Anda di halaman 1dari 72

Manajemen Risiko dan

Percobaan Bunuh Diri


STOP BUNUH DIRI!!!
DENGAN INTERVENSI KRISIS
Bunuh Diri adalah Salah
Setiap orang berhak untuk bunuh
diri
Sama halnya dengan setiap orang
berhak untuk hidup
Orang yang meninggal karena
bunuh diri bertanggung jawab
untuk dirinya sendiri
Ada keterbatasan kita dalam
mencegah bunuh diri
Orang yang serius untuk bunuh
diri tidak dapat ditolong
Hambatan untuk Mendeteksi dan
Mencegah Bunuh Diri
• Stigma dan “rahasia”
• Gagal untuk mencari pertolongan
• Kurangnya pengetahuan dan kesadaran
pada petugas kesehatan
• Bunuh diri jarang terjadi
Mitos tentang Bunuh Diri
• Bunuh diri tidak dapat dicegah
• Bunuh diri merupakan tindakan impulsif
• Bunuh diri merupakan respons natural dari stres
• Mereka yang bunuh diri serius dalam perencanaannya
• Mereka yang bunuh diri egois dan lemah
• Orang pintar dan sukses tidak mungkin bunuh diri
• Membicarakan bunuh diri dengan orang depresi akan
memberikan ide
• Mereka yang mencoba bunuh diri hanya mencari
perhatian
Besarnya Masalah
Angka Bunuh Diri Indonesia
(2010)
1,6-1,8 per 100.000
Besarnya Masalah
Kasus Bunuh Diri dan
Gangguan Mental
Penelitian post mortem dari kasus bunuh diri di berbagai negara

Tampaknya tidak ada apa-apa 2 - 14%

Hanya penyakit medis 1 - 10%

Gangguan mental apapun 81 - 95%

Depresi 42 - 70%

Penyalahgunaan Zat 8 - 50%

Runesson B & Rich C, 1992


14
Prevalensi Akibat Penyakit Fisik

• Artritis : 25.3%
• Kanker : 30.3%
• Diabetes : 22.7% DEPRESI
• Penyakit Jantung : 34.6% &
• Hipertensi : 22.4% KOMORBIDITAS
• Penyakit Paru Kronik: 30.9%
• Penyakit Saraf : 37.5%

15
Pikiran bunuh-diri saat ini dan riwayat percobaan bunuh-diri
berdasarkan diagnosis ICD-10

Single Pikiran Riwayat Pikiran Riwayat


Komorbid bunuh-diri percobaan
Dg bunuh-diri percobaan
Dg saat ini bunuh-diri
saat ini bunuh-diri
(wt%) (wt%) (wt%) (wt%)

ED 45.6 15.8

GAM 33.2 11.2 GAM + ED 63.4 19.5

Panik 22.6 14.1 Panik + ED 67.6 36.5

Agora 29.5 5.8 Agora + ED 77.7 28.1

ED: episode depresif; Agora: agorafobia; Dg: diagnosis


WHO-PPGHC
Bunuh Diri Bisa
Dicegah!!!

