Anda di halaman 1dari 22

TENTAMEN

SUICIDE

Weni Widya Shari, S.Kep., Ners., M.Kep


 Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis
dari psikiatrik pada kondisi darurat. Kondisi ini menuntut
intervensi psikiatriks seperti percobaan bunuh diri,
penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan,
kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku

 Tempat rujukan layanan kegawatdaruratan psikiatrik


biasanya dikenal sebagai Psychiatric Emergency Service,
Psychiatric Emergency Care Centres, atau
Comprehensive Psychiatric Emergency Programs
Fungsi pelayanan
kegawatdaruratan psikiatrik
1. menilai permasalahan pasien, memberikan perawatan
jangka pendek
2. memberikan pengawasan selama 24 jam
3. mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi pada
tempat kediaman pasien
4. menggunakan layanan manajemen keadaan darurat untuk
mencegah krisis lebih lanjut
5. memberikan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien
rawat jalan
6. menyediakan pelayanan konseling lewat telepon.
DEFINISI
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak
pada seseorang disebabkan karena stress yang tinggi dan
kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah (Keliat, 1993).

Perilaku bunuh diri atau destruktif diri langsung terjadi terus


menerus dan intensif pada diri kehidupan seseorang. Perilaku
yang tampak adalah berlebihan, gejala atau ucapan verbal ingin
bunuh diri, luka atau nyeri (Rawlin dan Heacock, 1993).
 Suicidum (bunuh diri) : kematian yang dengan
sengaja dilakukan oleh diri sendiri
 Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) :
upaya yang dilakukan dengan cara menghabisi
diri sendiri
 Gagasan bunuh diri ; pikiran atau ide untuk
menghabisi nyawa sendiri. Biasanya terdapat pada
orang yang eka terhadap stressor. Dapat terjadi
pada segala usia dan dapat berlangsung pada
waktu yang lama tanpa suatu upaya bunuh diri
 Suicidial behaviour (Perilaku bunuh diri):
suatu perilaku yang disengaja atau tidak. Dapat
membahayakan diri sendiri. Contoh: mutilasi diri
dengan memotong pergelangan tangan,
membenturkan kepala, menelan benda asing,
menghilangkan bagian tubuh.
ETIOLOGI
1. Skizofrenia disertai halusinasi pendengaran yang memerintahkan
pasien untuk bunuh diri
2. Individu dengan orientasi homoksesual, mempunyai resiko bunuh diri
terutama pada remaja(dengan komplik identitas) dan lanjut usia yang
depresif dan atau alkoholik
3. Penyakit fisik yang mengancam kehidupan. Ex Kanker, AIDS yang
disertai rasa nyeri berat dan kronis, menimbulkan kecacatan
4. Gangguan stress pasca trauma yang disertai rasa malu, putus asa, rasa
berdosa (akibat perkosaan,penganiayaan)
5. Ada riwayat anggota keluarga yang bunuh diri
6. Hidup seorang diri disertai rasa kesepian
7. Kematian pasangan hidup
1. Problem ekonomi
2. Episode depresi-beberapa pasien menggunakan obat anti depresi mereka
untuk bunuh diri
3. Gangguan kepribadian. Kepribadian paranoid dan kepribadian ambang
(emosi tak stabil)
4. Insomnia berat. Walaupun tanpa disertai depresi dapat meningkatkan resiko
bunuh diri
5. Penggunaan obat-obatan dan alkohol sering juga merupakan perilaku bunuh
diri dalam jangka panjang maupun singkat bila digunakan secara berlebihan
6. Skizofrenia disertai perasaan yang depresif, gagasan bunuh diri, gangguan
proses diri (waham), mutilasi diri
TANDA DAN GEJALA
Bicara mengenai • Bicara tentang keinginan menghilang, melompat,
menembak diri sendiri atau ungkapan
kematian membahayakan diri

• kematian, perceraian, putus dengan pacar atau kehilangan


Baru saja pekerjaan, semuanya bisa mengarah pada pemikiran bunuh
diri atau percobaan bunuh diri, hilangnya keyakinan
kehilangan beragama dan hilangnya ketertarikan pada seseorang atau
pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati

Perubahan • seseorang mungkin memperlihatkan tanda-tanda


Kepribadian kelelahan, keraguan atau kecemasan yang tidak biasa

Perubahan • kurangnya konsentrasi dalam bekerja, sekolah atau


Perilaku kegiatan sehari-hari, seperti pekerjaan rumah tangga

Perubahan Pola • tidur berlebihan, insomnia dan jenis gangguan tidur


Tidur lainnya bisa menjadi tanda-tanda dan gejala bunuh diri.
• Perubahan kebiasaan makan: kehilangan nafsu makan
Perubahan atau bertambahnya nafsu makan. Perubahan lain bisa
Kebiasaan Makan termasuk penambahan atau penurunan berat badan.

• Berkurangnya ketertarikan seksual: perubahan seperti


Berkurangnya ini bisa mencakup impotensi, keterlambatan atau
Ketertarikan Seksual ketidakteraturan menstruasi.

• gejala bunuh diri ini bisa diperlihatkan melalui emosi


Harga Diri Rendah seperti malu, minder atau membenci diri sendiri.

Ketakutan atau • seseorang khawatir akan kehilangan jiwanya dan


kehilangan kendali: khawatir membahayakan dirinya atau orang lain

• : tanda bunuh diri lainnya adalah seseorang merasa


Kurangnya harapan bahwa tidak ada harapan untuk masa depan dan segala
akan masa depan hal tidak akan pernah bertambah baik.
Beberapa tanda bunuh diri lainnya meliputi pernah
mencoba bunuh diri, memiliki riwayat
penyalahgunaan obat atau alkohol, belanja
berlebihan, hiperaktivitas, kegelisahan dan kelesuan.
 satu percobaan bunuh diri dilakukan dengan penyalahgunaan obat, dimana
obat-obatan yang dosisnya besar dapat bersifat toksin bagi tubuh terutama
lambung. Intoksikasi dapat memacu atau meningkatkan sekresi asam
lambung, dimana asam lambung ini mengiritasi/ membuat trauma jaringan
mukosa lambung, merusak mukosa lambung, merangsang saraf. Saraf pada
lambung membuka gate kontrol menuju rangsang saraf aferen ke cortex
cerebri yang meningkatkan sensitifitas saraf nyeri, kemudian kembali ke saraf
eferen dan menimbulkan rasa nyeri, rasa nyeri ini menstimulasi nervus vagus
dan meningkatkan respon mual dan gangguan rasa nyaman, gangguan saluran
makanan pada lambung, duodenum, usus halus, usus besar, hati, empedu dan
salurannya sering memberikan keluhan di perut atas atau di daerah
epigastrium yang sering disebut dengan istilah nyeri epigastrik.
FAKTOR RESIKO
1. UMUR REMAJA, > 45 TH < 12 th25-45 TH
2. Jenis kelamin laki-laki perempuan
3. Status cerai kawin
4. Jabatan profesional kerja kasar
5. Pekerjaan pengangguran pekerja
6. Penyakit kronik, terminal tak ada yang serius
7. Mental depresi, halusinasi gangguan kepribadian
8. Obat/alkohol ketergantungan
PENYEBAB PENYEBAB PENYEBAB
BUNUH DIRI PADA BUNUH DIRI PADA BUNUH DIRI PADA
ANAK MAHASISWA LANSIA
• Pelarian dari penganiayaan • Ideal diri terlalu tinggi • Perubahan status mandiri
• Situasi keluarga yang • Cemas akan tugas • Penyakit kronis
kacau akademik yang banyak • Perasaan tak berarti
• Perasaan tak berarti/tak • Kegagalan akademis • Kesedihan dan isolasi
disayang • Kompetisi untuk sukses sosial
• Gagal sekolah • Sumber hidup yang
• Takut dihina disekolah berkurang
• Dihukum orang lain
SIRS (SUICIDAL INTENTION RATING SCALE)
(Stuart & Sundeen, 1987; Keliat, B.A., 1994)

SKOR 0 SKOR 1
SKOR 2
Tidak ada bunuh diri yang Ada ide bunuh diri, tidak
dahulu dan sekarang ada percobaan bunuh diri, Memikirkan bunuh diri
dengan aktif, tidak ada
tidak mengancam bunuh
percobaan bunuh diri
diri

SKOR 3
Mengancam bunuh diri, SKOR 4
misalnya, “tinggalkan saya
Aktif mencoba bunuh diri
sendiri atau saya bunuh
diri”
 Bina hubungan selama wawancara yang sifatnya
mendukung dan tidak menghakimi
 Selidikilah adanya ide-ide bunuh diri melalui pertanyaan
yang lebih spesifik, misal ”Apakah kamu merasa sedih?”
”Apakah kamu pernah berpikir untuk mengakhiri
hidup?” “Bagaimana caranya?
 Setelah terjadi suatu percobaan bunuh diri yang serius,
tunggulah sampai klien cukup siap untuk bekerjasama di
dalam pemeriksaan. Tanyakan mengenai hal bunuh diri
HAL-HAL YANG HARUS DIPELAJARI DALAM
BUNUH DIRI

 Maksud dan tujuan pasien-mengapa ingin mati?


