Kronologi Kasus Kecelakaan Kerja dan Analisis Metode SCAT
1. Kronologi Kasus Kecelakaan SEMARANG-Empat pekerja ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam main hold atau tangki air Kapal Tongkang Zulkifli 2 yang sedang perbaikan di PT Dokdan Perkapalan Koja Bahari, Jalan Asahan, Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang Utara. Diduga para korban tewas akibat keracunan udara saat memasuki ruang yang biasa disebut palka tersebut. Keempat korban adalah H Mardjono, 61, warga Jalan Gondosari II No 39 RT 07 RW 17 Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jabar. Tiga korban lainnya tercatat sebagai warga Kecamatan Simo, Boyolali. Mereka adalah Lamani, 33, Muhammad Nur Huda, 22, dan seorang diketahui bernama Sujadi, 33. Penjaga malam di proyek tak jauh dari tempat sandar kapal tongkang Zulkifli 2, Andi, mengatakan, kejadian berawal saat empat korban berada di dalam kapal untuk beraktivitas yang diduga melakukan bersih-bersih, Minggu (28/7) sekitar pukul 08.00. Namun mereka tidak keluar meninggalkan kapal sampai malam hari. Merasa penasaran, sekuriti PT Koja Bahari, Wiratno, warga Sayung, Demak melakukan pengecekan ke atas kapal sekitar pukul 21.00. Namun tidak menjumpai keempat korban, dan hanya menemukan barang-barang milik korban di atas geladak kapal. “Biasanya pukul 21.00 malam sudah turun, tapi ini sampai malam tidak turun. Kemudian pihak sekuriti naik ketongkan mengecek, namun tidak ditemukan orangnya,” ungkap Andi, warga Ujung, Semarang Utara, Senin (29/7) dinihari. Sekuriti itu lalu melaporkan kepada Irwan, Kabag Produksi PT Koja Bahari, dan selanjutnya diminta untuk melakukan pengecekan ulang bersama beberapa orang. Setelah dicari kurang lebih 30 menit, mereka menemukan empat orang tersebut sudah tidak bernyawa di dalam ruangan di bawah geladak. “Enam orang ngecek keataskapal. Setelah dicari bareng-bareng ditemukan sudah meninggal jadi satu, bertumpukan di main hold. Pak Marjono di bagian bawah, ketumpukan anak buahnya. Kemungkinan yang turun dulu Pak Marjono,” terangnya. Menurutnya, keempat korban berada di dalam main hold ketika hendak melakukan perbaikan terhadap kebocoran kapal. Namun mereka tiba-tiba meninggal di dalam ruangan tersebut yang diduga keracunan setelah membuka tutup pintu main hold, dan kemudian masuk kedalam ruangan. “Main hold sudah lama tidak dibuka, pasti ada gas yang menyengat. Kapal sudah ndongkrok lama, sekitar tiga tahunan. Aktivitas ngecek yang bocor mesti harus dikuras dulu,” bebernya. Peristiwa itu langsung dilaporkan kepetugas Kepolisian Pelabuhan Tanjung Emas (KPTE) Semarang, dan diteruskanke Unit Inafis Polrestabes Semarang untuk dilakukan identifikasi. Pihak Basarnas Jateng yang mendapat laporan juga dating kelokasi kejadian untuk melakukan proses evakuasi keempat korban. Salah satu anggota Basarnas Jateng Nurman mengatakan, pihaknya mendapat laporan kejadian tersebut pada Minggu (28/7) sekitar pukul 23.00. Ia pun langsung menuju lokasi kejadian bersama tim untuk melakukan evakuasi korban dengan dilengkapi alat mountenering dan alat bantu nafas Self Contain BrealatingAparatus (SCBA) “Ada empat orang terjebak di dalam tongkang. Kami dating kesini melihat medan. Ternyata medannya sangat sulit, dan banyak kandungan gas. Karena sudah lama tidak dibuka. Mungkin itu ya, mereka mau nolong malah ikut meninggal juga,” kata ketua coordinator tim evakuasi ini. Kapal tongkang yang sudah berkarat tersebut berukuran panjang kurang lebih 100 meter dan lebar 50 meter. Ruang Palka atau main hold yang berada di bawah geladak kapal itu berkedalaman kurang lebih 5 meter. Proses evakuasi cukup sulit lantaran lorong palka tersebut hanya berdiameter 45 sentimeter. “Masih terciumbau gas beracun yang menyengat. Sehingga sangat membahayakan para rescue mengeluarkan keempat korban. Posisi korban