Anda di halaman 1dari 17

ATRESIA ESOFAGUS

Disusun Oleh:
Nanik Lestari
ATRESIA ESOFAGUS
Atresia esophagus merupakan suatu kelainan congenital dimana esophagus tidak
terbentuk secara sempurna. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan
terbentuknya hubungan antara esophagus dengan trakea yang disebut fistula
trakeaoesophageal (Tracheoesophageal Fistula/ TEP) (Solidikin, 2011).

ANATOMI FISIOLOGI
Fungsi pencernaan menurut Syaifuddin (2011) adalah:
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrien (zat yang sudah dicerna),
air dan garam berasal dari zat makanan untuk didistribusikan ke sel-sel melalui sistem
sirkulasi. Zat makanan merupakan sumber energi bagi tubuh seperti ATP yang dibutuhkan
sel-sel untuk melaksanakan tugasnya.
ETIOLOGI
– Atresia Esophagus dapat disebababkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
– Faktor obat => Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital yaitu thali domine .
– Faktor radiasi => Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan
kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi pada gen
– Faktor gizi
– Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari masing –masing menjadi
esopagus dan trachea.
– Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan terjadinya atresia.
– Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trachea
esophagus
– Tumor esophagus.
– Kehamilan dengan hidramnion
– Bayi lahir prematur, (Solidikin, 2011)
Tanda dan Gejala
Klasifikasi
– Salivasi yang berlebihan dimana saliva cenderung
mengalir dari mulut dalam bentuk seperti buih 1. Tipe A
– Apabila diusahakan pemberian makanan maka
2. Tipe B
akan terjadi batuk dan sumbatan, kesukaran
bernapas dan ditemukan sianosis. 3. Tipe C
– Terdapat kesukaran pemberian makanan yang 4. Tipe D
mengarah pneumonia aspirasi, walaupun
demikian hal ini jarang terbukti mencapai 2-3 hari 5. Tipe E
setelah dimulainya pemberian makanan
6. Tipe F
– Dapat terjadi pneumonitis yang disebabkan
kerusakan akibat refluks cairan lambung melalui
kantong bagian bawah.
– Bila Timbul sesak yang disertai dengan air liur
yang meleleh keluar, di curigai terdapat atresia
esofagus.
– (Solidikin, 2011)
Patofisiologi
Biasanya Trakea dan Kerongkongan sepenuhnya lumen terpisah
dengan ada hubungan antara mereka. Oleh karena itu, anak dapat
makan dengan baik tanpa pernapasan apapun distress dan masalah
dalam makan
Janin dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan
amnion dengan efektif. Pada janin dengan atresa esofagus dan TEF
distal, cairan amnion akan mengalir menuju trakea, ke fistula
kemudian menuju usus. Akibat dari hal ini dapat terjadi
polihidramnion. Polihidramnion sendiri dapat menyebabkan kelahiran
prematur. Janin seharusnya dapat memanfaatkan cairan amnion,
sehingga janin dengan atresia esofagus lebih kecil daripada usia
gestasinya.
Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan dan
menghasilkan banyak air liur. Pneumonia aspirasi dapat terjadi bila
terjadi aspirasi susu, atau liur (Solidikin, 2011)
PATHWAY
Kelainan Bawaan

Atresia Esofagus
Kerongkongan Buntu

MK :
Udara mengalir Kesulitan menelan Mengeluarkan air liur
Ansietas
ke fistula
MK : Pneumonia aspirasi
Gangguan
Gaster perforasi akut Menelan

Reflux gastrofageal Perut kembung Pneumonia berulang Batuk, sesak nafas


membuncit
Anoreksia
Kegagalan nafas MK :
- Ketidakefektifan pola nafas
Sianosis MK : Ketidakefektifan
MK : - Ketidakefetifan bersihan jalan
pola nafas
Ketidakseimbangan nafas
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
PENATALAKSANAAN

– Pada anak segera dipasangkan kateter ke


dalam esophagus dan bila mungkin
dilakukan penghisapan terus-menerus.
– Pemberian antibiotic pada kasus dengan
resiko infeksi
– Kadang-kadang keadaan bayi
memerlukan tindakan bedah dalam 2
tahap, tahap pertama berupa pengikatan PEMERIKSAAN PENUNJANG
fistula serta pemasangan pipa Radiologi
gastrostomi untuk pemberian makanan,
tahap kedua berupa tindakan
anastomosis kedua ujung esophagus
(Solidikin, 2011).
Komplikasi

– Pneumonia aspirasi yang disebabkan karena usaha makan


– Atelektasis pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus ) atau
akibat pernafasan yang sangat dangkal.
– Dismotilitas esophagus, terjadi karena kelemahan dinding otot
esophagus
– Gastrosophagus refluks atau asam lambung naik
– Fistula tracheosophagus berulang
– Disfagia atau kesulian menelan
– (Solidikin, 2011)
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Bayi : By. U Tanggal dirawat : 28 Desember 2020


Jenis kelamin : Laki-laki Tanggal : 29 Desember 2020
pengkajian
:
Tanggal : 28 Desember Alamat Jl. Pasti Indah
lahir/usia 2020
Nama orang
tua : Tn. U
Pekerjaan
orang tua : Wiraswasta
Pendidikan
orang : S1
tua
Usia orang
tua : 35 Tahun
Diagnosa
medis : Atresia Esofagus
 
N Data Etiologi Masalah
o
1.   Ds: Ibu klien mengatakan Atresia esofagus Gangguan
anaknya tidak bisa Kerongkongan buntu menelan
menelan ASI  
Do: Klien tampak Kesulitan menelan
kesulitan saat menelan  
Gangguan menelan
 
