Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

Disusun untuk memenuhi tugas Program Studi D3 keperawatan

Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

PUTRI MAULIDATUL KHUSNA

212019010034

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. Pengertian
Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidakmampuan
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya secara wajar dalam khalayaknya sendiri yang tidak realistis.
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh 
seseorang karena orang lain mengatakan sikap negatif atau
mengancam. (Dalami dkk, 2015).

Isolasi sosial : menarik diri sering ditemukan


adanya tanda dan gejala sebagai berikut : kurang spontan, apatis,
ekspresi wajah tidak berseri, tidak memperhatikan kebersihan diri,
komunikasi verbal kurang, menyendiri, tidak peduli lingkungan.
Gangguan hubungan sosial merupakan suatu ganggguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak
fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu
fungsi seseorang dalam berhubungan sosial. (Riyadi Sujono, 2015).
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. (Dr.Keliat, 2016).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkaan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. (Yosep, 2017).
Berdasarkan definisi yang telah disebutkan sebelumnya, jadi dapat
disimpulkan bahwa isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan
interpersonal atau perasaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena akibat penolakan dan sikap negatif serta kepribadian yang tidak
fleksibel sehingga muncul perilaku maladaptif seperti
menghindari/kehilangan hubungan dengan orang, tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan,
yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada
perhatian sehingga fungsi hubungan sosial seseorang terganggu.

B.ETIOLOGI

Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor

presipitasi. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri,


tidak

percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
orang lain,

tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini


dapat

menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih

menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-
hari.
B. Rentang Respons 

Respon Adaptif : Respon Maladaptif :


Solitude Kesepian
Autonom Menarik Diri
Kebersamaan Ketergantungan
Saling Ketergantungan Manipulasi
Implusif
Narkisisme
Keterangan rentang respon :
a. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan
kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas
normal. Adapun respon rentang adaptif tersebut : 
 Solitude atau menyendiri
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah
dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara
mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya.
 Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide pikiran dan perasaan dalam hubungan sosia. Individu
mampu menetapkan diri untuk inetrdependen dan mengatur diri.
 Mutuality atau Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk memberi dan menerima.
 Interdependen atau Saling ketergantungan
Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
hubungan interpersonal.
b. Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial
dan kebudayaan suatu tempat. Karakteristik diri perilaku maladaptif
tersebut adalah :

 Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketengan sementara
waktu.
 Manipulasi
Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek dan bberorientasi pada diri
sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.
Individu tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
 Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan
yang dimiliki.
 Implusif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian
yang buruk dan cenderung memaksakan kehendak.
 Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris,
pencemburu dan marah jika orang lain tidak mendukung (Dalami,
2016).

C. Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu
terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga
dapat mencederai diri (Carpenito, L.J, 2017:352)
 Faktor predisposisi
Beberapa faktor predisosisi (pendukung) terjadi gangguan
hubungan sosial yaitu :
1. Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari
pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap
tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi akan menghambat masa perkembangan
selanjutnya. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan
kehangatan dari orang tua/pengasuh akan memberikan rasa
tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa tidak
percaya.
2. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan
limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang
lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan
dari orang lain (lingkungan sosialnya).

 Stressor Presipitasi
1. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain,
misalnya anggota keluarga yang labil, yang dirawat di rumah
sakit.
2. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan
orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi
masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah
gangguan berhubungan (menarik diri).

D. Akibat
Akibat isolasi sosial adalah resiko perubahan sensori persepsi
halusinasi. Halusinasi adalah suatu keadaan yang merupakan gangguan
pencerapan (persepsi) panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yg
dapat meliputi semua system penginderaan pada seseorang dalam
keadaan sadar penuh (baik).
Gejala Klinis :
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
c. Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
d. Tidak dapat memusatkan perhatian.
e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya), takut.
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

E. Tanda dan Gejala

F. Patopsikologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi
diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang
lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.
Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang
lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan (Farida, 2015).
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku
menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak
berharga yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh
dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan
kecemasan.Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit
dalam mengembangakan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien
menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan
kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.
Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa
lalu serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang austik dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat
lanjut menjadi halusinasi. (Dalami, 2016).

G. Pathways

Faktor stessor, factor social budaya,


psikologis, biologis

Tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain,


tidak mampu merumuskan keinginan

Harga Diri Rendah

tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,


lebih menyukai berdiam diri

Isolasi Sosial : Menarik Diri

regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian
terhadap penampilan dan kebersihan diri.