Mari Belajar Mengenali…


Faktor Risiko
1. Ide, rencana, dan akses ke alat-alat saat ini
2. Riwayat percobaan bunuh diri
3. Penyalahgunaan alkohol/zat psikoaktif
4. Riwayat gangguan jiwa saat ini atau
sebelumnya
5. Impulsivitas dan kontrol diri yang rendah
6. Keputusasaan
7. Kehilangan – fisik, keuangan, personal
Faktor Risiko
8. Baru pulang dari perawatan atau di rawatan
psikiatri
9. Riwayat keluarga dengan bunuh diri
10. Riwayat perlakuan salah dan kekerasan (fisik,
seksual, emosional)
11. Masalah komorbiditas kesehatan, terutama
yang saling memperberat atau diagnosis baru
12. Umur (usia lanjut dan dewasa muda), jenis
kelamin (laki-laki), tidak menikah, hidup sendiri
13. Homoseksual
Faktor Protektif
1. Dukungan sosial yang positif
2. Spiritualitas
3. Tanggung jawab pada keluarga
4. Memiliki anak atau hamil
5. Kepuasan hidup
6. Kemampuan membedakan mana yang nyata
dan mana yang tidak
7. Keterampilan menyelesaikan masalah
8. Hubungan terapeutik yang positif
Gejala Fisik
Undangan: Fisik
• Tidak mempedulikan penampilan diri
• Kehilangan hasrat seksual
• Gangguan tidur
• Kehilangan nafsu makan, berat badan
• Keluhan kesehatan fisik
Gejala Pikiran
Undangan: Pikiran
• “saya tidak membutuhkan apa-apa lagi”
• “saya tidak bisa berbuat apa pun yang baik”
• “saya tidak bisa berpikir benar”
• “saya berharap saya mati”
• “segalanya akan lebih baik tanpa saya”
• “semua masalah saya akan berakhir
secepatnya”
• “tidak ada yang dapat menolong saya”
Gejala Perasaan
Undangan: Perasaan
• Putus asa
• Marah
• Rasa bersalah
• Tidak berarti
• Kesepian
• Sedih
• Tidak ada harapan
• Tidak tertolong
Gejala Aksi
Undangan: Aksi
• Menarik diri
• Tidak tertarik dengan hal-hal yang dulu disukai
• Penyalahgunaan alkohol atau zat
• Perilaku yang tidak menetu
• Perubahan perilaku drastis
• Impulsif
• Mutilasi diri
• Mengembalikan semua barang-barang
Tiap orang berumur di atas 10 tahun yang
mengalami kondisi di bawah ini harus
ditanyai tentang pikiran atau rencana untuk
mencederai diri sebulan terakhir dan tentang
perbuatan mencederai diri setahun terakhir
• Kondisi prioritas (lihat mhGAP-IG Master Chart)
– Depresi, Psikosis, Epilepsi, Gangguan
Perkembangan, Gangguan Perilaku, Demensia,
Gangguan Penggunaan Alkohol/Zat
• Nyeri kronik
• Distres emosional akut
• Menanyakan tentang mencederai diri sendiri
TIDAK memprovokasi tindakan tersebut.
– Malahan hal ini sering meredakan anxietas yang
terkait dengan pikiran atau perbuatan mencederai diri
itu dan membantu orang merasa dipahami.
• Tetapi, cobalah untuk menjalin hubungan
terapeutik yang baik sebelum menanyakan
tentang mencederai diri sendiri.
5 Pertanyaan
1. Apakah orang ini melakukan tindakan
mencederai diri sendiri yang bersifat serius
secara medis?
2. Apakah ada ancaman terjadinya pencederaan
diri/bunuh diri?
3. Apakah orang ini juga mempunyai gangguan
jiwa, neurologik atau penggunaan obat?
4. Apakah orang ini mempunyai nyeri kronik?
5. Apakah orang ini mempunyai gejala emosional
yang cukup parah untuk membenarkan
manajemen klinis?
Pemeriksaan

• Penyakit fisik
• Riwayat Gangguan Jiwa dan Komorbiditas
Gangguan Jiwa
• Riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya
• Riwayat melukai diri sendiri
• Riwayat psikososial
Tentang Bunuh Diri
• Tanyakan tentang pikiran bunuh diri

• Tanyakan tentang rencana bunuh diri

• Tanyakan tentang usaha untuk mencoba -


tindakan
Cara Bertanya
• Saya menghargai betapa tidak mudahnya problem itu bagi Anda
saat ini. Beberapa pasien saya dengan problem serupa
mengatakan kepada saya bahwa mereka terpikir untuk
mengakhiri hidup. Apakah Anda juga pernah memikirkan hal
serupa?

