PERILAKU KEKERASAN
A. Definisi
Menurut Keliat (2011), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang baik secara fisik maupun psikologis.
Fitria (2010) mengungkapkan fakta dari tanda dan gejala risiko perilaku
kekerasan atau perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
1. Fisik : Mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar dan ketus.
3. Perilaku : Menyerang oranglain, melukai diri sendiri atau oranglain,
merusak lingkungan, dan amuk/agresif.
4. Emosi : Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual : Mendominasi cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual : Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kretivitas terhambat.
7. Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan
sindiran.
8. Perhatian : Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan sosial.
C. Rentang Respon
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal
jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut,
respon adaptif menurut Mukripah, 2012:
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman
d. Perilaku sosial adalah sikapcdan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
e. Hubungan sosial adalah suatu proses interaksi dengan oranglain dan
lingkungan
2. Respon Maladaptif
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh oranglain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial
b. Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati
d. Perilaku tidak terorganisisr merupakan suatu perilaku yang tidak teratur
D. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
1) Herediter
2) NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya)
b. Faktor Psikologis
1) Pengalaman marah
2) Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu
menemui kegagalan atau terhambat
c. Faktor Sosial Budaya
Menyatakan bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap
individu dalam mengekspresikan marah.
1) Latar Belakang Budaya
a) Budaya permissive: Kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan diterima
2) Agama dan Keyakinan
a) Keluarga yang tidak solid antara nilai keyakinan dan praktek,
serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak
b) Keyakinan yang salah terhadap nilaidan keppercayaan tentang
marah dalam kehidupan. Misal yakin bahwa penyakit adalah
hukuman Tuhan.
3) Keikutsertaan dalam Politik
a) Terlibat dalam politik yang tidak sehat
b) Tidak siap menerima kekalahan dalam pertarungan politik
4) Pengalaman Sosial
a) Sering mengalami kritikan yang mengarah pada penghinaan
b) Kehilangan sesuatu yang dicintai
c) Interaksi sosial yang provaktif dan konflik
d) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
5) Peran Sosial
a) Jarang beradaptasi dan bersosialisasi
b) Perasaan tidak berarti di masyarakat
c) Perubahan status dari mandiri menjadi ketergantungan (missal
pada lansia)
d) Praduga negative
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injuri secara fisik, psikis atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik
internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lungkungan.
c. Lingkungan: panas, padat dan bising
E. Mekanisme Koping
G. Intervensi Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu: Setelah...x pertemuan, SP 1
- Mengidentifikasi pasien mampu: - Identifikasi penyebab, tanda dan
penyebab dan - Menyebutkan gejala serta akibat perilaku
tanda perilaku penyebab, tanda, kekerasan
kekerasan gejala dan akibat - Latih cara fisik 1: Tarik nafas
- Menyebutkan jenis perilaku kekerasan dalam
perilaku kekerasan - Memperagakan cara - Masukkan dalam jadwal harian
- Menyebutkan fisik 1 untuk pasien
akibat dri perilaku mengontrol perilaku
kekerasan yang kekerasan
dilakukan Setelah…x pertemuan SP 2
- Menyebutkan cara pasien mampu: - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
mengotrol perilaku - Menyebutkan - Latih cara fisik 2: Pukul
kekerasan kegiatan yang sudah Kasur/bantal
- Mengontrol dilakukan - Masukkan dalam jadwal harian
perilaku kekerasan - Memperagakan cara pasien
dengan cara: fisik untuk
a. Fisik mengontrol perilaku
b. Sosial verbal kekerasan
c. Spiritual Setelah…x pertemuan SP 3
d. Terapi pasien mampu: - Evaluasi kegiiatan yang lalu (SP1
psikofarmaka & SP2)
- Latih secara sosial/verbal
- Menyebutkan a. Menolak dengan baik
kegiatan yang sudah b. Meminta dengan baik
dilakukan c. Mengungkapkan dengan baik
- Memperagakan cara - Masukkan dalam jadwal haran
sosial/ verbal untuk pasien
mengontrol perilaku
kekerasan
Setelah…x pertemuan SP 4
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan yang lalu
- Menyebutkan (SP1,2&3)
kegiatan yang sudah - Latih cara spiritual
dilakukan a. Berdoa
- Memperagakan cara b. Sholat
spiritual - Masukkan dalam jadwal harian
pasien
Setelah…x pertemuan SP 5
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan yang lalu
- Menyebutkan (SP1,2,3&4)
kegiatan yang sudah - Latih patuh obat:
dilakukan a. Minum obat secara teratur
- Memperagakan cara dengan prinsip 5B
patuh obat b. Susun jadwal minum obat
secara teratur
- Masukkan dalam jadwal harian
pasien
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka Aditama.
Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam Merawat Anggota
dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam Klender Jakarta Timur, 29-37.
Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info MEdia.