Defisit Perawatan Diri pembicaraan yang austik dan tingkah laku


yang tidak sesuai dengan kenyataan

Halusinasi
H. Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas.
Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan
yang spesifik (Gail, W Staurt  2009). Koping yang berhubungan dengan
gangguan kepribadian antisosial antara lain proyeksi, splitting dan
merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian ambang splitting, formasi reksi, proyeksi, isolasi, idealisasi
orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyeksi.

I. Perilaku
Pada klien gangguan sosial menarik diri yaitu: kurang sopan, apatis,
sedih, afek tumpul, kurang perawatan diri, komunikasi verbal turun,
menyendiri, kurang peka terhadap lingkungan, kurang energy, harga
diri rendah dan sikap tidur seperti janin saat tidur. Sedangkan perilaku
pada gangguan sosial curiga meliputi tidak mempercayai orang lain,
sikap bermusuhan, mengisolasi diri dan paranoia. Kemudian perilaku
pada klien dengan gangguan sosial manipulasi adalah kurang asertif,
mengisolasi diri dari lingkungan, harga diri rendah, dan sangat
tergantung pada orang lain.

J. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan medis :
a. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis
pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan
menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal
kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan
kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan
terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan
terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
Indikasi :
1) Depresi mayor
 Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak
ada perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan
berat badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri
yang menetap.
 Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau
memberikan respon membaik pada ECT.
 Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan
antidepresan atau klien tidak dapat menerima antidepresan.
2) Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang
lain atau terapi lain berbahaya bagi klien.
3) Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi
bermanfaat pada skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan
bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam
psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati,
menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah,
sopan dan jujur kepada klien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang
sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki,
memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.
 Penatalaksanaan Keperawatan :
Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah:
a. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
1) Pengertian
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama.
2) Tujuan
Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif.
3) Terapi aktivitas kelompok yang digunakan untuk pasien
dengan isolasi sosial adalah TAK Sosialisasi dimana klien
dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang
ada di sekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara
bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. Pengkajian
a. Data yang dikaji
1. Wawancara :
 Merasa sepi
 Merasa tidak aman
 Hubungan tidak berarti
 Bosan dan waktu terasa lambat
 Tidak mampu konsentrasi
 Merasa tidak berguna
 Tidak yakin hidup
 Merasa ditolak.
2. Observasi
 Banyak diam
 Tidak mau bicara
 Menyendiri
 Tidak mau berinteraksi
 Tampak sedih
 Ekspresi datar dan dangkal
 Kontak mata kurang.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial : Menarik Diri
C. Intervensi Keperawatan
No.D Dx Perencanaan
Tgl
x keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Isolasi sosial TUM : klien dapat
berinteraksi dengan
orang lain 1. Klien menunjukkan tanda- 1.1.Bina hubungan saling
TUK : tanda percaya kepada/ percaya dengan :
1. Klien dapat terhadap perawat : - Beri salam setiap interaksi
membina - Wajah cerah, tersenyum - Perkenalkan nama, nanma
hubungan saling - Mau berkenalan panggilan perawat dan
percaya - Ada kontak mata tujuan perawat berkenalan
- Bersedia menceritakan - Tanyakan dan panggil nama
Rasional :
perasaan kesukaan klien
Untuk
- Bersedia mengungkapkan - Tunjukkan sikap jujur dan
membangun
masalahnya menepati janji setiap kali
kepercayaan klien
berinteraksi
terhadap perawat
- Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang dihadapi
klien
- Buat kontrak interkasi yang
jelas
- Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien
2. Klien mampu 2. Klien dapat menyebutkan 2.1.Tanyakan pada klien tentang
menyebutkan minimal satu penyebab :
penyebab menarik diri dari : - orang yang tinggal
menarik diri - Diri sendiri serumah/ teman sekamar
- Orang lain klien
Rasional : - lingkungan - orang yang paling dekat
Dapat dengan klien di rumah/ di
mengidentifikasi ruang perawatan
apa yang - apa yang membuat klien
dirasakan oleh dekat dengan orang
klien tersebut
- orang yang tidak dekat
dengan klien di rumah/ di
ruang perawatan
- apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut
- upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2.2. Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri atau
tidak mau bergaul dengan
orang lain.
2.3. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
3. Klien mampu 3. Klien dapat menyebutkan 3.1. Tanyakan pada klien
menyebutkan keuntungan berhubungan tentang :
keuntungan sosial, misalnya : - Manfaat hubungan sosial
berhubungan - Banyak teman - Kerugian menarik diri
sosial dan - Tidak kesepian 3.2. Diskusikan bersama klien
kerugian menarik - Bisa diskusi tentang manfaat
diri - Saling menolong, berhubungan sosisal dan
Dan kerugian menarik diri, kerugian menarik diri.
Rasional : misalnya : 3.3. Beri pujian terhadap
Mengetahui - Sendiri kemmpuan klien
dampak baik - Kesepian mengungkapkan
bersosialisasi dan - Tidak bisa diskusi perasaannya.
dampak buruk
menarik diri
4. Klien dapat 4. Klien dapat melaksanakan 4.1. observasi perilaku klien
melaksanakan hubungan sosial secara saat berhubungan sosial
hubungan sosial bertahap dengan : 4.2. beri motivasi dan bantu
secara bertahap - Perawat klien untuk berkenalan/
- Perawat lain berkomunikasi
Rasional : - Klien lain dengan :perawat lain, klien
Mengetahui - kelompok lain, kelompok
tahapan 4.3. libatkan klien dalam
bersosialisasi terapi aktivitas kelompok
dengan orang sosialisasi.
sekitar 4.4. diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan
klien bersosialisasi.
4.5. Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah
dibuat
4.6. Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas pergaulannya
melalui aktivitas yang
dilaksanakan.
5. Klien mampu 5. Klien dapat menjelaskan 5.1. Diskusikan dengan klien
menjelaskan perasaannya setelah tentang perasaannya setelah
perasaannya berhubungan sosial dengan : berhubungan sosial
setelah - Orang lain dengan :
berhubungan - Kelompok - Orang lain
sosial. - Kelompok
5.2. Beri pujian terhadap
Rasional : kemampuan klien
Mampu mengungkapkan
mengutarakan perasaannya
perasaan yang
dirasakan setelah
terapi
6. Klien mendapat 6.1. Keluarga dapat 6.1. diskusikan pentingnya
dukungan menjelaskan tentang : peran serta keluarga
keluarga dalam - Pengertian menarik diri sebagai pendukung untuk
memperluas - Tanda dan gejala menarik mengatasi perilaku menarik
hubungan sosial diri diri.
- Penyebab dan akibat 6.2.diskusikan potensi
Rasional : menarik diri keluarga untuk membantu
Peran keluarga - Cara merawat klien klien mengatasi perilaku
penting dalam menarik diri menarik diri
membantu proses 6.2. Keluarga dapat 6.3.jelaskan pada keluarga
bersosialisasi mempraktekkan cara merawat tentang :
klien klien menarik diri - Pengertian menarik diri
- Tanda dan gejala
menarik diri
- Penyebab dan akibat
menarik diri
- Cara merawat klien
menarik diri
6.4. Latih keluarga cara
merawat klien menarik diri
6.5. tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan
6.6. Beri motivasi keluarga
agar membantu klien untuk
bersosialisasi
6.7. Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya merawat
klien di rumah sakit
7. Klien dapat 7.1. Klien dapat menyebutkan : 7.1. diskusikan dengan klien
memanfaatkan tentang manfaat dan
obat dengan baik - Manfaat minum obat kerugian tidak minum obat,
- Kerugian tidak minum nama, warna, dosis, cara,
Rasional : obat efek terapi dan efek
Mengetahui - Nama, warna, dosis, efek samping penggunaan obat.
pentingnya terapi dan efek samping 7.2. pantau klien saat
konsumsi obat obat penggunaan obat
dalam proses 7.2. Klien mendemonstrasikan 7.3. beri pujian jika klien
penyembuhan penggunaan obat dengan menggunakan obat dengan
penyakit benar benar
7.3. Klien menyebutkan akibat 7.4. diskusikan akibat berhenti
berhenti minum obat tanpa minum obat tanpa
konsultasi dokter konsultasi dengan dokter
7.5. anjurkan klien untuk
konsultasi kepada dokter/
perawat jika terjadi hal- hal
yang tidak diinginkan.
Daftar Pustaka

Azis R, dkk. 2016. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa.Semarang : RSJD


Dr. Amino Gondoutomo.
Boyd MA, Hihart MA. 2018. Psychiatric Nursing : Contemporary Practice.
Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher.
Keliat Budi Anna. 2015. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial:
Menarik Diri. Jakarta : FIK UI.
Keliat Budi Anna. 2016. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1.Jakarta : EGC.
Stuart GW, Sundeen SJ. 2017. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Edisi
3.Jakarta : EGC.
Tim Direktorat Keswa. 2015. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa.Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung.

Anda mungkin juga menyukai