan
5. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan beberapa intervensi diatas, evaluasi yang
diharapkan akan terjadi pada klien sesuai dengan criteria evaluasi
NOC yaitu pada pasien akan memperlihatkan status gizi yaitu
asupan makanan dan cairan yang adekuat, yang dibuktikan dengan:
a. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
b. Memiliki nilai laboratorium (transferin,albumin,dan
elektrolit)dalam batas normal.
c. Menoleransi diet yang dianjurkan
d. Tidak ada tanda malnutrisi (rambut kusam dan mudah
patah,kulit kering dan kusam, lemah dan pucat)
e. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif
intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Berdasarkan
penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik) ,Asma gabungan.
Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya
serangan asma bronkhial yaitu : faktor predisposisi(genetic), faktor
presipitasi(alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja, olahraga/
aktifitas jasmani yang berat). Pencegahan serangan asma dapat dilakukan
dengan :
Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
Menghindari kelelahan
Menghindari stress psikis
Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
Olahraga renang, senam asma
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca
agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah
ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca.
Disamping itu saya juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
sehinga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
Dengan mengetahui apa dan bagaimana penyakit asma, maka beberapa
saran penulis berikut:
1) Untuk para penderita.
Jangan anggap remeh penyakit yang Anda derita. Namun, sering kali
berkonsul dengan dokter yang mendukung Anda. Akan tetapi, jangan
pula Anda harus mempertimbangkan tentang penyakit Anda, karena
itu akan dapat memperbolehkan asma Anda kambuh.
2) Untuk para keluarga penderita.
Menganggap keluarga Anda yang menderita penyaktat asma. Karena
asma adalah penykit yang serius. Namun, perhatian dan pengamanan
Anda tidak terlalu berlebihan karena bisa saja si penderitanya tertekan
dan stres yang bisa diperbaiki asmanya kambuh.
3) Untuk para dokter atau ahli medis.
Rawatlah pasien Anda dengan baik. Jangan pernah meremehkan
tingkat keparahan penyakit asma yang diderita oleh pasien Anda.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ASMA BRONKHIAL
Pemeriksaan radiologi
F. Analisa Data
G. Diagosa keperawatan
H. Intervensi keperawatan
Tanggal/jam No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil (NOC) (NIC)
I. Implementasi
mg tertidur di
Nebulizer
- tidak ada
tanda-tanda
alergi
21.00 1,2 Berkolaborasi dalam DS : -
pemberian terapi obat DO : terapi
lapixim 150 mg masuk, alergi (-)
17 1 Mengobservasi KU DS : -
Januari DO : Keadaan
2016 umum klien
15.00 dalam
perbaikan, tidak
rewel, batuk
berkurang, sesak
napas berkurang,
perut sedikit
kembung.
15.20 1 Memposisikan klien posisi DS : -
semifowler (dipangku ibu DO : klien
klien) tampak, sesak
napas berkurang
17.00 1 Mengkaji tanda-tanda vital DS : -
DO : KU =
sedang, rewel
N = 140 x/ menit
S = 37,10C
Kesadaran = CM
RR = 45 x/menit
17.10 2 Mengatasi adanya mual DS : ibu
muntah, BB, intake oral, mengatakan
turgor kulit, mukosa dan adanya kuat
konjungtiva minum ASI
DO : mual
muntah (-).
Turgor kulit
cukup, mukosa
lembab, sianosi
(-), konjungtiva
tidak anemis,
BB = 4,5 kg
1 Berkolaborasi dalam DS : -
pemberian terapi obat : DO :
- Fentolin 0,7 ml + -obat masuk
NS 1,5 ml seusai terapi,
- Sanmol : 0,5 ml nebul selesai
- Limoxim : 0,5 ml pukul 18.40
WIB, klien
tertidur saat
dinebulizer
-tidak ada tanda-
tanda alergi
18 1 Mengobsevasi keadaan DS : -
Januari umum DO : keadaan
2016 umum klien
14.30 dalam
WIB perbaikan, tidak
rewel, batu-
batuk
berkurang ,
sesak napas
berkurang,
sedikit
kembung.
1 Mengkaji tanda-tanda vital DS : -
DO :
- KU baik
- Kesadaran :
CM
- N : 114
x/menit
- S : 36,80C
- RR : 34 x/
menit
17.40 1 Berkolaborasi dalam DS : menangis
tindakan : DO :
- Pemberian obat - terai obat
- Fentolin : 0,7 ml + sudah
NS 1,5 ml diberikan
- Sanmol : 0,5 ml sesuai
- Limoxim : 0,5 ml program
- Lapixim : 50 mg terapi, nebul
selesai
pukul 18.40
WIB
- Tidak ada
tanda-tanda
alergi
J. Evaluasi keperawatan