Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWAT JIWA PADA KLIEN DENGAN RESIKO

BUNUH DIRI DI RSJ. PROF.DR. SOEROJO


MAGELANG

Di Susun Oleh :
ARBIN DASTARI
203203104

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2021

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWAT JIWA PADA KLIEN DENGAN RESIKO
BUNUH DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
YOGYAKARTA

Di Susun Oleh :
ARBIN DASTARI
203203104

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(……………………………) (……………………………….)

Mahasiswa

(Arbin Dastari)
• Definisi
• Pengertian bunuh diri adalah tindakan agresif atau maladaptif dengan melukai dir sendiri
dan dapat mengakhiri hidupnya (Stuart & Sundeen, 2008)
• Bunuh diri adalah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan sukarela dan disengaja
untuk mengakhiri hidupnya (Rawlin’s, 2009).
• Bunuh diri meliputi keinginan secara sadar untuk mati dan diiringi tingkah laku untuk
mewujudkan keinginan tersebut (Komisi Bunuh Diri, cit. Rawlin’s,2009).

• Penyebab atau Alasan Bunuh Diri


• Tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, contoh : masuk sekolah
baru dengan teman yang baru
• Perasaan dikucilkan oleh teman atau dimusuhi oleh teman
• Perasaan marah atau bermusuhan pada diri sendiri maupun orang lain. Bunuh diri dapat
merupakan hukuman yang ditujukan pada diri sendiri
• Cara untuk mengakhiri keputusasaan
• Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
• Situasi keluarga yang kacau atau berantakan
• Perasaan tidak disayang, kurang perhatian
• Putus sekolah, tidak naik kelas, prestasi di sekolah jelek
• Sering dihina oleh teman-teman di sekolah
• Kehilangan orang yang dicintai : ayah, ibu, kakak, adik, sahabat, pacar
• Perasaan tidak dimengerti oleh orang lain
• Tidak punya teman dekat untuk mengungkapkan perasaan, kesedihan, mengeluh .
• Keadaan fisik (cacat, penyakit, dll)
• Masalah dengan orang tua : bertengkar, marah dengan orang tua
• Mengalami tekanan batin karena memendam suatu masalah (depresi).

• Tingkat Kecendrungan Bunuh Diri


• Tingkat Rendah
• Aktif di masyarakat
• Tidak mempunyai masalah kesehatan
• Tidak mengalami gangguan kepribadian
• Tidak mengkonsumsi obat-obat terlarang (NARKOBA)
• Mempunyai rencana bunuh diri yang samar atau kabur
• Tidak menyediakan alat yang membahayakan untuk bunuh diri
• Keinginan hidup lebih kuat daripada keinginan untuk mati
• Tingkat Sedang
• Kadang-kadang masih aktif di masyarakat
• Ada masalah kesehatan tetapi tidak serius
• Memakai obat-obatan dan alkohol, tetapi tidak terus-menerus
• Sering ada pikiran bunuh diri dan kadang-kadang ada ide bunuh diri
• Keinginan untuk hidup, sama kuatnya dengan keinginan untuk mati
• Tingkat Tinggi
• Pernah mencoba bunuh diri
• Keinginan untuk mati lebih besar daripada keinginan untuk hidup
• Hidup terisolasi/dikucilkan
• Tidak mempunyai pekerjaan
• Menderita penyakit kronis/menahun atau penyakit terminal/mendekati kematian
• Mengalami depresi/tekanan batin karena memendam masalah
• Mengalami halusinasi/mendengar bisikan-bisikan atau melihat seseorang sedangkan
orang lain tidak dapat mendengar/melihatnya
• Tersedia alat yang dipakai untuk bunuh diri
• Mempunyai rencana bunuh diri yang pasti
• Mengalami intoksikasi zat atau mengalami gangguan pemakaian zat (NARKOBA)

• Rentang Respon “Self-Protective” Stuart & Sundeen, 1998


Respon Adaptif Respon Maladaptif
Perlindungan dan pertahanan diri adalah kebutuhan fundamental dalam setiap
kehidupan. Dalam rentang respon “Self-Protection” menghargai diri sebagai respon yang
sangat adaptif, tingkah laku merusak diri, melukai diri dan bunuh diri sebagai respon
maladaptif. Tingkah laku merusak diri menjadi rentang/batas lemah dari adaptif ke
maladaptif.
Tingkah laku merusak diri secara langsung terdapat beberapa bentuk didalamnya
seperti ancaman, percobaan, gerak isyarat dan bunuh diri yang lengkap. Seseorang ini
bermaksud untuk mati dan sadar terhadap tindakannya.
Tingkah laku merusak diri secara tidak langsung adalah aktivitas tidak sadar yang
merusak fisik seseorang, yang beresiko terjadi kematian. Dimana seseorang mungkin tidak
sadar bahwa itu beresiko dan menyangkal bila dikonfrontasi, contohnya menolak makan dan
penyalahgunaan alkohol serta obat-obatan. Contoh lain : penyimpangan tingkah laku sosial
(menarik diri), kondisi stress/depresi, menolak pengobatan dan perawatan.
Teori menyatakan bahwa tingkah laku merusak diri dapat dihubungkan dengan konsep
diri dan gangguan alam perasaan (mood), memikirkan atau mencoba bunuh diri ada pada
seseorang yang rendah penghargaan dirinya, harga diri rendah yang mengarah pada depresi,
yang sering diketahui mengakibatkan tingkah laku merusak diri (Stuart & Sundeen, 1998).
Rawlin’s, et.al, (1993) mengemukakan bahwa individu berharapan. Rentang harapan-putus
harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif (lihat gambar 2)