2.  Ds: Ibu klien mengatakan klien Atresia Esofagus Ketidakefektifan pola
sesak, mengeluarkan air liur   nafas
Do: R: 65x/menit Kerongkongan buntu
 

Mengeluarkan air liur


 

Pneumonia aspirasi
 

Sesak nafas
 

Ketidakefektifan pola nafas


No Symptom Etiologi Problem

3.  Ds: Ibu klien mengatakan Atresia Esofagus Ketidakefektifan


klien sesak, mengeluarkan air   bersihan jalan nafas
Kerongkongan  
liur buntu
Do: R: 65x/menit  
Suara paru ronchi Mengeluarkan air
liur
 
Pneumonia aspirasi
 
Sesak nafas, batuk
 
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
 

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas berhubungan dengan lubang abnormal antara
esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan
3. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis
(Nanda, 2015)
Intervensi

N Dx Perencanaan
o
. Tujuan Intervensi Rasional

1 Ketidak Setelah ⁻ Keluarkan secret dengan ⁻ Untuk mengeluarkan sekret


efektifa dilakukan suction pada klien
. ⁻ Lakukan Auskultasi suara ⁻ Untuk mengetahui masih
n asuhan
nafas sebelum dan adanya sekret atau tidak
bersihan keperawatan sesudah suctioning ⁻ Agar keluarga klien paham
jalan selama 3x24 ⁻ Informasikan pada klien mengenai tindakan yang
nafas jam masalah dan keluarga tentang diberikan
ketidakefektifan suction ⁻ Untuk pemenuhan oksigen
⁻ Monitor status oksigen dalam tubuh klien
bersihan jalan pasien ⁻ Agar kluarga bisa melakukan
nafas dapat ⁻ Ajarkan keluarga suction pada klien
diatasi dengan bagaimana cara melakukan ⁻ Fisioterapi dada untuk
kriteria hasil: suksion mengeluarkan secret
⁻ Lakukan fisioterapi dada ⁻ Untuk mengetahui
- Tidak adanya ⁻ Auskultasi suara nafas, perkembangan klien
sumbatan dijalan catat adanya suara
nafas tambahan
- Frekuensi nafas
dalam rentan
normal 40-
60x/menit

(NIC NOC, 2013)


N Dx Perencanaan
o Tujuan Intervensi Rasional
.

2 Keti Setelah - Monitor TTV - Untuk mengetahui keadaan


. dak dilakukan - Penghisapan lendir pada umum klien
efe asuhan
ktif keperawatan jalan nafas (suction) - Agar lendir keluar
an selama 3x24 jam - Lakukan terapi oksigen - Agar klien bisa bernafas
pol masalah - Lakukan fisioterapi dada dengan efektif
a ketidakefektifan - Kolaborasi dengan dokter - Untuk mengeluarkan lendir
naf pola nafas dalam pemberian - Agar klien bisa bernafas
as teratasi dengan analgesik dengan normal
kriteria hasil:
- Klien tidak -  
mengalami -  
sesak
- Frekuensi
nafas dalam
rentan
normal 40-
60x/menit
 
N Dx Perencanaan
o
. Tujuan Intervensi Rasional

3. Gang Setelah dilakukan - Pantau tingkat - Untuk mengetahui


guan tindakan kesadaran, reflex keadaan klien
keperawatan
menel selama 3x24 jam batuk, reflex - Untuk mengeluarkan
an diharapkan muntah, dan lendir pada jalan nafas
gangguan kemampuan - Untuk memenuhi
menelan teratasi menelan kebutuhan nutrisiklien
dengan kriteria - Penghisapan lendir -  
hasil: pada jalan nafas
- Produksi
ludah (suction)
berkuran - Pemasangan NGT
- Klien bisa atau
mampu
melakukan
minum ASI

(NIC NOC, 2013)


Implementasi

DX. KEPERAWATAN HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON PARAF


 
1. Ketidakefektifan 30/12/20 - Mengeluarkan secret dengan suction Klien koopratif
bersihan jalan nafas 07.00 WIB - Melakukan Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah suctioning
- Menginformasikan pada klien dan
keluarga tentang suction
- Memonitor status oksigen pasien
- Mengajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion
- Melakukan fisioterapi dada
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan

1. Ketidakefektifan pola 30/12/20 - Memonitor TTV Klien koopratif


nafas 09.00 WIB - Melakukan Penghisapan lendir pada jalan
nafas (suction)
- Melakukan terapi oksigen
- Melakukan fisioterapi dada
- Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesik

1. Gangguan menelan 30/12/20 - Memantau tingkat kesadaran, reflex Klien koopratif


11. WIB batuk, reflex muntah, dan kemampuan
menelan
- Melakukan Penghisapan lendir pada
jalan nafas (suction)
- Melakukan pemasangan NGT
Evaluasi
Dx. Kep Hari/Tgl/Jam SOAP Paraf
Ketidakefektifan 31/12/20 S : Ibu klien mengatakan air liur sudah
bersihan jalan 07.00 WIB tidak banyak yang keluar
nafas O : Sedikit adanya sumbatan dijalan
nafas
A : masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
teratasi sebagian
P : intervensi dianjutkan ( suction)
 
Ketidakefektifan 31/12/20 S : Ibu Klien mengatakan sesak klien
pola nafas 09.00 WIB berkurang
O : R: 63x/menit
A: Masalah keperawatan
ketidakefektifan pola nafas teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan (Pemberian
oksigen)
Gangguan 31/12/20 S: Ibu Klien mengatakan klien minum
menelan 11.00 WIB asi menggunakan NGT
O: Terpasang NGT
A: masalah keperawtan gangguan
menelan teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan (memantau
tingkat kesadaran, perawatan selang
NGT)
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai