Anda di halaman 1dari 20

BAB I Pendahuluan

A.Latar belakang
Beberapa peristiwa yang pernah terjadi di laboratorium dapat merupakan cermin bagisetiap orang untuk meningkatkan kewaspadaannya ketika bekerja di laboratorium. Peristiwa-peristiwa tersebut kadang-kadang terlalu pahit untuk dikenang, namun meninggalkan kesan pendidikan yang baik, agar tidak melakukan kesalahan dua kali pada peristiwa yang sama. Peristiwa terbesar dalam sejarah Departemen Kimia adalah kejadian 27 tahun yang lalu, ketika itu Gedung Departemen terbakar pada malam

menjelang pagi hari, itu terjadi karena ada bahan kimia yang meledak di gedung tersebut. Walaupun tidakterdapat korban manusia, namun kerugian materi sangat banyak dan mahasiswa agak terhambat melakukan proses pendidikan karena diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat memenuhi keperluan fasilitas yang terbakar. Peristiwa lainnya tidak sehebat yang terjadi di atas, namun perlu perhatian khusus agar dikemudian hari jangan sampai terjadi lagi. Peristiwa itu menimpa salah seorang mantan mahasiswa kimia yang bekerja dengan brom, bahan ini mengalir dari peralatan yang kurang rapat, menyentuh kulit lengannya, akibatnya terjadi luka bakar dan bekasnya tidak hilang sampai sekarang. Ada pula yang terkena bahan kimia TCA ketika mengambil zat tersebut dari botol kemasannya, karena kurang hati-hati ada bahan yang terkena kulit tangan mahasiswa dan ini menimbulkan iritasi yang hebat, gejalanya kulit terasa gatal dan karena digaruk dapat melepuh. Kejadian berikutnya adalah ketika mahasiswa tahun pertama bekerja menggunakan pembakar dengan bahan bakar spiritus, pembakar tersebut tersenggol sehingga spiritus tersebut tumpah ke meja praktikum dan menyebabkan kebakaran serta merusak meja praktikum.

Kebakaran juga pernah terjadi karena terlepasnya selang penyambung pembakar bunsen dari saluran gas bakar, ini disebabkan oleh mahasiswa yang menarik pembakar itu ke berbagai tempat. Ada pula kecerobohan kerja yang menyebabkan asam sulfat pekat tumpah di atas meja praktikum. Asam tersebut dapat menghanguskan kayu sehingga meja praktikum berubah menjadi hitam dan rapuh. Kelalaian lainnya disebabkan oleh kurang disiplin, seperti lupa menutup kran air, sehingga terjadi banjir sampai ke laboratorium lainnya. Semua peristiwa tersebut tidak akan terjadi bila setiap individu sadar dan mengerti bahwa laboratorium itu milik bersama yang harus dijaga dengan meningkatkan disiplin. Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudahterbakar dan panas.Akibat : Timbulnya kebakaran dengan akibat luka

bakar dari ringan sampai berat bahkan kematian. Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.

B.Permasalahan
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan dalam menangani korban luka bakar dan mencegah kecelakaan kerja berupa luka bakar guna meningkatkan .kesehatan dan keselamatan kerja.

C.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan luka bakar dan mencegah kecelakaan luka guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja. Selain itu, juga bertujuan untuk menjelaskan jenis dan pengelompokan luka bakar agar para korban luka bakar dapat memperoleh penanganan yang tepat.

BAB II Tinjauan Pustaka Gambaran Umum : Kecelakaan Luka Bakar


Peristiwa kecelakaan luka bakar bisa terjadi setiap saat di pelbagai tempat dan pada umumnya adalah disebabkan oleh faktor kelalaian. Api : sebagai salah satu faktor penyebab utama kecelakaan luka bakar - yang sering disebut sebagai sahabat manusia dalam sekejap bisa berubah menjadi sumber malapetaka. Demikian pula halnya listrik, bahan-bahan kimia, minyak tanah, bensin, gas, dan beberapa unsur lainnya yang begitu dekat dan akrab dengan aktivitas keseharian manusia, tanpa disadari sekaligus juga merupakan musuh yang harus selalu diwaspadai. Luka Bakar adalah bukan penyakit - tetapi merupakan penyakit yang disebabkan oleh kecelakaan. Menurut Dr. Poengki Dwi Poerwantoro, SpBP: . luka bakar adalah terpaparnya tubuh manusia oleh Zat yang bersuhu tinggi (heat) atau yang dapat memicu suhu tinggi, baik karena reaksi kimia maupun reaksi fisika. Sebagai salah satu dari permasalahan bidang kesehatan di tanah air : pada kenyataannya begitu banyak peristiwa kecelakaan luka bakar yang dialami oleh pelbagai lapisan warga masyarakat. Akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan luka bakar dipastikan begitu dahsyat dan membutuhkan perawatan yang sangat serius. Para korban kecelakaan luka bakar bukan hanya merasakan kesakitan yang luar biasa tetapi diantaranya juga mengakibatkan cacat fisik dan penderitaan psikis yang berkepanjangan. Bahkan tidak sedikit diantaranya juga menyebabkan kematian bagi para korbannya.

BAB III Pembahasan A.Pengertian Luka Bakar


Luka Bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat sumber panas. Luka bakar dapat disebabkan oleh: Panas (misal api, air panas, uap panas) Radiasi Listrik Kimia Laser Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan. Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan). Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Luka bakar dangkal dan ringan (superficial) dapat sembuh dengan cepat dan tidak menimbulkan jaringan parut. Namun apabila luka bakarnya dalam dan luas, maka penanganan memerlukan perawatan di fasilitas yang lengkap dan komplikasi semakin besar serta kecacatan dapat terjadi.

B.Penyebab Peristiwa Kecelakaan Luka Bakar


Secara garis besar ada lima mekanisme penyebab timbulnya luka bakar, yaitu terutama adalah sbb.: Api: kontak dengan kobaran api Luka bakar cair: kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas Luka bakar kimia: asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan organik Luka bakar listrik: tidak terlalu sering terjadi di Indonesia. Bisa timbul dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka bakar listrik memiliki karakteristik yang unik, sebab sekalipun sumber panas (listrik) berasal dari luar tubuh, kebakaran/kerusakan yang parah justru terjadi di dalam tubuh Luka bakar kontak : kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan wajan panas atau knalpot sepeda motor. Hal ini sangat sering terjadi di Indonesia.

C.Derajat Luka Bakar


1.Grade I = hanya mengenai epidermis saja, gejalanya berupa kulit yang hiperemis, kering, dan nyeri 2.Grade II = mengenai epidermis dan sebagian dari dermis, gejalanya terbentuk bula. Namun bila bula sudah pecah, akan menyisakan lesi yang berwarna merah muda, basah, dan nyeri 3. Grade III = mengenai epidermis dan seluruh bagian dermis, bahkan dapat melibatkan struktur di bawah dermis. Pada luka bakar grade III, luka akan terlihat pucat/abu-abu, banyak jaringan kulit yang mati (eschar), dan tidak terasa nyeri.

D.Klasifikasi luka bakar


Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni : 1. Berdasarkan penyebab Luka bakar karena api Luka bakar karena air panas Luka bakar karena bahan kimia Luka bakar karena listrik Luka bakar karena radiasi Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).

2. Berdasarkan kedalaman luka bakar a. Luka bakar derajat I Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis Kulit kering, hiperemi berupa eritema Tidak dijumpai bulae Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

b. Luka bakar derajat II Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai bulae. Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.

Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : Derajat II dangkal (superficial) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.

Derajat II dalam (deep) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan. c. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.

Tidak dijumpai bulae. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.

Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.

Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.

Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.

3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu: a. Luka bakar mayor Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak. Luka bakar fullthickness lebih dari 20%. Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum. Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka. Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.

b. Luka bakar moderat Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak. Luka bakar fullthickness kurang dari 10%. Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum. c.Luka bakar minor Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah : Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak. Luka bakar fullthickness kurang dari 2%. Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki. Luka tidak sirkumfer.

Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur

E.Fase Luka Bakar


Perjalanan penyakit luka bakar terutama yang mengancam nyawa dibedakan dalam 3 fase, yaitu fase akut, subakut, dan fase lanjut. Namun demikian tidak berarti terdapat garis pembatas yang tegas di antara ketiga fase ini. Kerangka berpikir dalam penanganan penderita tetap harus terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis pada fase selanjutnya.2 Fase-fase tersebut dijelaskan sebagai berikut (a) Fase akut/fase syok/fase awal Fase ini mulai dari saat kejadia sampai penderita mendapat perawatan di instalasi gawat darurat atau di unit luka bakar. Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya, akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme bernapas), dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran napas akibat cedera inhalasi dalam 48 72 jam pascatrauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka bakar mengenai daerah muka atau wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Edema laring dapat terjadi dan menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas. Pada fase ini dapat terjadi pula gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Pada luka bakar berat atau mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti dengan ekstravasasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskular ke jaringan interstisial dan mengakibatkan terjadinya hipovolemik intravaskular dan edema interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik terganggu

sehingga sirkulasi ke bagian distal terhambat yang akhirnya menyebabkan gangguan perfusi sel atau jaringan atau organ (syok). Syok yang timbul harus segera diatasi dengan melakukan resusitasi cairan. Adanya syok yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih berkaitan dengan instabilitas sirkulasi. (b) Fase subakut Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat menyebabkan beberapa masalah yakni: proses inflamasi atau infeksi, masalah penutupan luka, keadaan hipermetabolisme. (c) Fase lanjut Pada fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan. Masalah yang muncul pada fase ini adalah komplikasi berupa parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.

F.Penanganan Luka Bakar


Penanganan luka bakar di luar rumah sakit dibagi menjadi dua. Yaitu fase akut dan fase lanjutan (follow up). Pada fase akut, ada 3 hal yang harus dilakukan. Pertama, menentukan apakah luka bakar perlu di rujuk ke rumah sakit atau tidak. Kedua, mengurangi rasa sakit dan ketiga, mencegah terjadinya infeksi dan perburukan serta mengusahakan penyembuhan. Pada fase lanjutan, penanganan ditujukan untuk rehabilitasi dan pencegahan kecacatan (kekakuan/kontraktur). Pada fase akut perlu pengetahuan untuk menetukan luas area luka bakar, kedalaman luka bakar karena dua faktor ini yang secara dominan menentukan perlu tidaknya perawatan rujukan di fasilitas yang lebih lengkap. Rujukan ke

fasilitas lebih lengkap juga dipengaruhi lokasi luka bakar, usia pasien, dan kondisi yang menyertai luka bakar. Secara sistematik pertolongan terhadap luka bakar dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan

Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.

Cooling : - Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi - Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia - Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.

Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.

Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial- thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa,

perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan

Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.

Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri. Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tana bahaya dari

ABC (airway,

G.Luas Luka Bakar


Wallace membagi tubuh atas bagian-bagian 9% atau kelipatan dari 9 yang dikenal dengan rule of nine atau rule of Wallace. Dalam perhitungan agar lebih mudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita sebagai 1% dari luas permukaan tubuhnya.1,2 Pembagian luas luka bakar dijelaskan dalam skema berikut.

H.Komplikasi dan Prognosis Luka Bakar


Luka bakar mempunyai dampak langsung terhadap perubahan lokal maupun sistemik yang tak terjadi pada kebanyakan luka lain. Luka bakar ringan dan sedang umumnya dapat sembuh spontan dalam beberapa hari hingga minggu. Luka bakar berat memerlukan perawatan sekitar 1-6 bulan. Khusus untuk luka bakar yang dirawat, angka kematian menurut data RSCM ialah sekitar 37%. Hal ini disebabkan karena mudahnya terjadi komplikasi berupa infeksi, gagal ginjal, acute respiratory distress syndrome, dan multiple organ failure, terutama pada luka bakar berat.

Luka bakar juga dapat menimbulkan kecacatan yang berdampak kesulitan bekerja seperti kontraktur atau mempengaruhi penampilan misalnya parut di wajah.

I.Pencegahan dan Penatalaksanaan Penderita Luka Bakar


Sebagian kasus luka bakar dapat dicegah, terutama dengan memberi pengertian serta memberi edukasi perilaku untuk orang-orang yang berkecimpung dengan berbagai penyebab luka bakar. Penggunaan bahan-bahan isolator juga bermanfaat untuk mengurangi risiko kejadian luka bakar. Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita trauma-trauma lainnya, harus ditangani secara teliti dan sistematik. Prioritas pertama pada penderita luka bakar yang harus diperhatikan ialah jalan napas, proses bernapas, dan perfusi sistemik. Bila diperlukan, harus segera dilakukan intubasi endotrakeal atau pemasangan infus untuk mempertahankan volume sirkulasi. Selanjutnya, anamnesis untuk mengetahui penyebab dan memperkirakan perjalanan penyakit serta pemeriksaan fisik untuk memperoleh kelainan pada pasien mutlak diperlukan. Misalnya, apabila penderita terjebak pada ruang tertutup, maka perlu dicurigai kemungkinan trauma inhalasi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan derajat dan luas luka bakar. Pemeriksa wajib memakai sarung tangan steril bila akan melakukan pemeriksaan. Penderita harus dijauhkan dari sumber panas, termasuk melepas pakaiannya bila terbakar. Untuk membebaskan jalan napas dapat dipasang pipa endotrakea. Apabila memerlukan resusitasi, dapat diberikan cairan Ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam. Dilakukan pemasangan kateter Foley untuk memonitor jumlah urin yang diproduksi serta pemasangan pipa nasogastrik untuk dekompresi gastrik. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena. Obat yang umum dipergunakan pada nyeri luka bakar ialah golongan opioid, NSAID, dan obat anestesi.

Bila diperlukan, tetanus toksoid dapat diberikan. Pencucian luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Setelah bersih dioles dengan sulfadiazin perak topikal sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal, lalu pada hari kelima kasa dibuka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Savlon 1:30. Penatalaksanaan penderita luka bakar: 1. Penanggulangan terhadap shock 2. mengatasi gangguan keseimbangan cairan 3. Mengatasi gangguan pernafasan 4. Mengataasi infeksi 5. Eksisi eskhar dan skin graft. 6. Pemberian nutrisi 7. Rahabilitasi 8. Penaggulangan terhadap gangguan psikologis.

BAB IV A.KESIMPULAN
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Luka bakar dangkal dan ringan (superficial) dapat sembuh dengan cepat dan tidak menimbulkan jaringan parut. Namun apabila luka bakarnya dalam dan luas, maka penanganan memerlukan perawatan di fasilitas yang lengkap dan komplikasi semakin besar serta kecacatan dapat terjadi

B. SARAN
Sampai saat ini masih banyak mitos yang menyesatkan tapi dipercaya bisa menyembuhkan luka bakar dengan cepat. Jika Anda mengalami luka bakar sebaiknya jangan gegabah dalam mengatasi luka akibat terkena api atau benda panas. Cedera pada jaringan kulit tidak bisa dijadikan hal yang sepele. Luka bakar di lapisan permukaan kulit bisa terasa lebih sakit daripada luka bakar dalam. Pada luka bakar dalam biasanya kulit sudah berubah warna menjadi putih dan bentuknya dan terasa tidak sakit. Sedangkan luka bakar pada permukaan kulit biasanya menyebabkan kulit berwarna kemerahan dan rasanya sakit sekali. Maka yang harus Anda lakukan adalah: Begitu terkena benda atau cairan panas langsung singkirkan pakaian di sekitar luka bakar. Lakukan sesegera mungkin jangan sampai benda atau cairan panas itu mengenai pakaian yang lelehannya bisa jatuh kekulit Anda. Segera basuh luka dengan air yang bersih. Kira-kira selama 15 menit atau lebih sampai luka terlihat lebih baik. Hal ini untuk mendinginkan luka sebelum terkena obat. Kompres luka dengan kain kasa. Jangan gunakan kapas atau bahan lain yang sekiranya bisa menempel di kulit.

Jika Anda pernah melakukan pertolongan pertama dengan menggunakan odol - mulai sekarang jangan pernah lakukan hal tersebut. Hindari odol, mentega, kecap atau putih telur, karena salah-salah luka Anda akan semakin parah. Air bersih yang mengalir cukup untuk meredakan nyeri luka bakar. Segeralah periksakan luka bakar ke dokter untuk menghindari infeksi bakteri. Jika terinfeksi bakteri maka luka Anda akan mengalami radang dan mengeluarkan nanah yang mengakibatkan demam Jika Anda mengalami luka bakar yang cukup serius sebaiknya langsung saja dibawa ke dokter atau rumah sakit. Kerusakan pada jaringan kulit Anda dapat merusak sistem kerja tubuh lainnya. Secepatnya Anda harus mendapatkan perawatan intensif.

Daftar pustaka

1. Lubis HS. Luka Bakar dan Trauma Akustik. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: 2002. Available [cited 2008 Jun from: 29].

http://library.usu.ac.id/download/fkm/k3-halinda3.pdf

2. Noer MS. Penanganan luka bakar akut (Bab 2). In: Noer MS, editor. Penanganan Luka Bakar. Surabaya: Airlangga University Press; 2006. p. 3-11.

3. Kamal K. Penerapan Kesehatan Kerja Praktis bagi Dokter dan Manajemen Perusahaan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. p. 62-3.

4.

Allan

Taufik

Rivai,

MD.

exomedindonesia.

available

at

http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-ilmiahkedokteran/bedah-plastik-surgery/2010/11/14/luka-bakar/

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Permasalahan C. Tujuan BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB III. PEMBAHASAN A. Pengertian Luka Bakar B. Penyebab PeristiwaKecelakaan Luka Bakar C. Derajat Luka Bakar D. Klasifikasi Luka Bakar E. Fase Luka Bakar F. Penanganan Luka Bakar G. Luas Luka Bakar H. Komplikasi dan Prognosis Luka Bakar I. Pencegahan dan Penatalaksnaan Penderita luka bakar

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTARPUSTAKA ii

MAKALAH K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA) K3 LUKA BAKAR

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 10 1.Fernando Harianja 2.Melianti 3.Umi Azalia

DOSEN PEMBIMBING: Anisa, SMK,Mcs

PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN STIKES PERDHAKI CHARITAS PALEMBANG 2011/2012

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat -NYA, atas kuasa dan berkat NYA lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Selanjutnya, penulis menyampaikan ucapan terima kasih khusus kepada dosen pembimbing yakni Anisah,SKM,MSc yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mempresentasikan makalah berjudul K3 LUKA BAKAR.

Akhirnya,

penulis menyadari sebagai manusia biasa bahwa dalam penulisan kekurangannya, untuk itu kepada seluruh rekan

makalah ini masih banyak

mahasiswa dimohon mengoreksi dan kontribusi untuk kesempurnaan makalah ini. Atas keberhasilan penyusunan makalah ini penulis mengucapkan kasih. terima

Palembang, November 2011

Penulis

Anda mungkin juga menyukai