ATRESIA ESOFAGUS
Disusun oleh:
Nama : Nanik Lestari
NIM : 4006200017
A. Definisi
Atresia esophagus merupakan suatu kelainan congenital dimana esophagus
tidak terbentuk secara sempurna. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai
dengan terbentuknya hubungan antara esophagus dengan trakea yang disebut
fistula trakeaoesophageal (Tracheoesophageal Fistula/ TEP) (Solidikin, 2011).
B. Anatomi dan Fisiologi
d. Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot ini dapat digerakkan ke seluruh arah. Lidah dibagi atas
tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua
(punggung lidah), dan apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal
lidah yang belakang tedapat terdapat epiglotis, yang berfungsi
untuk menutup jalan nafas pada waktu kita menelan makanan,
supaya makanan jangan masuk ke jalan nafas.
f. Esofagus (kerongkongan)
g. Ventrikulus (lambung)
h. Usus Halus
1) Sekum
Di bawah sekum mendapat apendiks vermiformis yang
berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing,
panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum
mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesentrium dan
dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang
masih hidup.
2) Kolon asendens
3) Kolon transversum
4) Kolon desendens
5) Kolon sigmoid
j. Rektum
k. Anus
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa
menyebabkan terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan angka
rekuren sekitar 2 % jika salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia
esophagus lebih berhubungan dengan sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan
dugaan penyebab genetik. Namun saat ini, teori tentang terjadinya atresia
esophagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi berhubungan dengan
kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi masih terus
berlanjut.
1. Faktor obat => Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan
kongenital yaitu thali domine .
2. Faktor radiasi => Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin
dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin yang dapat
menimbulkan mutasi pada gen
3. Faktor gizi
4. Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari
masing –masing menjadi esopagus dan trachea.
5. Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan
terjadinya atresia.
6. Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna
sehingga terjadi fistula trachea esophagus
7. Tumor esophagus.
8. Kehamilan dengan hidramnion
9. Bayi lahir prematur,
Tapi tidak semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini.
Dan ada alasan yang tidak diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal untuk
berdiferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu ke empat dan ke
lima
(Solidikin, 2011)
E. Patofisiologi
Biasanya Trakea dan Kerongkongan sepenuhnya lumen terpisah
dengan ada hubungan antara mereka. Oleh karena itu, anak dapat makan
dengan baik tanpa pernapasan apapun distress dan masalah dalam makan
F. Pathway
Kelainan Bawaan
Atresia Esofagus
Kerongkongan Buntu
MK :
Udara mengalir Kesulitan menelan Mengeluarkan air liur
Ansietas
ke fistula
MK : Pneumonia aspirasi
Gangguan
Gaster perforasi akut Menelan
(Nanda,2015)
G. Klasifikasi
Menurut [ CITATION Sol11 \l 1033 ] ada berbagai tipe kelainan esophagus adalah
sebagai berikut :
1. Tipe A (5-8%), kantong buntu disetiap esofagus, terpisah jauh, dan
tanpa hubungan ke trakea. Kedua ujung esofagus terpisah 1 cm atau
lebih.
2. Tipe B (jarang) kantong buntu disetiap esofagus dengan fistula dari
trakea kesegmen esofagus bagian atas, dimana esofagus bagian bawah
tidak mempunyai hubungan dengan trakea, kantong bagian bawah
sangat pendek dan hanya menonjol sedikit diatas diafragma.
3. Tipe C (80-95%), segmen esofagus proksimal berakhir pada kantong
buntu dan segmen distl dihubungkan ke trakea atau bronkus primer
dengan fistula pada atau dekat bifurkasi dimana hanya kantong bagian
atas yang berhubungan dengan trakea.
4. Tipe D (jarang) kedua segmen esofagus atas dan bawah dihubungkan
ketrakea.
5. Tipe E (lebih jarang disbanding A atau C), trakea dan esofagus normal
diubungkan dengan fistula umum.
6. Tipe F – stenosis esofagus kongenital (<1%)
H. Pemeriksaan Penunjang
J. Komplikasi
K. Diagnosa Banding
Hernia Diafragma kongenital
L. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Lakukan penkajian bayi baru lahir secara umum dan menyeluruh, kemudian
lakukan pengkajian pada hal yang mengarah pada manifestasi atresia
esofagus dan fistula trakeaesofagus (FTE), seperti : saliva berlebihan dan
mengalir, tersedak , sianosis, apnea, peningkatan distress pernapasan setelah
pemberian makanan, dan adanya distensi abdomen. Penting untuk
melakukan pemantauan dengn ketat tanda-tanda distress
pernapasan[ CITATION Sol11 \l 1033 ].
Lakukan prosedur diagnositk seperti radiografi dada dan abdomen, kateter
dengan perlahan dimasukkan ke dalam esofagus, apabila ditemukan tahanan
artinya lumen tersebut tersumbat. Jika ditemukan atresia, kateter akan
tertahan 10 sampai 12 cm dari tepi alveoler.
Setelah kateter terpasang, lalu dpat dilakukan pengambilan gambar melaui
foto X-ray. Pada suatu kondisi (jarang), media kontras diteteskan melalui
suatu kateter uretra, jhal ini akan memberikan gambaran dari kantong
esofagus yang buntu. Apabila memungkinkan, diambil juga gambaran lateral
untuk memperlihatkan adanya fistula. Selama pemeriksaan bayi harus tidur
terlengkup dan media diaspirasi setelah selesainya pemeriksaan. Apabila
terdapat fistulatrakheoesofagus, seperti pada sembilan puluh persen kasus,
gmbaran sinar X-ray aka memeperlihatkan udara didalam lambung.
M. Data Fokus Pengkajian
Lakukan penkajian bayi baru lahir.observasi manipestasi atresia esophagus
dan fistula. Traekeoesofagus, saliva berlebihan, tersedat, sianosis, apneu.
1. Lakukan pengkajian pada bayi baru lahir
a. Saliva berlebihan dan mengiler
b. Tersedak
c. Sianosis
d. Apnea
e. Peningkatan distres pernapasan setelah makan
f. Distensi abdomen
2. Observasi, Manifestasi atresia esofagus
3. Bantu dengan prosedur diagnostik misalnya : Radiografi dada dan
abdomen, kateter dengan perlahan dimasukkan kedalam esofagus yang
membentuk tahanan bila lumen tersebut tersumbat.
4. Pantau dengan sering tanda-tanda distres pernapasan
5. Laringospasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi
dalam kantung buntu
N. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds: Ibu klien mengatakan anaknya Atresia esofagus Gangguan menelan
tidak bisa menelan ASI Kerongkongan buntu
Do: Klien tampak kesulitan saat
menelan Kesulitan menelan
Gangguan menelan
Mengeluarkan air
liur
Pneumonia aspirasi
Sesak nafas
Ketidakefektifan
pola nafas
3. Ds: Ibu klien mengatakan klien Atresia Esofagus Ketidakefektifan
sesak, mengeluarkan air liur bersihan jalan
Do: R: 65x/menit Kerongkongan buntu nafas
Suara paru ronchi Mengeluarkan air
liur
Pneumonia aspirasi
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
O. Diagnosa Keperawatan
Price, S.A., dan Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses
Penyakit, Edisi 6, Vol.2.Jakarta: EGC
Solidikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika