Anda di halaman 1dari 10

makalah 2015

PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK AUTIS


DALAM MERAWAT DIRI
Oleh: Fanie Dipa Pawakaningsih, S.Pd.,M.Pd.

Latar Belakang Masalah


Autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial. Autisme adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-
anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah
hidup dalam dunianya sendiri.
Istilah Autis diperkenalkan pada tahun 1943 oleh Leo Kanner. Penyandang autis pada
umumnya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal, hal ini
menimbulkan munculnya berbagai masalah yang salah satu diantaranya yaitu mengalami
kesulitan dalam kehidupan sehari hari. Mereka kurang memiliki kemandirian dalam merawat
diri, sehingga kebutuhan dan kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari sangatlah
bergantung kepada orang lain.
Kemandirian merupakan suatu keadaan yang menyatakan seseorang tidak tergantung
pada orang lain. Anak autis perlu dikembangkan/dilatih kemandiriannya. Dengan
kemandirian yang mereka miliki diharapkan dapat membuat mereka lebih percaya diri untuk
menjalin komunikasi dengan orang lain, walaupun kemandirian itu masih dalam tahap awal
yaitu tentang merawat diri.
Dalam mengembangkan kemandirian diperlukan suatu program yang baik dan terencana
serta adanya kerjasama antara guru, orang tua dan masyarakat. Tanpa program dan kerjasama
yang baik akan sulit kita mencapai tujuan dari pengembangan kemandirian anak autis sesuai
yang kita harapkan.
Tujuan pendidikan bagi anak autis pada dasarnya sama dengan tujuan umum nasional,
hanya perlu penyesuaian tertentu sesuai dengan tingkatan kemampuan peserta didik. Hal ini
tertuang dalam PP No. 72 Bab 2 pasal 2 tentang tujuan Pendidikan Luar Biasa, termasuk
didalamnya bagi anak autis, yaitu:
Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan
dan/atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai
pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbale balik dengan

FANIE DIPA PAWAKANINGSIH, S.Pd.M.Pd


Assessment ADL autis 2015 Page 1
makalah 2015
lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam
dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.
Tujuan akhir pendidikan anak autis pada dasarnya mengharapkan agar anak dapat mandiri
dalam merawat diri. Untuk mencapai tujuan tersebut sebenarnya telah banyak upaya yang
dilakukan guru. Namun kenyataannya di lapangan masih banyak anak autis yang kurang
mandiri khususnya dalam merawat diri. Sehingga terjadi kesenjangan antara tujuan
pendidikan yang diharapkan dengan kenyataan yang ada di lapangan. Maka dengan itu perlu
pengembangan kemandirian anak autis dalam merawat diri.

Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas timbullah masalah masalah yang terjadi
diantaranya bagaimana kemandirian anak autis dalam merawat diri, bagaimana
pengembangan kemandirian anak autis dalam merawat diri dan faktor apa saja yang dapat
menghambat dan mendukung dalam pengembangan kemandirian anak autis dalam merawat
diri.

Kemandirian Anak autis dalam Merawat Diri Anak autis


Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan, gejalanya muncul
sebelum usia 3 (tiga) tahun sebagai akibat adanya gangguan neurobiology yang
mempengaruhi fungsi otak, sehingga penyandang autisme mengalami gangguan pada
kemampuan interaksi sosial, komunikasi dan menunjukan adanya perilaku yang tak lazim.
Beberapa perilaku yang biasa ditemukan pada anak autis antara lain :
a. Sulit bergabung dengan anak-anak yang lain
b. tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya
c. Menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak mata
d. Menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri
e. Jarang memainkan permainan khayalan
f. Lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan, tidak membentuk hubungan
pribadi yang terbuka
g. Memutar benda
h. Terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung kepada benda yang sudah dikenalnya
dengan baik
i. Secara fisik terlalu aktif atau sama sekali kurang aktif
j. Tidak memberikan respon terhadap cara pengajaran yang normal
k. Tertarik pada hal-hal yang serupa, tidak mau menerima/mengalami perubahan
l. Tidak takut akan bahaya
m. Terpaku pada permainan yang ganjil

FANIE DIPA PAWAKANINGSIH, S.Pd.M.Pd


Assessment ADL autis 2015 Page 2
makalah 2015
n. Ekolalia (mengulang kata-kata atau suku kata)
o. Tidak mau dipeluk
p. Tidak memberikan respon terhadap kata-kata, bersikap seolah-olah tuli
q. Mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kebutuhannya melalui kata-kata, lebih
senang meminta melalui isyarat tangan atau menunjuk
r. Jengkel/kesal membabi buta, tampak sangat rusuh untuk alasan yang tidak jelas
s. Melakukan gerakan dan ritual tertentu secara berulang (misalnya bergoyang-goyang
atau mengepak-ngepakkan lengannya)
t. Anak autis mengalami keterlambatan berbicara, mungkin menggunakan bahasa
dengan cara yang aneh atau tidak mampu bahkan tidak mau berbicara sama sekali.
Jika seseorang berbicara dengannya, dia akan sulit memahami apa yang dikatakan
kepadanya. Anak autis tidak mau menggunakan kata ganti yang normal (terutama
menyebut dirinya sebagai kamu, bukan sebagai saya).
u. Pada beberapa kasus ditemukan perilaku agresif atau melukai diri sendiri.
v. Kemampuan motorik kasar/halusnya ganjil, tidak ingin menendang bola tetapi dapat
menyusun balok.

Gejala-gejala tersebut bervariasi, bisa ringan maupun berat. Selain itu, perilaku anak
autis biasanya berlawanan dengan berbagai keadaan yang terjadi dan tidak sesuai dengan
usianya. Sehingga perilaku ini menjadikan hambatan belajar untuk anak autis.
Maka dari itu anak autis mengalami hambatan mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya termasuk dalam kemandirian, dalam aktifitas sehari hari dan pemeliharaan diri
banyak mengalami kesulitan dan sangat memerlukan bimbingan. Masalah yang ditemui
diantaranya cara makan, menggosok gigi, memakai baju, memakai sepatu dan sebagainya.
Dari segi kemandirian anak autis masih rendah, mereka banyak tergantung pada
bantuan orang lain. Dampak dari karakteristik yang dimiliki anak autis salah satunya adalah
mengalami kesulitan dalam kemandirian khususnya dalam merawat diri.

Kemandirian
Pengertian kemandirian menurut kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
“mandiri” yang berarti sendiri yang diartikan juga sebagai suatu keadaan yang menyatakan
seseorang tidak tergantung pada orang lain.
Orang yang telah mandiri biasanya sanggup mengerjakan sesuatu berdasarkan sikap
dan tanggungjawab serta mampu mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan
kapasitasnya. Dalam kaitan ini Siahaan (1997:116), mengemukakan:

FANIE DIPA PAWAKANINGSIH, S.Pd.M.Pd


Assessment ADL autis 2015 Page 3
makalah 2015
Kemandirian adalah kemampuan untuk berdiri sendiri dan membangkitkan
kesanggupan atau menggali potensi yang ada pada dirinya agar tidak tergantung pada orang
lain, baik dalam merumuskan kebutuhan maupun dalam mengatasi kesulitan dan tantangan
yang dihadapinya bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
Pengertian tersebut menekankan bahwa kemandirian seseorang tergantung pada
kemampuan yang dimilikinya untuk tidak tergantung kepada orang lain.
Dalam kemandirian ada aspek-aspek yang harus diperhatikan diantaranya:
1. Aspek kepercayaan pada diri sendiri di dalam melakukan tugas-tugas kehidupan.
2. Aspek tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Aspek kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan dalam berusaha.
4. Kemandirian Anak Autis
Kemandirian pada individu autis tidak dapat dicapai secara optimal apabila tidak
didukung oleh lingkungan yang kondusif, layanan pendidikan yang memadai serta kerja sama
antara guru, orang tua dan masyarakat. Dari kemandirian merawat diri sendiri sampai mandiri
dalam bermasyarakat serta mencari nafkah untuk menunjang kelangsungan hidupnya dapat
dicapai secara bertahap.
Anak autis dapat dikatakan mandiri jika pada akhir pelayanan pendidikan yang
diberikan dapat :
1. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani.
2. Memiliki pengetahuan keterampilan sehingga dapat:
 Mengurus / merawat dirinya
 Menyesuaikan diri dan bekerjasama dalam batas tertentu terhadap / bagi
lingkungannya.
 Melakukan pekerjaan-pekerjaan sehari-hari sesuai tingkat
kemampuannya.