Atau
• Apakah Anda merasa putus asa dengan kondisi saat ini atau
masa depan?
• Jika ya,
• Pernahkah Anda berpikir untuk mengakhiri hidup?
• Jika ya,
• Kapan Anda memiliki pikiran tersebut? Dan apakah Anda
memiliki rencana untuk melakukannya?
• Apakah Anda pernah mencoba melakukannya?
Alasan-alasan
• Alasan untuk bunuh diri

• Alasan untuk hidup


Alasan untuk Hidup
Internal Eksternal
• Harapan Aset • Ekonomi
• Keimanan • Aktivitas
• Rasa takut • Rekreasional
• Teman
• Perasaan • Keluarga
• Keyakinan • Konselor dan sumber
bantuan lainnya
• Nilai-nilai
• Keterampilan
• Hobi
Hal-hal yang Perlu Dilakukan (1)
• Waspada – kenali faktor risiko, tanda penting, dan
kemana mencari pertolongan
• Terbuka – bicara secara terbuka tentang bunuh
diri, apa yang diobservasi, dan menjadi kekuatiran
• Mau mendengarkan – ijinkan untuk
mengekpresikan perasaannya, terima, dan sabar
• Tidak menghakimi – tidak mendebat tentang bunuh
diri itu salah atau benar, perasaan itu baik atau
buruk, jangan memberi kuliah tentang nilai-nilai
kehidupan
Hal-hal yang Perlu Dilakukan (2)
• Menyediakan diri – tunjukan minat, pengertian, dan
dukungan
• Harapan – tawarkan harapan yang merupakan
alternatif yang tersedia namun jangan pastikan
bahwa alternatif itu akan mengubah segalanya.
• Bertindak – singkirkan alat-alat yang dapat
dipergunakan untuk melukai diri seperti obat-
obatan, pembasmi serangga, tali, senjata api,
alkohol, dan zat psikoaktif lain
• Jejaring bantuan – dapatkan bantuan profesional
kesehatan jiwa secepat mungkin.
Hal-hal yang Harus Dihindari
• Jangan menantang untuk melakukan
tindakan bunuh diri
• Jangan terlihat terpukul atau terkejut
• Jangan bertanya “Kenapa”
• Jangan janjikan untuk menjadikan hal ini
rahasia
INSTRUMEN SKRINING RISIKO
BUNUH DIRI
Kasus Nn. BT, 7 Mei 2014
Pasien dibawa oleh teman kostnya dalam kondisi lemah
pasca meminum obat racun serangga 1 jam yang lalu.
Pasien tidak mau bicara hanya menangis dan menyatakan
terus menerus ingin mati saja.
Menurut teman pasien, pasien pernah menyatakan bahwa
ia sudah tidak kuat hidup karena baru saja kehilangan
pekerjaan dan tunangannya dalam waktu yang hampir
bersamaan. Pasien tidak pernah menceritakan apa yang
akan dia lakukan untuk mengakhiri hidupnya. Ia hanya
sering mengulang-ulang bahwa ia merasa putus asa,
marah, namun juga merasa bersalah untuk apa yang
terjadi. Pasien merasa tunangannya pergi karena ia tidak
mampu menjadi calon istri yang baik.
Kasus Nn. BT, 7 Mei 2014
Teman pasien sangat terkejut dengan kejadian ini,
karena selama ini mengenal pasien sebagai
pribadi yang ceria, suka menolong, aktif dalam
kegiatan mesjid di sekitar tempat tinggal mereka.
Pasien juga pegawai yang rajin, namun sejak
ditinggal tunangannya 3 minggu yang lalu, pasien
menjadi sering mengurung diri dan kehilangan
minat untuk bekerja hingga ia diberhentikan
Bunuh Diri Bisa Dicegah!!!
Ketika Mendengarkan
• Logis vs tidak logis
• Menghargai dan empatik
• Bantu dan percaya
• Kita terima dan jangan menghakimi
• Memberikan harapan
• Mengatasi pikiran negatif
Apa yang Bisa Kita Buat
• Memiliki pikiran untuk • Ciptakan situasi aman
bunuh diri • Safety contact(s)
• Jangan
menggunakan
alkohol/zat
• Hubungkan ke
sumber dukungan
Apa yang Bisa Kita Buat
• Perencanaan bunuh • Perawatan
diri saat ini • Pengamanan alat-alat
• Medikasi