bertumpukan, jadi harus ekstra. Proses evakuasi selesai sekitar 2 jam,” terangnya. Setelah dievakuasi kedalam kantong jenazah, selanjutnya keempat jenazah korban dibawa ke RSUP dr Kariadi Semarang guna pemeriksaan medis. Adanya kejadian ini, Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Semarang telah mendatangi lokasi untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), Senin (29/7) siang. Kedatangan mereka bersama Unit Inafis Polrestabes Semarang untuk mengetahui penyebab dan kandungan gas yang meracuni para korban. Setelah turun dari kapal, petugas mengambil sampel genangan air dalam kapal lewat lubang palkat empat masuk korban. Kapolsek KPTE Tanjung Emas Semarang AKP Samsu Wirman mengatakan, saat ini kepolisian lewat tim Labfor masih mendalami terkait kandungan gas dan air yang menjadi tempat kejadian perkara. “Labfor meneliti ada gas apa di dalam sana?” katanya di lokasi kejadian, Senin (29/7). Selain mendalami soal kandungan gas, ternyata diketahui peristiwa itu terjadi ketika keempat pekerja itu belum melakukan proses perbaikan kapal. Mereka baru mengecek kapal yang sudah ndongkrok di lokasi sekitar 3 tahun. “Infonya baru akan diperbaiki. Kapal ini sudah ada sekitar 2 -3 tahun, sejak 2017,” ujarnya. 2. Faktor Pemicu Kecelakaan Kerja a. Performance-based error yaitu tindakan tidak aman (unsafe act), teknik atau posisi kerja yang kurang baik b. Judgement and decision-making error yaitu kurangnya pengetahuan pekerja atau kurang mendapat pelatihan, pekerja yang tidak mendapat pelatihan atau pendidikan yang sesuai dengan lingkup kerjanya c. Mental awareness (physical readiness) yaitu ketidaksiapan pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dan lingkungan, tidak memahami bahaya kerja sehingga salah dalam menilai resiko, kurang tanggap terhadap pentingnya keselamatan dan kelengkapan perlengkapan kerja yang aman dan kurang mendapat pembinaan sehingga salah menilai resiko d. Lingkungan teknologi e. State of mind yaitu pekerja terlalu memaksakan diri, kurang konsentrasi, lengah, dan terlalu percaya diri f. Lingkungan fisik (physical environment) yaitu lokasi kerja terdapat banyak debu , ruangan kerja yang panas, permukaan lantai tidak rata, licin dan berminyak, g. Kerja sama tim (teamwork) yaitu informasi pelaporan situasi atau kondisi kerja dari anggota ke atasan belum ada serta koordinasi yang kurang memadai dan komunikasi yang kurang 2. Penyebab Langsung TINDAKAN TIDAK AMAN KONDISI TIDAK AMAN
1. Pekerja melakukan aktivitas perbaikan 1. Kapal Tongkang yang sudah berkarat
kebocoran main hold kapal namun 2. Medan penyelamatannya sangat sulit tidak melakukan pengecekan terlebih 3. Masih terciumbau gas beracun yang dahulu mengenai kandungan gas menyengat beracun yang ada di dalam ruangan 4. Lorong palka hanya berdiameter 45 main hold tersebut. sentimeter 2. Pekerja menolong pekerja lain yang sudah terjebak di main hold, seharusnya pekerja menghubungi pihak keamanan utuk mencari bantuan, tidak dengan menangani hal tersebut secara ceroboh, sehingga pekerja tersebut juga menjadi korban.
3. Penyebab Dasar FAKTOR INDIVIDU FAKTOR PEKERJAAN FFAKTOR MENEJEMEN
1. Pekerja tidak 1. Lokasi kerja medannya 1. Informasi pelaporan
mengidentifikasi bahaya sulit situasi atau kondisi yang mungkin terjadi disaat 2. Kapal Tongkang sudah kerja daripihak perbaikan kapal berkarat atasan ke pekerja 2. Pekerja tidak menggunakan belum dilakukan alat pelindung diri yang secara benar sesuai dengan pekerjaan 2. Koordinasi yang 3. Pekerja terlalu memaksakan kurang memadai diri, kurang konsentrasi, dan komunikasi lengah, dan terlalu percaya yang kurang diri 4. Pekerja kurang pengetahuan terhadap penanganan kecelakaan kerja yang berada di kapal 5. Pekerja tidak menerapkan K3 secara baik dan benar 6. Kurangnya pengetahuan pekerja 7. Kurang mendapat pelatihan