Merawat Diri

Pengertian
Kemampuan merawat diri adalah kecakapan atau keterampilan untuk mengurus atau
menolong diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak tergantung pada orang lain.

Tujuan Merawat Diri

FANIE DIPA PAWAKANINGSIH, S.Pd.M.Pd


Assessment ADL autis 2015 Page 4
makalah 2015
Bagi anak autis, tujuan latihan merawat diri adalah :
a. Agar dapat melakukan sendiri keperluannya sehari-hari.
b. Menumbuhkan rasa percaya diri dan meminimalkan bantuan yang diberikan
c. Memiliki kebiasaan tertib dan teratur.
d. Dapat menjaga kebersihan dan kesehatan badannya.
e. Dapat beradaptasi dengan lingkungannya pada kondisi atau situasi di mana ia
berada.
f. Dapat menjaga diri dan menghindar dari hal-hal yang membahayakan.

Prinsip-prinsip Latihan Merawat Diri


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru/orangtua sebelum
mempraktekkan merawat diri pada anak :
a. Mengenal dan menerima keberadaan anak sehingga dapat merancang program
yang efektif
b. Memperhatikan kesiapan anak dalam menerima latihan-latihan
c. Belajar dalam keadaan rileks dengan instruksi yang tegas tanpa ragu-ragu tetapi
tidak menimbulkan ketegangan bagi anak
d. Guru atau pelatih menggunakan kata-kata instruksi yang tetap dan sama begitu
pula yang dilakukan orang tua dan anggota keluarga yang lain
e. Setiap melakukan kegiatan iringilah dengan percakapan dan gunakan kata-kata
yang sederhana
f. Latihan diberikan dengan singkat dan sederhana, tahap demi tahap dan satu
Tahapan dimulai dari hal termudah
g. Tetapkanlah disiplin, jangan menyimpang dari ketetapan utama, waktu maupun
tempat, karena akan membingungkan
h. Teruslah memberi motivasi bila anak belum berhasil dan berikan pujian bila usaha
yang dilakukan anak berhasil dengan baik
i. Kesalahan dan kecelakaan adalah hal biasa, mungkin saja anak jatuh karena
memasukkan kedua kakinya bersama-sama dalam lobang celana
j. Fleksibilitas.

Ruang Lingkup Materi Kemampuan Merawat Diri


Materi pelajaran menunjukkan apa yang harus diajarkan serta sejauh mana keluasan
dan kedalamannya. Materinya adalah :
a. Kebersihan badan antara lain melatih
1. Cuci tangan
2. Cuci muka
3. Sikat gigi
4. Mandi

FANIE DIPA PAWAKANINGSIH, S.Pd.M.Pd


Assessment ADL autis 2015 Page 5
makalah 2015
5. keramas
6. Menggunakan kamar kecil/WC

b. Makan dan minum meliputi :


1. Makan menggunakan tangan
2. Makan menggunakan sendok
3. Minum menggunakan cangkir
4. Minum menggunakan gelas
5. Minum menggunakan sedotan

c. Berpakaian, antara lain :


1. Memakai pakaian dalam
2. Memakai baju kaos
3. Celana/rok
4. Kemeja
5. Kaos kaki dan sepatu

d. Berhias, meliputi :
1. Menyisir rambut
2. Memakai bedak
3. Memakai aksesoris
e. Keselamatan diri, meliputi :
1. Bahaya benda tajam atau runcing
2. Bahaya benda api dan listrik
3. Bahaya lalu lintas
4. Bahaya binatang
f. Adaptasi lingkungan, antara lain :
1. Mengenal keluarga dekat
2. Mengenal guru/pelatih
3. Mengenal dan bermain bersama teman.

Cara Mengembangkan Kemandirian Anak Autis dalam Merawat Diri


Ketergantungan anak autis kepada guru selama proses belajar mengajar sangat
dominan maka sekolah berkewajiban mengembangkan kemandirian khususnya dalam
merawat diri. Guru dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh anak melalui
pemberian layanan pendidikan di sekolah.
Adapun cara mengembangkan aspek dalam merawat diri adalah sebagai berikut:
- Cara mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri dalam merawat diri.
Kepercayaan diri anak autis dapat dikembangkan melalui pemberian perhatian yang
penuh dan serius dalam latihan merawat diri. Anak diberi bimbingan dalam merawat diri

FANIE DIPA PAWAKANINGSIH, S.Pd.M.Pd


Assessment ADL autis 2015 Page 6
makalah 2015
yang materinya harus disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan anak, hal ini
perlu diperhatikan agar anak tidak merasa gagal karena materi tidak sesuai dengan
kemampuannya.
Setiap keberhasilan anak perlu diberi penguatan, adapun komponennya sebagai berikut:
1. Penguatan verbal berupa ucapan.
2. Penguatan non verbal berupa hadiah, gerakan tubuh
3. Cara mengembangkan tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan tentang
merawat diri.

Untuk mengembangkan tanggung jawab pada anak autis dalam merawat diri dapat
dilakukan melalui pemberian tugas secara individu, menerapkan disiplin waktu dalam
melatih tanggung jawab.

- Caramengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan dalam


berusaha tentang merawat diri.
Dalam memecahkan masalah perlu diperhatikan tentang metode atau tehnik yang dipakai
untuk menyelesaikan setiap masalah. Kemampuan memecahkan masalah dan berusaha
sebagian anak autis masih rendah, untuk dapat dikembangkan melalui latihan-latihan
pemberian tugas dan anak diminta untuk memecahkannya.
Seperti karakteristik anak autis yang sulit mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak,
maka dalam pembelajaran khususnya dalam pemecahan masalah tentang merawat diri dapat
dilakukan melalui metode simulasi dan teknik modeling.

Metode simulasi merupakan metode dengan peniruan, perbuatan yang hanya pura-pura
atau berbuat seolah-olah. Metode ini bertujuan untuk melatih keterampilan tertentu dalam
kehidupan sehari-hari dan untuk melatih memecahkan masalah.
Tehnik modeling merupakan suatu tehnik yang memperagakan perilaku belajar pada
anak dan selanjutnya anak akan meniru prilaku yang dicontohkan oleh model. Dalam hal ini
yang menjadi model adalah guru. Salah satu contoh penerapan tehnik modeling disertai
metode simulasi dalam pengembangan merawat diri bagi anak autis adalah sebagai
berikut:Makan dan Minum
Dalam kegiatan sehari-hari makan dan minum merupakan hal yang dilakukan individu
selama masih hidup termasuk anak autis.

FANIE DIPA PAWAKANINGSIH, S.Pd.M.Pd


Assessment ADL autis 2015 Page 7
makalah 2015

Langkah-langkah kegiatan tehnik modeling:


1. Kegiatan Guru:
Memberitahukan makanan yang ada di depan anak dan ,memberi contoh memasukan
makanan ke dalam mulut, mengunyah, menelan kemudian menyuruh anak melakukannya.
Kemudian memberikan masalah untuk anak autis pecahkan, misalnya makanan yang di
pegang jatuh.

2. Kegiatan Anak:
Mula-mula melihat makanan, memperhatikan cara mengambil makanan dan memasukannya
ke dalam mulut tanpa ada yang jatuh. Setelah itu anak melakukannya sesuai contoh dan
mencoba memecahkan masalah sendiri untuk makanan yang jatuh.