• Rasa sakit • Mengurangi rasa sakit

• Sumber daya • Hubungkan ke


sumber daya
Apa yang Bisa Kita Buat
• Perilaku bunuh diri • Lindungi dari bahaya
sebelumnya seperti yang dulu
pernah dilakukan

• Kesehatan jiwa • Layanan kesehatan


jiwa
Sumber daya
• 24 jam • Keluarga
• Teman
• UGD
• Jangka panjang • Penasihat
• Petugas kesehatan
• Seumur hidup • Koneksi personal
• komunitas
Apa yang harus dicatat
• Rencana perawatan diri

• Nomor kontak ketika krisis

• Follow up (tunjukkan kita peduli, tidak


dilakukan – putus asa), dukungan
emosional
Adequate Trial

antidepresan psikoterapi

4 – 6 minggu 6 – 8 minggu
50%

10 – 12 minggu 10 – 12 minggu

6 bulan
Clinical Practice Guidelines. Depression in Primary Care. Volume 2: Treatment of Major
Depression. AHCPR Publication no. 93-0551. April 1993. 52
Bila Percobaan Bunuh Diri Tidak
Terelakkan
• Upayakan untuk memberikan bantuan hidup dasar
sesuai dengan konsep A-B-C (Air-Breathing-
Circulation)

• Upayakan untuk melakukan tindakan


penyelamatan yang sesuai dengan metode yang
dipergunakan (bilas lambung, menghentikan
perdarahan dan menjahit luka)

• Rujuk dengan kondisi yang stabil bila memerlukan


penanganan spesialistik yang lebih kompleks
Intervensi Krisis
Krisis?
Bantuan Psikologis Awal
• Meliputi serangkaian keterampilan yang
bertujuan untuk mengurangi distres dan
mencegah munculnya perilaku kesehatan
mental negatif yang disebabkan oleh
bencana atau situasi kritis yang dihadapi
individu (Everly, Phillips, Kane & Feldman,
2006)
Bantuan Psikologis Awal
• Perawatan dasar yang bersifat non-
intrusive (mendengar namun tidak
memaksa untuk berbicara), dan
mendorong pendampingan tanpa paksaan
dari orang-orang signifikan yang berada di
sekitar penyintas (Sphere, 2004)
TUJUAN
• Membantu mengembalikan fungsi pasien kepada
kondisi semula, seperti sebelum situasi krisis terjadi.
• Mencegah memburuknya kondisi psikologis pasien
yang membutuhkan penanganan khusus, sebelum
bantuan profesional kesehatan mental diberikan.
• Menyediakan informasi yang dibutuhkan bagi pasien
yang membutuhkan, seperti informasi tentang
pentingnya kesehatan dan kesejahteraan psikologis
bagi manusia, informasi tentang sumber – sumber
bantuan, sekaligus juga melakukan promosi
kesehatan mental.
• Memenuhi kebutuhan pasien akan dukungan dan rasa
aman yang hilang karena situasi krisis yang dialami
PRINSIP DASAR
• Berikan bantuan sesegera mungkin langsung pada
orang yang memerlukan dukungan
• Sediakan informasi akurat dan logis tentang situasi
yang ada
• Bersikap jujur, jangan pernah menjanjikan sesuatu
yang tak bisa kita penuhi
• Sediakan dukungan emosional bagi orang yang
memerlukan dukungan
• Fokus pada kemampuan yang dimiliki orang yang
memerlukan dukungan untuk pulih
• Berikan perhatian yang non diskriminatif untuk
semua. Perhatian yang non diskriminatif adalah
perhatian dengan tanpa membedabedakan latar
belakang dari orang yang memerlukan dukungan.
Kerangka Kerja PFA

• Model SFA:
Safety, Function, Action
Ada 3 target utama dalam kerangka ini:
1. Memenuhi rasa aman orang yang
memerlukan dukungan (AMAN),
2. Mendorong keberfungsian optimal orang
yang memerlukan dukungan (FUNGSI)
3. Memfasilitasi tindakan orang yang
memerlukan dukungan untuk
pemulihannya (AKSI)

Anda mungkin juga menyukai