Respon Adaptif Respon


Maladaptif
Harapan : Putus Harapan :
• Yakin • Tidak berdaya
• Percaya • Putus asa
• Inspirasi • Apatis
• Tetap hati • Gagal dan kehilangan
• Ragu-ragu
• Sedih
• Depresi
• Bunuh diri
Rentang Harapan-Putus Harapan (Rawlin’s, et.al, 1993)
Individuputus harapan menunjukkan perilaku yang tidak berdaya, putus asa, apatis,
kehilangan, ragu-ragu, sedih, depresi, serta yang paling berat adalah bunuh diri.
• Ketidakberdayaan, keputusasaan ,apatis.
Individu tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa
tidak mampu, seolah-olah koping yang biasa bermanfaat sudah tidak berguna lagi. Harga
diri rendah, apatis, dan tidak mampu mengembangkan koping serta yakin tidak ada yang
membantu.
• Kehilangan, ragu-ragu.
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan
kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Demikian pula jika individu kehilangan sesuatu
yang sudah dimiliki misalnya kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian,
perpisahan. Individu akan merasa gagal, kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir
dengan bunuh diri.
• Depresi.
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan
rendah diri. Banyak teori yang menjelaskan tentang depresi dan semua sepakat keadaan
depresi merupakan indikasi terjadinya bunuh diri. Individu berfikir tentang bunuh diri
pada waktu depresi berat, namun tidak mempunyai tenaga untuk melakukannya. Biasanya
bunuh diri terjadi pada saat individu keluar dari keadaan depresi berat.
• Bunuh diri.
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan.
Keadaan ini didahului oleh respon maladaptif yang telah disebutkan sebelumnya. Bunuh
diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah
yang dihadapi.
• Pengkajian Bunuh Diri
Faktor yang dikaji dari tingkah laku merusak diri adalah :
• Mengkaji kondisi yang mengakibatkan percobaan bunuh diri
• Peristiwa hidup yang memalukan sebagai pencetus
• Tanda-tanda tindakan persiapan : mendapat metode bunuh diri, memukul-mukul diri,
bicara tentang bunuh diri, memberi hadiah sebelum bunuh diri
• Penggunaan cara bengis atau lebih mematikan dengan obat atau racun
• Mengetahui metode pilihan yang mematikan
• Perhatian yang menurun
• Gejala yang dimunculkan
• Keputusasaan
• Mencela diri sendiri, merasa gagal dan tidak berguna
• Depresi
• Agitasi dan gelisah
• Insomnia persisten
• Bicara pelan, fatigue, menarik diri
• Bicara dan merencanakan bunuh diri
• Riwayat psikistri
• Ada percobaan bunuh diri sebelumnya
• Gangguan alam perasaan (depresi)
• Alkoholisme atau penyalahgunaan zat atau obat
• Gangguan tingkah laku dan depresi pada orang dewasa
• Kombinasi dari kondisi di atas
• Riwayat psikososial
• Perpisahan yang baru saja terjadi, perceraian atau kehilangan pasangan hidup
• Hidup sendiri
• Tidak bekerja, perubahan pekerjaan atau kehilangan pekerjaan
• Stress yang multipel/kompleks dalam kehidupan (baru kehilangan, masalah-masalah
sekolah, dll)
• Penyakit medik kronik
• Peminum berat atau penyalahgunaan obat
• Faktor kepribadian/personality
• Impulsif, agresif, bermusuhan
• Kekakuan kognitif dan negatif
• Keputusasaan
• Harga diri rendah
• Gangguan kepribadian anti social
• Riwayat keluarga
• Riwayat keluarga yang melakukan bunuh diri
• Riwayat keluarga gangguan alam perasaan, alkoholisme atau keduanya