 Apakah rencana bunuh diri telah dibuat-semakin spesifik rencana yang dibuat
semakin besar untuk melakukannya
 Metode-semakin mematikan teknik yang dibuat semakin serius rencananya
 Adanya faktor-faktor psikiatrik dan organik, misal depresi psikotik, gangguan
proses pikir, penggunaan sedatif tanpa resep, kondisi organik
 Tentukan apakah perilaku tersebut akibat peranan impulsif atau dengan rencana
 Apakah pencetus krisis telah terlewati
 Buatlah daftar kehilangan yang dialami
 Apakah klien memiliki rencana untuk masa depannya?
 Apakah klien mempunyai keluarga yang mempedulikannya atau dukungan
lainnya?
 Apakah klien berpikir bahwa dia akan melakukan bunuh diri? (Tomb, 2004)
METODE YANG KURANG MEMATIKAN
(LESS LETHAL METHODS)
• Memotong nadi pergelangan
• Mengalirkan gas dirumah
• Meminum obat tanpa resep (kecuali
aspirin dan acetominophen (tylenol)

MEMOTONG YANG SANGAT MEMATIKAN


(HIGHLY LETHAL METHODS)
• Tembak
• Terjun
• Gantung
• Tenggelam
• Racun carbon Monoksida
• Barbiturat dan minum pil tidur
• Aspirin dosis tinggi dan
acethaminophene
• Menabrak mobil
• Terpapar suhu dingin yang ekstrem
• Antidepresans
DIAGNOSA
KEPERAWATAN

 Risiko melukai diri


 Risiko perilaku kekerasan pada diri
 Risiko mutilasi diri
 Koping individu inefektif
 Harga diri rendah

(Kneisl; Wilson & Trigoboff, 2004)


PERENCANAAN DAN
IMPLEMENTASI
1. Keputusan dirawat di RS harus dibicarakan dengan
klien secara tegas dan penuh optimis
2. Pastikan keamanan fisik dalam perawatan di RS melalui
tindakan pencegahan bunuh diri yang sesuai (misal
pengawasan ketat, tanpa isolasi, tidak ada barang-
barang yang membahayakan)
3. Klien dengan risiko kecil dapat berobat jalan bila ada
keluarga yang dipercaya untuk mengawasi –nilailah
dukungan mereka
(Tomb, 2004)
PRINSIP PENGOBATAN (Tomb,
2004)
1. Kenali dan obati kondisi-kondisi psikiatrik dan medis
2. Kembangkan ikatan terapeutik dengan klien
3. Klien yang ingin bunuh diri biasanya bersikap ambivalen
tentang kematian. Ungkapkan ambivalen tersebut-perlihatkan
bukti-bukti bahwa mereka ingin hidup. Berikan harapan yang
jelas. Buat rencana yang spesifik dengan dan untuk klien.
Mintalah kedewasaan mereka, bukan sikap regresinya
4. Klien sering bingung dan memiliki fokus pikir yang sempit-
hadapkan pada hal-hal realita
5. Jangan mengecilkan keseriusan klien dalam usaha bunuh diri
1. Jangan pernah setuju untuk merahasiakan rencana bunuh diri
2. Bantulah klien melewati masa berduka dan kehilangan
3. Jangan memberi alasan untuk membenarkan gejala-gejala yang
dialami klien
4. Potensi untuk bunuh diri dapat berubah dengan cepat. Nilailah
kembali kondisi pikiran klien dengan sering
5. Gunakan sumber daya dari komunitas
6. Jangan kehilangan kontak dengan klien. Pantaulah dengan teliti
selama musim liburan di rumah
7. Bersikap aktif, tetapi tetap menuntut klien bertanggung jawab
atas hidupnya

Anda mungkin juga menyukai