Tahapan dalam kegiatan pengembangan kemandirian anak autis dimulai dari:


Asesment merupakan kegiatan awal dalam mengumpulkan data/informasi untuk mengetahui
kemampuan yang dimiliki anak saat ini, khususnya dalam kemandirian merawat diri.

Penyusunan Program
Penyusunan program dilakukan supaya kegiatyan pengembangan kemandirian dapat
terarah, efektif dan efesien serta sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Program yang dibuat
untuk tiap anak berbeda-beda sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

Pelaksanaan Program
Program dilaksanakan pada jam pelajaran bina diri dan jam pelayanan individu anak,
dimaksudkan supaya lebih terkonsentrasi.

FANIE DIPA PAWAKANINGSIH, S.Pd.M.Pd


Assessment ADL autis 2015 Page 8
makalah 2015

Evaluasi Program
Evaluasi terhadap pelaksanaan program pengembangan dilakukan saat dan sesudah
program dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui hasil program dan seberapa jauh proses
pengembangan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana dan strategi yang dipilih.

Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kemandirian Anak Autis dalam


Merawat Diri.

Faktor Pendukung
Adapun faktor pendukung pengembangan kemandirian anak autis dalam merawat diri
ini diantaranya:
 Motivasi yang dating dari anak tersebut.
 Kesamaan hak dengan anak normal dalam memperoleh pendidikan formal dan
informal.
 Guru pembimbing yang professional.
 Sarana dan prasarana yang memadai.
 Dan yang tak kalah pentingnya adalah orang tua yang mendukung serta
memberikan perhatian pendidikan kepada anaknya.

Faktor Penghambat
Beberapa faktor yang menjadi penghambat yaitu:
 Mood anak yang kadang susah ditebak.
 Keterbatasan guru/pembimbing dalam menghadapi anak.
 Sarana dan prasarana yang kurang memadai.
 Lingkungan yang kurang mendukung anak mandiri.
 Orang tua yang terlalu melindungi anak dengan mengabaikan pengembangan
kemandirian anak terutama dalam merawat diri.

Kesimpulan
Kemandirian anak autis dalam merawat diri masih kurang/rendah hal ini disebabkan
antara lain karena anak autis seolah menutup/menghindari dari komunikasi dengan individu

FANIE DIPA PAWAKANINGSIH, S.Pd.M.Pd


Assessment ADL autis 2015 Page 9
makalah 2015
lain, cara mengembangkan kemandirian pada anak yang belum maksimal dan kurangnya
kesempatan anak untuk melakukan sendiri setiap kegiatan dalam kehidupan sehari-hari.
Cara mengembangkan kemandirian anak autis dalam merawat diri dapat dilakukan
dengan cara mengembangkan setiap aspek kemandiriannya. Tanggung jawab dalam
melakukan pekerjaan tentang merawat diri dikembangkan melalui pemberian tugas sendiri
serta ada batasan waktu dalam penyelesaiannya.
Kemampuan memecahkan masalah dan berusaha dalam merawat diri dapat
dikembangkan melalui pengajaran yang menarik, mengoptimalkan sarana dan prasarana serta
pemilihan metode yang tepat. Secara keseluruhan diperlukan tahapan assessment,
penyusunan program, pelaksanaan program dan evaluasi program.
Dalam mengembangkan kemampuan kerawat diri pada anak autis tidak terlepas dari
factor pendukung dan factor penghambat.

Saran.
Berkaitan penulisan diatas terdapat beberapa saran yang diharapkan dapat berguna
untuk mengefektipkan pengembangan kemandirian anak autis dalam merawat diri hendaknya
dalam kegiatan ini program dirancang khusus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan
anak peserta didik, menyiapkan fasilitas yang memadai, pengajar yang profesiona, menjalin
kerjasama dengan orang tua dan masyarakat sekitanya.

~"semogabermanfaat"~

FANIE DIPA PAWAKANINGSIH, S.Pd.M.Pd


Assessment ADL autis 2015 Page 10

Anda mungkin juga menyukai