• Faktor Predisposisi
Tidak ada satupun teori yang secara adekuat menjelaskan terjadinya respon melukai
diri atau memberi petunjuk intervensi yang terapeutik. Teori tingkah laku memberi kesan
bahwa melukai diri adalah dipelajari dan diperoleh dalam masa kanak-kanak atau dewasa,
perbedaannya teori psikologi memfokuskan pada kerusakan yang penting dalam awal
perkembangan ego, ini memberi kesan bahwa melukai diri mulai tumbuh pada trauma awal
hubungan interpersonal. Dan kecemasan yang tidak diatasi bisa menimbulkan kelanjutan
episode tingkah laku melukai diri (Stuart & Sundeen, 1998).
Teori interpersonal mengemukakan bahwa melukai diri mungkin sebagai hasil dari
interaksi antara perasaan kehilangan, bersalah pada waktu kecil dan perasaan tidak berharga.
Perilaku menyimpang atau incest mungkin menjadi presipitasi dari tingkah laku merusak
diri jika mempunyai persepsi yang negatif (Stuart & Sundeen, 1998).
Faktor predisposisi lain berhubungan dengan tingkah laku merusak diri termasuk di
dalamnya adalah :
• Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhannya dan mengungkapkan perasaannya
• Perasaan bersalah
• Depresi dan depersonalisasi serta fluktuasi emosi
Lima faktor predisposisi yang dominan, yaitu :
• Diagnosis Psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.
• Ciri-Ciri Kepribadian dan Gangguan Kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
• Faktor Psikososial dan Lingkungan
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan
berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan
bunuh diri.
• Riwayat Keluarga dan Genetik
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
penting untuk perilaku destruktif.
• Faktor Biochemikal
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, opiatergik, dan dopaminergik
menjadi media proses yang dapat menimbulkan perilaku destruktif-diri.

• Stressor Pencetus/Presipitasi
• Perasaan stress yang berkelanjutan/berlimpah
• Ansietas
• Kehilangan kemampuan penilaian terhadap diri sendiri
• Kehilangan harga diri
• Isolasi sosial : menarik diri
• Struktur sosial, Durkheim cit. Stuart dan Sundeen, 1998, mengindikasikan tiga
subkategori bunuh diri sebagai dasar motivasi seseorang untuk bunuh diri :
• Bunuh Diri Egoistic sebagai hasil interaksi yang tidak terintegrasi dengan lingkungan
(lemah dengan lingkungan).
• Bunuh Diri Altruistic sebagai hasil kepatuhan dan kebiasaan adat.
• Bunuh Diri Anomic ketika individu tidak dapat mengatur/mengontrol lingkungan
sosial tersebut.

• Mekanisme Koping
Pasien mungkin menggunakan variasi dari mekanisme koping untuk menyetujui
tingkah laku merusak dirinya seperti denial, rasionalisasi, regresi dan pikiran magis. Koping
mekanisme ini mungkin berbeda pada tiap individu dan tingkah laku merusak dirinya.
Mereka yang mempunyai respon emosional yang kuat akan membela diri terhadap kejadian-
kejadian hidup yang mengancam terutama terhadap egonya. Jika mereka berada dalam
kondisi yang lemah, depresi akan mengambil tindakan jahat untuk melakukan bunuh diri.
Tingkah laku bunuh diri merupakan indikasi dari kondisi koping mekanisme yang
rapuh atau gagal. Usaha bunuh diri mungkin menjadi usaha terakhir untuk mendapat
pertolongan untuk dapat ditanggulangi. Bunuh diri komplit menggambarkan kegagalan dari
koping mekanisme adaptif.

• Instrumen Pengukuran
• Pengkajian tingkat resiko bunuh diri dari Hasson, Valente dan Risk (1997). Berisi perilaku
atau gejala yang muncul pada pasien yang beresiko untuk bunuh diri dan diukur dengan
intensitas rendah, sedang, dan berat (Keliat, 2008).
• Menggunakan skala pengukuran kecenderungan bunuh diri dari Institute of Psychiatric,
Medical University of South Carolina cit. Stuart & Sundeen (20088).
• Skala bunuh diri Suicidal Intention Rating Scale (SIRS) dari Bailey dan Dreyer (2007).
Berisi 5 pertanyaan dengan skor 0-4 untuk mengetahui kecenderungan/intensitas bunuh
diri yang menggambarkan ide/pikiran untuk bunuh diri sampai mencoba bunuh diri (Keliat,
2009).

• Tanda-Tanda Klien Dengan Kemungkinan Bunuh Diri


• Tanda-Tanda Verbal
• “Setiap orang akan senang, jika saya mati”
• “Coba saya mati dari dulu…”
• “Saya tidak akan membuat masalah lagi”
• “bagaimana caranya agar saya dapat memberikan tubuh saya pada ilmu kedokteran”
• Tanda-Tanda Non-Verbal
• Memberikan benda yang bersifat pribadi
• Menulis catatan “Selamat tinggal…”
• Membuat wasiat
• Gangguan tidur, nafsu makan menurun
• Mengucilkan diri dari kelompok sosial
• Mudah tersinggung (Iritable)
• Tidak punya harapan atau putus asa (Hopelesness)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J, (1998). Buku saku diagnosa keperawatan (terjemahan). Edisi 8. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta

Depkes RI, (1989). Petunjuk Teknik Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Skizofrenia.
Direktorat Kesehatan Jiwa. Jakarta

Keliat, B.A, (1994). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri, Cetakan II, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Stuart. G.W & Sundeen. S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3, EGC,
Jakarta

Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri (terjemahan),Edisi 3,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai