TINJAUAN PUSTAKA
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
konsepsi yang dapat hidup di dunia luar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain disusun dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari dalam
tubuh ibu.
belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi
ari) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
dengan kekuatan ibu sendiri. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan
7
bantuan tenaga dari luar. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan
bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan
2. Etiologi
Penyebab persalinan belum diketahui secara pasti. Adapun teori – teori
8
2. 2. Teori plasenta menjadi tua
frankerhauser
infus
9
3. 1. Genetalia Eksterna (bagian luar)
untuk estetika.
10
3.1. 3. Labia Minora atau Nimfae (bibir kecil)
orifisium vagina.
11
meningkat saat hubungan seks, dan salurannya keluar antara
menstruasi.
cabang-cabangnya.
12
levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina terletak
adalah:
uterus.
13
dengan berat normal 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar
14
ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. (pembuahan
fetus.
15
3.2.3.3. Pars ampularis tuba, bagian tuba yang paling luas dan
berbentuk S.
mengadakan implantasi.
makanan. Pada setiap siklus haid sebuah dari ovum primitif ini
16
mendekati pengembangan penuh atau pematangan, letaknya
4. 2. FSH
olikel dan sel – sel granulose di ovarium wanita (pada pria : memicu
17
4. 3. LH (Luteinzing Hormone)/ ICSH (Interstial Cell Stimulating Hormone)
4. 4. Estrogen
secara primer, dan dalam jumlah yang lebih sedikit, juga diproduksi di
4. 5. Progesteron
implantasi.
18
meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan hormon
pasca perslinan.
fetus dalam keadaan fleksi, membentuk ovoid mengikuti bentuk kavum uteri
(ruangan fundus lebih luas dari serviks). Fleksi dalam keadaan normal adalah
depan dada dan kedua tungkai bersilang di depan perut . Letak atau lie adalah
hubungan antara sumbu fetus dengan sumbu jalan lahir. Letak memanjang/
longitudinal adalah sumbu fetus searah / sejajar sumbu jalan lahir. Letak
melintang/ tranversal adalah sumbu fetus tegak lurus terhadap sumbu jalan
lahir dan letak oblik adalah sumbu fetus dalam sudut tertentu dengan sumbu
fetus yang terdapat di bagian terbawah jalan lahir. Selalunya terdapat tiga
jenis yaitu letak lintang atau oblik dan dapat presentasi bahu atau punggung,
19
atau muka. Terdapat tiga presantasi bokong yaitu presentasi bokong
2010) :
6. 1. Power
diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan
6. 2. Passenger
Passenger yaitu faktor yang ada pada janin meliputi sikap janin,
6. 3. Passage
ligamen-ligamen.
20
6. 5. Faktor penolong
1. Penolong
2. Peralatan
3. Faktor khusus
Selain kedua faktor tersebut diatas ditambah lagi dengan satu faktor
3. Penyakit ibu
4. Perdarahan antepartum
5. Infertilitas
7. 1. Kala I
uterus teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa
21
Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada akhir kala I. Terdapat
fase laten berlansung selama 8 jam dan fase aktif selama 6 jam.
Peristiwa yang penting dalam kala ini adalah keluar lendir darah
spontan.
7. 2. Kala II
dengan lengkap dan berakhir dengan saat bayi telah lahir lengkap.
Sebelumnya his menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat
kuat. Kadang kala selaput ketuban mungkin juga pecah spontan pada
awal Kala II. Pada kala ini, ibu selalunya rasanya ingin mengedan
7. 3. Kala III
22
kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi pusat, plasenta lepas
7. 4. Kala IV
beberapa hal yang harus diperhatikan seperti vital sign ibu dalam batas
vaginam kurang dari 500 cc, plasenta dan selaput ketuban sudah lahir
lengkap, pastikan kandung kemih harus kosong dan jika terdapat luka-
Rata – rata jumlah perdarahan pada persalinan normal adalah 250 cc.
(Prawirohardjo, 2007).
8. Partograf
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan
aktif persalinan ( depkes RI, 2008). Penggunaan partograf secara rutin akan
memastikan para ibu dan bayinnya mendapatkan asuhan yang aman dan
23
tepat waktu. Selain itu juga mecegah terjadinya penyulit yang dapat
8. 3. DJJ
bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat DJJ setiap 30 menit ( lebih
sering jika ada tanda – tanda gawat janin). Kisaran normal DJJ
dan nilai warna air ketuban pecah. Catat temuan – temuan dalam
24
Gunakan – gunakan lambang berikut ini :
pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu tangan tanda – tanda
dapat di palpasi.
dapat di pisahkan.
25
3 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih da tidak
dapat dipisahkan.
8. 6. Kemajuan persalinan
8. 7. Pembukaan serviks
pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks
setiap 4 jam (lebih sering di lakukan jika ada tanda – tanda penyulit).
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil
(tidak terputus).
lebih sering jika ada tanda – tanda penyulit, nilai dan catat turunnya
26
bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan
27
Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainnya
sesuai.
kotak untuk mencatat oksitosin, obat – obat lainnya dan cairan IV.
8. 13. Oksitosin
28
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah di mulai, dokumentasikan
8.16. 2. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan.
8.16. 3. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase
aktif persalinan.
8.16. 4. Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering jika
29
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan
klinik disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang
klinik mencakup :
ini di sebut sebagai catatan persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang
di berikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala
30
lengkap dan tepat) dapat pula di gunakan untuk menilai atau
31
9. Patofisiologi
Proses kala I
Lama
Kekhawatiran
Pada bayi
Kecemasa
24
10. Jenis Persalinan
Menurut Mochtar, 2008, jenis persalinan terbagi :
luar.
33
10. 2. Jenis persalinan menurut usia kehamilan dan berat janin yang
dilahirkan
turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan
34
Tanda-Tanda inpartu:
11. 1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
11. 2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil
urine).
Kala I
35
3. 2. Pada kasus persalinan resiko tinggi, pada kala I DJJ diperiksa
5. 2. Bila selaput ketuban sudah pecah dan suhu tubuh sekitar 37.50
setiap jam.
profilaksis.
6. Pemeriksaan VT berikut
adalah:
36
6.3. 2. Saat ketuban pecah dengan bagian terendah janin
7. Makanan oral
8. Cairan intravena
37
9. 2. Berjalan pada saat inpartu tidak selalu merupakan
kontraindikasi.
10. Analgesia
permintaan pasien.
pernafasan ).
12. Amniotomi
tekanan intrauterin.
38
12. 2. Namun harus dingat bahwa tindakan amniotomi dini
karena dapat:
1 : 200 persalinan ).
Kala II
antisepsis.
berlebihan.
39
Penentuan kala II :
1. Kontraksi uterus sangat kuat dan disertai ibu yang merasa sangat ingin
meneran.
1. Persiapan :
disinfektan.
& mulut).
2. Pertolongan persalinan :
persalinan.
40
2. 2. Untuk pemaparan yang baik, digunakan penahan regio poplitea
tinggi.
3. Persalinan kepala:
parturien.
4. Persalinan bahu:
Panggul (PAP) dan pada saat itu muka dan hidung anak hendaknya
dibersihkan. .
41
melakukan pembersihan hidung dan mulut janin atau memeriksa
bahu tanpa kesulitan, bila agak sedikit lama maka persalinan sisa tubuh
janin tersebut dapat dilakukan dengan traksi kepala sesuai dengan aksis
tubuh janin dan disertai dengan tekanan ringan pada fundus uteri.
5. Membersihkan nasopharynx:
anak setelah dada lahir dan anak mulai mengadakan inspirasi, seperti
penjepit talipusat.
42
7. Menjepit tali pusat:
dan penjepit tali pusat (plastik) dipasang dengan jarak 2–3 cm dari
talipusat.
neonatus dan hal tersebut dapat mencegah defisiensi zat besi pada masa
neonatus.
Kala III
plasenta lahir.
Segera setelah anak lahir dilakukan penilaian atas ukuran besar dan
43
Bila kontraksi uterus berlangsung dengan baik dan tidak terdapat
3. Fundus uteri naik oleh karena plasenta yang lepas berjalan kebawah
menit.
kontraksi uterus yang baik. Parturien diminta untuk meneran dan kekuatan
plasenta.
Bila dengan cara di atas plasenta belum dapat dilahirkan, maka pada
saat terdapat kontraksi uterus dilakukan tekanan ringan pada fundus uteri
44
Penatalaksanaan aktif kala III ( pengeluaran plasenta secara aktif)
Kala IV
2 jam pertama pasca persalinan merupakan waktu kritis bagi ibu dan
dimana ibu baru melahirkan bayi dari dalam perutnya dan neonatus
1. Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
3. Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang dia inginkan.
4. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
45
7. Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal ini juga
8. Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi untuk buang air
kecil. Pastikan bahwa ibu sudah dapat buang air kecil dalam waktu 3
jam dan sebelum dipindahkan ke ruang nifas petugas medis harus yakin
bahwa:
Evaluasi
46
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
yang sesuai
menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
5. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
status emosional.
1.1. 2. Pemeriksaan fisik, dilatasi uteri 0-3 cm posisi fetus, his antara
47
1.1. 3. Kontraksi tekanan uterus dilatasi cerviks dan penurunan
kehamilan berikutnya.
kemajuan persalinan
1. 2. Diagnosa Keperawatan
berulang
48
1. 3. Intervensi Keperawatan
lain :
49
mengapa klien dapat
mengalami
peningkatan/
penurunan nyeri,
misalnya :
kecemasan, keletihan
meningkatkan,
distraksi
(menurunkan).
50
Keleltihan b/d proses kala Tujuan: Konservasi energi
I lama Ibu mampu - Monitor tingkat
melakukan konservasi kelemahan ibu.
energi setelah - Monitor tanda-tanda
tindakan 6 jam vital ibu.
KH: - Berikan periode
- Ibu menyatakan lelah istirahat yang cukup.
berkurang - Fasilitasi ibu untuk
- Ibu mampu mengatur istirahat.
pola istirahat-aktivitas - Berikan
makanan/nutrisi pada
ibu.
- Berikan tambahan
minuman peroral
pada ibu
- Berikan suplai
oksigen yang cukup
bagi ibu.
- Ciptakan lingkungan
yang tenang.
- Batasi aktivitas ibu.
- Libatkan keluarga
untuk memberikan
support.
51
relaksasi :
Bernafas dengan
irama lambat
Relaksasi:
mengendurkan
otot – otot dan
massage
8. Perhatikan rasa
empati : tenang,
menyentuh.
9. Singkirkan stimulasi
yang berlebih
misalnya menjaga
ketenangan
lingkungan, batasi
kontak dengan orang
lain/ keluarga yang
juga mengalami
kecemasan.
10. Beri informasi
tentang kemajuan
persalinan dan
motivasiibu untuk
melewati fase
ttersebut.
52
Monitor tanda vital
- Pantau suhu tubuh
dan denyut nadi tiap
8 jam
Managemen
lingkungan
- Jaga kebersihan
tempat tidur,
lingkungan
Pendidikan
kesehatan
- Berikan penjelasan
tentang mengapa
klien menghadapi
risiko infeksi, tanda
dan gejala infeksi
Administrasi
medikasi
- Berikan antibiotik
sesuai program
1. 4. Evaluasi
jam
53
2. Kala II
2. 1. Pengkajian
diaphoresis.
kandung kemih.
54
2.1. 5. Durasi kala II → kemajuan pada kala II : Primigravida
menit.
2. 2. Diagnosa Keperawatan
II.
2. 3. Intervensi keperawatan
lain :
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
hasil
Nyeri persalinan b/d Tujuan: Managemen nyeri
proses persalinan kala II Setelah 15 menit - Kurangi rasa takut
tindakan keperawatan dengan meluruskan
ibu mampu setiap misinformasi
beradaptasi dengan - Berikan bantal pada
nyerinya bawah punggung dan
KH: Bantu support kedua
- Ibu mampu mengatur tungkai ibu.
pola nafas ketika - Bantu memimpin
meneran pola nafas ibu.
- Ibu mampu meneran - Anjurkan ibu utk
dengan tepat dan merilekskan otot
benar dasar pelvis.
- Tidak terjadi ruptur Manajemen
di perineum lingkungan
- Implementasikan
tindakan untuk
kenyamanan fisik
seperti menciptakan
suasana yang
55
nyaman,
meminimalkan
stimulasi lingkungan
Edukasi :
prosedur/perawatan
- Demonstrasikan
pereda nyeri non
invasif/ non
farmakologis :
massage,
distraksi/imajinasi,
relaksasi, pengaturan
posisi yang nyaman.
- Anjurkan ibu
mengatur pola nafas
:sebelum meneran
tarik dua kali nafas
dlm lalu baru
meneran, ulangi lagi
sampai berakhirnya
kontraksi dan
berhenti meneran
- Anjurkan pada ibu
untuk
konsentrasi saat
meneran
Edukasi : proses
penyakit
- Berikan penjelasan
tentang penyebab
timbulnya nyeri
1. Orientasikan klien
baru terhadap
lingkungan
kamarnya.
2. Jelaskan penggunaan
bel dan airphone.
3. Ajarkan klien/
lakukan cara
persalinan yang
benar.
4. Kaji dan monitor
keadaan janin,
adanya fetal distress,
56
pengeluaran
pervaginam
(perdarahan dan air
ketuban), his, tanda
komplikasi, VT,
TTV, kontraksi
uterus, kemajuan
persalinan, apgar
score.
5. Lakukan tindakan
dan persiapan
persalinan yang
aman, siapkan
peralatan resusitasi
sebelum kala II.
6. Kolaborasi dengan
dokter untuk
penanganan medis.
Risiko infeksi b/d trauma Tujuan:
jalan lahir Kontrol infeksi Infection control
selama perawatan 3 - Terapkan pencegahan
hari universal.
- Berikan hygiene yang
KH: baik.
- Tidak terdapat tanda – - Jahit luka dengan
tanda infeksi teknik aseptic
- Jaga kesterilan alat
yang digunakan.
- Gunakan sarungtangan
steril dalam melakukan
rindakan.
Infection protection
- Monitor tanda dan
gejala infeksi
lokal/sistemik
- Amati faktor-faktor
yang menaikkan
infeksi/memperlambat
penyembuhan luka :
infeksi luka, nutrisi dan
hidrasi tidak adekuat,
penurunan suplai
darah.
Vital sign monitoring
- Monitor tanda vital.
57
Incision site care
- Rawat ruptur perineum
dengan cara steril.
- Pantau kondisi luka,
waspadai tanda-tanda
infeksi
Health Education
- Berikan penjelasan
tentang mengapa klien
menghadapi risiko
infeksi, tanda dan
gejala infeksi
Administrasi
medikasi
- Berikan antibiotik
sesuai program
2. 4. Evaluasi
persalinan).
3. Kala III
3. 1. Pengkajian
pernafasan.
58
3.1. 2. Data obstetric perubahan uterus (discoid-globular), uterus
lahir efisiotomi.
lahir.
berikut:
59
5. Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada
3. 2. Diagnosa Keperawatan
uteri.
3. 3. Intervensi Keperawatan
antara lain :
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
hasil
Nyeri akut b/d involusi Tujuan : Managemen nyeri
uterus Setelah dilakukan - Monitor pelepasan
tindakan 15 menit, ibu plasenta.
mampu beradaptasi - Lakukan pemijatan
dengan nyerinya pada fundus uteri.
KH: - Lakukan
- Tampak tenang perawatan/memperbai
- Menyatakian dapat ki perineum.
menahan nyeri - Anjurkan ibu untuk
menggunakan tehnik
nafas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri
- Anjurkan
suami/keluarga untuk
menemani ibu.
Manajemen
lingkungan
- Implementasikan
tindakan untuk
kenyamanan fisik
seperti menciptakan
suasana yang nyaman,
60
meminimalkan
stimulasi lingkungan
Edukasi:
prosedur/perawatan
- Demonstrasikan
pereda nyeri non
invasif/ non
farmakologis :
massage,
distraksi/imajinasi,
relaksasi, pengaturan
posisi yang nyaman
- Anjurkan pada ibu
untuk
konsentrasi saat
meneran
- Beri dukungan pada
ibu untuk beradaptasi
dengan bayi.
3. 4. Evaluasi
61
4. Kala IV
4. 1. Pengkajian
4.1. 1. Tanda tanda vital : Vital sign dapat memberikan data dasar
cardiovaskuler.
dan bekuannya.
62
4.1. 6. Temperatur : Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan
4. 2. Diagnosa Keperawatan
otot meningkat.
4. 3. Intervensi keperawatan
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
hasil
Keleltihan b/d Tujuan: Konservasi energi
pengeluaran energi Ibu mampu - Monitor tingkat
aktivitas otot meningkat melakukan konservasi kelemahan ibu.
energi setelah - Monitor tanda-tanda
tindakan 6 jam vital ibu.
KH: - Berikan periode
- Ibu menyatakan lelah istirahat yang cukup.
berkurang - Fasilitasi ibu untuk
- Ibu mampu mengatur istirahat.
pola istirahat-aktivitas - Berikan
makanan/nutrisi pada
ibu.
63
- Berikan tambahan
minuman peroral
pada ibu
- Berikan suplai
oksigen yang cukup
bagi ibu.
- Ciptakan lingkungan
yang tenang.
- Batasi aktivitas ibu.
- Libatkan keluarga
untuk memberikan
support.
4. 4. Evaluasi
jam.
64